ing Utari
Mengenal
Sifat-Sifat
Material (1)
10-1
berjarak d, maka kapasitansi pelat paralel yang semula (sebelum
disisipi dielektrik)
A
C0 = ε 0 (εudara ≈ ε0) (10.2)
d
berubah menjadi
A
C = ε r ε0 (10.3)
d
atau C = ε r C0 (10.4)
Diagram fasor dari situasi ini terlihat pada Gb.10.1.a; IC adalah fasor
arus kapasitor dan VC adalah fasor tegangan kapasitor. (Tentang
fasor dapat dipelajari pada Ref.[9]). IC terdiri dari dua komponen
yaitu IC0 yang 90o mendahului VC, dan IRp yang sefasa dengan VC.
Arus yang sefasa dengan tegangan akan memberikan daya yang
diserap oleh kapasitor; arus ini dapat digambarkan sebagai arus yang
mengalir melalui suatu resistansi Rp yang terhubung parallel dengan
kapasitor. Dengan demikian suatu kapasitor dapat digambarkan
dengan rangkaian ekivalen seperti pada Gb.10.1.b.
10-3
IC0 IC
δ C Rp
IRp VC
(a) (b)
Gb.10.1. Diagram fasor dan rangkaian ekivalen kapasitor.
Nilai Rp untuk rangkaian ekivalen ini adalah
V VC 1
Rp = C = = (10.10)
I Rp I C tan δ ωC tan δ
2 V2
pC = I Rp R p = C = ωCVC2 tan δ (10.11)
Rp
Daya ini adalah daya yang diserap oleh dielektrik dalam kapasitor.
Persamaan (10.11) dapat kita tulis
10-5
Tabel-10.3. Kekuatan Dielektrik, volt/mil. [10].
(spesimen 125 mils)
(a) (b)
tanpa medan listrik dengan medan listrik
Gb.10.2. Polarisasi elektronik.
Polarisasi Ion. Polarisasi jenis ini hanya teramati pada material
dengan ikatan ion. Polarisasi terjadi karena pergeseran ion-ion yang
berlawanan tanda oleh pengaruh medan listrik. Gb 10.3.
menggambarkan peristiwa ini. Sebagaimana halnya dengan
polarisasi elektronik, dipole yang terbentuk dalam polarisasi ion juga
merupakan dipole tidak permanen. Namun polarisasi ion terjadi lebih
lambat dari polarisasi elektronik. Apabila di berikan medan searah,
diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai keadaan seimbang;
demikian pula jika medan dihilangkan posisi ion akan kembali pada
posisi semula dalam waktu lebih lama dari polarisasi elektronik.
Oleh karena itu pada medan bolak-balik polarisasi masih bisa
berlangsung namun pada frekuensi yang lebih rendah.
E
+ − + + − +
− + − − + −
+ − + + − +
(a) (b)
tanpa medan listrik dengan medan listrik
Gb.10.3. Polarisasi ion.
10-7
E
+ + − + − − + + − − −
− − + − + − + + + − + −
− + + − + + + + + − − −
+ − − + − − + + − + − −
− + + − + − + + + + − −
(a) (b)
tanpa medan listrik dengan medan listrik
Gb.10.4. Polarisasi Muatan ruang.
Polarisasi akan lebih mudah terjadi jika dilakukan pada temperatur
yang agak tinggi. Pada polyimide misalnya, polarisasi dapat
dilakukan pada temperatur 200oC dan keseimbangan sudah bisa
tercapai dalam waktu satu jam. Jika temperatur diturunkan lagi ke
temperatur kamar dalam keadaan medan tidak dihilangkan, maka
ion-ion akan terjebak pada posisi yang baru; dielektrik akan menjadi
elektret. [8].
(a) (b)
tanpa medan listrik dengan medan listrik
Gb.10.5. Polarisasi orientasi.
