TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
UNIT FARMASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA
Sakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Tahun 2008 tentang
Rekam Medis;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011Tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1439/MENKES/SK/XII/2002
Tahun 2002 tentang Penggunaan Gas Medis
Pada Sarana Kesehatan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
17. Keputusan Direktur Jenderal bina Upaya
Kesehatan Nomor 02.04/1/2.7902011 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit;
18. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 17
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta;
19. Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012;
20. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) ed. 1 Tahun 2017, Komisi Akreditasi
Rumah Sakit Tahun 2017;
-5-
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien;
(2) Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan
untuk
a. menjamin mutu, manfaat, keamanan, serta
khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian;
c. melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari
penggunaan obat yang tidak rasional
(3) Struktur organisasi dan pembagian kerja disusun
untuk pengaturan pembagian tanggung jawab;
(4) Struktur organisasi dan operasional sistem
pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat di
rumah sakit mengacu pada peraturan perundang-
undangan;
-6-
Pasal 2
(1) Kajian tahunan dilakukan untuk memastikan
keefektifan kinerja pengorganisasian sekurang-
kurangnya sekali setahun;
(2) Kajian tahunan mengumpulkan semua informasi
dan pengalaman yang berhubungan dengan
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat,
termasuk angka kesalahan penggunaan obat
serta upaya untuk menurunkannya;
(3) Kajian bertujuan membuat rumah sakit memahami
kebutuhan dan prioritas perbaikan sistem
berkelanjutan dalam hal mutu, keamanan,
manfaat, serta khasiat obat dan alat kesehatan.
(4) Kajian tahunan mengumpulkan semua data,
informasi, dan pengalaman yang berhubungan
dengan pelayanan kefarmasian serta penggunaan
obat, termasuk antara lain :
a. seberapa baik sistem telah bekerja terkait
dengan
1. seleksi dan pengadaan obat;
2. penyimpanan;
3. peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan;
4. penyiapan dan penyerahan; dan
5. pemberian obat.
b. pendokumentasian dan pemantauan efek obat;
c. monitor seluruh angka kesalahan penggunaan
obat (medication error) meliputi kejadian tidak
diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris
cedera, kejadian tidak cedera, dan upaya
mencegah dan menurunkannya;
-7-
Pasal 3
Sumber informasi obat yang tepat harus tersedia di
semua unit pelayanan.
Pasal 4
Organisasi yang mengelola pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat yang
menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan
pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat
yang aman disusun sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BAB II
SELEKSI DAN FORMULARIUM
Pasal 5
(1) Seleksi obat adalah suatu proses kerja sama yang
mempertimbangkan baik kebutuhan dan
keselamatan pasien maupun kondisi ekonominya;
(2) Proses seleksi obat dengan benar yang
menghasilkan formularium dan digunakan untuk
permintaan obat serta instruksi pengobatan.
(3) Obat dalam formularium senantiasa tersedia dalam
stok di rumah sakit atau sumber di dalam atau di
luar rumah sakit;
(4) Formularium disusun oleh Komite Farmasi dan
Terapi (KFT) yang ditetapkan oleh pemimpin Badan
Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Surakarta;
(5) Obat yang baru ditambahkan dalam formularium
dilakukan proses monitoring untuk memantau
bagaimana penggunaan obat tersebut dan bila
-8-
BAB III
PERENCANAAN , PENGADAAN DAN PENERIMAAN
Pasal 6
(1) Perencanaan obat mengacu kepada formularium
Rumah Sakit, serta kepada daftar alat kesehatan
yang telah disepakati dan diajukan oleh pengguna
dan ditetapkan oleh Pemimpin Badan Layanan
Umum Daerah pada Rumah Sakit Daerah Kota
Surakarta.
(2) Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang
tidak tercantum dalam formularium, maka dokter
dapat mengajukan permintaan khusus ke KFT
untuk mendapat persetujuan;
(3) Pelaksanaan pengadaan perbekalan kesehatan
untuk mendukung kebutuhan rumah sakit
dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang meliputi
Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan,
dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) yang
ditetapkan oleh Pemimpin Badan Layanan Umum
Daerah pada Rumah Sakit Daerah Kota Surakarta
(4) Perencanaan, pengadaan dan pengelolaan gas
medis menjadi tanggung jawab Seksi Sarana
Prasarana dan Logistik Rumah Sakit.
(5) Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP).
-9-
BAB IV
PENYIMPANAN
Pasal 7
(1) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai disimpan di tempat yang sesuai, dapat
di gudang logistik, di instalasi farmasi, atau di
satelit atau depo farmasi serta diharuskan memiliki
pengawasan di semua lokasi penyimpanan;
(2) Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang baik, benar, dan
aman;
(3) Obat dan zat kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan obat diberi label yang terdiri atas
isi/nama obat, tanggal kadaluarsa, dan peringatan
khusus;
(4) Penyimpanan obat, alat kesehatan, dan gas medis
dilakukan sesuai persyaratan untuk menjamin
- 10 -
Pasal 8
(1) Unit farmasi RSUD Kota Surakarta tidak mengelola
produk total nutrisi parenteral, obat radioaktif, obat
sampel, obat trial, dan obat yang digunakan untuk
penelitian;
(2) Unit Farmasi RSUD Kota Surakarta mengelola obat
Rekonsiliasi yaitu obat yang dibawa pasien sebelum
rawat inap yang mungkin memiliki risiko terhadap
keamanan dan dapat digunakan di rumah sakit
dengan persetujuan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP);
- 11 -
BAB V
SISTEM PENARIKAN KEMBALI (RECALL)
Pasal 9
(1) Unit Farmasi RSUD Kota Surakarta melakukan
penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang tidak layak pakai karena rusak, mutu
substandard, atau kadaluwarsa
(2) Identifikasi dalam proses penarikan kembali (recall)
oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok, ditetapkan
dan dilaksanakan oleh unit farmasi.
