Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TERSTRUKTUR FISIKA INSTRUMENTASI

PENGUKURAN DIELEKTRIK MENGGUNAKAN SCHERING BRIDGE

Disusun oleh : ALIFIAN NURNUARI INDRIANATI H1E010027

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012

DIELEKTRIK A. Pengertian Dielektrik Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan gas.Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-elektron konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik. Dalam bahan dielektrik, semua elektronelektron terikat dengan kuat pada intinya sehingga terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat, atau dalam hal cairan atau gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat bersama-sama sehingga tiap aliran massa tidak merupakan perpindahan dari muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik diberi muatan listrik, muatan ini akan tinggal terlokalisir di daerah di mana muatan tadi ditempatkan. Masing-masing jenis dielektrik memiliki fungsi dan fungsi yang paling penting dari suatu isolasi adalah: 1) Untuk mengisolasi antara penghantar dengan pengahantar yang lain. Misalnya antara konduktor fasa dengan konduktor fasa, atau konduktor fasa dengan tanah. 2) Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasi. 3) Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia. Agar dielektrik mampu menjalanakan tugasnya dengan baik maka dielektrik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi, agar dimensi sistem isolasi menjadi kecil dan pengunaan bahan dielektrik semakin sedikit, sehingga harganya semakin murah. 2. Rugi-rugi dielektrik yang rendah, agar suhu bahan isolasi tidak melebihi batas yang ditentukan. 3. Memiliki kekuatan kerak tinggi, agar tidak terjadi erosi karena tekanan elektrik permukaan. 4. Memiliki konstanta dielektrik yang tepat dan cocok, sehingga membuat arus pemuatan tidak melebihi yang diijinkan. 5. Kemampuan menahan panas tinggi (daya tahan panas). 6. Kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas. 7. Konduktivitas panas yang tinggi. 8. Koefisien muai panas yang rendah.

9. Tidak mudah terbakar. 10. Tahan terhadap busur api. 11. daya serap air yang rendah. Tetapi dalam prakteknya tidak ada dielektrik yang mampu memenuhi semua syaratsyarat diatas. Sehingga diperlukan kompromi tentang sifat-sifat apa saja yang lebih diutamakan.

B. Jenis-Jenis Dielektrik Dielektik ada tiga jenis, yaitu padat (solid), cair (liquid) dan udara (gas). Setiap bahan dielektrik memiliki kekuatan dielektrik tertentu, yaitu tekanan elektrik tertinggi yang dapat ditahannya dimana dielektrik tersebut tidak berubah sifat menjadi konduktif (tembus listrik). Berikut ini akan diberikan beberapa contoh dari bahan-bahan dielektrik :

C. Karakteristik Dielektrik Ada enam sifat-sifat listrik dielektrik yang perlu diketahui yaitu: 1. Kekuatan dielektrik 2. Konduktansi 3. Rugi-rugi dielektrik 4. Tahanan isolasi 5. Peluahan parsial (partial discharge) 6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)

D. Penggunaan Dielektrik Dielektrik digunakan untuk memisahkan dua permukaan yang memiliki perbedaan potensial listrik. Dielektrik banyak digunakan sebagai isolasi pemisah dan pembungkus pada konduktor. Ada empat area yang secara prinsipil harus menggunakan pemisah, yaitu : 1. Antara phasa dengan bumi 2. Antara phasa dengan phasa 3. Antara belitan suatu kumparan 4. Antara kumparan dengan kumparan lainnya.

JEMBATAN SCHERING Jembatan Schering adalah jembatan arus bolak-balik yang paling penting, di pakai secara luas untuk pengukuran kapasitor. Jembatan schering memberikan beberapa keuntungan nyata atas jembatan pembanding kapasitansi. Walaupun jembatan Schering digunakan untuk pengukuran kapasitansi dalam pengertian yang umum. Jembatan schering sangat bermanfaat untuk mengukur sifat-sifat isolasi yakni pada sudut-sudut fasa yang sangat mendekati 90o.

