Anda di halaman 1dari 13

Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al.

JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG SOTONG SEBAGAI SEDIAAN


BIOMATERIAL PERANCAH TULANG

Krisman Umbu Henggu*, Bustami Ibrahim, Pipih Suptijah


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat
*Korespodensi: krisman_umbu@apps.ipb.ac.id
Diterima: 4 Januari 2019 /Disetujui: 19 Maret 2019

Cara sitasi: Henggu KU, Ibrahim B, Suptijah P. 2019. Hidroksiapatit dari cangkang sotong sebagai sediaan
biomaterial perancah tulang. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 22(1): 1-13.

Abstrak
Produksi perikanan tangkap sotong di Indonesia mengalami peningkatan yang berdampak terhadap
jumlah limbah hasil samping, salah satunya cangkang sotong. Cangkang sotong mengandung unsur
anorganik (CaCO3) yang berpotensi sebagai sumber kalsium oksida (CaO) pada sintesis hidroksiapatit.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik fisikokimia cangkang sotong serta suhu optimum
kalsinasi dalam ekstraksi CaO dan sintesis hidroksiapatit. Penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yakni
analisis fisikokimia cangkang sotong, ekstraksi dan karakterisasi CaO dengan perlakuan suhu kalsinasi
500°C, 600°C, 700°C 6 jam dan sintesis hidroksiapatit menggunakan kombinasi metode hidrotermal pada
suhu 200°C 6 jam dan perlakuan suhu kalsinasi 800°C, 900°C, 1.000°C 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan
cangkang sotong memiliki persentase kadar air 3,54±0,11, lemak 0,32±0,19, protein 4,78±0,23, karbohirat
5,29±0,02, dan abu 89,61±0,26 yang merupakan unsur kalsium karbonat (CaCO3) aragonit dicirikan dengan
serapan gugus fungsi pada panjang gelombang 1.795; 1.507; 1.083; 871; 713 dan 700 cm-1. Kondisi optimum
ekstraksi CaO yakni perlakuan kalsinasi 700°C 6 jam yang ditandai dengan serapan gugus fungsi pada
panjang gelombang 1.654; 1.468; 1.116 dan 875 cm-1. Karakteristik hidroksiapatit terpilih dengan kombinasi
hidrotermal dan kalsinasi suhu optimum 1.000°C 1 jam memiliki nisbah kalsium fosfat (Ca/P) 1,66, tingkat
kristalinitas 90,10%, amorf 9,90 dan morfologi partikel berbentuk batang.

Kata kunci: hidroksiapatit, kalsinasi, kalisum oksida, limbah sotong

Hydroxyapatite Production from Cuttlebone as Bone Scaffold Material Preparations

Abstract
The increasing production of cuttlefish has been associated with the increasing of by-product waste
particularly cuttlebone. Cuttlebone is known to contain an inorganic element in form of calcium carbonate
(CaCO3) which can be utilized as a source of calcium oxide (CaO) for hydroxyapatite synthesis. This study
was aimed to determine the physicochemical characteristics of the cuttlebone and the optimum calcination
temperature for CaO extraction and hydroxyapatite synthesis. This study was divided into three steps. Firstly,
analysis of the cuttlebone physicochemical properties; secondly, extraction and characterization of the
CaO with different calcination temperature (500°C, 600°C, 700°C for 6 hours); and thirdly, hydroxyapatite
synthesis using a combination of hydrothermal method at 200°C 6 hours and different calcination treatments
(800°C, 900°C, 1,000°C for 1 hour). The results showed that the cuttlebone contained moisture 3.54±0.11%,
lipid 0.32±0.19%, protein 4.78±0.23%, carbohydrate 5.29±0.02%, and ash 89.61±0.26. The main element
of the ash was CaCO3 aragonite characterized by the high absorption at wavelengths of 1,795; 1,507;
1,083; 871; 713 and 700 cm-1. The calcination treatment of 700°C produced the highest amount of CaO.
The hydroxyapatite produced with a combination of hydrothermal and calcination temperature 1,000°C
had calcium phosphate ratio (Ca/P) 1.66, crystalline level 90.10%, amorphous level 9.90% and particles
morphology of rod-shaped.

Keywords: hydroxyapatite, calcination, calcium oxide, cuttlefish waste

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 1


JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1 Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al.

