Anda di halaman 1dari 66

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Judul


Adapun pengertian judul Perencanaan dan Perancangan
Convention Center di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI)
dapat diuraikan sebagai berikut:
Perencanaan :Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto (2008)
adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara
sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Perancangan :Perancangan menurut bin Ladjamudin (2005) adalah
tahapan perancangan (design) memiliki tujuan untuk
mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi yang diperoleh dari
pemilihan alternative sistem yang baik.
Convention :Menurut Fred Lawson (1981) Convention didefinisikan
sebagai pertemuan oleh orang –orang untuk sebuah tujuan
atau untuk bertukar pikiran, berupa pendapat dan
informasi dari sesuatu perhatian atau permasalahan
bersama dari sebuah kelompok. Convention pada
umumnya tentang pemberian informasi yang dikemas
dalam sebuah topik dan biasanya terdapat pameran atau
eksibisi di dalamnya.
Convention menurut Dirjen Pariwisata adalah
kegiatan berupa pertemuan antar kelompok (negarawan,
usahawan, cendikiawan, dan sebagainya) untuk membahas
masalah –masalah yang berkaitan dengan kepentingan
bersama atau bertukar informasi tentang hal –hal baru
untuk dibahas
Menurut wikipedia, Convention adalah pertemuan
besar yang dilakukan olah sekelompok orang untuk tujuan

7
8

tertentu.
Centre :Centre menurut Oxford Dictionary (1991) diartikan
sebagai titik tengah dari tempat atau sekelompok bangunan
sehingga membentuk poin inti dari sebuah jalan atau area;
bagian inti untuk beraktifitas; pusat konsentrasi atau titik
dari penyebaran.
Kabupaten : Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) adalah
Penukal Abab kabupaten di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.
Lematang Ilir Kabupaten PALI merupakan Daerah Otonomi Baru
(PALI) (DOB) hasil pemekaran Kabupaten Muara Enim yang
disahkan tanggal 11 januari 2013 melalui UU No.7 tahun
2013 (sumber : Wikipedia)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari Perencanaan dan Perancangan Convention Centre adalah
proses mempersiapkan kegiatan secara sistematis melalui tahapan desain
untuk memenuhi kebutuhan sarana wadah kegiatan yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan masyarakat untuk mengadakan event seminar, workshop,
pertunjukan musik dan seni yang berlokasi di Kabupaten Pali.

2.2 Tinjauan Convention Centre


2.2.1 Pengertian Bangunan
Pengertian dari Convention Centre adalah suatu tempat atau wadah
yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan khusus atau sebagai pusat
kegiatan pertemuan dan juga tempat pameran guna mengakomodir para
pelaku kegiatan. Pertemuan atau meeting itu dapat berupa rapat, seminar,
workshop, dan lain sebagainya. Namun didalamnya juga terdapat wadah
untuk melakukan kegiatan pameran sebagai kegiatan untuk
mempromosikan barang/jasa maupun pameran berupa pameran karya seni
dan lain-lain.
Convention Center merupakan bangunan komersial dengan
fungsi utama sebuah ruang serbaguna yang sifat pemakaiannya
insidential artinya kegiatan yang dapat diwadahi tidak secara rutin
9

diselenggarakan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan


berbagai jenis kegiatan, seperti, pertemuan-pertemuan berskala besar
seperti konferensi dan pertemuan event seminar, workshop, pertunjukan
musik dan seni.
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa pengertian dari Convention Centre adalah sebuah bangunan yang
didalamnya terdapat berbagai kegiatan khusus dengan sifat pemakaian
insidetial dengan fungsi utama sebagai bangunan konvensi dan eksbisi
serta ditambah dengan beberapa fungsi tambahan.

2.2.2 Fungsi Bangunan


Fungsi utama Convention Centre disini debedakan menjadi 3
fungsi utama, yang masing-masing fungsi memeiliki kriteria dan
kebutuhan ruang masing-masing. Dari pembagian fungsi ini nanti akan
diperoleh kebutuhan ruang yang akan diwadahi oleh Convention Centre
ini.

Tabel II.1 Fungsi Convention Centre

CONVENTION CENTRE
NO
JENIS KEGIATAN
FUNGSI KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS
YANG DIWADAHI
1 RUANG PERTEMUAN/
KONVENSI KONGRES BAALROOM
KONVENSI BAALROOM
KULIAH UMUM BAALROOM
300-1000
SEMINAR BAALROOM ORANG
WORKSHOP BAALROOM
SIMPOSIUM BAALROOM
FORUM BAALROOM
2
RUANG PAMERAN/ PAMERAN RUANG PAMERAN 1000 ORANG
EKSBISI
3 RUANG PERTUNJUKAN
PERTUNJUKAN SENI AUDIOTORIUM
DAN BUDAYA 1000 ORANG
KONSER MUSIK AUDIOTORIUM
4 RUANG MEETING RAPAT MEETING ROOM 20-30 ORANG
Sumber : Analisa Penyusun, 2016
10

Berikut penjelasan lebih rinci mengenai fungsi utama dari


Convention Centre tersebut :
1. Ruang Pertemuan/ Konvensi
Kegiatan yang dapat ditampung oleh sebuah gedung
konvensi Berbagai bentuk pertemuan yang dapat ditampung antara lain :
 Kongres yang merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk
menyelesaikan beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan
pertemuan besar yang bersifat formal untuk bertukar informasi,
mencari pemecahan terhadap permasalahan yang diajukan.
Ciri dari kongres adalah :
 Menarik banyak peminat, di ikuti oleh lebih dari 80 delegasi,
 Ruangan biasanya menggunakan sistem theater dengan atau tanpa
meja.
 Untuk ruang pertemuan/ meeting, bentuk penataan kursi bisa secara
semi circular, horseshoe, segi empat terbuka, atau barisan kursi/
meja ganda.

Gambar 2.1 Macam-macam penataan kursi kongres


Sumber : Mediastika, 2009

 Perlu disiapkan fasilitas pencatat pemungutan suara dan


terjemahan.
 Konferensi adalah Pertemuan formal kelompok organisasi profesi
untuk bertukar pikiran dalam organisasi, operasional, kenyataan yang
terjadi atau informasi terbaru dengan tujuan yang spesifik, dengan ciri
kegiatanya :
 Lama kegiatan minimal selama 6 jam, dihadiri minimal 25 orang
peserta.
11

 Pesertanya adalah anggota yang memiliki tujuan yang sama atau


seprofesi.
 Kegiatan interaktif peserta dengan berbicara langsung dari tempat
duduknya.
 Membutuhkan tempat yang relatif dekat dengan penginapan dalam
satu komplek bila acara lebih dari 1 hari sehingga lebih efektif dan
mudah terjangkau.
 Konvensi juga adalah suatu wadah yang diperguanakan oleh
sekelompok orang untuk melakukan kegiatan dalam bidang tertentu
sesuai jenis aktivitas dalam kaitannya terhadap kegiatan pertemuan.
Adapun ketentuan dari sebuah konvensi adalah :
 Pertemuan berlangsung pada tempt yang telah ditentukan.
 Berlangsung paling sedikit 6 jam
 Diikuti antara 25 hingga 3000 lebih peserta.
 Memiliki agenda dan program acara.
 Seminar, merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang
telah memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas
masalah serta membagi pengalaman antar peserta.
Ciri dari seminar :
 Masalah yang dibahas spesifik dan jelas.
 Ada kajian yang dilaksanakan melalui diskusi yang terarah
 Adanya kesimpulan atau keputusan yang disampaikan pada akhir
acara.
 Workshop, merupakan kegiatan untuk membahas suatu masalah secara
bersama-sama antar kelompok peserta dan melatih satu sama lain
sehingga setiap peserta akan mendapat pengetahuan, keahlian, dan
wawasan mengenai hal-hal yang baru. Misalnya workshop seni lukis,
workshop desain, workshop fotografi, dan lain-lain.
 Simposium, merupakan kegiatan untuk diskusi untuk membahas suatu
persoalan dari berbagai sudut pandang dengan melakukan interaksi
tanya jawab dari seorang ahli dalam bidangnya dengan peserta
yang terlibat. Diskusi ini kadangkala meminta pendapat dari
12

seorang ahli terlebih dahulu sebelum dilempar kepada peserta, melalui


diskusi ini akan didapat perbandingan pandangan paham serta titik-
titik pokok dari suatu masalah.
Ciri-ciri dari simposium adalah :
 Adanya pembahasan masalah dan ada diskusi.
 Tinjauan masalah dilihat dari berbagai disiplin ilmu.
 Tidak ada keputusan tetapi bahan pandangan, hanya bahan
pembanding.
 Forum, merupakan kegiatan diskusi yang menyanggah sebuah
pendapat, dimana pesertanya dari bidang yang berlainan. Disini para
peserta bebas untuk berpartisipasi, misalnya forum yang membahas
tentang bahaya NAPZA, AIDS.
 Kuliah umum, misalnya kuliah umum tentang profesi kerja bagi
mahasiswa.
Di samping kegiatan pertemuan dan pertunjukan, terdapat
kegiatan lain yang dapat diselenggarakan dalam fasilitas ini yang
biasanya diadakan pada hari libur atau pada malam hari di luar
aktifitas pertemuan, antara lain :
 Resepsi pernikahan dengan berbagai konsep penyelenggaraan.
 Acara wisuda mahasiswa.
 Konser musik, dan lain-lain.Jenis dan sifat pertemuan

2. Ruang Pameran / Eksbisi


Ditinjau dari sistem perencanaannya, pameran dapat dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok pameran tetap
1) Pameran Perdagangan (Trade Fair)
Karena pameran sudah sejak lama menjadi bagian dari
organisasi perdagangan, maka sedikit banyak merupakan kesempatan
penawaran hasil-hasil produk baru dengan contoh-contohnya sehingga
dapat disebut juga sebagai ‘test market’. Di sini terjadi hubungan
langsung antara produsen dengan konsumen.
13

2) Bursa
Yaitu suatu tempat dimana terjadi kegiatan jual beli yang hanya
memproduksi sekali dan penjualannyapun sekali saja pada bursa buku,
bursa seni, dll.
3) Exposisi Nasional atau Internasional
Adalah tempat dimana berkumpulnya bermacam-macam stand
yang mewakili daerah atau negaranya masing-masung baik untuk
perdagangan, perindustrian atau kebudayaan.
4) Window Display
Secara tidak langsung merupakan pameran untuk
menstimulir/meningkatkan penjualan suatu toko atau restaurant.
Karena benda yang dipamerkan sebagai contoh yang ada dipajang pada
window display tersebut dapat dibeli oleh orang yang berminat.
5) Information Center
Adalah tempat dimana seseorang mendapatkan penjelasan serta
keterangn baik masalah perdagangan atau prindustrian. Sedang materi
yang dipamerkan merupakan wakil dari keseluruhannya.
b. Kelompok Pameran Keliling
1) Pameran Pertanian
2) Pameran Buku, obat-obatan dan Pendidikan
Pameran ini direcanakan untuk meeyakinkan serta
mempengaruhi pengunjung agar meu menerima kenyataan/keadaan
yang biasanya bertentangan dengan kebiasaan.
c. Kelompok Pameran dengan kasus khusus
1) Showroom
Tempat/ruang untuk pameran yang bangunannya sendiri tidak
mengalami perubahan karena pertimbangan ekonomis, hanya sistem
display yang diubah.
2) Galeri
Merupakan tempat yang dapat menyelenggarakan suatu
pameran baik sosial maupun kebudayaan. Pameran yang
diselenggarakan pada suatu galeri dapat bersifat tetap, semi tetap atau
14

berubah-ubah karena yang dipamerkan mengalami perkembangan.


