Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PPKN

TOKOH PAHLAWAN NASIONAL

DISUSUN OLEH :
- ATHIFA FAHIRA
- DEVITA JULIANA
- HALIZA
- HELEM YEMIMA P.
- KAREN DEBORA
- MAISA ZAHRA

KELAS : VIII.J

Type equation here .

SMP N 10 MANDAU

T.A 2023/2024
Tokoh pahlawan nasional
1. Sultan Hasanuddin

 Biografi Singkat

Sultan Hasanuddin adalah Sultan Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir
dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape
sebagai nama pemberian dari Qadi ... Wikipedia

Kelahiran: 12 Januari 1631, Makassar


Meninggal: 12 Juni 1670, Makassar
Nama panggilan: Ayam Jantan dari Timur
Pasangan: I Bate Daeng Tommi (m. 1654), I Mami Daeng Sangnging (m. 1645), I Daeng Talele
Nama lengkap: Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana
Anak: Karaeng Galesong, Sultan Amir Hamzah, Sultan Muhammad Ali

Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa dari tahun 1653 sampai 1669. Gowa merupakan
kesultanan besar di wilayah Indonesia timur yang menguasai jalur perdagangan.

Dalam masa perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah Hindia Belanda, Sultan
Hasanuddin berjuang keras menghalau VOC Belanda yang menyerang Makassar. Kerasnya
Sultan Hasanuddin dalam menghadapi Belanda, hingga mendapat julukan De Haantjes van Het
Osten yang artinya Ayam Jantan dari Timur.

Pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya, Sultan Hasanuddin si Ayam Jantan dari Timur,
terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya karena sudah terdesak dengan berbagai
pertempuran. Namun perjanjian tersebut dirasa merugikan rakyat Sulawesi Selatan, sehingga
Gowa mengadakan perlawanan dan pertempuran kembali pada pada tahun 1669. VOC Belanda
berhasil menguasai pertempuan pada tanggal 24 Juni 1669. Sultan Hasanuddin wafat pada
tanggal 12 Juni 1670, setahun kemudian.(IJS)

 Nilai Yang Diteladani


- Cinta tanah air

- Sebagai pejuang, beliau telah menunjukkan kegigihannya dalam melawan penjajah

- Rela berkorban

- Dengan segala kemampuan dan tekadnya berjuang sampai titik darah penghabisan demi
negaranya.

 Relevansi saat ini


Salah satu ajaran filsafat hidup yang menarik dari Sultan Hasanuddin adalah falsafah
maritimnya, yang terkenal dengan jargon “Takunjunga’ bangung turu’, nakugunciri’ gulingku,
kualleangnga tallanga natoalia!” (Layarku telah kukembangkan. Kemudiku telah kupasang.
Kupilih tenggelam daripada melangkah surut!) Filosofi ini masih sangat relevan dengan dunia
pendidikan saat ini. Menempuh pendidikan itu ibarat melakukan pelayaran, diawali dengan
pertimbangan dan perhitungan yang matang; memulai dengan satu tekad (dengan
azas siri dan pacce); menjalani dengan cermat, penuh kesabaran, kerja keras, dan berdoa kepada
sang Pencipta.
2. H. Agus Salim

 Biografi Singkat

H. Agus Salim adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia ditetapkan sebagai salah satu
pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden
Indonesia Nomor 657 tahun 1961. Pekerjaan yang ditekuninya adalah sebagai orator dan
penulis. 

Kelahiran: 8 Oktober 1884, Koto Gadang


Meninggal: 4 November 1954, Jakarta
Anak: Maria Zenibiyang, Mansur Abdurrahman Sidik, Islam Basari, LAINNYA
Jabatan sebelumnya: Menteri Luar Negeri Indonesia (1947–1949), LAINNYA
Pasangan: Zainatun Nahar (1954)
Cucu: Ilya Arslaan Sjahroezah
Organisasi didirikan: Pemuda Muslimin Indonesia

Agus Salim lahir di Koto Gadang, Sumatera Barat, pada 8 Oktober 1884 dengan nama
Masyhudul Haq, yang berarti pembela kebenaran. Ia merupakan putra dari Sutan Mohammad
Salim, seorang jaksa dan hakim kolonial di Tanjung Pinang. Sewaktu kecil, Agus Salim
mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) dan lanjut ke Hogere Burgerschool
(HBS) di Batavia, di mana ia lulus pada 1903 dengan nilai tertinggi di seluruh Hindia Belanda.
Melihat prestasinya, ia berharap agar diberi beasiswa untuk sekolah kedokteran di Belanda.
Namun, permohonannya tidak terkabul. Oleh karena itu, Agus Salim, yang menguasai banyak
bahasa asing sejak usia muda, memilih bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada
sebuah kongsi pertambangan di Indragiri, Riau. Pada 1906, Agus Salim berangkat ke Jeddah,
Arab Saudi, untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda

 Nilai Yang Diteladani

- Memiliki jiwa pengabdian yang tinggi


- Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
- Jujur dan bertanggung jawab
- Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara/kepentingan umum
- Budi pekerti yang baik dan bertindak terpuji dalam kehidupan sehari-hari