PENDAHULUAN (NH4H2PO4), dipotasium fosfat (K2HPO4) dan


Sotong (cuttlefish) merupakan salah asam fosfat (H3PO4) (Yoruc dan Aydınoglu
satu komoditas perikanan yang berperan 2017). Penggunaan bahan kimia sintetik dalam
sebagai sumber protein, karena mengandung proses sintesis hidroksiapatit memberikan
sejumlah asam amino esensial lengkap dampak terhadap harga hidroksiapatit, di
dengan nilai cerna tinggi. Produksi perikanan Indonesia harga pasaran hidroksiapatit
tangkap Cephalopods di Indonesia meliputi mencapai 1,5 juta per 5 miligram dan
cumi-cumi, gurita dan sotong pada tahun ketersediaannya masih bergantung pada
2012-2017 mengalami pertumbuhan ekspor produk impor (RISTEKDIKTI 2017;
21,41% per tahunnya, selain itu data volume BPPT 2018). Pemanfaatan cangkang sotong
ekspor sotong tahun 2016 mencapai 25,92 sebagai sumber kalsium oksida (CaO) dalam
ton dan mengalami peningkatan menjadi sintesis hidroksiapatit menjadi salah satu
33,16 ton pada tahun 2017 (KKP 2018). upayah valorisasi limbah hasil perikanan,
Hal ini berdampak pada berkembangnya yang diharapkan memberikan solusi alternatif
agroindustri pengolahan hasil perikanan yang terkait ketersediaan hidroksiapatit di
menyediakan berbagai olahan produk sotong, Indonesia.
baik dalam bentuk segar, beku maupun Produksi hidroksiapatit berbasis limbah
produk turunan lainnya, namun dalam proses cangkang sotong telah dilakukan beberapa
pengolahannya sotong hanya dimanfaatkan penelitian di antaranya menggunakan metode
bagian badan yang meliputi daging hingga kalsinasi dengan variasi suhu 900°C, 1.000°C,
kepala, sedangkan cangkang dan jeroan 1.100°C 3 jam dan perlakuan waktu Ball milling
dianggap sebagai limbah samping hasil berkisar 1-3 jam (Solechan dan Rubijanto
pengolahan (Nurimala et al. 2018). Limbah 2015), presipitasi kimia menggunakan
cangkang sotong diketahui memiliki unsur HCl selama 10-12 jam (Faksawat et al.
anorganik mencapai 75-90% yang sebagian 2015) dan hidrotermal pada suhu 200°C
besarnya merupakan kalsium karbonat selama 24 jam (Tkalcec et al. 2014), namun
(Cho et al. 2001). beberapa metode tersebut memiliki beberapa
Unsur kalsium karbonat (CaCO3) kelemahan yakni membutuhkan waktu
yang terkandung pada cangkang sotong kalsinasi yang cukup lama, sulit mendapatkan
dapat dikembangkan sebagai biomaterial stoikiometri hidroksiapatit yang diinginkan
unggulan untuk diaplikasikan pada bidang dan masih terdapat unsur pengotor berupa
ortopedi, salah satunya adalah hidroksiapatit ion karbonat. Berdasarkan permasalahan
(Palaveniene et al. 2018). Hidroksiapatit tersebut maka perlu dilakukan suatu upayah
merupakan salah satu material maju yang terkait penggunaan metode ekstraksi
memiliki unsur kalsium dan fosfat dengan hidroksiapatit yang dapat menyerderhanakan
rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 yang telah kompleksnya produksi hidroksiapatit, salah
ditemukan dan dikembangkan sejak tahun satunya menggunakan kombinasi metode
1950 sebagai material perancah tulang, hidrotermal dan kalsinasi. Penggunaan
karena memiliki kesamaan struktur penyusun metode hidrotermal dalam proses sintesis
tulang serta memiliki sifat biokompatibilitas, hidroksiapatit memiliki keunggulan terkait
bioaktivitas dan ostekonduktif yang baik kecepatan reaksi pembentukan apatit dan
(Kattimani et al. 2016). hanya membutuhkan air sebagai katalis, namun
Pabrikasi hidroksiapatit untuk keperluan metode tersebut ini memiliki kelemahan
industri umumnya melibatkan bahan- yakni tidak dapat memutuskan ikatan
bahan kimia sintetik misalnya kalsium nitrat karbonat (CO32-) yang terdapat pada kisi apatit
tetrahidrat (Ca(NO3)2·4H2O), kalsium klorida (Zhang et al. 2007). Proses penghilangan ion
(CaCl2), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan karbonat yang terikat pada kisi apatit dapat
kalsium asetat (Ca(CH3COO)2) sebagai dilakukan dengan suhu kalsinasi, tekanan
sumber kalsium, sedangkan sumber suhu kalsinasi dapat memutuskan ikatan
fosfat menggunakan diamonium fosfat karbon pada kisi divalen dan monovalen
((NH4)2HPO4), amonium fosfat monobasik apatit sehingga membentuk struktur

2 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al. JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1

apatit tanpa ion karbonat (Shavandi et al. Tahap kedua dilakukan ekstraksi kalsium
2015). Oleh karena itu kombinasi metode oksida berdasarkan metode yang dilakukan
hidrotermal dan kalsinasi pada proses sintesis oleh Aminatun et al. (2013) yang dimodifikasi.
hidroksiapatit berbahan limbah cangkang Proses kalsinasi cangkang sotong dilakukan
sotong pada penelitian ini diharapkan mampu perlakuan suhu kalsinasi 500ºC, 600ºC dan
menghasilkan hidroksiapatit tanpa unsur 700ºC 6 jam. Cangkang sotong yang telah
pengotor berupa ion karbonat serta dapat dikalsinasi berdasarkan masing-masing
mengefektifkan waktu sintesis. Penelitian ini perlakuan, dianalisis gugus fungsi. Hasil
bertujuan untuk menentukan karakteristik analisis gugus fungsi menentukan ekstrak
fisikokimia cangkang sotong serta suhu kalsium oksida terpilih.
optimum kalsinasi dalam ekstraksi CaO Tahap ketiga yakni sintesis hidroksiapatit
dan produksi hidroksiapatit yang dihasilkan berdasarkan metode yang dilakukan oleh
dengan kombinasi metode hidrotermal dan Aksakal dan Demirel (2015) yang dimodifikasi.
perlakuan suhu kalsinasi. Sintesis hidroksiapatit diawali dengan
mereaksikan larutan kalsium oksida (CaO)
BAHAN DAN METODE 1 M dengan larutan ammonium dehidrogen
Bahan dan Alat fosfat (NH4H2PO4) 0,6 M, kondisi pH selama
Bahan yang digunakan dalam penelitin ini proses reaksi dijaga pada kisaran pH 9-12
adalah limbah cangkang sotong yang diperoleh dengan meneteskan HCl 0,1 M. Suspensi
dari tempat pelelangan ikan Muara Angke CaO dan NH4H2PO4 yang telah direaksikan
Jakarta, ammonium dihydrogen phosphate kemudian dilakukan proses penuaan (aging)
(NH4H2PO4) (Merk 99,9%) dan hydrochloric 2 jam, selanjutnya dipanaskan pada tabung
acid (HCl) (Merk 99,9%). Peralatan yang hidrotermal berkapasitas 300 mL pada suhu
digunakan dalam penelitian ini antara lain 200°C bertekanan 32 psi (1b/m2) 6 jam.
tabung hidrotermal (PARR mini reactor 4560™, Suspensi hasil sintesis hidrotermal kemudian
Jerman), Tanur (Vulcan™ 3-130, Jepang), dilakukan pemisahan filtrat dan supernatan
sentrifuge (HIMAC 21G) Fourier-transform menggunakan sentrifugasi dengan kecepatan
infrared spectroscopy (FTIR) (Bruker® Tensor™ 4.500 rpm selama 15 menit. Filtrat apatit
27, Jerman), mikroskop binokuler (Olympus® yang diperoleh dikalsinasi menggunakan
CX23™, Jepang) dilengkapi kamera (OptiLab® tanur pada perlakuan suhu 800°C, 900°C dan
rEX™, Jerman), X-Ray Diffraction (XRD) 1.000°C 1 jam. Bubuk apatit hasil kalsinasi
(Emma-GBC®, Australia), atomic absorption yang diperoleh dari masing-masing perlakuan
spectrophotometer (AAS) (Shimadzu®, AA- kemudian dilakukan analisis difaktogram.
7000™, Jepang). Hasil difaktogram dijadikan dasar untuk
menentukan mineral apatit terpilih yakni
Metode Penelitian hidroksiapatit. Hidroksiapatit dianalisis
Proses penelitian terbagi dalam tiga tahap nisbah mineral kalsium fosfor (Ca/P) dan
yakni karakterisasi komposisi kimia cangkang morfologi partikel.
sotong sebagai bahan baku prekursor
kalsium, ekstraksi dan karakterisasi kalsium Karakterisasi Fisikokimia
oksida (CaO), sintesis dan karakterisasi Analisis yang digunakan dalam peneltian
hidroksiapatit. ini adalah proksimat yang meliputi kadar
Tahap pertama cangkang sotong dicuci air, abu, lemak, kadar protein, karbohidrat,
menggunakan akuades untuk menghilangkan mineral kalsium dan fosfor (AOAC 2005).
kotoran yang menempel. Cangkang sotong Analisis gugus fungsi menggunakan instrumen
yang telah dibersihkan dilakukan pengecilan Fourier-transform infrared spectroscopy
ukuran menggunakan mortar dan dianalisis (FTIR) dengan detektor di daerah inframerah
kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat dan tengah (4.000-400 cm-1) pada resolusi 4 cm-1
gugus fungsi untuk menentukan karakteristik (Panda et al. 2003). Analisis morfologi
kimia bahan baku. dilakukan dengan instrumen mikroskop