3) Pameran di udara terbuka
Pameran di udara terbuka/di luar gedung biasanya disebut
outdoor exhibition. Benda yang dipamerkan relatif tahan terhadap
kondisi iklim/cuaca di luar, contohnya pameran konstruksi, pameran
mesin-mesin pertanian. Pada beberapa objek yang rentan terhadap
pengaruh lingkungan, maka digunakan bahan-bahan pengawet khusus
untuk itu.

3. Ruang Pertunjukan
Gedung Pertunjukan merupakan suatu tempat yang dipergunakan
untuk mempergelarkan pertunjukan, baik seni tari, musik maupun drama.
Terkait dengan itu maka persyaratan ruang harus dipenuhi sesuai dengan
fungsinya, agar pesan yang diungkapkan penyaji seni dapat tertangkap
dengan baik sehingga tercapai kualitas pertunjukan yang optimal serta
kepuasan bagi penikmatnya mengingat penonton yang memasuki sebuah
gedung pertunjukan memiliki hak untuk mendapatkan kenyamanan,
keamanan, penerangan yang cukup, pemandangan yang menyenangkan
dan kualitas bunyi yang baik selain kualitas acaranya itu sendiri.
Sesuai dengan fungsi utamanya yaitu sebagai gedung pertunjukan,
salah satu persyaratan yang seharusnya dipenuhi selain tata cahaya adalah
penataan akustik atau tata suara. Pengolahan tata suara yang baik akan
mempertinggi kualitas tampilan pertunjukan dan menciptakan
kenyamanan bagi penikmatnya.
Secara umum, menurut Ernest Neufert dalam buku Data Arsitek
(Neufert, 1993: 124), komponen yang ada pada gedung pertunjukan adalah
sebagai berikut:
1. Organisasi Ruang
Gedung-gedung pertunjukan pada umumnya dibagi dalam tiga
bagian, yaitu:
a. Bagian penerimaan: pintu masuk, pemesanan karcis, serambi
depan, tempat penyimpanan pakaian, dan lain-lain.
15

b. Auditorium: tempat berkumpulnya para penonton pertunjukan


c. Panggung: pangung utama, sayap, daerah belakang panggung,
gudang layar pertunjukan, bengkel kerja, ruang pakaian, ruang
latihan, dan lain-lain.
2. Bentuk-bentuk Gedung Pertunjukan
Orientasi pertama pada sebuah auditorium adalah area
panggung. Panggung diperuntukkan sebagai tempat ekspresi para
penyaji acara. Menurut bentuk dan tingkat komunikasinya, panggung
dibedakan menjadi empat jenis (Mediastika, 2009):

Keterangan :
Penontoon
Panggung

Gambar 2.2 Macam-macam panggung (a)proscenium


(b)terbuka (c)arena (d)extended
Sumber : Mediastika, 2009

a. Panggung proscenium
Panggung ini memiliki bentuk dan perletakan
konvensional, yaitu penonton hanya dapat melihat tampilan penyaji
dari satu arah depan saja. Panggung semacam ini lebih cocok
digunakan untuk pagelaran seni tari atau seni music klasik, karena
pagelaran tersebut tidak memerlukan komunikasi yang intim
dengan penonton.
b. Panggung terbuka
Panggung terbuka ini memiliki bentuk dan perletakan yang
hamper sama dengan panggung proscenium, tetapi panggungnya
lebih menjorok kearah penonton, sehingga penonton juga bisa
melihat tampilan penyaji dari depan dan samping panggung.
16

Panggung jenis ini memiliki komunikasi denga penonton lebih baik


dari pada panggung proscenium.
c. Panggung arena
Panggung arena adalah panggung yang letaknya berada
ditengah-tengah penonton, sehingga penonton bisa melihat
tampilan penyaji dari depan, samping, hingga belakang panggung.
Panggung jenis ini cocok untuk pagelaran musik remaja, grup
band, dan lain-lain.
d. Panggung Extended
Panggung Extended ini adalah pengenbangan dari
panggung proscenium, panggungnya melebar kearah kanan-dan
kiri. Perluasan panggung ini tidak dibatasi oleh dinding, sehingga
penonton bisa melihat tampilan penyaji dari arah depan dan
samping panggung. Panggung jenis ini cocok digunakan untuk
acara penganugerahan, seni, ataupun musik.

4. Ruang Rapat/ Meeting Room


Meeting room mempunyai pengertian yang berbeda dengan
conference hall maupun banquet hall, meskipun kadang-kadang istilah-
istilah tersebut sering diartikan sama, karena ketiganya samasama
menunjuk pada ruang pertemuan. Sebenarnya antara meeting room dengan
conference hall ada perbedaan. kata meeting mengandung pengertian yang
lebih sempit, dengan jumlah peserta yang lebih sedikit, ruangan dan
peralatan yang digunakannya pun lebih sederhana dan waktu yang
digunakan lebih pendek.

Gambar 2.3 Meeting Room


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016
17

Meeting Room memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Kapasitas ruangan dibawah 50 orang
2. Peralatan yang digunakan relative sedikit dan sederhana
3. Penanganan didalam pelayanannya tidak memerlukan tenaga yang
banyak namun juga profesional.
Ruang rapat dapat dibedakan menjadi beberapa tipe diantaranya :
1. Bentuk klasikal/kelas
Bentuk klasikal/kelas cocok untuk jumlah peserta yang banyak.
Berikut ini pengaturan tempat duduk di ruang rapat gaya
klasikal/kelas.

Gambar 2.4 Bentuk Klasik/kelas


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

2. Bentuk konferensi atau bentuk empat persegi panjang,


dimaksudkan agar semua peserta merasa dihargai dan untuk
meninmbulkan semangat team work.

Gambar 2.5 Bentuk Konfrensi


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

3. Bentuk huruf U
Pengaturan tempat duduk di ruang rapat bentuk huruf U cocok
untuk rapat informal. Bentuk ini bagus untuk kelompok-kelompok
18

kecil yang membutuhkan percakapan, baik antara presenter dan peserta


atau peserta dengan peserta.

Gambar 2.6 Bentuk huruf U


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

4. Bentuk workshop
Pengaturan tempat duduk di ruang rapat bentuk workshop
cocok untuk diskusi kelompok.

Gambar 2.7 Bentuk Workshop


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

2.2.3 Pelaku Kegiatan


Mengingat bahwa Convention Centre adalah wadah untuk kegiatan
pertemuan dan pameran. Pelaku kegiatan Convention Centre dibagi
menjadi beberapa jenis, antara lain :
a. Pemakai Utama
1) Peserta
 Pejabat Pemerintah meliputi delegasi pemerintah baik dalam
maupun luar negeri yang mengunjungi suatu konvensi dan
pameran. Biasanya tujuan mereka datang adalah untuk
membahas masalah negara. Untuk tujuan di eksibisi biasanya
untuk melihat –lihat karya seperti produk pameran sayembara
19

arsitektur dan lain –lain.


 Usahawan di bidang konvensi biasanya datang dalam bentuk
seminar produk. Dan dalam bidang eksibisi datang dalam
pameran promosi produk. Tujuannya tak lain untuk
memperluas koneksi antar pengusaha dengan konsumen dan
masyarakat umum serta pengusaha lainnya.
 Cendekiawan dan profesional meliputi ilmuan dan
sebagainya, dalam acara konvensi mereka datang guna
membahas suatu permasalah sains dan atau membagi ilmu
mereka dalam seminar dan sejenisnya. Apabila dalam kegiatan
pameran, tak terlalu sering mereka melakukan pameran,
namun biasanya pameran dilakukan berupa memamerkan
karya nya seperti pameran desain arsitektur
 Peserta umum peserta ini biasanya datang dalam acara berupa
konser pertunjukan musik maupun kebudayaan. Dalam bidang
eksibisi, mereka datang untuk sekedar melihat pameran.
2) Masyarakat umum
 Penyelenggara disebut Organizing Comitee yang merupakan
induk atau sponsor dari penyelenggara acara beserta
kepanitiaannya.
 Pengelola pada umumnya bangunan seperti ini dikelola oleh
pihak swasta. Mereka mengelola dalam bidang perawatan
bangunan, kelancaran operasional, dan administrasi.

2.2.4 Fasilitas Ruang


Fasilitas ruang dibedakan menurut fungsi ruangan. Hal ini
dikarenakan masing-masing ruangan memiliki fungsi dan fasilitas yang
berbeda.. Berikut fasilitas ruang menurut fungsi ruangan :
a. Fasilitas Ruang Pertemuan/ Konvensi
Fasilitas ini berfungsi sebagai ruang serbaguna yaitu untuk
pertemuan, pameran, resepsi pernikahan, dan pertunjukan. Ruangan
dapat dibagi-bagi menjadi ruang-ruang lebih kecil untuk meningkatkan
20

fleksibilitas. Material langit-langit dan dinding berdaya serap suara


yang baik untuk menunjang akustik ruang. Ruang pertemuan memiliki
dinding sekat yang bersifat fleksibel yang dapat disesuaikan dengan
jenis dan kapasitas pertemuan yang diadakan.
Ruang ini memiliki perlengkapan standar seperti meja, kursi,
infokus, layar, papan tulis dan lain-lain yang disusun sesuai dengan
kebutuhan. Fasilitas ini memerlukan ruang pendukung (Sumber:
Hutabarat, 2010), sebagai berikut:

Conference hall

Ballroom

Ruang penyelenggara acara/panitia

Pantry persiapan untuk mempersiapkan makanan

Gudang yang berfungsi untuk menyimpan meja, kursi, peralatan
hall seperti lampu, signage, display item, audiovisual aid
equipment, extra stand, dan lain-lain.

Ruang kontrol untuk mengontrol pencahayaan dan tata suara ruang

Ruang untuk menyimpan partisi

Ruang Persiapan (Green Area)

Ruang penyimpanan peralatan panggung

Ruang tunggu

Gambar 2.8 Confrence Hall/ Audiotorium


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016
21

Gambar 2.9 Ballroom


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk


pertunjukan, seminar dan acara lain di dalamnya yang biasanya
menampung peserta yang banyak. Beberapa hal yang mempengaruhi
dalam mendesain auditorium adalah:
1. Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.
2. Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal
dapat digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain
waktu dapat digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.
3. Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti;
perjamuan, 21offee bar, dan service.
4. Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya.
5. Aksen dan persyaratan sirkulasi.
6. Bentuk auditorium yang direncanakan. Menurut Roderick Ham
(1974; hal. 17-23) bentuk auditorium dan hubungannya dengan
panggung adalah sebagai berikut:
 360 o Encirclement
Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh
audiensi di semua sudutnya. Pintu masuknya berada di bawah atau
sejajar panggung. Bentuk ini di Indonesia diaplikasikan pada
panggung – panggung tradisional seperti pendopo yang berada di
tengah.
22

Gambar 2.10 Bentuk Theatre 360 Encirclement


Sumber : Mediastika, 2009

 210 –220 Encirclement


Posisi tempat duduk mengelilingi 2/3 dari panggung.

