Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN


DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
UNIT FARMASI
RSUD KOTA SURAKARTA
TAHUN 2019

Jl. Lettu Sumarto No. 1 Kadipiro Banjarsari


Telp. (0271) 715300 Fax (0271) 715500
Website : rsud.surakarta.go.id, E-mail : rsud@surakarta.go.id
SURAKARTA
57136
-2-

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Lettu Sumarto No. 1 Kadipiro Banjarsari Telp. (0271) 715300 Fax (0271) 715500
Website : rsud.surakarta.go.id, E-mail : rsud@surakarta.go.id
SURAKARTA
57136

PERATURAN PEMIMPIN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

NOMOR 22 TAHUN 2018

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
UNIT FARMASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMIMPIN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Surakarta, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Surakarta dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Peraturan Pemimpin
BLUD tentang Kebijakan Pelayanan
Kefarmasian Dan Penggunaan Obat (PKPO)
dalam Pelayanan Rumah Sakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Surakarta sebagai
landasan bagi penyelenggaraan seluruh
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Surakarta;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan dalam huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Pemimpin Badan Layanan Umum Daerah
tentang Kebijakan Pelayanan Kefarmasian Dan
Penggunaan Obat (PKPO) Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Surakarta;
-3-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 135);
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Badan Layanan Umum;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan PasienPeraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
472 Tahun 1996 tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya Bagi Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
-4-

Sakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Tahun 2008 tentang
Rekam Medis;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011Tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1439/MENKES/SK/XII/2002
Tahun 2002 tentang Penggunaan Gas Medis
Pada Sarana Kesehatan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
17. Keputusan Direktur Jenderal bina Upaya
Kesehatan Nomor 02.04/1/2.7902011 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit;
18. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 17
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta;
19. Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012;
20. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) ed. 1 Tahun 2017, Komisi Akreditasi
Rumah Sakit Tahun 2017;
-5-

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN PEMIMPIN BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA SURAKARTA TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN
OBAT (PKPO) PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA SURAKARTA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
(1) Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien;
(2) Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan
untuk
a. menjamin mutu, manfaat, keamanan, serta
khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian;
c. melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari
penggunaan obat yang tidak rasional
(3) Struktur organisasi dan pembagian kerja disusun
untuk pengaturan pembagian tanggung jawab;
(4) Struktur organisasi dan operasional sistem
pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat di
rumah sakit mengacu pada peraturan perundang-
undangan;
-6-

(5) Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh apoteker


yang melakukan pengawasan dan supervisi semua
aktivitas pelayanan kefarmasian serta penggunaan
obat di rumah sakit.

Pasal 2
(1) Kajian tahunan dilakukan untuk memastikan
keefektifan kinerja pengorganisasian sekurang-
kurangnya sekali setahun;
(2) Kajian tahunan mengumpulkan semua informasi
dan pengalaman yang berhubungan dengan
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat,
termasuk angka kesalahan penggunaan obat
serta upaya untuk menurunkannya;
(3) Kajian bertujuan membuat rumah sakit memahami
kebutuhan dan prioritas perbaikan sistem
berkelanjutan dalam hal mutu, keamanan,
manfaat, serta khasiat obat dan alat kesehatan.
(4) Kajian tahunan mengumpulkan semua data,
informasi, dan pengalaman yang berhubungan
dengan pelayanan kefarmasian serta penggunaan
obat, termasuk antara lain :
a. seberapa baik sistem telah bekerja terkait
dengan
1. seleksi dan pengadaan obat;
2. penyimpanan;
3. peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan;
4. penyiapan dan penyerahan; dan
5. pemberian obat.
b. pendokumentasian dan pemantauan efek obat;
c. monitor seluruh angka kesalahan penggunaan
obat (medication error) meliputi kejadian tidak
diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris
cedera, kejadian tidak cedera, dan upaya
mencegah dan menurunkannya;
-7-

d. kebutuhan pendidikan dan pelatihan;


e. pertimbangan melakukan kegiatan baru
berbasis bukti (evidence based).

Pasal 3
Sumber informasi obat yang tepat harus tersedia di
semua unit pelayanan.