 Relevansi saat ini

Pemikiran Agus Salim tentang perjuangan untuk mencapai pemerintahan sendiri atau
memperoleh kemerdekaan, menurutnya kemerdekaan itu tergantung kepada usaha rakyat
bumiputera. Agus Salim menolak pendapat yang statis yaitu menunggu saja kemerdekaan yang
akan diberikan oleh bangsa kolonial Belanda

Hal ini sangat relevan dengan keadaan sekarang, kemerdekaan itu harus diperjuangkan, tidak
bissa ditunggu layaknya untuk mendapatkan pendidikan harusnya ditempuh mulai dari jenjang
SD-Kuliah agar mendapatkan ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman
3. Fatmawati Soekarno

Nama Lengkap : Fatmawati Soekarno

Nama Asli : Fatimah

Lahir : Bengkulu, 5 Februari 1923

Wafat : Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980

Agama : Islam

Orang Tua : Hasan Din (ayah), Siti Chadijah (ibu)

Suami : Ir. Soekarno

Anak : Megawati Soekarnoputri, Guntur Soekarnoputra, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati


Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra

Gelar : Pahlawan Nasional, Ibu Negara Pertama Indonesia

Masa kecil Fatmawati penuh tantangan dan kesulitan, akibat sistem kolonialisme yang dijalankan
oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ayahandanya, Hassan Din semula adalah pegawai perusahaan
Belanda, Bersomij di Bengkulu. Tetapi karena tidak mau meninggalkan kegiatannya sebagai
anggota Muhammadiyah, ia kemudian keluar dari perusahaan itu. Setelah itu, Hassan Din sering
berganti usaha dan berpindah ke sejumlah kota di kawasan Sumatera Bagian Selatan.
 Nilai Yang Diteladani

-Pentingnya pengorbanan

- Menjaga semangat dan mimpi di tengah-tengah keterbatasan yang ada

- Berani

- Visioner

 Relevansi saat ini

Peran ibu fatmawati sangat penting bagi kemerdekaan indonesia, begitupula dengan sekarang
perempuan sangat penting dalam mendidik generasi

4. Gusti Ngurah Rai

Kelahiran: 30 Januari 1917, Kabupaten Badung


Meninggal: 20 November 1946, Kecamatan Marga
Tempat pemakaman: Taman Pujaan Bangsa Margarana
Pasangan: Desak Putu Kari (m. 1938–1946)
Anak: I Gusti Ngurah Tantra, I Gusti Ngurah Alit Yudha, I Gusti Ngurah Gede Yudana
Orang tua: I Gusti Ngurah Patjung, I Gusti Ayu Kompyang
Kebangsaan: Indonesia
Brigadir Jenderal TNI I Gusti Ngurah Rai adalah seorang tokoh militer Indonesia, yang berjasa
dalam Perang Kemerdekaan. Ia merupakan pendiri dan panglima pertama satuan angkatan
bersenjata Republik Indonesia di Kepulauan Sunda Kecil, yang memimpin langsung perlawanan
bersenjata anti-Belanda di Bali.

 Nilai Yang Diteladani


 Nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, peduli sosial dan bertanggung
jawab

 Relevansi saat ini

Sang pelopor perjuangan, menjadi simbol bagi masyarakat bali.jadilah seperti gusti ngurah rai
menjadi pelopor simbol perjuanagan bagi orang yang ia pimpin

5. Otto Iskandar Dinata

Kelahiran: 31 Maret 1897, Kabupaten Bandung


Dibunuh: 20 Desember 1945, Kecamatan Mauk
Anak: Dicky Iskandardinata
Pasangan: Raden Ajeng Sukirah (m. 1923–1945)
Dimakamkan: 21 Desember 1952, Makam Pahlawan Nasional OTTO ISKANDARDINATA,
Lembang
Kebangsaan: Indonesia
Cucu: Nia Dinata
Dalam kegiatan pergarakannya pada masa sebelum kemerdekaan, Otto pernah menjabat sebagai
Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924 dan Wakil Ketua Budi
Utomo cabang Pekalongan tahun 1924. Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad ("Dewan
Kota") Pekalongan mewakili Budi Utomo.

Oto juga aktif pada organisasi Budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi


Sekretaris Pengurus Besar tahun 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942.
Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi,
kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.[3]

Otto juga menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) yang dibentuk pada masa Hindia


Belanda untuk periode 1930-1941.

Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945). Ia


kemudian menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan
Jepang sebagai lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.

 Nilai Yang Di Teladani

Sifat yang berani menentang colonial belanda sehingga beliau di juluki "Si Jalak


Harupat",dan beliau salah satu contoh tokoh yang menyelesaikan pendidikan nya dengan
baik dan patut kita contoh jejak nya

 Relevansi saat ini

Perjuangan lewat pendidikan dilakukan Otto karena dia beranggapan bahwa bangsa
Indonesia akan merdeka dari penjajahan jika mereka berhasil diubah menjadi bangsa
yang berilmu. Begitu pula dengan saat ini orang-orang sekolah demi naik kejenjang yg
lebih tinggi supaya bangsa bisa merdeka dengan pendidikan

Anda mungkin juga menyukai