Gambar 2.11 Bentuk Theathre 210-220 Encirclement


Sumber : Mediastika, 2009

 180 Encirclement
Bentuk ini digunakan pada jaman romawi kuno, posisi
audience berada tepat di depan panggung. Bentuk ini dikenal stages”
 90 Encirclement
Bentuk ini mirip dengan kipas, pandangan seluruh audience
terfokus pada panggung. Bentuk ini fleksibel dengan back ground
screen.
 Zero Encirclement
Bentuk ini biasa disebut “Stages End” memiliki posisi
audience. Bentuk ini muncul karena pilihan struktur shell.
23

Gambar 2.12 Bentuk Theatre Zero Encirclement


Sumber : Mediastika, 2009

7. Penataan tempat duduk auditorium yang direncanakan


Menurut Lawson (1981; hal. 142) hal yang perlu diperhatikan
adalah estetika pengaturan tempat duduk, perawatan, pembersihan,
jarak pandang, dan orientasi pada audio visual, kapasitas, dan lamanya
evakuasi ketika terjadi bencana. Ada 2 sistem penataan tempat duduk
yaitu:
 Sistem Tradisional
Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris.
Terdapat jalur sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya.

Gambar 2.13 Sistem Penataran Auditorium Tradisional


Sumber : Fred Lawson,1981

 Sistem Kontinental
Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga
dapat di masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional.
24

Gambar 2.14 Sistem Penataran Auditorium Continental


Sumber : Fred Lawson,1981

b. Fasilitas Ruang Pertunjukan


Gedung ini disediakan untuk menampung pertunjukan tari dan
musik. Pada tari, para penari melakukan pertunjukan di atas panggung,
sedangkan dansa melakukan pertunjukan di lantai. Oleh karena itu,
gedung pertunjukan harus dapat disesuaikan dengan kedua
kebutuhan.kebutuhan.

Gambar.2.15 Batasan Penglihatan dan Pendengaran pada


gedung Pertunjukan
Sumber :Littlefield , 2008
25

Tabel II.2. Lebar Panggung untuk Berbagai Pertunjukan

Kecil Sedang Besar


Drama 8 10 10
Opera 12 15 20
Tari 10 12 15
Musik 10 12 15
Lain-Lain 12 15 20
Sumber : Appleton, 2008

Di dalam gedung pertunjukan terdapat toilet untuk penonton


dan penampil, ruang ganti, ruang rias, lobby, ruang 25ontrol dan juga
gudang.

Gambar 2.16 Format Auditorium untuk Opera, Tari dan Musik


Sumber : Appleton, 2008

Gambar 2.17 Concert Hall


Sumber : http//www.google.com

Concert hall adalah suatu fasilitas untuk mengkomunikasikan


segala jenis performing arts. Komponen utama pada sebuah concert
hall:
 Auditorium/stage
26

 Ruang publik
 Backstage
Auditorium mempunyai deretan kursi penonton yang sama.
Maksimum proporsi pada balkon layang yang disarankan adalah 1 : 1
untuk pertunjukan konser, dan 2 : 1 untuk pertunjukan opera, drama.
Untuk balkon layang cara menghitungnya ialah nisbah D : H yang lebih
besar dengan jalan yang mengabaikan pantulan energi pada tempat
duduk dari arah belakang. Deretan paling belakang hendaknya
mempunyai garis pandang yang tegas ke pusat sumber suara. Balkon
layang diletakkan di luar proyeksi sorotan lampu. Sudut garis pandang
maksimum dari balkon ke panggung adalah 30 derajat.

Gambar 2.18 Langit-langit dan Balkon Audiotrium


Sumber : Pickard, 2002

Bentuk langit-langit yang permukaannya cembung dan tak


beraturan membantu difusi suara dalam gedung. Sedangkan bentuk
kubah, kolong (gang dengan bentuk cekung) dan bentuk-bentuk cekung
besar lainnya sering menimbulkan masalah akustik. langit-langit yang
lebih tinggi menyebabkan waktu pantul lebih lama seperti yang
dibutuhkan untuk pertunjukan konser. Ruang tipikal diperhitungkan
20,5 m3 – 35 m3/t. Tempat duduk penonton pada gedung yang
digunakan untuk konser, panggung dan sebagianya diperhitungkan
sebagai satu kesatuan isi gedung.
27

Gambar 2.19 Kursi penonton balkon auditorium


Sumber : Pickard, 2002

Pada-gedung-gedung serba guna keadaan tersebut diatasi


dengan memasang dinding-dinding penutup atau pembatas guna
memperkeras suara-suara musik orkestra di mana panggung digunakan
sepenuhnya hanya untuk tempat mengadakan pertunjukan dan gerak
saja. Persyaratan akan kebutuhan akustik akan berpengaruh terhadap
daya pantul permukaan langit-langit yang terletak di atas bagian ruang
untuk orchestra atau konser yang akan memantul ke arah bagian atas
tempat duduk penonton.

Gambar 2.20 Bentuk Langit-langit


Sumber : Pickard, 2002
a. Tempat Duduk
Ukuran tempat duduk untuk ruang theater, auditorium
tergantung pada ienis kursi dan jarak tempat duduk yang
disyaratkan terlebih dulu menentukan tipe kursi yang akan
digunakan.Kursi bergaya tradisional membutuhkan jarak minimum
28

840 dan lebar 500, sedangkan ukuran yang umumnya digunakan


orang di Amerika Serikat adalah 530. Kursi bergaya modern
mempunyai ukuran yang bermacam-macam dapal membutuhkan
jarak 1400 dan lebar 750.
Ruang untuk tempat berdiri yang semula merupakan hal
yang biasa digunakan, namun sekarang jarang ditemui pada gedung
pertunjukan modern. Tempat duduk pada pertunjukan modern
disusun dalam deretan lurus dan melengkung, pada beberapa
gedung telah dicoba susunan kursi yang menyerong, untuk
mendapatkan titik pusat tempat duduk yang baik maka perlu
mencoba berbagai posisi penataannya. Jari-jari yang pendek
memungkinkan semua penonton dapat menghadap lurus ke pusat
panggung atau stage, tetapi hal ini harus dipertimbangkan agar
dapat memperoleh ruang sirkutasi yang cukup pada bagian sisi
kursi-kursi di sebelah bawah terdepan. Dalam ruang pertunjukan
ada dua macam tempat duduk yaitu :
 Tempat duduk panggung (balkon)
Tempat duduk panggung ini dapat memberikan garis
pandaig yang lebih baik dibandingkan gedung dengan deretan kursi
biasa. Selain itu dapat mempermudah jalan keluar dan menambah
jumlah penonton.
 Tempat duduk flexiblel
Tempat duduk lepas (flexiblel) yang biasa digunakan pada
lantai datar akan menghasilkan garis pandang yang jelek, karena
harus digunakan hanya untuk sesaat saja. Ruang penyimpanan
untuk kursi lepas juga harus disediakan, untuk 1000 kursi lipat
membutuhkan tempat penyimpanan seluas 20-36 m2.
Tinggi tempat duduk panggung (balkon) di ruang penonton
terletak pada garis pandangan. Konstruksi garis pandangan berlaku
untuk semua tempat duduk si ruang penonton. Misalnya orang
yang meninggalkan theater atau ruang pertunjukan kemudian
29

penonton duduk di tempat kosong, maka setiap baris kedua


membutuhkan ketinggian pandangan secara penuh sekitar 12 cm.

Gambar 2.21 Tinggi tempat duduk teater


Sumber : Neufret, 1993

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam auditorium/stage ini


adalah:
a. Garis pandangan (sight lines)
Garis pandangan ini adalah untuk mendapatkan
pemandangan penonoton yang jelas, bebas dari halangan dan
terbuka

Gambar. 2.22 Garis Pandang Penonton


Sumber : Neufret, 1993

Keterangan
Tinggi mata: 1120 mm
Tapak tempat duduk lapis (baris spasi) T: 800-1150mm kepala clearance C:
C1 = 60mm minimum (lihat antara kepala di depan)
C2 = 120mm (wajar standar viewing)
30

b. Pengaturan kursi auditorium


Pengaturan kursi ini adalah untuk memberikan kenyamanan
penonton pada suatu pertunjukan.
 Dimensi kursi
 Lebar kursi dengan sandaran lengan minimal 525 mm o
Lebar kursi tanpa sandaran lengan minimal 450 mm
 Tinggi kursi dan kemiringan : 430-450 mm dan sudut
horizontal 7-9º
 Tinggi sandaran punggung dan kemiringan 800-850 mm
dari lantai (dapat ditinggikan untuk alasan akustik) dan
sudut belakang 15-20º
 Kedalaman kursi : 600-720 mm untuk kedalaman kursi dan
sandaran punggung, jika kursi dapat dilipat maka
kedalaman : 425-500 mm
 Sandaran lengan : lebar min.50 mm, tinggi 600 mm diatas
lantai. o Jumlah kursi dalam satu baris:

Gambar 2.23 Detail kursi


Sumber : Neufert, 1993

 Jika terdapat 2 gangways pada tiap sisi baris : 22 kursi.


 Jika hanya terdapat 1 gangways di dalam satu sisi baris : 11
kursi
 Ruang antar baris kursi:
 Ruang lewat (clearway) : min 300-500 mm
 Dimensi jarak antar baris : min 850 mm
31

Gambar 2.24 Detail jarak kursi


Sumber : Neufert, 1993
 Gangways
 Lebar min 1100 mm
 Kemiringan 1:10 dan 1:12 jika digunakan oleh
pemakai kursi roda.
 Landasan yang lebih miring harus memilki anak
tangga biasa.
c. Fasilitas Meeting Room
Meeting room sendiri merupakan fasilitas pada
Convention Centre yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan
yang berhubungan dengan bisnis, seperti rapat, atau kepentingan
lainnya seperti konferensi pers, seminar, dan sebagainya. Meeting
room sendiri merupakan bagian dari fasilitas business center yang
umum ditemukan di Convention Centre. Karena tidak sedikit tamu
yang, juga mengadakan pertemuan atau meeting dengan
menggunakan fasilitas meeting room ini.