Pasal 4
Organisasi yang mengelola pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat yang
menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan
pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat
yang aman disusun sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

BAB II
SELEKSI DAN FORMULARIUM

Pasal 5
(1) Seleksi obat adalah suatu proses kerja sama yang
mempertimbangkan baik kebutuhan dan
keselamatan pasien maupun kondisi ekonominya;
(2) Proses seleksi obat dengan benar yang
menghasilkan formularium dan digunakan untuk
permintaan obat serta instruksi pengobatan.
(3) Obat dalam formularium senantiasa tersedia dalam
stok di rumah sakit atau sumber di dalam atau di
luar rumah sakit;
(4) Formularium disusun oleh Komite Farmasi dan
Terapi (KFT) yang ditetapkan oleh pemimpin Badan
Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Surakarta;
(5) Obat yang baru ditambahkan dalam formularium
dilakukan proses monitoring untuk memantau
bagaimana penggunaan obat tersebut dan bila
-8-

terjadi efek obat yang tidak diharapkan, efek


samping serta medication error;
(6) Kepatuhan penyediaan dan penggunaan
formularium dipantau secara kontinyu dan
dilaporkan sebulan sekali;
(7) Formularium sekurang-kurangnya dikaji setahun
sekali berdasar atas informasi tentang keamanan
dan efektivitas.

BAB III
PERENCANAAN , PENGADAAN DAN PENERIMAAN

Pasal 6
(1) Perencanaan obat mengacu kepada formularium
Rumah Sakit, serta kepada daftar alat kesehatan
yang telah disepakati dan diajukan oleh pengguna
dan ditetapkan oleh Pemimpin Badan Layanan
Umum Daerah pada Rumah Sakit Daerah Kota
Surakarta.
(2) Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang
tidak tercantum dalam formularium, maka dokter
dapat mengajukan permintaan khusus ke KFT
untuk mendapat persetujuan;
(3) Pelaksanaan pengadaan perbekalan kesehatan
untuk mendukung kebutuhan rumah sakit
dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang meliputi
Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan,
dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) yang
ditetapkan oleh Pemimpin Badan Layanan Umum
Daerah pada Rumah Sakit Daerah Kota Surakarta
(4) Perencanaan, pengadaan dan pengelolaan gas
medis menjadi tanggung jawab Seksi Sarana
Prasarana dan Logistik Rumah Sakit.
(5) Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP).
-9-

(6) Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan


bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan berkhasiat dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
(7) Rumah sakit menyusun kerjasama (MoU) dengan
sarana Pelayanan kesehatan lain terdekat, untuk
mengatasi apabila sewaktu-waktu sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak
ada dalam stok atau tidak tersedia saat
dibutuhkan.
(8) Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dab
bahan medis habis pakai (BMHP) harus dari jalur
resmi, berdasarkan kontrak dan rumah sakit
berhak untuk memiliki akses meninjau ke tempat
penyimpanan dan transportasi sewaktu-waktu.
(9) Pengadaan menjamin bahwa penyedia memberikan
garansi keaslian obat.

BAB IV
PENYIMPANAN

Pasal 7
(1) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai disimpan di tempat yang sesuai, dapat
di gudang logistik, di instalasi farmasi, atau di
satelit atau depo farmasi serta diharuskan memiliki
pengawasan di semua lokasi penyimpanan;
(2) Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang baik, benar, dan
aman;
(3) Obat dan zat kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan obat diberi label yang terdiri atas
isi/nama obat, tanggal kadaluarsa, dan peringatan
khusus;
(4) Penyimpanan obat, alat kesehatan, dan gas medis
dilakukan sesuai persyaratan untuk menjamin
- 10 -

stabilitas dan keamanan (suhu terkontrol) serta


didokumentasi, disupervisi, dan dilaporkan sebulan
sekali;
(5) Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus narkotika dan psikotropika, terpisah
serta dengan kunci ganda;
(6) Elektrolit pekat konsentrat tidak disimpan di unit
asuhan kecuali merupakan kebutuhan klinis yang
penting dan dilaksanakan sesuai prosedur;
(7) Obat High Allert (obat yang memerlukan
kewaspadaan tinggi) harus disimpan di tempat
terpisah dan diberi penandaan khusus;
(8) Perbekalan kesehatan untuk kepentingan
emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari
emergensi yang berada di setiap unit perawatan ,
selalu terkunci dan segera diganti setelah dipakai;
(9) Daftar obat/alkes tertera di troley atau di dekat
lokasi emergensi kit;
(10) Petugas farmasi melakukan pengecekan setiap
bulan untuk memastikan jumlah dan jenis sesuai
daftar inventaris dan tidak kadaluwarsa.