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 3


JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1 Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al.

binokuler pada perbesaran 60× dan 100× lemak, protein dan karbohidrat. Komposisi
(Raith et al. 2013). Analisis difaktogram kadar abu yang tinggi pada cangkang
menggunakan instrumen X-Ray Diffraction sotong, menunjukkan bahwa terdapatnya
(XRD) pada sudut difraksi 2θ dengan unsur anorganik. Menurut Suptijah et al.
panjang gelombang 1.54060 Å, data hasil (2010) tingginya kadar abu pada cangkang
tembakan sinar X-Ray berbentuk difaktogram organisme memiliki korelasi positif terhadap
disesuaikan dengan Database Joint Committee ketersediaan unsur mineral yakni kalsium
on Powder Diffraction Standards (JCPDS) karbonat (CaCO3). Eliaz dan Metoko (2017)
untuk menentukan struktur mineral apatit, menyatakan bahwa unsur CaCO3 merupakan
fasa kristalinitas dan amorf (Panda et al. 2013). konstituen penting sebagai sumber kalsium
oksida (CaO) dalam sintesis hidroksiapatit.
Analisis Data Unsur organik yang terdapat pada tulang
Data nominal dan ordinal yang diperoleh dan cangkang organisme perairan (Table 1)
dari masing-masing variabel pengujian memiliki komposisi yang relatif lebih kecil
dianalisis berupa rataan nilai (µ), standar dibandingkan dengan komposisi unsur
deviasi (∆x) dan penyajian data dalam bentuk anorganik. Hal ini disebabkan unsur organik
deskriptif (Steel dan Torrie 1995). hanya berperan sebagai matriks pembentuk
tulang atau cangkang, sedangkan unsur
HASIL DAN PEMBAHASAN anorganik berperan sebagai pengisi yang
Komposisi Kimia Cangkang Sotong dapat membentuk sifat mekanis. Menurut
Komposisi kimia merupakan konsituen Barnes et al. (1976) komposisi unsur organik
penyusun cangkang sotong. Analisis pada cangkang organisme perairan umumnya
komposisi kimia meliputi kandungan berkisar 30-20% dan anorganik 70-80%, unsur
proksimat misalnya kadar air, abu, lemak, organik berperan sebagai pengikat unsur
protein dan karbohidrat. Hasil analisis anorganik sehingga memberikan struktur
proksimat cangkang sotong basis kering dapat cangkang yang keras.
dilihat pada Table 1.
Berdasarkan hasil analisis komposisi Gugus Fungsi Cangkang Sotong dan
proksimat cangkang sotong yang dibandingkan Kalsium Oksida
dengan beberapa penelitian dari bahan baku Gugus fungsi cangkang sotong
hasil perairan diantaranya tulang tilapia (CaCO3)
(Orechromis niloticus) dan tulang ikan tuna Gugus fungsi merupakan analisis secara
(Thunnus sp.) menunjukkan persentase yang kualitatif untuk mengidentifikasi unsur-
berbeda. Perbedaan komposisi proksimat unsur penyusun cangkang sotong melalui
pada organisme perairan umumnya serapan tranmisi yang dihasilkan oleh FTIR.
dipengaruhi oleh perbedaan jenis, spesies, Identifikasi FTIR didasarkan pada perubahan
tingkat kematangan gonad dan habitat (Toppe vibrasi molekul yang disebabkan oleh
et al. 2007). Kadar abu cangkang sotong modifikasi valensi secara elektrostatik pada
berdasarkan basis kering memiliki persentase ikatan alkana, alkena, arena, amina, karboksil
lebih tinggi, dibandingkan dengan kadar air, dan hidroksil (Berthomieu dan Hienerwadel

Table 1 Chemical composition of cuttlebone


Cuttlebone Fish bone of tilapia Fish bone of tuna
Parameters (%) Remark
sampel (Oreochromis niloticus)1 (Thunus sp.)2
Moisture 3.54±0.11 - - wet basis
Ash 89.61±0.26 77.74 67.39 dry basis
Lipid 0.32±0.19 5.97 0.54 dry basis
Protein 4.78±0.23 15.18 24.93 dry basis
Carbohydrate* 5.29±0.02 1.11 7.14 dry basis
* = by difference, 1 = Hemung (2013); 2 = Hanura et al. (2018)