Gambar 2.25 Meeting Room


Sumber : http//www.google.com
32

Ruang rapat dibagi dalam beberapa kriteria, hal ini


bergantung dari jumlah orang yang akan menghadiri rapat, dan
tingkat kepentingan dari rapat tersebut. Berikut ini jenis-jenis
ruang rapat, yaitu :
a. Ruang rapat kecil (Luas 2 m²/orang)
Adalah ruang rapat tertutup untuk 2-4 orang yang bisa
digunakan untuk rapat formal maupun informal.
Biasanya pada layout kantor ruang ini diletakkan di area dalam
kantor, karena hanya digunakan oleh karyawan yang ingin
berdiskusi casual.
b. Ruang rapat besar (Luas 2m²/orang)
Adalah ruang rapat untuk 5 sampai dengan 10 orang
lebih. Letak ruang ini sebaiknya berdekatan dengan pintu masuk
kantor untuk mengakomodir kemudahan tamu dari luar kantor
yang akan mengikuti rapat.
c. Meeting point (Luas 1m²/orang)
Adalah ruang berukuran kecil, berkapasitas antara 2-4
orang, biasa digunakan tim untuk berdiskusi sebelum
melanjutkan ke rapat besar dengan tim lainnya. Letak ruang ini
sebaiknya berdekatan dengan pintu masuk dan ruang rapat besar.
Berikut ini beberapa keuntungan dan kemudahan yang
bisa didapatkan dari mengadakan pertemuan bisnis di meeting
room di Convention Centre, di antaranya:
 Pihak pengelola sudah menyediakan segala perlengkapan
yang diperlukan ini, mulai dari personal computer atau
laptop, printer, layar LCD, dan fotokopi dokumen yang
diperlukan.
 Tersedia kebutuhan untuk konsumsi/ catering
 Lebih fokus pada jalannya pertemuan bisnis. Karena semua
peralatan dan perlengkapan hingga konsumsi sudah ditangani
oleh pihak pengelola maka pengguna bisa fokus pada
pertemuan bisnis yang tengah berlangsung.
33

 Bisa menampung lebih banyak peserta.

2.2.5 Kriteria Lokasi


Dalam pemilihan tapak perancangan bangunan sebagai gedung
Pertemuan yang berfungsi sebagai gedung Pusat Pertemuan, Pertunjukan,
dan Pameran, maka harus dipertimbangkan beberapa hal tentang dasar
pemilihan lokasi tapak, antara lain:
1. Kedekatan dengan Fasilitas Penunjang lainnya
Ada beberapa fasilitas yang diwadahi dalam perancangan ini,
maka perlu adanya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya yang berada di
kawasan tapak perancangan yang mendukung pada objek perancangan.
Terkait dengan penunjang objek perancangan, maka memerlukan
fasilitas hotel, villa terdekat agar memudahkan pengunjung, selain juga
menambah pada sector ekonomi dari hotel dan villa yang ada.
2. Jumlah usaha
Adakalanya, lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang merupakan
kawasan degan lokasi sejenis, sehingga akan berpengaruh pada
pengguna bangunan.
3. Jumlah Traffic
Banyaknya aktifitas kendaraan atau orang-orang yang berada pada
suatu lokasi juga mempengaruhi. Banyaknya aktifitas-aktifitas tersebut
membuktikan bahwa lokasi tersebut sering dilalui banyak yang
melewati tempat tersebut. Kemudian akses lokasi juga perlu
diperhatikan sehingga memudahkan orang-orang untuk memasuki area
itu.
4. Pusat keramaian
Sama dengan point di atas, jika lokasi berada di bagian pusat
perbelanjaan .Kebanyakan pusat lalu lalang yang terbaik adalah di
outlet-outlet makanan.
5. Akses karyawan
Jarak usaha dengan akses usaha juga perlu diperhatikan. Apabila
usaha yang jarak tempuhnya sangat jauh dari tempat tinggal karyawan
34

akan menjadi kontra produktif buat seorang karyawan. Karena itu,


lokasi sebaiknya terbilang cukup dekat terutama bagi karyawan utama.
6. Zona
Lokasi yang dipilih harus sesuai dengan zona peruntukan kawasan.
7. Kompetisi
Pertimbangan mengenai tingkat kompetisi usaha juga perlu. Jika di
lokasi tersebut sudah jenuh dengan usaha yang menawarkan produk
sejenis, bisa jadi lokasi itu menjadi tidak strategis untuk ditetapkan
sebagai lokasi bisnis atau usaha.
8. Appearance
Keamanan, kredibilatas, harga sewa, kenyamanan serta keamanan
suatu lokasi juga dapat mempengaruhi. Kondisi lingkungan sekitar
bisnis juga perlu diperhatikan. Jika lokasi tersebut memenuhi criteria
itu, maka memungkinkan penempatan lokasi usaha. Hal ini juga
memungkinkan usaha yang dijalankan dapat menarik dan menjaring
pasar di daerah sekitar. Karena dalam suatu kasus tertentu, karena
lokasi usaha yang memenuhi criteria ini dibutuhkan oleh pasar lain.
Contohnya saja, suatu mall dapat menarik pasar real estate untuk
melakukan pembangunan di sekitarnya.
9. Kebutuhan Lahan Parkir
a. Penentuan Kebutuhan Parkir
Parkir yang akan digunakan pada Culture Center ini adalah
parker yang bersifat sementara, karena didalamnya terdapat
bioskop, gedung pertunjukan, dan lain sebagainya yang
penggunaan parkirnya hanya bersifat sementara. Penentuan Satuan
Ruang Parkir. Sumber: Departemen Perhubungan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat, 1996
35

Tabel II.3 Satuan parkir kendaraan

A B C D E

Golongan I 2,3 4,6 3,45 4,70 7,6

Golongan 2,5 5,0 4,30 4,85 7,75

II

Golongan 3,0 6,0 6,0 5,0 7,9


III

Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah


sebagai berikut:
 Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang

Gambar 2.26 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang


Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

 Satuan Ruang Parkir untuk Bus/Truk

Gambar 2.27 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truk


Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996
36

 Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor

Gambar 2.28 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Sepeda Motor


Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

b. Pola Parkir.
Berikut ini adalah pola parkir yang bisa diterapkan pada
ruang sempit dan ruang yang lebar.

 Membentuk sudut 90o

Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak


jika dibandingkan dengan pola parkir paralel, tetapi kemudahan
dan kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan
keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika dibandingkan dengan

pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari 90o.

Keterangan :
A= lebar ruang parkir (M). B= lebar kaki ruang parkir (M). C= selisih panjang
ruang parkir (M). D = ruang parkir efektif (M). M= ruang manuver (M). E= ruang parkir
efektif ditambah ruang manuver(M)

Gambar 2.29 Parkir dengan sudut 90o


Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996
37

Tabel II.4 Parkir dengan sudut 90o

A B C D E

Golongan I 2,3 2,3 - 5,4 11,2

Golongan 2,5 2,5 - 5,4 11,2

II

Golongan 3,0 3,0 - 5,4 11,2

III

Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

 Membentuk sudut 30o, 45o, 60o


Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak
jika dibandingkan dengan pola parkir paralel, dan kemudahan
dan kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan
keluar ke ruangan parkir lebih besar jika dibandingkan dengan
pola parkir dengan sudut 90o

Keterangan :
A= lebar ruang parkir (M). B= lebar kaki ruang parkir (M). C= selisih panjang ruang
parkir (M). D = ruang parkir efektif (M). M= ruang manuver (M). E= ruang parkir efektif ditambah
ruang maneuver (M)

Gambar 2.30 Pola Parkir sudut 60o


Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996
38

Tabel II.5 Parkir dengan sudut 60o


A B C D E

Golongan I 2,3 3,5 2,5 5,6 9,3

Golongan 2,5 3,7 2,6 5,65 9,35


II

Golongan 3,0 4,5 3,2 5,75 9,45

III

Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

Keterangan :
A= lebar ruang parkir (M). B= lebar kaki ruang parkir (M). C= selisih panjang ruang
parkir (M). D = ruang parkir efektif (M). M= ruang manuver (M). E= ruang parkir efektif
ditambah ruang maneuver (M)

Gambar 2.31 Pola Parkir sudut 45o


Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

Tabel II.6 Pola Parkir sudut 45o

A B C D E

Golongan
I 2,3 4,6 3,45 4,70 7,6

Golongan 2,5 5,0 4,30 4,85 7,75

II

Golongan 3,0 6,0 6,0 5,0 7,9

III
39

Keterangan :
A= lebar ruang parkir (M). B= lebar kaki ruang parkir (M). C= selisih panjang ruang parkir (M). D
= ruang parkir efektif (M). M= ruang manuver (M). E= ruang parkir efektif ditambah ruang
maneuver (M)

Gambar 2.32 Pola Parkir sudut 30o


Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

Tabel II.7 Pola Parkir sudut 30o

A B C D E

Golongan I 2,3 2,9 1,45 5,95 10,55

Golongan II 2,5 3,0 1,5 5,95 10,55

Golongan III 3,0 3,7 1,85 6,0 10,6

Sumber : Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat, 1996

2.3 Elaborasi Tema


Tema perancangan yang digunakan pada Perencanaan Convention
Centre adalah tema “Arsitektur Metafora”, yaitu menerapkan bentuk
benda lain untuk diadaptasikan pada bangunan yang akan dibuat.
2.3.1 Tinjauan Teoritis Tentang Metafora
Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Metafora
berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang terdiri atas 2
buah kata yaitu:
“metha” yang berarti : setelah, melewati
“pherein” yang berarti : membawa
40

Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata, bukan arti


sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan
perbandingan. Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan
arsitektur dengan bahasa.
Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern
Architecture”, metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh
pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan
bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena
adanya kemiripan.
Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam
“Introduction of Architecture”, metafora mengidentifikasikan pola-pola
yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat
keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal.
Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in
Architecture”, metafora pada arsitektur merupakan salah satu metode
kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of
Architecture”, suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai
suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih
baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan
suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek
sebagai suatu yang lain.
Ada tiga kategori dari metafora Menurut Anthony C. Antoniades :
 Intangible Metaphors (metafora yang tidak diraba)
Yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep,
sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual,
naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya)
 Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba)
Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material.
 Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya)
41

Secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-


unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan
kebaikan kualitas dan dasar.
Arsitektur yang berdasarkan pronsip-prinsip metafora, pada
umum nya dipakai jika:
 Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu
subjek ke subjek lain.
 Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan
sesuatu hal yang lain.
 Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau
penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau
melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang
dipikirkan dengan cara baru).
Kegunaan penerapan metafora dalam arsitektur sebagai salah
satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas arsitektural,
yakni sebagai berikut :
 Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut
pandang yang lain.
 Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interpretasi pengamat.
 Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian
dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum
sama sekali ada pengertiannya.
 Dapat menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif.

2.3.2 Contoh Bangunan Dengan Tema Sejenis


Berikut contoh bangunan yang menerapkan konsep metafora
dalam karya arsitektur, akan dijadikan contoh terhadap tema Perencanaan
Convention Centre di Kabupaten Pali.
a. GuggenheumMuseum,Bilbao,Spanyol.

Berdiri diatas lahan segitiga seluas 32.700 M2, selatan tepi


sungai Nervion, Bilbao, Spanyol yang menjadi daerah komersil,
42

industri perkapalan dan jalan kapal dagang. Didesain oleh arsitek


Frank O.Gehry. Pada desain Guggenheim Museum ini Frank O.Gehry
menggunakan konsep metafora, beliau memetaforakan sebuah ekspresi
yang mewakili latar belakang budayanya, dimana dunia semakin sibuk,
waktu terasa semakin cepat dan memburu.

