Anda di halaman 1dari 340

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA Ny. H DI UPT PUSKESMAS JAYENGAN


KOTA SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir
Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun Oleh :
Yuvi Eka Wieko Argaeni
NIM. B15060

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
TAHUN 2018
ii
iii

iii
iv

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIFPADA Ny. H DI UPT PUSKESMASJAYENGAN
KOTA SURAKARTA” dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Prodi D 3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan
banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi D 3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Kepala Puskesmas Jayengan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dan
membantu dalam proses pengambilan kasus.
4. Ibu Erlyn Hapsari, SST., M.Keb, selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada Penulis, sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
5. Ibu Sri Jumiyati S.ST, selaku CI Puskesmas Jayengan beserta pegawai yang
telah memberi ijin dan membantu dalam proses pengambilan kasus.
6. Ibu Herwin yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini.
7. Seluruh teman – teman mahasiswa Prodi D 3 Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan dukungan baik berupa
motivasi maupun kompetisi yang sehat dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini.

v
vi

Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

Surakarta, 12 Februari 2018


Penulis,

vi
vii

MOTO
1. Man JaddaWajada, Man ShabaraZhafira, Man Sara AlaDarbiWashala.
2. “Inna ma’al ‘usri yusroo” sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
3. “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut".(Q.S.
Al-Anfal:9)
4. Orang – orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal
yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka
menyukainya atau tidak. (Aldus Huxley)
5. Yang berhenti belajar adalah orang yang lanjut usia meskipun umurnya masih
remaja, sedangkan yang tidak berhenti belajar akan selamanya menjadi pemuda
(Henry Ford).

PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan :
1. Bapak saya JokoYupiyono dan ibu saya R.Widyowulandari, yang senantiasa
memberikan doa anyah dan selalu mendukung perjuangan saya hingga saat ini.
2. Adik saya Yuvindi Lolifa Putri yang senantia memberikan dukungan,
semangatnya.
3. Sahabat dan Teman-teman saya yang telah memberikan semangat, dukungan
dan bantuan kalian. Terimakasih untuk semua kenangan yang telah terukir
selama ini dengan perjuangan dan kebersamaan kalian.
4. Mas Aditya Pangestu
terimakasihatasdoadansemangatnyaselamainiuntukkeberhasilanTugasAkhirini
5. Almamater tercinta

vii
viii

CURRICULUM VITATE

Nama : Yuvi Eka Wieko Argaeni


Tempat/Tanggal lahir : Sragen, 29 Mei 1997
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mojopuro Rt 26, Sumberlawang, Sragen

Riwayat Pendidikan :
1. SDN Ngandul 1 Lulus Tahun 2006
2. SMP N 1 Sumberlawang Lulus Tahun 2012
3. SMA N 1 Sumberlawang Lulus Tahun 2015
4. Prodi D 3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2015

viii
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................. iv
CURRICULUM VITAE ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Laporan Kasus ................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 9
A. Konsep Dasar Kasus dan Standar Asuhan Kebidanan ................ 9
B. Kerangka Pikir ............................................................................ 252
C. Landasan Hukum ........................................................................ 253
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 256
A. Jenis Laporan Kasus ................................................................... 256
B. Lokasi Laporan Kasus ................................................................ 256
C. Subjek Laporan Kasus ................................................................ 256
D. Waktu Laporan Kasus ................................................................. 257
E. Instrumen Laporan Kasus ........................................................... 257
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 258
G. Alat – alat Yang Dibutuhkan ...................................................... 261

ix
x

H. Jadwal Penelitian ........................................................................ 261


BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ........................ 262
A. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 262
B. Tinjauan Kasus ........................................................................... 266
C. Pembahasan ................................................................................ 308
BAB V PENUTUP ................................................................................ 319
A. Simpulan ..................................................................................... 319
B. Saran ........................................................................................... 323
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Imunisasi TT .......................................................................... 27


Tabel 1.2 Neotral Thermal Environment (NTE) 3 hari pertama ........................ 126
Tabel 1.3 Skala Pengamatan APGAR Score...................................................... 141
Tabel 1.4 APGAR SCORE ................................................................................ 142
Tabel 1.5 Penanganan bayi baru lahir ................................................................ 192

xi
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Ijin Pengambilan Kasus


Lampiran 2. Surat Balasan Ijin Pengambilan Kasus
Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Menjadi Pasien
Lampiran 4. Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)
Lampiran 5. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Lampiran 6. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Lampiran 7. Lembar Konsultasi Proposal dan LTA
Lampiran 8. Lembar Kunjungan Hamil
Lampiran 9. Lembar Kunjungan Nifas
Lampiran 10. Partograf
Lampiran 11. Tabel kemajuan persalinan
Lampiran 12. Satuan Acara Penyuluhan dan Leaflet
Lampiran 13. Dokumentasi Pengambilan Kasus (Foto, Fotocopy buku KIA)

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga yang sehat dan sejahtera dengan kualitas hidup yang baik

diantaranya dari segi ibu dan anak merupakan pertimbangan yang penting.

Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan, nifas dan memiliki anak

atau bayi baru lahir yang akan menjadi tonggak utama dalam sebuah

keluarga. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan anak, di antaranya dapat

dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB).

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai

dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun

2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan

penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

(SUPAS 2015 dalam Kemenkes RI 2016). Penyebab utama kematian di

Indonesia yaituPerdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), dan

infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi

cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin

meningkat. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012

sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, penyebab kematian terbanyak pada

1
2

bayi yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Kemenkes RI

2016).

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun

2016 sebanyak 602 kasus,pada tahun 2016 Penyebab kematian ibu di Jawa

Tengah pada tahun 2016 adalah karena perdarahan sebesar 21,26%,

Hipertensi dalam kehamilan sebesar 27,08%, Infeksi sebesar 4,82%,

Gangguan system peredarahan darah sebesar 13,29%, Gangguan

metabolisme sebesar 0.33%, dan lain-lain sebesar 33,22% (Dinkes Jateng,

2016).Angka kematian neonatal di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 6,94

per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2016 sebesar 99,9 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2016).

Jumlah kematian ibu di kota Surakarta pada tahun 2014 sebanyak 7

kasus, yang disebabkan karena perdarahan, infeksi (ketuban pecah dini),

dan Eklamsia Berat (Profil Kesehatan Kota Surakarta 2014).Berdasarkan

laporanPuskesmas tahun 2014 ditemukan kematian bayi sejumlah 47 bayi,

penyebab kematian bayi tersebut karena asfiksia,BBLR, prematur,kelainan

kongenital,pneumoni, dan sisanya dikarenakan aspirasi, hipoksia, infeksi

paru dan ikterik (Profil Kesehatan Kota Surakarta 2014).

Menurut data di Puskesmas Jayengan Surakarta didapatkan data

tahun 2017 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan sejumlah

567 orang, ibu hamil normal 443 orang, ibu hamil dengan anemia 109

orang dan ibu hamil dengan KEK 15 orang dan terdapat 1 orang ibu hamil

meninggal karena PEB. Untuk ibu nifas semua normal sejumlah 518

orang, untuk KB sejumlah 937 orang dengan rincian akseptor KB IUD 111
3

orang, KB suntik 563 orang, KB pil 197 orang, KB kondom 47 orang dan

KB implant 19 orang. Untuk jumlah ibu bersalin dan BBL tidak ada

karena Puskesmas Jayengan bukan Puskesmas Rawat Inap.

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program

Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%.Program

EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian

neonatal dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri

dan bayi baru lahir di Rumah Sakit PONEK dan Puskesmas/Balkesmas

PONED serta memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar

puskesmas dan rumah sakit. Upaya percepatan penurunan AKI dapat

dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan

kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan

kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan

khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti

hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana(Kemenkes RI

2016).

Berdasarkan data tersebut untuk mendukung pembangunan

kesehatan khususnya di Indonesia, penulis tertarik untuk melakukan

asuhan kebidanan komprehensif berkelanjutan (continuity care) pada Ny.

H di UPT Puskesmas Jayengan Surakarta sebagai usulan laporan tugas

akhir.
4

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dapat diambil pada kasus ini yaitu :“Bagaimanakah

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Hdi UPT Puskesmas Jayengan

Surakarta?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif padaNy. H

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney di

UPT Puskesmas Jayengan Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu:

1) Melakukan pengkajian pada Ny. H secara komprehensif di

UPT Puskesmas Jayengan.

2) Mengiterpretasi data dasar pada Ny. H secara komprehensif di

UPT Puskesmas Jayengan..

3) Menyusun diagnosa potensial pada Ny. H secara komprehensif

di UPT Puskesmas Jayengan.

4) Melakukan tindakan Segera pada Ny. Hsecara komprehensif di

UPT Puskesmas Jayengan..

5) Merencanakan pada Ny. H secara komprehensif di UPT

Puskesmas Jayengan.

6) Melaksanakan pada Ny. H secara komprehensif di UPT

Puskesmas Jayengan.
5

7) Melakukan evaluasi pada Ny. H secra komprehensif di UPT

Puskesmas Jayengan.

8) Mendokumentasikan pada Ny. H secara komprehensif di UPT

Puskesmas Jayengan.

b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan

kasus nyata di lapangan serta alternative pemecahan masalah (jika

ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan).

D. Manfaat Studi Kasus

1. Teoritis; antara lain:

Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan tentang kasus yang diambil.

2. Aplikatif; antara lain:

a. Institusi: Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

hamil, bersalin dan nifas di UPT Puskesmas Jayengan Surakarta.

b. Profesi: Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi

bidan dalam asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin dan nifas.

c. Klien dan masyarakat: Agar klien maupun masyarakat bisa

melakukan deteksi yang mungkin timbul pada masa kehamilan,

persalinan maupun pada masa nifas sehingga memungkinkan

segera mencari pertolongan.


6

E. Keasilan Studi Kasus

1. LTA Hanisa Widya Wardhani, (2017) dari STIKes Aisyah Surakarta

dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. T di UPT

Puskesmas Gajahan Surakarta”. Tujuannya adalah melaksankan

asuhan kebidanan komprehensif (Continuity of care) pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas dan akseptor KB dengan pendekatan

manajemen kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk Varney

(hamil) dan SOAP. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif

yang dilaksanakan melalui pendekatan studi kasus, tempat dan lokasi

penelitian di UPT Puskesmas Gajahan Surakarta, waktu penelitian

pada bulan Februari 2017 sampai bulan Juni 2017. Asuhan yang

diberikan pada saat hamil yaitu diberikan KIE kebutuhan zat besi, KIE

tanda-tanda bahaya TM III, KIE P4K (Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi), KIE tanda-tanda persalinan, KIE perawatan payudara,

KIE kontrasepsi. Asuhan yang diberikan pada saat bersalin yaitu

memantau kemajuan persalinan dan memimpin persalinan dengan hasil

bayi lahir pukul 20.13 WIB, plasenta lahir pukul 20.18 WIB

lengkap,berat plasenta 50 gram, panjang tali pusat ± 40 cm, robekan

jalan lahir derajat II, perdarahan ± 100 cc. Asuhan yang diberikan pada

saaf nifas yaitu KIE ASI eksklusif, KIE tanda bahaya masa nifas, KIE

kontasepsi suntik 3 bulan. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir

yaitu IMD selama 1 jam,injeksi Vit. K1, salep mata, injek Hb 0.


7

Kesimpulan dari keaslian studi kasus adalah tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan mengaplikasikan asuhan kebidanan

komprehensif dilahan praktik.

2. Ananda Amalia Oktaria Sunardi (2017) dari STIKes Aisyah Surakarta

dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di

Puskesmas Sibela Surakarta”. Tujuannya adalah memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada Ny. N berdasarkan kompetensi

dan kewenangan bidan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru baru lahir,

nifas dan kontrasepsi dengan menggunakan metode Varney dilanjutkan

dengan data perkembangan dengan metode SOAP. Jenis Laporan

Tugas Akhir ini adalah studi kasus, tempat dan lokasi penelitian di

UPT Puskesmas Sibela Surakarta, waktu penelitian bulan Februari

2017 sampai bulan Juli 2017. Asuhan yang diberikan pada saat

kehamilan yaitu KIE ketidaknyaman TM III, KIE tanda bahaya TM

III, KIE tablet Fe, tanda-tanda persalian. Persalinan dilakukan di

RSUD Surakarta dengan indikasi pengapuran plasenta grade I. Bayi

lahir pada tanggal 3 Juni 2017 pada pukul 20.15 WIB jenis kelamin

laki-laki. Asuhan yang diberikan pada ibu nifas yaitu KIE gizi ibu

menyusui, tanda bahaya ibu nifas, KIE ASI ekslusif.

Perbedaan dan kesamaan pada keaslian kasus LTA Hanisa Widya

Wardhani pada asuhan kehamilan didapatkan perbedaan pada asuhan

yang memberikan KIE P4K (Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi), sedangkan penulis tidak memberikan KIE


8

yang sama, pada asuhan kehamilan ditemukan perbedaan yaitu pada

kasus yang di didapat bersalin normal sedangkan pada LTA penulis

didapatkan asuhan bersalin dengan indikasi kala 2 lama, pada kasus

dari Ananda Amalia perbedaan terdapat pada asuhan bersalin yaitu

terdapat indikasi pengapuran plasenta grade I. Kesamaan pada LTA

Hanisa Widya dan Ananda Amalia yaitu sama menggunakan metode

kualitatif untuk meneyelesaikan LTA dan kesamaan pada kehamilan

yaitu mendapatkan kasus anemia ringan pada ibu hamil.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

1. KEHAMILAN

a. Konsep Dasar Kehamilan Trimester III

1) Pengertian

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang

dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPTH) hingga

dimana persalinan yang menandai awal periode antepartum

(Yanti, 2017).

Kehamilan adalah suatu keadaan didalam rahim seorang

wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan

spermatozoa). (Yanti, 2017).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin

intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

Kehamilan adalah suatu proses yang dialami wanita yang

diawali dengan pembuahan antara sperma dan sel telur didalam

rahim wanita dan berakhir dengan permulaan persalinan.

2) Tanda-tanda pasti kehamilanmenurut Yanti (2017)

a) Gerakan janin dalam rahim, terlihat atau teraba gerakan

janin dan teraba bagian-bagian janin.

317
10

b) Denyut jantung janin didengar dengan stetoskop laenac,

alat kardiotografi, alat doppler, dan dilihat dengan

ultrasonografi.

c) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rotgen utnuk

melihat kerangka janin, ultrasonografi.

3) Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

a) Sistem reproduksi

(1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk

menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin,

plasenta, amnion) sampai persalianan(Prawirohardjo,

2010).

(Prawirohardjo, 2010).

(2) Serviks

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi

penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.

Konsentrasi menurun secara nyata dari keadaan dilusi

dalam keadaan menyebar (dispersi) dan ter-remodel

menjadi serat. Dispersi meningkat oleh peningkatan

rasio dekorin terhadap kolagen (Prawirohardjo, 2010).

(3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti

dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu


11

korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium

(Prawirohardjo, 2010).

Relaksin, suatu hormon yang mempunyai struktur

mirip dengan insulin dan insulin like growh factor I dan

II di sekresikan oleh korpus luteum, plasenta dan hati

dalam proses remodelling jaringan ikat dalam saluran

reproduksi,akan mengakomodasi kehamilan dan

keberhasilan (Prawirohardjo, 2010).

(4) Vagina dan Perineum

Selama kehamilan terdapat peningkatan

vaskularisasi dan hiperemia pada kulit dan otot di

perenium dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat

berwarna keungunan (tanda chadwick). Perubahan ini

meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah

jaringan ikat dan hipertofi dan sel-sel otot polos

(Prawirohardjo, 2010).

b) Kulit

Menurut Yanti (2017)

(1) Strie Gravidarum

Strie gravidarum terjadi pada bulan-bulan akhir

kehamilan, kit cekung kemerahan umumnya timbul

pada kulit abdomen dan pada kulit paha dan payudara,

terjadi pada separuh wanita hamil.


12

(2) Perubahan-perubahan Vaskuler Kulit

Angioma adalah bintik-bintik/garis menonjol

kecil merah pada kulit, khususnya pada wajah, leher,

dada atas, dan lengan dengan radikal bercabang keluar

dari badan sentralnya palmar erythema, bintik-bintik

merah pada bagian telapak tangan juga ditemukan pada

kehamilan.

(3) Perubahan sistem integumen yng dirasakan ibu hamil

(a) Trimester I :palmar erythema (kemerahan di telapak

tangan) dan spidernefi, linea alba/nigra.

(b) Trimester II dan III : cloasma dan perubahan warna

aerola, strie gravidarum.

(4) Payudara

Menurut Rustram Mochtar dikutip Dewi dan

Sunarsih dara bertambah besar dan berat. Dapat teraba

nodul-nodul akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan

vena-vena lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting

susu aerola payudara. Apabila diperas akan keluar air

susu (kolostrum) berwarna kuning.

(5) Perubahan Metabolik

Menurut Yanti (2017)laju metabolisme basal

pada wanita hamil adalah 15-25% lebih tinggi daripada

normalnya dalam trimester ke dua kehamilan.


13

(a) Metabolisme Karbohidrat

Kadar gula darah wanita hamil lebih tinggi.

hal ini terjadi akibat zat antagonis insulin yang

dihasilkan oleh plasenta. Kadar gula darah sekitar

6,7 mmol/liter dianggap batas normal.

(b) Metabolisme Protein dan Lemak

Metabolisme lemak pada wanita hamil lebih

kan sebagai sumber energi. Wanita hamil cenderung

mengalami ketosis, khususnya jika kebutuhan akan

energi lebih besar daripada jumlah energi yang

dapat dipasok oleh simpanan glikogen yang

terbatas.

(c) Metabolisme Zat Besi

Zat besi yang diperlukan wanita hamil adalah

sekitar 1000 mg. Ibu hamil normal perlu menyerap

rata-rata zat besi 3,5 mg/hari.

(d) Metabolisme Air

Restensi air yang meningkat disebabkan oleh

turunnya osmolalitas plasma yang merupakan akibat

dari pengaturan kembali ambang osmotik

untuk rasa haus dan sekresi vasopresil.


14

c) Sistem kardiovaskuler

Volume Darah semakin meningkat dimana jumlah

serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah

sehingga terjadi semacam pengenceran darah. Hemodilusi

mencapai puncaknya pada kehamilan 32 minggu, serum

darah dan volume darah juga bertambah sebesar 25-

30%(Dewi dan Sunarsih, 2011).

d) Sistem Pernapasan

Selama kehamilan sirkum ferensia torak bertambah

±6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu

fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh

diagfragma yang naik kurang lebih ±4cm selama kehamilan

frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan

selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi

permenit dan pengambilan oxygen permenit akan

bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut.

Perubahan ini menjadi puncaknya pada minggu ke37 dan

akan kembali seperti semula dalam 24 minggu setelah

persalinan (Prawiroharjo, 2010)

e) Sistem perkemihan

Pada saat kehamilan, ginjal sedikit bertambah besar,

panjangnya bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat

60 ml dari 10 ml pada wanita yang tidak hamil. Filtrasi


15

glomerous meningkat sekitar 69% selama kehamilan

peningkatannya dari awal kehamilan relatif tinggi sampai

aterm dan akan kembali normal (Yanti, 2017).

f) Sistem neurologi

Menurut Yanti (2017)perubahan fisiologis akibat

kehamilan menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan

neuromuskular. Gejala-gejala tersebut antara lain:

(a) Kompresi saraf panggul atau statis faskuler

(b) Lordosisdorsolumbar

(c) Odema pada saraf periver

(d) Akrotesia (rasa baal dan gatal ditangan)

(e) Nyeri kepala

(f) Nyeri kepala ringanHipokalsemia

g) Sistem pencernaan

Pada bulan-bulan pertama awal kehamilan terdapat

persaan enek (nause). Hal ini karena kadar hormon

estrogen, kadar HCG dalam darah meningkat. Tonus otot-

otot traktus digestufus menurun sehingga motilitas seluruh

traktus berkurang ini akibat dari jumlah progesteron yang

besar dan menurunnya kadar motalin, suatu peptida

hormonal. Makanan lebih lama berada dalam lambung dan

apa yang telah dicerna lebih lama berada dalam usus-usus

(Yanti, 2017).
16

h) Sistem endrokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan

membesar ±135%. Hormon prolatin akan meningkat 10x

lipat pada saat kehamilan aterm. Kelenjar tiroid akan

mengalami pembesaran hingga 15 ml pada saat persalinan

akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan

faskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan akan

mengecil, sedangkan hormon androstenedion, tosteron,

diogsikortitosteron, aldosteron, dan kortiso akan meningkat

tetapi dehidroetiandrosteron sulfat akan menurun

(Prawiroharjo, 2010).

i) Sistem muskuletal

Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang

umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari

pembesaran uterus ke posisi anterior lordosis menggeser

pusat daya berat kearah 2 tungkai. Sendi sakroiliaka, dan

sakooksigis, pubis akan meningkat mobilitasnya yang

diperkirakan karena pengaruh hormonal (Prawiroharjo,

2010).

4) Tanda Bahaya Dalam Kehamilan Trimester III

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011)


17

a) Perdarahan pervaginam

Pada masa awal kehamilan, ibu mungkin akan

mengalami perdarahan sedikit/ spotting disekitar waktu

pertama terlambat haidnya. Perdarahann ini adalah

perdarahan implantasi dan hal tersebut normal terjadi. Pada

waktu yang lain dalam kehamilan perdarahan ringan

mungkin pertanda dari serviks rapuh (erosi).(Dewi dan

Sunarsih, 2011).

Perdarahan pada masa kehamilan yang patologis

dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

(1) Perdarahan pada awal masa kehamilan

Yaitu perdarahan yang terjadi pada masa

kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan

pervaginam dikatakan tidak normal bila ada tanda-tanda

berikut ini:

(a) Keluar darah merah

(b) Perdarahan yang banyak

(c) Perdarahan dengan nyeri

Perdarahan semacam ini perlu dicurigai terjadinya

abortus, kehamilan ektopik, atau kehamilan mola.

(2) Perdarahan pada masa usia lanjut

Yaitu perdarahan yang terjadi pada kehamilan

setelah 22 minggu sampai sebelum persalinan.


18

Perdarahan tidak normal bila terdapat tanda-tanda

berikut ini:

(a) Keluar darah merah segra atau kehitaman dengan

bekuan

(b) Perdarahan banyakl kadang-kadang/ tidak terus-

menerus

(c) Perdarahan disertai nyeri

Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta

previa, solusio plasenta, dan ruptur uteri. Selain itu,

perlu dicurigai adanya gangguan pembekuan darah.

b) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama

kehamilan dan sering kali merupakan ketidaknyamanan

yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang

menunjukan suatu masalah yang seirus adalah sebagai

berikut :

(1) Sakit kepala hebat

(2) Sakit kepala yang menetap

(3) Tidak hilang dengan istirahat

Sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadii kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan

adalah gejala preeklampsia (Dewi dan Sunarsih, 2011).


19

c) Pandangan mata kabur/ masalah penglihatan

Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan

yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak,

misalnya penglihatan mata kabur atau berbayang, melihat

bintik-bintik (spot), dan berkunang-kunang.Selain itu

adalah skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan tanda-

tanda yang menunjukkan adanya preeklampsi berat yang

mengarah pada eklampsia(Dewi dan Sunarsi, 2011).

d) Bengkak pada muka dan tangan

Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan

berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat

diketahui dari kenaikan berta badan serta pembengkakan

kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan BB ½ kg setiap

minggunya dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi

bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali maka perlu

kewaspadaan terhadap preeklampsia(Dewi dan Sunarsi,

2011).

e) Neri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah

yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat,

menetap, tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa

berarti apendisistis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit

radang panggul, persalinan preterm, gastritis, infeksi


20

saluran kemih, atau infeksi lainnya (Dewi dan Sunarsi,

2011)

f) Gerakan janin yang kurang

Adalah suatu hal yang biasa terjadi pada kehamilan

yaitu pada usia 20-24 minggu. Gerakan janin tersebut

dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu umur kehamilan,

transpor glukosa, stimulus pada suara, kebiasaan janin ibu

yang merokok dan penggunaan obat-obatan oleh ibu hamil.

Jika kurang dari 10 gerakan dalam 10 jam atau jika terjadi

peningkatan waktu untuk mencapai 10 gerakan atau tidak

ada gerakan selama 10 jam, maka uji NST harus dilakukan

secepatnya (Dewi dan Sunarsi, 2011).

g) Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya

selaput ketuban sebelum waktunya, yaitu pada saat

inpartu/proses terjadi persalianan. Batasan usia kehamilan:

pada trimester III, pada kehamilan preterm maupun aterm.

Sedangkan menurut gravidanya: batasan pada primigravida

apabila pembukaan kurang dari 3 cm, dan pada

multigravida apabila kurang dari 5 cm (Yanti,2017).

5) Ketidaknyaman Dalam Kehamilan Trimester III

Menurut Yanti (2017)


21

a) Sesak nafas

Sebab : ekspansi dan batas diafragma dengan pembesaran

uterus/ rahim.

Cara mengatasinya : sikap tubuh yang benar, tidur dengan

bantal ekstra, makan jangan terlalu kenyang, porsi kecil

tapi sering, jangan merokok. Jika sesak nafa berlebihan

segera periksakan ke dokter (Yanti, 2017).

b) Insomnia

Sebab : gerakan janin, kram otot, sering kencing dan sesak

nafas.

Cara mengatasinya : istirahat, usap-usap punggung, minum

susu hangat, madi air hangat sebelum tidur, topang bagian

tubuh dengan bantal (Yanti, 2017)

c) Sering kencing

Sebab : akibat penekanan uterus/ rahim juga kepala janin.

Cara mengatasinya : batasi minum sebelum tidur, pakai

handuk yang bersih, latihan senam kegel, jika kencing

terasa sakit segera periksakan ke dokter (Yanti, 2017)

d) Kontraksi braxton hicks

Sebab : kontraksi uterus dalam persiapan persalianan.

Cara mengatasinya : istirahat atur posisi cara nafas, usap-

usap punggung (Yanti, 2017)


22

e) Kram kaki

Sebab : penekanan saraf yang mensuplai ekstermitas

bagian bawah yang disebabkan pembesaran perut ibu,

terlalu lelah, lama berdiri.

Cara mengatasinya : istirahat, pengurutan daerah betis,

selama kram kaki harus difleksi(Yanti, 2017).

f) Oedema

Sebab : berdiri terlalu lama, duduk kaki tergantung,

pakaian ketat dan kaki harus difleksi.

Cara mengatasinya : minum yang cukup, memakai

stocking, istirahat, paha dan kaki ditinggikan, jika cara

tersebut tidak hilang maka segera periksakan ke

dokter(Yanti, 2017).

g) Varices

Sebab : pengaruh hormon, pembesaran rahim.

Cara mengatasinya : istirahat paha dan kaki diangkat

selama 1 jam 2 kali sehari, berdiri jangan terlalu lama,

memakai stocking (Yanti, 2017).

h) Hemorhoid

Sebab : varices pada anus

Akibat dari konstipasi, fese yang keras.

Cara mengatasinya : pencegahan agar feses tidak keras,

konsumsi sayuran dan buah yang berserat, misalnya


23

pepaya, duduk jangan terlalu lama, posisi tidur miring,

kompres dengan air hangat/ dingin, gunakan obat

suppositoria atas indikasi dokter (Yanti, 2017).

i) Seksualitas dalam kehamilan

Seksualitas adalah ekspresi atau ungkapan cinta dari

individu/ perasaan kasih sayang, menghargai, perhatian

dan saling menyenangkan satu sama lain, tidak terbatas

pada tempat tidur/bagian-bagian tubuh (Yanti, 2017).

6) Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

Menurut Pantiawati dan Sariyono (2010)

a) Support keluarga

(1) Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan

dengan memberikan keterangan tentang persalianan.

(2) Tetap memberikan perhatian dan semangat pada ibu

selama menunggu persalinannya

(3) Bersama-sama mematangkan persiapan persalinan

dengan tetap mewaspdai komplikasi yang mungkin

terjadi.

b) Suppot dari tenaga kesehatan

(1) Memberikan penjelasan bhwa yang dirasakan oleh ibu

adalah normal

(2) Menenangkan ibu


24

(3) Membicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda-

tanda persalinan yang sebenarnya.

(4) Meyakinkan bahwa anda akan selalu berada bersama

ibu untuk membantu melahirkan bayinya

c) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Untuk menciptakan rasa nyaman dapat ditempuh

dengan senam untuk memperkuat otot-otot, mengatur posisi

duduk untuk mengatasi nyeri punggung akibat janin,

mengatur berbagai sikap tubuh untuk meredakan nyeri dan

pegal, sikap berdiri yang membuat bayi leluasa, melatih

sikap santai untuk menenangkan pikiran, dan menenangkan

tubuh melakukan relaksasi sentuhan, teknik pemijatan.

d) Persiapan menjadi orang tua

Segala persiapan menjadi orang tua harus

direncanakan sedini mungkin diantaranya :

(1) Bersama-sama dengan pasangan selama kehamilan dan

melahirkan untuk saling berbagi pengalaman yang unik

tentang setiap kejadian yang dialami oleh masing-

masing.

(2) Berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang

dilakukan untuk menghadapi status sebagai orang tua,

seperti :
25

e) Untuk mempersiapkan sang kakak dalam menerima

kehadiran adiknya dapat dilakukan:

(1) Menceritakan mengenai calon adik yang disesuaikan

dengan usia dan kemampuannya untuk memahami,

tetapi tidak pada usia kehamilan muda karena anak

akan cepat bosan.

(2) Jangan sampai mengetahui tentang calon adiknya dari

orang lain.

(3) Biarkan dia merasakan gerakan dan bunyi jantung

adiknya

(4) Gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan

bayi.

(5) Sediakan buku yang menjelaskan dengan mudah

tentang kehamilan, persalinan dan perawatan bayi.

(6) Memperkenalkan pengasuh

(7) Memberi kesempatan untuk turut mengurusinya agar

anak sadar bahwa bukan hanya ibu yang dapat

menyiapkan makanannya atau menemani tidurnya,

tetapi ayah juga.

(8) Perlihatkan cinta ibu pada anak tertua.

(9) Apabila sang kakak mengatakan ketidaksukaan pada

sang adik maka jangan panik.


26

(10) Tidak boleh memberikan kesan bahwa ada hal yang

mungkin anak rasakan tapi tidak dapat dibicarakan.

(11) Tetapkan jadwal mandi dan waktu tidur bersama-

sama dengan anak beberapa bulan sebelum tiba saat

melahirkan, sehingga anak terbiasa dengan rutinitas

yang terjadi setelah melahirkan.

(12) Jika punya kesempatan mulailah menempatkan anak

pada kelompok bermain sebelum lahir.

(13) Upayakan waktu berjauh an dengan anak sesingkat

mungkin, agar anak merasa tidak diabaikan.

(14) Ajaklah anak mengunjungi adiknya di RS, dengan

memastikan bahwa ibu tidak sedang menyusui, tetapi

biarkan bayi tetap di boxnya.

(15) Ketika anak mengunjungi adiknya di RS tunjukkanlah

perhatian pada anak, dan katakanlah bahwa ibu sangat

rindu padanya, atau berikan hadiah kecil dari adiknya.

7) Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil Trimester III

Menurut Dewi dan Sunarsi (2011)

a) Aktifitas fisik

Tingkat aktifitas ringan sampai sedang, istirahat

minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk atau berbaring

dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas

berat, dianjurkan untuk dikurangi. Jika ada


27

gangguan/keluhan yang dapat membahayakan (misalnya

perdarahan pervaginam), maka aktifitas fisik harus

dihentikan.

b) Pekerjaaan

Hindari pekerjaan yang membahayakan, terlalu berat,

atau berhubungan dengan radiasi/ bahan kimia terutama

pada usia muda.

c) Imunisasi

Imunisasi yang dibutuhkan pada ibu hamil yang

terutama adalah tetanus toxoid. Imunisasi lain diberikan

sesuai indikasi

Tabel 1.1 Jadwal Imunisasi TT

Imunisasi Interval Perlindungan

TT1 Selama kunjungan I -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun-seumur hidup

Sumber: Dewi dan Sunarsi (2011)

d) Berpergian atau mobilisasi

(1) Tidak perlu khawatir berpergian dengan menumpang

pesawat udara biasanya karena tidak membahayakan

kehamilan.
28

(2) Perhatikan posisi tubuh duduk terlalu lama atau

(imobilitas) akan membuat vena statis (vena stagnasi)

sehingga menyebabkan kaki bengkak.

(3) Ibu hamil sebaiknya menggunakan sepatu yang

memiliki hak rendah karena saat hamil ibu

membutuhkan usaha yang lebih lama dalam

mempertahankan keseimbangan tubuh.

(4) Menghindari mengangkat benda-benda berat.

(5) Gerak yang sekonyong-konyong sebaiknya dihindari

e) Mandi dan cara berpakaian

(1) Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun

khusus/antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru

mengganggu flora normal vagina

(2) Pakaian tidak boleh ketat/tidak menekan karena dapat

menyebabkan bendungan vena dan mempercepat

varices.

(3) Berpakaian nyaman sebaiknya memungkinkan

pergerakan, pernafasan, respirasi yang leluasa.

(4) Pakaian menyerap keringat karena pada ibu hamil

fungsi ekskresi dan keringat bertambah.

(5) Memakai BH yang menyangga.


29

f) Senggama atau coitus

Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa

kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari

kemaluan, maka harus dihentikan. Jika ada riwayat abortus

sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan diatas

16 minggu, dimana diharapkan plasenta sudah terbentuk

dengan implantasi dan fungsi yang baik.Perawatan

mammae dan abdomen

Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papila untuk

ditarik secara manual dengan pelan. Striae atau

hyperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikhawatirkan

berlebihan.

g) Hewan peliharaan

Dapat menjadi pembawa infeksi (misalnya bulu

kucing atau burung dapat mengandung parasit toxoplasma).

h) Merokok/ minuman keras/ obat-obatan

Harus dihentikansekurang-kurangnya selama

kehamilan dan sampai persalinan, nifas, dan menyusui

selesai. Obat-obatan depresan adiktif (narkotik dan

sebagainya) mendepresi dan menekan susunan saraf pusat

pada janin, maka sebaiknya hindari untuk pemakaian obat-

obatan selama kehamilan terutama trimester I.


30

i) Gizi/ nutrisi

Makanan sehari-hari yang dianjurkan adalah yang

memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil. Untuk

pencegahan anemia defisiensi, diberikan tambahan vitamin

dan tablet Fe.

8) Asuhan Antenatal

a) Pengertian

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran

maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

b) Tujuan

Menurut Prawirohardjo (2010) tujuan pemeriksaan

kehamilan adalah:

(1) Membangun rasa percaya antara klien dan

petugaskesehatan

(2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu

dan bayi yang dikandungnya

(3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan

kehamilannya

(4) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko

tinggi
31

(5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan

dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi

(6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan

yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan

bayi yang dikandungnya

c) Jadwal kunjungan asuhan antenatal

Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan

jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan

normal jadwal asuhan cukup 4 kali. Dalam bahasa program

kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode

angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.

Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3

dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali

kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu,

sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu

dan sebanyak 2 kali kunjungan antenatal pada usia

kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo, 2010).

d) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Dalam melakukan pemeriksaaan antenatal, tenaga

kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas

sesuai standar ( 10 T) terdiri dari:

(1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

(2) Ukur Tekanan Darah


32

(3) Nilai status Gizi ( Ukur lingkar lengan atas/ LILA)

(4) Ukur Tinggi Fundus Uteri

(5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

(DJJ)

(6) Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Berikan

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan

(7) Beri Tablet Tambah Darah ( Tablet Besi)

(8) Pemeriksaan laboratorium ( Rutin dan Khusus)

(9) Tata laksana kasus

(10) Temu wicara / konseling( Depkes RI, 2015)

b. Anemia Dalam Kehamilan

1) Pengertian Anemia

Menurut Proverawati ( 2011) Anemia adalah suatu kondisi

yang terjadi ketikaa jumlah sel darah merah ( eritrosit) atau

jumlah heboglobin yang ditemukan dalam sel-sel darah merah

menurun di bawah normal. Sel darah merah dan hemoglobin

yang terkandung di dalamnya diperlukan untuk transportasi dan

pengiriman oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Menurut Buku Saku Pelayanan Ibu ( 2013) Anemia adalah

suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau

hemoglobin. Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau

<10,5 g/dl ( pada trimester II)


33

2) Klasifikasi anemia dalam kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut (Yuni, 2015 )

kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat dibagi menjadi 4

kategori yaitu :

a) Hb 11 gr % : Tidak Anemia (normal)

b) Hb 9 gr % - 10 gr% : Anemia Ringan

c) Hb 7 gr % - 8 gr % : Anemia Sedang

d) Hb <7 gr % : Anemia Berat

3) Tanda gejala Anemia Ringan Menurut Proverawati ( 2011)

a) Cepat lelah

b) Sesak nafas

c) Tampak pucat

d) Badan lemas

e) Penurunan energi

4) Kebutuhan fe saat hamil

Pemberian suplemen tablet tambah darag atau zat besi

secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi secara

rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah

otor. Setiap tablet zat besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi

30 mg) minimal 90 tablet selama kehamilan ( Astuti, 2012)

5) Penyebab Anemia

Menurut Runjati ( 2018) penyebab paling umum dari

anemia adalah kekurangan zat besi. Peningkatan plasma


34

tersebut tidak mengalami keseimbangan dengan jumlah sel

darah merah sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan

kada hemoglobin ( Hb).

6) Pencegahan Anemia

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik mencegah terjadinya

anemia jika sedang atau mencoba menjadi hamil. Makan-

makanan yang tinggi kandungan zat besi ( seperti) sayur

berdaun hijau,daging merah,sereal,telur, kacang tanah) dapat

membantu memastikan bila tubuh menjaga pasokan besi yang

diperlukan dan berfungsi dengan baik pemberian vitamin

memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam dan folat.

Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap

hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat

diobati dengan mengambil suplemen zat besi, pastikan bagi

wanita hamil dicek pada kunjungan pertama kehamilan untuk

pemeriksaan anemia ( Proverawati, 2011)

c. Teori Manajemen Kebidanan

1) Pengertian manajemen kebidanan

Menurut Kepmenkes Nomer 369 dikutip Yulifah dan

Surachmindari (2014) Manajemen kebidanan adalah

pendekatan dan kerangka berpikir yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara


35

sistematis dimulai dari pengumpulan data, analisis data,

diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2) Asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney:

a) Pengkajian

Langkah ini dilakukan dengan melakukan

pengkajian melalui proses pengumpulan data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara

lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik

sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru

atau catatan sebelumnya, data laboratorium dan

membadingkan data studi. Semua data dikumpulkan

dari sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien

(Sari, 2012).

Pengumpulan data dimulai saat klien masuk

dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan

kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpilkan dari

berbagai sumber, baik sumber primer (pasien) maupun

sumber sekunder (anggota keluarga/tenaga kesehatan

lain) (Sari, 2012).Data diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu:

b) Data subjektif

Informasi yang dicatat mencakup identitas,

keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung


36

kepada pasien/klien (anamnesa) atau dari keluarga dan

tenaga kesehatan (allo anamnesis) (Sari, 2012).

a) Identitas Klien dan suami menurut Marmi (2012),

identitas meliputi :

(a) Nama : Digunakan untuk membedakan antar klien

yang satu dengan yang lain.

(b) Umur : Untuk mengetahui umur masa reproduksi

klien beresiko tinggi atau tidak.

(c) Agama : Untuk menentukan bagaimana kita

memberikan dukungan kepada ibu selama

memberikan asuhan.

(d) Pekerjaan : Pekerjaan ibu yang berat bisa

mengakibatkan

ibu kelelahan. Secara tidak langsung dapat

menyebabkan masa kehamilan akan

terganggu.

(e) Suku/ras : Untuk menentukan adat istiadat atau

budayanya.

(f) Alamat : Untuk mengetahui keadaan lingkungandan

tempat tinggal.
37

b) Keluhan utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati,

2009). Keluhan - keluhan yang dirasakan ibu hamil dengan

anemia ringan menurut Manuaba (2010), yaitu pasien

merasa pusing, cepat lelah, dan badan terasa lemas,

sehingga pasien merasa tidak nyaman dengan kondisi yang

dirasakan.

c) Riwayat haid/menstruasi

Data yang kita peroleh akan menggambarkan tentang

keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data

yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :

Menarche, siklus menstruasi, volume, keluhan

(Sulistyawati, 2011).

d) Riwayat Kehamilan Sekarang

Untuk mengetahui tanggal hari pertama haid, umur

kehamilan, perkiraan lahir, masalah atau kelainan pada

kehamilan sekarang, keluhan selama hamil (Prawirohardjo,

2010)
38

e) Riwayat penyakit

(a) Penyakit sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini,

apakah pada keadaan ibu hamil menderita sakit flu,

batuk dan demam (Winkjosastro, 2007).

(b) Riwayat penyakit sistemik

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada

ibu hamil diantaranya yaitu diabetes melitus, jantung,

TBC, asma, hepatitis, ginjal, trombofeblitis, kelainan

pada kelenjar/endokrin, gastrointestinal, kanker,

hipertensi, HIV/AIDS, penyakit kejiwaan, epilepsi,

anemia dan kelainan makan (Varney, 2007).

(c) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji untuk memberitahu adanya penyakit menurun

dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,

kehamilan kembar dan kelainan bawaan

(Prawirohardjo, 2010).

(d) Riwayat keturunan kembar

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada

yang mempunyai riwayat keturunan kembar (Saifudin,

2007).
39

(e) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan

tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat

mengganggu dalam proses kehamilan ini

(Winkjosastro, 2007).

(d) Riwayat perkawinan

Untuk mengkaji karena dari data ini akan mendapatkan

gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan

(Sulistyawati, 2011).

(f) Riwayat keluarga berencana

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang

pernah dipakai dan berapa lama memakai alat

kontrasepsi, dan adakah keluhan selama menggunakan

kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

(g) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

i. Kehamilan : Dikaji untuk mengetahui berapa umur

kehamilan (Wiknjosastro, 2007).

ii. Persalinan : Dikaji untuk mengetahui persalinan ibu

yang lalu spontan atau buatan, lahir aterm atau

premature, ada perdarahan, waktu persalinan

ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan

(Wiknjosastro, 2007)
40

iii. Nifas : Dikaji untuk mengetahui adakah komplikasi

pada masa nifas sebelumnya, untuk dapat melakukan

pencegahan atau waspada terhadap kemungkinan

kekambuhan komplikasi (Nursalam, 2008)

iv. Anak : Dikaji untuk mengetahui riwayat anak, jenis

kelamin, hidup atau mati, kalau meninggal pada usia

berapa dan sebab meninggal, berat badan dan

panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2007).

f) Pola kebiasaan sehari-hari

(a) Nutrisi

Pada kasus ibu hamil dengan anemia ringan kebutuhan

akan nutrisi harus ditingkatkan(Manuaba,2010).

i. Jenis Makanan

Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi yang

mengandung zat besi (150 mg besi sulfat, 300 mg

besi glukonat), asam folat(0,4-0,8 mg/hari), kalori

ibu hamil perlu kalori sekitar 2300 kkal), protein (74

gr/hari), vitamin dan garam mineral (kalsium, fosfor,

magnesium, seng, yodium) (Walyani, 2015)

ii. Porsi

Anjurkan ibu untuk makan dengan porsi sedikit

namun sering (Walyani, 2015)


41

iii. Frekuensi

Anjurkan ibu untuk makan dengan porsi sedikit

namun sering (Walyani, 2015)

iv. Pantangan

Anjurkan ibu tidak mempunyai pantangan makanan

dalam hal apapun (Walyani, 2015)

(b) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK

pasien sebelum dan selama hamil, BAB meliputi

frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau, serta kebiasaan

BAK meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Walyani,

2015).

(c) Aktivitas

Dikaji untuk mengetahui pola aktivitas pasien sehari-

hari (Walyani,2015).

(d) Istirahat

Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien,

berapa lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam

(Walyani, 2015).

(e) Seksualitas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan

hubungan seksual dan ada keluhan atau tidak selama


42

ibu melakukan aktivitas seksual (Walyani, 2015). Pada

masa kehamilan diperbolehkan, namun pada kasus ibu

hamil dengan anemia ringan biasanya akan mengalami

penurunan hubungan seksual, dikarenakan ibu hamil

dengan anemia ringan sudah merasa lelah, letih

sehingga dapat mengurangi libido pada masa kehamilan

(Proverawati, 2011).

(f) Psikososial budaya

Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu

dalam menjalani kehamilan ini, dukungan keluarga,

jenis kelamin yang diharapkan, kehamilan ini

direncanakan atau tidak, adakah pantangan makan

selama kehamilan, kebiasaan atau istiadat dalam

kehamilan (Walyani, 2015).

(g) Penggunaan obat-obatan atau rokok

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan

pemakai obat-obatan selama hamil atau tidak (Walyani,

2015).

a) Data objektif

Data yang telah terkumpul diolah, disesuaikan dengan

kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu

menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang

lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan


43

data adalah untuk menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan

data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya

didokumentasikan (Sari, 2012)

a) Pemeriksaan Generalis

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,

atau kurang(Sulistyawati, 2010).Pada ibu hamil

dengan anemia ringan mempengaruhi keadaan

umum yang menimbulkan rasa lemas (Proverawati,

2011).

b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, menurut

Nursalam (2008), meliputi :

(1) Composmentis (kesadaran penuh

denganmemberikan respon yang cukup

terhadap stimulus yang diberikan)

(2) Somnolen (kesadaran yang mau tidur saja.

Dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri,

tetapi jatuh tidur lagi)

(3) Koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus

atau rangsangan apapun, reflek pupil

terhadap cahaya tidak ada).


44

(4) Apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan

sekitarnya).

c) Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau

hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan

ini sebaiknya antara 90/60 - 130/90 mmHg atau

peningkatan sistolik tidak lebih dari 15 mmHg dari

keadaan normal pasien atau paling sedikit pada

pengukuran 2 kali berturut-turut pada selisih 1 jam

(Manuaba, 2010).

d) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan

demam atau febris yang merupakan gejala adanya

infeksi yang berdampak pada kehamilan, suhu

diukur dengan menggunakan skala derajat celcius.

Batas normal 36,5 -37,5ºC

e) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang

dihitung dalam 1 menit, denyut nadi normal adalah

70 x/menit sampai 88 x/menit


45

f) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang

dihitung dalam 1 menit, respirasi normal adalah 12

x/menit sampai 20 x/menit

g) Berat badan

Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan

pasien selama hamil, penambahan berat badan rata-

rata 0,3 - 0,5 kg/minggu, tetapi nilai normal untuk

penambahan berat badan selama kehamilan 9 – 12

kg

h) Tinggi badan

Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Nursalam,

2008).

i) LILA

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, dengan

batas lingkar lengan normal, yaitu 23,5 cm

b) Pemeriksaan sistematis

a) Inspeksi

(1) Kepala, meliputi :

(a) Rambut

Untuk mengetahui warna rambut klien,

kebersihan rambut dan rambut mudah

rontok atau tidak (Sulistyawati, 2011)


46

(b) Muka

Untuk mengetahui keadaan muka pucat

atau tidak ada oedema dan cloasma

gravidarum atau tidak. (Prawirohardjo,

2010).

(c) Mata

Untuk mengetahui warna conjungtiva

dan sklera, kebersihan mata, ada

kelainan atau tidak dan adakah gangguan

penglihatan seperti rabun jauh/dekat

(Sulistyawati, 2011). Pada wanita

hamil dengan anemia ringan

konjungtiva pucat (Manuaba,2010).

(d) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan hidung

klien, ada polip atau tidak, apakah klien

alergi terhadap debu atau tidak

(Sulistyawati, 2011).

(e) Telinga

Untuk mengetahui kebersihan telinga

klien serta ada gangguan pendengaran

atau tidak (Sulistyawati, 2011).


47

(f) Mulut

Untuk mengetahui keadaan bibir, lidah

dan gigi klien. Mengkaji warna bibir,

integritas jaringan (lembab, kering atau

pecah-pecah). Mengkaji lidah klien

tentang warna dan kebersihannya serta

gigi klien tentang kebersihan gigi, caries

atau tidak serta gangguan pada mulut

(bau mulut) (Sulistyawati, 2011).

(g) Leher

Untuk mengetahui adakah pembesaran

kelenjar gondok atau pembesaran

kelenjar limfe (Sulistyawati, 2011).

(h) Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara

membesar atau tidak, puting susu

menonjol atau tidak, areola

hiperpigmentasi atau tidak, keadaan

axilla ada benjolan dan nyeri atau tidak

(Sulistyawati, 2011).

(i) Abdomen

Untuk mengetahui adanya pembesaran

abdomen atau perut, adanya jaringan


48

parut, luka bekas operasi dan pergerakan

janin (Nursalam, 2008).

(j) Genetalia

Untuk mengetahui adanya varices atau

tidak, mengetahui apakah ada

pembengkakan kelenjar bartholini,

mengetahui pengeluaran yaitu

perdarahan dan flour albus.

(k) Anus

Adanya haemoroid atau tidak adanya

varices atau tidak

(l) Ekstermitas

Untuk mengetahui adanya oedema atau

tidak, adanya varices, reflek patella

positif atau negatif, betis merah lembek

atau keras

b) Palpasi

Menurut Manuaba (2010), yaitu :

(1) Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian janin dalam fundus serta

konsistensi uterus.

(2) Leopold II : Untuk menentukan bagian kanan

dan kiri pada perut ibu.


49

(3) Leopold III : Untuk mengetahui bagian apa

yang terdapat dibagian bawah perut dan

apakah bagian bawah tersebut sudah atau

belum masuk pintu atas panggul.

(4) Leopold IV : untuk mengetahui seberapa

masuknya bagian bawah janin kedalam rongga

panggul.

(5) TBJ : Untuk mengetahui perkiraan berat janin.

Dihitung dengan cara TFU bila kepala janin

sudah masuk panggul dikurangi 11, dan bila

kepala janin belum masuk panggul dikurangi

12 dikali 155.

(6) Auskultasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui

adanya DJJ karena merupakan tanda pasti

kehamilan. Terdengarnya DJJ menunjukkan

bahwa janin dalam keadaan hidup (Manuaba,

2010).

c) Pemeriksaan penunjang

(1) Pemeriksaan Laboratorium

Melakukan tes laboratorium yang diperlukan

yakni protein urin, glukosa urin, dan dalam

kasus ini melakukan pemeriksaan hemoglobin.


50

Kadar Hb pada ibu yang mengalami anemia

ringan adalah 9 – 10 gr% (Yuni,2015).

(2) Pemeriksaan Ultrasonografi

2) Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari

perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan

analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga

tergambar fakta (Sulistyawati, 2011).

a) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan

dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosa kebidanan, seperti Ny. X GPA usia X

tahun usia kehamilan X minggu fisiologis dan janin tunggal

hidup dengan anemia ringan (Varney, 2007).

Data Subyektif :

Ibu mengatakan merasa pusing, cepat lelah dan badan terasa

lemas, sehingga pasien merasa tidak nyaman dengan kondisi

yang dirasakan (Manuaba, 2010) .

Data Obyektif :

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik

(Proverawati,2011).
51

(1) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

(2) Keadaan umum dan vital sign (tekanan darah, suhu, nadi,

respirasi)

(3) Leopold I sampai Leopold IV

(4) TFU (Tinggi Fundus Uteri)

(5) DJJ (Denyut Jantung Janin)

(6) Conjungtiva pucat (Manuaba,2007).

(7) Data penunjang Hb 9 – 10 gr% pada anemia ringan

(Manuaba,2010).

b) Masalah

Masalah yang sering timbul pada ibu hamil dengan anemia

ringan yaitu merasa cemas dan gelisah (Proverawati,2011).

c) Kebutuhan

Proverawati (2011), kebutuhan pada pasien ibu hamil dengan

anemia ringan adalah :

(1) Informasi tentang keadaan ibu

(2) Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan

3) Diagnosa Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang

sudah diindentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

kemungkinan dilakukan pencegahan.Pada kasus ibu hamil dengan


52

anemia ringan diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah terjadi

anemia sedang dan menjurus ke anemia berat (Manuaba, 2010).

4) Tindakan Segera

Pada langakah ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera

oleh bidan untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota

kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.Pada ibu hamil dengan

anemia ringan antisipasi yang dilakukan adalah pemberian tablet besi

1 tablet per hari dengan dosis 60 mg, pemeriksaan kadar Hb 1

minggu sekali (Manuaba,2010).

5) Perencanaan

Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat

harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,

teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti, serta divalidasikan

dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan

oleh pasien (Sulistyawati, 2011).

Menurut Manuaba (2010), rencana tindakan yang dapat dilakukan

pada ibu hamil dengan anemia ringan sebagai berikut :

a) Meningkatkan gizi penderita

Dengan penambahan makanan yang mengandung zat besi

seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu,

tempe, kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua

(kangkung, bayam, daun singkong, daun katuk) dan buah-


53

buahan (jeruk, jambu biji,pisang)

b) Memberi suplemen zat besi

Pengobatan dapat dimulai dengan kandungan zat besi

sebanyak 60-100mg seperti sulfas ferrosus atau glukonas

ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 0,1 gr/100 ml atau lebih.

6) Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau

anggota keluarga yang lain (Sulistyawati, 2011). Pada kasus anemia

ringan penatalaksaannya, menurut Manuaba (2010), yaitu :

a) Meningkatkan gizi penderitaDengan penambahan makanan yang

mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging,

kacang-kacangan (tahu, tempe, kedelai, kacang hijau), sayuran

berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun singkong, daun

katuk) dan buah- buahan (jeruk, jambu biji,pisang)

b) Memberi suplemen zat besi

Pengobatan dapat dimulai dengan kandungan zat besi sebanyak

60-100mg seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat

dinaikkan sampai 0,1 gr/100 ml atau lebih.

7) Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan (Estiwidani, 2008).


54

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan ibu hamil dengan

anemia ringan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharpkan KU

dan tanda – tanda vital ibu baik, ibu bersedia minum tablet Fe dan tata

caranya, ibu bersedia makan – makan yang banyak mengandung

sayur, hemoglobin naik, tidak terjadi anemia sedang ( Manuaba,

2010).

3) Dokumentasi kehamilan untuk kunjungan II dan III

Laporan dokumentasi asuhan kebidanan kehamilan di

dokumentasikan dalam bentuk SOAP

S : Subjektif

Untu mencatat hasil anamnesa dengan klien.

a. Identitas

1) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.

2) Umur : Untuk mengetahui usia ibu (Varney, dkk, 2007).

b. Keluhan Utama: Menurut Prawirohardjo (2010), keluhan yang muncul

pada kehamilan trimester III meliputi sering kencing, nyeri pinggang

dan sesak napas akibat pembesaran uterus.

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu: Untuk

mengetahui kejadian masa lalu ibu mengenai masa kehamilan,

persalinan dan masa nifas-nya. (Varney, dkk, 2007).

d. Riwayat Hamil Sekarang: Untuk mengetahui beberapa kejadian

maupun komplikasi yang terjadi pada kehamilan sekarang (Varney,

dkk, 2007).
55

e. Riwayat Penyakit Keluarga: Untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga.

O : Obyektif

Untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum: Baik

2) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.

(Hidayat dan Uliyah, 2008).

3) Tinggi Badan :Batas tinggi badan minimal bagi ibu hamil untuk

dapat bersalin secara normal adalah 145 cm (Kemenkes RI,

2013).

4) Berat Badan: Penambahan berat badan minimal selama kehamilan

adalah = 9 kg (Kemenkes RI, 2013).

5) LILA: Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5 cm

(Kemenkes RI, 2013).

6) Tanda-tanda Vital: Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.

7) Muka : penilaian pada muka juga ditujukan untuk melihat ada

tidaknya pembengkakan pada daerah wajah serta mengkaji

kesimetrisan bentuk wajah (Hidayat dan Uliyah, 2008).

8) Mata: Pemeriksaan sklera dan konjungtiva bertujuan untuk

menilai warna, sedangkan pemeriksaan konjungtiva untuk

mengkaji munculnya anemia (Hidayat dan Uliyah, 2008).


56

9) Palpasi : Leopold 1 sampai Leopold 4 untuk mengetahui posisi

janin (Mochtar, 2011).

10) Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160 ×/menit

(Kemenkes RI, 2010).

11) Tafsiran Berat Janin: untuk mengetahui perkiraan berat janin

(Manuaba, dkk 2007),

A : Asessment/Pengkajian

Merupakan hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

a. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia kehamilan 30 minggu

fisiologis dan janin tunggal hidup. Perumusan masalah disesuaikan

dengan kondisi ibu. Menurut Bobak, dkk (2005) dan Prawirohardjo

(2010), keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi

sering kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat pembesaran

uterus serta rasa khawatir akan kelahiran bayinya dan keselamatannya.

Selain itu, konstipasi dan sering lelah merupakan hal wajar dikeluhkan

oleh ibu hamil (Mochtar, 2011).

P : Planning

Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan

yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,

tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi dan rujukan.


57

1) Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan

dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada ibu dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Asuhan kebidanan pada ibu hamil itu meliputi

menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan

darah, mengukur LILA, mengukur TFU, menentukan status

imunisasi dan memberikan imunisasi TT sesuai status imunisasi,

memberikan tablet tambah darah, menentukan presentasi janin dan

menghitung DJJ, memberikan konseling mengenai lingkungan yang

bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan

payudara, body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi,

senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi,

memberikan pelayanan tes laboratorium sederhana, dan melakukan

tatalaksana.

2) Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindaklanjuti

sesuai dengan kondisi ibu. Berikut adalah uraian evaluasi dari

pelaksanaan.
58

a) Telah dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan, tekanan darah, LILA, dan TFU.

b) Status imunisasi tetanus ibu telah diketahui dan telah diberikan

imunisasi TT sesuai dengan status imunisasi.

c) Telah diberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

d) Telah didapat presentasi janin dan denyut jantung janin.

e) Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai

lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan

rekreasi, perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan

seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan

persalinan dan kelahiran bayi.

f) Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium.

g) Telah diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan

permasalahan yang dialami.

3. PERSALINAN

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan(37-42minggu) lahir

spontan dengan prsentasi kepala yang berlangsung 18 jam,

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin(Syaifudin dalam

Marmi,2016).
59

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya

janin, plasenta dan membrane dari dalam rahim melalui jalan

lahir (Rohani dkk, 2011).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup

diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan

selaput ketuban keluar dari uterus ibu (Johariyah dan Ningrum,

2012).

2) Tanda-Tanda Mulainya Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011) tanda-tanda persalinan sebagai

berikut:

a) Terjadi lightening

Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi

penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk

PAP. Mulai menurunya bagian terbawah bayi kepelvis

terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan.

(1) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang

untuk melakukan ekspansi berkurang, sehingga

frekuensi berkemih meningkat.


60

(2) Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin

pada saraf yang melewati foramen obturator yang

menuju kaki, menyebabkan sering terjadi kram kaki.

(3) Meningkatkan tekanan pada pembuluh darah vena

menyebabkan terjadinya udema karena bagian terbesar

dari janin menghambat darah yang kembali dari bagian

bawah tubuh.

b) Terjadinya his permulaan.

Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut.

(1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.

(2) Datang tidak teratur.

(3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.

(4) Durasi pendek.

(5) Tidak bertambah bila beraktivitas.

c) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

d) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung

kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya

bertambah, kadang bercampur darah (boody show).

Dengan mendekatnya persalinan, maka serviks menjadi

matang dan lembut, serta terjadi obliterasi serviks dan

kemungkinan sedikit dilatasi.

3) Penyebab Mulainya Persalinan


61

Menurut Rohani dkk (2011) ada dua hormone yang

dominan saat hamil yaitu:

a) Estrogen

(1) Meningkatkan sensitifitas otot rahim.

(2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,

serta rangsangan mekanis

(3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

Estrogen dan progesterone harus berada dalam

kondisi keseimbangan sehingga kehamilan dapat

dipertankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon

tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan

oleh hipofisis pars posterior dapat menimbulkan

kontraksi Braxton hicks (Rohani dkk, 2011).

4) Faktor-Faktor yang Mempengerahui Proses Persalinan

Persalinan dapat berjalan normal (Eutocia) apabila

ketiga faktor fisik 3 P yaitu power, passage, dan passanger

dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu terdapat 2 P yang

merupakan faktor lain yang secara tidak langsung dapat

memengaruhi jalannya persalinan, terdiri atas psikologi dan

penolong (Rohani dkk, 2011).

a) Power (Tenaga/Kekuatan)
62

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan

adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma,

dan aksi dari ligament. Kekuatan primer yang dilakukan

dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan

sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani dkk,

2011).

Menurut Rohani dkk (2011) His atau Kontraksi

Uterus sebagai berikut:

(1) His pendahuluan atau his palsu (false labor pains),

yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari

kontraksi dari Braxton Hicks.

His pendahuluan ini bersifat tidak teratur dan

menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat

paha, tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari

pinggang ke perut bagian bawah seperti his

persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak

bertambah kuat bila ibu berjalan, bahkan sering

berkurang.

(2) His persalinan

Sifat his yang normal adalah sebagai berikut.

(a) Kontraksi otot rahim dimulai dari salah satu

tanduk rahim atau cornu.


63

(b) Fundal dominan, yaitu kekuatan paling tinggi di

fundus uteri.

(c) Kekuatannya seperti gerakan memeras isi rahim.

(d) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke

panjang semula, sehingga terjadi retraksi dan

pembentukan segmen bawah rahim.

(e) Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks

yaitu menipis dan membuka.

b) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian

tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus.

Janin harus berhasil menyesuaikan diriya terhadap jalan

lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk

panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai

(Rohani dkk, 2011).

Menurut Rohani dkk (2011) Jalan lahir dibagi atas:

(1) Jalan Lahir Keras (Tulang Panggul)

Tulang panggul tersusun atas empat tulang,

yakni dua tulang koksa, sacrum, dan koksigis yang

dihubungkan oleh tiga sendi. Os. Koksa dibagi

menjadi os. Ilium, os. Iskium, dan os. Pubis.


64

Bagian-bagian os. Pubis yang penting adalah

simfisis pubis.

(a) Bidang-bidang Panggul:

Bidang Hodge adalah bidang semu sebagai

pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan,

yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui

pemeriksaan dalam/vaginal toucher (VT).

Bidang Hodge terbagi empat antara lain

sebagai berikut.

i. Bidang Hodge I: bidang setinggi pintu atas

panggul (PAP) yang dibentuk oleh

promontorium, artikulasio sakro-iliaka, sayap

sacrum, linea inominata, ramus superior os.

Pubis, tepi atas simfisis pubis.

ii. Bidang Hodge II: bidang setinggi pinggir

bawah simfisis pubis, berhimpit dengan PAP

(Hodge I)

iii. Bidang Hodge III: bidang setinggi spina

ischiadica berhimpit dengan PAP (Hodge I)

iv. Bidang Hodge IV: bidang setinggi ujung

koksigis berhimpit dengan PAP (Hodge I)

(b) Station
65

Station adalah hubungan antara bagian

terendah dari bagian bawah janin dengan garis

bayangan yang ditarik antara dua spina ischiadika

pada panggul perempuan. Bagian terendah dari

janin yang setinggi spina ischiadika disebut

station 0. Station diukur dengan cara ke atas atau

ke bawah dari spina ischiadika dan bagian

atasnya adalah -1,-2,-3,-4,-5, dan bagian bawah

adalah +1, +2, +3, +4, +5. Station -5 berarti

kepala belum masuk PAP dan +5 berarti kepala

tampak di pintu vagina.

(c) Ukuran Luar Panggul

i. Distansia spinarum, jarak antara kedua spina

iliaka anterior superior 24-25 cm.

ii. Distansia kristarum, jarak antara kedua Krista

iliaka kanan dan kiri 28-30 cm.

iii. Konjungata eksterna (Boudeloque) 18-20 cm.

(d) Jenis Panggul

i. Ginekoid, merupakan bentuk paling ideal.

Berbentuk bulat, terdapat pada sekitar 45%

wanita (tipe wanita klasik).


66

ii. Android, merupakan jenis panggul pria,

berbentuk segitiga, terdapat pada sekitar 15%

wanita.

iii. Antropoid, berbentuk agak lonjong seperti

telur, terdapat pada sekitar 35% wanita (mirip

panggul kera).

iv. Platipeloid, picak, menyempit pada arah muka

belakang (panggul pipih).

(e) Jalan lahir Pada Proses Persalinan

i. Pintu atas panggul dengan distansia

transversalis kanan-kiri lebih panjang daripada

muka-belakang.

ii. Mempunyai bidang tersempit pada spina

ischiadika.

iii. Pintu bawah panggul terdiri atas dua segitiga

dengan dasar yang sama pada tuber ischii, ke

depan dengan ujung simfisis pubis, ke

belakang ujung sacrum.


67

iv. Jalan lahir depan panjangnya 4,5 cm

sedangkan jalan lahir ke belakang panjangnya

12,5 cm.

v. Secara keseluruhan, jalan lahir merupakan

corong yang melengkung ke depan,

mempunyai bidang sempit pada spina

ischiadika, terjadi perubahan pintu atas

panggul, leher kanan kiri menjadi pintu bawah

panggul dengan lebar ke depandan ke

belakang yang terdiri atas dua segitiga.

vi. Dengan demikian, tulang jalan lahir sangat

menentukan proses persalinan apakah dapat

berlangsung melalui jalan biasa atau melalui

tindakan operasi dengan kekuatan dari luar.

(2) Jalan Lahir Lunak

Jalan lahir lunak pada panggul terdiri atas

uterus, otot dasar panggul, dan perineum.

(a) Uterus

Saat kehamilan, uterus dapat dibagi

menjadi beberapa bagian sebagai berikut.

i. Segmen atas uterus

Terdiri atas fundus dan bagian uterus

yang terletak di atas refleksi lipatan vesika


68

uterina peritoneum. Selama persalinan,

segmen ini memberikan kontraksi yang kuat

untuk mendorong janin keluar.

ii. Segmen bawah uterus

Terletak antara lipatan vesika uterina

peritoneum sebelah atas dan serviks di bawah.

Ketika kontraksi, otot segmen atas

meningkatkan frekuensi dan kekuatannya;

pada kehamilan lanjut, segmen bawah uterus

berkembang lebih cepat lagi dan teregang

secara radikal untuk memungkinkan turunnya

bagian segmen bawah uterus yang teregang.

iii. Serviks uteri

Pada kehamilan lanjut, serviks uteri

menjadi lebih lunak dan menjadi lebih pendek

karena tergabung dalam segmen bawah

uterus. Pada saat persalinan karena adanya

kontraksi uterus, maka serviks mengalami

penipisan dan pembukaan.

(b) Otot Dasar Panggul


69

Otot dasar panggul terdiri atas otot-otot dan

ligament yaitu dinding panggul sebelah dalam

dan yang menutupi panggul bawah membentuk

dasar panggul disebut pelvis. Jaringan lunak

terdiri atas segmen bawah uterus yang dapat

meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina,

dan introitus.

Sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri

atas korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan

dimulai, kontraksi uterus menyebabkan korpus

uteri berubah menjadi dua bagian, yakni bagian

atas yang tebal, berotot pasif, dan berdinding tipis

yang secara bertahap menebal dan kapasitas

akomodasinya menurun; dan bagian bawah uterus

yang secara bertahap membesar karena

mengakomodasi isi dalam rahim. Suatu cincin

retraksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini.

Segmen bawah uterus secara bertahap

membesar karena mengakomodasi isi dalam

rahim, sedangkan bagian atas menebal dan

kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi

korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke

bawah, terdorong kea rah serviks.


70

(c) Perineum

Perineum adalah jaringan yang terletak di

sebelah distal diafragma pelvis. Perineum

mengandung sejumlah otot superficial, sangat

vascular, dan berisi jaringan lemak. Saat

persalinan, otot ini sering mengalami kerusakan

ketika janin dilahirkan.

c) Passanger (Janin dan Plasenta)

Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di

sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa

faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,

dan posisi janin.

Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga

dapat juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai

janin. Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran

karena ukuran dan presentasinya.

5) Mekanisme Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011) Gerakan-gerakan utama dari

mekanisme persalinan adalah sebagai berikut.

a) Penurunan Kepala

Pada primigravida, masuknya kepala kedalam pintu

atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir

pada kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru


71

terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala

kedalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang

dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati

pintu atas panggul (PAP) dapat dalam keadaan

asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-

tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan

promontorium.

Pada sinklitismus, os. Parietal depan dan belakang

sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak kedepan

mendekati simfisis atau agak kebelakang mendekati

promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan

asinklitismus, ada dua jenis asinklitismus adalah sebagai

berikut.

(1) Asinklitismus posterior: bila sutura sagitalis mendekati

simfisis dan os. Parietal belakang lebih rendah dari os.

Parietal depan.

(2) Asinklitimus anterior: bila sutura sagitalis mendekati

promontorium sehingga os. Parietal depan lebih rendah

dari os. Parietal belakang.

Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada

persalinan normal, terjadi bila berat gerakan ini dapat

menimbulkan disproporsi sepalopelvis dengan panggul

yang berukuran normalsekalipun.


72

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan

kala II persalinan. Hal ini disebabkan adanya kontraksi dan

retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu

yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim

sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keadaan ini

menyebabkan bayi kedorong ke dalam jalan lahir.

Penurunan kepala ini nika disebabkan tekanan cairan

intauterin, kekuatan meneran, atau adanya kontraksi otot-

otot abdomen dan meluruskan badan anak.

b) Fleksi

Pada persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang

ringan dengan majunya kepala biasanya fleksi juga

bertambah. Pada pergerakan ini, dagu dibawah lebih dekat

kearah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah

dari ubun-ubun besar. Hal ini disebabkan karena adanya

tahanan dari dinding serviks, dinding pelvis, dan lantai

pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito

bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito

frontalis (11 cm). Sampai di dasar panggul biasanya kepala

janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa fleksi

bisa terjadi. Fleksi ini disebabkan anak didorong maju dan


73

sebaliknya mendapat tahanan dari serviks, dinding

panggul, atau dasar panggul.akibat dari keadaan ini

terjadilah fleksi.

c) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian

depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari

bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simfisis.

Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah

ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar kedepan kearah simfisis. Rotasi dalam penting

untuk menyelesaikan persalinan karena merupakan suatu

usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah

panggul.

d) Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai didasar panggul dan

ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis, maka terjadilah

ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah

kedepan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya. Jika kepala yang fleksi penuh

pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan


74

ekstensi, maka kepala akan tertekan pada perineum dan

dapat menembusnya.

Suboksiput yang tertahan pada pinggir bawah simfisis

akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka

lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-

ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu bayi dengan

gerakan ekstensi.

e) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami

restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali kearah

punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu

dalam keadaan miring. Didalam rongga panggul, bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang

dilaluinya sehingga didasar panggul setelah kepala bayi

lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu

(diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan

dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga

belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadikum

sepihak.

f) Ekspulsi
75

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai

dibawah simfisis dan menjadi hipomochlion untuk

kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,

selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah sumbu

jalan lahir.