10-9
10.6. Arus Polarisasi Dan Arus Depolarisasi
Muatan-muatan dalam dielektrik yang terlibat dalam proses
polarisasi merupakan muatan-terikat, sebagai imbangan dari
muatan-bebas yang kita temui dalam metal. Kalau pergerakan
muatan-bebas dalam logam menimbulkan arus listrik, maka gerakan
muatan-terikat dalam dielektrik juga akan terdeteksi di rangkaian
luar berupa arus listrik. Jika arus listrik ini terdeteksi pada waktu
proses polarisasi kita sebut arus polarisasi, dan jika terdeteksi pada
waktu molekul kembali ke posisi semula kita sebut arus
depolarisasi. Jika kita terapkan medan searah pada dielektrik, arus
polarisasi dapat terdeteksi karena terjadinya pemisahan muatan-
muatan. Polarisasi ion, muatan ruang, maupun polarisasi orientasi
pada dielektrik polar, memerlukan waktu untuk menuju ke
keseimbangan dalam mensejajarkan posisi dengan medan yang
diberikan. Arus yang terdeteksi di rangkaian luar sebanding dengan
laju pertambahan polarisasi per satuan volume, P. Jika Jp adalah
kerapatan arus polarisasi, maka
∂P
Jp = (10.16)
∂t
Arus depolarisasi sebanding dengan pengurangan P. Jika Jd adalah
kerapatan arus depolarisasi, maka
∂P
Jd = − (10.17)
∂t
Memperhatikan (10.16) dan (10.17) tidak berarti bahwa Jp = −Jd
sebab laju polarisasi tidak sama dengan laju depolarisasi. Dalam
teknik arus stimulasi thermis (thermo-stimulated current) arus
depolarisasi dideteksi pada waktu dielektrik yang terpolarisasi
dinaikkan temperaturnya dengan laju kenaikan temperatur yang
rendah, misalnya 1oC per menit. Perubahan arus direkam terhadap
waktu; karena laju kenaikan temperatur cukup rendah, maka kurva
arus depolarisasi (yang merupakan fungsi waktu) menggambarkan
pula perubahan arus terhadap temperatur. Kurva arus depolarisasi
sangat khas untuk setiap dielektrik dan oleh karena itu teknik arus
stimulasi thermis digunakan untuk mempelajari karakter dielektrik.
10-11
A σ B σ
− − − − − − − − − − − −
− P − P
+ + + + + + + +
+ + + + + + + + + + + + + +
Gb.10.7. Dielektrik dalam medan listrik homogen.
Situasi di luar dielektrik tidak akan berubah seandainya dielektrik
digantikan oleh suatu ruang hampa yang mengandung muatan yang
terdistribusi tepat sama seperti distribusi muatan yang terjadi dalam
dielektrik; hal ini diperlihatkan pada Gb.10.7.b. Jika kerapatan
muatan di permukaan elektroda adalah σ, maka menurut teorema
Gauss (misalnya dengan mengambil ruang tertutup B pada Gb10.7.b)
kuat medan homogen di dalam dielektrik adalah
σ−P
E= atau ε0 E + P = σ (10.19)
ε0
10-13
Karena # adalah jumlah molekul per satuan volume, sedangkan vm
adalah volume bola maka kita akan melakukan pendekatan sekali
lagi yaitu v m ≈ 1 / # . Dengan pendekatan ini maka kita peroleh kuat
medan lokal Elok yang merupakan superposisi dari kuat medan
makroskopis E dan kuat medan molekul −Emol.
P
Elok ≈ E + (10.23)
3ε 0
yang secara umum kita tuliskan sebagai
P
E lok = E + b (10.24)
ε0
di mana b adalah suatu konstanta yang besarnya tergantung
dielektrik.
10.6. Polarisabilitas
Polarisabilitas molekul merupakan ukuran seberapa jauh molekul
dapat terpolarisasi. Mengingat ada empat macam mekanisme
polarisasi, kita akan melihat polarisabilitas ini terkait dengan
masing-masing jenis polarisasi.
Polarisabilitas Elektronik. Dipole yang terbentuk pada polarisasi
elektronik merupakan dipole tidak permanen. Polarisasi yang terjadi
merupakan pergeseran awan elektron seperti digambarkan pada
Gb.10.2.b. di mana arah dipole sejajar dengan arah medan. Peristiwa
polarisasi terjadi di dalam atom sehingga kita bisa mengabaikan
adanya medan lokal dan setiap atom dipengaruhi oleh medan makro
E. Karena dipole sejajar dengan arah medan, maka momen-dipole
dapat kita tuliskan sebagai
pe = α e E (10.25)
P
p = αE lok = α E + b
(10.27)
ε0
dengan α adalah polarisabilitas molekul, yang merupakan ukuran
seberapa jauh molekul dapat terpolarisasi. Momen dipole per satuan
volume pada dielektrik yang demikian ini adalah
P #α b
P = #p = #α E + b = #α E +
P atau
ε 0 ε0
ε 0 #αE
P= = ε0χeE (10.28)
(ε 0 − # α b )
10-15
molekul dengan arah medan. Oleh karena itu molekul polar yang
tidak berhasil sejajar dengan arah medan akan memiliki energi
potensial lebih tinggi dari molekul yang tersejajarkan.
Untuk menghitung energi potensial, kita tetapkan arah referensi yaitu
arah dipole di mana energi potensialnya nol. Arah ini adalah arah θ =
90o, yaitu jika dipole tegak lurus pada arah medan lokal. Kehilangan
energi dipole yang berubah sudut orientsinya dari 90o menjadi θ
adalah Elok qd cos θ , sehingga energi potensial adalah