Anda di halaman 1dari 2

Lahir: 14 September 1910, Indonesia

1. HR. Rasuna Said (1910-1965)


Meninggal: 2 November 1965, Jakarta

Kebangsaan: Indonesia

Dikenal atas: Pahlawan Nasional


Indonesia

Orang Tua: Muhammad Said

Anak: Auda Zaschkya Duski

Hadjah Rangkayo Rasuna Said adalah seorang


orator, pejuang kemerdekaan Indonesia. Wanita
kelahiran Maninjau (Sumatera Barat) 15 September
1910 itu berjuang melalui organisasi Sarekat Rakyat,
dan Persatuan Muslim Indonesia. Dia sering
mengecam kekejaman dan ketidakadilan
pemerintah Belanda. Dia pernah dipenjara pada
1932 di Semarang oleh pemerintah Belanda. Ketika
pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta
mendirikan organisasi pemuda Nippon Raya di
Padang meski, kemudian organisasi ini dibubarkan
Pemerintah Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia,
dia aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan
Sumatera, dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia Serikat, serta Dewan Pertimbangan Agung
sampai akhir hayatnya 1965.
Lahir:3 Januari 1872 Kauman,
Yogyakarta, Hindia Belanda.
2.Nyai Ahmad Dahlan (1872-1946) Meninggal:31 Mei 1946 (umur 74)
Kauman, Yogyakarta, Indonesia

Tempat peristirahatan:Masjid Gedhe


Kauman, Yogyakarta

Kebangsaan:Indonesia

Pekerjaan:Pekerja sosial

Tahun aktif:1914–1946

Suami/istri:Ahmad Dahlan

Anak:6

Penghargaan:Pahlawan Nasional
Indonesia

Siti Walidah menikah dengan tokoh pembaru Islam Indonesia, KH


Ahmad Dahlan. Ia selalu mendampingi suaminya
mengembangkan organisasi Muhammadiyah di Banyuwangi. Ia
dan suaminya sering mendapat kecamanan dan ancaman dari
mereka yang tidak setuju dengan pembaruan Islam. Meski begitu,
Nyai Ahmad Dahlan tetap memimpin organisasi wanita
Muhammadiyah, Aisyiyah, pada 1918. Selain dididik soal agama,
para pelajar putri juga dididik soal kemasyarakatan dan
ditanamkan rasa kebangsaan sehingga kaum perempuan bisa ikut
berperan aktif dalam pergerakan nasional. Beberapa kali, ia
memimpin Kongres Aisyiah di Surabaya. Kepemimpinannya
memimpin kongres yang besar membuat kagum masyarakat.
Presiden Soekarno dan Panglima Besar Soedirman sering
mengunjunginya untuk bertukar pikiran mengenai situasi
perjuangan.

Anda mungkin juga menyukai