Dengan kontraksi yang efektif, fleksi yang adekuat,

dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar

oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera

setelah mencapai dasar panggul sehingga persalinan tidak

begitu bertambah panjang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-

10% kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi.

Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala

yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna

atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau

janin besar.

6) Partograf

Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk

memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk

membuat keputusan klinik (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013).

Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi

berdasarkan observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu

dalam persalinan; hal tersebut sangat penting khususnya untuk


76

membuat keputusan klinis selama kala I persalinan (Rohani

dkk, 2011).

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013) Fungsi

partograf sebagai berikut:

a) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan

dan memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam.

b) Mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya

penyulit persalinan sehingga bidan dapat membuat

keputusan tindakan dengan tepat.

c) Sebagai alat komunikasi yang unik namun praktis antar

bidan atau antara bidan dengan dokter yang mengenai

perjalanan persalinan pasien.

d) Alat dokumentasi persalinan pasien beserta data pemberian

medikamentosa yang diberikan selama proses persalinan.

Menurut Rohani dkk (2011) Partograf digunakan harus

pada kondisi sebagai berikut.

a) Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan, sebagai

elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan baik dengan atau tanpa penyulit. Partograf akan

membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik

persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.


77

b) Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, dan rumah sakit).

c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan

kelahiran (spesialis kandungan, bidan, dokter umum,

residen, dan mahasiswa kedokteran).

Menurut Rohani dkk (2011) cara pengisian partograf

pada halaman depan:

a) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti

pada saat memulai asuhan persalinan. Catat waktu

kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada partograf) dan

perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten

persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

b) Keselamatan dan kenyamanan janin

(1) Denyut jantung janin (DJJ)

Nilai dan catat denyut jantung janin setiap 30

menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).

Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30

menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri

menunjukkan DJJ, catat dengan member tanda titik

pada garis yang sesuai dengan angka yang


78

menunjukkan DJJ; kemudian hubungkan titik yang

satu dengan titik lain dengan garis tidak terputus.

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf

diantara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi,

penolong sudah harus waspada bila dibawah 120 atau

diatas 160.

(2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap dilakukan pemeriksaan

dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban

pecah. Catat temuan-temuan didalam kotak yang

sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambing-lambang

berikut:

(a) U : Ketuban utuh (belum pecah)

(b) J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

(c) M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium

(d) D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah

(e) K : Ketuban sudah pecah dan tidak air ketuban

(kering)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat


79

mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk

mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses

persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut

jantung janin <100 atau >180 kali per menit), segera

rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Jika

terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat

yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan

bayi baru lahir.

(3) Moulage (penyusupan tulang kepala janin)

Penyusupan adalah indicator penting tentang

seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri

dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala

saling menyusup atau tumpah tindih menunjukkan

kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul atau

cephalopelvic disporpotion (CPD). Ketidakmampuan

akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala

yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.

Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul,

penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin

dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan

pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan

tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas

kesehatan yang memadai.


80

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai

penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang

sesuai dibawah lajur air ketuban. Gunakan lambing-

lambang berikut:

(a) 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura

dengan mudah dapat dipalpasi.

(b) 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan.

(c) 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih, tapi masih dapat dipisahkan.

(d) 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih

dan tidak dapat dipisahkan.

c) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam

(lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).

Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada

partograf hasil temuan di setiap pemeriksaan. Tanda

“X” harus ditulis digaris waktu yang sesuai dengan

lajur besarnya pembukaan serviks beri tanda untuk

temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang

dilakukan pertama kali fase aktif persalinan di garis


81

waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap

pemeriksaan dari garis utuh (tidak terputus).

(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap

4 jam) atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,

nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau

presentasi janin.

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan

serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian

terbawah atau presentasi janin. Akan tetapi, kadang

kala turunnya bagian terbawah atau presentasi janin

baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.

Kata-kata “turunnya kepala” dan garis tidak

terputus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka

pembukaan serviks. Berikan tanda “ O” pada garis

waktu yang sesaui. Sebagai contoh, jika kepala bisa di

palpasi 4/5. Tuliskan tanda “O” dinomor 4, hubungkan

tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tdak

terputus.

(3) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pembukaan serviks 4 cm

dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.


82

Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai

di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke

sebelah kanan garis waspada ( pembukaan< 1 cm per

jam ), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit

(misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll).

Pertimbangkan pula tindakan intervensi yang

diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitis

kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang

mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan

obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis

waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi

kanan. Jika pembukaan serviks berada disebelah kanan

garis bertindak maka tindakan untuk menyelesaikan

persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba ditempat

rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

d) Jam dan waktu

(1) Waktu mulai fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks

dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka

1-16. Setiap kotak menyatakan waktu 1 jam sejak

dimulainya fase aktif persalinan.

(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan


83

Dibawah lajur kotak untuk memulai fase aktif,

tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat

pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1 jam

penuh dan berkaitan dengan kotak waktu 30 menit

pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi

dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif

persalinan, catat pembukaan serviks digaris waspada,

kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini dikotak

waktu yang sesuai.

(3) Kontraksi uterus

Di bawah jalur waktu partograf terdapat 5 jalur

kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit“

disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak

menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan

catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah

kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan

mengisi angka pada kotak satu kali 10 menit, isi 3

kotak.
84

e) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

(1) Oksitosin

Jika tetesan (drip) sudah dimulai,

dokumentasikan jumlah unit okstosin yang diberikan

pervolume cairan IV dan dalam satuan tetesan per

menit setiap 30 menit.

(2) Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat semua obat-obatan tambahan dan cairan IV

dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

f) Kesehatan dan kenyaman ibu

(1) Nadi, Tekanan Darah dan Suhu

Angka di sebelah kiri bagian partograf ini

berkaitan dengan nadi tekanan darah ibu.

(a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan (lakukan lebih seiring jika dicurigai

adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom

waktu yang sesuai.

(b) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam

selama fase aktif persalina (lebih sering jika

dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah

pada partograf di kolom waktu yang sesuai.


85

(c) Nilai dan catat suhu tubuh ibu (lebih sering jika

meningkat atau dianggap ada infeksi) setiap 2 jam,

catat dalam kotak yang sesuai.

(2) Volume urine, protein, atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu minimal

setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika

memungkinkan, setiap ibu berkemih lakukakan

meriksaan adanya aseton atau protein dalam urine.

g) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan

keputusan klinik di sisi luar kolom partograf; atau buat

catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan

tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik mencakup hal

berikut:

(1) Jumlah cairan peroral yang diberikan

(2) Keluhan sakit kepala atau penglihantan kabur

(3) Konsultasi dengan penolong persalinan (spesialis

kandungan, bidan, dokter umum).

(4) Persiapan sebelum melakukan rujukan

(5) Upaya rujukan

Menurut Rohani dkk (2011) cara pengisian partograf

pada lembar belakang:


86

Halaman belakang pertograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan

kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir),

itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan

persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberika pada

ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV

untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah

terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang

sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat

keputusan, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah

terjadinya perdarahan pasca persalinan).

Catatan persalinan terdiri atas unsur-unsur berikut.

a) Data dasar

b) Kala I

c) Kala II

d) Kala III

e) Bayi baru lahir

f) Kala IV

Cara pengisian partograf

a) Data dasar

Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan,

tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat


87

rujukan, dan pendamping saat merujuk. Isi data pada

masing-masing tempat yang telah disediakan atau

dengan cara member tanda pada kotak disamping

jawaban yang sesuai.

b) Kala I

Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang

pertograf yang melewati garis waspada, masalah yang

dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaan

tersebut.

c) Kala II

Kala II terdiri atas episiotomy, pendamping

persalinan, gawat janin, distonsia bahu, masalah

penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda

centang pada kotak disamping jawaban yang sesuai.

d) Kala III

Kala III terdiri atas lamanya kala III, pemberian

oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, fundus,

plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit,

laserasi, atonia uteri,jumlah perdarahan, masalah

penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya.isi jawaban pda

tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak

disamping jawaban yang sesuai.

e) Bayi baru lahir


88

Informasi tentang bayi baru lahir atas berat dan

panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi

baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, serta

penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada

tempat yang di sediakan serta beri tanda pada kotak

disamping jawaban yang sesuai.

f) Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi,

suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih,

dan perdarahan. Pemantauan kala IV ini sangat penting

terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau

perdarahan pasca persalinan. Pengisian pemantauan

kala IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama

setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada 1 jam

berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil

pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah

kala IV pada tempat yang disediakan. Bagian yang

digelapkan tidak usah diisi.

7) Tahapan Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011) tahapan persalinan sebagai

berikut:

a) Kala I (Kala Pembukaan)


89

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah karena serviks mulai membuka dan mendatar.

Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler

sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran,

ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi

uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pebukaan

lengkap (10 cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase

laten dan fase aktif.

(1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlansung

lambat dimulai sejak awal kontraksi yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan secara

bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung

sampai 7-8 jam.

(2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung

selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 sub fase.

(a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2

jampembukaan menjadi 4 cm

(b) Periode dilaktasi maksimal : berlangsug selama 2

jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9

cm
90

(c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2

jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama

kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap

adekuat jika terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit

dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) &terjadi

penurunan bagian terbawah janin berdasarkan kurve

friedman, diperhitungkankan pembukaan pada

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/

jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium

uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks

akan mendatar dan menipis, kemudian ostiun internum

sudah sedikit membuka. Ostium uteri internum dan

eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi

dalam waktu yang sama.

b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan

pada multipara 1 jam.

Tanda dan gejala kala II


91

(1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit

(2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

(3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada

rectum dan / vagina.

(4) Oerineum terlihat menonjol

(5) Vulva vagina dan sfringter ani terlihat membuka.

(6) Peningkatan dan pengeluaran lendir dan darah

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan

dalam yang menunjukan :

(a) Pembukaan serviks telah lengkap

(b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

c) Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah

bayi lahir.

Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala

III selesai secepat mungkin dengan melakukan langkah-

langkah yang memungkinkan olasenta lepas dan lahir

lebih cepat.

Tujuan manajemen aktif kala III:

(1) Mengurangi kejadian perdarahan pasca melahirkan.


92

(2) Mengurangi lamanya kala III.

(3) Mengurangi pengguanaan transfuse darah.

(4) Mengurangi pengguanaan terapi oksitosin.

Komponen manajemen aktif kala III:

(1) Pemberian oksitosin IM segera setelah bayi lahir

(maksimal 2 menit).

(2) Tali pusat di klem.

(3) Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat

terkendali dengan menahan fundus uterus secara dorso

cranial (arah keatas dan arah ke belakang).

(4) Begitu plasenta dilahirkan, lakukan massase fundus

uterus secara sirkular agar uterus tetap berkontraksi

dengan baik serta untuk mendorong keluar setiap

gumpalan darah yang ada dalam uterus.

d) Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Dalam kala IV ini,

penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif

karena perdarahan. Pada keadaan ini atonia uteri masih

mengancam. Oleh karena itu, kala IV penderita belum

boleh dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh

ditinggalkan oleh bidan.

Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:


93

(1) Tingkat kesadaran.

(2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,

dan pernapasan.

(3) Kontraksi uterus.

(4) Terjadinya perdarahan.

Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya

tidak melebihi 400-500 cc.

e) Lamanya Persalinan

Lamanya persalinan tentu berlainan bagi

primigravida dan multi gravida, untuk primigravida kala I:

12,5 jam, kala II : 80 menit, kala III: 10 menit, kala IV: 14

jam sedangkan multigravida kala I: 7 jam 20 menit, kala

II: 30 menit, kala III: 10 menit, kala IV: 8 jam.

Pembukaaan serviks terbagi 2 fase: fase laten: pada

fase ini pembukaan sangat lambat dari 0-3 cm, fase aktif:

pada fase aktif pembukaan lebih cepat, fase ini dapat

dibagi lagi dalam: fase akselerasi: dari pembukaan 3 cm-

4cm yang dicapai dalam 2 jam, fase dilatasi maksimal:

daripembukaan 4cm-9cm yang dicapai dalam 2 jam, fase

deselerasi: pembukaan 9cm-10cm selama 2 jam.

Asuhan persalinan normal dilakukan menggunakan

60 langkah APN yaitu :


94

(1) Dengarkan lihat dan periksa gejala dan tanda kala

dua : dorongan untuk meneran, tekanan pada anus,

perineum tampak menonjol, vulva dan sfringter ani

membuka.

(2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-

obatan esensial untuk menolong persalinan dan

menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

(3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak

tembus cairan.

(4) Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai,

cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering.

(5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan untuk

melakukan pemeriksaan dalam

(6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik

(Gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT

dan steril.Memastikan Pembukaan Lengkap dan

Keadaan Janin

(7) Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas

atau kasa yang dibasahi air DTT.


95

(8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan

pembukaan lengkap.

(9) Dekontaminasi sarung tangan

(10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/

saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ

dalam batas normal (120 – 160 x/ menit).

(11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya

(12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi

meneran

(13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu

merasakan ada dorongan kuat untuk meneran:

(14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

(15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)

di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva

dengan diameter 5-6 cm.

(16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

bokong ibu.

(17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.


96

(18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

(19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu

tangan

(20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat

(21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang

berlangsung secara spontan.

(22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang secara

biparental.

(23) Melakukan sanggah.

(24) Melakukan susur seluruh tubuh sampai mata kaki.

(25) Lakukan penilaian selintas

(26) Keringkan tubuh bayi

(27) Periksa kembali uterus untuk hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda

(gemelli).

(28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontraksi baik.

(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan

oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas

bagian distal lateral.

(30) Pemotongan tali pusat.

(31) Pengikatan tali pusat.


97

(32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak

kulit ibu dengan bayi.

(33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 –

10 cm dari vulva.

(34) Letakkan satu tnagn di atas kain pada perut bawah

ibu, (di atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi.

Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali

pusat.

(35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke

arah bawah sambil tangan yang lain mendorong

uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara

hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

(36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan

uterus ke araah dorsal ternyata diikuti dengan

pergeseran talli pusat ke arah distal maka lanjutkan

dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat

dilahirakn.

(37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan.
98

(38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di

fundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus teraba keras)

(39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal - fetal) pastikan

plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkah plasenta

ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

(40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bilaterjadi laserasi

yang luas dan menimbulkan perdarahan.Bila ada

robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera

lakukan penjahitan.

(41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

(42) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan

rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

(43) Pastikan kandung kemih kosong.

(44) Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan massase uterus

dan menilai kontraksi.

(45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


99

(46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu

baik.

(47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit)

(48) tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam

larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).

Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminsasi.

(49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai

(50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh

dengan menggunakan air DTT. Bersihkan cairan

ketuban, lendir dan darah di ranjang atau disekitar

ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

(51) Pastikan iu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan

ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman

dan makanan yang diinginkannya.

(52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%.

(53) celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah

dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan


100

rendam sarung tangan dalam klorin 0,5% selama 10

menit.

(54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih

mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue

atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

(55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi

(56) Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata

profilaksis infeksi, vitamin K1 1 mg IM dipaha kiri

bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,

pernafasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan

temperatur tubuh (normal 36,5-37,50C) setiap 15

menit.

(57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan

suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah

lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar

sewaktu-waktu dapat disusukan.

(58) Lepaskan sarung dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

(59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk

pribadi yang kering dan bersih


101

(60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),

periksa tanda vital dan asuhan kala IV persalinan (

Prawiraharjo, 2010)

8) Perubahan fisiologis pada masa Persalinan

a) Menurut Rohani dkk (2011) Perubahan fisiologis kala I:

(1) Tekanan darah.

Tekanan darah meningkat selama terjadinya

kontraksi (sistol rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastole

naik 5-10 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah

kembali seperti saat sebelum persalinan. Rasa sakit,

takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan

darah.

(2) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan

meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena

kecemasan dan aktivitas otot skeletal, peningkatan ini

ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh,

denyut nadi, curah jantung (cardiac output),

pernapasan dan kehilangan cairan.

(3) Suhu tubuh

Oleh karena adanya peninkatan metabolisme,

maka suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan.

Selama dan setelah persalinan akan terjadi


102

peningkatan, jaga agar peningkatan suhu tidak lebih

dari 0, 5 - 1°C.

(4) Detak Jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

detak jantung akan meningkat secara drastic selama

kontraksi.

(5) Pernapasan

Oleh karena terjadinya peningkatan

metabolisme, maka terjadi sedikit peningkatan laju

pernapasan yang dianggap normal, hipervertilasi yang

lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan

alkalosis.

(6) Ginjal

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan,

mungkin dikarenakan adanya peningkatan cardiac

output, peningkatan filtrasi glomerulus, dan

peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang

sedikit dianggap normal dalam persalinan.

(7) Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorpsi makanan pada

secara subtansi berkurang sangat banyak selama

persalinan. Selain itu, berkurangnya pengeluaran getah

lambung menyebabkan aktivitas pencegahan hamper


103

berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat

lambat, cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan

perut dalam waktu biasa. Mual dan muntah biasanya

terjadi sampai ibu mencapai persalinan kala I.

(8) Hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml

selama persalinan dan akan kembali sebelum

persalinan sehari pasca persalinan, kecuali terdapat

perdarahan postpartum.

(9) Perubahan fisiologis kala II:

Kala II merupakan peristiwa normal yang

diakhiri dengan kelahiran normal tanpa intervensi. Saat

pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk

meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya dan

beristirahat diantara dua kontraksi. Jika menginginkan,

ibu dapat mengubah posisinya biarkan ibu

mengeluarkan suara selama persalinan dan proses

kelahiran berlangsung (Rohani dkk, 2011).

Biasanya ibu akan dibimbing untuk meneran

tanpa berhenti selama 10 detik atau lebih lama, tiga

sampai 4 kali per kontraksi. Meneran dengan benar ini

dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatub

atau valsava maneuver. Pada banyak penelitian,


104

meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian

menurunnya DJJ dan rendahnya nilainya APGAR.

Oleh karena cara ini berkaitan dengan buruknya

keluarnya janin, maka cara ini tidak dianjurkan

(Rohani dkk, 2011).

(10) Perubahan fisiologis kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus

menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus

secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan

rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta

karena tempat implantasi menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena

itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian

terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta

akan turun kebagian bawah uterus atau bagian atas

vagina (Rohani dkk, 2011).

(11) Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013)

Perubahan fisiologis kala IV:

(a) Tanda vital

Dalam 2 jam setelah persalinan, tekanan darah,

nadi, dan pernapasan akan berangsur kembali

normal. Suhu pasien biasanya akan mengalami

sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 38° C. Hal


105

ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan

kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan

berangsur normal kembali setelah 2 jam.

(b) Gemetar

Kadang dijumpai pasien pasca persalinan

mengalami gemetar, hal ini normal sepanjang suhu

kurang dari 38° C dan tidak dijumpai tanda-tanda

infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya

ketegangan dan sejumlah energy selama

melahirkan dan merupakan respon fisiologis

terhadap penurunan volume intraabdominal serta

pergesaran hematologi.

(c) Sistem Gastrointestinal

Selama 2 jam pasca persalinan kadang

dijumpai pasien merasa mual sampai muntah, atasi

hal ini dengan pisisi tubuh yang memungkinkan

dapat mencegah terjadinya aspirasi korpus aleanum

ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau

duduk ditempat tidur. Perasaan haus pasti

dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat

penting diberikan untuk mencegah dehidrasi.

(d) Sistem Renal


106

Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung

kemih masih dalam keadaan hipotonik akibat

adanaya alostaksis, sehingga sering dijumpai

kandung kemih dalam keadaan penuh dan

mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh

tekanan pada kandung kemih dan uretra selama

persalinan. Kondisi ini dapat diringankan dengan

selalu mengusahakan kandung kemih kosong

selama persalinan untuk mencegah trauma. Setelah

melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap

kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan

terjadi atonia uteri. Uterus yang berkontraksi

dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri.

(e) Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal

digunakan untuk menampung aliran darah yang

meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan

pembuluh darah uterus. Penarikan kembali

estrogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara

cepat sehingga mengurangi volume plasma

kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi

dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.

Selama masa ini pasien mengeluarkan banyak


107

sekali urine. Hilangnya pengesteran membantu

mengurangi restensi cairan yang melekat, dengan

meningkatnya vascular pada jaringan tersebut

selama kehamilan bersama-sama dengan trauma

masa persalinan. Pada persalinan pervaginam

kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan

persalinan SC pengeluarannya 2 kali lipat.

Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar

hematokrit.

(f) Serviks

Perubahan-perubahan pada serviks terjadi

segera setelah lahir, agak menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang

dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks

tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk

semacam cinein.

Serviks berwarna merah kehitaman karena

penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi lunak,

kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan

kecil. Karena robekan kecil terjadi selama

berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah

kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.


108

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm

selama persalinan akan menutup secara perlahan

dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan bisa masuk

kedalam rongga rahim, setelah 2 jam hanya dapat

dimasuki 2 atau 3 jari.

(g) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan

bayi yang bergerak maju. Pada hari ke 5 pasca

melahirkan, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

dibanding keadaan sebelum hamil.

(h) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan, dalam beberapa hari pertama sesudah

proses tersebut kedua organ ini tetap dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan

rugae vagina dalam vagina secara berangsur-

angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol.

(i) Pengeluaran ASI


109

Dengan menurunnya hormone estrogen,

progesterone, dan Human Placenta Lactogen

Hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat

berfungsi membentuk ASI dan mengeluarkannya

kedalam alveoli bahkan sampai duktus kelenjar

ASI. Isapan langsung pada putung susu ibu

menyebabkan reflek yang dapat mengeluarkan

okstosin dari hipofisis sehingga mioepitel yang

terdapat disekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI

berkontraksi dan mengeluarkan ASI kedalam sinus

yang disebut “let down refleks“ .

9) Kebutuhan dasar ibu bersalin

Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan

pemenuhan kebutuhan dasar yang dimaksud dengan kebutuhan

dasar adalah kebutuhan yang sangat penting dan mutlak untuk

dipenuhi selama proses persalinan (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013).

a) Dukungan fisik dan psikologis

Setiap ibu yang akan memasauki masa persalinan

maka akan muncul perasaan takut, khawatir, ataupun

cemas terutama pada ibu primipara. Perasaan takut dapat

meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu


110

menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan menghambat

proses persalinan (Walyani dan Purwoastuti, 2016).

Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai

pendamping persalinan yang dapat diandalkan serta

mampu memberikan, bimbingan dan pertolongan

persalinan. Asuhan yang sifatnya mendukung selama

persalinan merupakan suatu standar pelayanan

kebidanan(Walyani dan Purwoastuti, 2016).

Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat

pasien (suami, keluarga, teman, perawat, bidan maupun

dokter). Pendamping persalinan hendaknya orang yang

sudah terlibat sejak dalam kelas-kelas antennal. Mereka

dapat membuat laporan tentang kemajuan ibu dan secara

terus menerus memonitor kemajuan persalinan (Walyani

dan Purwoastuti, 2016).

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016) Bidan

harus mampu memberikan perasaan kehadiran:

(1) Selama bersama pasien, bidan harus konsentrasi penuh

untuk mendengarkan dan melakukan observasi.

(2) Membuat kontak fisik: mencuci muka pasien,

menggosok punggung dan memegang tangan pasien,

dll.
111

(3) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan

bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien.

Ada 5 kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan

menurut Lesser dan Keane dikutip Walyani dan

Purwoastuti (2016) ialah:

(1) Asuhan fisik dan psikologis

(2) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

(3) Pengurangan rasa sakit

(4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya

(5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang

aman.

b) Kebutuhan makanan dan cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama

persalinan aktif, oleh karena makanan padat lebih lama

ditinggal dalam lambung daripada makanan cair, sehingga

proses pencernaan lebih lambat selama persalinan. Bila

ada pemberian obat dapat juga merangsang terjadinya

mual/ muntah yang dapat mengakibatkan terjadinya

aspirasi ke dalam paru-paru. Untuk mencegah dehidrasi

pasien dapat diberikan banyak minum segar (jus buah,

sup) selama proses persalinan, namun bila mual/muntah

dapat diberikan cairan IV (RL) (Walyani dan Purwoastuti,

2016).
112

c) Kebutuhan Eliminasi

Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam

selamaproses persalinan. Bila pasien tidak dapat berkemih

sendiri dapat dilakukan kateresasi karena kandung

kencing yang penuh akan menghambat penurunan bagian

terbawah janin, selain itu juga akan meningkatkan rasa

tidak nyaman yang tidak terkendali pasien karena bersama

dengan munculnya kontraksi uterus. Rectum yang penuh

akan menggangu penurunan bagian terbawah janin,

namun bila pasien mengatakan ingin BAB bidan harus

memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk

pada kala II (Walyani dan Purwoastuti, 2016).

d) Posisi dan Aktivitas

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa

yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus

berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan

rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan

pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam

persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk

mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang

dipilihnya, menyarankan alternative-alternatif hanya

apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan

bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota


113

keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendamping

ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang

yang mendukung ibu tersebut (Walyani dan Purwoastuti,

2016).

Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu

terlentang terus menerus dalam masa persalinannya. Jika

ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman,

bidan bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif

untuk merubah kebiasaan atau merubah setting tempat

yang sudah ditentukan (misalnya menyarankan agar ibu

berdiri atau berjalan-jalan).(Walyani dan Purwoastuti,

2016).

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016) saat

bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam

persalinan atau membantu keluarga untuk memberikan

dukungan persalinan, bidan tersebut harus melakukan

semuanya itu dengan cara yang bersifat sayang ibu

meliputi:

(1) Aman, sesuai evidence based, dan member

sumbangan pada keselamatan jiwa ibu.

(2) Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara

emosional serta merasa didukung dan didengarkan.


114

(3) Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan

agama, dan ibu/keluarganya sebagai pengambil

keputusan.

(4) Menggunakan cara pengobatan yang sederhana

sebelum memakai teknologi canggih.

(5) Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat

serta dapat dipahami ibu.

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016) Posisi

untuk persalinan:

(1) Duduk atau setengah duduk

Keuntungan:

Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing

kelahiran kepala dan mengamati/mensuport

perineum.

(2) Posisi merangkak

Keuntungan:

(a) Baik untuk persalinan dengan punggung yang

sakit.

(b) Membantu bayi melakukan rotasi.

(c) Peregangan minimal pada perineum.

(3) Berjongkok atau berdiri

Keuntungan:

(a) Membantu penurunan kepala


115

(b) Memperbesar ukuran panggul: menambah 28%

ruang otletnya

(c) Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa

member kontribusi pada laserasi perineum

(4) Berbaring miring kekiri

Keuntungan:

(a) Memberi rasa santai bagi ibu yang letih

(b) Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi

(c) Membantu mencegah terjadinya laserasi

e) Pengurangan Rasa Nyeri

Menurut Penny Simpkin dalam Walyani dan

Purwoastuti (2016) menjelaskan cara-cara untuk

mengurangi rasa sakit dengan cara berikut ini:

(1) Mengurangi rasa sakit di sumbernya

(2) Memberikan rangsangan alternative yang kuat

(3) Mengurangi reaksi mental yang negative, emosional,

dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit

Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa

sakit, menurut Varney’s Midwifery dalam Walyani dan

Purwoastuti (2016) sebagai berikut:

(1) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam

persalinan

(2) Pengaturan posisi


116

(3) Relaksasi dan latihan pernapasan

(4) Istirahat dan privasi

(5) Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang

akan dilakukan

(6) Asuhan diri

(7) Sentuhan dan massase

(8) Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada

ligament sacroiliaka

(9) Pijatan ganda pada pinggul

(10) Penekanan pada lutut

(11) Kompres hangat dan kompres dingin

(12) Berendam

(13) Pengeluaran suara

(14) Visualisasi dan pemusatan perhatian

(15) Musik

10) Kala 2 Lama

Menurut Harry oxorn (2010) Begitu cervix mencapai dilatasi

penuh, jangka waktu sampai terjadinya kelahiran tidak boleh

melampaui 2 jam pada prigmigravida dan 1 jam pada

multipara. Pengalaman dan fetal akan naik. Sekiranya terjadi

gawat janin atau ibu, tindakan segera merupakan indikasi.

Etiologi

a) Disproporsi fetopelvik
117

(1) Panggulkecil

(2) Anak besar

b) Malpresentasi dan malposisi

c) Persalinan tidak efektif

(1) Primary inefficient uterine contraction

(2) Kelelahan mymetrium : inertia sekunder

(3) Ketidakmampuan atau penolakan pasien untuk

mengejan

(4) Anesthesi berlebihan

d) Dystocia jaringan lunak

(1) Canalis vaginalis yang sempit

(2) Perineum kaku

Bahaya Kala 2 lama : Bahaya bagi IbuPartus lama

menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.

Beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya

proses persalinan : risiko tersebut naik dengan cepat setelah 24

jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi,

perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran

dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya

bagi ibu. Bahaya bagi Janin Semakin lama persalinan, semakin

tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering

terjadi keadaan berikut ini :

a) Asphyxia akibat partus lama itu sendiri.


118

b) Trauma cerebri yang diseabbkan oleh penekanan pada

kepala janin.

c) Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps

yang sulit.

d) Pecahnya ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi

paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.

Penatalaksanaan yaitu :Sectio caesarea merupakan indikasi.

11) Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan

anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus.

Pembedahan Caesarea profesional yang pertama dilakukan di

Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum setahun 1800

sectio caesarea jarang dikerjakan dan biasanya fatal. Di London

dan Edinburgh pada tahun 1877, dari 35 pembedahan caesarea

terdapat 33 kematian ibu. Menjelang tahun 1877 dilaksanakan

71 kali pembedahan caesarea di Amerika Serikat. Angka

mortalitasnya 52 persen yang utama disebabkan oleh infeksi

dan pendarahan.

Indikas sectio caesar

Indikasi sectio caeserea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap

keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak

mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk setio

abdominal. Di antaranya adalah kesempitan panggul yang


119

sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada

indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi

keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat

sectiocaesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau pun

keduanya. Angka sectio caesarea terus meningkat dari

insidensi 3 hingga 4 persen 15 tahun yang lampau sampai

insidensi 10 hingga 15 persen sekarang ini. Angka terakhir

mungkin bisa diterima dan benar. Bukan saja pembedahan

menjadi lebih aman bagi ibu, tetapi juga jumlah bayi yang

cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatik vagina

menjadi berkurang. Di samping itu, perhatian terhadap kualitas

kehidupan dan pengembangan intelektual pada bayi telah

memperluas indikasi sectio caesarea.

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Persalinan

Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan

kebidanan adalah SOAP, yang merupakan salah satu

pendokumentasian yang ada.

SOAP merupakan singkatan dari:

S : Subyektif
120

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa

O: Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik klien, laboratorium, dan tes diagnosis lain yang

dirumuskan dalam data fokus yang mendukung assesment.

A: Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjekti dan objektif dalam suatu identifikasi

atau masalah potensial

P: Planing

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan

dan evaluasi berdasarkan assesment.

a. Kala I

Subjektif, Ibu mengatakan mules-mules sering dan

teratur, pengeluaran pervaginam berupa lender darah, usia

kehamilan dengan cukup bulan atau sebaiknya tidak cukup

bulan, haid terakhir, waktu buang air kecil, waktu buang air

besar, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu, riwayat

penyakit dan riwayat yang diderita keluarga.

Objektif, Keadaan umum, kesadaran, tanda vital,

pemeriksaan kebidanan dengan Leopold, palpasi, tinggi fundus

uteri, punggung janin, presentasi, penurunan, kontraksi, denyut


121

jantung janin, pergerakan, pemeriksaan dalam : keadaan

dinding vagina, ketuban negative atau positif, penurunan

bagian terendah, pemeriksaan laboratorium,Hb, urine, protein

reduksi.

Assessment, Ibu GPA hamil aterm, premature,

postmature, partus kala I fase aktif atau laten

Planning, Janin tunggal atau ganda, hidup atau mati, intra

uterin atau ekstra uterin, presentase, denyut jantung janin ada

atau tidak, frekuensi ada berapa dalam satu menit penuh, teratur

atau tidak, keadaan ibu dan janin saat ini baik.

Memantau keadaan ibu dan mengobservasi keadaan

umum, tanda-tanda vital, keadaan janin dengan mengobservasi

denyut jantung janin, observasi his, dengan menggunakan

partograf, mengajarkan ibu untuk mengurangi rasa sakit yang

timbul saat his dan cara mengedan yang baik, ajarkan ibu cara

mengatur nafas, anjurkan ibu untuk makan dan minum,

memberikan support mental, menyiapkan ruangan, alat dan

obat-obatan persalinan.

b. Kala II

Subjektif, ibu mengatakan mules-mules yang sering dan

selalu ingin mengedan, vulva dan anus membuka, perineum

menonjol, his semakin sering dan kuat.


122

Objektif, Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil :

dinding vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba,

pembukaan 10 cm (lengkap), ketuban negative, presentasi

kepala, penurunan bagian terendah di hodge III, posisi ubun-

ubun.

Assessment, Ibu GPA (aterm, preterm, posterm) partus

kala II.Janin presentasi kepala, tunggak intra uterin, denyut

jantung janin positif atau negative, frekuensi berapa kali dalam

satu menit, teratur atau tidak, keadaan ibu dan janin saat ini

baik.

Planning, Memantau keadaan umum ibu dengan

observasi tanda-tanda vital dengan menggunakan partograf,

berikan support mental, pimpin ibu meneran, anjurkan ibu

untuk minum dan mengumpulkan tenga diantara kontraksi,

lahirkan bayi pervaginam spontan.

c. Kala III

Subjektif, Ibu mengatakan perutnya masih mules. Bayi

sudah lahir, plasenta belum lahir, tinggi fundus uteri, kontraksi

baik atau tidak. Volume perdarahan pervaginam, keadaan

kandung kemih kosong.

Objektif, Keadaan umum, kesadaran, bayi lahir spontan,,

jenis kelamin, plasenta belum lahir, adanya perdarahan yang


123

keluar secara tiba-tiba, palpasi untuk menentukan ada tidaknya

bayi kedua.

Assessment, Ibu PA partus kala III

Planning,Observasi keadaan umum ibu, kontraksi uterus

baik atau tidak, observasi pelepasan plasenta, melakukan

peregangan tali pusat terkendali, lakukan manajemen kala III,

massase uterus, lahirkan plasenta spontan dan periksa

kelengkapan. Nilai volume perdarahan, observasi tanda-tanda

vitan dan keadaan ibu.

d. Kala IV

Subjektif, Ibu mengatakan sedikit lemas, lelah dan tidak

nyaman, ibu mengatakan darah yang keluar banyak seperti hari

pertama haid.

Objektif, Plasenta sudah lahir, keadaan umum ibu baik,

tanda-tanda vital dalam batas normal.

Assessment, Ibu PA partus kala IV

Planning, Observasi keadaan umum, kesadaran, suhu,

tekanan darah, nadi, keadaan kandung kemih, tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus, volume perdarahan yang keluar, periksa

adanya luka pada jalan lahir atau tidak, bersihkan dan rapikan

ibu, buatlah ibu senyaman mungkin (Rukiyah dkk, 2009).

4. BAYI BARU LAHIR

a. Konsep Dasar
124

1) Pengertian

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru

mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL

memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi

(menyusuaikan diri dari kehidupan intauterin ke kehidupan

ektrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik (Rahardjo dan Marmi, 2015).

Menurut Saifuddin dikutip Rahardjo dan Marmi (2015)

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam

pertama kelahiran.

Menurut Donna L. Wong dikutip Rahardjo dan Marmi

(2015) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4

minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.

