PENDAHULUAN
1
Temperatur merupakan salah satu faktor laju reaksi. Pada penelitian ini,
temperatur kalsinasi memiliki peranan penting yaitu untuk mengubah fasa amorf
menjadi kristalin. Adapun penelitian yang telah berhasil mensintesis hidroksiapatit
dengan variasi temperatur kalsinasi adalah Liu, dkk (2015) pengaruh perlakuan
panas pada hidroksiapatit pada morfologi, komposisi dan karakteristik kristal
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya temperatur, maka kristalinitas juga
meningkat; Kim dan Chikara (2016) bentuk HAp dari kristal kalsium karbonat
dibawah kondisi hidrotermal menunjukkan bahwa ukuran kristal HAp meningkat
seiring dengan meningkatnya temperatur; An, dkk (2015) kontrol sintesis tanpa
surfaktan dan karakterisasi hidroksiapatit menunjukkan bahwa temperatur
mempengaruhi morfologi dan ukuran pada mikrostruktur HAp.
Berbagai metode dan prekursor juga telah digunakan dalam sintesis
hidroksiapatit, antara lain metode pengendapan menggunakan prekursor cangkang
telur dan CaHPO4.2H2O (Wu dkk, 2016), metode hidrotermal menggunakan
prekursor cangkang abalone dan (NH4)2HPO4 (Chen dkk., 2015) dan penelitian
lain yang juga pernah dilakukan adalah dengan metode microwave menggunakan
prekursor cangkang kerang kepah dan Na2HPO4 (Shavandi dkk., 2014). Pada
penelitian ini penulis akan melakukan sintesis dan karakterisasi HAp
menggunakan metode pengendapan dari bahan dasar limbah cangkang lokan
(Geloina coaxans) sebagai sumber kalsium (Ca) dengan prekursor Ca(NO 3)2 dan
Ca(OH)2, (NH4)2HPO4 sebagai sumber fosfat (P) menggunakan variasi waktu
kalsinasi 30, 60, 120,dan 180 menit pada suhu 9000C.
2
struktur dan komposisi dengan komponen anorganik seperti material pada struktur
tulang dan gigi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Moluska
Klass : Bivalvia
Ordo : Lamellibranschia
Famili : Corbicullidae
Genus : Gelonia
4
2.1.1. Komposisi Kimia Cangkang Lokan (Geloina coaxans)
Kulit kerang merupakan bahan sumber mineral yang pada umumnya
berasal dari hewan laut berupa kerang yang telah mengalami penggilingan dan
mempunyai karbonat tinggi. Umumnya, serbuk cangkang kerang dari berbagai
jenis mengandung komposisi kimia yang dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi kimia serbuk cangkang lokan (Geloina coaxans)
5
MSDS (Material Safety Data Sheet) (NH4)2PO4. (NH4)2PO4 memiliki nama
kimia ammonium fosfat dengan rumus (NH4)2PO4. Nama lain dari ammonium
pospat yaitu diammonium hidrogen fosfat. Adapun karakteristik dari senyawa
(NH4)2PO4 ini yaitu padatan berwarna putih dengan massa jenis 1.619 g/cm3,
memiliki pH 7.8-8.5 dan tidak berbau. Senyawa (NH4)2PO4 ini juga merupakan
senyawa beracun karena jika terkena kulit bisa menyebabkan iritasi, selain itu
juga bisa menyebabkan perih bila terkena mata.
Monocalcium phosphate
Ca(H2PO4)2H2O 0.5
monohydrate
Monocalcium phosphate
Ca(H2PO4)2 0.5
anhydrous
Dicalcium phosphate dehydrate
CaHPO4.2H2O 1.0
( brushite)
Dicalcium phosphate anhydrous
CaHPO4 1.0
(Monetite)
Octacalcium phosphate Ca8(HPO4)2(PO4)45H2O 1.33
α – Tricalcium phosphate Ca3(PO4)2 1.5
β – Tricalcium phosphate Ca3(PO4)2 1.5
Amorphous calcium phosphate Cax(PO4)ynH2O 1.2-2.2
6
Hydroxyapatite Ca10(PO4)6(OH)2 1.67
(Shojai, 2013)
7
Proses ini menggunakan suhu tinggi untuk mensintesis hidroksiapatit (HAp).
High temperature process dapat dilakukan oleh dua teknik, yaitu combustion
dan pyrolysis (Shojai dkk., 2013).
8
menggunakan prekursor kalsium dari berbagai cangkang kerang dengan metode
pengendapan.
9
Spektrometer XRF tersusun dari tiga komponen utama yaitu sumber
radioisotop, detektor dan unit pemrosesan data. Sumber radioisotop adalah isotop-
isotop tertentu yang dapat digunakan untuk mengeksitasi cuplikan sehingga
menghasilkan sinar-X yang karakteristik. Radioisotop yang dapat digunakan
adalah Fe, Co, Cd dan Am. Sumber radioisotop ini dibungkus sedemikian rupa
dengan timbal agar penyebaran radiasinya terhadap lingkungan dapat dicegah.