Gambar 2.33 Gugenhem Museum


Sumber : Google Image, 2017

Suasana hiruk pikuk seperti ini merupakan termasuk kedalam


jenis kategori metafora abstrak (intangible metaphor), karena hiruk
pikuk merupakan sebuah kualitas objek (alami, tradisi, budaya) yang
tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba (abstrak). Dalam desainnya
Gehry tidak hanya memetaforakan satu sifat melainkan ada
penambahan lainnya, yaitu Gehry memetaforakan bentuk dan
pergerakan ikan dalam air dan bekas yang ditinggalkannya dapat
dijadikan ide rancangan, selain didasari dengan hal tersebut Gehry
memang menyukai bentuk pergerakan ikan.
Bila dilihat dari sudut pandang ini pergerakan ikan temasuk
kedalam jenis kategori metafora konkrit (tangible metaphor). Dengan
demikian Guggenheim Museum dapat disimpulkan menggunakan
metafora kombinasi (combined metaphor) karena didalamnya terdapat
dua konsep metafora yaitu penggabungan antara metafora abstrak
(intangible metaphor) dengan metafora konkrit (tangible metaphor).
43

Tetapi banyak pengamat memberikan tanggapan yang berbeda


antara lain mengansumsikan bentuk Guggenheim merupakan metafora
langsung dari bentuk- bentuk seperti bunga mawar, bentuk kapal, dan
ikan. Dengan demikian penulis menyimpulkan bangunan Guggenheim
Museum merupakan bangunan yang berhasil dalam penggunaan
metafora kombinasi. Dan sampai sekarang sudah terbukti karena
Guggenheim museum telah menjadi landmark kota Bilbao. Spanyol.

Gambar 2.34 Tampak GuggenheumMuseum


Sumber : Google Image, 2017
b. Stasiun TVG

Proyek Lyon TGV sendiri merupakan sebuah kompetisi yang


dimenangkan oleh Santiago Calatrava. Klien dalam kompetisi ini
mencari struktur simbolik yang menarik sebagai landmark tapi tetap
nyaman untuk digunakan. “Proyek stasiun Lyon-Satolas TGV ini
merupakan platform untuk melayani gabungan antara maskapai
penerbangan, jalan raya, jaringan rel kereta api, yang ditandai dengan
kesatuan tindakan, kesatuan tempat dan kesatuan waktu.
Rencana awal adalah untuk membuat stasiun bawah tanah,
sampai akhirnya terpilih desain dari Santiago Calatrava, yang langsung
membuat proses kontstruksinya secara langsung. Dengan
menggabungkan besi sebagai atap, lalu kerangka logam yang
membentuk sayap serta kaca di bagian dinding dan atap, oleh karena
itu proyek stasiun Lyon-Satolas ini disebut berani dan ekstrim.”
1. Arsitek : Santiago Calatrava
2. Lokasi : Lyon, Perancis
3. Menang Kompetisi :1989
44

4. Selesai Project :1994


5. Proyek Arsitek : Alexis Bourrat, sebastien Mamet
6. Tim Proyek : Dan burr, David Long
7. Fungsi : Stasiun

Santiago Calatrava merancang stasiun kereta TGV ini sebagai


penghubung antara bandara ke pusat kota Lyon. Desainnya terlihat
seperti metamorfosis dari sayap burung yang terbuka. Selain itu,
Calatrava juga ingin menjelaskan bahwa dia mendapat inspirasi itu dari
bentuk mata manusia.

Gambar 2.35 Konsep desain


Sumber : Google Image, 2017

Untuk bagian tengah diciptakan sebuah pusat bangunan yang


melengkung dan terbuat dari kaca untuk pencahayaan alami bangunan
pada siang hari. Sisi lengkung bangunan yang membentuk sayap
terbuat dari material baja dan kaca yang didukung oleh struktur beton
bertulang. Sehingga Lyon TGV station ini dirancang dengan struktur
beton dan baja setinggi hampir 40 meter dan bangunan ini dirancang
seperti seekor burung raksasa dengan sayap terkembang.

Gambar 2.36 Transformasi Bentuk


Sumber : Google Image, 2017
45

Bentuk dipilih yang ekspresif tapi mudah dipahami dengan citra


yang bisa langsung diasosiasikan dengan lingkungan sekitar ketika
dilihat baik melalui darat maupun udara. Bentuk tersebut
melambangkan ide dari penerbangan itu sendiri, karakter dari
pemandangan gunung dan perwujudan gagasan yang tinggi.
Kompleksitas yang ada melahirkan ide untuk pencahayaan
meskipun menggunakan material-material yang berat seperti baja dan
beton. Penumpang akan langsung dapat merasakan bahwa mereka
memang sudah di bandara ketika baru saja tiba dari penerbangannya.
Oleh sebab itu, platform atap dibuat rendah untuk memberikan
pandangan yang bebas menuju background dari bangunan bandara
tersebut, dan akses lalu lintas diatur sedemikian rupa agar mengarah ke
bangunan utama melalui bagian depan untuk menonjolkan tampilan
luar dan fungsi bangunan.
Calatrava juga menentukan pergerakan apa saja yang berlangsung
di sana: perlintasan kereta, bus, mobil, dan pejalan kaki. Ada ketentuan
khusus berkaitan dengan pergerakan tersebut, yakni orientasi
penumpang yang baik. Ukuran dan arah dari volume bangunan
membuat penumpang tetap terorientasi dengan baik. Atap menjadi
penyelesaian terbaik dari bangunan ini: dirancang rumit sehingga
mudah ditemukan, dilihat, dan diingat. Bentuknya mencerminkan
siluet seekor burung raksasa yang mengembangkan sayapnya di atas
platform bangunan.

Gambar 2.37 Tampak depan dan tampak belakang


Sumber : Google Image, 2017
46

2.4 Studi Banding


Sebagai panduan dalam melakukan Perencanaan dan Perancangan
Convention Centre di Kabupaten Pali maka dilakukan studi banding ke
beberapa bangunan dengan fungsi sejenis. Hal ini diharapkan dapat
membantu menentukan kebutuhan ruang, besaran ruang dan kebutuhan
fasilitas pendukung lainnya yang terdapat pada bangunan tersebut. Berikut
ini adalah hasil tinjauan lapangan pada bangunan Grand Athyasa
Convention Centre dan Bima Sakti Convention Centre.
2.4.1 Grand Athyasa Convention Centre
Lokasi Grand Athyasa Convention Centre berada di Jalan Kapten
Anwar Arsyad No.22, Ilir Barat I, Kota Palembang. Kawasan ini
berdekatan dengan Griya Agung yang merupakan kediaman dari Gubernur
Provinsi Sumatera Selatan dan berada dekat dengan area permukiman
warga. Lokasi berada tidak jauh dari pusat kota berjarak sekitar 15 menit
menuju pusat kota dan dapat dijangkau dari segala arah dengan
menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Didirikan pada tahun
2013, Grand Atyasa Convention Centre (GACC) adalah yang pusat
konvensi pertama modern dan mewah yang ada di kota Palembang, jarak
tempuh hanya 20 menit dari bandara. Dengan satu Grand Ballroom untuk
kapasitas pengunjung lebih dari 1500 orang, dan enam ruang meeting
dengan ukuran yang fleksibel dapat digunakan untuk kapasitas penguna
yang beragam. Dengan desain interior mewah dan fasilitas yang memadai
untuk setiap acara perusahaan, pertemuan, pesta pernikahan, pameran dan
acara sosial lainnya.

Gambar 2.38 Grand Atyasa Convention Centre


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016
47

Fasilitas :
1. Lantai 1
- Sapphire Room
Sapphire Room memiliki dimensi ruangan 151 m2. Umumnya
digunakan untuk kegiatan perusahaan skala menengah. Dengan kapasitas
140 orang untuk standing party dan kapasitas 240 orang untuk set up
ruangan theater. Ruangan ini juga dapat digunakan untuk acara meeting
dengan skala yang cukup besar. Untuk penataan perabot dapat
disesuaikan dengan kegiatan yang sedang berlangsung.Material penutup
lantai menggunakan karpet sebagai peredam bunyi, material dinding
menggunakan dinding batubata, dan material plafond menggunakan
bahan gypsum hal ini supaya ruangan terkesan minimalis.
Untuk tata cahaya ruangan ini menggunakan lampu pijar pada
beberapa titik sebagai sumber cahaya, menggunakan AC Central sebagai
penghawaan buatan selain lebih efisien juga lebih baik dari segi estetika,
ruangan ini tidak menggunakan material dinding khusus sebagai peredam
bunyi dikarenakan fungsi ruangan sebagai ruang rapat dan seminar yang
tidak menhasilkan bunyi yang terlalu bising. Sebagai ruangan rapat dan
seminar ruangan ini cukup memadai namun beberapa kolom yang
terdapat pada ruangan sedikit menggangu aksesbilitas dan sudut pandang
peserta seminar.

Gambar 2.39 Ruang Saphire


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

- Topaz Room 1, 2, & 3


Topaz Room terbagi menjadi 3 ruangan, dengan masing-masing
ruangan dipisahkan oleh sekat ruangan yang dapat dibuka. Total dimensi
48

ruang 408 m2,Topaz Room ini memiliki ruang yang fleksibel karena
dapat digabungkan dua ruang menjadi satu ataupun tiga ruangan menjadi
satu.
Umumnya digunakan untuk kegiatan skala besar, seperti
pertemuan dan pernikahan. Dengan kaspasitas 158 orang untuk Topaz 1
dan 2 , kapasitas 50 orang untuk Topaz 3 untuk fungsi standing party,
dan kapasitas 280 orang untuk Topaz 1 dan 2 , dan 100 orang untuk set
up ruangan teater. Tata perabot disesuaikan dengai fungsi acara yang
sedang berlangsung, material penutup lantai disemua ruangan sama yakni
menggunakan material karpet, material dinding menggunakan dinding
batubata yang dilapisi dengan wallpaper dan dinding partisi geser sebagai
dinding penyekat antar ruangan topaz 1, 2, dan 3, material plafon
mengunakan bahan gypsum.
Pencahayaan buatan menggunakan lampu pijar pada beberapa titik
plafond, menggunakan AC Central sebagai penghawaan buatan. Sebagai
ruangan seminar ruangan ini cukup memadai namun beberapa kolom
yang terdapat pada ruangan sedikit menggangu aksesbilitas dan sudut
pandang peserta seminar.