Menurut Dep.Kes. RI(2005) dikutip Rahardjo dan Marmi

(2015) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir

2500 gram sampai 4000 gram.

Menurut M. Sholeh Kosimdikutip Rahardjo dan Marmi

(2015) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-

4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak

ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

2) Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

a) Termoregulasi
125

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat

yang suhunya lebih trendah dari kandungan dari dalan

kandungan dan dalam keadaan basah. Bila dibiarkan saja

dalam suhu kamar 250C maka bayi kan kehilangan panas

melalui evaporasi, konduksi, konversi dan radiasi sebanyak

200 kalori/KgBB/menit, berikut adalah penjelasan

mengenai

(1) Konveksi

Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara

disekeliling bayi, misalnya BBL diletakkan dekat pintu

atau jendela terbuka.

(2) Konduksi

Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi

langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin,

misalnya popok atau celana basah tidak langsung

diganti.

(3) Radiasi

Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan

sekitar bayi yang lebih dingin, misalnya BBL

diletakkan ditempat dingin.


126

(4) Evaporasi

Cairan atau air ketuban yang membasahi kulit

bayi dan meguap, misalnya bayi baru lahir tidak

langsung dikeringkan dari air ketuban.

Sedangkan pembentukan panas yang dapat

diproduksi hanya 1/10 daripada yang tersebut diatas,

dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan

menyebabkan penurunan suhu sebanyak 20C dalam

waktu 15 menit. kejadian ini sangat berbahaya untuk

neonatus terutama BBLR, dan bayi asfiksia oleh karena

mereka tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu

tersebut dengan vasokontriksi, insulasi dan produksi

panas yang dibuat sendiri(Walyani dan Purwoastuti,

2016).

Suhu lingkungan yang tidak baik (bayi tidak

dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 360C

samapai 370C) akan menyebabkan bayi menderita

hipertermi, hipotermi dan trauma dingin (cold injury).

Bayi baru lahir dapat mempertahankan suhu tubuhnya

dengan mengurasi konsumsi energi serta merawatnya

didalam neutral thermal environment (NTE). Definisi

dari NTE adalah suhu lingkungan rata-rata dimana

produksi panas, pemakaian oksigen dan kebutuhan


127

nutrisi untuk pertumbuhan adalah minimal agar suhu

tubuh menjadi normal. NTE ini tidak sama untuk

semua bayi, tergantung dari apakah bayi matur/tidak,

bayi dirawat dalam inkubator dengan berpakaian atau

tanpa baju dibawah alat pemanas (radiant warmer).

Bila radiant warmer dipakai harus dengan termo-

control untuk mempertahankan suhu kulit

36,50C(Walyani dan Purwoastuti, 2016).

Inkubator tanpa plastik heatshield dapat

digunakan tabel scope dan ahmed utnuk menentukan

suhu inkobator

Tabel 1.2 Neotral Thermal Environment (NTE)

tiga hari pertama

Berat badan (gram) Suhu Inkubator (C)

1.000 35
1.500 34
2.00 33,5
2.500 33,2
3.000 33
4.00 32,5
Sumber :Walyani dan Purwoastuti(2016)

Suhu kamar 28 C-29C suhu inkubator diturun 1C

setiap minggu dan bila berat bayi sudah mencapai 1800

gram bayi boleh dirawat diluar inkubator.

Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk

mengalami stress fisik akibat perubahan suhu diluar

uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhun didalam uterus


128

minimal, rentang maksimal hanya 0,6C sangat berbeda

dengan kondisi diluar uterus(Walyani dan Purwoastuti,

2016).

Tiga faktor yang berperan dalam kehilangan

panas tubuh bayi menurut Walyani dan

Purwoastuti(2016)

(1) Luasnya permukaan tubuh bayi

(2) Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum

berfungsi secra sempurna

(3) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan

menyimpan panas.

Pada lingkungan yang dingin, pembetukan suhu

tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama

seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan

kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa

menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak

coiklat yang terdapat diseluruh tubuh, dan mereka

mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.

Utnuk membakar lemak coklat, seorang bayi

menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi yang

akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat

tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir, dan

cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu


129

singkat dengan adanya stress dingin. Suhu tubuh

normal pada neonatus adalah 36,5-37,5 C. Melalui

pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun

dibawah 36,5 C maka bayi mengalami hipotermia.

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu

disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan

suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutana pada

masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir.

Misalkan bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang

selama menunggu plasenta lahir meskipun suhu

disekitar bayi cukup hangat (Walyani dan Purwoastuti,

2016).

b) Sistem pernafasan

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah

ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernafasan

yang pertama kali. Dan proses, pernafasan ini bukanlah

kejadian yang mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama

sejak intrauteri (Rahardjo dan Marmi, 2015).

Perkambangan sistem pulnomer terjadi sejak masa

embrio, tepatnya pada umur kehamilan 34 hari. Pada umur

kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru terbentuk. Pada

kehamilan ke 26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada

umur kehamilan 12 minggu terjadi deferensi lobus. Pada


130

umur kehamilan 24 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur

kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya

paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayilahir,

pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Pernafasan

pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir (Rahardjo dan Marmi, 2015).

Keadaan yang mempercepat proses maturitas paru-

paru adalah : Toksemia, Hipertensi, Diabetes yang berat,

Infeksi ibu, Ketuban pecah dini, Insifisiensi placenta

(Rahardjo dan Marmi, 2015 : 15).

Keenam keadan di atas dapat mengakibatkan strees

pada janin, hal ini dapat menimbulkan rangsangan untuk

pematangan paru-paru. Keadaan yang mempengaruhi

keterlambatan maturitas paru-paru menurut Rahardjo dan

Marmi (2015 : 15):

(1) Diabetes yang ringan

(2) Faktor inkompabilitas Rh

(3) Gemeli satu ovum dengan berat badan yang berbeda

dan biasanya berat badan yang lebih kecil paru-parunya

belum matur.
131

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui placenta, setelah bayilahir

pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat

dipotong) (Rahardjo dan Marmi, 2015: 15).

Menurut Rahardjo dan Marmi (2015) rangsangan

untukgerakan pernafasan pertama kali pada neonatus

disebabkan karena adanya

(1) Tekanan mekanis pada torak saewaktu melalui jalan

lahir

(2) Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan

karbon dioksida merangsang kemoreseptor pada sinus

karotis (stimulasi kimiawi

(3) Ragsangan dingin di daerah muka dapat merangsang

permulaan gerakan (stimulasi sensorik)

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan

mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan

tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir.

Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam

paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru

untuk kemudian diabsorpsi, karena terstimulus oleh sensor

kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivitas

napas untuk yang pertama kali(Rahardjo dan Marmi, 2015).


132

Saat kepala bayi melalui jalan lahir ia akan

mengalami penekanan yang tinggi pada thoraxnya, dan

tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir.

Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di paru-

paru hilang karena terdoromg ke bagian perifer paru untuk

kemudian untuk di absorbsi. Karena tertimulus oleh sensor

kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi melmulai aktifavi

bernafas untuk pertama kali (Walyanidan Purwoastuti,

2016).

Tekanan intra thorax yang negatif disertai dengan

aktifasi nafas yang pertama memungkinkan adanya udara

masuk kedalam paru-paru. Setelah beberapa kali nafas

pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada

trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang

karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika

dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang adekuat.

Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus tidak

kolaps saat akhir nafas (Walyanidan Purwoastuti, 2016).

c) Sistem Pencernaan

Pada kehamilan empat bulan pencernaan telah cukup

terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam

jumlah yang cukup banyak, absorsi air ketuban terjadi

melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum


133

air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya

meconium(Rahardjo dan Marmi, 2015).

Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran

pencernaan pada neonatus relatif lebih berat dan panjang

dibandingkan orang dewasa. Pada masa neonatus, traktus

digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam

kehijauan yang terdiri dsri mukopolosakarida dan disebut

mekonium. Pada masa neonatus saluran pencernaan

mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua puluh

empat jam pertama berupa mekonium (zat yang warna

hitam kehijauan). Dengan adanya pemberian susu,

mekonium mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari

ke tiga sampai empat yang berwarna coklat kehijauan

(Rahardjo dan Marmi, 2015).

Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus

nampaknya sangat erat hubungannya dengan frekuensi

pemberian makan atauminum. Enzim dalam saluran

pencernaan biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali

amilase pankreas, aktifitas lipase telah ditemukan pada

tujuh sampai delapan bbulan kehamilan (Rahardjo dan

Marmi, 2015).

Pada saat lahir aktifitas mulut sudah berfungsi yaitu

menghisap dan menelan, saat menghisap lidah berposisi


134

dengan palatun sehingga bayi hanya bernafas melalui

hidung, rasa kecap dan penciuman sudah ada sejak lahir,

saliva tidak mengandung enzim tepung dalam tiga bulan

pertama dan lahir volume lambung 25-50 ml.

Adapun adaptasi pada saluran pencernan adalah :

(1) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100cc.

(2) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan

karbohidrat sederhana yaitu monosacarida dan

disacarida.

(3) Difesiensi pada prankeas menyebabkan terbatasnya

absorpsi lemak sehingga kemampuan bayi untuk

mencerna lemak belum matang, maka susu formula

sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.

(4) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan

tidak mengeluarkan ludah sampai usia bayi ± 2-3

bulan(Rahardjo dan Marmi, 2015).

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai

menghisap dan menelan. Refleks muntah dan refleks batuk

yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan

dan mencerna makanan |(selain suus) masih terbatas.

Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih

belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi


135

baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat

terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru

lahir cukup bulan, dan kapasitas lambung ini akan

bertambah secara lambat bersamaan dengan

pertumbuhannya (Rahardjo dan Marmi, 2015).

d) Sistem Kardisovaskuler dan Darah

Sistem kardiovaskuler aliran darah dari plasenta

berhenti pada tali pusat di klem tindakan ini menyebabkan

supali oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan

menyebabkanserangkaian reaksi selnajutnyaWalyani dan

Purwoastuti, 2016).

Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah

yang berada pada unit janin -plasenta terputus sehingga

berubah menjadi sistem sirkulasi tertutup, bertekanan

tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera setelah

tali pusat di klem adalah peningkatan tahanan pembuluh

darah sistemik. Hal yang paling penting adalah peningkatan

tahanan pembuluh darah dan tarikan nafas terutama terjadi

secara bersamaan. Oksigen dari nafas pertama tersebut

menyebabkan sistem pembuluh darah paru berelaksasi dan

terbuka sehingga paru-paru menjadi sistem bertekanan

rendah (Walyani dan Purwoastuti, 2016).


136

Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi

sistemik dan menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan

perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan

akibat peningkatan aliran darah disisi kiri jantung

menyebabkan foramen ovale menutup, duktus arteriosus

yang mengalirkan darah teroksigenasi ke otak janin kini tak

tak lagi diperlukan dalam 48 jam, duktus ini akan mengecil

dan secara fungsional menutup akibat penurunan kadar

prostaglandin O2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta.

Darah teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui

duktus arteriosus serta foramen ovale melengkapi

perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi jantung.

Darah yang tidak kaya akan oksigen masuk ke jantung bayi

menjadi teroksigenasi sepenuhnya didalam paru, kemudian

dipompakan keseluruh bagian tubuh. Dalam beberapa saat,

perubahan tekanan yang luar biasa terjadi didalam jantung

dan sirkulasi bayi baru lahir. Sangat penting bagi bidan

untuk memahami sirkulasi janin ke sirkulasi bayi yang

secara keseluruhan saling berhubungan dengan fungsi

pernafasan dan oksigenasi yang adekuat(Walyani dan

Purwoastuti, 2016).

Perubahan pada darah menurut Walyani dan

Purwoastuti (2016)
137

(1) Kadar hemoglobin (Hb)

Bayi dilahirkan dengan kadar Hb yang tinggi.

Konsentrasi Hb normal dengan rentan 13,7-20 gr%. Hb

yang dominan pada bayi adalah hemoglobin F yang

secara bertahap akan mengalami penurunan selama 1

bulan. Hb bayi memiliki daya ikat (afinitas) yang

tinggi terhadap oksigen, hal ini merupakan efek yang

menguntungkan bagi bayi. Selama beberapa hari

kehidupan, kadar Hb akan mengalami peningkatan

sedangkan volume plasma menurun. Akibat penurunan

volume plasma tersebut, maka kadar hematokrit (Ht)

mengalami peningkatan.

Kadar Hb selanjutnya akan mengalami penurunan

secara terus-menerus selama 7-9 minggu. Kadar Hb

bayi usia 2 bulan normal adalah 12 gr%

(2) Sel darah merah

Sel darah merah bayi baru lahir memiliki usia

yang sangat singkat (80 hari) jika dibandingkan dengan

orang dewasa (120 hari). Pergantian sel yang sangat

cepat ini akan menghasilkan lebih banyak sampah

metabolik, termasuk bilirubin yang harus

dimetabolisme. Kadar bilirubin ynag berlebihan ini

menyebabkan ikterus fisiologis yang etrlihat pada bayi


138

baru lahir, oleh karena itu ditemukan hitung retikulosit

yang tinggi pada bayi baru lahir, hal ini mencerminkan

adanya pembentukan sel drah merah dalam jumlah

yang tinggi.

(3) Sel darah putih

Jumlah sel darah putih rata-rata pada bayi baru

lahir memiliki rentang mulai dari 10000-30000/mm2

.peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada bayi baru

lahir normal selama 24 jam pertama kehidupan. Periode

menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung

sel darah putih meningkat.

e) Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak, bayi baru lahir

memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Setelah

tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir,

seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa

darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir glukosa darah akan

turun dalam waktu cepat (1-2 jam)(Sulistyaati dan

Nugrahaeny, 2013).

Menurut Sulistyawati dan Nugrahaeny (2013) Koreksi

penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

(1) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus


139

(2) Didorong untuk diberi ASI secepat mungkin setelah

lahir).

(3) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)

(4) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama

lemak (glokoneogenesis).

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan

dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari

glikogen (glikogenolisis), hal ini hanya terjadi jika bayi

mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi

yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen

terutama dalam hati selama bulan-bulan terakhir kehidupan

dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermia

pada saat lahir akan mengalami hipoksia, maka ia akan

menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama

kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting menjga

semua bayi dalam keadaan hangat(Sulistyaati dan

Nugrahaeny, 2013).

f) Sistem Ginjal

Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit

struktural dan fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari

kejadian defisit tersebut akan membaik pada bulan pertama

kehidupan dan merupakan satu-satunya masalah untuk bayi

baru lahir yang sakit atau mengalami stress. Keterbatasan


140

fungsi ginjal menjadi konsekuensi khusus jika bayi baru

lahir memerlukan cairan intravena atau obat-obatan yang

meningkatkan kemungkinan kelebihan cairan(Sulistyaati

dan Nugrahaeny, 2013).

Ginjal bayi baru lahir menunjukan aliran penurunan

kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini mudah

menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi

tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan

kehilangan natrium dalam jumlah besar dan

ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak

dapat mengonsentrasikankan urine dengan baik, tercemin

dari berat jenis urine (1,004) dan osmolalitas urine yang

rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi

kurang bulan(Sulistyaati dan Nugrahaeny, 2013).

3) Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama

a) Penilaian Awal pada bayi segera setelah lahir

Penilaian awal bayi baru lahir dilaksanakan segera

setelah (menit pertama) dengan menilai 2 indikator

kesejahteraan bayi yaitu pernafasan frekuensi denyut

jantung bayi (Walyani dan Purwoastuti, 2016).

Penilaian apgar
141

APGAR yaitu Apperance (warna kulit), Pulse (denyut

jantung), Grimace(respon reflek), Activity (tonus otot), and

Respiration (pernapasan)(Walyani dan Purwoastuti, 2016).

Penilaian ini digunakan mulai 5 menit pertama sampai

10 menit hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan

dalam skala skor 0-2.

Tabel 1.3 Skala pengamatan APGAR skor

aspek Skor
pengamatan bayi 0 1 2
baru lahir
Apperance/warna Seluruh Warna kulit Warna kulit
kulit tubuh bayi tubuh normal, seluruh tubuh
berwarna tetapi warna normal
kebiruan atau tangan dan
coklat kaki kebiruan
Pulse/nadi Denyut Denyut Dengut
jantung tidak jantung jantung
ada <100x/menit >100/menit
Grimace/respon Tidak ada Wajah Meringis atau
reflek respon meringis saat menarik atau
terhadap di stimulasi batuk atau
stimulasi bersin saat
stimulasi
Activity/ tonus Lemah atau Lengan dan Bergerak
otot tidak ada kaki dalam aktif dan
gerakan posisi fleksi spontan
dengan sedikit
gerakan
Respiratory/ Tidak Menangis Menangis
pernapasan pernapas atau lemah atau kuat,
bernapasan terdengar pernapasan
lambat atau seperti baik dan
tidak teratur merintih teratur
Sumber : Walyani dan Purwoastuti (2016)

Penilaian APGAR 5 menit pertama dilakukan saat

kala III persalinan dengan menepatkan bayi baru lahir

diatas perut pasien dan handuk kering yang hangat(Walyani

dan Purwoastuti, 2016).


142

Tabel 1.4 Apgar Score

Aspek pengamatan 5 menit pertama 10 menit pertama


A=Apperance/warna kulit
P=Pulse/denyut nadi/menit)
G= Grimace /tonus otot
A= Activity/ Gerak bayi
R=Respiratory/ Pernapasan
bayi
Jumlah skor
Sumber : Walyani dan Purwoastuti (2016)

Hasil dijumlahkan kebawah untuk menentukan

penatalaksanaan bayi baru lahir dengan tepat, hasil

penilaian pada 5 menit pertama merupakan patokan dalam

penentuan penanganan segera setelah lahir(Walyani dan

Purwoastuti, 201).

Tabel 1.5 Penanganan bayi baru lahir

Nilai APGAR 5 menit Penanganan


pertama
0-3 a) Tempatkan ditempat
hangat dengan lampu
sebagai sumber
penghangat
b) Pemberian oksigen
c) Resusitasi
d) Stimulasi
e) Rujuk
4-6 a) Tempatkan dalam tempat
yang hangat
b) Pemberian oksigen
c) Stimulasi taktil
7-10 Dilakukan penatalaksanaan sesuai
bayi normal
Sumber : Walyani dan Purwoastuti (2016)

b) Pemotongan tali pusat

Pemotongan dan perkiraan tali pusat menyebabkan

pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi. Pemotongan

sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada

bayi normal(Walyani dan Purwoastuti, 2016).


143

Pembahasan mengenai tali pusat berkaitan dengan

kapan waktu yang tepat untuk mengeklem atau menjepit

tali pusat atau diketahui ada 2 perbedaan mengenai hal ini

dengan rasionalisasi dari masing-masing pendapat tersebut

(Walyani dan Purwoastuti, 2016).

a. Penjepit tali pusat setalah bayi lahir

Praktik ini umumnya didukung oleh komunitas

obstetrik, namun tidak lazim digunakan dibeberapa

negara. Para pendukung praktik ini mengkhawatirkan

adanya efek samping pada bayi jika penjepitan tali

pusat ditunda seperti adanya gawat pernapasan,

polisitemia, sindrom hiperviskositas, dan

hiperbilirubinemia. Penjepitan dan pemotongan tali

pusat dilakukan dengan segera jika keadaan bayi gawat

dan membutuhkan tindakan resusitasi(Walyani dan

Purwoastuti, 2016).

b. Penundaaan penjepitan tali pusat

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016)

penundaan penjepitan tali pusat peningkatan volume

darah menguntungkan dan mendukung proses fisiologis

alami pada transisi kehidupan ekstrauterus. Beberapa

keuntungan penundaan penjepitan tali pusat antara lain:


144

(a) Berlanjutnya bolus/ aliran darah teroksigenasi

pertama yang tidak teratur

(b) Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler

paru-paru

(c) Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat

membuat penutupan struktur janin seperti duktus

arteriosus.

Untuk mendukung transfusi fisiologis ini, maka

pada 1-3 menit pertama kehidupan letakan bayi diatas

perut pasien dalam keadaan tali pusat masih utuh. Posisi

ini akan meningkatkan aliran darah dalam jumlah

sedaang ke bayi baru lahir tanpa kemungkinan bahaya

dari dorongan dan bolus darah yang banyak. Setelah 3

menit, sebagian besar aliran darah dari tali pusat telah

masuk kedalam tubuh bayi baru lahir (Walyani dan

Purwoastuti, 2016).

Walaupun aliran darah mungkin terbalik yaitu

dari bayi ke plasenta, situasi ini kemungkinan besar

tidak akan terjadi karena tali pusat akan mengalami

spasme dengan cepat padasuhu dilingkungan luas uterus

(Walyani dan Purwoastuti, 2016).


145

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016) Setelah

3 menit bayi berada di perut pasien, lanjutkan prosedur

pemotongan tali pusat sebagai berikut:

(a) Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik

kira-kira 2/3 cm dari pangkal pusat bayi

(tinggalkanlah kira-kira 1 cm diantara 2 klem

tersebut)

(b) Potonglah tali pusat diantara 2 klem sambil

melindungi perut bayi dengan tangan kiri penolong

(c) Pertahankan kebersihan pada saat pemotongan tali

pusat, ganti sarung tangan jika ternyata sudah kotor.

Potonglah tali pusat dengan menggunakan gunting

steril atau DTT

(d) Ikatlah tali pusat dengan kuat atau gunakan penjepit

khusus tali pusat.

(e) Periksa tali pusat setiap 15 menit atau apabila masih

terjadi perdarahan lakukan pengikatan sekali lagi

dengan ikatan lebih kuat.

(f) Pastikan benar bahwa tidak ada perdarahan tali

pusat. Perdarahan 30 ml dari bayi baru lahir setara

dengan 600 ml pada orang dewasa.

(g) Jangan mengoleskan salep atau zat apapun ke tali

pusat. Hindari juga pembungkusan tali pusat. Tali


146

pusat yang tidak tertutup akan mengering dan puput

lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit.

c. Mengikat tali pusat

Setalah dipotong, tali pusat diikat menggunakan

benang dengan kuat. Namun seiring dengan

perkembangan teknologi, pengikat tali pusat saat ini

dilakukan dengan menggunakan penjepit untuk satu kali

pakai sampai dengan tali pusat lepas. Penjepit ini

biasanya terbuat dari plastik dan sudah dalam kemasan

steril dari pabrik. Pengikatan dilakukan dijarak 2,5 cm

dari umbilikus (Walyani dan Purwoastuti, 2016).

c) Resusitasi

Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu

untuk mengembalikan efek-efek biokimia asfiksiasehingga

mencegah kerusakan otak dan korban yang akibatnya akan

ditanggung sepanjang hidup(Walyani dan Purwoastuti,

2016).

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016) Sebelum bidan

memutuskan untuk melakukan resusitasi, perlu adanya

identifikasi dari kondisi bayi yang didasarkan pada

beberapa hal berikut:

T : Trauma

A : Asfiksia janin
147

M: Medikasi internal

M : Malformasi

S : Sepsis

S : Syok

Berdasarkan kemungkinan, adanya faktor-faktor ini,

maka bidan seharusnya melakukan persiapan yang

maksimal terhadap kelahiran bayi antara lain tempat yang

kondusif untuk melakukan resusitasi, peratalatan dan obat-

obatan yang selalu dalam kondisi siap pakai. Jika hasil

pemeriksaan sejak proses kehamilan sampai dengan

persalinan bidan memprediksi kondidi janin baik namun

ternyata saat persalinan bayi memerlukan resusitasi, maka

lakukanlah resusitasi ditempat bidan, sambil dilakukan

resusitasi rujuklah bayi ke RS.

Pertolongan bayi akan lebih cepat jika bidan sudah

menghubungi RS untuk menjemput bayi, bahkan akan lebih

baik lagi jika bidan sudah menghubungi tim penolong

neonatus di RS tersebut sambil menjelaskan riwayat

kehamilan dan persalinannya(Walyani dan Purwoastuti,

2016).

i. Teknik resusitasi bayi baru lahir yang efektif

Teknik membuat pernapasan yang adekuat menurut

Walyani dan Purwoastuti (2016) adalah:


148

i). Penghisapan lendir

Beberapa BBL tidak segera dapat melakukan

pernapasan secara spontan karena tidak dapat

mengeluarkan lendir sendiri, maka bidan harus

melakukan penghisapan lendir. Penghisapan lendir

dimulai dari mulut kemudian dilanjutkan ke hidung

alat penghisap lendir yang digunakan adalah

suction dengan selang yang lembut. Penghisapan

lendir delay tidak dianjurkan karena saat

digunakan, tangan bidan akan terpajan cairan dari

tubuh bayi. Cairan taua lendir kebanyakan berada di

daerah orofaring bayi.

ii). Posisi yang benar

Setiap bayi dengan gangguan pernapasan

spontan sebaiknya ditempatkan dalam posisi tidur

terlentang dengan posisi leher sedikit ekstensi.

Tindakan ini membantu meminimalkan

penyempitan trakea dan memaksimalkan aliran

udara. Apabila oksiput bayi sangat bengkak,

letakkan gulungan kain setinggi 1-2 cm dibawah

bahu bayi untuk mempertahankan jalan nafas agar

sedikit hiperekstensi.
149

iii). Stimulasi taktil

Sambil melakukan evaluasi usaha nafas bayi

atau bidan melakukan stimulasi taktil untuk

merangsang nafas bayi. Apabila bayi apnea

memberikan respon terhadap stimulasi taktil berarti

bayi berada dalam periode apnea primer.

iv). Pemberian oksigen

Apabila setelah stimulasi taktil bayi dapat

bernafas dengan teratur dan spontan namun warna

kulit bayi masih kehitaman, maka dapat diberikan

oksigen 100% yang mengalir dengan bebas. Untuk

memberikan oksigen dalam aliran bebas ini dan

dapat menggunakan selang oksigen yang dihungkan

dengan masker wajah atau bag anastesi yang

ditempatkan didekat wajah bayi. Warna kulit bayi

yang kemerahan mengindikasikan adanya

peningkatan kondisi bayi, dan pemberian oksigen

dapat dikurangi secara bertahap.

v). Pemberian ventilasi tekanan positif (VTP)

Apabila tidak ada pernafasan teratur dan

spontan atau jika warna kulit bayi tetap kehitaman,

maka bidan harus mulai tindakan pemberian

ventilasi tekanan positif dengan mengguanakan bag


150

dan masker resusitasi serta sumber oksigen dengan

volume 5-10 liter/menit (Sulistyawati dan

Nugrahaeny, 2013).

d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Sulistyawati dan Nugrahaeny (2013)

Langkah ini disebut dengan inisiasi menyusu dini (IMD).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa IMD membawa

banyak sekali keuntungan bagi ibu dan bayi:

(1) Mendekatkan hubungan batin ibu dan bayi, karena

pada IMD terjadi komunikasi batin secara sangat

pribadi dan sensitiv

(2) Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akan

memperlancar proses laktasi

(3) Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermi telah dikoreksi

panas ibunya

(4) Reflek oksitosin inu akan berfungsi secara maksimal

(5) Mempercepat produksi ASI, karena sudah mendapat

rangsangan isapan dari bayi lebih awal

Menurut Sulistyawati dan Nugrahaeny (2013)

Prosedur dan gambaran proses IMD yaitu:

(1) Tempatkan bayi diatas perut ibunya dalam 2 jam

pertama tanpa pembatas kain diantara keduanya (skin

to skin contact), lau selimuti ibu dan bayi dengan


151

selimut hangat. Posisikan bayi dengan keadaan

tengkurap.

(2) Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan

lingkungan luar uterus, ia akan mulai mencari puting

susu ibunya.

(3) Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan

memancarkan bau payudara ibu, secara insting bayi

akan mencari sumber bau tersebut

(4) dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan

mencari serta merangsang puting susu ibunya,

selanjutnya ia akan mulai menghisap

(5) selama periode ini tangan bayi akan memassase

payudara ibu dan selama itu pula reflek pelepasan

hormon oksitrosin ibu akan terjadi.

(6) Selama prosedur ini bidan tidak boleh meninggalkan

ibu dan bayi sendirian. Tahap ini sangat penting karena

bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus menunda

untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan fisik

maupun prosedur lain.

b. Dokumentasi asuhan kebidanan bayi baru lahir di dokumentasikan

dalam bentuk SOAP


152

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesis

1) Identitas Bayi

a) Nama: Untuk mengenal bayi.

b) Jenis Kelamin: Untuk memberikan informasi pada ibu dan

keluarga serta memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.

c) Anak ke-: Untuk mengkaji adanya kemungkinan sibling

rivalry.

2) Identitas Orangtua

a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.

b) Umur: Usia orangtua mempengaruhi kemampuannya

dalam mengasuh dan merawat bayinya.

c) Suku/Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita

berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga

kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.

d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan orangtua sehingga

dapat menuntun anaknya sesuai dengan keyakinannya

sejak lahir.

e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua

yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan

orangtua dalam mengasuh, merawat dan memenuhi

kebutuhan bayinya.
153

f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi

pencapaian status gizi (Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini

dapat dikaitkan dengan pemenuhan nutrisi bagi bayinya.

Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi

cenderung akan memberikan susu formula pada bayinya.

g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan

dalam melakukan follow up terhadap perkembangan bayi.

3) Data Kesehatan

a) Riwayat Kehamilan: Untuk mengetahui beberapa kejadian

atau komplikasi yang terjadi saat mengandung bayi yang

baru saja dilahirkan. Sehingga dapat dilakukan skrining test

dengan tepat dan segera.

b) Riwayat Persalinan: Untuk menentukan tindakan segera

yang dilakukan pada bayi baru lahir.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laborarorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung asuhan.

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum: Baik

b) Tanda-tanda Vital: Pernapasan normal adalah antara 30-50

kali per menit, dihitung ketika bayi dalam posisi tenang

dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Bayi baru


154

lahir memiliki frekuensi denyut jantung 110-160 denyut

per menit dengan rata-rata kira-kira 130 denyut per menit.

Angka normal pada pengukuran suhu bayi secara aksila

adalah 36,5-37,5° C (Johnson dan Taylor, 2005).

c) Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah

2500-4000 gram, panjang badan sekitar 48-52 cm, lingkar

kepala sekitar 32-37 cm, kira-kira 2 cm lebih besar dari

lingkar dada (30-35 cm) (Ladewig, London dan Olds,

2005). Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan

dalam beberapa hari pertama yang harus kembali normal

pada hari ke-10. Sebaiknya bayi dilakukan penimbangan

pada hari ke-3 atau ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan

berat badan lahir telah kembali (Johnson dan Taylor,

2005).

d) Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji

kondisi bayi sesaat setelah lahir dalam hubungannya

dengan 5 variabel. Penilaian ini dilakukan pada menit

pertama, menit ke-5 dan menit ke-10. Nilai 7-10 pada

menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam

keadaan baik (Johnson dan Taylor, 2005).

2) Pemeriksaan Fisik Khusus

a) Kulit: Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda,

mengindikasikan perfusi perifer yang baik. Bila bayi


155

berpigmen gelap, tanda-tanda perfusi perifer baik dapat

dikaji dengan mengobservasi membran mukosa, telapak

tangan dan kaki. Bila bayi tampak pucat atau sianosis

dengan atau tanpa tanda-tanda distress pernapasan harus

segera dilaporkan pada dokter anak karena dapat

mengindikasikan adanya penyakit. Selain itu, kulit bayi

juga harus bersih dari ruam, bercak, memar, tandatanda

infeksi dan trauma (Johnson dan Taylor, 2005)

b) Kepala: Fontanel anterior harus teraba datar. Bila

cembung, dapat terjadi akibat peningkatan tekanan

intracranial sedangkan fontanel yang cekung dapat

mengindikasikan adanya dehidrasi. Moulding harus sudah

menghilang dalam 24 jam kelahiran. Sefalhematoma

pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam setelah

kelahiran dan cenderung semakin besar ukurannya,

diperlukan waktu sampai 6 minggu untuk dapat hilang.

Adanya memar atau trauma sejak lahir harus diperiksa

untuk memastikan bahwa proses penyembuhan sedang

terjadi dan tidak ada tanda-tanda infeksi (Johnson dan

Taylor, 2005)

c) Mata: Inspeksi pada mata bertujuan untuk memastikan

bahwa keduanya bersih tanpa tanda-tanda rabas. Jika

terdapat rabas, mata harus dibersihkan dan usapannya


156

dapat dilakukan jika diindikasikan (Johnson dan Taylor,

2005).

d) Telinga: Periksa telinga untuk memastikan jumlah, bentuk

dan posisinya. Telinga bayi cukup bulan harus memiliki

tulang rawan yang cukup agar dapat kembali ke posisi

semulai ketika digerakkan ke depan secara perlahan.

Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan

lengkungan-lengkungan yang jelas pada bagian atas.

Posisi telinga diperiksa dengan penarikan khayal dari

bagian luar kantung mata secara horizontal ke belakang

ke arah telinga. Ujung atas daun telinga harus terletak di

atas garis ini. Letak yang lebih rendah dapat berkaitan

dengan abnormalitas kromosom, seperti Trisomi 21.

Lubang telinga harus diperiksa kepatenannya. Adanya

kulit tambahan atau aurikel juga harus dicatat dan dapat

berhubungan dengan abnormalitas ginjal (Johnson dan

Taylor, 2005).

e) Hidung: Tidak ada kelainan bawaan atau cacat lahir.

f) Mulut: Pemeriksaan pada mulut memerlukan

pencahayaan yang baik dan harus terlihat bersih, lembab

dan tidak ada kelainan seperti palatoskisis maupun

labiopalatoskisis (Bibir sumbing) (Johnson dan Taylor,

2005).
157

g) Leher: Bayi biasanya berleher pendek, yang harus

diperiksa adalah kesimetrisannya. Perabaan pada leher

bayi perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya

pembengkakan, seperti kista higroma dan tumor

sternomastoid. Bayi harus dapat menggerakkan kepalanya

ke kiri dan ke kanan. Adanya pembentukan selaput kulit

mengindikasikan adanya abnormalitas kromosom, seperti

sindrom Turner dan adanya lipatan kulit yang berlebihan

di bagian belakang leher mengindikasikan kemungkinan

adanya Trisomo 21 (Johnson dan Taylor, 2005).

3) Pemeriksaan Refleks

a) Morro: Respon bayi baru lahir akan menghentakkan tangan

dan kaki lurus ke arah luar sedangkan lutut fleksi

kemudian tangan akan kembali ke arah dada seperti posisi

dalam pelukan, jari-jari nampak terpisah membentuk huruf

C dan bayi mungkin menangis (Ladewig, dkk., 2005).

Refleks ini akan menghilang pada umur 3-4 bulan. Refleks

yang menetap lebih dari 4 bulan menunjukkan adanya

kerusakan otak. Refleks tidak simetris menunjukkan

adanya hemiparises, fraktur klavikula atau cedera fleksus

brakhialis. Sedangkan tidak adanya respons pada

ekstremitas bawah menunjukkan adanya dislokasi pinggul

atau cidera medulla spinalis (Hidayat dan Uliyah, 2005).