4 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al. JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1

2009). Hasil analisis gugus fungsi cangkang panjang kisaran gelombang transmisi 755-
sotong secara umum terdiri atas dua unsur 700 cm-1. Fasa aragonit cangkang sotong
penyusun yakni organik dan anorganik, dapat yang teridentifikasi pada kisaran panjang
dilihat pada Figure 1. gelombang 713-700 (Figure 1) merupakan
Hasil analisis gugus fungsi menunjukkan vibrasi yang dihasilkan dari atom karbon pada
struktur penyusun utama cangkang sotong dua molekul hidrogen secara asimetris (C=O),
yang merupakan unsur anorganik berupa sehingga terbentuk vibrasi secara tumpang
kalsium karbonat aragonit yang dicirikan tindih. Vagenas et al. (2003) menyatakan
dengan empat jenis vibrasi, yakni streching bahwa fasa aragonit umumnya teridentifikasi
symmetric (v1) pada panjang gelombang 1.083 pada panjang gelombang 713 cm-1 yang
cm-1, vibrasi bending out-of-plane (v2) 871- dicirikan dengan vibrasi secara tumpang
700 cm-1, vibrasi streching asymmetric (v3) tindih akibat ikatan ionik pada molekul
1.507 cm-1 dan vibrasi bending split in-plane hidrogen. Unsur organik cangkang sotong
(v4) pada panjang gelombang transmisi 713 teridentifikasi pada panjang gelombang
cm-1. Menurut Plav et al. (1999) unsur kalsium 3466 cm-1 yang merupakan vibrasi streching
karbonat dapat diidentifikasi berdasarkan symmetric ikatan hidroksil (OH-) dan amida
serapan transmisi pnalar ion karbonat pada (NH2), selain itu vibrasi streching asymmetric
vibrasi molekul ikatan karboksil (O-C) pada ikatan karbon CH, CH2 dan CH3 pada kitin
panjang gelombang 1.600-600 cm-1 yang teridentifikasi pada panjang gelombang 2985-
dicirikan oleh empat jenis vibrasi utama yakni 2521 cm-1 (Ghodsinia dan Akhlaghinia 2015).
streching symmetric (v1) pada kisaran panjang
gelombang 1.090-1.070 cm-1, vibrasi bending Gugus fungsi kalsium oksida (CaO)
out-of-plane (v2) pada panjang gelombang Analisis gugus fungsi cangkang sotong
850-800 cm-1, vibrasi streching asymmetric dilakukan pada suhu kalsinasi yang berbeda
(v3) pada panjang gelombang 1.535-1.387 untuk mengetahui dekompsosisi struktur
cm-1, dan bending split in-plane (v4) pada kalsium karbonat (CaCO3) menjadi kalsium

Figure 1 Spectrum of FTIR cuttlebone.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 5


JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1 Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al.

oksida (CaO). Proses dekomposisi struktur masih merupakan kalsium karbonat aragonit.
CaCO3 menjadi CaO didasarkan pada Menurut Tkalcec et al. (2014) penciri utama
perubahan wilayah serapan maupun intensitas CaCO3 cangkang sotong teridentifikasi pada
transmisi yang dihasilkan oleh vibrasi molekul kisaran panjang gelombang 2.876, 2.515,
akibat pemutusan atau deformasi ikatan. Hasil 1.800 dan 712 cm-1. Perlakuan kalsinasi 600°C
analisis serapan transmisi yang dihasilkan vibrasi streching asymmetric karbonat masih
berdasarkan perlakuan kalsinasi dapat dilihat teridentifikasi pada panjang gelombang 1.795
pada Figure 2. dan 2.565 cm-1, kehadiran vibrasi karbonat
Serapan transmisi pada perlakuan pada kisaran panjang gelombang tersebut
kalsinasi 500°C menunjukkan teridentifikasi diduga merupakan vibrasi pnalar CO32- tipe
vibrasi streching asymmetric ion karbonat A. Berzina-Cimdina dan Borodajenko (2012)
(CO32-) pada panjang gelombang 2.875, 2.514 menyatakan bahwa vibrasi pnalar CO32- tipe A
dan 1.798, sedangkan vibrasi bending split in- umumnya berada pada kisaran 1.650-2.330 cm-
plane teridentifikasi pada panjang gelombang 1
, akan tetapi pada perlakuan kalsinasi 600°C
712 cm-1. Vibrasi gugus fungsi yang dihasilkan sebagian struktur CaCO3 telah terdekomposisi
pada perlakuan 500°C memiliki kemiripan menjadi CaO. Hal tersebut terlihat dengan
dengan vibrasi gugus fungsi bahan baku jumlah vibrasi streching symmetric CaO yang
(Figure 1). Hal ini menunjukkan perlakuan teridentifikasi pada panjang gelombang 1.412,
kalsinasi 500°C material yang dihasilkan 1.112 dan 875 cm-1. Spektrum FTIR perlakuan

Figure 2 Spectrum of FTIR cuttlebone with different calcination temperature treatments


( 500°C; 600°C; 700°C).