Gambar 2.40 Ruang Topaz


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

-Ruby room 1 & 2


Rubby Room memiliki total dimensi ruang 164 m2 dibagi menjadi
dua ruangan Ruby 1 dan Ruby 2. Umumnya digunakan untuk acara-acara
sosial seperti ulang tahun, gathering dan juga digunakan untuk tempat
upacara akad nikah dan tamu VIP. Dengan kapasitas 50 orang untuk
Ruby 1 dan 80 orang untuk Ruby 2 untuk fugsy standing party,dan
kapasitas 100 orang untk Ruby 1 dan 150 orang untuk Ruby 2 untuk set
49

up ruangan theater. Perabotan ruangan ditata sesuai dengan fungsi


kegiatan yang sedang berlangsung dikarenakan sifat ruangan yang
memiliki fungsi fleksible dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan acara
yang akan berlangsung.
Material penutup lantai menggunakan bahan karpet , material
dinding menggunakan dinding batubata dengan finishing wallpaper dan
mengunakan material gypsum sebagai plafond untuk menampilkan kesan
ruangan yang minimalis. Ruangan ini menggunakan AC Central sebagai
penghawaan buatan, pencahayaan buatan mengunakan lampu pijar pada
beberapa titik plafond, ruangan ini tidak menggunakan dinding peredam
bunyi karena fungsi ruangan tidak menghasilkan bunyi yang bising.

Gambar 2.41 Ruang Ruby


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

-The Atyasa Lounge


The Athyasa Lounge juga merupakan tempat untuk pertemuan yang
sangat pribadi. Merupakan coffe shop ,dapat diggunakan untuk bersantai
bersama teman menikmati kopi, makanan ringan dengan suasana yang
tenang dan santai. Pada ruangan ini terdapat mini bar, sofa dan beberapa
set meja dengan kapasitas maksimal 15 orang. Tata ruangan ditata
sedemikian rupa sehingga terkesan santai dan nyaman, ruangan ini dapat
digunakan juga untuk calon pengguna gedung saat akan merencanakan
acara dengan bagian marketing gedung.
Ruangan seperti ini dianggap perlu pada sebuah gedung
Convention Centre sebagai suatu tempat istirahat atau bersantai bagi
pengunjung gedung maupun pengelola gedung. Lokasi yang berada dekat
50

dengan lobi memudahkan pengunjung baru menemukan ruangan coffe


shop ini.

.
Gambar 2.42 The Atyasa Lounge
Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

Gambar 2.43 Denah Lantai 1


Sumber : http//www.grand-atyasa.com

2. Lantai 2
-Grand Ballroom
Ballroom dengan dimensi 1.040 m2. Dengan interior yang cukup
mewah Grand ballroom dapat untuk kegiatan skala besar seperti
pernikahan, konferensi, seminar, pelatihan, dan pertemuan. Kapasitas
Ballrom ini mencapai 1500 orang untuk standing party dan kapasitas
mencapai 1200 orang untuk set up ruangan theater. Tata ruangan
menggunakan satu buah pangung utama sebagai area pusat pandangan
51

audience acara, penataan perabotan menyesuaikan dengan acara yang


sedang berlangsung, material dinding menggunakan dinding partisi
dengan finishing wallpaper, beberapa kolom yang terekspose juga diberi
finishing partisi dan diberi lampu untuk menabah segi estetika, hal ini
digunakan untuk menyamarkan adanya kolom didalam ruangan tersebut.
Material lantai menggunakan karpet, bahan plafond menggunakan
bahan gypsum dikombinasi dengan lampu partisi pada bagian plafond
untuk menambah kesan megah pada ruang ballroom. Lampu partisi ini
adalah kombinasi dengan lampu yang terdapat pada kolom sehingga
terkesan satu kesatuan dalam ruangan ballroom. Pencahayaan buatan
mengunakan bebrapalampu pijar dan lampu partisi yang ada diplafond,
penghawaan uatan menggunakan AC Central karena mendukung dari sedi
estetika dan menggunakan dinding partisi untuk meredam bunyi yang
dihasilkan.

Gambar 2.44 Denah Lantai 2


Sumber : http//www.grand-atyasa.com
52

Gambar 2.45 Ballroom Grand Atyasa


Sumber : Dokumentasi Penyusun

3. Ground Floor
Pada Ground floor merupakan area service dan terdapat fasilitas
penunjang seperti kantor marketing, mushola, ruang penyimpanan barang
pecah belah, dapur, laundy, ruang ME, area parkir pengelola dan lain-lain.
Pada Ground floor ini juga terdapat akses tangga darurat menuju ke lantai 3
ruang Ballroom.

Gambar 2.46 Denah Ground Floor


Sumber : http//www.grand-atyasa.com

Gambar 2.47 Dapur dan Area Parkir Pengelola


Sumber : Dokumentasi Penyusun
53

4. Spesifikasi Ruangan
Masing-masing ruangan di Grand Atyasa memiliki fungsi, ukuran dan
karateristik yang berbeda . Hal ini disesuaikan dengan fungsi ruangan
masing-masing. Ruangan yang ada pada Grand Atyasa memiliki beberapa
fungsi utama yaitu sebagai fungsi konvensi, ruang seminar ukuran sedang
dan ruang rapat ukuran kecil, dan beberapa ruangan merupakan ruangan
fleksibel karena hanya dipisahkan oleh sekat yang dapat dibuka. Berikut ini
adalah spesifikasi ruangan di Grand Atyasa.

Tabel II.8 Tabel spesifikasi ruangan Grand Atyasa

Sumber : http//www.grand-atyasa.com

Struktur Organisasi :
Struktur Organisasi Grand Atyasa Convention Centre hampir sama
dengan struktur organisasi gedung Convention Centre pada umumnya,
bagan strukturnya adalah sebagai berikut :
54

DIREKTUR

MANAGER

PERSONALI SEKERTARIS MARKETING ACCOUNTIN


A G
SECURITY F&B
ADMINISTRASI

M.E I.O

Gambar 2.48 Struktur Organisasi


Sumber : Pengelola Grand Atyasa Convention Centre, 2016

2.4.2 Bima Sakti Convention Centre


Lokasi berada di Jalan Adi Sucipto, Sukarami, Kota Palembang,
Sumatera Selatan.Jalan ini merupakan jalan lintas antar provinsi yang
menghubungkkan Sumatera Selatan dan Jambi, memiliki arus kendaraan
yang padat dan dilalui oleh kendaraan bertonase besar. Lokasi berada
cukup jauh dari pusat kota, berjarak sekitar 9 km dari pusat kota. Bima
Sakti Convention Center adalah kawasan terpadu dengan fasilitas Futsal
Area dan Graha Bima Sakti Convention Center. Dengan lokasi yang
strategis, hanya 5 menit dari Bandara Internasional Sultan Mahmud
Badarudin II. Konsep gedung dibuat tiga ruangan meski terlihat satu
bangunan. Pada bagian tengah diberi nama Bima Sakti. Rungan ini bisa
menampung 600 oang lebih, pada bagian samping kiri nama ruangannya
Nakula yang bisa menampung sekitar 400 sementara pada bagian sisi
kanan diberi nama Sadewa juga bisa menampung 400 orang lebih.
Kelebihan yang dimiliki gedung ini selain berada di komplek dirgantara,
daya tampung ruangan sangat besar, sementara untuk lahan parkir bisa
menampung lebih dari 300 mobil dan seribu motor.
Bima Sakti Convention Center beroperasi pada tahun 2013 ini
menyediakan fasilitas dan tempat yang memadai untuk kapasitas hingga
1400 orang. Di desain sedemikian rupa memberikan kesan simpel tanpa
mengurangi nilai elegan dari gedung Bima Sakti Convention Center
sendiri. Dengan didukung perusahaan yang handal PT. Permata Dunia
solusi, pihak Bima Sakti Convention Center memiliki fasilitas yang
55

tersedia guna mencapai kepuasan dan keuntungan baik dalam hubungan


kerjasama intern perusahaan maupun hubungan kerjasama jangka panjang
antara perusahaan dengan Bima Sakti Convention Center. Fungsi utama
gedung iini adalah sebagai tempat pertemuan, seminar, acara pernikahan,
acara pameran, rapat, acara wisuda dan masih dapat digunakan untuk
acara lain .

Gambar 2.49 Bima Sakti Convention Center


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016
U

RUANG PENYIMPANAN

PANGGUNG

NAKULA HALL BIMA SAKTI HALL SADEWA HALL

TERAS

Gambar 2.50 Denah Bima Sakti Convention Center


Sumber : Analisa Penyusun, 2016

Fasilitas:
1. Bima Sakti Hall
Bima Sakti Hall adalah ruang konvensi utama pada gedung ini,
dengan daya tampung mencapai 600 orang. Pada ruangan ini terdapat
satu panggung acara, dan pada bagian plafound didesain sedemikian
rupa menggunakan kain yang disusun menyilang sehingga membentuk
motif gelombang yang menarik. Pada bagian belakang panggung
56

terdapat ruang penyimpanan alat-alat panggung seperti sound, lighting


dan lain-lain. Ruang ini dapat digukanan untuk acara pertemuan,
seminar , pameran acara resepsi pernikahan, wisuda dan lain-lain.
Ruangan ini memilki tinggi 5 meter sehingga memiliki kesan yang luas
sebagai ruang pertemuan ,material dinding pembatas ruangan
menggunakan dinding batu bata dan dinding partisi geser sebagai
penyekat antara ruangan Bima Sakti Hall dan Nakula Sadewa Hall.
Menggunakan pencahayaan buatan yang ada di beberapa titik
plafond kain, menggunakan pengahawaan buatan AC Central dan tidak
terdapat dinding akustik khusus pada ruangan. Ruangan ini sudah
cukup baik sebagai ruangan seminar dan lainya namun kurang baik
dalam hal akustika dikarenakan plafond yang digunakan tidak dapat
meredam bunyi dengan baik bahkan dapat menhgasilkan bunyi lainnya
yang mengganggu dikarenakan hanya menggunakan material kain
sebagai bahan plafond. Material ini hanya mendukung dari segi
estetika namun kurang baik dari segi akustika.

Gambar 2.51 Bima Sakti Hall


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

2. Nakula Hall
Nakula Hall adalah ruangan pendamping yang letak ruangannya
berada disebelah Timur Hall utama. Memiliki kapasitas 400 orang
lebih. Merupakan ruang yang sering digunakan untuk acara seminar
dikarenakan ukurannya yang tidak terlalu besar namun cukup luas
untuk mengelar acara seminar atau dapat digunanan untuk acara rapat
perusahaan. Penataan ruangan disesuaikan dengan acara yang sedang
berlangsung.
57

Bahan penutup lantai menggunakan material karpet seperti ruang


seminar pada umumnya, material dinding didominasi oleh kaca namun
dilengkapi dengan tirai yang cukup tebal yang disusun membentuk
susunan gelombang. Terkait estetika tirai ini cukup membantu estetika
ruangan namunkurang efektif dari sisi skustika karena tidak terlalu
membantu memantulkan bunyi, dan penempatan pencahayaan menjadi
lebih terbatas. Bahan material plafond diruangan lain menggunakan
bahan gypsum dengan ketinggian yang tidak terlalu tinggi, hal ini
membantu untuk meredam suara. Pencahayaan buatan menggunakan
beberapa titik lampu pijar pada plafond, penghawaan buatan
menggunakan AC Central sama dengan beberapa ruangan lainnya serta
ruangan ini tidak dilengakapi dengan material dinding khusus untuk
akustika.