Susunan rangkaian dasar ditunjukkan pada gambar diatas, dan pemeriksaan rangkaian menunjukkan suatu kemiripan yang kuat terhadap jembatan pembanding. Perhatikan bahwa lengan 1 mengandung suatu kombinasi paralel dari sebuah tahanan dan sebuah kapasitor, dan lengan standar hanya berisi sebuah kapasitor. Kapasitor standar adalah sebuah kapasitor mika bermutu tinggi dalam pemakaian pengukuran yang umum atau sebuah kapasitor udara untuk pengukuran isolasi. Sebuah kapasitor mika bermutu tinggi mempunyai kerugian yang sangat rendah (tidak ada tahanan) dan arena itu mempunyai sudut fasa yang mendekati 90o. Sebuah kapasitor udara yang dirancang secara cermat memiliki nilai yang sangat stabil dan medan listrik yang sangat kecil. Bahan isolasi yang akan diuji dapat dengan mudah dihindari dari setiap medan yang kuat. Persyaratan setimbang menginginkan bahwa jumlah sudut fasa lengan 1 dan lengan 4 sama dengan jumlah sudut fasa lengan 2 dan lengan 3. Karena kapasitor standar berada dalam lengan 3, jumlah sudut fasa lengan 2 dan 3 akan menjadi 0o + 90o = 90o. Agar menghasilkan sudut fasa 90o yang diperlukan untuk kesetimbangan, jumlah sudut fasa antara lengan 1 dan 4 harus sama dengan 90o. Karena dalam pekerjaan pengukuran yang umum besaran yang tidak diketahui akan memiliki sudut fasa yang lebih kecil dari 90o, maka lengan 1 perlu diberi suatu

sudut kapasitif yang kecil dengan menghubungkan kapasitor C1 paralel terhadap R1. Suatu sudut kapasitif yang kecil sangat mudah diperoleh, yakni dengan menghubungkan sebuah kapasitor kecil terhadap R1. Persamaaan kesetimbangan diturunkan dengan cara yang biasa dengan memasukkan nilai-nilai impedansi dan admitansi yang memenuhi ke dalam persamaan umum diperoleh : Zx = Z2Z3Y1 Rx j/Cx = R2(-j/C3)(1/R1+jC1) Dan dengan menghilangkan tanda kurung, Rx j/Cx = R2C1/C3 jR2/C3R1 (1)

Dengan menyamakan bagian nyata dari bagian khayal kita peroleh bahwa Rx = R2C1/C3 Cx = C3R1/R2 (2) (3)

Factor daya (power factor, PF) dari sebuah kombinasi seri RC didefinisikan sebagai dengan cosinus sudut fasa rangaian. Dengan demikian factor daya yang tiak diketahui sama dengan PF = Rx/Zx . Untuk sudut-sudut fasa yang sangat mendekati 90o, reaktansi hampir sama dengan imppedansi dan kita dapat mendekati factor daya menjadi : PF Rx/Xx = CxRx (4)

Factor disipasi dari sebuah rangkaian seri RC didefinisikan sebagai cotangent sudut fasa dan arena itu, menurut definisi, factor disipasi adalah D = Rx/Xx = CxRx (5)

Di samping itu karena kualitas sebuah kumparan didefinisikan oleh Q = X L/RL, kita peroleh bahwa factor disipasi D adalah kebalikan dari factor kualitas Q, dan berarti D = 1/Q. Faktor disispasi memberitahukan kita sesuatu mengenai kualitas sebuah kapasitor, yakni bagaimana dekatnya sudut fasa kapasitor tersebut ke nilai idealnya 90 o. Dengan memasukkan nilai Cx dalam persamaan (1) dan Rx dalam persamaan (2) kedalam bentuk factor disipasi diperoleh D = R1C1 (6)