Pasal 8
(1) Unit farmasi RSUD Kota Surakarta tidak mengelola
produk total nutrisi parenteral, obat radioaktif, obat
sampel, obat trial, dan obat yang digunakan untuk
penelitian;
(2) Unit Farmasi RSUD Kota Surakarta mengelola obat
Rekonsiliasi yaitu obat yang dibawa pasien sebelum
rawat inap yang mungkin memiliki risiko terhadap
keamanan dan dapat digunakan di rumah sakit
dengan persetujuan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP);
- 11 -

(3) Unit Farmasi RSUD Kota Surakarta mengelola obat


program atau bantuan pemerintah/pihak lain
sesuai aturan yang berlaku;

BAB V
SISTEM PENARIKAN KEMBALI (RECALL)

Pasal 9
(1) Unit Farmasi RSUD Kota Surakarta melakukan
penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang tidak layak pakai karena rusak, mutu
substandard, atau kadaluwarsa
(2) Identifikasi dalam proses penarikan kembali (recall)
oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok, ditetapkan
dan dilaksanakan oleh unit farmasi.
(3) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis yang tidak layak pakai karena rusak, mutu
substandard, atau kadaluwarsa tidak digunakan,
diletakkan di tempat terpisah serta dimusnahkan.

BAB VI
PERESEPAN

Pasal 10
(1) Rumah sakit menetapkan staf medis yang
kompeten dan berwenang untuk melakukan
peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan;
(2) Staf medis dilatih untuk peresepan/permintaan
obat dan instruksi pengobatan dengan benar;
(3) Peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan harus memenuhi persyaratan atau
elemen penting kelengkapan suatu resep atau
permintaan obat;
- 12 -

(4) Instruksi pengobatan secara benar, lengkap, dan


terbaca tulisannya, meliputi:
a. Identitas penulis resep/ nama dokter.
b. Tempat dan tanggal penulisan resep (pada pojok
kanan atas resep).
c. Identitas pasien ditulis secara akurat
menggunakan stiker label : nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir, umur, alamat, berat
badan dicantumkan khususnya untuk pasien
anak dan lansia.
d. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan
resep atau item obat.
e. Nama obat (generik atau paten bila diperlukan),
satuan dosis/kekuatan, rute atau bentuk
sediaan, kecepatan pemberian untuk infus,
jumlah obat, signa obat dituliskan dengan jelas
termasuk instruksi khusus, seperti titrasi,
tappering, dan rentang dosis.
f. Penulisan k/p atau prn harus disertai dengan
indikasi penggunaan atau kapan diperlukannya,
misalnya : prn sakit kepala atau prn mual.
g. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
dibagian akhir penulisan resep sesuai dengan
spesimen tanda tangan dan paraf.
(5) Rumah sakit dapat melakukan pembatasan
penulisan resep oleh staf medis meliputi jenis dan
jumlah untuk obat berbahaya. Jumlah R/
ditetapkan maksimal 5 R/ kecuali untuk pasien
dengan komplikasi. Maksimal peresepan untuk
pasien non kronis adalah 7 (tujuh) hari.
(6) Resep obat termasuk obat narkotika dan
psikotropika harus ditulis oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP). Pada situasi darurat atau
bila DPJP tidak berada di rumah sakit, dokter
umum / dokter jaga boleh menuliskan resep
khusus sesuai dengan instruksi telepon oleh DPJP.
- 13 -

(7) Untuk pesanan obat secara verbal atau melalui


telepon, harus dilakukan verifikasi dengan mengeja
per huruf pesanan obat tersebut.
(8) Apabila pemesanan obat tidak lengkap, tidak
terbaca atau tidak jelas maka dikonfirmasikan
kepada dokter penulis.
(9) Bila ada permintaan obat yang tulisannya mirip
dengan obat lain (lihat daftar NORUM), beri tanda
garis bawah atau huruf kapital.
(10) Untuk jenis resep khusus, seperti emergensi, cito,
diberi penandaan tulisan CITO,
(11) Untuk jenis resep khusus berhenti automatis
(automatic stop order), diberi penandaan tulisan
STOP.

Pasal 11
Resep yang sudah dikerjakan, didokumentasikan,
disimpan dengan baik, dan setelah 5 tahun dapat
dimusnahkan.

Pasal 12
(1) Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat di
rekam medis pasien
(2) Pencatatan dibuat di formulir obat yang tersendiri
dan dimasukkan ke dalam berkas rekam medis
serta disertakan pada waktu pasien pulang dari
rumah sakit atau dipindahkan.