(3) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis yang tidak layak pakai karena rusak, mutu
substandard, atau kadaluwarsa tidak digunakan,
diletakkan di tempat terpisah serta dimusnahkan.
BAB VI
PERESEPAN
Pasal 10
(1) Rumah sakit menetapkan staf medis yang
kompeten dan berwenang untuk melakukan
peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan;
(2) Staf medis dilatih untuk peresepan/permintaan
obat dan instruksi pengobatan dengan benar;
(3) Peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan harus memenuhi persyaratan atau
elemen penting kelengkapan suatu resep atau
permintaan obat;
- 12 -
Pasal 11
Resep yang sudah dikerjakan, didokumentasikan,
disimpan dengan baik, dan setelah 5 tahun dapat
dimusnahkan.
Pasal 12
(1) Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat di
rekam medis pasien
(2) Pencatatan dibuat di formulir obat yang tersendiri
dan dimasukkan ke dalam berkas rekam medis
serta disertakan pada waktu pasien pulang dari
rumah sakit atau dipindahkan.
BAB VII
REKONSILIASI OBAT
Pasal 13
(1) Proses rekonsiliasi obat, yaitu proses
membandingkan daftar obat yang dipergunakan
oleh pasien sebelum dirawat inap dengan
peresepan/permintaan obat dan instruksi
- 14 -
BAB VIII
PERSIAPAN DAN PENYERAHAN
Pasal 14
(1) Penyiapan dan penyerahan obat dilakukan dalam
lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
lingkungan, untuk menjamin keamanan, mutu,
manfaat, dan khasiat obat yang disiapkan dan
diserahkan pada pasien dan mencegah kontaminasi
tempat penyiapan obat.
(2) Pencampuran obat intravena, epidural, dan
nutrisi parenteral serta pengemasan kembali
obat suntik dilakukan dalam ruang yang bersih
(clean room) yang dilengkapi dengan laminary
airflow cabinet dan petugas sudah terlatih dengan
teknik aseptik serta menggunakan alat perlindung
diri yang sesuai;
- 15 -
Pasal 15
(1) Pengkajian resep atau telaah resep dan telaah obat
dilakukan untuk menilai ketepatan baik
administratif, klinis maupun farmasetik obat untuk
pasien dan kebutuhan kliniknya pada saat resep
dibuat atau obat dipesan.
(2) Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker meliputi
a. ketepatan identitas pasien, obat, dosis,
frekuensi, aturan minum/makan obat, dan
waktu pemberian;
b. duplikasi pengobatan;
c. potensi alergi atau sensitivitas;
d. interaksi antara obat dan obat lain atau
dengan makanan;
e. variasi kriteria penggunaan dari rumah
sakit;
f. berat badan pasien dan atau informasi
fisiologik lainnya;
g. kontra indikasi.
(3) Telaah obat dilakukan terhadap obat yang telah
siap dan telaah dilakukan meliputi 5 (lima)
informasi, yaitu
a. identitas pasien;
b. ketepatan obat;
c. dosis;
d. rute pemberian; dan
e. waktu pemberian.
- 16 -
BAB IX
PEMBERIAN OBAT
Pasal 16
(1) Obat diberikan oleh staf klinis sesuai kompetensi
dan kewenangan klinisnya.
(2) Dalam keadaan darurat, tambahan staf klinis yang
diberi izin memberikan obat harus dengan
persetujuan dan di bawah pengawasan Pemimpin
BLUD.
(3) Obat yang akan diberikan diverifikasi dan telah
sesuai resep/permintaan obat oleh petugas yang
kompeten.
(4) Obat yang harus diwaspadai (high alert) harus
dilakukan double check oleh minimal 2 orang.
BAB X
PEMANTAUAN DAN MONITORING
Pasal 17
Efek obat dan efek samping obat terhadap pasien
dipantau dan dicatat dalam rekam medis dan
didokumentasikan.
BAB XI
KESALAHAN PENGGUNAAN OBAT
Pasal 18
(1) Medication safety yang bertujuan mengarahkan
penggunaan obat yang aman dan meminimalisasi
kemungkinan terjadi kesalahan penggunaan obat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
(2) Rumah sakit menetapkan proses identifikasi dan
pelaporan bila terjadi kesalahan penggunaan obat
(medication error), kejadian yang tidak diharapkan
- 17 -
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Kebijakan Pemimpin Badan Layanan Umum Daerah
pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta ini
berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Surakarta
Pada tanggal : 10 Juli 2018