6 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al. JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1

kalsinasi 700°C menunjukkan pnalar CO32- Karakteristik Hidroksiapatit


tidak teridentifikasi pada perlakuan suhu Difaktogram
kalsinasi tersebut, sebaliknya vibrasi streching Struktur apatit terdiri atas atom-
symmetric akibat ikatan hidroksil (O-H) pada atom penyusun yang terkonfigurasi dan
struktur Ca-OH teridentifikasi pada panjang membentuk fasa kristalin, amorf dan tipe
gelombang 1.654; 1.468; 1.116 dan 875 struktur material. Struktur dan fasa apatit
cm-1. Hal ini menunjukkan perlakuan diidentifikasi berdasarkan puncak serapan
kalsinasi 700°C telah menghasilkan CaO difraksi. Hasil analisis difaktogram dapat
tanpa unsur pengotor (impurity) berupa CO32. dilihat pada Figure 3.
Menurut Floreck et al. (2009) unsur CaO Hasil analisis difaktogram menunjukkan
yang telah terdekomposisi dari struktur perlakuan kalsinasi setelah CaO dan
CaCO3 teridentifikasi pada kisaran panjang NH4H2PO4 direaksikan pada tabung
gelombang 1.714; 1.630; 1.472 dan 920 cm-1. hidrotermal menghasilkan mineral apatit
Vibrasi streching symmetric ikatan hidroksil yang berbeda. Perlakuan suhu kalsinasi
(O-H) permukaan atau vibrasi ikatan air 800°C umumnya merupakan unsur
bebas (H2O) masing-masing perlakuan clinohidroksiapatit (Ca9Na0.2(PO4)6·OH2)
kalsinasi teridentifikasi pada kisaran panjang yaitu 85,70% dengan struktur kimia berbentuk
gelombang 3.644; 3.645 dan 3.634 cm-1. Hal monoclinic, sedangkan 14,30% merupakan
tersebut disebabkan oleh sifat higroskopis portlandit (Ca(OH)2) berbentuk hexagonal.
material setelah dikalsinasi sehingga terjadi Unsur chlorapatit (Ca9.7(P6O23)Cl2·(OH)2)
proses chemosorption. 100% teridentifikasi pada perlakuan
Perubahan transmisi CaCO3 menjadi kalsinasi suhu 900°C dengan struktur
CaO (Figure 2) dipengaruhi oleh suhu berbentuk hexagonal, sedangkan perlakuan
kalsinasi yang menyebabkan pelepasan suhu kalsinasi 1.000°C menghasilkan
karbon dioksida (CO2-) dalam bentuk gas dan hidroksiapatit (Ca9.82(PO4)6·OH2) 99,72% dan
berakibat pada pemutusan ikatan Ca-CO2 kalsium oksida (CaO) 0,28%, kedua unsur
selama proses kalsinasi berlangsung. Proses tersebut memiliki bentuk struktur hexagonal.
pergeseran atau perubahan transimi CaCO3 Identifikasi difaktogram unsur apatit pada
menjadi CaO yang ditandai dengan pelebaran Figure 3 berdasarkan Joint Committee on
gelombang serapan transmisi, menunjukkan Powder Diffraction Standards (JCPDS) No
bahwa unsur CaCO3 yang terkandung dalam 01-070-3371 (clinohidroksiapatit), 00-004-
cangkang sotong mengalami dekomposisi 0733 (portlandit), 01-070-0793 (chlorapatit),
menjadi CaO. Menurut Periasamy dan 01-076-0694 (hidroksiapatit) dan 00-043-
Mohankumar (2016) dekomposisi struktur 1001 (kalsium oksida). Menurut Ptacek
cangkang sotong dipengaruhi oleh tiga titik (2016) secara teoritis mineral apatit memiliki
infleksi suhu yakni titik infleksi pertama struktur kimia yakni M10(NO4)6·X, kisi M
pada suhu 30-75°C merupakan titik infleksi umumnya ditempati oleh kation divalen,
penghilangan kandungan air, titik infleksi misalnya Ca2+, Mg2+, Sr2+, Ba2+, Cd2+ dan Pb2+,
kedua kisaran suhu 280-340°C adalah titik sedangkan kisi NO4 ditempati oleh anion
penghilangan komposisi organik dan titik trivalen berupa PO43-, VO43-, AsO43- dan kisi
infleksi ketiga pada kisaran suhu 640-780°C X ditempati oleh anion monovalen, misalnya
merupakan titik dekomposisi struktur CaCO3 OH-, F- dan Cl-.
menjadi CaO. Perbedaan struktur penyusun apatit
Berdasarkan hasil analisis pengaruh berdasarkan hasil analisis XRD (Figure
suhu kalsinasi yang berbeda terhadap proses 3) menunjukkan bahwa perlakuan suhu
dekomposisi struktur cangkang sotong, kalsinasi diduga memberikan pengaruh
menunjukkan perlakuan kalsinasi 700°C terhadap pertukaran ion bermuatan kationik
6 jam merupakan perlakuan terpilih untuk maupun anionik saat proses kalsinasi
menghasilkan CaO sebagai prekursor kalsium berlangsung sehingga merubah struktur kisi
dalam sintesis hidroksiapatit. apatit. Menurut Combes et al. (2016) unsur

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 7


JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1 Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al.

Figure 3 Diffractogram of apatite structure with different calcination temperature treatments


( 800°C; 900°C; 1.000°C).

apatit dapat mengalami perubahan kisi yang keberadaan unsur pengotor (impurity) yang
disebabkan oleh pertukaran kationik dan dapat merubah struktur kimia apatit, misalnya
anionik, misalnya Na+, K+, Mg2+, Sr2+, Cl-, natrium (Na+) yang terjebak pada kisi divalen
OH- dan F- selama proses sintesis berlangsung clinohidroksiapatit (Ca9Na0.2(PO4)6·OH2) dan
mengikuti hukum Goldschmidt yang klorin (Cl2) pada kisi monovalen chlorapatit
menginterpretasikan bahwa proses penyisipan (Ca9.7(P6O23)Cl2·(OH)2) (Figure 3), walaupun
ion dari valensi yang berbeda akan selalu demikian seiring kenaikan suhu kalsinasi
mencari kesetimbangan dalam pembentukan unsur Na+ dan Cl2 mengalami penguapan. Hal
senyawa akhir. Peristiwa pertukaran, pelepasan ini teridentifikasi pada perlakuan kalsinasi
ion dan penyisipan unsur selama sintesis 1.000°C yang menghasilkan hidroksiapatit
berlangsung memengaruhi pembentukan fasa (Ca9.82(PO4)6·OH2), tanpa sisipan unsur Na+
kristalinitas dan amorf apatit. Hasil analisis dan Cl2 yang ditandai dengan pembentukan
komposisi kristalinitas dan amorf dapat fasa kristalinitas lebih tinggi dibandingkan
dilihat pada Figure 4. pelakuan kalsinasi 800°C dan 900°C, namun
Hasil analisis pada Figure 4 menunjukkan persentase kristalinitas pada perlakuan
seiring kenaikan suhu kalsinasi persentase kalsinasi tersebut ini belum memenuhi
fasa kristalinitas cenderung meningkat, International Organization for Standardization
sebaliknya fasa amorf cenderung menurun. (ISO) 13175 tahun 2015 yang mensyaratkan
Pembentukan fasa amorf disebabkan kristalinitas hidroksiapatit sebesar 95%.