158

b) Rooting: Setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala

menoleh ke arahsentuhan (Ladewig, dkk, 2005). Refleks

ini menghilang pada 3-4 bulan, tetapi bisa menetap sampai

umur 12 bulan khususnya selama tidur. Tidak adanya

refleks menunjukkan adanya gangguan neurologi berat

(Hidayat dan Uliyah, 2008).

c) Sucking: Bayi menghisap dengan kuat dalam berenspons

terhadap stimulasi. Refleks ini menetap selama masa bayi

dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi. Refleks

yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan

perkembangan atau keaadaan neurologi yang abnormal

(Hidayat dan Uliyah, 2008).

d) Grasping: Respons bayi terhadap stimulasi pada telapak

tangan bayi dengan sebuah objek atau jari pemeriksa akan

menggenggam (Jari-jari bayi melengkung) dan memegang

objek tersebut dengan erat (Ladewig, dkk, 2005). Refleks

ini menghilang pada 3-4 bulan. Fleksi yang tidak simetris

menunjukkan adanya paralisis. Refleks menggenggam

yang menetap menunjukkan gangguan serebral (Hidayat

dan Uliyah, 2008).

e) Startle: Bayi meng-ekstensi dan mem-fleksi lengan dalam

merespons suara yang keras, tangan tetap rapat dan refleks

ini akan menghilang setelah umur 4 bulan. Tidak adanya


159

respons menunjukkan adanya gangguan pendengaran

(Hidayat dan Uliyah, 2005).

f) Tonic Neck: Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala

diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi

putaran kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan.

Normalnya refleks ini tidak terjadi pada setiap kali kepala

diputar. Tampak kira-kira pada umur 2 bulan

danmenghilang pada umur 6 bulan (Hidayat dan Uliyah,

2008).

g) Neck Righting: Bila bayi terlentang, bahu dan badan

kemudian pelvis berotasi ke arah dimana bayi diputar.

Respons ini dijumpai selama 10 bulan pertama. Tidak

adanya refleks atau refleks menetap lebih dari 10 bulan

menunjukkan adanya gangguan sistem saraf pusat (Hidayat

dan Uliyah, 2008).

h) Babinski: Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki

dorsofleksi, dijumlah sampai umur 2 tahun. Bila

pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun

menunjukkan adanya tanda lesi ekstrapiramidal (Hidayat

dan Uliyah, 2008).

4) Perumusan Diagnosa atau Masalah Kebidanan Perumusan

diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa


160

Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi pada bayi

baru lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah

kehangatan, ASI, pencegahan infeksi dan komplikasi (Depkes

RI, 2010).

A : Asassment/Pengkajian

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi data subjektif suatu tindakan.

1) Diagnosa atau masalah potensial

Masalah potensial adalah mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang

lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil terus

mengamati kondisi klien (Sulistyawati, 2011).

2) Antisipasi masalah atau tindakan segera

Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnose

potensial diindetifikasi. Penetapan kebutuhan ini dilakukan

dengan cara mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa

saja yang akan diberikan pada pasien dengan melakukan

konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan. (Hidayat,

2008).

P : Planing

Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang

sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,


161

tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi dan rujukan.

1) Perencanaan

Menurut Bobak, dkk. (2005), penanganan bayi baru lahir

antara lain bersihkan jalan napas, potong dan rawat tali pusat,

pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan bayi

dengan handuk kering dan lakukan IMD, berikan vitamin K 1

mg, lakukan pencegahan infeksi pada tali pusat, kulit dan mata

serta berikan imunisasi Hb-0. Monitoring TTV setiap jam

sekali terdiri dari suhu, nadi, dan respirasi.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil

disesuaikan dengan rencana asuhan yang telahdisusun dan

dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman

berdasarkan evidence based kepada bayi, meliputi

membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan

bayi dengan handuk kering dan melakukan IMD, memberikan

vitamin K 1 mg, melakukan pencegahan infeksi pada tali

pusat,kulit dan mata serta memberikan imunisasi Hb-0 (Bobak,

dkk., 2005).
162

3) Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi bayi kemudian

dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta

ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi bayi.

a) Bayi dapat menangis dengan kuat dan bergerak aktif

b) Bayi telah dikeringkan dengan handuk dan telah dilakukan

IMD selama 1 jam.

c) Tali pusat bayi telah dirawat dengan benar.

d) Bayi telah dijaga kehangatannya dengan cara dibedong.

e) Bayi telah mendapatkan injeksi vitamin K 1 mg, salep

mata dan imunisasi Hb-0.

5. NIFAS

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai

setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) (Sulistyawati,

2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum

hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6


163

minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010 dalam Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil (Rukiyah dan Yuliyanti, 2018).

2) Perubahan fisiologis masa nifas

Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis.

Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG

(human chorionic gonadotropin), human plasental lactogen,

estrogen dan progesterone menurun. Human plasental lactogen

akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan

HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan

progesterone hamper sama dengan kadar yang ditemukan pada

fase folikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan

7 hari. Penarikan polipeptida dan hormone steroid ini

mengubah fungsi seluruh system sehingga efek kehamilan

berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil, sekalipun

pada wanita(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) perubahan-

perubahan yang terjadi yaitu:


164

(1) Sistem Kardiovaskuler

(a) Volume darah

Perubahan pada volume darah beberapa

variable. Contohnya kehilangan darah selama

persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan

ekstravaskular. Kehilangan darah mengakibatkan

perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada

volume darah total. Kemudian perubahan cairan tubuh

normal mengakibatkan suatu penurunan yang lambat

pada volume darah. Dalam 2 sampai 3 minggu,

setelah persalinan volume darah seringkali menurun

sampai pada nilai sebelum kehamilan.

(b) Cardiac output

Cardiac output terus meningkat selama kala I

dank ala II persalinan. Puncaknya selama masa nifas

dengan tidak memperhatikan tipe persalinan dan

penggunaan anastesi. Cardiac output tetap tinggi

dalam beberapa waktu sampai 48 jam postpartum, ini

umumnya mungkin diikuti dengan peningkatan stroke

volume akibat dari peningkatan venosus return,

bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac

outputakan kembali pada keadaan semula seperti

sebelum hamil dalam 2-3 minggu.


165

(2) Sistem Haemotologi

(a) Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma

sedikit menurun, tetapi darah lebih darah lebih kental

dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan pembekuan darah. Pada keadaan tidak

ada komplikasi, keadaan haematokrit dan

haemoglobin akan kembali pada keadaan normal

seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum.

(b) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3

selama persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa

hari postpartum.

(c) Faktor pembekuan, yakni suatu aktivitas factor

pembekuan darah terjadi setelah persalinan. Aktivitas

ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakan,

trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya

tromboemboli.

(d) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui

adanya tanda-tanda thrombosis (nyeri, hangat dan

lemas, vena bengkak kemerahanyang dirasakan keras

atau padat ketka disentuh). Mungkin positif terdapat

tanda-tanda human’s (doso fleksi kaki dimana

menyebabkan otot-otot mengomprei vena tibia dan

ada nyeri jika ada thrombosis).


166

(e) Varices pada kaki dan sekitar anus (haemoroid)

adalah umumnya pada kehamilan.

(3) Sistem reproduksi

(a) Uterus

i. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat

uterus 1000 gr.

ii. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba

2 jari bawah pusat dengan berat uterus 750 gr.

iii. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500

gr.

iv. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak

teraba diatas simpisi dengan berat uterus 350 gr.

v. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah

kecil dengan berat uterus 50 gr.

(b) Lochea

i. Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,

lanugo, dan mekonium, selama 2 hari postpartum.

ii. Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi

darah dan lendir, hari 3-7 postpartum.

iii. Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak

berdarah lagi, pada hari ke 7-14 postpartum.


167

iv. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

v. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk.

vi. Locheastasis: lochea tidak lancar keluarnya.

(c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama

uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat

dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6

minggu persalinan serviks menutup.

(d) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vuva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

(e) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan

kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari

ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian


168

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada

keadaan sebelum melahirkan.

(f) Payudara

Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar

hypofisis anterior meningkat secara stabil selama

kehamilan, tetapi hormone plasenta menghambat

produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi

estrogen dan progesterone menurun, prolaktin

dilepaskan dan sintesis ASI dimulai.

Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis

posterior distimulsi oleh isapan bayi. Oksitosin juga

menstimulasi kontraksi miometrium pada uterus, yang

biasanya dilaporkan wanita sebagai afterpain (nyeri

kontraksi setelah melahirkan).

ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap

harinya ±150-300 ml, sehingga kebutuhan bayi setiap

harinya. ASI dapat dihasilkan oleh kelenjar susu yang

dipengaruhi oleh kerja hormone-hormon, diantaranya

hormone laktogen.

ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas

adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa

dikenal dengan kolostrum. Kolostrum terbentuk

didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu.


169

Dan kolostrum merupakan ASI yang pertama yang

sangat baik untuk diberikan karena banyak sekali

manfaatnya, kolostrum ini menjadi imun bagi bayi

karena mengandung sel darah putih. Perubahan pada

payudara meliputi:

(1) Penurunan kadar progesterone secara

tepatdenganpeningkatan hormone prolaktin

setelah persalinan.

(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi

ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah

persalinan.

(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda

mulainya proses laktasi.

(g) Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam

pertama kemungkinan terdapat spasine sfringter dan

edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan

dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudag

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar

hormone estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini


170

menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan

kembali normal dalam tempo 6 minggu.

(h) Sistem Gastrointestinal

Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesterone

menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan

juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,

gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering

kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.

Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi

keinginan ke belakang.

(i) Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu

sekitar 3 jam postpartum. Progesterone turun pada

hari ke 3 postpartum. Kadar prolaktin dalam darah

berangsur-angsur hilang.

(j) Sistem Muskuloskletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam

postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk

mencegah komplikasi dan mempercepat proses

involusi.
171

(k) Sistem Integumen

Penurunan melanin umumnya setelah persalinan

menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi

kulit.Perubahan pembuluh darah yang tampak pada

kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada

saat estrogen menurun.

(4) Kebutuhan pada masa nifas

a) Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh

untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada

masa nifas bila menyusui akan meningkat 25%, karena

berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis

melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang

cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan

meningkat 3 kali dari kebutuhan biasa (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori. Ibu

menyusui memerlukan kalori yang sama dengan

wanita dewasa + 700 k kalori pada 6 bulan pertama

kemudian + 500 k kalori bulan selanjutnya (Walyani

dan Purwoastuti, 2015).

Sumber tenaga atau energy untuk pembakaran

tubuh, pembentukan jarin gan baru, penghematan


172

protein. Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri

dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.

Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani

(lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit,

minyak sayur, minyak kelapa dan margarine) (Walyani

dan Purwoastuti, 2015).

Sumber pembangun (protein) diperlukan untuk

pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang rusak atau

mati. Sumber protein dapat diperoleh dari hewani

(ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati,

telur, susu, dan keju) dan protein nabati (kacang tanah,

kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe)

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Sumber pengatur dan pelindung (mineral,

vitamin dan air) digunakan untuk melindungi tubuh

dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran

metabolism dalam tubuh. Sumber zat pengatur dan

pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran

dan buah-buahan segar (Walyani dan Purwoastuti,

2015).

Makanan yang dikonsumsi dianjurkan

mengandung 50-60% karbohidrat. Laktosa (gula susu)

adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada dalam


173

jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi.

Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah

di metabolism menjadi dua gula sederhana (galaktosa

dan glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak

yang cepat yang terjadi selama masa bayi (Walyani

dan Purwoastuti, 2015).

Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak

menghasilkan kira-kira setengah kalori yang

diproduksi oleh air susu ibu. Jumlah kelebihan protein

yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah

sekitar 10-15%. Protein utama dalam air susu ibu

adalah whey. Whey menjadi kepala susu yang lembut

yang memudahkan penyerapan nutrient kedalam aliran

darah bayi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk

melancarkan metabolisme tubuh. Vitamin dan mineral

yang paling mudah menurun kandungannya dalam

makanan adalah Vitamin B6, tiamin, asam folat,

kalsium, seng dan magnesium. Kadar Vitamin B6,

tiamin, dan asam folat dalam air susu langsung

berkaitan dengan diet atau asupan suplemen yang

dikonsumsi ibu (Walyani dan Purwoastuti, 2015).


174

b) Kebutuhan Cairan

(1) Fungsi sistem perkemihan

(a) Mencapai hemostatis internal

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.

70% dari air tubuh terletak di dalam sel-sel

dan dikenal sebagai cairan intraselular.

Kandungan air sisanya disebut cairan

ekstraselular (Walyani dan Purwoasruti, 2015).

(b) Keseimbangan asam basa tubuh

Batas normal pH cairan tubuh adalah

7,35-7,40 (Walyani dan Purwoasruti, 2015).

(c) Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat

toksin. Ginjal mengekskresi hasil akhir

metabolism protein yang mengandung

nitrogen terutama: urea, asam urat, dan

kreatinin (Walyani dan Purwoasruti, 2015).

(2) Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di

dalam tubuh

i. Pengaturan Tekanan Darah

Menurunkan volume darah dan serum

sodium (Na) akan meningkatkan serum

potassium lalu merangsang pengeluaran rennin

yang dalam aliran darah diubah menjadi


175

angiotensin yang akan mengekskresikan

aldosteron sehingga mengakibatkan terjadinya

retensi Na+ + H2O kemudian terjadi

peningkatan volume darah yang meningkatkan

tekanan darah (Walyani dan Purwoasruti, 2015).

ii. Perangsangan produksi sel darah merah

Dalam pembentukan sel darah merah

diperlukan hormone eritropoietin untuk

merangsang sumsum tulang hormone dihasilkan

oleh ginjal (Walyani dan Purwoasruti, 2015).

(3) Sistem urinarius

(a) Komponen urin

BUN (blood urea nitrogen) yang

meningkat selama pasca partum, merupakan

akibat otolisis uterus yang berinvolusi,

pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot

uterus juga menyebabkan proteinuria ringan

(+1) selama satu sampai dua hari setelah

wanita melahirkan (Walyani dan Purwoasruti,

2015).

(b) Dieresis postpartum

Salah satu mekanisme untuk mengurangi

cairan yang teretensi selama masa hamil ialah


176

diaphoresis luas, terutama pada malam hari,

selama dua sampai tiga hari pertama setelah

melahirkan (Walyani dan Purwoasruti, 2015).

(c) Uretra dan kandung kemih

Kombinasi trauma akibat kelahiran,

peningkatan kapasitas kandung kemih setelah

bayi lahir, dan efek konduksi anestesi

menyebabkan keinginan untuk berkemih

menurun. Penurunan berkemih, seiring dieresis

pascapartum, bisa menyebabkan distensi

kandung kemih. Distensi kandung kemih

muncul segera setelah wanita melahirkan

dapat menyebabkan perdarahan berlebih

karena menghambat uterus berkontraksi

dengan baik. Dengan mengkosongkan

kandung kemih dengan adekuat, tonus

kandung kemih akan pulih kembali dalam lima

sampai tujuh hari setelah bayi lahir (Walyani

dan Purwoasruti, 2015).

(d) Perubahan sistemik postpartum

Setelah melahirkan, system urinarius

kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil.

Perubahan yang retrogresif yang efeknya


177

banyak menghabiskan tenaga dan berat badan

(Walyani dan Purwoasruti, 2015).

c) Kebutuhan Ambulasi

Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap,

memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.

Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Dapat

dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih

dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk

berdiri dan jalan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015: 113)

Mobilisasi dini bermanfaat untuk:

(1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi

infeksi puerperium.

(2) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

(3) Mempercepat involusi alat kandungan.

(4) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan

lebih baik.

(5) Meningkatkan kelancaran peredaran darah,

sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolisme.

(6) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan

bayi pada ibu.

(7) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai.


178

d) Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB

(1) Miksi

Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih,

dapat dilakukan rangsangan untuk berkemih

dengan mengkompres vesica urinaria dengan air

hangat, jika ibu belum bisa melakukan maka

ajarkan ibu untuk berkemih sambil membuka kran

air, jika tetap belum bisa melakukan juga maka

dapat dilakukan kateterisasi (Walyani dan

Purwoasruti, 2015).

(2) Defekasi

Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar,

sebaiknya dilakukan diberikan obat rangsangan

per oral atau per rectal, jika masih belum bisa

dilakukan klisma untuk merangsang buang air

besar sehingga tidak mengalami sembelit dan

menyebabkan jahitan terbuka (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

e) Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

(1) Kebersihan pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang

mudah menyerap keringat, pakaian agak longgar

di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan


179

dan kering. Seta pakaian dalam, agar tidak terjadi

iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya (Walyani dan

Purwoasruti, 2015).

(2) Rambut

Setelah bayi lahir, ibu mungkin mengalami

kerontokan rambut akibat gangguan perubahan

hormone. Meskipun demikian, akan pulih setelah

beberapa bulan (Walyani dan Purwoasruti, 2015).

(3) Kebersihan kulit

Dalam minggu-minggu pertama setelah

melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat

yang lebih banyak dari biasanya (Walyani dan

Purwoastuti, 2015)

(4) Kebersihan vulva dan sekitarnya

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)

(a) Mengajarkan ibu membersihkan daerah di

sekitar vulva dari depan ke belakang, baru

kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil

atau besar.

(b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut

setidaknya dua kali sehari.


180

(c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan

sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya.

(d) Jika mempunyai luka episiotomy atau

laserasi, sarankan untuk menghindari

menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau

cuci menggunakan sabun.

f) Kebutuhan Istirahat

Istirahat pada ibu selama masa nifas beristirahat

cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

Sarankan ibu untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah

tangga biasanya perlahan-lahan, serta untuk tidur siang

atau beristirahat selagi bayi tidur.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal: mengurangi jumlah ASI yang

diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya

sendiri.( Rukiyah dan Yuliyanti, 2017).

g) Kebutuhan Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan

suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat


181

memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina

tanpa rasa nyeri.

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan

hubungan seksual kembali setelah 6 minggu

persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas

pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan,

termasuk luka episiotomy dan luka bekas section

cesarean (SC) biasanya telah sembuh dengan baik.

(Walyani dan Purwoastuti, 2015)

h) Kebutuhan Perawatan Payudara

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)

(1) Dimulai sejak wanita hamil supaya putting lemas,

tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya.

(2) Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan

dengan cara: pembalutan mammae sampai

tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi

LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel.

(3) Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk

tetap bersih dan kering.

(4) Menggunakan bra yang menyokong payudara.

(5) Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau

ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap


182

kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya

sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.

Asi dikeluarkan dan diminumkan dengan

menggunakan sendok. Selain itu, untuk

menghilangkan rasa nyeri dapat minum

paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.

i) Latihan atau Senam Nifas

Pada masa nifas yang berlangsung selama

kurang lebih 6 minggu, ibu membutuhkan latihan-

latihan tertentu yang dapat mempercepat proses

involusi. Salah satu latihan yang dianjurkan pada masa

ini adalah senam nifas. Senam nifas adalah senam

yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah

keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas

merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan

kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis

maupun psikologis (Maritalia, 2017).

Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam

setelah persalinan, secara teratur setiap hari. Ibu tidak

perlu khawatir terhadap luka yang timbul akibat proses

persalinan karena 6 jam setelah persalinan normal dan

8 jam setelah persalinan Caesar, ibu sudah dianjurkan

untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuan utama


183

mobilisasi dini adalah agar peredaran darah ibu dapat

berjalan dengan baik sehingga ibu dapat melakukan

senam nifas (Maritalia, 2017).

Menurut Maritalia (2017) Manfaat senam nifas

antara lain:

(1) Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah

terjadinya pembekuan (thrombosis) pada

pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.

(2) Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan

persalinan dengan memulihkan dan menguatkan

otot-otot punggung.

(3) Memperbaiki tonus otot pelvis.

(4) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah.

(5) Memperbaiki regangan otot amdomen setelah

hamil dan melahirkan.

(6) Meningkatkan kesadaran untuk melakukan

relaksasi otot-otot dasar panggul.

(7) Mempercepat terjadinya proses involusi organ-

organ reproduksi.

j) Keluarga Berencana

Rencana KB setelah melahirkan itu sangatlah

penting, dikarenakan secara tidak langsung KB dapat

membantu ibu untuk dapat merawat anaknya dengan


184

baik serta mengistirahatkan alat kandungannya

(pemulihan alat kandungan ). Ibu dan suami dapat

memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang ingin

digunakan. (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

k) Tahapan masa nifas

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)

(1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan.

(2) Puerperium intermedical, yaitu kepulihan

menyeluruh alat-alat genetal.

(3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan

untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

l) Kunjungan

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)

(1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan:

(a) Mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

(b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.


185

(c) Memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga, bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

(d) Pemberian ASI awal.

(e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir.

(f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah terjadi hipotermi.

(g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan,

ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

(2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan:

(a) Memastikan involusi uterus berjalan normal,

uterus berkontraksi dengan baik, fundus

dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal atau tidak ada bau.

(b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,

atau perdarahan abnormal.

(c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan,

cairan dan istirahat.


186

(d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

(e) Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar

tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

(3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan:

(a) Memastikan involusi uterus berjalan normal,

uterus berkontraksi dengan baik, fundus

dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal atau tidak ada bau.

(b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,

atau perdarahan abnormal.

(c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan,

cairan dan istirahat.

(d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

(e) Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar

tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.


187

(4) Kunjungan IV (6 minggu setelah melahirkan)

Tujuan:

(a) Menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau

bayi alami.

(b) Memberikan konseling KB secara dini.

m) Tujuan Asuhan pada Ibu Nifas

1) Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa

transisi awal mengasuh anak (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

2) Tujuan khusus

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik

maupun psikologisnya.

b) Melaksanakan skrining yang komprehensif.

c) Mendeteksi masalah, mengobati, atau merujuk

bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

d) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang

perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan

bayi sehat.

e) berikan pelayanan keluarga berencana.


188

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan

kebidanan adalah SOAP, yang merupakan salah satu

pendokumentasian yang ada (Heryani, 2012)

SOAP

S :Data Subjektif

Berisi tentang ada data dari pasien melalui anamnesis

(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.

a. Identitas

1) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.

2) Umur: Semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap

semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan adanya

gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang

lebih lambat dan penurunan aktivitas fibroblast (Johnson

dan Taylor, 2005).

3) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita

berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga

kesehatan, pola kebiasaan sehari-hari (Pola nutrisi, pola

eliminasi, personal hygiene, pola istirahat dan aktivitas)

dan adat istiadat yang dianut.

4) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai

dengan keyakinannya.
189

5) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu

sehingga tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi

dengan istilah bahasa yang sesuai dengan pendidikan

terakhirnya, termasuk dalam hal pemberian konseling.

6) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi

pencapaian status gizinya (Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal

ini dapat dikaitkan antara status gizi dengan proses

penyembuhan luka ibu. Jika tingkat sosial ekonominya

rendah, kemungkinan penyembuhan luka pada jalan lahir

berlangsung lama. Ditambah dengan rasa malas untuk

merawat dirinya.

7) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan

dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.

b. Keluhan Utama: Persoalan yang dirasakan pada ibu nifas

adalah rasa nyeri pada jalan lahir, nyeri ulu hati, konstipasi,

kaki bengkak, nyeri perut setelah lahir, payudara membesar,

nyeri tekan pada payudara dan puting susu, puting susu pecah-

pecah, keringat berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari

jika ibu mengalami hemoroid (Varney, dkk, 2007).

c. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1) Pola Nutrisi: Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan

yang bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori untuk

mendapat protein, mineral, vitamin yang cukup dan


190

minum sedikitnya 2-3 liter/hari. Selain itu, ibu nifas juga

harus minum tablet tambah darah minimal selama 40 hari

dan vitamin A (Varney, dkk, 2007).

2) Pola Eliminasi: Ibu nifas harus berkemih dalam 4-8 jam

pertama dan minimal sebanyak 200 cc (Bahiyatun, 2009).

Sedangkan untuk buang air besar, diharapkan sekitar 3-4

hari setelah melahirkan (Mochtar, 2011).

3) Personal Hygiene: Bertujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi yang dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh,

termasuk pada daerah kewanitaannya dan payudara,

pakaian, tempat tidur dan lingkungan (Varney, dkk.,

2007).

4) Istirahat: Ibu nifas harus memperoleh istirahat yang cukup

untuk pemulihan kondisi fisik, psikologis dan kebutuhan

menyusui bayinya dengan cara menyesuaikan jadwal

istirahat bayinya (Varney, dkk., 2007).

5) Aktivitas: Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin jika

tidak ada kontraindikasi, dimulai dengan latihan tungkai di

tempat tidur, miring di tempat tidur, duduk dan berjalan.

Selain itu, ibu nifas juga dianjurkan untuk senam nifas

dengan gerakan sederhana dan bertahap sesuai dengan

kondisi ibu (Varney, dkk, 2007).


191

6) Hubungan Seksual: Biasanya tenaga kesehatan memberi

batasan rutin 6 minggu pasca persalinan untuk melakukan

hubungan seksual (Varney, dkk., 2007).

d. Data Psikologis

1) Respon orangtua terhadap kehadiran bayi dan peran baru

sebagai orangtua: Respon setiap ibu dan ayah terhadap

bayinya dan terhadap pengalaman dalam membesarkan

anak berbeda-beda dan mencakup seluruh spectrum reaksi

dan emosi, mulai dari tingginya kesenangan yang tidak

terbatas hingga dalamnya keputusasaan dan duka (Varney,

dkk, 2007). Ini disesuaikan dengan periode psikologis ibu

nifas yaitu taking in, taking hold atau letting go.

2) Respon anggota keluarga terhadap kehadiran bayi:

Bertujuan untuk mengkaji muncul tidaknya sibling rivalry.

3) Dukungan Keluarga: Bertujuan untuk mengkaji kerja sama

dalam keluarga sehubungan dengan pengasuhan dan

penyelesaian tugas rumah tangga.

O : Objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan

fisik pada masa postpartum


192

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum: Baik

2) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.

Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons

yang cukup terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat

dan Uliyah, 2008).

3) Keadaan Emosional: Stabil.

4) Tanda-tanda Vital: Segera setelah melahirkan, banyak

wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah

sistolik dan diastolik kemudian kembali secara spontan

setelah beberapa hari. Pada saat bersalin, ibu mengalami

kenaikan suhu tubuh dan akan kembali stabil dalam 24

jam pertama pasca partum. Denyut nadi yang meningkat

selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa

jam pertama pasca partum. Sedangkan fungsi pernapasan

kembali pada keadaan normal selama jam pertama pasca

partum (Varney, dkk, 2007).

b. Pemeriksaan Fisik

1) Payudara: Bertujuan untuk mengkaji ibu menyusui

bayinya atau tidak, tanda-tanda infeksi pada payudara

seperti kemerahan dan muncul nanah dari puting susu,

penampilan puting susu dan areola, apakah ada kolostrom


193

atau air susu dan pengkajian proses menyusui (Varney,

dkk, 2007). Produksi air susu akan semakin banyak pada

hari ke-2 sampai ke-3 setelah melahirkan (Mochtar, 2011).

2) Perut: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya nyeri pada

perut (Varney, dkk, 2007). Pada beberapa wanita, linea

nigra dan strechmark pada perut tidak menghilang setelah

kelahiran bayi (Bobak, dkk, 2005).

3) Vulva dan Perineum

a) Pengeluaran Lokhea: Menurut Mochtar (2011), jenis

lokhea diantaranya adalah:

(1) Lokhea rubra (Cruenta), muncul pada hari ke-1-3

pada masa nifas, berwarna merah kehitaman dan

mengandung sel desidua, verniks caseosa, rambut

lanugo, sisa mekonium serta sisa darah.

(2) Lokhea sanguilenta, lokhea ini muncul pada hari

ke-3 – 7 pada masa nifas berwarna putih

bercampur merah karena mengandung sisa darah

bercampur lendir.

(3) Lokhea serosa, muncul pada hari ke-7 – 14 pada

masa nifas, berwarna kekuningan atau kecoklatan

dan mengandung lebih banyak serum, leukosit dan

tidak mengandung darah lagi.


194

(4) Lokhea alba, muncul pada hari ke-> 14 pada masa

nifas, berwarna putih dan mengandung leukosit,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang

mati.

(5) Bila pengeluaran lokhea tidak lancar disebut

Lochiastasis.

b) Luka Perineum : Bertujuan untuk mengkaji nyeri,

pembengkakan, kemerahan pada perineum, dan

kerapatan jahitan jika ada jahitan (Varney, dkk, 2007).

c) Ekstremitas: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya

edema, nyeri dan kemerahan (Varney, dkk, 2007). Jika

pada masa kehamilan muncul spider nevi, maka akan

menetap pada masa nifas (Bobak, dkk, 2005).

c. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin: Pada awal masa nifas jumlah hemoglobin

sangat bervariasi akibat fluktuasi volume darah, volume

plasma dan kadar volume sel darah merah (Varney, dkk,

2007).

A : Assesment

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan meliputi diagnosis,antisipasi diagnosis atau masalah

potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera


195

a. Perumusan Diagnosa atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa masa nifas disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti P2A0 usia 22 tahun

postpartum fisiologis. Perumusan maalah disesuaikan dengan

kondisi ibu. Menurut Varney, dkk (2007), ketidaknyamanan

yang dirasakan pada ibu nifas adalah nyeri perut setelah lahir,

payudara membesar, nyeri tekan pada payudara dan puting

susu, puting susu pecah-pecah, keringat berlebih serta rasa

nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid.

P :Planing

Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang

sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,

tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi dan rujukan.

1. Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

secara komprehensif. Rencana tindakan asuhan kebidanan pada

masa nifas disesuaikan dengan kebijakan program nasional,

antara lain:
196

1) Periksa tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan

cairan pervaginam lainnya serta payudara.

2) Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri,

istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas,

ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan

payudara dan keluarga berencana.

3) Berikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan

dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan

asuhan kebidanan pada masa nifas, adalah:

1) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus

uteri, lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.

2) Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi,

kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas,

seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang

benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.

3) Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca

persalinan.
197

3. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian

dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta

ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi ibu.

1) Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi

fundus uteri, lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta

payudara.

2) Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai

kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat,

mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI

eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan payudara

dan keluarga berencana.

3) Ibu telah memilih metode kontrasepsi dan telah

mendapatkannya.

6. KELUARGA BERENCANA

a. Konsep Dasar

1. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berate ‘mencegah’

atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel

telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat


198

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma

(Maritalia, 2017).

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh

sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur

yang telah dibuahi kedinding rahim (Mulyani dan Rinawati,

2013).

2. Macam-macam KB

a) Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah

kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan

makanan atau minuman apapun lainnya.

Cara kerja: penundaan/ penekanan ovulasi.

Keuntungan:

(1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan

pascapersalinan).

(2) Segera efektif.

(3) Tidak mengganggu senggama.

(4) Tidak ada efek samping secara sistemik.

(5) Tidak perlu pengawasan medis.tidak perlu obat atau

alat.

(6) Tanpa biaya


199

Keterbatasan:

(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar

segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan.

(2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

(3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau

sampai dengan 6 bulan.

(4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus

hepatitis B dan HIV/AIDS.

Indikasi: ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya

berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat

haid setelah melahirkan.

Kontraindikasi:

(1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.

(2) Tidak menyusui secara eksklusif.

(3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.

(4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam

(Saifudin, 2010).

b) Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

a. Metode Kalander

Metode kalander atau pantang berkala adalah

metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh

pasangan suami istri dengan tidak melakukan


200

senggama atau hubungan seksual pada masa subur

atau ovulasi.Keuntungan:

(a) Metode kalender atau pantang berkala lebih

sederhana.

(b) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

(c) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan

khusus dalam penerapannya.

(d) Tidak mengganggu pada saat berhubungan

seksual.

(e) Kontrasepsi dengan menggunakan metode

kalender dapat menghindari risiko kesehatan

yang berhubungan dengan kontrasepsi.

(f) Tidak memelurkan biaya.

(g) Tidak memerlukan tempat pelayanan

kontrasepsi.

Keterbatasan:

(a) Kerjasama yang baik antara suami dan istri.

(b) Harus ada motivasi dan displin pasangan dalam

menjalakannya.

(c) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan

hubungan seksual setiap saat.

(d) Pasangan suami istri harus tau masa subur dan

masa tidak subur.


201

(e) Harus mengamati siklus menstruasi minimal 6

kali siklus.

(f) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi

penghambat).

(g) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan

metode kontrasepsi lain.

Efektifitas:

Metode kalender akan lebih efektif jika

dilakukan dengan baik dan benar. Angka kegagalan

penggunaan metode kalender adalah 14 per 100

wanita per tahun(Mulyani dan Rinawati, 2013).

b. Metode Suhu Basal

Metode suhu basal adalah suhu terendah yang

dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam

keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal

dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur

dan sebelum melakukan aktifitas lainnya.

Keuntungan:

(a) Meningkatan pengetahuan dan kesadaran pada

pasangan suami istri tentang masa subur atau

ovulasi.

(b) Membantu wanita yang mengalami siklus haid

tidak teratur mendeteksi masa subur atau ovulasi.


202

(c) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun

meningkatkan kesempatan untuk hamil.

(d) Membantu menunjukan perubahan tubuh lain

pada saat mengalami masa subur atau ovulasi

seperti lendir serviks.

(e) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan

adalah wanita itu sendiri.

Keterbatasan:

(a) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami

istri.

(b) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga

medis.

(c) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh

penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol,

stres, penggunaan narkoba maupun selimut

elektrik.

(d) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada

waktu yang sama.

(e) Tidak mendeteksi awal masa subur.

(f) Membutuhkan masa pantang yang lama.

Efektifitas

Tingkat keefektifan metode suhu tubuh basal

sekitar 80 % atau 20-30 kehamilan per 100 wanita


203

per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah

15 kehamilan per 100 wanita per tahun. (Mulyani dan

Rinawati, 2013).

c. Metode Lendir Serviks

Metode lendir servis atau metode ovulasi

merupakan Metode Keluarga Berencana Alamiah

(KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus

menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan

perubahan rasa pada vulva menjelang hari ovulasi.

Keuntungan :

(a) Mudah digunakan.

(b) Tidak memerlukan biaya.

(c) Metode Lendir Serviks merupakan Metode

Keluarga Berencana Alami yang mengamati

tanda-tanda kesuburan.

Kekuarangan :

(a) Tidak efetif bila digunakan sendiri, sebaiknya

dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain

(missal Metode Simphothermal).

(b) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai

menyentuh alat kelaminnya.

(c) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi

dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan.


204

(d) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

Efektifitas:

Angka kegagalan dari metode lendir serviks

sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per

tahun.(Mulyani dan Rinawati, 2013).

d. Senggama Terputus

Coutus interuptus atau senggama terputus

adalah Metode Keluarga Berencana tradisional atau

alamiah, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya

atau (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.

Cara Kerja :

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum

ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam

vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan

ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi diluar

vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani

mencapi uterus.

Keuntungan :

(a) Alamiah.

(b) Efektif bila digunakan dengan benar.

(c) Tidak mengganggu produksi ASI.

(d) Tidak ada efek samping.

(e) Tidak membutuhkan biaya.


205

(f) Tidak memerlukan persiapan khusus.

(g) Dapat dikombinasikan dengan metode

kontrasepsi lain.

(h) Dapat digunakan setiap waktu.

Keterbatasan :

(a) Sangat tergantung dari pihak pria dalam

mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma

selama senggama.

(b) Memutus kenikmatan dalam berbuhungan

seksual (orgasme).

(c) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama

penetrasi, sesaat dan setelah coitus interuptus.

(d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.

(e) Kurang efektif mencegah kehamilan.

Efektifitas

Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100

perempuan per tahun. (Mulyani dam Rinawati,

2013).

c) Metode Barier

(1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet

yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet

(lateks), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi


206

hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung

sperma ketika seorang pria mencapai ejakulasi saat

berhubungan seksual.

Cara kerja:

(a) Dapat mencegah sperma masuk ke saluran

reproduksi wanita.

(b) Sebagai alat kontrasepsi.

(c) Sebagai pelindung terhadap infeksi atau

transmisi mikro organisme penyebab PMS.

Keuntungan :

(a) Merupakan metode kontasepsi sementara.

(b) Efektif bila pemakaian benar.