Jika tahanan R1 dalam jembatan Schering pada gambar diatas mempunyai suatu nilai yang tetap, piringan (dial) kapasitor C1 dapat dikalibrasi langsung dalam factor disipasi D. Hal ini merupakan biasa didalam sebuah jembatan Schering. Suku muncul dalam pernyataan factor disipasi, ini berarti bahwa kalibrasi piringan C1 hanya berlaku untuk satu frekuensi tertentu pada mana piringan di kalibrasi. Frekuensi yang berbeda dapat digunakan asalkan dilakukan suatu koreksi, yakni dengan mengalikan pembacaan piringan C1 terhadap perbandingan dari kedua frekuensi. Prinsip Jembatan Schering Jembatan Schering adalah cara yang paling banyak digunakan untuk mengukur kehilangan daya dan faktor daya dielektrik. Semua cara yang memakai prinsip jembatan terdiri dari rangkaian jembatan Wheatston yang baterainya diganti oleh sumber AC pada frekuensi rendah atau frekuensi lain yang lebih tinggi. Detektornya tergantung pada frekuensi yang dipakai; galvanometer vibrasi dipakai untuk frekuensi rendah dan telepon untuk frekuensi lain yang lebih tinggi (800-1000 Hz). C1 adalah kapasitor yang factor dayanya hendak diukur dan R1 adalah tahanan ekivalen yang menyatakan komponen kehilangan daya dielektriknya. C2 adalah kapasitor standar yang tidak mempunyai kehilangan daya. R3 dan R4 adalah resistansi variabel atau tahanan yang non-induktip. C4 adalah kapasitor variabel. Tabir digunakan untuk menghindarkan kesalahan yang disebabkan karena kapasitansi antara bagian-bagian tegangan tinggi dan rendah dari jembatan tersebut. G adalah galvanometer khusus yang harus mempunyai kepekaan yang tinggi karena impedansi cabang 3 dan 4 yang biasanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan cabang 1 dan 2. Galvanometer dan tahanannya mempunyai potensial rendah sekali (beberapa volt lebih tinggi daripada potensial rendah), meskipun tegangan yang dipakai tinggi sekali (kira-kira 100 kV), kecuali apabila terjadi kegagalan pada kapasitor pada cabang 1 dan 2. Jembatan menjadi seimbang dengan cara merubah R3 dan C4 sehingga galvanometer menunjukan angka nol. Dalam keadaan seimbang harus dipenuhi syarat :

Dengan Z1 = impedansi cabang ke-1

Z2 = impedansi cabang ke-2

Z3 = impedansi cabang ke-3

Z4= impedansi cabang ke-4

Dengan merasionalisasi persamaan (1) diperoleh :

Dan dengan menyamakan suku riil diperoleh :

Dengan memperhatikan Gambar 2. Diperoleh : Atau

Sehingga persamaan (7) dapat ditulis sebagai

Dengan menggambar seluruh diagram vector dari rangkaian jembatan dalam keadaan seimbang dapat dilihat bahwa : V = tegangan pada seluruh jembatan, V1= tegangan pada cabang ke-1 dan ke-2, V2= tegangan pada cabang ke-3 dan ke-4, V1 + V2=V I1 = arus dalam cabang ke-1 dan ke-2, I2 = arus dalam cabang ke-3 dan ke-4. Pembagian vektorial dari arus dalam kapasitor dan tahanan dapat dilihat dengan jelas. Dari sini dapat dilihat bahwa:

Tetapi juga

Sehingga dari persamaan (11) dan (12) diperoleh:

Dengan memasukkan persamaan (13) ke dalam persamaan (10) diperoleh kepastian dari kapasitor yang dicari :

Dengan demikian maka kehilangan daya dielektriknya dapat dihitung karena kecil, maka dapat ditulis :

Dan faktor dayanya

Jembatan Schering Berperisai (Shielded) Jembatan Scering pada tegangan tinggi atau untuk pengukuran berketerlitian yang pada tegangan rendah effek kapasitansi sasaran antara elemen-elemen jembatan perlu sekali ditiadakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menutupi bagian-bagian yang mungkin terkena shield elektrostatik pada potensial yang sesuai. Jembatana berperisai cocok untuk pemakaian dengan tegangan tinggi. Kapasitor standar C2 dan kapasitor yang diuji (C1) digambarkan sebagai kapasitor berelektroda tiga. Elektroda pelindungnya masing-masing dihubungkan dengan system perisainya yang menutupi cabang detector dan penghantar (kawat) antara elektroda C1 dan C2 dan tahanan R3 dan R4. Perisai ini diatur supaya potensialnya sama dengan potensiall detector dengan bantuan cabang R5-L5-C5. Dalam hal ini detector terpasang antara perisai dan sebah titik pertemuan pada jembatan utama. Sakelar A dipakai untuk memasang detector pada jembatan utama untuk mencapai keseimbangan pokok, atau untuk memasang detector di antara perisai dan titik potong B untuk keperluan keseimbangan bantuan (auxiliary balance). Cabang tegangan rendah R3 dan