8 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al. JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1

100
89.90
90 85 85.50
80
70
Composition (%) 60
50
40
30
20 15 14.50
9.90
10
0
800 900 1,000
Calcination temperature (°C)

Figure 4 Percentage of apatite mineral phase, amorphous ( ), crystalline ( ).

Fasa kristalinitas apatit memiliki hubungan 1,67. Hasil analisis nisbah Ca/P hidroksiapatit
terhadap kekuatan mekanis material perancah terpilih dapat dilihat pada Table 2.
tulang, semakin tinggi kristalinitas material Hasil analisis nisbah Ca/P hidroksiapatit
memberikan kontribusi terhadap kekuatan terpilih memiliki nisbah sebesar 1,66. Hal
mekanik yang semakin baik atau mendekati tersebut memiliki kesamaan dengan nisbah
kekuatan mekanik tulang manusia (Wopenka Ca/P hidroksiapatit komersial (Habiocer®),
dan Pateris 2005). akan tetapi nisbah Ca/P hidroksiapatit terpilih
Berdasarkan hasil analisis pengaruh belum memenuhi nisbah hidroksiapatit
suhu kalsinasi yang berbeda mineral apatit, secara teoritis yakni 1,67. Perbedaan nisbah
menunjukkan bahwa perlakuan kalsinasi Ca/P hidroksiapatit terpilih disebabkan
1.000°C 1 jam merupakan perlakuan terpilih ketidakseimbangan muatan kation divalen
untuk menghasilkan hidroksiapatit sebagai pada unsur kalsium selama proses sintesis
biomaterial perancah tulang. berlangsung. Hal tersebut teridentifikasi
struktur hidroksiapatit terpilih memiliki
Nisbah mineral kalsium fosfat (Ca/P) struktur Ca9.82(PO4)6.OH2, sedangkan
Nisbah kalsium fosfat (Ca/P) merupakan hidroksiapatit teoritis memiliki struktur
parameter penting dalam menentukan sifat Ca10(PO4)6.OH2, perbedaan muatan pada kisi
osteokonduktif hidroksiapatit (Szczes et al. divalen diduga memberikan dampak terhadap
2017). Menurut International Organization nisbah Ca/P. Menurut Joris dan Amberg
for Standardization (ISO) 13175 tahun 2015 (1971) perilaku nisbah Ca/P yang tidak
mensyaratkan nisbah Ca/P untuk material stoikiometri dipengaruhi oleh kehilangan ion
perancah tulang berbasis hidroksiapatit yakni pada kisi divalen, trivalen maupun monovalen

Table 2 Ratio molarity Ca/P of hydroxyapatite


Composition of minerals (g/100 g) wet basis Ratio
Mineral apatite
Calcium Phosphate Ca/P
Hydroxyapatite1 61.68±0.05 28.67±0.03 1.66
Hydroxyapatite (Habiocer®)2 41.30 19.30 1.66
Theoretical of hydroxyapatite3 39.84 18.52 1.67
Note: 1 = hydroxyapatite of selected treatment, 2 = (Sobczak et al. (2012), 3 = (Rivera 2011)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 9


JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1 Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al.

hidroksiapatit sehingga menyebabkan yang dapat membatasi proses chemosorption.


ketidakseimbangan ion, perubahan Pembentukan partikel hidroksiapatit
nisbah hidroksiapatit dinotasikan dengan disebabkan dua faktor utama yakni tekanan
Ca10-Z(HPO4)6-Z(PO4)6-Z(OH)2-Z, nilai Z suhu hidrotermal dan proses kalsinasi.
memiliki kisaran 0-1. Liu et al. (2008) Tekanan suhu hidrotermal menyebabkan
hidroksiapatit dengan nisbah Ca/P 1,5-1,6 kejenuhan suspensi sehingga terjadi
memiliki sifat vabilitas yang baik terhadap pengendapan dan berdampak pada proses
peningkatan aktivitas alkalin fosfatase sel nukleasi partikel. Proses nukleasi tersebut
kultur osteoblas pada 72 jam pengujian, berlanjut pada tahap densifikasi selama proses
dalam hal yang sama juga dilaporkan oleh kalsinasi sehingga terjadi pembentukan
Wang (2004) hidroksiapatit dengan nisbah partikel hidroksiapatit. Menurut Wang et al.
Ca/P 1,62-1,67 memiliki sifat osteokonduktif (2010) proses nukleasi partikel diawali dengan
yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan pembentukan molekul padatan dari suspensi
baru terhadap tulang tibia pada 15 hari pasca yang kemudian berkumpul dan membentuk
diimpankan. ikatan yang kemudian mengalami pemadatan
(densification). Pengaruh kalsinasi terhadap
Morfologi partikel perilaku morfologi hidroksiapatit juga
Morfologi partikel hidroksiapatit yang dilaporkan oleh Setiawan (2012), penggunaan
dihasilkan umumnya berbentuk batang suhu kalsinasi 800°C dan 1.000°C 5 jam
menyerupai kapsul dengan ukuran yang tidak memberikan dampak terhadap perubahan
seragam dan cenderung aglomerasi. Hasil morfologi partikel hidroksiapatit yang
analisis morfologi partikel hidroksiapatit memiliki ikatan antar granul partikel
dapat dilihat pada Figure 5. dan membentuk batang tidak beraturan.
Partikel hidroksiapatit yang cenderung Morfologi partikel hidroksiapatit berbentuk
aglomerasi (Figure 5a) dipengaruhi oleh batang (long rods) tidak memiliki dampak
sifat higrokopis hidroksiapatit, sehingga inflamasi terhadap kulit tikus yang diujikan
menyebabkan proses chemosorption yang secara in vivo, pengujian secara in vitro juga
membentuk jembatan O-H pada gugus disebutkan bahwa hidroksiapatit berbentuk
hidroksil apatit melalui ikatan Van Der batang (long rods) yang diinduksikan pada sel
Waals sehingga terbentuk ikatan secara fisik dermal fibroblas memiliki tingkat viabilitas
antar partikel, selain itu hidroksiapatit yang diatas 80% (Pujari-Palmer et al. 2016).
dihasilkan tidak memiliki dispersing agent

(a) (b)

Figure 5 Morphology of selected hydroxyapatite particles, (a) magnifications of 60×;


(b) magnifications of 100×.