Spektrometer XRF yang menggunakan detektor Si (Li) biasanya dimasukkan
dalam nitrogen cair. Hal ini dilakukan untuk mengatasi arus bocor bolak-balik
yang disebabkan oleh efek termal, sehingga detektor Si(Li) harus dioperasikan
pada suhu sangat rendah yaitu dengan menggunakan nitrogen cair (77K) sebagai
pendingin. Apabila tidak dilakukan pendinginan maka arus akan bocor dan akan
merusak daya pisah detektor. Selain itu pendingin dengan nitrogen cair juga
diperlukan untuk menjaga agar ion-ion Li tidak merembes keluar dari kristal dan
menyebabkan hilangnya daerah intrinsik (Iswani, 1983).
Teknik analisis dengan XRF lebih banyak digunakan karena metode ini
cepat, lebih teliti, tidak merusak bahan, dapat digunakan pada cuplikan berbentuk
padat, bubuk, cair maupun pasta (Sukirno dkk., 2003).
10
Gambar 2.3 Hamburan cahaya pada difraksi sinar-X
(Sumber: Takeuchi, 2008)
Keterangan:
n = suatu bilangan bulat
λ = panjang gelombang sinar-X
d = jarak antara dua bidang yang paralel
θ = sudut sinar-X yang mengenai bidang
(Masrukan,2008).
Berdasarkan hukum Bragg, dapat ditentukan panjang gelombang atau
jarak kisi kristal (D) dihitung dengan menggunakan persamaan Scherrer :
0,89 λ
D= ................................................................................................ (2)
β cos θ
Keterangan :
𝜆 = panjang gelombang (CuK𝛼 = 0.15405)
𝛽 = full widht at half maximum
𝜃= sudut XRD
Pada suatu senyawa campuran, tiap kristalnya memberi difraksi terhadap
sinar-X. Masing- masing senyawa memiliki harga dhkl yang spesifik, maka dari
difraktogram, dapat ditentukan kemurnian sampel. Difraktogram juga memberi
informasi lain untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dapat
dilihat dari harga dhkl sampel dan secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung
luas daerah di bawah difraktogram (Masrukan, 2008).
11
2.9.3. Fourier Transform-Infra Red Spectroscopy (FTIR)
Frourier Transform-Infra Red Spectroscopy (FTIR) atau yang dikenal
dengan FTIR merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa
komposisi kimia dari senyawa-senyawa organik, polimer, coating atau pelapisan,
material semikonduktor, sampel biologi, senyawa-senyawa anorganik dan
mineral. FTIR mampu menganalisa suatu material baik secara keseluruhan,
lapisan tipis, cairan, padatan, pasta, serbuk, serat dan bentuk lainnya dari suatu
material. FTIR tidak hanya mempunyai kemampuan untuk analisa kualitatif
namun juga bisa untuk analisa kuantitatif. Dasar lahirnya spektroskopi FTIR
adalah dengan mengasumsikan semua molekul menyerap sinar inframerah,
kecuali molekul-molekul monoatom (He, Ne, Ar, dll) dan molekul-molekul
homopolar diatomik (H2, N2, O2, dll). Molekul akan menyerap sinar inframerah
pada frekuensi tertentu yang mempengaruhi momen dipolar atau ikatan dari suatu
molekul (Fernandez, 2011).
Supaya terjadi penyerapan radiasi inframerah maka ada beberapa hal yang
perlu dipenuhi, yaitu:
1. Adsorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi
molekul ke tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi dan besarnya
absorbsi adalah terkuantitasi.
2. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi
radiasi elektromagnetik yang diserap.
3. Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat
perubahan baik nilai maupun arah dari momen dua kutub ikatan.
Spektroskopi inframerah dilakukan pada daerah inframerah yaitu dari
panjang gelombang 0,78 sampai 1000 μm. Teknik spektroskopi inframerah
terutama untuk mengetahui gugus fungsional suatu senyawa, juga untuk
mengidentifikasi suatu senyawa, menentukan struktur molekul, mengetahui
kemurnian dan mempelajari reaksi yang sedang berjalan. Spektrum inframerah
dapat dibagi menjadi inframerah dekat, inframerah sedang dan inframerah jauh
(Fernandez, 2011).
12
Gambar 2.5 Skema kerja alat FTIR (Bassler, 1986)
Teknik pengoprasian FT-IR berbeda dengan spektrofotometer inframerah.
Pada FT-IR digunakan suatu interferometer Michelson sebagai pengganti
monokromator, yang terletak di depan monokromator. Interferometer ini akan
memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan intensitas frekuensi vibrasi molekul
yang berupa interferogram. Interferogram juga memberikan informasi yang
berdasarkan pada intensitas spektrum dari setiap frekuensi. Informasi yang keluar
dari detektor diubah secara digital dalam komputer dan ditransformasikan sebagai
domain, tiap-tiap satuan frekuensi dipilih dari interferogram yang lengkap (fourier
transform). Kemudian sinyal itu diubah menjadi spektrum IR sederhana.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
14
4. Hasil sintesis senyawa hidroksiapatit (HAp) dikarakterisasi menggunakan
X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR)
15
meter. Larutan didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam setelah itu larutan
disaring dengan kertas saring Whatman No. 42. kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 105 oC selama 2 jam dan selanjutnya dikalsinasi pada suhu 900oC
(kalsinasi hidroksiapatit) ) selama 30 menit. Perlakuan yang sama dilakukan untuk
waktu kalsinasi 60, 120 dan 180 menit.
16