Gambar 2.52 Nakula Hall


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

3. Sadewa Hall
Sadewa Hall memiliki ukuran luas yang sama dengan Nakula Hall,
hanya lokasinya yang berada di sebelah barat Hall utama. Memiliki
kapasitas 400 orang lebih. Merupakan ruang yang sering digunakan
untuk acara seminar karenakan ukurannya yang tidak terlalu besar
namun cukup luas untuk mengelar acara seminar atau dapat digukanan
untuk acara rapat perusahaan. Pencahayaan buatan menggunakan
beberapa titik lampu pijar pada plafond, penghawaan buatan
menggunakan AC Central sama dengan beberapa ruangan lainnya serta
ruangan ini tidak dilengakapi dengan material dinding khusus untuk
akustika.
58

Penataan ruangan disesuaikan dengan acara yang sedang


berlangsung. Bahan penutup lantai menggunakan material karpet
seperti ruang seminar pada umumnya, material plafond menggunakan
bahan gypsum dengan ketinggian yang tidak terlalu tinggi, hal ini
membantu untuk meredam suara

Gambar 2.53 Sadewa Hall


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

4. Kantor Pengelola
Bima Sakti Convention Center memiliki kantor pengelola yang
berada di belakang gedung Bima Sakti. Fungsi kantor ini sebagai
kantor pengelola sekalligus sebagai kantor pemasaran Bima Sakti
Convention Center. Dengan luas ruangan kurang lebih 42 m2. Terbagi
menjadi dua ruangan yaitu ruang bagi staff pengelola dan satu ruangan
untuk bagian pemasaran gedung.
5. Area Parkir
Area parkir gedung Bima Sakti Convention Center terletak pada
bagian sebelah kanan bangunan dan bagian belakang bangunan.
Dengan kapasitas sekitar 300 mobil dan dapat menampung 1000
sepeda motor. Area parkir cukup tertata, dengan dikombinasi dengan
taman kecil sebagai penghias kawasan parkir. Sistem parkir yang
digunakan untuk pola parkir adalah sistem parkir 90 derajat.
59

Gambar 2.54 Area Parkir


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016
6. Fasilitas Pelengkap
Terdapat beberapa fasilitas pelengkap pada bangunan Bima Sakti
Convention Center sebagai penunjang kegiatan pada ruangan utama,
seperti ruang penyimpanan audio dan lighting, ruang penyimpanan
barang pecah belah untuk penunjang konsumsi acara yang berlangsung
dan fasilitas toilet umum yang terdapat pada kedua hall yaitu Hall
Nakula dan Hall Sadewa yang masing-masing terbagi menjadi toilet
pria dan wanita ,menggunakan material toilet yang cukup modern, hal
ini dapat dilihat dari bahan material penutup lanntai toilet yang
menggunakan bahan granite, bahan westafle, urinoir dan kloset yang
menggunakan bahan dengan merek ternama.

Gambar 2.55 Toilet


Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016

2.4.3 Jakarta Convention Center

Balai Sidang Jakarta Convention Center berlokasi di Jl. Jend. Gatot


Subroto yang merupakan jalan dengan lalu lintas padat karena leaknya
60

dekat dengan simpang semanggi. Jakarta Convention Center terletak di


komplek olah-raga Bung Karno, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Letaknya
yang berada dipusat kota membuat lokasi ini mudah dijangkau oleh
pengunjung dari arah mana saja baik menggunakan kendaraan umum
maupun kendaraan pribadi. Jakarta Convention Center memiliki balai yang
memiliki 5.000 tempat duduk, dan juga balai sidang seluas 3.921 m². JCC
memiliki 13 ruangan pertemuan dengan berbagai ukuran. Gedung ini telah
mengadakan lebih dari 8.000 acara. Pada acara sebelumnya telah diadakan
konvensi dunia, konferensi regional, pertunjukan teater, festival jazz,
konser, fashion show, peluncuran produk, pertemuan bisnis dan jamuan
makan. Untuk membantu desain acara yang sedang berlangsung,
Convention juga menyediakan Jasa Pameran Manajer panduan pelanggan
melalui setiap acara dari proyek-proyek mereka.

Gambar 2.56 Jakarta Convention Center


Sumber : Google Image, 2017

Lokasi

Gambar 2.57 Peta Lokasi JCC


Sumber : http//www.jcc.co.id
61

Luas Balai Sidang Jakarta Convention Center mencakup sekitar


120.000 meter persegi dan terdiri dari teater hall (Plenary Hall), dua ruang
pameran (Exhibition Hall A & B), sebuah Balai Sidang, ruang pesta
(Cendrawasih Room), lobi utama yang luas dan atmosfer lobi yang lebih
rendah, kamar VIP dan lounge, dan sepuluh ruang pertemuan lebih lanjut
yang dapat dikonfigurasi untuk menyesuaikan kebutuhan acara tertentu.
Balai Sidang Jakarta Convention Center juga memiliki pusat bisnis
untuk mendukung pertemuan. Area parkir dapat memuat 6000 kendaraan.

Gambar 2.58 Denah Lower Lobby


Sumber : http//www.jcc.co.id

Gambar 2.59 Denah Main Lobby


Sumber : http//www.jcc.co.id
62

Spesifikasi ruangan yang ada di JCC dibagi menjadi dua, yaitu


main lobby dan lower lobby :

Tabel II.9 Tabel spesifikasi ruang Main Lobby JCC

Sumber : http//www.jcc.co.id

Tabel II.10 Tabel spesifikasi ruang Lower Lobby JCC

Sumber : http//www.jcc.co.id

Rincian Beberapa fasilitas yang dimiliki JCC antara lain :


 Plennary Hall dengan kapasitas 5000 kursi
 Assembly Hall seluas 3.921 m² yang dapat dibagi menjadi tiga ruang-
ruang kecil
 Dua Exhibition Halls (Hall A seluas 3.060 m², Hall B seluas 5.850 m²)
dengan kapasitas 8000 orang.
63

 13 Flexible Meeting Rooms dengan ukuran yang berbeda-beda


 Main Lobby seluas 5.500m² yang bersifat multifungsi.
a. Plenary Hall
Fasilitas lengkap di Plenary Hall telah dikenal untuk
mengakomodasi kegiatan yang beragam seperti konser musik
internasional dengan ribuan penonton untuk konvensi kelas dunia.
Memiliki kapasitas 5000 kursi ruangan ini sangat cocok untuk mengelar
acara-acara berskala besar. Tata ruang dibuat seperti teater dengan tempat
duduk bertingkat menggelilingi area ruangan.Material dinding
menggunakan bahan penyerap bunyi, material penuutup lantai
menggunakan bahan karpet, hal yang menarik adalah bentuk plafond
ruangan yang berbentuk doom setengah lingkaran dilengkapi dengan tata
cahaya yang memadai menambah kesan megah dan mewah ruangan ini.
Menggunakan AC Central sebagai penghawaan buatan dan dilengkapi
material peredam kebisingan pada dinding bangunan.

Gambar 2.60 Plenary hall


Sumber : http//www.jcc.co.id

b. Assembly Hall
Assembly Hall adalah ruang yang cocok untuk acara khusus ,
yang dapat digunakan berbagai acara apa pun dari makan malam gala
untuk resepsi pernikahan yang luas dan juga pameran eksklusif .
Dengan luas ruangan 3.921 m² ruangan ini dapat digunakan untuk
berbagai acara dengan kapasitas yang cukup besar. Tata ruangan dapat
disesuaikan dengan acara yang sedang berlangsung atau merupakan
ruangan dengan fungsi yang fleksible. Material dinsing menggunakan
64

dnding konvensional yang difinishing dengan wallpaper untuk untuk


menghasilkan kesan dinding yang mewah dan minimalis, bahan
penutup lantai menggunakan material karpet, untuk material plafond
ruangan ini menggunakan bahan gypsum dengan penggunaan bentuk
yang minimalis namun tetap mewah, ketinggian ruangan ini juga
dinilai cukup memadai untuk sebuah ruang pertemuan. Menggunakan
beberapa lampu gantung pada ruangan ini untuk menghasilkan suatu
kesan ruangan yang mewah dan elegan disamping dapat membantu
untuk pencahayaan namun juga dapat menunjang estetika ruangan.

Gambar 2.61 Assembly Hall


Sumber : http//www.jcc.co.id

c. Cendrawasih Room
Dengan fasilitas yang lengkap untuk semua konferensi dan
kebutuhan konvensi, Cendrawasih room dengan luas ruangan cocok
untuk menjadi wadah berbagai acara untuk konvensi regional tahunan
dan lain-lain. Ruangan ini hampir memiliki spesifikasi yang sama
dengan Assembly Hall, perbedaan hanya terdapat pada beberapa
bagian seperti keberadaan lampu gantung dan fungsi ruangan.
Ruangan ini didesain memiliki kesan yang lebih formal karena lebih
difungsikan sebagai ruang seminar, forum dan lain-lain. Menggunakan
karpet sebagai penutup lantai yang berguna sebagai peredam bunyi
yang dihasilkan, menggunakan AC Central sebagai penghawaan
buatan dan aplikasi bahan peredam bunyi pada dinding bangunan.
65

Gambar 2.62 Cendrawasih Room


Sumber : http//www.jcc.co.id

d. Exhibition Hall A & B

Dengan area seluas 1,000 meter, Balai Sidang Jakarta Convention


Center memiliki dua buah Exhibition Hall, masing-masing dilengkapi
dengan Lobby dan Access Point. Kedua Exhibition Hall memiliki
langit-langit setinggi 9 meter dan dilengkapi dengan saluran
komunikasi, audio visual, sambungan listrik, telephone, saluran air dan
saluran pembuangan.

Hall A memiliki area seluas 3,060 meter dengan fasilitas pemuatan


sebesar 1,200 kg/m. Sementara itu Hall B memiliki area seluas 6,075
meter dengan fasilitas pemuatan sebesar 1,500 kg/m. Keduanya Hall
dapat digabung menjadi satu Hall besar seluas 9,585 meter dengan
koridor sepanjang 450 meter. Karena fungsi ruangan untuk kegiatan
eksbisi atau pameran sehingga tidak digunakan struktur kolom pada
ruangan ini, sehingga ruangan ini menggunakan struktur bentang lebar
untuk atap bangunan untuk menggantikan ketiadaan struktur kolom
pada bangunan. Material penutup lantai menggunakan granite tile,
namun bisa juga diaplikasikan karpet sebagai penutup lantai saat
kegiatan pameran sedang berlangsung. Menggunakan lapu pijar
sebagai penerangan buatan pada beberapa titik plafond, bahan plafond
menggunakan bahan bahan gypsum dengan motif sederhana berupa
garis lurus yang minimalis. Menggunakan AC Central sebagai
66

penghawaan buatan dan tidak menggunakan dinding akustik pada


dinding ruanagan.