10 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al. JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1

KESIMPULAN hydroxyapatite from cuttlefish


Cangkang sotong memiliki kadar bone (Sepia sp.). Research Journal of
air 3,54%, lemak 0,32%, protein 4,78%, Pharmaceutical, Biological and Chemical
karbohidrat 5,29% dan abu mencapai 89,61%. Sciences. 4(4): 1431-1442.
Kadar abu cangkang sotong merupakan Barnes H, Klepal W, Mitchell BD. 1976. The
unsur anorganik berupa kalsium karbonat organic and inorganic composition
(CaCO3) aragonit yang ditunjukkan dengan of some cirripede shells. Journal of
nilai serapan gugus fungsi pada panjang Experimental Marine Biology and Ecology.
gelombang 1.795; 1.507; 1.083; 871; 713 21(2): 119–127.
dan 700 cm-1. Unsur CaCO3 pada cangkang Berthomieu C, Hienerwadel R. 2009. Fourier
sotong layak untuk diekstraksi menjadi transform infrared (FTIR) spectroscopy.
kalsium oksida (CaO) sebagai prekursor Photosynthesis Research. 101(2-3):
kalsium dalam sintesis hidroksiapatit dengan 157–170.
perlakuan suhu kalsinasi. Suhu kalsinasi Berzina-Cimdina L, Borodajenko N. 2012.
optimum untuk mengekstraksi kalsium Research of calcium phosphates using
oksida (CaO) adalah 700°C 6 jam yang Fourier transform infrared spectroscopy.
ditandai dengan nilai serapan gugus fungsi Infrared Spectroscopy-Materials Science,
pada panjang gelombang 1.654; 1.468; 1.116 Engineering and Technology. 12(7):
dan 875 cm-1. Karakteristik hidroksiapatit 251-263.
terpilih dengan kombinasi hidrotermal [BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan
dan kalsinasi suhu optimum 1.000°C 1 jam Teknologi. 2018. Technology sector
memiliki nisbah kalsium fosfat (Ca/P) 1,66, material- bioceramic hydroxyapatite
tingkat kristalinitas 90,10%, amorf 9,90 dan [Internet]. Jakarta (ID): BPPT;
morfologi partikel berbentuk batang (long [diunduh 2018 Nov 17]. Tersedia
rods). Saran penelitian ini perlu dilakukan pada: http://pusyantek.bppt.go.id/en/
penelitian lebih lanjut terkait peningkatan pages/technolog y-sector/material/
suhu kalsinasi untuk memperoleh tingkat bioceramichydroxyapatite
kristalinitas hidroksiapatit sesuai ISO 13175 Cho ML, Heu MS, Kim JS. 2001. Food
tahun 2015. component characteristics of cuttle bone
as a mineral source. Korean Journal of
UCAPAN TERIMA KASIH Fisheries and Aquatic Sciences. 34(5):
Penelitian ini didanai oleh Universitas 478-482.
Kristen Wira Wacana (UNKRISWINA) Combes C, Cazalbou S, Rey C. 2016. Apatite
Sumba melalui beasiswa penelitian tahun biominerals. Minerals. 6(2): 32-46.
2018. Eliaz N, Metoki N. 2017. Calcium
phosphate bioceramics: a review of
DAFTAR PUSTAKA their history, structure, properties,
[AOAC] Association of Official Analytical coating technologies and biomedical
Chemist. 2005. Official Method of Analysis applications. Materials. 10(4): 334-344
of The Association of Official Analytical of Faksawat K, Sujinnapram S, Limsuwan P,
Chemist. Arlington (US): The Association Hoonnivathana E, Naemchanthara K.
of Official Analytical Chemist, Inc. 2015. Preparation and characterization
Aksakal B, Demirel M. 2015. Synthesis of hydroxyapatite synthesis from
and fabrication of novel cuttlefish cuttlefish bone by precipitation method.
(Sepia officinalis) backbone biografts Advanced Materials Research. 11(5):
for biomedical applications. Ceramics 421-425.
International. 41(3): 4531-4537. Floreck M, Fornal E, Gomez-Romero P, Zieba
Aminatun, Siswanto, Yohana MP, Istifarah, E, Paszkowicz W, Lekki J, Kuczumow A.
Rentna A. 2013. The effect of sintering 2009. Complementary microstructural
process on the characteristics of and chemical analyses of Sepia officinalis

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 11


JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1 Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al.