(c) Tidak mengganggu produksi ASI pada ibu

menyusui.

(d) Tidak mengganggu kesehatan pasien.

(e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

(f) Murah dan tersedia diberbagai tempat.

(g) Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan

khusus.

(h) Dapat mencegah penyakit menular seksual.

(i) Adanya peran serta suami untuk ber-KB.


207

Keterbatasan :

(a) Efektifitas tidak terlalu tinggi karena bergantung

pada pemakaian kondom yang benar.

(b) Tumpahan atau bocoran sperma dapat terjadi jika

kondom disimpan atau dilepaskan secara tidak

bener.

(c) Adanya pengurungan sensifitas pada penis,

sehingga bisa sedikit mengurangi kenikmatan

saat hubungan seksual.

(d) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan

seksual.

(e) Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

Efektifitas kondom :

Pemaikain kondom efektif bila dipakai secara

benar setiap kali berhubungan seksual. Angka

kegagalan kontasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-

12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.(Mulyani

dan Rinawati, 2013).

(2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,

terbuat dari karet (lateks) yang diinsersikan kedalam

vagina sebelum berhubungan sekksual dan menutup

serviks.
208

Cara kerja:

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses

mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus

dan tuba fallopi) dan sebagai alat spermisida.

Keuntungan:

(a) Efektif bila digunakan dengan benar.

(b) Tidak mengganggu produksi ASI.

(c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena

telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya.

(d) Tidak mengganggu kesehatan pasien.

(e) Salah satu perlindungan terhadap

IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan

dengan spemisida.

(f) Bila digunakan pada saat haid, menampung

darah menstruasi.

Keterbatasan:

(a) Efektifitas sedang (bila digunakan dengan

spermisida angka kegagagalan 6-16 kehamilan

per 100 perempuan per tahun pertama. Motivasi

diperlukan berkesinambungan dengan

menggunkannya setiap berhubungan seksual.


209

(b) Pemeriksaan pelvic oleh petugas kesehatan

terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan

pemasangan.

(c) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab

infeksi pada saluran uretra.

Indikasi:

(a) Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal,

perokok, umur >35 tahun.

(b) Tidak menyukai menggunakan IUD.

(c) Menyusui dan perlu kontrasepsi.

(d) Memerlukan sederhana sambil menunggu

metode yang lain.

Kontraindikasi:

(a) Berdasarkan umur dan paritas serta masalah

kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi

berisiko tinggi.

(b) Terinfeksi saluran uretra.

(c) Tidak stabil secara psikis atau tidak suka

menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina).

(d) Mempunyai riwayat sindrom syok karena

keracunan.

(e) Ingin metode KB efektif.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).


210

(3) Spermisida

Spermisida merupakan bahan kimia (biasanya

non oksinol-9) yang dapat membunuh sperma.

Cara kerja:Menyebabkan sel membran sperma

terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan

menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Keuntungan:

(a) Tidak mengganggu produksi ASI.

(b) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.

(c) Tidak mengganggu kesehatan klien.

(d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

(e) Mudah digunakan.

(f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan

kesehatan khusus.

(g) Merupakan salah satu perlindungan terhadap

IMS/HIV/AIDS.

Keterbatasan:

(a) Efektifitas kurang (18-29 kehmilan per 100

perempuan pertahun pertama).

(b) Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan.


211

(c) Ketergantungan pengguna dari motivasi

berkelanjutan dengan memakai setiap melaukan

hubungan seksual.

(d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah

aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual

(tablet busa vagina, suppositoria dan krim).

(e) Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.

Indikasi:

(a) Tidak perokok.

(b) Umur pasien tidak lebih dari 35 tahun.

(c) Tidak menyukai penggunaan AKDR.

(d) Menyusui dan perlu kontrasepsi.

(e) Memerlukan proteksi terhadap IMS.

(f) Memerlukan metode sederhana sambil

menentukan untuk menggunakan metode yang

lain.

Kontraindikasi:

(a) Berdasarkan umur dan paritas serta masalah

kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi

berisiko tinggi.

(b) Terinfeksi saluran uretra.

(c) Tidak stabil secara psikis atau tidak suka

menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina).


212

(d) Mempunyai riwayat sindrom syok karena

keracunan.

(e) Ingin metode KB efektif.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

d) Kontrasepsi Pil

(1) Minipil

Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung

hormone progesterone dalam dosis rendah.

Cara Kerja:

(a) Menghambat ovulasi

(b) Mencegah implantasi.

(c) Mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma.

(d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi

sperma terganggu.

Efektifitas:

Pil progestin atau mini pil sangat efektif

(98,5%) untuk digunakan pada ibu menyusui bila

penggunaan yang benar dan konsisten sangat

mempengaruhi tingkt efektifitasnya.

Kerugian:

(a) Memerlukan biaya.

(b) Harus selalu tersedia.


213

(c) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga

berkurang.Penggunaan mini pil bersamaan

dengan obat tuberkolosis atau epilepsy akan

mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.

(d) Mini pil harus diminum setiap hari dan pada

waktu yang sama.

(e) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak

benar dan konsisten.

(f) Tidak melindungi dari penyakit penular seksual

termasuk HBV dan HIV/AIDS.

(g) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari

kista ovarium bagi wanita yang pernah

mengalami kehamilan ektopik.

Keuntungan:

(a) Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan

yang sedang menyusui.

(b) Sangat efektif untuk masa laktasi.

(c) Dosis gestagen rendah.

(d) Tidak menurunkan produksi ASI.

(e) Tidak mengganggu hubungan sosial.

(f) Kesuburan cepat kembali.

(g) Tidak memberikan efek samping estrogen.


214

(h) Tidak ada bukti peningkatan risiko penyakit

kardiovaskuler, risiko tromboemboli vena dan

risiko hipertensi.

(i) Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes

mellitus.

(j) Cocok untuk perempuan yang tidak biasa

mengkonsumsi estrogen.

(k) Dapat mengurangi disminorea.

Efek samping:

(a) Gangguan haid seperti: perdarahan bercak,

spotting, amenorrhea dan haid tidak teratur.

(b) Peningkatan atau penurunan (fluktuasi) berat

badan.

(c) Nyeri tekan payudara.

(d) Mual.

(e) Pusing.

(f) Perubahan mood.

(g) Dermatitis atau jerawat.

(h) Kembung.

(i) Depresi.

(j) Hirsutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang

berlebihan pada daerah muka) tetapi sangat

jarang.
215

Indikasi:

(a) Wanita usia reproduksi (20-35 tahun).

(b) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang

belum mempunyai anak.

(c) Pasca persalinan dan tidak sedang menyusui.

(d) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama

masa menyusui.

(e) Ibu pasca keguguran.

(f) Tekanan darah <180/110 mmHg atau dengan

pembekuan darah.

(g) Tidak boleh mengkonsumsi estrogen atau lebih

senang menggunakan progestin.

(h) Perokok segala usia.

Kontraindikasi:

(a) Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak

diketahui penyebabnya (> 35 tahun).

(b) Wanita yang diduga hamil.

(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

(d) Riwayat gangguan ektopik.

(e) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker

payudara.

(f) Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil.


216

(g) Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai,

paru atau mata).

(h) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak

maupun ganas.

(i) Wanita dengan miom uterus.

(j) Riwayat stroke.

(k) Perempuan yang sedang mengkonsumsi obat-obat

untuk tuberculosis dan epilepsy.

Waktu menggunakan mini pil:

(a) Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus

haid.

(b) Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi

lain.

(c) Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi

kehamilan.

(d) Bila menggunakannya setelah hari kelima siklus

haid, jangan melakukan hubungan seksual selama

2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain

untuk dua hari saja.

(e) Bila pasien tidak haid (amenorea), mini pil dapat

digunakan setiap saat asal saja diyakini tidak

hamil. Jangan melakukan hubungan seksual


217

selama dua hari atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk dua hari saja.

(f) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca

persalinan dan tidak haid, mini pil dapat dimulai

setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak

memerlukan metode kontrasepsi tambahan.

(g) Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dank

lien telah mendapat haid mini pil dapat dimulai

pada hari 1-5 siklus haid

(h) Mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran.

(i) Bila pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi

hormonal lain dan ingin menggantinya dengan

mini pil, mini pil dapat segera diberikan, bila saja

kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar

atau ibu tersebut tidak sedang hamil.

(j) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi

suntikan, mini pil dapat diberikan pada jadwal

suntikan yang berikutnya. Tidak diperlukan

penggunaan metode kontrasepsi lain.

(k) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi

AKDR (termasuk AKDR yang mengandung

hormon), mini pil dapat diberikan pada hari 1-5

siklus haid (Mulyani dan Rinawati, 2013).


218

(2) Pil Kombinasi

Pil kombinasi adalah pil yang

mengandunghormon estrogen dan progesterone,

sangat efektif (bila diminum setiap hari).

Jenis-jenis pil kombinasi:

(a) Monofasik: pil yang terdiri dari 21 tablet

mengandung hormone aktif estrogen/progestin

dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa

hormone aktif tapi berisi zat besi.

(b) Bifasik: pil yang terdiri dari 21 tablet

mengandung hormone aktif estrogen/progestin

dalam 2 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa

hormone aktif tapi berisi zat besi.

(c) Trifasik: pil yang terdiri dari 21 tablet

mengandung hormone aktif estrogen/progestin

dalam 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa

hormone aktif tapi berisi zat besi.

Cara kerja estrogen sebagai kontrasepsi :

(a) Bekerja dengan jalan menghambat ovulasi

melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.

(b) Menghambat perjalanan ovum atau implantansi.


219

Cara kerja progesterone sebagai kontrasepsi:

(a) Bekerja dengan cara membuat lendir serviks

menjadi kental sehingga transprtasi sperma

menjadi sulit.

(b) Menghambat kapasitas sperma.

(c) Menghambat perjalanan ovum dalam tuba.

(d) Menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-

hipofisis-ovarium.

Kelebihan:

(a) Memiliki efektifitas yang tinggi bila digunakan

setiap hari.

(b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

(c) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid

yang berkurang.

(e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita

masih ingin menggunakan untuk mencegah

kehamilan.

(f) Dapat digunakan sejak usia remaja sampai

menopause.

(g) Mudah dihentikan setiap saat.

(h) Kesuburan segera kembali setelah dihentikan.

(i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.


220

Kelemahan:

(a) Mahal dan membosankan.

(b) Mual terutama pada 3 bulan pertama penggunaan.

(c) Pusing.

(d) Nyeri pada payudara.

(e) BB naik sedikt pada perempuan tertentu,

kenaikan BB justru memiliki dampak positif.

(f) Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui.

(g) Pada sebagian kecil wanita dapat menimbulkan

depresi dan perubahan suasana hati sehingga

keinginan untuk berhubungan seks berkurang.

(h) Dapat meningkatkan tekanan darah.

(i) Tidak mencegah IMS.

Indikasi:

(a) Usia reproduksi.

(b) Tidak memiliki anak atau belum.

(c) Gemuk dan kurus.

(d) Menginginkan metode dengan efektifitas tinggi.

(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(f) Pasca keguguran.

(g) Nyeri haid hebat.

(h) Siklus haid teratur.

(i) Menderita TBC.


221

(j) Anemia akibat haid yang berlebihan.

Kontraindikasi :

(a) Hamil atau dicurigai hamil.

(b) Menyusui eksklusif.

(c) Perokok dengan usia 35 tahun.

(d) Penyakit hati akut.

(e) Kanker payudara atau dicurigai.

(f) Tidak dapat teratur menggunakan setiap hari.

(g) Riwayat DM.

(h) Riwayat hipertensi.

Waktu menggunakan pil kombinasi

(a) Setiap saat selagi haid untuk meyakinkan kalau

wanita tersebut tidak hamil.

(b) Hari pertama haid.

(c) Setelah melahirkan.

(d) Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif.

(e) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.

(f) Pasca keguguran.

(g) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi suntik

dan ingin menghentikan dengan pil kombinasi. Pil

dapat segera diberikan tanpa menunggu haid.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).


222

e) Kontrasepsi Suntik

(1) Sunti kombinasi (1 bulan)

Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode

suntikan yang pemberiannya tiap bulan dengan

penyuntikan secara intramuscular sebagai usaha

pencegahan kehamilan berupa hormone progesterone

dan estrogen pada wanita subur.

Cara kerja:

(a) Menekan ovulasi.

(b) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit,

sehingga sulit ditembus spermatozoa.

(c) Membuat indometrium menjadi kurang baik

untuk implantasi.

(d) Menghambat transport ovum dalam tuba falopi.

Efektifitas:

KB suntik 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4

kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama

penggunaan.

Keuntungan

(a) Risiko terhadap kesehatan kecil.

(b) Tidak berpengaruh terhadap suami istri.

(c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

(d) Jangka panjang.


223

(e) Efek samping sangat kecil.

(f) Pemberian aman, efektif dan relative mudah.

Kerugian:

(a) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur,

perdarahan bercak atau spotting, perdarahan

selama sampai sepuluh hari.

(b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan

keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan

kedua atau ketiga.

(c) Ketergantungan pasien terhadap pelayanan

kesehatan, karena pasien harus kembali setiap 30

hari untuk kunjungan ulang.

(d) Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila

digunakan bersamaan dengan obat-obatan

epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberculosis (rifampisin).

(e) Dapat terjadi perubahan berat badan.

(f) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti

serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru

atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.

(g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan

infeksi menular seksual (IMS), hepatitis B virus

atau infeksi virus HIV.


224

(h) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat

setelah penghentian pemakaian KB suntik 1

bulan.

Indikasi:

(a) Usia reproduksi.

(b) Telah memiliki anak ataupun belum memiliki

anak.

(c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas

yang tinggi.

(d) Menyusui ASI pasca persalinan lebih 6 bulan.

(e) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

(f) Anemia.

(g) Nyeri haid hebat.

(h) Haid teratur.

(i) Riwayat kehamilan ektopik.

(j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Kontraindikasi:

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.

(c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

(d) Penyakit hati akut (virus hepatitis).

(e) Umur >35 tahun yang merokok.


225

(f) Ibu mempunyai riwayat penyakit penyakit

jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi

(>180/110 mmHg).

(g) Ibu mempunyai riwayat kelainan tromboemboli

atau dengan kencing manis lebih 20 tahun.

(h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan

sakit kepala ringan atau migren.

(i) Keganasan pada payudara.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

(2) Suntik 3 bulan (progesteron)

Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi

yang diberikan secara intramuscular setiap 3 bulan.

Jenis kontrasepsi tribulan:

(a) DMPA (Depot medroxy progesterone acetate)

atau Depo Provera yang diberikan tiap 3 bulan

dengan dosis 150 mg yang disuntik secara IM.

(b) Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan dengan

dosis 200 mg Nore-tindron Enantat.

Cara kerja:

(a) Menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan

menekan pembentukan releasing factor dan

hipotalamus.
226

(b) Leher serviks bertambah kental sehingga

menghambat penetrasi sperma melalui serviks

uteri.

(c) Menghambat implantansi ovum dalam

endometrium.

Efektifitas

Efektifitas keluarga berencana suntik tribulan

sangat tinggi, angka kegagalan kurang dari 1%. Worl

Health Organization (WHO) telah melakukan

penelitian pada DMPA (Depot medroxy progesterone

acetate) dengan dosis standar dengan angka kegagalan

0,7%, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur

sesuai jadwal yang ditentukan.

Keuntungan:

(a) Efektifitas tinggi.

(b) Sederhana pemakaiannya.

(c) Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi

hanya 4 kali dalam setahun).

(d) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.

(e) Tidak berdampak serius terhadap penyakit

gangguan pembekuan darah dan jantung karena

tidak mengandung hormone estrogen.


227

(f) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan

ektopik, serta beberapa penyebab penyakit akibat

radang panggul.

(g) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle

cell).

Kekurangan:

(a) Terdapat gangguan haid seperti amenorea yaitu

tidak datang haid pada setiap bulan selama

menjadi akseptor KB suntik 3 bulan berturut-

turut. Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan

diluar haid yang terjadi selama akseptor

mengikuti keluarga berencana suntik. Metroragia

yaitu perdarahan yang berlebihan di luar masa

haid. Menoragia yaitu datangnya darah haid yang

berlebihan jumlahnya.

(b) Timbulnya jerawat di badan atau wajah dapat

disertai infeksi atau tidak bila digunakan dalam

jangka panjang.

(c) Berat badan yang bertambah 2,3 kg pada tahun

pertama dan meningkat 7,5 kg selama 6 tahun.

(d) Pusing dan sakit kepala.

(e) Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada

daerah suntikan akibat perdarahan bawah kulit.


228

Indikasi:

(a) Ibu usia reproduksi (20-35 tahun).

(b) Ibu pasca persalinan.

(c) Ibu pasca keguguran.

(d) Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi

yang mengandung estrogen.

(e) Nulipara dan yang telah mempunyai anak banyak

serta belum bersedia untuk KB tubektomi.

(f) Ibu yang sering lupa menggunakan KB pil.

(g) Anemia defisiensi besi.

(h) Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi.

(i) Ibu yang sedang menyusui.

Kontraindikasi:

(a) Ibu hamil atau dicurigai hamil.

(b) Ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat

kanker payudara.

(c) Diabetes millitus yang disertai komplikasi.

(d) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

f) IUD (Intra Uterine Device)

IUD singkatan dari Intra Uterine Device yang

merupakan alat kontrasepsi paling banyak digunakan,


229

karena dianggap sangat efektif dalam mencegah

kehamilan dan memiliki manfaat yang relative banyak

dibanding alat kontrasepsi lainnya.

Jenis IUD yang umum beredar dipakai di Indonesia

ada 3 macam yaitu:

(1) IUD Copper-T, terbentuk dari rangka plastic yang

lentur dan tembaga yang berada pada kedua lengan

IUD dan batang IUD.

(2) IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastic dan

tembaga. Pada ujung lengan IUD bentuknya agak

melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada

pada batang IUD.

(3) IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastic yang

dikelilingi oleh silinder pelepas hormone

Levonolgestrel (hormone progesteron) sehingga IUD

dapat dipakai oleh ibu menyusui karena tidak

menghambat ASI.

Cara kerja:

(1) Mencegah sperma bertemu sel telur.

(2) Mencegah implantasi atau tertanamnya sel telur

dalam rahim.
230

(3) Untuk IUD Mirena ada tambahan cara kerjanya yaitu

mengentalkan lendir rahim karena pengaruh hormone

Levonogestrel yang dilepaskannya.

Keuntungan:

(1) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi (1

kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

(2) Dapat efektif segera setelah pemasangan.

(3) IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang.

(4) Tidak tergantung pada daya ingat.

(5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

(6) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

(7) Membantu mencegah kehamilan diluar kandungan

(kehamilan ektopik).

Kerugian:

(1) Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-

tanda kehamilan, mual, pusing, muntah-muntah.

(2) Terjadi perdarahan yang lebih banyak (lebih hebat)

dari haid biasa.

(3) Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu

badan meningkat, menggigil, atau jika ibu merasa

tidak sehat.

(4) Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan

senggama.
231

(5) Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran

genetalia diperlukan sebelum pemasangan IUD.

(6) Perdarahan diantara haid (spotting).

(7) Setelah pemasangan, kram dapat terjadi dalam

beberapa hari.

(8) Dapat meningkatkan risiko penyakit radang panggul.

(9) Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu

memasang dan mencabutnya.

(10) Haid semakin banyak, lama, dan rasa sakit selama 3

bulan pertama pemakaian IUD dan berkurang setelah

3 bulan.

(11) Pasien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.\

(12) Tidak melindungi pasien terhadap PMS (penyakit

menuar seksual), HIV/AIDS.

(13) IUD dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar

vagina.

Indikasi:

(1) Usia reproduktif.

(2) Keadaan nulipara (yang belum mempunyai anak).

(3) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.

(4) Ibu yang sedang menyusui.

(5) Setelah mengalami keguguran dan tidak terlihat

adanya infeksi.
232

(6) Risiko rendah IMS.

(7) Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal.

Kontraindikasi:

(1) Kemungkinan hamil.

(2) Setelah melahirkan (2-28 hari pasca melahirkan),

pemasangan IUD hanya boleh dilakukan sebelum 48

jam dan setelah 4 minggu pasca persalinan.

(3) Memiliki risiko IMS risiko IMS (termasuk HIV),

yang berisiko terinfeksi IMS/HIV.

(4) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.

(5) Sedang menderita infeksi alat genital.

(6) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita penyakit radang panggul atau infeksi

setelah keguguran.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

g) Implant

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang

dipasang dibawah kulit.Implant adalah suatu alat

kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang

dibungkus dalam kapsul silastic silicon

(polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit.

Sangat efektif (kegagalan 0.2-1 kehamilan per 100

perempuan).
233

Ciri-ciri kontrasepsi implant:

(1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk

jadenya, indoplant, atau implanon.

(2) Nyaman .

(3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.

(4) Pemasangan dan segera kembali setelah implant

dicabut.

(5) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,

perdarahan bercak dan amenorea.

(6) Aman dioakai pada masa laktasi.

Jenis implant:

(1) Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan m, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan

36 mg Levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

(2) Implanon dan sinoplant

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan

panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang

diisi dengan 60 mg 3-Keto-desogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

(3) Jadena dan indoplant

Terdapat dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levorgestrel dengan lama kerjanya 5 tahun.


234

Cara kerja:

(1) Mengentalkan lendir serviks.

(2) Menghambat proses pembentukan endometrium

sehingga sulit terjadi impantasi.

(3) Melemahkan transportasi sperma.

(4) Menekan ovulasi.

Keuntungan:

(1) Daya guna tinggi.

(2) Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun.

(3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan Implant.

(4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

(5) Bebas dari pengaruh estrogen.

(6) Tidak mengganggu hubungan saat senggama.

(7) Tidak mengganggu produksi ASI.

(8) Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

(9) Dapat dicabut setiap saat dengan kebutuhan.

(10) Mengurangi nyeri haid.

(11) Perdarahan atau bercak perdarahan diantara siklus

haid.

(12) Melindungi terjadinya kanker endomertium.


235

Kekurangan:

(1) Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas

kesehatan yang terlatih.

(2) Petugas kesehatan harus dilatih khusus.

(3) Harga implant yang mahal.

(4) Implant sering mengubah pola haid.

(5) Implant dapat terlihat dibawah kulit.

Efek samping:

Pada kebanyakan pasien yang menggunakan KB

Implant dapat menyebabkan pola haid berupa perdarahan

bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya

jumlah darah haid, serta amenorea, hingga timbulnya

keluhan-keluhan seperti:

(1) Nyeri kepala atau pusing.

(2) Peningkatan atau penurunan berat badan.

(3) Nyeri payudara serta perasaan mual.

(4) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan

(nervousness).

(5) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk

insersi dan pencabutan Implant.

(6) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi

menular seksual termasuk AIDS.


236

(7) Pasien tidak dapat menghentikan sendiri

pemakaiannya kontrasepsi ini sesuai dengan

keinginan,tetapi harus pergi ke klinik untuk

pencabutan.

Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat

tuberkolusis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan

barbiturat), terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih

tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).

Indikasi:

(1) Umur reproduksi (20-35 tahun)

(2) Telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau

tidak ingin tambah anak lagi tetapi saat ini belum

mau menggunakan kontrasepsi mantap.

(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas

tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan

jangka panjang.

(4) Pascapersalinan dan sedang menyusui bayinya yang

berusia 6 minggu atau lebih.

Kontraindikasi:

(1) Hamil atau diduga hamil.

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.
237

(3) Ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat

kanker payudara.

(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi.

(5) Mioma uterus dan kanker payudara.

(6) Ibu yang memiliki riwayat hipertensi.

(7) Ibu yang memilii riwayat diabetes mellitus.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

h) Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi Mantap merupakan salah satu metode

kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau

memotong saluran telur (pada perempuan) dan saluran

sperma (pada laki-laki).Dengan cara ini, proses reproduksi

tidak lagi terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk

selamanya. Karena sifatnya yang permanen, kontraksi ini

hanya diperkenakan bagi mereka yang sudah mantap

memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak.

Kontrasepsi mantap dijalankan dengan melakukan operasi

kecil pada organ reproduksi, yang terbagi menjadi:

(1) Tubektomi

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua

saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang


238

bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

Jenis Tubektomi:

(a) Minilaparotomi

Metode ini merupakan pengambilan yang

dilakukan melalui sayatan kecil (sekitar 3cm)

baik pada daerah bawah perut (suprapubik)

maupun pada lingkar pusat bawah (sub

umbilical), baik dilakukan untuk masa interval

maupun pasca persalinan. Setelah tuba di dapat

kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong

sebagian. Setelah itu dinding perut ditutup

kembali, luka sayatan ditutup dengan kassa yang

kering dan steril dan apabila tidak ditemukan

masalah yang berarti pasien dapat dipulangkan

setelah 2-4 jam. Tindakan ini dapat dilakukan

untuk banyak pasien, relative murah dan dapat

dilakukan oleh dokter yang terlatih khusus

operasi ini aman dan efektif (Mulyani dan

Rinawati, 2013).

(b) Laparoskopi

Prosedur laparoskopi membutuhkan tenaga

Spesialis Kebidanan dan penyakit Kandungan


239

yang telah dilatih secara khusus agar

pelaksanaannya aman dan efektif. Dapat

dilakukan 6-8 minggu pasca persalinan atau

setelah abortus. Laparoskopi sebaiknya

digunakan untuk jumlah pasien yang memadai

karena peralatan dan biaya pemeliharaan

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

Cara kerja

(a) Diikat: saluran tuba dibuat semacam simpul lalu

diikat atau diberi penjepit.

(b) Diputus, ada beberapa cara yaitu:

(c) Diikat dulu lalu dipotong ujungnya (metode

Pomeroy), metode yang paling banyak dipakai).

(d) Dipotong dulu lalu ujung-ujungnya diikat

masing-masing.

(e) Dipotong lalu ujungnya di-cauter atau dilaser,

untuk membuntukan saluran.

(f) Disisip semacam spiral (metode Essure-Adiana):

dengan disisip spiral logam, jaringan akan

terluka dan membentuk jaringan baru yang akan

membuntu saluran tuba.

Indikasi Tubektomi

(a) Umur >26 tahun.


240

(b) Anak > 2 orang

(c) Yakin telah mempunyai keluarga dengan jumlah

yang diinginkan.

(d) Ibu pasca persalinan.

(e) Ibu pasca keguguran.

(f) Pasien paham dan setuju dengan prosedur KB

tubekomi terutama pengetahuan pasangan

tentang cara-cara kontrasepsi ini, risiko dan

keuntungan kontrasepsi tubektomi, dan

pengetahuan tentang sifat permanennya

kontrasepsi ini.

Kontraindikasi:

(a) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari factor

ovarium).

(b) Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan.

(c) Kondisi kesehatan yang berat seperti stroke,

darah tinggi, atau diabetes.

(d) Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana

kehamilan memperburuk kesehatannya.

(e) Perdarahan pervaginam yang belum jelas.

(f) Infeksi organ-organ pelviks yang luar dan berat.

(g) Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4

cm).
241

(h) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

(i) Pasien masih ragu dan belum setuju dengan

kontrasepsi tubektomi.

Keuntungan / manfaat:

(a) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 wanita

selama setahun penggunaan awal).

(b) Permanen.

(c) Tidak mempengaruhi proses menyusui.

(d) Tidak bergantung pada faktor senggama.

(e) Baik digunakan apabila kehamilan menjadi risiko

kehamilan yang serius.

(f) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan

anestesi lokal.

(g) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

(h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.

Keterbatasan:

(a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode

kontrasepsi.

(b) Pasien dapat menyesal kemudian hari.

(c) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila

digunakan anestesi umum).

(d) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka

pendek setelah tindakan.


242

(e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih.

(f) Tidak melindungi diri dari IMS, HBV, dan

HIV/AIDS.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

(2) Vasektomi

Menurut Siswosudarmo dikutip Mulyani dan

Rinawati (2013)Vasektomi adalah pemotongan

sebagian (0,5 cm – 1 cm) pada vasa deferensia atau

tindakan opersai ringan dengan cara mengikat atau

memotong saluran sperma sehingga sperma tidak

dapat lewat dan air mani tidak mengandung

spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi

pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15

menit dan pasien tak perlu dirawat.

Kelebihan:

(a) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat

dikerjakan kapan saja.

(b) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.

(c) Vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam

sauna alami.

(d) Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak

ingin punya anak.


243

(e) Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit

komplikasi dari sterilisasi tubulus.

(f) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam menikamati hubungan seksual.

Kekurangan:

(a) Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu

beberapa waktu setelah benar-benar sperma tidak

ditemukan berdasarkan analisa sperma.

(b) Masih merupakan tindakan operasi maka laki-

laki masih merasa takut.

(c) Beberapa laki-laki takut vasektomi

mempengaruhi kemampuan seks atau

menyebabkan masalah ereksi.

(d) Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan

beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini

biasanya dapat lega dan konsumsi obat-obatan

lembut.

(e) Seringkali harus melakukan dengan kompres es

selama 4 jam untuk mengurangi pembengkakan,

perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus

memakai celana yang dapat mendukung skrotum

selama 2 hari.
244

(f) Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih

dahulu untuk membersihkan saluran sperma dari

sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang

steril atau tidak pemeriksaan miskroskopis

biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi.

(g) Vasektomi tidak memberikan perlindungan

terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV.

(h) Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika

orang itu masih dibawah 25 tahun, telah terjadi

perceraian atau anak meninggal.

(i) Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar

menentukan apakah vasektomi dapat berkerja

efektif 100% atau tidak.

Kontraindikasi:

(a) Perdarahan.

(b) Hematoma.

(c) Infeksi.

(d) Granuloma sperma.

(e) Antibody sperma.

Syarat-syarat Vasektomi

(a) Sukarela, artinya pasien telah mengerti dan

memahami segala akibat prosedur vasektomi


245

selanjutnya memutuskan pilihannya sendiri,

mengisi dan menandatangani inform consent.

(b) Oncent (persetujuan tindakan).

(c) Bahagia artinya pasien terikat pasien yang sah

dan telah mempunyai jumlah anak minimal 2

orang dengan umur anak terkecil minimal 2

tahun.

(d) Sehat, melalui pemeriksaan oleh dokter. Pasien

dianggap sehat dan memenuhi persyaratan medis

untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi.

( Mulyani dan Rinawati, 2013).

b. Dokumentasi asuhan kebidanan keluarga berencana

Laporan asuhan kebidanan keluarga berencana di

dokumentasikan dalam bentuk SOAP

S : Subjektif

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari hasil bertanya

dari pasien, suami atau keluarganya (sulistyawati, 2011).

1) Identitas

a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.

b) Umur: Ditulis dalam bentuk tahun untuk mengetahui

adanya resiko.

2) Keluhan Utama: untuk mengetahui alasan pasien datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2011).


246

3) Riwayat perkawinan : untuk mengetahui data ini akan

mendapatkan gambaran mengenai rumah tangga pasangan,

kawin umur berapa tahun, status perkawinan, lama pernikahan

dan suami keberapa (Sulistyawati, 2011).

4) Riwayat menstruasi : untuk mengetahui menarche umur

keberapa, haid teratur atau tidak, banyaknya darah, sifat darah,

da nada disminorhoe atau tidak (Estiwidani,2008).

5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu menurut

(Estiwidani, 2008) meliputi :

a) Kehamilan : jumlah kehamilan dan kelahiran G (Gravida),

P (Para), A (Abortus), H (Hidup).

b) Persalinan : Jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan,

lama melahirkan, cara melahirkan.

c) Nifas : apakah pernah mengalami perdarahan, infeksi dan

bagaimana proses laktasi.

d) Anak : mencakup berat bayi sewaktu lahir, adakah

kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi

saat dilahirkan hidup atau mati.

6) Riwayat KB : Bila ibu pernah mengikuti KB perlu di tanyakan

: jenis kontrasepsi, efek samping alas an berhenti lamanya

menggunakan kontrasepsi (Estiwidani, 2008).

7) Riwayat penyakit
247

a. Riwayat kesehatan sekarang : untuk mengetahui penyakit

yang diderita ibu sekarang ini atau mengetahui penyakit

lain yang bisa memberatkan keadaan ibu (Manuba, 2007).

b. Riwayat penyakit sistemik : Untuk mengetahui apakah ibu

pernah menderita penyakit seperti jantung, ginjal, asma,

TBC, DM, hepatitis, hipertensi dan epilepsy (Estiwidani,

2008).

c. Riwayat keturunan kembar : Dikaji untuk mengetahui

apakah dalam keluarga ada yang mempunyai riwayat

keturunan kembar (Ambarwati, 2010).

d. Riwayat operasi : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu

pernah dilakukan tindak operasi atau belum (Ambarwati,

2010).

8) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi: Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi

pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat

badan atau tidak (Sulistyowati, 2008).

b) Pola Eliminasi: Untuk mengetahui perubahan siklus BAB

dan BAK, karena dengan kebiasaan BAB dan BAK akan

mempengaruh adanya rasa tidak nyaman pada akseptor

KB (Sulistyowati, 2008)

c) Personal Hygiene: Bertujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi yang dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh,


248

termasuk pada daerah kewanitaannya dan payudara,

pakaian, tempat tidur dan lingkungan (Varney, dkk.,

2007).

d) Istirahat: Hal yang perlu ditanyakan lamanya tidur, adanya

keluhan. Karena dengan kebiasaan istirahat ini

akanberpengaruh pada kondisi fisik dan siklus haid

(Sulistyowati, 2008).

e) Aktivitas: Aktifitas akan terganggu karena kondisin tubuh

yang nlemah atau adanya nyeri akibat penyakit-penyakit

yang dialaminya (Sulistyowati, 2008)

O: Objektif

Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan

inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara

berurutan (Sulistyawati, 2011)

1. Status Generalis

a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum apakah

baik, sedang, kurang (Sulistyawati, 2011) Kesadaran :

untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,

kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai

dari keadaan composmentis (Kesadaran maksimal) sampai

dengan koma (tidak dalam keadaan sadar (Sulistyawati,

2011)

b. Tanda-tanda vital
249

1. Tekanan darah : biasnya digambarkan sebagai rasio

tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan

menilai dewasa normalnya berkisar 100/60 mmHg

sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal

120/80 mmHg (Elizabeth, 2014).

2. Suhu : untuk mengetahui suhu badan klien

(Mandriwati,2008)

3. Nadi : untuk mengetahui denyut nadi ibu (Manuba,

2010)

2. Pemeriksaan sistemik

a. Inspeksi

1) Rambut : Untuk mengetahui warna, kebersihan dan

rambut rontok atau tidak (Sulistyawati, 2011)

2) Muka : untuk mengetahui warna kulit, pigmentasi,

bentuk dan kesimetrisan (Elizabeth, 2014).

b. Palpasi

1) Mamae : Untuk mengetahui adanya masa atau

tidakteraturan dalam jaringan payudara, mendeteksi

adanya kanker payudara (Elizabeth, 2014).

2) Abdomen : mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan

perut . mendengarkan suara peristaltic perut, meneliti

tempat nyeri tekan organ-organ dalam rongga perut

benjolan dalam perut (Elizabeth, 2014).


250

A: Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam satu identifikasi :

1. Diagnosa atau masalah potensial

Masalah potensial adalah mengidentifikasi masalah

atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah

yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil terus

mengamati kondisi klien (Sulistyawati, 2011).

2. Antisipasi masalah atau tindakan segera

Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnose

potensial diindetifikasi. Penetapan kebutuhan ini dilakukan

dengan cara mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa

saja yang akan diberikan pada pasien dengan melakukan

konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan.