Gambar 2.63 Exhebition Hall A


Sumber : http//www.jcc.co.id

Gambar 2.64 Exhebition Hall B


Sumber : http//www.jcc.co.id

e. Lobby atau Prefungction


Lobby atau Prefunction memiliki ruangan yang fleksibel untuk
berbagai jenis set up / acara yang dapat menampung 500-850 orang.
Ruangan ini adalah ruangan transit pengunjung sebelum memasuki
ruangan acara. Tata ruangan hanya berupa ruangan kosong namun
dilengkapi dengan desain yang mewah, Menggunakan granite tile
sebagai bahan penutup lantai dengan motif yang minimalis, material
plafond masih menggunakan material gypsum namun dengain desain
kotak minimalis dilengkapi dengan lampu sehingga terkesan mewah
dan elegan sehingga penggunjung betah berlama-lama diarea ruangan
ini. Struktur pada ruangan ini juga menggunakan struktur bentang
lebar karena mengantisipasi ketiadaan struktur kolom pada ruangan
tersebut.
67

Gambar 2.65 Prefunction Gambar.2.66 Layout ruang JCC


Sumber : http//www.jcc.co.id Sumber : http//www.jcc.co.id

Ruangnya yang fleksibel memungkinkan berbagai kegiatan


untuk dilakukan. Mulai dari gala dinner, ruang kelas, fashion show,
launching produk, sampai malam penganugerahan. Secara umum,
penataan ruang-ruang utama tersebut diletakkan menyebar dengan
orientasi utama pada lobby utama. Sirkulasi pengunjung dari lobby
utama kemudian dipecah ke ruang-ruang sesuai dengan keperluannya.
Hal ini memberi keuntungan jika salah satu ruang saja yang terpakai,
pintu masuk tetap melalui lobby utama., sehingga sirkulasi menjadi
lebih efisien. Jakarta Convention Center juga mempunyai drop off
yang cukup panjang. Hal ini untuk mengakomodasi banyaknya
pengunjung yang datang yang mencapai ribuan orang, dan kondisi
tapak yang berada di daerah perkotaan yang padat.

f. Meeting Room
Ruang Meeting Room di bagi dalam beberapa tipe diantaranya
kakak tua room, maleo room, nuri room, kenari room. Yang
membedakan dari beberapa ruangan ini adalah kapasitas ruangan.
Penataan ruangan dan perabot disesuaikan dengan banyaknya peserta
dan jenis rapat yang akan digelar oleh penyelenggara rapat. Material
penutup lantai yang digunakan adalah karpet untuk menampilkan
kesan yang elegan pada ruangan, dinding menggunakan dinding
konvensional dengan finishing wallpaper, menggunakan lampu TL
sebagai penerangan buatan, dan AC Central sebagai penghawaan
buatan dan dilengkapi dengan material dinding akustik pada dinding
ruangan.
68

Gambar.2.67 Kakak tua room Gambar.2.68 Murai tua room


Sumber : http//www.jcc.co.id Sumber : http//www.jcc.co.id

Gambar.2.69 Nuri Room


Sumber : http//www.jcc.co.id

g. Ruang Konvensi ukuran sedang


Pada gedung JCC juga terdapat 4 buah ruangan konvensi
ukuran sedang diantaranya merak room, kasuari lounge, summit
lounge dan summit room. Kasuari lounge merupakan sebuah ruangan
pertemuan yang sedikit terbuka berbeda dengan ruangan yang lainnya.
Beberapa ruangan ini dilengkapi dengan konsep yang hamper sama
seperti pada material penutup lantai , dinding serta bentuk plafond
yang minimalis. Namun merak room memiliki dinding partisi geser
yang memungkinkan dapat menjadi sebuah ruangan dengan kapasitas
dan fungsi yang fleksible.

Gambar.2.70 Kasuari Lounge Gambar.2.71 Summit Room


Sumber : http//www.jcc.co.id Sumber : http//www.jcc.co.id
69

Gambar.2.72 Merak Room


Sumber : http//www.jcc.co.id

2.4.4 Perbandingan Studi Banding


Dari hasil studi banding ke dua lokasi tersebut didapatkan
beberapa hasil yang dapat menjadi perbandingan dari kedua
bangunan tersebut. Bagi dari segi fungsi, luasan bangunan serta
kapasitas bangunan. Berikut ini adalah perbandingan ari hasil
pengamatan pada kedua bangunan Convention Centre dikota
Palembang :
Tabel II.11 Perbandingan objek studi banding
Objek Studi Banding
No Kriteria/ Variabel Rekomendasi
Jakarta Convention Grand Atyasa Bima Sakti
Centre Convention Centre Convention Centre
1 Lokasi Jl. Jendral Gatot Jl. Kapten Anwar Jalan Adi Sucipto,
Subroto, Senayan, Arsyad No.22, Ilir Sukarami, Kota
Gelora, Jakarta Pusat, Barat I, Palembang. Palembang, Sumatera
DKI Jakarta Selatan
Lokasi Strategis, dan Lokasi kurang Lokasi strategis berada Lokasi site harus
berada dekat dengan strategis ,berada 300 dijalan arteri kota, dan berada di Jalan
failitas publik. meter dari jalan utama berada dekat dengan utama kota
kota. failitas publik. sehingga terdapat
akses kendaraan
umum dan berada
dekat dengan
fasilitas
penunjang publik
lainnya.
2 Aksesbilitas Aksesbilitas menuju Aksesbilitas meuju Aksesbilitas menuju
kelokasi dapat dicapai kelokasi dapat kelokassi dapat
menggunakan menggunakan menggunakan
kendaraan umum kendaraan umum kendaraan umum
Busway, serta Transmusi kemudian Transmusi atau
kendaraan pribadi. dilanjutkan naik menggunakan
angkot untuk menuju kedaraan pribadi.
kelokasi gedung.

Aksesbilitas baik. Aksesbilitas kurang Aksesbilitas baik. Lokasi site harus


baik. memiliki akses
yang memadai
baik dengan
kendaraan umum
dan pribadi.
70

3 Konfigurasi Massa Memiliki satu Memiliki satu Memiliki satu Satu massa
konfigurasi massa konfigurasi massa konfigurasi massa bangunan
bangunan. bangunan. bangunan. digunakan untuk
efisiensi sirkulasi
diluar bangunan,
sehingga sirkulasi
kegiiatan terdapat
didalam
bangunan.

4 Fasilitas Utama / Fasilitas Utama : Fasilitas Utama : Fasilitas Utama :


Penunjang
Ballroom Utama Ballroom utama Ballroom utama
Ruang Konvensi Ruang Konvensi Ruang Konvensi
Ruang Eksbisi Ruang Eksbisi
Meeting Room Meeting Room

JCC memiliki Grand Atyasa memilki Memiliki fasilitas yang Fasilitas dan
fasilitas yang cukup fasilitas yang kurang lengkap karena kapasitas
lengkap ditambah memadai namun hanya terdapat satu disesuaikan
dengan beberapa masih kurang dari segi balloom dan dua ruang dengan skala
fungsi penunjang. kapasitas ruangan. konvensi ukuran kawasan yang
sedang. diwadahi.

5 Desain Tata Ruang Tata ruang masing- Desain tata ruang Desain tata ruang Desain tata ruang
masing fasilitas ballroom terletak dibuat satu jalur dan lebih efisien jika
diletakan terpisah dan dilantai 2 dilengkapi hanya dipisahkan oleh masing-masing
dihubungkan oleh dengan sebuah ruang dinding geser sebagai fasilitas diletakan
koridor dan transit pengunjung. pembatas ruangan. terpisah, sehingga
prefungction room. RUANG PENYIMPANAN
masing-masing
PANGGUNG
fungsi lebih
maksimal
NAKULA HALL BIMA SAKTI HALL SADEWA HALL

dimanfaatkan.
TERAS

6 Arsitektur Bangunan Arsitektur bangunan Fasade bangunan Fasade bangunan Bima Fasad bangunan
/ Fasade JCC terkesan atyasa mengadopsi Sakti mengadopsi dapat dipertegas
minimalis dengan bentuk minimalis bentuk atap rumah dengan penerapan
tidak adanya ornamen tropis, dengan limasan di kombinasi konsep bangunan
yang berlebihan serta penerapan repetasi dengan bentuk yang akan
bentuk-bentuk yang bentuk garis dan bangunan yang diusung pada
berlebihan. penerapan atap limas. minimalis. bangunan.
71

7 Struktur Bangunan JCC lebih dominan Grand Atyasa Menggunakan struktur Gedung
menggunakan menggunakan struktur atap bentang lebar Convention
struktur atap bentang kolom grid Centre lebih
lebar pada efisien
bangunannya menggunakan
dikarenakan untuk struktur bangunan
meminimalisir bentang lebar
penggunaan kolom untuk
pada bangunan. meminimalisir
Struktur ini kurang penggunaan
tepat jika digunakan Hal ini digunakan kolom pada
untuk bangunan untuk meminimalisir bangunan, karena
dengan fungsi penggunaan kolom kolom dapat
konvensi dan eksbisi. pada bangunan. menggangu dari
segi sirkulasi dan
estetika.
Hal ini menjadikan
ruangan lebih luas
tanpa dibatasi oleh
kolom.
8 Utilitas Bangunan Menggunakan dua Menggunakan dua Tidak tersedia. Menggunakan
buah eskalator buah eskalator sebagai eskalator untuk
sebagai transportasi transportasi vertikal sistem
vertikal bangunan , bangunan dan tangga. transportasi
tangga dan ramp. vertikal dan
menyediakan satu
buah lift untuk
penggunjung
yang
menyandang
disabilitas.

Sumber : Analisa Penyusun,2017

2.4.5 Kesimpulan Hasil Studi Banding


Dari hasil studi banding dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai
aspek-aspek penting yang terdapat pada bangunan.
1. Aspek fungsional yang cukup baik terdapat pada gedung JCC, program
ruang tersusun dengan baik dari fungsi primer hingga fungsi skunder
sehingga tidak terjadi croos sirkulasi pada bangunan tersebut.
2. Program tapak JCC juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
perancangan dikarenakan efisiensi lahan untuk area parkir dan
bangunan yang memadai sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pengguna dengan baik.
3. Untuk penekanan desain, desain gedunng Grand Atyasa lebih menarik
dikarenakan penekanan arsitektur modern tropis lebih terlihat, desain
modern tropis lebih dominan dimunculkan pada fasad bangunan dan
atap bangunan.
72

4. Dari segi teknis gedung JCC memiliki struktur yang tepat dan efisien.
Untuk itu gedung JCC lebih dominan enggunakan struktur bentang
lebar sebagai struktur atap bangunan.
5. Analisa aspek kinerja bangunanan geduung JCC dan Grand Atyasa
memiliki utilitas bangunan yang cukup baik karena sudah dilengkapi
dengan escalator untuk transportasi bangunan dan dilengkapi dengan
beberapa titik tangga darurat.
6. Fasilitas-fasilitas pelengkap menyesuaikan dengan skala pelayanan
bangunan.
Dari kesimpulan beberapa aspek diatas dapat diterapkan
sebagai rekomndasi perencanaan untuk menghasilkan suatu desain
yang efisien dan fungsional dari segi arsitektural,program tapak,
fungsional, teknis, dan sistem utilitas bangunan.

Anda mungkin juga menyukai