endoskeleton.  Materials Science and Daugela P. 2018. Cuttlebone as a marine-


Engineering: C. 29(4): 1220-1226. derived material for preparing bone
Ghodsinia SS, Akhlaghinia B. 2015. A rapid grafts. Marine Biotechnology.  20(3): 363-
metal free synthesis of 5-substituted-1 374.
H-tetrazoles using cuttlebone as a natural Panda RN, Hsieh MF, Chung RJ, Chin TS.
high effective and low cost heterogeneous 2003. FTIR, XRD, SEM and solid state
catalyst.  Royal Society of Chemistry NMR investigations of carbonate-
Advances. 5(62): 849-860. containing hydroxyapatite nano-
Hanura AB, Trilaksani W, Suptijah P. 2018. particles synthesized by hydroxide-
Characterization of nanohydroxyapatite gel technique.  Journal of Physics and
from tuna’s Thunnus sp. bone as Chemistry of Solids. 64(12): 193-199.
biomaterials substance.  Jurnal Ilmu dan Periasamy K, Mohankumar GC. 2016. Sea
Teknologi Kelautan Tropis. 9(2): 619-629. coral-derived cuttlebone reinforced epoxy
Hemung BO. 2013. Properties of tilapia composites: characterization and tensile
bone powder and its calcium properties evaluation with mathematical
bioavailability based on transglutaminase models.  Journal of Composite Materials.
assay. International Journal of Bioscience, 50(6): 807-823.
Biochemistry and Bioinformatics.  3(4): Plav BS. Kobe, Oriel B. 1999. Identification of
306-310. crystallization forms of CaCO3 with FTIR
[ISO] International Organization for spectroscopy. Kovine Zlitine Tehnology.
Standardization. 2015. ISO 1375:2015 33(6): 517-522.
Implan for surgery, calcium phosphates. Ptacek P. 2016. Apatites and Synthetic
Part 3 bone subtitutes based on Analogues-Synthesis. Structure,
hydroxyapatite and beta tricalcium Properties and Applications. London
phosphate. National Standard of Russian (UK): IntechOpen Ltd.
Federation. Pujari-Palmer S, Chen S, Rubino S, Weng
Joris SJ, Amberg CH. 1971. Nature of deficiency H, Xia W, Engqvist H, Ott MK.
in nonstoichiometric hydroxyapatites. 2016. In vivo and in vitro evaluation
I. Catalytic activity of calcium and of hydroxyapatite nanoparticle
strontium hydroxyapatites.  The morphology on the acute inflammatory
Journal of Physical Chemistry.  75(20): response. Biomaterials. 90(7): 11-18.
3167-3171. Raith MM, Raase P, Reinhardt J. 2012. Guide
Kattimani VS, Kondaka S, Lingamaneni KP. to Thin Section Microscopy. Bonn (DE):
2016. Hydroxyapatite past, present, and Universitas of Bonn.
future in bone regeneration.  Bone and [RISTEKDIKTI] Kementerian Riset,
Tissue Regeneration Insights Journal. Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2017.
11(7): 612-179. Rencana Induk Riset Nasional Tahun
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2017-2045. Jakarta (ID): Kementerian
2018. Produktivitas Perikanan Indonesia. Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Jakarta (ID): Kementrian Kelautan dan Rivera ME. 2011. Hydroxyapatite-based
Perikanan. materials: synthesis and characterization.
Liu H, Yazici H, Ergun C, Webster TJ. Bermek Biomedical Engineering and Challenges.
H. 2008. An in vitro evaluation of the Fazel R (editor). Boca Raton (US): CRC
Ca/P ratio for the cytocompatibility of Press.
nano-to-micron particulate calcium Setiawan D. 2012. Sintesis dan karakterisasi
phosphates for bone regeneration. Acta hidroksiapatit untuk aplikasi sinovektomi
Biomaterilia. 4(5): 1472-1479. radiasi. Jurnal Forum Nuklir. 6(2):
Nurimala M, Nurjanah, Hidayat T. 2018. 120-126.
Penanganan Hasil Perairan. Bogor (ID): Shavandi A, Bekhit AE, Sun ZF, Ali A.
IPB Press. 2015. A Review of synthesis methods,
Palaveniene A, Harkavenko V, Kharchenko V, properties and use of hydroxyapatite as a

12 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Hidroksiapatit dari cangkang sotong, Henggu et al. JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 1

substitute of bone. Journal of Biomimetics, synthesis and thermal evolution of


Biomaterials and Biomedical Engineering. carbonate-fluorhydroxyapatite scaffold
25(5): 98–117. from cuttlefish bones.  Materials Science
Sobczak KA, Malina D, Kijkowska R, and Engineering: C. 42(5): 578-586.
Wzorek Z. 2012. Comparative study of Toppe J, Albrektsen S, Hope B, Aksnes A.
hydroxyapatite prepared by the authors 2007. Chemical composition, mineral
with selected commercially available content and amino acid and lipid profiles
ceramics. Journal of Nanomaterials and in bones from various fish species.
Biostructures. 7(3): 38-45. Comparative Biochemistry and Physiology
Solechan, Rubijanto JP. 2015. Pembuatan Part B: Biochemistry and Molecular
material sintesis nano hydroxyapatite Biology. 146(3): 395-401.
untuk aplikasi scaffolds tulang mandibula Vagenas NV, Gatsouli A, Kontoyannis CG.
dari tulang cumi sotong menggunakan 2003. Quantitative analysis of synthetic
metode kalsinasi. Intuisi Teknologi dan calcium carbonate polymorphs using FT-
Seni. 7(1): ISSN 1978-2497 IR spectroscopy. Talanta. 59(4): 831-836.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Principles Wang H. 2004.  Hydroxyapatite degradation
and Procedures of Statistics Indeks. and biocompatibility.  [Disertasi].
Penerjemah: Sumantri B. Jakarta (ID): Colombus (US): Ohio State University.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Wopenka B, Pasteris JD. 2005. A mineralogical
Suptijah P, Hardjito L, Haluan J, Suhartono perspective on the apatite in bone. Journal
MT. 2010. Recovery dan manfaat nano of Materials Science and Engineering.
kalsium hewan perairan (dari cangkang 25(2): 131-143.
udang). Jurnal Logika. 7(2): 061-064. Yoruc ABH, Aydınoglu A. 2017. The precursors
Szczes A, HoIysz L, Chibowski E. 2017. effects on biomimetic hydroxyapatite
Synthesis of Hydroxyapatite for ceramic powders. Materials Science and
Biomedical Applications. Advances in Engineering. 75(9): 934-946.
Colloid and Interface Science. 249(10): Zhang, Xing, Kenneth S,Vecchio. 2007.
321-330.  Hydrothermal synthesis of hydroxyapatite
Tkalcec E, Popovic J, Orlic S, Milardovic rods.  Journal of Crystal Growth.  308(1):
S, Ivankovic H. 2014. Hydrothermal 133-140.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 13

Anda mungkin juga menyukai