P: Planning

Planning Merupakan rencana dari tindakan yang akan

diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi tes diagnosis,atau

laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut (Hidayat, 2008)

Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang

menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua

peeerencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang

tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan


251

berdasarkan bukti, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa

saja yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh

pasien.(Sulistyawati, 2011).
252

B. KERANGKA PIKIR

Berdasarkan tinjauan teori tentang masa hamil, bersalin, nifas, dan


kunjungan ulang masa nifas maupun bayi baru lahir maka peneliti dapat
menyusun kerangka pikir:
Ibu hamil UK. 28-40 minggu

Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kebidanan


Pada kehamilan fisiologis : Rujuk
Kunjungan I (UK. 28-32 mgg)
Kunjungan II (UK. 33-36 mgg)
Kunjungan III (UK.37-40 mgg)

Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan Rujuk
kemajuan persalinan
kala I-IV dengan
partograf

Bayi Baru Lahir Nifas

Fisiologis Patologis Fisiologis Patologis

Penerapan Asuhan Kebidanan Rujuk Rujuk


pada BBL-Neonatus Fisiologis : Penerapan Asuhan
Kunjungan I (umur 6 jam-3 Kebidanan pada Ibu Nifas
hari) Fisiologis :
Kunjungan II (umur 4-7 hari) Kunjungan I (umur 6 jam-
KB
Kunjungan III (umur 8-14 3 hari)
hari) Kunjungan II (umur 4-28
Kunjungan IV (umur≥15 hari) Kunjungan I (4-9 hari
hari) Kunjungan III (umur 28-42 PP) : konseling pelayanan
hari) KB
Kunjungan II (8-14 hari
PP) : Evaluasi Konseling
Pelayanan KB

Kementrian RI 2015.Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta,Gavi


253

C. LANDASAN HUKUM

1. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 28 tahun 2017 tentang Izin dan

Penyelenggaran Praktik Bidan disebutkan pada:

Pasal 18

Dalam penyelenggaran Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan :

a. Pelayanan Kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga

Berencana

Pasal 19 ayat 1

Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.

Pasal 20 ayat 1

Pelayanan kesehatan anak sebagaimna dimaksud dalam pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

Pasal 21
254

Dalam memberikan pelayanan kesehatan repoduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf

c, Bidan berwenang memberikan:

1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

kelarga berencana ; dan

2) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

2. Berdasarkan Kepmenkes No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar

Profesi Bidan:

Terdiri dari standar kompetensi :

a. Kompetensi ke I:

Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan

pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyrakat dan etik

yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai

dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

b. Kompetensi ke II

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan

kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan yang

menyeluruh di masyarakat dalam rangka meningkatkan

kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan keahamilan, dan

kesiapan menjadi orang tua.


255

c. Kompetensi ke III

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi:

deteksi dini, pengobtan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

d. Kompetensi ke IV

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, terhadap

kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama

persalinan yang bersih dan aman, menangani kegawatdaruratan

tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya

baru lahir.

e. Kompetensi ke V

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi pada ibu

nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap

budaya setempat.

f. Kompetensi ke VI

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi baru lahir sampai dengan 1 bulan.

g. Kompetensi ke VII

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi dan balita sehat (1-5 tahun).

h. Kompetensi ke VIII
256

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan

komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai

dengan budaya setempat.

i. Kompetensi ke IX

Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan

gangguan sistem reproduksi.


254

BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi

Jenis Laporan Tugas Akhir ini adalah studi kasus dengan metode

kualitatif. Metode kualitatif merupakan proses pengumpulan data dapat

diperoleh melalui cerita, gambar atau dokumen lainnya (Lusiana dkk,

2015). Dengan metode ini penulis menulis hasil data sesuai dengan apa

yang dialami obyekan melakukan asuhan sesuai dengan kajian teori

kebidanan. Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. H di UPT

Puskesmas Jayengan Surakarta dengan manajemen 7 langkah Varney dan

data perkembangan SOAP.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian itu dilakukan

(Sujarweni, 2014). Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan

kebidanan komprehensif di UPT Puskesmas Jayengan Surakarta.

C. Subjek Studi Kasus

Sumber data adalah subjek darimana asal data penelitian itu

diperoleh. Apabila peneliti misalnya menggunakan suatu teknik

pengumpulan informasi yang memungkinkan peneliti mempelajari sikap-

sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di

317
254
255

dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau

oleh sistem yang sudah ada(kuiesioner) atau wawancara dalam

pengumpulan data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan baik tertulis maupun lisan

(Sujarweni, 2014). Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah

ibu hamil normal usia kehamilan 30 minggu pada bulan Februari 2018 di

UPT Puskesmas Jayengan Surakarta kemudian diikuti sampai ibu bersalin

dan nifas s/d Mei 2018.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu penelitian adalah tanggal bulan dan tahun dimana kegiatan

penelitian tersebut dilakukan (Sujarweni, 2014). Studi kasus ini

dilaksanakan pada tanggal 22 Januari -30 Mei 2018.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dah

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Sujarweni, 2014).

Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format

dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan metode 7 langkah

Varney dan bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas serta keluarga berencana

dengan metode perkembangan SOAP.


256

F. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti

untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden

sesuai lingkup penelitian (Sujarweni, 2014).

1. Data primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari objek/objek

penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo,

2009).

a. Pemeriksaan fisik

1) Palpasi

Palpasi merupakan pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu

tangan, untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan,

tekstur, dan mobilitas (Uliyah dan Hidayat, 2008). Palpasi pada

asuhan komprehensif yaitu pemeriksaan Leopold I-IV,

menentukan tinggi fundus uteri dan menilai kontraksi uterus.

2) Perkusi

Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan

pengetukan yang menggunakan ujung-ujung jari pada bagian

tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-

organ tubuh, dan menentukan adanya cairan dalam rongga

tubuh (Uliyah dan Hidayat, 2008). Perkusi pada asuhan

komprehensif yaitu dilakukan pemeriksaan reflek patella.


257

3) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses pengamatan atau observasi

untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien (Uliyah dan

Hidayat, 2008). Inspeksi pada asuhan komprehensif yaitu

dilakukan untuk mengetahui pembesaran perut, bentuk perut,

adanya linea alba/nigra, adanya striae albican/livide, kelainan

dan pergerakan janin.

4) Auskultasi

Yaitu pengumpulan data dengan mendengarkan bagian tubuh

(fisik) pasien (Apriyani, 2017). Seperti auskultasi bunyi

jantung, auskultasi bising usus, dan auskultasi suara nafas

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpalan data dengan

cara mewawancari langsung responden yang diteliti, sehingga

metode ini memebrikan hasil secara langsung(Hidayat,2014).

Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan pasien dan

keluarga pasien di UPT Puskesmas Jayengan Surakarta untuk

menilai keadaan atau masalah pada pasien.

c. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden

penelitian untuk mencari perubahan hal-hal yang akan


258

diteliti(Hidayat,2014). Pada asuhan komprehensif observasi

dilakukan untuk mengetahui kemajuan persalinan dan kala IV.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian (Riwikdido, 2009).

a. Studi dokumen

Studi dokumen merupakan kajian dari bahan dokumenter

yang tertulis bisa berupa buku teks, surat kabar, majalah, surat-

surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya, bahan

juga dapat berasal dari pikiran seseorang yang tertuang di dalam

buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan (Sujarweni, 2014).

Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan

catatan medic yang ada di UPT Puskesmas Jayengan Surakarta

berupa nomor register pasien, riwayat kesehatan, buku periksa

pasien, buku KIA.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakan digunakan untuk mengidentifikasi

kepustakaan yang relevan dengan masalah penelitian, lalu

melakukan sintesis informasi atau konsep (Lapau, 2015). Studi

kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas dan keluarga berencana tahun

2007-2018.
259

3. Alat dan bahan yang dibutuhkan

Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain:

a. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik: tensimeter, stetoskop, dopler, timbangan berat

badan, thermometer, jam, handscoon.

b. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara:

Format Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil, bersalin dan nifas serta

bayi baru lahir.

c. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi

dokumentasi: catatan medic atau status pasien, buku KIA.

4. Jadwal

Jadwal studi kasus merupakan rencana tentang jadwal yang akan

digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penilitiannya(Hidayat,

2014). Dalam pembuatan proposal, membuat jadwal penelitian

merupakan sesuatu yang harus dilakukan karena dapat memberikan

rencana secara jelas dalam proses pelaksanaan penelitian. Jadwal

pelaksanaan studi kasus terlampir.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Jayengan adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Serengan.

Kelurahan ini terletak jalan selatan Klenteng Secoyudan ke selatan

pertigaan Notosuman ke barat sampai perempatan jalan keraton, ke

utara sampai perempatan Singosaren.

Di Kelurahan Jayengan terdapat satu puskesmas induk yang

bernama Puskesmas Jayengan yang menjadi tempat pengambilan

kasus ini. Puskesmas Jayengan yang bertempat di Kartopuran Rt 12/V

Kecamatan Sarengan. Kota Surakarta, No telpon 0271641257.

Puskesmas jayengan ini mulai melakukan pelayanan pada pukul 07.00

WIB-14.00 WIB kecuali hari jum’at pada pukul 07.00 WIB – 11.00

WIB dan Sbtu pukul 07.00 WIB – 12.30 WIB. Sedangkan pelayanan

ANC dilakukan pada hari Senin dan Kamis.

Untuk menjalankan pelayanan diperlukan peralatan yang dapat

menunjang kelancaran pelayanan tersebut sehingga dapat berjalan

dengan baik dan lancar. Berikut ini adalah perlatan-peralatan yang

digunakan di setiap pelayanan rekam meliputi :

260
261

1. Ruangan pealayanan dan peralatan Penunjang

a. Loket Pendaftaran Pasien

Terletak di depan pintu masuk utama puskesmas

menghadap ke arah barat dengan dibatasi meja panjang

untuk membarasi petugas loket dengan pasien yang akan

mendaftar. Di dalam loket terdapat komputer untuk

memasukkandata pasien kedalam rekam medis puskesmas,

meja panjang untuk melakukan pencatatan data pasien,

kursi, peralatan tulis, rak penyimpanan dokumen rekam

medis, buah kipas angin, alat pengeras dan 1 microphone.

b. Apotik

Terletah disebelah barat loket pendaftaran pasien

menghadap ke timur dengan kaca untuk membatasi pasien

yang akan mengambil obat. Di dalam apotik terdapat lemari

obat, Satu meja panjang, kursi, komputer dan alat tulis dan

terdapat lemari penyimpanan obat.

c. Ruang Pojok ASI

Terletak disebelah selatan apotik, didalam ruang ASI ini

terdapat meja dan kursi.

d. Ruang Gizi

Terletak diseblah selatan ruang pojok ASI, didalam nya

terdapat meja, kursi, lemari, dan alat peraga untuk koseling

gizi.
262

e. Laboratorium

Terletak di selatan apotik didalam nya terdapat peralatan

laboratorium, meja dan kursi.

f. Ruang KIA

Terletak di timur laboratorium dan didalam nya terdapat

peralatan untuk pemeriksaan, tempat tidur pasien, lemari,

kursi,meja, komputer dan alat tulis.

g. Ruang KB

Terletak disebalah timur ruang KIA didalam nya terdapat

meja, kursi, bed obgyn, lemari, lampu sorot dan peralatan

untuk melakukan pemasangan KB.

h. Ruang Dapur

Terletak disebelah timur ruang KB didalamnya terdapat

meja, kursi, dan peralatan masak dan kompor.

i. Gudang

Terletak disebelah timur ruang dapur didalam nya terdapat

lemari penyimpanan, meja,kursi dan buku catatan.

j. Poli Umum

Poli umum terletak di timur tempat pendaftaranterdapat

peralatan medis yang digunakan untuk pemeriksaan pasien,

meja kerja, kursi, tempat tidur pasien, lemari, komputer

untuk mengentry data pasien.


263

k. Ruang Aula

Ruang aula terletak dilantai 2 dibagian sebelah barat,

didalam nya terdapat meja, kursi, lemari, LCD dan layar

proyektor

l. Ruang kepala Puskesmas

Terletak di depan Aula

m. Ruang Tata Usaha

Terletak disebelah selatan ruang kepala puskesmas, didalam

nya terdapat meja, kursi, lemari, komputer dan perlatan

tulis.

n. Mushola

Terlertak dibelah selatan ruang Tata Usaha.

2. Unit penunjang

a. Puskesmas Pembantu

Puskesmas Jayengan mempunyai 2 puskesmas pembantu

yaitu Puskesmas Pringgolayang dan Puskesmas Makam

Cilik.

b. Puskesmas Keliling

Unit pelayanan keliling ini merupakan salah satu program

Puskesmas Jayengan dalam memberikan pelayanan

kesehatan masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan keliling

ini pasien dapat menggunakan kartu jaminan keseharan

seperti Jamkesmasn, BPJS, KIS dan umum (bayar).


264

B. Tinjauan Kasus

1. Kehamilan

Ruang : KIA

Tanggalmasuk : 23 Februari 2018

No Register : 401059

a. PENGKAJIAN

Tanggal : 23 Februari 2018 pukul : 09.30 wib

1) IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

Nama : Ny. H Nama : Tn. A

Umur : 30tahun Umur : 34 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Dawong Kulon rt 02/10 Serengan, Surakarta

2) ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 23 Februari 2018 Pukul : 09.30 WIB

a) Keluhan utama pada waktu masuk: ibu mengatakan ingin

memeriksakan kehamilannya dan tidak ada keluhan.


265

b) Riwayat Menstruasi

(1) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama umur

13 tahun

(2) Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28

hari

(3) Lamanya : Ibu mengatakan lamanya haid 7

hari

(4) Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 5-6

kali perhari sebelum sampai penuh

(5) Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur

(6) Sifatdarah : Ibu mengatakan darah yang keluar

merah encer

(7) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak merasakan

nyeri saat haid

c) RiwayatHamilIni

(1) HPHT : 19Juli 2017

(2) Gerakanjanin : Ibu mengatakan merasakan adanya

gerakan janin pada usia kehamilan 12

minggu

(3) Vitamin/jamu yang dikonsumsi : Ibu mengatakan tidak

mengkonsumsi

vitamin/jamu selain dari

bidan
266

(4) Keluhan-keluhanpada

Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III : bu mengatakan tidak ada keluhan

(5) ANC : 7kali di bidan teratur

(6) Penyuluhan yang pernahdidapat :

Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan

apapun

(7) Imunisasi TT

TT 1 : PadasaatSD

TT 2 : PadasaatSD

TT 3 : PadasaatSD

TT 4 : Padasaat capeng

TT 5 : Padasaat hamil UK 6 minggu

(8) Kekhawatirankhusus:

Ibu mengatakan tidak ada kekhawatiran khusus

d) RiwayatPenyakit

(1) Riwayatpenyakitsekarang

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit

seperti demam, batuk, pilek dan flu.

(2) Riwayatpenyakitsistemik
267

(a) Jantung : Ibu mengatakan tidak merasakan nyeridi

dada sebelah kiri, tidak berdebar-debar

serta tidak pernah berkeringat di telapak

tangan

(b) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

sakit padadaerah pinggang sebelah

kanan dan kiri.

(c) Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak

napas dan tidakpernah batuk dalam

waktu yang lama ± 3 bulan.

(d) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakitkuning.

(e) DM : Ibu mengatakan tidak sering kencing di

malamhari dan tidak mudah haus dan

lapar.

(f) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

tekanandarah tinggi atau lebih dari

140/90 mmHg.

(g) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kejangyang disertai keluar busa pada

mulutnya.

(h) Lain-lain : Ibu mengatakantidak mempunyai

penyakit sepertiHIV/AIDS, PMS.


268

(3) Riwayatpenyakitkeluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga

suaminya tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti

DM, jantung, Asma, hipertensi dan riwayat penyakit

menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS

(4) Riwayatketurunankembar

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga

suaminya tidak memiliki riwayat keturunan kembar

(5) Riwayatoperasi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami operasi apapun

e) RiwayatPerkawinan

(1) Status perkawinan : sah, kawin 1 kali

(2) Kawin : umur 24tahun, dengansuamiumur 28

tahun

(3) Lamanya : 8 tahun, mempunyai anak 1orang

f) RiwayatKeluargaBerencana

Tabel : 1.6

No Jenis Tahun Tahun Keluhan Alasan


Alkon Pakai berhenti berhenti

1. Suntik 3 2015 2012 Tidak Ingin mempunyai


bulan ada anak lagi
sumber : buku KIA
269

g) RiwayatKehamilan, Persalinan, danNifas yang lalu

Tabel : 1.7

Nifas
Anak Keadaan
Tgl/thn Tempat UK Jenis Penol
No anak
partus partus (bln) partus ong J Keadaa
BB PB Laktasi sekarang
K n
1. 2013 BPM 9 Spontan Bidan P 3.300 48 Baik Lancar Hidup
gr cm
Sumber : buku KIA

h) Polakebiasaansehari-hari

(1) Nutrisi

Sebelumhamil :Ibu mengatakan makan 3-4 kali perhari

dengan nasi, sayur, lauk, porsi sedang,

minum air putih 4 gelas perhari

Selamahamil :Ibumengatakanmakan 3-4 kali perhari

dengan nasi, sayur, lauk, porsi sedang,

minum air putih 4 gelas perhari

Keluhan : Tidak ada keluhan

(2) Eliminasi

Sebelumhamil : IbumengatakanBAK 4-5 kali perhari,

berwarna kuning jernih, bau khas urin,

tidak ada keluhan. BAB 1 kali perhari,

konsistensi lunak berwarna kuning

kecoklatan, bau khas feses.


270

Selamahamil : Ibumengatakan BAK 6-7 kali perhari,

berwarna kuning jernih, bau khas urin,

tidak ada keluhan. BAB 1 kali perhari,

konsistensi lunak berwarna kuning

kecoklatan, bau khas feses.

Keluhan : Tidak ada keluhan

(3) Aktivitas

Sebelumhamil : ibu mengatakan membereskan rumah

dibantu ibunya dan mengasuh anaknya

sendiri

Selamahamil : ibu mengatakan membereskan rumah

dibantu ibunya dan mengasuh anaknya

sendiri

Keluhan : tidak ada keluhan

(4) Istirahat / Tidur

Sebelumhamil :Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, dan

tidur malam 9 jam

Selamahamil :Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, dan

tidur malam 9 jam

Keluhan : Tidak ada keluhan

(5) Seksualitas

Sebelumhamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 1 kali dalam dua minggu


271

Selamahamil : Ibu mengatakan tidak melakukan

hubungan seksual

Keluhan : Tidak ada keluhan

(6) Personal Hygiene

Sebelumhamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,

gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2

kali sehari, kramas 2-3 kali dalam

seminggu

Selamahamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,

gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2

kali sehari, kramas 2-3 kali dalam

seminggu

Keluhan : Ibu merasa cemas

(7) Psikososialbudaya

(a) Perasaan tentang kehamilan ini :

Ibu mengatakan senang atas kehamilan ini

(b) Kehamilan ini direncanakan/tidak :

Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan

(c) Jenis kelamin yang diharapkan :

Ibu mengatakan laki-laki perempuan sama saja

(d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini :

Ibu mengatakan keluarga mendukung terhadap

kehamilan ini
272

(e) Keluarga lain yang tinggal serumah :

Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami, anak

dan mertua

(f) Pantangan makanan :

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan

(g) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan:

Ibu mengatakan ada adat istiadat 7 bulanan atau

mitoni

(8) Penggunaan obat-obatan/rokok :

Ibu mengatakan tidak merokok, tetapi suaminya merokok

3) PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)

a) Status generalis

(1) Keadaanumum :Baik

(2) Kesadaran :Composmentis

(3) TTV :TD : 110/70 mmHg

N :82x/mnt

S : 36,6oC

R : 20 x/mnt

(4) TB : 160 cm

(5) BB sebelumhamil :70 kg

(6) BB sekarang : 79 kg

(7) LLA : 30 cm

b) PemeriksaanSistematis
273

(1) Kepala

(a) Rambut : bersih, tidakrontok,

tidakberketombe

(b) Muka : tidak pucat, tidak oedema

(c) Mata

i. Oedema :tidakoedema

ii. Conjungtiva :merahmuda

iii. Sklera :putih

(d)Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada

benjolan

(e) Telinga : simetris, tidak ada serumen

(f) Mulut/Gigi/Gusi : bersih, tidakada stomatitis, tidak

caries, gusi tidak berdarah

(2) Leher

(a) Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran

kelenjar gondok

(b) Tumor :tidak ada benjolan

(c) Kelenjar Limfe :tidak ada pembesaran

kelenjar limfe

(3) Dada dan Axilla

(a) Mammae

i. Membesar : normal, sesuai umur kehamilan

ii. Tumor : tidak ada benjolan


274

iii. Simetris : simetris kanan dan kiri

iv. Areola : hiperpigmentasi

v. Putting susu : menonjol

vi. Kolostrum : sudah keluar bagian kanan

(b) Axilla

i. Benjolan :tidakadabenjolan

ii. Nyeri : tidak ada nyeri tekan

(4) Ekstremitas

(a) Atas : simetris, tidak oedema, kuku bersih,

jari-jari lengkap

(b)Bawah

ii. Varices :tidakada varices

iii. Oedema : tidak ada oedema

iv. Reflek Patella: kanan + kiri +

v. Kuku : bersih

c) Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)

(1) Abdomen

(a) Inspeksi

i. PembesaranPerut : Sesuai dengan ukuran

kehamilan

ii. BentukPerut : Memanjang

iii. Linea alba / nigra : linea nigra

iv. StrieAlbican / Livide : tidak ada strie


275

v. Kelainan : tidak ada

vi. Pergerakananak : ada, 1 kali

vii. Bekas luka : tida ada

(b) Palpasi

i. Kontraksi : tidakadakontraksi

ii. Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat. Bagian

teratas janin teraba bulat, lunak,

tidak melenting (bokong)

iii. Leopold II : bagiankananterasakeras,

memanjang seperti papan

(punggung) dan bagian kiri

teraba bagian-bagian terkecil

janin (ekstremitas)

iv. Leopold III : bagian terbawah janin teraba

bulat,keras (kepala),dapat

digoyangkan (konvergen)

v. Leopold IV : bagian terendah janin belum

masuk PAP.

vi. TFU Mc Donald : 27 cm

vii. TBJ : (27 cm-12) x 155 = 1.860 gram

(c) Auskultasi
276

DJJ : Punctum maximum : kuadran

kananbagian bawah

pusat ibu

Frekuensi :146 x/menit

Teratur/Tidak : teratur

(2) Pemeriksaan Panggul

(a) Kesan Panggul :Gynecoid

(b) Distantia Spinarum : 26 cm

(c) Distantia Kristarum : 29 cm

(d) Konjungata Eksterna (Boudeloque) : 20 cm

(e) Lingkar Panggul : 95 cm

(3) Anogenital

(a) Vulva Vagina

i. Varices : tidak ada varices

ii. Luka : tidak ada luka

iii. Kemerahan : tidak ada kemerahan

iv. Nyeri : tidak ada nyeri

v. Kelenjar Bartolini :tidak ada pembesaran

kelenjar bartolini

vi. PengeluaranPervaginam : tidak ada pengeluaran

pervaginam

(b) Perineum

i. Bekas Luka : tidak ada bekas luka


277

ii. Lain-lain : tidak ada

(c) Anus

i. Haemorhoid : tidak ada haemoroid

ii. Lain-lain : tidak ada

d) PemeriksaanPenunjang

(1) PemeriksaanLaboratorium :tanggal 08 Februari 2018

Hasil :HB : 10,9 gr%

Golongandarah :O

HbsAg : Negatif

HIV : Negatif

(2) Pemeriksaanpenunjang lain :tidakdilakukan

b. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 23 Februari 2018 Pukul : 09.35WIB

1) DiagnosaKebidanan

Ny. H G2P1A0 umur 30 tahun umur kehamilan 30 minggu, janin

tunggal, hidup, intrauteri, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP,

dengan Anemia ringan

Data Dasar :

DS :

a) Ibu mengatakan bernama Ny. H


278

b) Ibu mengatakan berumur 30 tahun

c) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 19 Juli 2017

d) Ibumengatakanmerasacemas karena Hb nya rendah

e) Ibu mengatakan tidak ada keluhan

DO :

a) Keadaanumum :Baik

b) Kesadaran :Composmentis

c) TTV :TD : 110/70 mmHg

N : 82 x/mnt

S : 36,6 oC

R : 20 x/mnt

d) TB : 160 cm

e) BB sebelum hamil : 70 kg

f) BB sekarang : 79 kg

g) LLA : 30 cm

h) Leopold I : TFU 3 jari diatas PX. Bagian teratas janin

teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong)

i) Leopold II : bagian kanan teraba keras, memanjang

seperti papan (punggung) dan bagian kiri

teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas)
279

j) Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, keras

(kepala), dapat digoyangkan (konvergen)

k) Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk PAP

l) TFU Mc Donald : 27 cm

m) TBJ : (27 cm-11) x 155 = 1.860 gram

n) DJJ : 146x/ menit

o) PemeriksaanLaboratorium : tanggal 08 Februari 2018

Hasil HB : 10,9 gr%

Golongandarah :O

HbsAg : Negatif

HIV : Negatif

2) Masalah

IbumerasacemaskarenaHbnya 10,9 g/dl

3) Kebutuhan

Memberikan suport mental pada ibu

c. DIAGNOSA POTENSIAL

Anemia Sedang

d. TINDAKAN SEGERA

Pemberian tablet Fe (tablet perhari dengan dosis 60mg)

e. RENCANA TINDAKAN

Tanggal: 23 Februari2018 Pukul : 09.37 WIB

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2) Anjurkan ibu mempertahankan istirahat cukup


280

3) Anjurkan ibu untuk mempertahankan makan makanan yang

bergizi

4) Beri tahu cara meminum obat tablet Fe

5) Berikan dukungan moril agar ibu tidak cemas dengan HB nya

yang kurang

6) Beritahu ibu untuk ceh HB pada kunjungan selanjutnya

7) Beritahu ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi pada tanggal

:8 Maret 2018.

8) Dokumentasi

f. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN

Tanggal: 23 Februari 2018 Pukul:09.40WIB

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya

a) Keadaanumum :Baik

b) Kesadaran :Composmentis

c) TTV :TD : 110/70 mmHg

N : 82 x/mnt

S : 36,6oC

R : 20 x/mnt

d) BB : 79 kg

e) DJJ : 146 x/menit

2) Memberitahu ibu agar mempertahankan istirahat yang cukup

3) Menganjurkan ibu untuk mempertahankan makan makanan yang

bergizi seperti sayuran buah buahan dan tambahan


281

4) Memberitahu ibu agar meminum tablet fe dimalam hari untuk

mengurangi mual

5) Memberikan dukungan moril pada ibu agar tidak cemas karena

Hbnya kurang

6) Memberitahu ibu untuk cek HB saat kunjungan ulang

7) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi pada

tanggal : 8 Maret 2018.

8) Melakukan dokumentasi

g. EVALUASI

Tanggal: 23 Februari2018 Pukul : 09.45 WIB

1) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

2) Ibu bersedia untuk mepertahankan istirahat cukup

3) Ibu bersedia untuk mempertahankan makan makanan yang bergizi

4) Ibu sudah mengetahui cara meminum tablet fe

5) Ibu bersedia cek HB pada kungjungan ulang selanjutnya

6) Ibu bersedia untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi pada tanggal 8

Maret 2018.

7) Dokumentasi telah dilakukan


282

2. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL KUNJUNGAN 1

Tanggal : 10 Maret 2018 Pukul : 09.30 WIB

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan masih mengkonsumsi terapi obat dari bidan, dan tidak ada

keluhan pada kehamilannya.

b. Data Objektif

Pemeriksaanfisik

1) Keadaan : Umum baik

2) Kesadaran : Composmentis.

3) Tanda vital

a) TD : 120/70 mmHg

b) Nadi : 80 x/menit

c) Pernafasan : 22 x/menit

d) Suhu : 37°C

4) Umur kehamilan : 32+1 minggu

5) Palpasi

Tanggal : 08 Maret 2018

a) Leopold I : TFU 3 jari diatas PX. Bagian teratas janin

teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong)

b) Leopold I :Bagian kanan teraba keras, memanjang


283

seperti papan (punggung) dan bagian kiri

teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas)

c) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras

(kepala), dapat digoyangkan (konvergen)

d) Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk PAP

e) TFU Mc Donald : 28 cm

f) TBJ :(28 - 11)x 155 = 2.635 gram

6) Auskultasi

a) Puctum maxsimum pada kuadran kanan bawah pusat ibu

b) DJJ : 140x/menit teratur

c) Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : kuadran kanan

bawah pusat ibu

d) Frekuensi : 134 x/menit

e) Permeriksaan penunjang : hasil Lab

Tanggal : 2 Maret 2018

Hb : 10,9 gr/dl

HbsAg : (-)

Protein urine : (-)

Protein reduksi : (-)


284

c. Analisa Data

Ny. H G2P1A0 umur 30 tahun umur kehamilan 32+1 minggu, janin tunggal,

hidup intrauterine, letak memanjang,punggung kanan, presentasi kepala,

belum masuk PAP, dengan Anemia ringan.

d. Pelaksanaan

Tanggal : 10 Maret 2018 pukul : 09.35 WIB

1) Memberitahu Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu

dan janin dalam keadaan baik, normal. Yaitu TD: 120/80 Mmhg, N : 80

x/menit, R: 22x/menit, S: 36,60C.

2) Memberitahu ibu tentang tanda bahaya TM 3. Yaitu

a) Praeeklamsia tanda gejalanya pandangan mata kabur, sakit kepala,

nyeri ulu hati, bengkak pada muka dan wajah, bahaya pada klien

kejang atau kematian dan pada janin gawat janin dan kematian .

b) Gerakan janin kurang yaitu kurang dari 10x/12jam dan bahaya bagi

janin (gawat janin dan kematian dalam Rahim).

c) Perdahan pervagina yaitu adanya perdaharahan yang baik berupa

bercak maupun mengalir yang bisa disebabkan solusio plasenta

(perdarahan disertai nyeri perut), plesenta previa (pendarahan tidak

disertai nyeri perut. Bahaya terhadap klien (syok hemoragi/

hipovolemik, kematian) janin nya (gawat janin dan kematian)

d) KPD (Ketuban pecah dini) yantu cairan yang keluar tanpa disadari

oleh klien melalu jalan lahir dan berbau khas), bahayanya bagi klien

(infeksi), janin (gawat janin, infeksi).


285

Jika klien mengalami tanda seperti yang sudah dijelaskam segera

menhubungi tenaga medis terdekat (bidan, dokter, rumah sakit).

3) Memberikan terapi obat tablet Fe dosis 60 mg, Kalk 500mg pada

pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018

4) Menganjurkan ibu untuk datang 2 minggu lagi atau bila ada keluhan

5) Mendokumentasikan tindakan

e. Evaluasi

Tanggal : 10 Maret 2018 pukul : 09.40 WIB

1) Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan ibu dan bayi.

2) Ibu bersedia mengkonsumsi obat yang diberikan bidan

3) Ibu sudah mengerti dan paham tentang tanda ibu hamil trimester III.

4) Ibu bersedia kunjungan ulang satu minggu lagi.

5) Tindakan sudah didokumentasikan.


286

3. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL KUNJUNGAN 2

Tanggal: 16 Maret 2018 Pukul: 10.00 WIB

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan sudah tidak cemas tentang Hb nya ,dan tidak ada keluhan

pada kehamilannya.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : baik

b) Kesadaran : Composmentis.

c) Tanda vital

(1) TD : 110/70 mmHg

(2) Nadi : 80 x/menit

(3) Pernafasan : 20 x/menit

(4) Suhu : 37°C

d) Umur Kehamilan : 33 minggu

e) Kepala dan leher

(1) Edema wajah : Tidakada

(2) Mata : Konjungtiva merah muda

(3) Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tonsil tidak

meradang

(4) Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

dan limfe
287

f) Abdomen

(1) Bentuk Perut : Memanjang

(2) Palpasi leopold

(a) Leopold I : TFU 2 jari diatas PX. Bagian teratas janin

teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong)

(b) Leopold I : Bagian kanan teraba keras, memanjang

sepertipapan (punggung) dan bagian kiri

teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas)

(b)Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras

(kepala), tidak dapat digoyangkan

(divergen)

(d) Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP

4/5 bagian

g) TFU Mc Donald : 29 cm

h) TBJ : (29 - 12)x 155 = 2.790 gram

i) Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : kuadran kanan

bawah

Frekuensi : 135 x/menit

j) Permeriksaan penunjang : hasil Lab

Hb : 12,4 gr

HbsAg : (-)
288

Protein urine : (-)

Protein reduksi : (-)

c. Analisa Data

Ny H G2P1A0 umur 30 tahun usia kehamilan 33 minggu, intrauterin,

punggung kiri, janin tunggal, janin hidup, presentasi kepala, bagian

terbawah janin sudah masuk PAP 4/5 bagian. Normal

d. Penatalaksanaan

Tanggal : 16 Maret 2018 pukul : 10.05 WIB

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.

2) Menganjurkan ibu untuk tetap mempertahankan istirahat yang cukup.

3) Menjelaskan pada ibu tentang persiapan persalinan

a) Menjelaskan tanda-tanda persalinan (kenceng teratur makin lama

makin sering,nyeri menjalar sampai pinggang dan keluar lendir

darah)

b) Menjelaskan tanda bahaya persalinan (perdarahan,sakit kepala

yang hebat, pandangan mata kabur, keluar cairan sebelum ada

tanda persalinan,nyeri perut hebat, bayi tidak lahir setelah 12 jam)

c) Menjelaskan tempat persalinan yang aman (

PKD,Puskesmas,BPS,RB,RS)

d) Menjelaskan trasnportasi yang bisa digunakan ke tempat persalinan

(Mobil,Motor,Becak,angkutan umum)

e) Menjelaskan tenaga kesehatan penolong persalinan (Bidan,dokter

SpOG)
289

f) Menjelaskan siapa saja yang mendampingi saat persalinan (suami,

ibu,keluarga,tetangga)

g) Menjelaskann biaya persaiapan persalinan (mandiri, jamkesmas,

jampersal, jamkesda, askes, jamsostek dan asuransi lain)

h) Menjelaskan hal-hal yang harus di siapkan untu mengantisipasi hal-

hal kegawatdaruratan (Uang dan Donor darah)

i) Menjelaskan siapa sebagai pengambil keputusan pertama jika

terjadi kegawatdaruratan (suami,orangtua,keluarga,diri sendiri )

4) Menganjurkanibuuntuksegera datang kefasilitaskesehatanapabila

mengalami salah satu tanda persalinan atau jika ada keluhan.

e. Evaluasi

Tanggal : 10 Maret 2018 pukul : 10.10 WIB

1) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2) Ibu bersedia untuk menjaga pola istirahatnya.