BAB VII
REKONSILIASI OBAT

Pasal 13
(1) Proses rekonsiliasi obat, yaitu proses
membandingkan daftar obat yang dipergunakan
oleh pasien sebelum dirawat inap dengan
peresepan/permintaan obat dan instruksi
- 14 -

pengobatan yang dibuat pertama kali sejak pasien


masuk, saat pemindahan pasien antarunit
pelayanan (transfer), dan sebelum pasien pulang;
(2) Petugas farmasi mencatat sumber dan penggunaan
obat yang tidak diadakan dari unit farmasi rumah
sakit seperti obat yang dibawa oleh pasien dan
keluarganya, dalam lembar rekonsiliasi obat.
(3) Unit Farmasi RSUD Kota Surakarta mengelola obat
Rekonsiliasi yaitu obat yang dibawa pasien sebelum
rawat inap yang mungkin memiliki risiko terhadap
keamanan dan dapat digunakan di rumah sakit
dengan persetujuan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP).
(4) Petugas farmasi mencatat penggunaan obat oleh
pasien sendiri, baik yang dibawa sendiri atau yang
diresepkan dari rumah sakit dan harus diketahui
oleh dokter yang merawat dan dicatat di rekam
medis pasien.

BAB VIII
PERSIAPAN DAN PENYERAHAN

Pasal 14
(1) Penyiapan dan penyerahan obat dilakukan dalam
lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
lingkungan, untuk menjamin keamanan, mutu,
manfaat, dan khasiat obat yang disiapkan dan
diserahkan pada pasien dan mencegah kontaminasi
tempat penyiapan obat.
(2) Pencampuran obat intravena, epidural, dan
nutrisi parenteral serta pengemasan kembali
obat suntik dilakukan dalam ruang yang bersih
(clean room) yang dilengkapi dengan laminary
airflow cabinet dan petugas sudah terlatih dengan
teknik aseptik serta menggunakan alat perlindung
diri yang sesuai;
- 15 -

(3) Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dengan


prinsip penyiapan obat dan teknik aseptik.

Pasal 15
(1) Pengkajian resep atau telaah resep dan telaah obat
dilakukan untuk menilai ketepatan baik
administratif, klinis maupun farmasetik obat untuk
pasien dan kebutuhan kliniknya pada saat resep
dibuat atau obat dipesan.
(2) Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker meliputi
a. ketepatan identitas pasien, obat, dosis,
frekuensi, aturan minum/makan obat, dan
waktu pemberian;
b. duplikasi pengobatan;
c. potensi alergi atau sensitivitas;
d. interaksi antara obat dan obat lain atau
dengan makanan;
e. variasi kriteria penggunaan dari rumah
sakit;
f. berat badan pasien dan atau informasi
fisiologik lainnya;
g. kontra indikasi.
(3) Telaah obat dilakukan terhadap obat yang telah
siap dan telaah dilakukan meliputi 5 (lima)
informasi, yaitu
a. identitas pasien;
b. ketepatan obat;
c. dosis;
d. rute pemberian; dan
e. waktu pemberian.
- 16 -

BAB IX
PEMBERIAN OBAT

Pasal 16
(1) Obat diberikan oleh staf klinis sesuai kompetensi
dan kewenangan klinisnya.
(2) Dalam keadaan darurat, tambahan staf klinis yang
diberi izin memberikan obat harus dengan
persetujuan dan di bawah pengawasan Pemimpin
BLUD.
(3) Obat yang akan diberikan diverifikasi dan telah
sesuai resep/permintaan obat oleh petugas yang
kompeten.
(4) Obat yang harus diwaspadai (high alert) harus
dilakukan double check oleh minimal 2 orang.

BAB X
PEMANTAUAN DAN MONITORING

Pasal 17
Efek obat dan efek samping obat terhadap pasien
dipantau dan dicatat dalam rekam medis dan
didokumentasikan.

BAB XI
KESALAHAN PENGGUNAAN OBAT

Pasal 18
(1) Medication safety yang bertujuan mengarahkan
penggunaan obat yang aman dan meminimalisasi
kemungkinan terjadi kesalahan penggunaan obat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
(2) Rumah sakit menetapkan proses identifikasi dan
pelaporan bila terjadi kesalahan penggunaan obat
(medication error), kejadian yang tidak diharapkan
- 17 -

(KTD) termasuk kejadian sentinel, serta kejadian


tidak cedera (KTC) maupun kejadian nyaris cedera
(KNC);
(3) Proses pelaporan kesalahan penggunaan obat
(medication error) menjadi bagian dari program
kendali mutu dan keselamatan pasien rumah sakit;

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19
Kebijakan Pemimpin Badan Layanan Umum Daerah
pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta ini
berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surakarta
Pada tanggal : 10 Juli 2018

PEMIMPIN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA SURAKARTA

WILLY HANDOKO WIDJAJA

Anda mungkin juga menyukai