R4-C4 tertutup oleh perisai yang dihubungkan secara langsung. Akibat adanya perisai, kapasitansi langsung antara kawat tegangan tinggi dengan cabang detector atau dengan at dari cabang tegangan rendah tidak ada. Dan akibat adanya perisai yang dipasang, maka kapasitansi langsung antara elemen-elemen tegangan rendah juga tidak ada. Arus kapasitip antara penghantar tegangan tinggi dengan cabang detector mengalir ke tanah melalui cabang pembantu R5-L5C5, sehingga tidak terukur. Kapasitansi antara bagian tegangan tinggi dan perisai yang dihubungkan sekitar cabang tegangan rendah sejajar dengan sumber tegangan, meskipun merupakan beban tambahan, tidak mempengaruhi pengukuran. Kapasitansi antara cabang detector dan perisainya tidak mempunyai perbedaan potensial sehingga tidak mempengaruhi pengukuran. Hal ini berarti bahwa potensialnya untuk setiap waktu sama (jadi bukan hanya potensial rataratanya sama), sehingga perlu diperhatikan baik pengaturan fasa maupun pengaturan besarnya pada cabang pembantu. Inilah sebabnya perlu ada kapasitor C5 yang dihubungkan pararel dengan tahanan R5 dan inductor L5. Dari keterangan di atsa dapat disimpulkan bahwa hanya kapasitansi langsung antara elektroda C1 dan C2 dan elektroda tegangan tinggi yang bersangkutan yang ikut dalam pengukuran, bila jembatan utama dan cabang pembnatu keduanya dalam keadaan seimbang.

Jembatan Scering Presisi Besarnya masing-masing elemen pada konstruksi dari sebuah meja jembatan Scering presisi adalah : R3 sebesar 11,111 Ohm, terdiri dari 5 buah tombol; untuk pengaturan halus dipakai tombol tambahan S=0,13 Ohm sebagai variabel. C4 terdiri dari 4 buah tombol variabel sebesar 1,111 mikrofarad. R4 adalah tahanan tak induktif berharga 318,32 Ohm. Sebuah shunt (Ni) terdiri dari 0,3;1;3;10;d dan 30 Ohm. R5 sebesar 4450 Ohm, terdiri dari 3 tombol. L5 dapat dirubah dari 5 sampai 500 milihenry dengan hubungan seri-pararel. C5 dapat dirubah dari 10.000 piko-farad sampai 2 mikrofarad, terdiri dari 1 tombol. Kapasitor standarnya C2 berharga 100 pikofarad dan mempunyai tegangan kerja 200 kV AC, berisi gas CO2 yang bertekana 12 kg/cm2. Oleh karena arus yang mengalir kecil sekali (100 A) dan factor daya yang hendak diukur sangat rendah (sin 10-5), maka jembatan ini dilengkapi dengan sebuah penguat

(amplifier) elektronik dan alat penunjuk untuk keperluan deteksi. Data dari detector yang dipakai adalah : Frekwensi : 50-3000 cps : 0 - 100 A : 2 x 6 volt

Voltage gain : > 100 db Arus Sumber DC

Dengan menggunakan parameter di atas, maka bila jembatan dalam keadaan seimbang maka kapasitansi yang divari (C1) dan factor daya dielektrik tan dapat dihitung sebagai berikut: Bila shunt tidak dipakai :

bila = 2f = 250 Bila shunt dalam (Ni) dipakai:

Bila shunt luar (Ne) dipakai:

Bila kapasitor standar C2 mempunyai factor daya tan 2 0 Maka factor daya yang dicari adalah:

Anda mungkin juga menyukai