3) Ibu sudah mengerti mengenai tanda-tanda persalinan

4) Ibu bersedia datang ke fasilitas kesehatan apabila mengalami salah satu

tanda persalinan
290

4. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Ruang : RSUD dr Moewardi Surakarta

Tanggal : 30 April 2018

No. Reg :

Asuhan persalinan Ny H G2P1A0 umur 30 tahun Di

PuskesmasGajahan Surakarta pukul 03.30 WIB didapatkan data

daribidandanpasien. Sebagai tanda - tanda persalinan, Ibu mengatakan

mengeluh kencang-kencang sejak jam 01.00 WIB, mengeluarkan lendir darah

dan ibu mengatakan dilakukan pemeriksaan oleh bidan dengan pembukaan 3

cm. Pada pukul : 07.30 WIB. Data objektif didapatkan kontraksi : kuat, 3 kali

dalam 10 menit selama 30 detik, DJJ : positif, 135 x/menit, teratur (dihitung

menggunakan doppler); VT : portio menipis, serviks membuka, lunak, Ø = 7

cm, KK (+), presentasi belakang kepala, UUK jam 12. Diagnosa kebidanan

adalah Ny. H G2P1A0 umur 30 tahun umur kehamilan 40+4 minggu, janin

tunggal, hidup intrauterine, presentasi belakang kepala, puka inpartu kala I fase

aktIf normal. Penatalaksaan dari diagnosa tersebut antara lain: beritahu ibu

tentang kondisi ibu dan janin, observasi kemajuan persalinan, siapkan partus

set, siapkan perlengkapan ibu dan bayi, anjurkan ibu untuk tidak meneran saat

pembukaan belum lengkap, anjurkan ibu untuk posisi miring kiri dan teknik

relaksasi yaitu dengan tarik nafas melalui hidung dikeluarkan melalui mulut di

antara kontraksi, anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada his. Pada

pukul 09.30 WIB pembukaan sudah lengkap sehingga dilakukan pimpinan


291

persalinan. Data objektif didapatkan kontraksi : kuat, 4 kali dalam 10 menit

selama 45 detik, DJJ : positif, 145 x/menit, teratur (dihitung menggunakan

doppler), KK (-) pukul 09.25WIB presentasi belakang kepala.

Pukul 10.30 WIB setelah dilakukan pimpinan persalinan selama 1jam

bayi belum lahir dan keadaan ibu lemas, segera dipasang infus RL 20 tpm,

maka segara bidan melakukan rujukan ke RSUD dr Moewardi Surakarta dan

segera dilakukan tindakan SC dengan indikasi kala 2 lama, dan anjurkan

keluarga untuk mendampingi dan memotivasi ibu agar tidak cemas.ibu

mengatakan masuk ruang SC pada pukul 10.45 WIB dan keluar ruang SC pada

pukul 11.30 WIB dan dipindah diruang nifas pada pukul 12.00 WIB. Keaadaan

bayi sehat normal dan ditempatkan pada ruang perinatologi sambil menunggu

keaadan ibu stabil sehabis SC untuk rawat gabung.


292

5.ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Ruang : RSUD dr Moewardi Surakarta

Tanggal : 30 April 2018

No. Reg :

Dari pengkajian dari ibu, ibu mengatakan Pada pukul 11.00 WIB ibu

mengatakan bayinya menangis kuat berjenis kelamin perempuan dan berat

badan 3.900 gram, panjang badan 50 cm dan sudah diberikan vit K dan salep

mata setelah bayo lahir, bayi di letakkan di ruang perinatologi menunggu

keaadan ibu stabil untuk dilakukan rawat gabung.


293

6. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS KUNJUNGAN 1

Ruang : Puskesmas Jayengan

Tanggal masuk : 06 Mei 2018

No.Register :

a. Data Subjektif.

Tanggal : 06Mei 2018 Pukul : 10.00 WIB

1) Alasan Kunjungan

Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaan nifasnya apakah dalam

keadaan normal atau tidakdan Ibu mengatakan ASInya sudah keluar, ibu

mengatakan masih merasa nyeri bekas luka SC dan bayinya sudah

menyusui dengan kuat

2) Riwayat Persalinan ini

a) Tempat persalinan : RSUD dr Moewardi

b) Tanggal/ Jam Persalinan : 30 April 2018, Jam : 11.00 WIB

c) Jenis persalinan : SC

d) Tindakan Lain : Tidak ada

e) Komplikasi/Kelainan dalam Persalinan: Kala 2 lama

f) Penolong : Dokter SpOg

g) Perineum :

(1) Ruptur/ tidak : Tidak ada

(2) Dijahit/Tidak : Tidak ada


294

h) Luka jahitan : Masih nyeri dan basah

3) Pola Kebisaan Sehari-hari

a) Nutrisi

(1) Diet makanan : Ibu mengatakan banyak mengkonsumsi

makanan yang mengandung protein

(2) Perubahan Pola makan

(a) Selama nifas :Ibu mengatakan makan ± 2-3 kali porsi

sedang dan minum ±7-8 gelas air putih

dan teh

b) Eliminasi

(1) Selama nifas : Ibu mengatakan BAK ± 4-5 kali sehari dan

BAB 1kali sehari

c) Istirahat//tidur

(1) Selama nifas : Ibu mengatakan istirahat siang ± 1 jam dan

malam ± 6-7 jam sehari

d) Personal Hygiene

(1) Selama nifas : Ibu mengatakann mandi 2x sehari dan

mengganti pakaiann 2x sehari serta

mengganti pembalut ± 2-3 kali sehari

e) Aktivitas

(1) Selama nifas : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan

rumah seperti mencuci, memasak dan

menyapu dibantu oleh suami


295

f) Data Psikologis Sosial Budaya Dan Spiritual

(1) Psikologi

Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anaknya,

karena ini merupakan anak ke 2 dan sangat diharapkan

(2) Sosial budaya

Hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga baik. Keluarga dan

lingkungan sekitar turut mendukung dengan kelahiran bayinya.

Selama nifas tidak ada pantangan untuk makan.

4) Data Pengetahuan

a) Cara membersihkan Vulva:

Ibu mengatakan sudah mengeti cara membersihan Vulva yaitu

dengan cara membasuh dari arah depan ke belakang dan mengganti

pembalut ketika akan penuh atau 2-3 kali sehari serta menjaga

daerah genetalia agar tetap kering

b) Perawatan Payudara:

Ibu mengatakan sudah mengetahui cara merawat payudara yaitu

mengoleskan ASI ketika akan dan selesai menyusui,kemudian

memberikan ASI secara on demand dan mengosongkan payudara

dengan cara memerah ASI

c) Mobilisasi /Senam:

Ibu mengatakan setelah bersalin sudah miring kanan dan kiri lalu

duduk kemudian latihan berjalan ke kamar mandi, dan ibu sudah

melakukan senam kegel


296

d) Zat Besi :

Ibu mengatakan sudah mengonsumsi Tablet dari bidan

e) Vitamin A pada ibu nifas:

Ibu mengatakan sudah mengonsumsi vitamin A 2 kali setelah

melahirkan

f) Gizi ibu menyusui:

Ibu mengatakan makan makanan dengan gizi seimbang yaitu

karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak.

g) ASI:

Ibu mengatakan ASInya sudah keluar dan bayinya sudah menyusu

dengan kuat

h) Teknik menyusui yang benar:

Ibu mengatakan sudah mengetahui teknik menyusui yang benar

i) Tanda bahaya nifas :

Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda bahaya saat nifas

b. Data Objektif

1) Status Generalis

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Tanda Vital :TD : 110/70 mmHg

N : 80x/menit

R : 22x/menit

S : 36,7ºC
297

d) TB : 160 cm

e) BB sebelum hamil : 70 kg

f) BB sekarang : 60 kg

g) LLA : 28 cm

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

(1) Rambut :Bersih, tidak berketombe, tidak rontok,

hitam.

(2) Muka :Simetris, tidak oedema, tidak pucat, tidak

cloasma Gravidarum.

(3) Mata

(a) Oedema : Tidak oedema

(b) Conjungtiva : tidak pucat (anemis)

(c) Sklera : Putih

(d) Hidung :Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret

abnormal, tidak ada nyeri tekan.

(e) Telinga :Simetris, tidak ada serumen abnormal

pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan.

(f) Mulut/gigi/gusi: Tidak ada stomatitis,gusi kemerahan, tidak

ada caries pada gigi

c. Leher

(1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran Gondok

(2) Tumor : Tidak ada Tumor


298

(3) Pembesaran Kelenjar limfe : Tidak ada

d. Dada dan axilla :

(1) Mammae:

(a) Pembengkakan : Tidak ada

(b) Tumor : Tidak ada Tumor

(c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

(d) Areola : Hiperpigmentasi

(e) Puting susu : Menonjol

(f) Kolostrum/ASI : Sudah keluar

(2) Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada

(b) Nyeri : Tidak ada

e. Ekstremitas

(1) Atas : Simetris, tidak cacat, tidak oedema, tidak

ada polidaktili sindaktili, tidak luka, jari

lengkap.

(2) Bawah :

a) Varices : Tidak ada

b) Odema : Tidak oedema

c) Betis merah/ Lembek/Keras: Tidak kemerahan,Lembek

d) Homan sign : Tidak ada


299

3) Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis )

a) Abdomen

(1) Inspeksi

(a) Pembesaran perut : Tidak ada

(b) Linea alba/nigra : Linea alba

(c) Striae albican / livide : Striae livide

(d) Luka Jahitan post SC : Masih basah, tidak ada push, tidak

kemerahan, tidak ada tanda tanda

infeksi.

(2) Palpasi

1) Kontraksi : Keras

2) TFU : 1 Jari dibawah pusat

3) Kandung kemih : Kosong

b) Anogenital

(1) Vulva vagina

(a) Varices : Tidak ada

(b) Kemerahan : Tidak ada

(c) Nyeri : Tidak ada

(d) Lochea : Sanguinolenta

(2) Perineum

(a) Keadaan Luka : Tidak ada luka

(b) Bengkak/kemerahan : Tidak ada


300

(3) Anus

(a) Haemoroid : Tidak ada

(b) Lain- lain : Tidak ada

(4) Inspekulo

(a) Vagina : Tidak dilakukan

(b) Portio : Tidak dilakukan

(5) Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan

b) Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan

c. Analisa Data

Ny. H P2A0 umur 30 tahun nifas hari ke-6 post SC

d. Pelaksanaan

Tanggal : 6 Mei 2018 Pukul : 08.05 WIB

1) Memberitahu hasil pemeriksaan

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg

N : 80x/menit

R : 22x/menit

S : 36,7ºC
301

2) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara ondemand.

3) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya dengan cebok

dari arah depan ke belakang dan ganti pembalut ± 2- 3 kali sehari serta

menjaga agar daerah genetalia tetap kering

4) Memberitahu ibu untuk tidak pantang makanan dan makan makanan yang

banyak mengandung protein untuk membantu penyembuhan luka SC.

5) Menganjurkan ibu untuk melakukan medikasi perawatan post SC 3x sehari.

6) Memberitahu ibu untuk mempertahakan pemberian terapi obat dari rumah

sakit yaitu Asam mefenamat 500mg 3x1, Cefadroxil monohydrate 500mg

3x1, tablet fe 60 mg, metronidazol 500 mg 3x1,

7) Mendokumentasikan tindakan

e.Evaluasi

Tanggal: 06 Mei2018 Pukul : 10.15 WIB

1) Ibu telah mengetahui hasil permeriksaan

2) Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara ekslusif dan on demand

3) Ibu bersedia menjaga kebersihan alat genetalianya

4) Ibu bersedia untuk tidak pantang makanan dan memperbanyak makanan yang

mengandung protein.

5) Ibu bersedia melakukan medikasi setiap hari dipuskesmas atau di rumah sakit

6) Tindakan sudah didokumentasikan


302

7. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS KUNJUNGAN 2

a. Data Subyektif :

Tgl 30 Mei 2018 Pukul : 08.00 WIB

1) Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan

2) Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar dengan lancer

3) Ibu mengatakan ingin mengetahui dan mengunakan kb IUD (spiral)

4) Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu dengan benar

b. Data Obyektif

Keadaanumum :Baik

1) Kesadaraan :Composmentis

2) TTV

a) TD :120/80 mmHg

b) N : 82X/menit

c) S :37ºC

d) R :23X/menit

3) Perenium : Tidak ada luka perenium

4) Laktasi :Lancar

5) Lochea :Tidakada

6) TFU :Sudahtidakteraba

7) Luka post Sc :Sudah kering tidak nyeri


303

c. Analisa Data

Ny H P2A0 umur 30 tahun nifas hari ke-30 post SC

d. Pelaksanaan

Tanggal : 30 Mei 2018 Pukul : 08.05 WIB

1) Memberitahu hasil pemeriksaan dalam keadaaan baik dan normal

2) Memberitahu Menganjurkan untuk memberikan ASI Esklusif

3) Memberitahu ibu tentang Kb IUD.

a. Memberitahu kepada ibu bahwa KB IUD tidak menghambat produksi

ASI karena KB IUD tidak menggunakan hormonal sehingga tidak

mengganggu produksi ASI.

b. Memberitahu ibu efek samping KB IUD :

Rasa nyeri setelah pemasangan, perdarahan tidak teratur (spotting)

c. Memberitahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi IUD,

yaitu :

a) Kehamilan

b) Perdarahan saluran genital yang tidak terdiaknosis

c) Kehamilan ektopik sebelumnya

d) Infeksi panggul atau vagina

e) Kelainan uterus

f) Alergi terhadap komponen IUD, misal: tembaga

g) Penyakit Wilson

h) Penggantian katup jantung atau riwayat endokarditis sebelumnya

karena peningkatan resiko infeksi


304

i) HIV dan AIDS karena penurunan sistem imun dan peningkatan

resiko infeksi.

d. Memberitahu ibu tentang keuntungan dan kekurangan dari KB IUD

a) Keuntungan yaitu IUD dapat diterima masyarakat dunia,

termasuk Indonesia dan menempati urutan ke tiga dalam

pemakaian, pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang

sulit, kontrol medis yang ringan, penyulit tidak terlalu berat,

pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.

b) Kerugian yaitu masih terjadi kehamilan setelah IUD in situ,

terdapat perdarahan (spooting dan menometrorargia), leukorea,

sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih

basah, dapat terjadi infeksi, tingkat akir infeksi, menimbulkan

kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik dan tali

IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu

hubungan seksual

Memberitahu ibu tentang masa aktif KB IUD selama 8

tahun(terlampir)

4) Memberitahu ibu jika ada keluhan segara periksa ketenaga medis

5) Mendokumentasikan hasil

e. Evaluasi

Tanggal : 30 Mei 2018 Pukul : 08.10 WIB

1. Ibu sudah mengetahu hasil pemeriksaanya

2. Ibu sudah paham tentang Asi Esklusif


305

3. Ibu mengatakan ingin menggunakan kb IUD tetapi menunggu kepastian

dari suami

4. Ibu bersedia datang ketenaga medis jika ada keluhan

5. Hasil telah di Dokumentasikan


306

C. Pembahasan

1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

a. Pengkajian

Data Subjektif

Pengkajian dan pengumpulan data dasar merupakan tahap

awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara

pengkajian data subyektif dan data obyektif dan data penunjang.

Menurut Manuaba (2010), tanda dan gejala anemia adalah

cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, nafsu makan

menurun dan mual-mual. Berdasarkan data subyektif dari Ny H

umur 30 tahun hamil 30 minggu. ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Berdasarkan pengkajian data pada kasus Ny. H dengan

anemia ringan ada kesenjangan antara teori dan praktek yaitu

keadaan ibu yang merasa tidak ada keluhan.

Data Obyektif

Menurut Manuaba (2010), dikatakan anemia ringan jika Hb

9 – 10 gr%. Pada wanita hamil dengan anemia ringan konjungtiva

terlihat pucat.

Data obyektif yang di dapatkan pada Ny H keadaan umum

baik, conjungtiva merah muda, TD = 110/70 mmHg, N = 82

x/menit, S = 36,6o C, R = 20 x/menit, HB 10, 9 gr/dl.


307

Berdasarkan pengkajian data Obyektif pada kasus Ny. H

dengan anemia ringan ada kesenjangan antara teori dan praktek yaitu

keadaan conjungtiva merah muda sedangkan pada teori keadaan

conjungtiva pada anemia ringan pucat.

b. InterpretasiData

Interpretasi data terdiri dari menentukan diagnose kebidanan,

masalah dan kebutuhan.

Diagnosa Kebidanan yang ditegakkan adalah diagnose yang

berhubungan dengan umur ibu, GPA, umur kehamilan dan keadaan

janin (Varney, 2007). Menurut (Proverawati,2011) masalah yang

sering timbul pada ibu hamil dengan anemia ringan yaitu merasa

cemas dan gelisah, maka kebutuhan ibu hamil dengan anemia ringan

yaitu informasi tentang keadaan ibu dan support mental dari keluarga

dan tenaga kesehatan.

Pada kasus ini diagnosa kebidanannya yaitu Ny.H Umur 30

tahun, G2P10A0, hamil 30 minggu dengan anemia ringan. Data

Subyektif diperoleh ibu mengatakan ingin memeriksan kehamilan nya

dan tidak ada keluhan, ini kehamilan yang kedua dan belum pernah

keguguran dan hari pertama haid terakhir tanggal 19 juli 2018.

Sedangkan data obyektifnya keadaan umum baik, conjungtiva merah

muda, dan Hb 10.9 gr/dl.


308

Masalah yang dialami pada Ny. H yaitu merasa sedikit cemas

karenya Hb nya yang kurang, kebutuhan yang diberikan pada Ny H

ysitu memberikan support mental dan memberikan KIE tablet Fe,

Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktek, baik dalam penegakan diagnose kebidanan, masalah maupun

kebutuhan.

c. DiagnosaPotensial

Menurut Manuaba (2010), pada kasus ibu hamil dengan

anemia ringan diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah terjadi

anemia sedang dan menjurus ke anemia berat.

Diagnosa potensial pada kasus ini tidak terjadi anemia sedang,

karena diagnosis sudah ditegakkan dan telah dilakukan penanganan

yang tepat dan cepat. Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktek dalam mengidentifikasi diagnosa potensial.

d. TindakanSegera

Menurut Estiwidani (2008), Pada langkah ini kita menemukan

kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh bidan

atau konsultasi, kolaborasi bila diperlukan serta melakukan rujukan

terhadap penyimpangan yang abnormal.Pada ibu hamil dengan

anemia ringan antisipasi yang dilakukan adalah pemberian tablet besi

1 tablet per hari dengan dosis 60 mg, pemeriksaan kadar Hb 1 minggu

sekali (Manuaba, 2010).


309

Dalam kasus ini, dilakukan tindakan segera berupa pemberian

tablet besi 1x1 tablet perhari dengan dosis 60 mg dan pemeriksaan

kadar hemoglobin seminggu sekali. Pada langkah ini tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan antisipasi

terhadap tindakan segera.

e. Perencanaan

Menurut Manuaba (2010), rencana tindakan yang dapat

dilakukanpada ibu hamil dengan anemia ringan sebagai berikut :

Meningkatkan gizi penderita, yaitu dengan penambahan makanan

sayuran hijau, Memberi tambahan suplemen zat besi 1 x 60 mg.

Pada kasus Ny. H Hamil dengan anemia ringan rencana

tindakan diberikan yaitu beritahu ibu tentang hasil pemeriksaannya,

Anjurkan ibu mempertahankan istirahat cukup, Anjurkan ibu untuk

mempertahankan makan makanan yang bergizi, Beri tahu cara

meminum obat tablet fe 1x1 dosis 60 mg, Berikan dukungan moril

agar ibu tidak cemas dengan HB nya yang kurang, Beritahu ibu untuk

ceh HB pada kunjungan selanjutnya, Beritahu ibu untuk kunjungan

ulang 2 minggu lagi. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktek dalam menetapkan rencana tindakan.

f. Pelaksanaan

Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan anemia ringan merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan

asuhan menyeluruh (Varney, 2007)


310

Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan

sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat dan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan pelaksanaan

secara menyeluruh.

g. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah

dilakukan tindakan (Estiwidani, 2008).

Hasil yang diharapkan dari asuhan pada ibu hamil dengan

anemia ringan yaitu tidak terjadi anemia lagi atau kadar Hb normal

lagi. Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan KU dan tanda –

tanda vital ibu baik, ibu bersedia minum tablet Fe dan tata caranya,

ibu bersedia makan- makanan yang banyak mengandung sayur,

hemoglobin naik, tidak terjadi anemia sedang (Manuaba, 2007).

Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan perawatan selama 3

minggu diperoleh hasil keadaan umum ibu baik, kesadaran

composmentis, TD 120/80 mmHg, Suhu 36,5 ºC, respirasi 22 x/menit,

Nadi 82 x/menit, Hb 10,9 gr/dl, ibu bersedia minum suplemen zat

besi, ibu bersedia meningkatkan asupan nutrisi, hemoglobin naik dari

10,9 gr/dl menjadi 12,4 gr/dl, conjungtiva merah muda, sklera putih,

dan tidak terjadi anemia sedang. Dalam kasus ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.


311

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan.

Data subyektif

Menurut Rohani dkk (2011) yang menyatakan bahwa tanda-tanda

persalinan adalah his makinsering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek,dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda

(pengeluaran lendir bercampurdarah), ada pemeriksaan dalam dijumpai

perubahan cervix

Pengkajian tanggal 30 april 2018 jam 03.30 WIB, merasakan

kenceng-kenceng. Dan mengeluarkan lendir bercampur darah. Pada

pengkajian Ny H tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

Data Objektif:

Menurut Rukiyah dkk, (2009) Keadaan umum, kesadaran, tanda

vital, pemeriksaan kebidanan dengan Leopold, palpasi, tinggi fundus uteri,

punggung janin, presentasi, penurunan, kontraksi, denyut jantung janin,

pergerakan, pemeriksaan dalam : keadaan dinding vagina, ketuban

negative atau positif, penurunan bagian terendah, pemeriksaan

laboratorium, Hb, urine, protein reduksi.

Di dapatkan hasil pemeriksaan pada Ny H Keadaan umum baik,

nadi, suhu, pernafasan, berat badan, tinggi badan masih dalam batas

normal.Pemeriksaan fisik semuanya dalam batas normal.kontraksi : kuat, 3

kali dalam 10 menit selama 30 detik, DJJ : positif, 135 x/menit, teratur

(dihitung menggunakan doppler); VT : portio menipis, lunak, Ø = 7 cm,

KK (+), preskep, kepala turun di uuk jsm 12.

317
312

Pukul 10.30 wib, Setelah dilakukan pimpinan persalinan selama 1

jam bayi belum lahir dan keadaan ibu lemas, maka segara bidan

melakukan rujukan atas indikasi: Kala 2 lama sesuai teori Harry Oxorn

(2010) Begitu cervix mencapai dilatasi penuh, jangka waktu sampai

terjadinya kelahiran tidak boleh melampaui 2 jam pada prigmigravida dan

1 jam pada multipara. Pengalaman dan fetal akan naik. Penatalaksanaan

pada kala 2 lama yaitu :Sectio caesarea. Tindakan yang dilakukan pada

Ny H yaitu kolaborasi dengan dr. SpOG untuk tindakan SC.

Maka pada data obyektif pada Ny H ditemukan kesenjangan teori

dan praktik lahan yaitu pada saat pemeriksaan kala 1 tidak dilakukan

pemeriksaan laboratorium .

3. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

a. Pengkajian

Data Subjektif

Dep.Kes. RI (2005) menyatakan bahwa kriteria fisik BBL normal

yaitu usia kehamilan 37-42 minggu, berat badan lahir: 2500-4000 gr sesuai

masa kehamilan

Ny. H mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal 30-05-2018

pada UK pukul 11.00 WIB jenis kelamin perempuan, dan dilakukan

pemeriksaan didapatkan hasil berat badan 3900gram, panjang badan 50

cm, Ny H mengatakan bayinya sudah di imunisasi Vit K tanggal 30-05-

2018 jam 11.10 WIB


313

By Ny. H sudah diberikan asuhan sesuai dengan perencanaan dan

pelaksanaan di rumah sakit. Tidak terdapat kesenjangan teori dan praktek

dan bayi masih di ruang perinatology dan ibu di rawat ruang nifas

merupakan kebijakan dari rumah sakit.

4. Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas

Data Subjektif

Menurut (Walyani dan Purwoastuti, 2015) luka episiotomy dan

luka bekas section cesarean (SC) biasanya telah sembuh dengan baik pada

6 minggu post Sc..

Kunjungan ulang 6 hari post SC pengkajian yang didapatkan yaitu ibu

mengatakan luka operasi masih basah , pulang 2 hari yang lalu, ASInya

sudah keluar lancar,

Kunjungan 30 hari post SC pengkajian yang didapatkan yaitu ibu

mengatakan sudah sudah tidak nyeri pada luka operasi dan mau menyusui

bayinya. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan.

Data Objektif

Kunjungan ulang 6 hari post SC hasil pengkajian data yaitu keadaan

umum: Baik, TD: 120/80 mmHg, R : 24 x/menit, N: 81 x/menit, S: 36,4ºC,

luka SC: kering, payudara : ASI lancar, kontraksi Uterus Baik (keras) yaitu

fundus dibawah umbilicus, jumlah 10 cc. TFU 6 hari post partum

normalnya sesuai teori dari Walyani dan Purwoastuti (2015), pengeluaran


314

pervaginam lochea sanguilenta warna merah khas lochea Menurut Mochtar

(2011) Lokhea sanguilenta, lokhea ini muncul pada hari ke-3 – 7 pada

masa nifas berwarna putih bercampur merah karena mengandung sisa

darah bercampur lendir.

Kunjungan 30 hari post SC hasil pengkajian data yaitu keadaan

umum: baik, TD: 120/80 mmHg, R : 24 x/menit, N : 81 x/menit, S:

36,4ºC, luka SC: kering, payudara : ASI matur,TFU tidak teraba dan

pengeluaran pervaginam. Lochea alba: tidak ada. Walyani dan Purwoastuti

(2015) jadi tidak didapatkan kesenjangan teori dan praktik

Analisa Data

Menurut Varney, dkk (2007),Perumusan diagnosa masa nifas

disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti P2A0 usia 30 tahun

postpartum fisiologis. Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu.

Dari kasus tersebut didapatkan diagnosa Ny.H umur 30 tahun, P2A0

Post SC hari ke 6. Kunjungan II didapatkan diagnosa Ny.H umur 30

tahun, P2A0Post SC nifas hari ke 30. Sehingga pada perumusan diagnosa

dan masalah kebidanan Ny. H tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik di lahan.

Pelaksanaan

Menurut Varney, dkk (2007),Pelaksanaan asuhan kebidanan pada

masa nifas, adalah:


315

4) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea

dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.

5) Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan

diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI

eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan payudara dan keluarga

berencana.

6) Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Asuhan yang diberikan pada 6 hari postSC yaitu memastikan luka

operasi tidak basah, tidak ada nanah dan benang tidak keluar, memastikan

ibu cukup mendapatkan nutrisi lengkap ibu nifas dan istirahat cukup,

menganjurkan pada ibu untuk mempertahankan memberikan ASI

eksklusif, memberirtahu ibu untuk menjaga kebersihan alat genetalianya,

menganjurkan ibu makan makananan gizi seimbang dan tidak pantang

makanan, perbanyak konsumsi makanan yang mengandung proteim

menganjurkan ibu untuk medikasi setiap hari atau di Rumah Sakit.

Asuhan yang diberikan pada kunjungan ke 2 : 30 hari yaitu

menganjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya secara ondemand

dengan ASI eksklusif dan memberitahu ibu tentang KB IUD seperti

pengertian indikasi, kontraindkasi, efek samping sesuai dengan teori

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

Dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Sehingga

terdapat kesenjangan antara studi kasus dan teori yaitu pada ibu yang

pantang pantangan makan makanan yang mengandung protein.


316

Evaluasi

Pada tahap evaluasi Ny. H umur 30 tahun tanda – tanda vital dalam

batas normal.bersedia memenuhi nutri perbanyakan makan-makanan yang

mengandung protein, bersedia menyusi bayinya secara ondemand, dan

melakukan medikasi setiap hari. Dan tidak didapatkan kesenjangan antara

teori dan praktik pada kunjungan nifas.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. H umur 30

tahun G2P1A0 d i UPT Puskesmas Jayengan Surakarta mulai dari hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB, maka dapat di ambil kesumpulan

yaitu:

1. Pengkajian telah dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data

menurut lembar format yang tersedia melalui tehnik wawancara dan

observasi sistemik. Data subyektif pada saat hamil khususnya pada

keluhan utama yaitu ibu mengatakan tidak ada keluhan tetapi ibu cemas

karena Hbnya yang kurang, pada ibu bersalin ibu mengatakan

mengeluarkan lendir dan kenceng-kenceng saat menjelang persalinan,

pada bbl ibu mengatakan berat badan 3900 gram bayi sudah diberi vit K

dan salep mata, pada saat kunjungan nifas ibu mengatakan ingin

menggunakan kb IUD saat kunjungan ke 2. Data obyektif yaitu keadaan

umum sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg,

nadi 82 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,6º C, Hb 10,9 gr/dl, mata

tidak oedema, conjungtiva merah muda dan sklera putih. Pada saat

bersalin pada saat kala 1 kondisi ibu normal dari pemeriksaan fisik,

TTV dan pembukaan berlangsung sesuai kemajuan persalinan, pada

BBL data di dapat dari ibu, bayi lahir pukul 11.00 wib, pada data

317
318

subyektif ibu nifas kunjungan 1 dan 2 keadaan ibu sesuai dengan

kondisi nifas, dan saat kunjungan 2 ibu mengatakan ingin mengetahui

tentang Kb IUD.

2. Pada langkah Interpretasi data dari hasil pengkajian diperoleh diagnosa

kebidanan : Ny. H Umur 30 tahun G2P1A0 umur kehamilan 30

minggu dengan anemia ringan, masalah yang terjadi adalah ibu merasa

cemas dengan kehamilannya, karena Hb nya yang kurang dan

kebutuhan yang dilakukan adalah memberi support mental.Pada ibu

bersalin diperoleh diagnosa kebidanan : kala 2 lama karena ibu sudah

dipimpin persalinan selama 1 jam bayi belum lahir dan segera

dilakukan rujukan. pada ibu nifas didapatkan diagnosa kebidanan : Ny

H P2A0 umur 30 tahun nifas hari ke-6 post SC dan pada kunjungan ke

2 didapatkan diagnosa kebidanan : Ny H P2A0 umur 30 tahun nifas hari

ke-30 post SC

3. Diagnosa potensial pada kehamilan tidak terjadi anemia sedang karena

dilakukan penanganan dengan baik.

4. Antisipasi kehamilan dengan anemia ringan yaitu pemberian tablet besi

1 tablet per hari dengan dosis 60 mg, pemeriksaan kadar Hb 2 minggu

sekali.

5. Perencanaan pada kehamilan yang diberikan pada Ny. H umur 30

tahun G2P1A0 umur kehamilan 30 minggu dengan anemia ringan

antara lain beritahu ibu tentang hasil pemeriksaannya, Anjurkan ibu

mempertahankan istirahat cukup, Anjurkan ibu untuk mempertahankan


319

makan makanan yang bergizi, Beri tahu cara meminum obat tablet fe

1x1 dosis 60 mg, Berikan dukungan moril agar ibu tidak cemas dengan

HB nya yang kurang, Beritahu ibu untuk ceh HB pada kunjungan

selanjutnya, Beritahu ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi. Pada

hamil kumjunga 1 dan 2 beritahu ibu tentang tanda bahaya pada TM 3

dan persiapan persalinan.

Perncanaan pada ibu nifas yaitu : beritahu keadaan ibu dalam kondisi

normal, anjurkan ibu untuk medikasi, beritahu ibu supaya memberikan

ASI esklusif terhadap bayinya, dan beritahu ibu tentang Kb IUD.

6. Pelaksanaan pada kehamilan yang diberikan pada Ny. H umur 30

tahun G2P1A0 umur kehamilan 30 minggu dengan anemia ringan

antara lain memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu

mempertahankan istirahat cukup, meganjurkan ibu untuk

mempertahankan makan makanan yang bergizi, memberi tahu cara

meminum obat tablet fe 1x1 dosis 60 mg, memberikan dukungan moril

agar ibu tidak cemas dengan HB nya yang kurang, memberitahu ibu

untuk ceh HB pada kunjungan selanjutnya, memberitahu ibu untuk

kunjungan ulang 2 minggu lagi, pada kunjunga 1 dan 2 : Memberitahu

ibu tentang tanda bahayan TM 3 dan memberitahu tentang persiapan

persalinan.

7. Evaluasi pada kehamilan selama 3 minggu dengan hasil keadaan

umum baik,kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, suhu 36,5ºC,

respirasi 22 x/menit, nadi 80 x/menit, Hb 12,4 gr/dl, ibu bersedia


320

minum suplemen zat besi,ibu bersedia mempertahankan asupan nutrisi,

Hb naik, tidak terjadi anemia sedang. Evaluasi pada ibu bersalin telah

dilakukan tindakan Sc di Rumah Sakit dr Moewardi Surakarta karena

indikasi kala 2 lama dan bayi lahir dengan selamat, sedangkan pada ibu

nifas antara kunjungan 1 dan 2 tidak ditemukan kondisi ibu yang

abnormal, ibu dalam keadaan baik, dan perlu dilakukan tindakan

medikasi untuk perawatan luka jahitan post SC, dan saat kunjungan 2

ibu diberikan KB IUD karena Ny H ingin menggunakan Kb IUD

8. Pada kasus kehamilan Ny. H G2P1A0 dengan anemia ringan ada

kesenjangan antara teori dan kasus. pada tahap pengkajian diteori pada

keluhan pada tanda dan gejala anemia adalah cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, nafsu makan menurun dan mual-mual

sedangkan Ny H tidak ada keluhan yang yang dirasakan. Pada kasus

bersalin dditemukan kesenjangan saat pemeriksaan pertama di

puskesmas yaitu tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium saat

sedangkan di teori dilakuan pemerikasaan laboratorium, Hb, urine,

protein reduksi. Pada kasus BBL tidak ada kesenjangan sedangkan pada

nifasditemukan kesenjangan yaitu pada pola nutrisi ibu yang pantang

makan makananan yang mengandung protein. Pada Asuhan yang

dilakukan pada Ny H dari hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan Kb

ditemukan kesenjangan antara teori dan lahan tetapi tidak mengganggu

asuhan yang diberikan.


321

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan sebagai bahan bacaan, meningkatkan mutu pada

kasus berikutnya dan mengembangkan asuhan kebidanan secara

komprehensif.

2. Bagi Puskesmas

Sebaiknya terus meningkatkan pelayanan pada ibu dan anak sehingga

dapat mengurangi angka kematian ibu dan anak.

3. Bagi Klien

Agar klien memiliki kesadaran untuk memeriksakan keadaan

kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman

karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat

hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan melakukan pemeriksaan rutin di

pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H. (2012). Buku Ajar AsuhanKebidananIbu 1. Jogjakarta: Rohima Press.

Dewi, V.N.L, T.Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta:


Salemba Medika.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2017. Profil Kesehtan Jawa Tengah Tahun 2016.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Estiwidani, D. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyaklarta : Fitramaya.

Harry Oxorn, William R. Forte, 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi
Persalinan. Jakarta: Andi Publisher.

Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Lapau, B. 2015. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta: Yayasan Pustaka


Obor Indonesia.

Lusiana, D, R. Andriyani, M. Megasari. 2015. Metodologi Penelitian Kebidanan.


Yogyakarta: Depublish.

Manuaba, 2010. Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta: EGC

Marlita, D. 2017. Asuhan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Marmi, K. Rahardjo. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mulyani, N. S, M. Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Pantiyawati, I. Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta:
Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati A, 2011. Buku Anemia dan Anemia Kehamilan. Jakarta

Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Rohani, R. Saswita, Marsinah. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.


Jakarta: Salemba Medik

Rukiyah, A.Y, L. Yulianti. 2018. Asuhan Kebidanan pada Masa Ibu Nifas.
Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, A.B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2.


Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sari, R.N. 22012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sujarweni, V. W. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI.

Sulistyawati, A., E.Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


Jakarta: Salemba Medika.

Uliyah, M, A.A. Hidayat.2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk


Kebidanan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Walyani, E.S, E. Purwoastuti. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Pustka Baru.

Walyani, E.S, E. Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta: Pustka Baru.
Yanti, D. 2017. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Bandung: Refrika Aditama.

Yulifah, R., Surachmindari. 2013. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Yuni, N.E. 2015. KelainanDarah. Yogyakarta: NuhaMedika.

Varney, H. 2007. Asuhan Kebidanan. Edisi 4: Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai