Anda di halaman 1dari 352

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. T DI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR


SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun Oleh :
Endah Mawarni
NIM. B.15021

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
TAHUN 2018
ii

ii
iii

iii
iv

iv
v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ny. T di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta” yang diajukan guna memenuhi
salah satu tugas akhir pada Program Studi Diploma 3 Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini


tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua STIKes


Kusuma husada Surakarta
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M,Keb, Selaku Ketua program Studi D 3
Kebidanan STIkes Kusuma Husada Surakarta
3. Kepala Puskesmas yang telah memberikan ijin dan membantu dalam
proses pengambilan kasus
4. Ibu Lestari Anggraini, SST selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta motivasikepada penulis sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
5. Ibu Hutari Puji Astuti., S.SiT.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud
6. Ibu T yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir

Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan.


Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penulisan Laporan Tugas Akhir selanjutnya.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis pada khususnya.

v
vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. „‟Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau


telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang
lain ). Dan hanya kepada Tuhan-mu lah engkau berharap.‟‟( QS. Al –
Insyirah, 6-8)
2. Allah mencintai pekerjan yang apabila berkerja ia menyelesaikannya dengan
baik ( HR Thabrani ).
3. Berbahagialah orang yang makan dari keringat sendiri, bersuka Karen
usahanya sendiri dan maju karena pengalamnnya sendiri (Prmoedya Ananta
Toer ).
4. Jika datang kepadamu gangguan, jangan berfikir bagaimana cara membalas
dengan yang lebih perih tetapi berfikirlah bagamana cara membalas dengan
yang lebih baik.

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan :

1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemdahan di setiap


kesulitan dalam pembutan Laporan Tugas Akhir.
2. Kedua orang tuaku Bapak Suradi dan Ibu sani terkasih terima kasih atas doa
restu dan kasih sayangnya untuk selalu mensupport perjuangan selama ini.
3. Adik tercinta Adelia yang selalu memberikan support dan doa setiap
langkahku.
4. Ibu Ika Budi W, SST.,M.Sc terima kasih atas bimbingannya selama ini.
5. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan Laporan Tugas
Akhir yang tidak dapat saya sebuatkan namanya
6. Almamater tersayang STIKes Kusuma Husada Surakarta

vi
vii

CURRICULUM VITAE

Nama : Endah Mawarni

Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar, 5 Mei 1997

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Karanglo Rt.002/Rw.02, Karangturi, Gondangrejo,

Karanganyar

Riwayat Pendidikan

1. SD Alhilal 1 Tual LULUS TAHUN 2008


2. SMP N 1 Tual LULUS TAHUN 2011
3. SMA N 1 Kei Kecil LULUS TAHUN 2014
4. Prodi D3 kebidanan STIKes Kusuma ANGKATAN 2015/2016
Husada Surakarta

vii
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi

CURRICULUM VITAE ............................................................................ vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1


B. Perumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Laporan Khusus ......................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9

A. Konsep Dasar Kasus dan Standar Asuhan Kebidanan ........... 9


B. Kerangka Pikir .................................................................... 215
C. Landasan Hukum ................................................................ 216

viii
ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................. 220

A. Jenis Laporan Khusus ......................................................... 220


B. Lokasi Laporan Khusus ...................................................... 221
C. Subjek Laporan Khusus ...................................................... 221
D. Waktu Laporan Khusus ...................................................... 221
E. Instrument Laporan Khusus ............................................... 221
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 223
G. Alat – Alat Yang Dibutuhkan ............................................. 226
H. Jadwal Penelitian ................................................................ 227

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ......................... 228

A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................... 228


B. Tinjauan Kasus ................................................................... 229
C. Pembahasan ........................................................................ 393

BAB V PENUTUP ................................................................................ 334

A. Simpulan ............................................................................. 334

B. Saran ................................................................................... 335

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi TT .................................................. 45

Table 2.2 Lambang Air Ketuban .................................................................. 85

Tabel 2.3 Proses involusi uterus................................................................. 141

Table 4.4 Riwayat Keluarga Berencana ..................................................... 234

Tabel 4.1 Riwayat Hamil, Bersalin, dan Nifas yang lalu ........................... 237

x
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Macam – macam plasenta ........................................................ 17

Gambar 2.2 macam – macam panggul ......................................................... 77

Gambar 2.3 Mekanisme Persalinan ............................................................. 81

Gambar 2.4 bagian depan partograf ............................................................. 87

Gambar 2.5 bagian belakang partograf ........................................................ 89

Gambar 2.6 Mekanisme Ducan .................................................................. 106

Gambar 2.7 Mekanisme Schult ................................................................. 106

Gambar 2.8 alat kontrapsi dalam rahim ..................................................... 203

xi
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Ijin Pengambilan Kasus

Lampiran 2. Surat balasan pengambilan kasus

Lampiran 3. Surat persetujuan pasien (Informed Consent)

Lampiran 4. Surat persetujuan pasien (Informed Consent)

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Proposal dan LTA

Lampiran 6. Lembar Jadwal Penyusunan LTA

Lampiran 7. Lembar Kunjungan Hamil

Lampiran 8. Lembar Kunjungan Bersalin

Lampiran 9. Lembar Kunjungan Bayi dan Neonatus

Lampiran 10. Lembar Kunjungan Nifas

Lampiran 11. Partograf

Lampiran 12. Satuan Acara Penyuluhan dan Leaflet

Lampiran 13. Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil

Lampiran 14. SOAP Kunjungan Hamil

Lampiran 15. SOAP Kunjungan Bersalin

Lampiran 16. SOAP Kunjungan Bayi

Lampiran 17. SOAP Kunjungan Nifas

Lampiran 18. SOAP Kunjungan Keluarga Berencana

Lampiran 19. Dokumentasi Pengambilan Kasus (Foto, Fotocopy buku KIA dll)

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan kontrasepsi

merupakan suatu proses fisiologis dimana dalam prosesnya terdapat

kemungkinan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat

menyebabkan kematian. Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu,

bayi, dan anak salah satunya dengan asuhan kebidanan berkesinambungan

(Kemenkes, 2015). Continuity of care dalam kebidanan adalah

serangkaian kegiatan pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai

dari kehamilan, persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta

pelayanan keluarga berencana (Halldorsdottir dalam Ningsih, 2017).

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai

dengan tahun 2007 yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI

tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi

359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan

penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015. Hasil Survei

Penduduk Antar Sensus 2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000

kelahiran hidup,yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23

per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2016).

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun

2016 sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah

1
2

kasus kematian ibu tahun 2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengademikian

Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan

dari 111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi 109,65

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016. Angka Kematian Bayi di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 99,9 per 1.000 kelahiran hidup

,sama dengan AKB tahun 2015 (Kemenkes Jateng, 2016).

Tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surakarta adalah

71,35, angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan

angka kematian ibu pada tahun 2013 sebesar 30,2. Penyebab kematian ibu

di Surakarta adalah perdarahan, PEB dan hipertensi. Angka Kematian

Bayi (AKB) di Kota Surakarta tahun 2014 mencapai 4,79 kematian per

1000 kelahiran hidup, dimana angka ini naik 1,57 dari tahun sebelumnya.

Penyebab dari kematian bayi tersebut diantaranya karena asfiksia, BBLR,

bayi prematur, kelainan kongenital, penyakit jantung bawaan, pneumoni,

aspirasi, hipoksia, infeksi paru dan ikterik (Kemenkes Kabupaten

Surakarta Tahun 2014).

AKI di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta pada tahun 2017

tidak ada kematian ibu. Angka Kematian Bayi di UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta tahun 2017 sebanyak 3. Penyebab dari kematian

tersebut diantaranya karena PJB hiperbilirubin,riwayat phenomonia dan

BBLR (Data Primer UPT Puskemas Banyuanyar, 2017).

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi

penting dan strategis terutama dalam menurunkan Angka Kematian Ibu


3

(AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB) (Kepmenkes

No.369, 2007). Tugas bidan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu memberikan pelayanan

antenatal care, pertolongan persalinan, deteksi dini faktor resiko kehamilan

dan peningkatan pelayanan neonatal. Berdasarkan Permenkes RI Nomer

28 (2017), wewenang bidan antara lain : pelayanan kesehatan ibu yang

artinya diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui, dan masa anatara dua kehamilan. Pelayanan

kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana seperti : penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi oral,

kondom, dan suntikan (Permenkes RI Nomor 28, 2017).

Uraian di atas maka penulis mengajukan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny.T di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta”.

Penulis berharap dengan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mampu

memberikan Asuhan Komprehensif mulai dari Kehamilan, Persalinan,

Bayi Baru Lahir, Nifas, dan Keluarga Berencana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah

sebagai berikut “Bagaimana asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.T di

UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta?”


4

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan untuk menerapkan asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny. T di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta

dengan manajemen varney .

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu:

1) Melakukan pengkajian pada Ny.T Secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2) Interpretasi data dasar pada Ny.T Secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny.T Secara

komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

4) Mengantisipasi/tindakan segera pada Ny.T secara

komprehensif menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

5) Merencanakan pada Ny.T Secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

6) Melaksanakan pada Ny.T Secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.


5

7) Melakukan evaluasi pada Ny.T Secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan

kasus nyata dilapangan serta alternatif pemecahan masalah

Manfaat Studi Kasus.

D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat laporan tugas akhir diarahkan untuk kepentingan dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan kepentingan bagi lembaga terkait.

Manfaat dari studi kasus ini adalah:

1. Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat dipakai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan tentang kasus yang diambil.

2. Aplikatif

a. Instansi: Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas di UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta.

b. Institusi: Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

bacaan atau sumber referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan kebidanan khususnya asuhan kebidanan komprehensif.

c. Profesi: Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi professi

bidan dalam asuhan kebidanan komprehensif ibu hamil, bersalin,

bayi baru lahir, dan nifas.


6

d. Klien dan Masyarakat: Agar klien maupun masyarakat bisa

melakukan deteksi yang mungkin timbul pada masa kehamilan,

persalinan, pada masa nifas sehingga memungkinkan segera

mencari pertolongan.

E. Keaslian Studi kasus

Keaslian Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif” sudah dilakukan oleh:

1. Desi Marwita (2017), judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.D Masa

Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Bidan Praktik Mandiri

Hj.Rukni Lubis Jalan Luku 1 No 289 Kec.Medan Johor Kota Madya

Medan”. Tujuannya adalah memberikan asuhan kebidanan secara

continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonates dan KB

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Metode yang

digunakan penulis adalah metode kualitatif yang dilaksanakan melalui

pendekatan studi kasus. Asuhan yang diberikan saat kunjungan I

meliputi konseling tentang anemia, memberi supplement zat besi,

konseling gizi seimbang, konseling tanda bahaya trimester III,

konseling imunisasi TT. Kesimpulan dari studi kasus adalah

pengumpulan data subyektif obyektif pada Ny. D Dari asuhan

kebidanan yang diberikan mulai hamil sampai menjadi akseptor KB

berlangsung normal dan tidak ada komplikasi.

2. Asri Nur Fitriani Hidayat (2016), kesamaan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny. Y G4P3A0 Di Bidan Praktik Mandiri Bidan Hj.


7

Imas Yusfar AM.Keb Bandung”. Tujuannya adalah untuk mengetahui

gambaran pemberian asuhan kebidanan komprehensif yang sesaui

dengan standar pelayanan kebidanan. Metode yang digunakan penulis

adalah metode kualitatif yang dilaksanakan melalui pendekatan studi

kasus. Asuhan yang diberikan saat kunjungan I meliputi istirahat

cukup, menganjurkan sebelum bangun sebaiknya miring kiri kemudian

duduk terlebih dahulu, konseling tanda – tanda persalinan, konseling

gizi seimbang. Kesimpulan dari studi kasus adalah pengumpulan data

subyektif dan obyektif pada Ny.Y telah sesuai dengan teori yang ada

dan tidak ditemukan adanya komplikasi yang serius pada ibu maupun

bayi.

3. Isma Nur‟aini (2015), kesamaan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ibu dan Bayi Di Gampongan Jeulingke Kecamatan

Syiah Kuala Kota Banda Aceh”. Tujuannya adalah mampu

memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif sesuai

standar kebidanan pada Ny.E sejak masa hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir, dan masa interval dengan menggunakan manajemen

pendokumentasian SOAP. Metode yang digunakan penulis adalah

metode kualitatif yang dilaksanakan melalui pendekatan studi kasus.

Asuhan yang diberikan saat kunjungan I meliputi konseling gizi

seimbang dan istirahat yang cukup, cara mengatasi keluhan yang

sedang dikeluhkan, konseling kebutuhan fisiologis ibu hamil,

konseling ketidaknyamanan trimester III dan cara mengatasinya,


8

konseling tanda bahaya trimester III, konseling persiapan persalinan,

konseling tanda – tanda persalinan. Kesimpulan dari studi kasus adalah

pengumpulan data subjektif dan obyektif pada Ny.E telah sesuai

dengan teori yang ada dan tidak ditemukan adanya komplikasi yang

serius pada ibu maupun bayi.

Dari studi kasus sebelumnya terdapat persamaan dan perbedaan.

Adapun persamaan dengan studi kasus yang penulis lakukan dengan

keaslian yaitu terletak pada judul asuhan kebidanan komprehensif, tujuan,

asuhan kebidanan pada ibu hamil anemia dengan asuhan yang diberikan

yaitu pemberian tablet Fe 100 mg – 200 mg, serta gizi seimbang, asuhan

kebidanan pada persalinan dengan menggunakan Asuhan Persalinan

Normal 60 langkah, asuhan kebidanan bayi baru lahir, asuhan kebidanan

keluarga berencana, metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaan

studi kasus ini dengan studi kasus sebelumnya adalah subyek, lokasi,

waktu, lamanya pengambilan kasus, serta asuhan pada masa nifas pada

keaslian dilakukan kunjungan sebanyak 2 kali, dan kesenjangan antara

teori dan praktik.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KASUS dan STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

1. KEHAMILAN

a. Konsep dasar

1) Pengertian

Menurut Saifuddin dalam Walyani (2015), Kehamilan

didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila

dihitung saat fertilisasi sehingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan atau 9 bulan menurut kalander internasional.

Menurut Mirza dalam Walyani (2015), Kehamilan

adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam

prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum)

betul-betul penuh perjuangan.

2) Tanda – Tanda Kehamilan Trimester III

Menurut Yuliani dkk (2017), Tanda hamil adalah yang

langsung berhubungan dengan janin, yang di deteksi saat

pemeriksaan meliputi:

9
10

a) Bertambahnya ukuran TFU.

b) Bentuk janin saat dipalpasi sudah dapat ditentukan bagian-

bagiannya.

c) Pegerakan janin yang mulai aktif.

d) Detak jantung janin yang mulai terdengar jelas dan teratur.

e) Pemeriksaan USG.

3) Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester

III

Menurut Suryati (2011), Perubahan fisiologis pada ibu

hamil trimester III, meliputi:

a) Sistem Reproduksi

(1) Vagina

Dinding vagina banyak mengalami perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami pereganggan

pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan

mukosa, pengendoran jaringan ikat, dan hipertropi sel

otot polos.

(2) Serviks Uteri

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi

penurunan lebih lanjut dari konstrasi kolagen.

Konsentrasinya menurun seacara nyata dari keadaan

yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi).


11

(3) Uterus

Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar

dalam rongga pelvis dan seiring perkembangnya uterus

akan menyentuh dinding abdomen, mendorong usus

kesamping dan ke atas, terus tumbuh hingga menyentuh

hati.

(4) Ovarium

Pada trimester III korpus luteum sudah tidak berfungsi

lagi karena telah digantikan oleh plasenta yang sudah

terbentuk.

b) Sistem Payudara

Pada kehamilan trimester III pertumbuhan kelenjar

mammae membuat ukuran payudara semakin meningkat.

Pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih seperti

air susu yang sangat encer.

c) Sistem Endokrin

Pada trimester ke III kelenjar tiroid akan mengalami

perbesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari

hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Aksi

penting dari hormon paratiroid adalah untuk memasok janin

dengan kalsium adekuat. Selain itu, juga diketahui

mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin,

plasenta,dan ibu.
12

d) Sistem Perkemihan

Pada kehamilan trimester III kepala janin mulai turun ke

pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi

karena kandung kemih akan tertekan kembali pada

kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter lebih

berdelatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus

yang berat ke kanan.

e) Sistem Pencernaan

Biasa terjadi konstipasi karena pengaruh hormon

progesteron yang meningkat. Sealain itu perut kembung

juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar

dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam

perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah

atas dan lateral.

f) Sistem Muskuloskeletal

Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit bergerak.

Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat

wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita

berubah secara menyolok. Pusat gravitasi wanita bergeser

kedepan.

g) Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan jumlah leokosit akan meningkat yakni

berkisar antara 5000-12000 dan mencapai puncaknya pada


13

saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000.

Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang

sama diketahui terjadi selama dan setelah melakukan

latihan berat. Pada kehamilan, terutama trimester III, terjadi

peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara

bersamaan limfosit dan monosit.

h) Sistem Intergumen

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha, perubahan ini dikenal

dengan strie gravidarum. Pada kebanyakan perempuan kulit

di garis pertengahan perut akan berubah menjadi hitam

kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-

kadang muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah

dan leher yang disebut dengan kloasma atau melasma

gravidarum, selain itu pada aerola dan daerah genetalia juga

akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

i) Sistem Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan

nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan

pemberian asi. Pada wanita hamil basal metabolic rate


14

(BMR) meninggi. BMR meningkat hingga 15-20% yang

umunya terjadi pada triwulan terakhir.

j) Sistem Berat Badan dan Masa Tubuh

Pada trimester ketiga kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg

dan sampai akhir kehamilan 11-12 kg. Pertambahan berat

badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama hamil,

oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan, jika terdapat

kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat

mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra uteri.

k) Sistem Persyarafan

Perubahan fungsi sistem neurologi selama masa hamil,

selain perubahan–perubahan neurohormonal. Perubahan

perubahan fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat terjadi

timbulnya gejala neurologi dan neuromuscular:

(1) Kompresi saraf panggul atau statis faskular akibat

pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan

sensori ditungkai bawah

(2) Lodorsis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat

tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf.

(3) Edema yang melibatkan saraf periver dapat

menyebabkan carpal tunnel syndrome selama trimester


15

akhir kehamilan. Edema menekan saraf median bagian

bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan.

(4) Akroestesia ( gatal ditangan ) yang timbul akibat posisi

bahu yang membungkuk, dirasakan pada beberapa

wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan

tarikan pada sekmen fleksus drakialis.

(5) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul pada saat

ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya.

Nyeri kepala dapat juga dihubungkan dengan gangguan

penglihatan, seperti kesalahan refraksi, sinusitis atau

migran.

(6) Hipokalsenia dapat menyebabkan timbulnya masalah

neuromuscular, seperti kram otot atau tetani.

l) Sistem Pernapasan

Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus

yang membesar kearah diafragma sehingga diafragma

kurang leluasa bergerak mengakibatkan wanita hamil

derajat kesulitan bernapas.

Menurut Suryati (2011), Perubahan psikologis trimester III,

meliputi:

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,

aneh, dan tidak menarik.


16

b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat

waktu.

c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada

saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak

normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatiran.

e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

f) Merasa kehilangan perhatian.

g) Perasaan sudah terluka (sensitive), Libido menurun.

4) Tanda Bahaya Dalam Kehamilan Trimester III

Menurut Yuliani dkk (2017), Tanda Bahaya Dalam

Kehamilan Trimester III, yaitu;

a) Perdarahan Pervaginam

(1) Plasenta Previa

Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta

berimplantasi di segmen bawah rahim baik anterior

maupun posterior sehingga menutupi ostium uteri

internal. Plasenta previa terbagi menjadi 3 yaitu:

(a) Plasenta previa totalis, jika seluruh ostium uteri

interna (OUI) ditutupi oleh plasenta.

(b) Plasenta previa marginalis yaitu plasenta menutupi

sebagian OUI.
17

(c) Plasenta letak rendah yaitu tepi plasenta berda 3-4

cm diatas tinggi OUI.

a b

Gambar 2.1 a.Plasenta totalis, b.Plasenta marginalis,


c.Plasenta letak rendah.
(Indriyani dan Djami, 2013)

Gejala yang ditemukan pada plasenta previa meliputi

perdarahan pada usia kehamilan > 28 minggu,

perdarahan terjadi spontan (tiba-tiba) tanpa sebab dan

berulang, darah berwarna merah segar, ada stosel atau

kadang kehitaman, awalnya darah berupa bercak namun

lama kelaman banyak.

(2) Solusio Plasenta

Solusio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat

implantasi sebelum waktunya (sebelum janin lahir).

Faktor penyebab belum diketahui secara pasti.


18

Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan derajad

lepasnya di bagi menjadi 2 yaitu:

(a) Solusio plasenta parsialis, bila hanya sebagian

plasenta yang lepas, dan

(b) Solusio plasenta totalis bila seluruh plasenta

terlepas, dan apabila turun ke bawah sehingga

teraba ketika pemeriksaan dalam disebut sebagai

prolapse plasenta.

Adapun gejala yang dapat ditemukan tergantung pada

derajat pelepasan plasenta. Perdarahan bisa tersembunyi

juga bisa tampak pervaginam, jika keluar pervaginam

dapat berupa darah segar atau bekuan darah. Biasanya

ibu merasakan sakit secara tiba-tiba di perut, kadang-

kadang terlokalisir pada sisi tempat plasenta lepas, nyeri

punggung dan kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi

dan diselingi relaksasi.

b) Hipertensi Kehamilan Lanjut

Hipertensi dalam kehamilan ialah Hipertensi yang terjadi

setelah usia kehamilan > 20 minggu. Tanda gejalanya

meliputi TD darah diastolic ≥ 90 mmHg dan sistolik ≥ 140

mmHg, protein urin (-). Hipertensi dalam kehamilan,

meliputi:
19

(1) Preeklamsi

Preeklamsi belum diketahui secara pasti penyebabnya,

namun beberapa hal yang dihubungkan dengan

terjadinya preeklamsi yaitu nuliparitas/primigravida,

penyakit trofoblas, gemeli, riwayat penyakit hipertensi

kronis, penyakit ginjal kronis dan DM, riwayat

preeklamsi pada kelurga, riwayat preeklamsi

sebelumnya. Adapun klasifikasi preeklamsi:

(a) Preeklamsi ringan

Preeklamsi ringan ditandai dengan Tekanan darah

pada usia 20 minggu, dengan diastolic ≥ 90 mmHg

dan sistolik ≥ 140 mmHg, protein urin + 1, dan

edema pada esktermitas dan atau wajah.

(b) Preeklamsi berat

Preeklamsi berat ditandai dengan Diastolik ≥ 110

mmHg dan sistolik ≥ 160 mmHg, protein urin ≥ + 2,

edem pada ekstermitas atau wajah, oliguria (< 400

ml dalam 24 jam), nyeri epigastrum/nyeri ulu hati,

nyeri kepala hebat dan menetap, dan edema paru.

(2) Eklamsia

Eklamsi adalah preeklamsi berat yang disertai dengan

kejang. Karakteristik kejang tonik-klonik, dan setelah


20

kejang di ikuti dengan koma. Kejang tidak tergantung

pada beratnya hipertensi.

c) Keluar Cairan Pervaginam (KPD)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya tanpa disertai tanda inpartu bahkan sampai satu

jam berikutnya. KPD disebabkan oleh berkurangnya

kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan

intrauterine, atau bisa disebabkan oleh dua-duanya.

d) Gerakan janin tidak terasa atau berkurang

Berkurangnya jumlah gerakan janin dapat merupakan tanda

paling awal dari suatu gangguan pada kehamilan. Gerakan

janin tidak terasa atau berkurang, karena janin mengalami:

(1) Fetal distress

Fetal distress adalah kondisi gawat janin. Tanda gejala

yang ditemukan diantaranya DJJ < 120 atau > 160 kali

permenit, terdapat mekonium dalam air ketuban (pada

letak kepala).

(2) Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

Kematian janin yang terjadi setelah melewati masa

bertahan hidup pertengahan kehamilan (aborsi) yaitu >

20 minggu. Tanda gejala yang dapat ditemukan

meliputi pertumbuhan janin terhenti, gerakan janin

terhenti, DJJ tidak ada, peningkatan Berat badan ibu


21

berhenti atau berkurang, pada palpasi teraba kepala

janin jatuh dan saat USG tidak ada pergerakan janin,

tidak ada DJJ dan tulang tengkorak janin saling

tumpang tindih (bebrapa hari setelah kematian).

e) Nyeri perut bawah (rupture uteri)

Rupture uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang

sangat berbahaya dan mengancam jiwa baik jiwa ibu

maupaun jiwa janin. Rupture uteri dapat terjadi pada korpus

uteri, segmen bawah rahim, servik uteri dan kolpoporeksis -

kolporeksis (robekan antara servik dan vagina).

(1) Klasifikasi rupture uteri berdasarkan waktu terjadinya;

(a) Rupture uteri gravidarum, yaitu terjadi sewaktu

kehamilan dan biasanya lokasi pada korpus.

(b) Rupture uteri durante partum, terjadi saat

persalinan.

5) Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan Pada Trimester III

Ketidaknyamanan trimester III adalah ketidaknyamanan

yang dirasakan oleh ibu hamil yaitu mulai dari umur kehamilan

minggu 28 sampai 40 minggu. Adapun ketidaknyamanan–

ketidaknyamanan yang bisa terjadi pada trimester, yaitu:

a) Sesak nafas

Sesak nafas adalah keluhan yang umum terjadi pada

trimester III. Pada periode ini uterus mengalami


22

pembesaran hingga menekan diafragma yang dapat

menimbulkan sulit bernafas atau sesak.

b) Keluhan sering berkemih

Sering berkemih biasa terjadi pada trimester III disebabkan

lighting (bagian presentasi masuk kedalam panggul)

sehingga menekan kandung kemih. Cara untuk mengatasi

keluhan sering kemih adalah menjelaskan kenapa hal

tersebut terus terjadi, meminta ibu untuk mengurangi

asupan cairan sebelum tidur malam, senam kegel.

c) Insomnia

Secara umum insomnia dapat disebabkan oleh

kekhawatiran, kecemasan, atau perasaan terlalu gembira.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi

ketidaknyamanan insomnia adalah dengan mandi

menggunakan air hangat, dan minum air hangat.

d) Kaki bengkak atau kaki dependen

Edema edependen biasanya terjadi pada trimester III akibat

peningkatan tekanan vena pada ekstrermitas bawah dan

gangguan sirkulasi vena. Gangguan sirkulasi vena terjadi

akibat tekanan uterus yang membesar pada vena panggul

saat wanita dalam posisi duduk dan berdiri atau tekanan

pada vena kava inferior saat tidur terlentang. Juga

diperberat pada tingginya kandungan garam dalam tubuh


23

akibat perubahan hormonal, sehingga garam yang bersifat

menahan air menyebabkan penimbunan cairan, terutama di

bagian yang terletak di bawah yaitu ekstremitas.

e) Nyeri ulu hati atau rasa terbakar pada dada

Keluhan nyeri pada ulu hati biasanya timbul pada akhir

trimester II dan bertahan sampai trimester akhir. Penyebab

keluhan ulu hati diantaranya relaksasi spinter pada lambung

akibat peningkatan progresteron, penurunan motilitas

gastrointestinal akibat relaksasi otot halus karena

peningkatan progesteron dan tekanan uterus, serta tidak ada

ruang fungsional untuk lambung akibat pembesaran uterus.

f) Haemoroid

Peningkatan progesteron menyebabkan relaksasi dinding

vena dan usus besar. Selain itu pembesaran uterus juga

menyebabkan penekan pada vena haemorid. Pereganggan

ketika mengejan tersebut dapat menyebabkan pecahnya

pembuluh darah sekitar dubur.

g) Konstipasi

Keluhan konstipasi biasanya muncul pada trimester II dan

III. Konstipasi disebabkan oleh penurunan peristaltik usus

sebagai akibat dari relaksasi usus halus karena peningkatan

progesteron. Konstipasi juga bisa di sebabkan oleh efek

samping konsumsi zat besi.


24

h) Braxton Hick

Braxton Hicks atau sering disebut kontraksi palsu

merupakan kontraksi rahim dengan sifat tidak

seirama/teratur, tidak seporadif dan tidak menimbulkan

nyeri sebagai upaya untuk persiapan persalinan.

i) Nyeri punggung bawah (nyeri pinggang)

Nyeri punggung bawah (nyeri pinggang) merupakan nyeri

punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Perubahan-

perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar.

j) Kesemutan dan baal pada jari

Postur tubuh menyeimbangkan berat bagian deapan (posisi

bahu terlalu jauh ke belakang dan kepala antefleksi) dengan

lengkung punggung, menyebabkan pada syaraf median dan

ulnar lengan sehingga mengakibatkan kesemutan dan baal

pada jari-jari.

k) Rasa khawatir dan cemas

Ibu hamil trimester III biasanya mengalami rasa khawatir

atau cemas yang disebabkan oleh adaptasi hormonal serta

rasa cemas menghadapi persalinan.

(Yuliani dkk, 2017)

6) Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan

bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang


25

terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.

Seorang wanita yang sedng hamil akan merasa tenang dan

nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang –

orang terdekat (Walyani, 2015). Untuk mengurangi dampak

psikologi ibu hamil trimester III dengan dukungan, meliputi:

a) Suami

Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti

akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam

menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi

pada tubuhnya akibat hadirnaya sesosok manusia mungil

didalam perutnya (Walyani, 2015). Menurut Yuliani dkk

(2017), Dukungan yang dapat diberikan suami misalnya

memberi ketenangan pada istri, menjaga kesehatan istri,

mengantar periksa kehamilan, membantu sebagian

pekerjaan istri atau sekedar memberi pijatan ringan ketika

istri merasa pegal. Dengan dukungan yang positif dari

suami, diharapkan ibu hamil dapat melewati masa

kehamilannya dengan perasaan senang, nyaman dan

terhindar dari depresi.

b) Keluarga

Menurut Yuliani dkk (2017), Dukungan keluarga juga

memiliki peran yang penting bagi kesejahteraan ibu dan


26

janin. Kebersamaan dengan keluarga bermanfaat dalam

menambah kesejahteraan.

c) Lingkungan

Menurut Walyani (2015), dukungan lingkungan dapat

berupa:

(1) Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu-

ibu pengajian atau perkumpulan atau kegiatan yang

berhubungan dengan social/keagamaan.

(2) Membicarakan dan menasehati tentang pengalaman

hamil dan bersalin.

(3) Adanya diantara mereka yang mau ikut mengantar ibu

periksa.

(4) Menunggui ibu/menjenguk saat ibu melahirkan.

d) Support tenaga kesehatan

Menurut Walyani (2015), Tenaga kesehatan dapat

memberikan peranannya melalui dukungan aktif dan pasif.

Dukungan aktif melalui kelas antenatal, sedangkan

dukungan pasif dengan memberikan kesempatan pada ibu

hamil yang mengalami masalah untuk berkonsultasi.

Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan

yang ada di sekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu;

bapak, kakak, dan pengunjung.


27

e) Persiapan menjadi orangtua

Kehamilan dan peran sebagi orang tua dapat di anggap

sebagai masa transisi atau peralihan. Terlihat adanya

peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran

yang baru, serta ketidak pastian yang terjadi sampai peran

yang baru ini dapat disatukan dengan anggota keluarga

yang baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap

kehadiran dari bayi baru lahir adalah:

(1) Tempramen.

(2) Cara pasangan mengartikan stress dan bantuan.

(3) Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah

peran social mereka.

(Walyani, 2015)

7) Kebutuhan Fisiologi Ibu Hamil Trimester III

Kebutuhan fisiologis pada ibu hamil sangat perlu

diperhatikan, meliputi:

a) Oksigen

Menurut Walyani (2015), Kebutuhan oksigen adalah

kebutuhan yang pada manusia termasuk ibu hamil. Untuk

mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen maka ibu hamil perlu melakukan:

(1) Latihan nafas melalui senam hamil.

(2) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi.


28

(3) Makan tidak terlalu banyak.

(4) Kurangi atau hentikan merokok.

(5) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan

pernafasan seperti asma dan lain-lain.

b) Nutrisi

Menurut Walyani (2015), pada trimester III ibu hamil butuh

bekal energi yang memadai selain untuk mengatasi beban

yang kian berat, juga sebagai cadangan energi untuk

persalinan kelak. Berikut ini sederet zat gizi yang sebaiknya

lebih diperhatikan pada kehamilan trimester akhir ini, tentu

tanpa mengabaikan zat gizi lainnya :

(1) Kalori

Kebutuhan kalori adalah sekitar 70.000 sampai 80.000

kilo kalori (kkal), dengan pertambahan berat badan

sekitar 12,5 kg.

(2) Vitamin B6 (Piridoksin)

Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah

sekitar 2,2 miligram sehari. Makanan hewani adalah

sumber yang kaya vitamin.

(3) Yodium

Angka yang ideal untuk konsumsi yodium adalah 175

mikrogram perhari.
29

(4) Tiamin (vitamin B1) ,Riboflavin (B2) dan Niasin (B3)

Hamil dianjurkan mengkonsumsi Tiamin sekitar 1,2

miligram perhari ,Riboflavin sekitar 1,2 miligram

perhari dan Niasin 11 miligram perhari.

(5) Air

Kebutuhan air yang cukup adalah 8 gelas air putih

sehari.

c) Personal hygine

Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan tubuh

mengingat pada masa kehamilan terjadi peningkatan sekresi

keringat, sehingga dianjurkan minimal mandi 2 kali sehari.

Tidak dianjurkan douching dan mandi berendam. Untuk

mencuci rambut (keramas) minimal 2-3 kali dalam

seminggu. Hipersalivasi pada masa kehamilan sering kali

menyebabkan gangguan pada gigi dan gusi. Dianjurkan ibu

teratur gosok gigi dengan benar minimal 2 kali sehari

(misalnya setelah sarapan dan sebelum tidur), agar

kesehatan gigi dan gusi terjaga. Ibu juga dianjurkan untuk

mencuci tangan sebelum makan serta setelah BAB dan

BAK (Yuliani dkk, 2017).

d) Pakaian

Ibu hamil dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang

nyaman dan tidak ketat (longgar) agar tidak mengganggu


30

tumbuh kembang janin, seperti stoking ketat pun harus

dihindari karena dapat mengganggu aliran darah balik.

Pakaian yang digunakan sebaiknya dari bahan katun yang

mudah menyerap keringat, mudah dicuci dan digunakan

sekali pakai saja. Peningkatan massa payudara juga

meningkatkan rasa nyeri sehingga dibutuhkan bra dengan

ukuran pas dan menyangga, bahan lembut, berpori, mudah

dicuci, tali bahu yang mudah disesuaikan dan tali belakang

yang lebar dengan beberapa pengait yang mudah

disesuaikan (Yuliani dkk, 2017).

e) Eliminasi

Eliminasi pada ibu hamil trimester III yaitu frekuensi BAK

meningkat karena penurunan kepala ke PAP (pintu atas

panggul), BAB sering Obstipasi (sembelit) karena hormone

progesterone meningkat (Walyani, 2015).

f) Seksual

Pada trimester III minat libido menurun. Rasa nyaman

sudah jauh berkurang. Pegel di punggung dan pinggul,

tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak

(karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan

kembali merasa mual, itulah beberapa penyebab

menurunnya minat seksual (Walyani, 2015).


31

8) Asuhan Antenatal

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal

komprehensif dan berkualisasi, mencakup upaya promotif

prevetif sekaligus kuratif dan rehabilatif, yang di berikan

kepada semua ibu hamil. Pelayanan antenatal terpadu dapat

diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten meliputi

dokter, bidan dan perawat terlatih sesuai dengan ketentuan

yang berlaku (Yuliani dkk, 2017).

a) Tujuan

Tujuan umum pelayanan antenatal care adalah untuk

memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan

dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi

yang sehat dan berkualitas. Adapun tujuan khusus meliputi:

(1) Menyediakan pelayanan antenatal yang terpadu,

komprehensif dan berkualitas termasuk konseling

kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan

pemberian ASI.

(2) Menghilangkan missed opportunity pada ibu hamil

dalam mendapatkan pelayanan antental terpadu,

komprehensif dan berkualitas.

(3) Mendeteksi dini kelainan/penyakit/gangguan pada ibu

hamil.
32

(4) Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelelayanan

kesehatan dengan sistem rujukan.

b) Indikator

(1) Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak peertama ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk

mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan

komprehensif sesuai standar. K1 harus dilakukan sedini

mungkin pada trimester pertama atau sebelum usia

kehamilan 8 minggu.

(2) Kunjungan keempat (K4)

K4 adalah ibu hamil telah mendapatkan pelayanan

antenatal oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

kompetensi sesuai standar 4 kali selama kehamilan,

dengan distribusi 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada

trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. Kunjungan

antenatal dapat lebih dari 4 kali sesuai dengan

kebutuhan dan jika di temukan keluhan, penyakit atau

gangguan kehamilan lainnya.

(3) Penanganan komplikasi (PK)

(4) PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit

menular dan tidak menular serta masalah gizi yang

terjadi pada masa hamil, bersalin, dan nifas.


33

c) Konsep pelayanan

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan

kesehatan yang komprehensif dan berkualitas yang

dilakukan melalui:

(1) Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk

stimulasi gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan

janinnya lahir sehat.

(2) Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi

kehamilan.

(3) Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.

(4) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini melakukan

rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.

(5) Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat

waktu bila dibutuhkan.

(6) Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarga dalam

menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan

persalinan dan kesiagaan bila terjadi

penyulit/komplikasi.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan

harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai

standar yang terdiri dari:

(1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

(2) Ukur tekanan darah.


34

(3) Ukur lingkar lengan atas.

(4) Ukur tinggi fundus uterus.

(5) Tentukan presentasi janin dan DJJ.

(6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi

tetanus bila diperlukan.

(7) Beri tamblet zat besi.

(8) Periksa laboratorium rutin dan khusus meliputi

golongan darah, kadar Hb, protein urin, kadar gula

darah, pemeriksaan darah malaria, tes sifilis, HIV. BTA

dan pemeriksaan penunjang lainya di fasilitas rujukan.

(9) Tatalaksana kasus.

(10) Temu wicara (konseling) meliputi kesehatan ibu,

perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/keluarga

dalam kehamilan dan perencanaan persalinan dan nifas

serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi

seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular.

d) Jenis pelayanan

Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:

(1) Anamnesa

Anamnesa meliputi menanyakan keluhan, menanyakan

tanda penting yang terkait dengan penyulit/komplikasi

atau penyakit yang mungkin di derita ibu hamil

sekarang.
35

(2) Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam antenatal terpadu meliputi keadaan

umum, suhu, TD, BB, LILA, TFU, presentasi janin,

DJJ, pemeriksaan laboratorium.

(3) Penangan dan tindak lanjut kasus

Setelah anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang dilakukan, tenaga kesehatan menegakkan

diagnose dan diagnose banding sehingga mengetahui

kondisi kehamilan ibu hamil normal, tidak normal atau

bermasalah.

(4) Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal

Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari

pelayanan antenatal terpadu. Setiap kali pemeriksaan

tenaga kesehatan wajib mencatat hasil pada rekam

medis, kartu ibu dan buku KIA.

(5) Komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang efektif

KIE diberikan pada ibu hamil sejak kontak pertama

dengan tenaga kesehatan untuk membantu ibu hamil

dalam mengatasi permasalahan yang dimiliki.

e) Penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu

Dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu di

perlukan suatu manajemen berbasis data. Kementrian

kesehatan menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria


36

(NSPK) untuk pelayana antenatal terpadu termasuk

melakukan upaya advokasi, fasilitas, pendampingan,

koordinasi, pemantauan dan evaluasi penyelengaraan dan

pelayanan antenatal terpadu.

f) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan pelayanan antenatal terpadu harus dilakukan

dengan lengkap pada setiap kunjungan berikutnya. Adapun

formulir yang digunakan meliputi:

(1) Kartu ibu atau rekam medis lainya yang disimpan di

fasilitas kesehatan.

(2) Kohort ibu, merupakan kumpulan data-data dari kartu

ibu.

(3) Buku KIA yang di pegang ibu.

(4) Pencatatan dari program yang sudah ada seperti catatan

imunisasi, malria, gizi, KB, TB, dan lain-lain.

9) Anemia Ringan

a) Pengertian Anemia

Menurut Proverawati (2011), Anemia adalah suatu kondisi

medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoghlobin

kurang normal. Kadar hemoglobin normal umumnya

berbeda pada laki – laki 13,5 gram/100 dan pada

perempuan 12,0 gram/100.


37

b) Anemia dalam Kehamilan

Meurut WHO (2013), anemia dalam kehamilan adalah

suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah

atau hemoglobin, yaitu kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I

dan III) dan < 10,5 g/dl (pada trimester II). Sedangkan

menurut menurut Manuba (2012), anemia dalam kehamilan

adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin pada ibu

hamil < 11 g/dl. Berdasarkan ketetapan WHO dalam

(Manuaba, 2012) anemia bumil di Indonesia sangat

bervariasi, yaitu Hb 11 gr% normal, Hb 9 – 10 gr% anemia

ringan, Hb 7 – 9 gr% anemia sedang sedangkan Hb < 7 gr%

anemia berat.

c) Penyebab anemia

Menurut Proverawati (2011), adapun penyebab dari

anemia yaitu:

(1) Kurang gizi

(2) Diet rendah zat besi atau tidak mengkonsumsi cukup zat

besi

(3) Malabsorpsi

(4) Kehilangan darah yang banyak (misalnya cidera atau

selama operasi).

(5) Mengalami kehamilan yang berdekatan

(6) Hamil dengan lebih dari satu anak


38

(7) Sering mual dan muntah

(8) Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan

(9) Hamil saat masih remaja

(10) Penyakit kronik

d) Dampak dari kekurangan hemoglobin atau anemia

Menurut Manuba (2012), Pengaruh anemia terhadap

kehamilan, persalinan, dan nifas adalah sebagai berikut :

(1) Keguguran

(2) Partus prematurus

(3) Insersi Uteri

(4) Antonia Uteri

(5) Syok

(6) Infeksi intrapartum

e) Tanda dan Gejala

Gejala awal biasanya tidak ada atau tidak spesifik (

misalnya kelelahan, kelemahan, pusing, dyspnea ringan

dengan tenaga). Gejala dan tanda lain mungkin termasuk

pucat dan, jika terjadi anemia berat, akan mengaami

takikardi atau hipotensi (Proverawati, 2011).

f) Pencegahan anemia kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah

anemia jika sedang hamil atau sedang program. Makan –

makanan yang mengandung zat besi ( seperti sayuran


39

berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, kacang tanah dan

lain - lain) dapat membantu memastikan bahwa tubuh

terjaga pasokan zat besi yang diperlukan untuk berfungsi

dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa

tuuh memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan bahwa

wanita hamil dicek pada kunjungan pertama untuk

pemeriksaan anemia (Proverawati, 2011).

Menurut Pratami (2018), WHO merekomendasikan

pemberian suplemen zat besi secara umum dengan dosis 60

mg zat besi oral harian selama 6 bulan diarea yang

memiliki prevalensi anemia defisiensi zat besi kurang dari

40%. Pemberian suplemen dilanjutkan selam 3 bulan

postpartum diarea yang memiliki prevalensi anemia

defesiensi zat besi lebih dari 40%. Dosis pemberian zat besi

oral yang direkomendasikan untuk mengatasi kekurangan

zat besi setiap hari adalah 100 – 200 mg setiap hari.

b. Teori Manajemen Kebidanan

1) Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian


40

atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

yang berfokus pada klien(Maryuni, 2016).

2) Proses Manajemen Kebidanan

Penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada

penerapan menejemen kebidanan menurut “Varney” terdiri dari

7 langkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa

potensial, antisipasi tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Langkah I : Pengkajian

Menurut Yuliani dkk (2017), pada langkah pertama ini

dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari

berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa

adalah pengkajian yang dilakukan wawancara dengan

pertanyaan terarah kepada klien. Tujuannya untuk

mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko yang dimiliki.

Langkah-langkah dalam anamnesa pada ibu hamil adalah

sebagai berikut:

(1) Subjektif

Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu kejadian. Data subjektif

meliputi:
41

(a) Biodata

i) Nama istri/suami

Mengetahui nama klien dan suami berguna

untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan

sehingga tidak terlihat kaku dan lebih, akrab

(Astuti, 2012).

ii) Umur

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah

klien dalam, kehamilan yang beresiko atau

tidak. Usia dibawah 16 tahun dan diatas 35

tahun adalah umur-umur yang beresiko tinggi

untuk hamil. Umur yang baik untuk kehamilan

maupun persalinan adalah 19-25 tahun.

(Yuliani dkk, 2017).

iii) Agama

Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai

praktik terkait agama yang harus diobservasi.

Informasi ini dapat menuntun kesuatu diskusi

tentang pentingnya agama bagi kehidupan klien

(Astuti,2012).

iv) Suku/Bangsa

Ras, etnis dan keturunan harus di identifikasi

dalam rangka memberikan perawatan yang


42

peka budaya kepada klien dan keluarga

(Astuti,2012).

v) Pendidikan

Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien

tamatkan, informasi ini membantu klinisi

memahami klien sebagai individu dan memberi

gambaran kemampuan baca-tulisnya dan

tanyakan pengetahuan ibu terhadap

pengetahuan kandungan gizi dalam makanan

karena dapat mempengaruhi dalam pemilihan

makanan (Astuti, 2012).

vi) Pekerjaan

Penting untuk mengetahui apakah klien dalam

keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi

kelahiran, prematur, dan terhadap bahaya

lingkungan kerja, yang dapat merusak janin

(Astuti, 2012).

vii) Alamat rumah

Alamat rumah klien perlu diketahui bidan

untuk lebih memudahkan saat pertolongan

persalinan dan untuk mengetahui jarak rumah

dengan tempat rujukan (Astuti, 2012).


43

(b) Alasan datang

Alasan wanita menginjungi bidan ke BMP,

puskesmas, RS, atau tempat kesehatan yang

diungkapankan dengan kata-katanya sendiri

(Yuliani dkk, 2017).

(c) Keluhan utama

Menurut Yuliani dkk (2017), keluhan utama

merupakan sesuatau keluhan wanita yang

berhubungan dengan sistem tubuh, meliputi kapan

mulainya, bentuknya seperti apa, faktor pencetus,

perjalanan penyakit termasuk durasi dan

kekambuhan.

(d) Riwayat kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan menurut Astuti (2012), antara

lain:

i) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

Tanggal hari pertama dari menstruasi terkahir

klien untuk memperkirakan kapan kira-kira

bayi akan di lahirkan.

ii) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

Perhitungan dilakukan dengan menambahkan

9 bulan dan 7 hari pada hari pertama haid


44

terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi

bulan dengan 3, kemudian 7 hari dan 1 tahun.

iii) Gerakan bayi mulai dirasakan

Mengidentifikasi apakah sudah ada gerakan

janin dalam umur kehamilan sekarang.

iv) Obat-obatan yang dikonsumsi

Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu

memperhatikan apakah berpengaruh terhadap

tumbuh kembang janin.

v) Keluhan-keluhan pada kehamilan

Tanyakan pada klien apakah ada masalah pada

kehamilan trimester I, masalah-masalah

tersebut misalnya hiperemesis gravidarum,

anemia, dan tanyakan pada klien masalah yang

pernah ia rasakan pada trimester II dan III

pada kehamilan sebelumnya. Hal ini untuk

sebagai faktor persiapan kalau kehamilan yang

sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi.

vi) ANC (Antenatal Care)

Tanyakan pada klien asuhan kehamilan apa

saja yang pernah ia dapatkan selama

kehamilan trimester I dan tanyakan kepada

klien asuhan apa yang pernah ia dapat pada


45

trimester II dan III kehamilan sebelumnya dan

tanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap

kehamilan, serta tanyakan kepada klien

dimana tempat ia mendapatkan asuhan

kehamilan tersebut.

vii) Penyuluhan yang pernah di dapat

Penyuluhan apa yang pernah didapat klien

perlu ditanyakan untuk mengetahui

pengetahuan apa saja yang kira-kira telah

didapat klien dan berguna bagi kehamilannya.

viii) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

Tabel 2.1 jadwal pemberian imunisasi TT

Lama
Imunisasi Selang Waktu Dosis
Perlindun
TT Minimal
gan
TT 1 Langkah 0,5 cc
awal
pembentuk
an
kekebalan
tubuh
terhadap
penyakit
tetanus
1 bulan setelah 0,5 cc
TT 2 3 Tahun
TT1
6 bulan setelah 0,5 cc
TT 3 5 Tahun
TT2
12 bulan setelah 0,5 cc
TT 4 10 Tahun
TT3
12 bulan setelah 0,5 cc
TT 5 ≥ 25 Tahun
TT4
Sumber: Yuliani dkk (2017)
46

(e) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

i) Pengkajian meliputi jumlah kehamilan, jumlah

kehamilan ditanyakan untuk mengetahui

seberapa besar pengalaman klien tentang

kahamilan(Walyani,2015),kemuudian

persalinan, jenis kelamin, laktasi,anak hidup

dan termasuk komplikasi dalam kehamilan,

persalinan, nifas dan anak (Yuliani dkk, 2017).

(f) Riwayat menstruasi

Menurut Astuti (2012), riwayat menstruasi yang

perlu ditanyakan meliputi:

i) Menarche, perlu ditanyakan karena disminorea

biasanya terjadi beberapa waktu setelah

menarche, wanita Indonesia pada umumnya

mengalami menarche sekitar 12 sampai 16

tahun.

ii) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui

apakah siklus haid teratur atau normal. Karena

siklus haid setiap wanita berbeda-beda biasanya

sekitar23 sampai Lama haid perlu ditanyakan

untuk mengetahui apakah lama haid dari klien

normal (3-7 hari), karena lama haid berbeda-

beda.
47

iii) Banyaknya haid dapat diketahui dengan

menanyakan jumlah pembalut yang digunakan

tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut

kurang dari 2 perhari berarti jumlah darah

sedikit, 2-4perhari berarti normal dan lebih dari

5 perharinya banyaknya normalnya yaitu 30 ml.

iv) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk

mengetahui apakah ada nyeri perut bagian

bawah, pegal pada pinggang dan paha serta

gejala yang menyertai disminorea seperti

pusing.

(g) Riwayat kontrasepsi

Untuk mengetahui pasien pernah menggunakan

jenis/metode kontrasepsi yang digunakan

sebelumnya, waktu penggunaan/lama, keluhan,

alasan berhenti dan rencana metode kontrasepsi

pascasalin (Yuliani dkk. 2017).

(h) Riwayat kesehatan

i) Riwayat kesehan ibu

Tanyakan kepada klien penyakit apa yang

pernah diderita klien. Apabila klien pernah

menderita penyakit keturunan, maka ada

kemungkinan janin yang ada dalam


48

kandungannya tersebut beresiko menderita

penyakit yang sama (Astuti, 2012).

ii) Penyakit yang sedang diderita

Tanyakan pada klien penyakit apa yang sedang

ia derita sekarang. Tanyakan bagaimana urutan

kronologis dan tanda-tanda klasifikasi dari

setiap tanda penyakit tersebut (Astuti, 2012).

iii) Riwayat penyakit menular

Tanyakan kepada klien apakah mempunyai

keluarga yang saat ini sedang menderita

penyakit menular. Apabila klien mempunyai

keluarga yang sedang menderita penyakit

menular, sebaiknya bidan menyarankan kepada

klien untuk menghindari secara langsung

bersentuhan fisik atau mendekati keluarga

tersebut untuk sementara waktu agar tidak

menular pada ibu hamil dan janinnya.

(Astuti,2012).

iv) Riwayat penyakit keturunan

Hal ini diperlukan untuk mendiagnosa apakah

klien berkemungkinan akan menderita penyakit

tersebut atau tidak, hal ini bisa dilakukan

dengan cara membuat daftar penyakit apa saja


49

yang pernah diderita oleh keluarga klien yang

dapat diturunkan (Astuti, 2012).

(i) Riwayat perkawinan

Pengkajian meliputi usia ibu saat pertama kali

menikah, status perkawinan, berapa kali menikah,

dan lama pernikahaan (Astuti, 2012).

(j) Pola kebutuhan sehari – hari

Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil.Oleh

karena itu bidan perlu menggali kebiasaan istirahat

ibu supaya diketahui hambatan yang mungkin

muncul jika didapatkan data yang senjang tentang

pemenuhan kebutuhan istirahat. Bidan dapat

menanyakan tentang berapa lama ia tidur dimalam

hari dan siang hari (Yuliani dkk, 2017). Kebutuhan

sehari- hari, meliputi:

i) Nutrisi

Tanyakan kepada klien, apa jenis makanan

yang biasa dikonsumsi, porsi makanan,

frekuensi makan klien per hari (Astuti, 2012).

ii) Eliminasi

Frekuensi, warna, bau, dan masalah buang air

besar dan buang air kecil serta bau urinnya

(Astuti, 2012).
50

iii) Aktivitas

Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan ibu

saat sebelum kehamilan maupun saat

hamil(Astuti,2012).

iv) Pola istirahat dan tidur

Menggambarkan pola tidur siang dan malam

pasien (Astuti, 2012).

v) Seksualitas

Walaupun hal ini merupakan hal yang privasi

pasien, namun harus menggali dari kebiasan

ini, karena terjadi kasus beberapa keluhan

dalam aktivitas seksual yang cukup

mengganggu pasien namun ia tidak tahu

kemana harus berkonsultasi. Beberapa yang

dapat ditanyakan frekuensi, dan gangguan

(Yuliani dkk, 2017).

vi) Personal hygiene

Personal hygiene adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi

kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor.

Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari,

gosok gigi, keramas, dan mengganti pakaian

(Walyani, 2015).
51

vii) Penggunaan obat – obatan atau rokok

Hal ini perlu ditanyakan secara langsung dapat

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan

janin, dan menimbulkan kelahiran dengan berat

badan lahir rendah bahkan dapat menimbulkan

cacat bawaan atau kelainan tumbuhan atau

perkembangan mental (Astuti, 2012).

(k) Riwayat psikososial sosial

Untuk mengetahui apakah ada pantangan makanan

atau kebiasaan yang tidak boleh selama hamil dalam

adat masyarakat setempat, perasaan tentang

kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau

tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan

keluarga terhadap kehamilan ini,dan keluarga lain

yang tinggal serumah (Astuti, 2012).

(2) Objektif

menurut Yuliani dkk (2017), Untuk mengetahui data

dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus

melakukan pengkajian data obyektif melalui

pemeriksaan fisik, langkah-langkah dalam pemeriksaan

fisik meliputi:
52

(a) Pemeriksaan umum

i) Keadaan umum

Menurut Yuliani dkk (2017), keadaan umum

ialah untuk mengetahui data ini kita cukup

dengan mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan. Menilai keadaan umum baik

secara fisik maupun psikologis (kejiwaan).

ii) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien kita dapat melakukan

pengkajian tingkat kesadaran mulai dari

keadaan composmentis (kesadaran maksimal)

sampai dengan koma (pasien tidak dalam

keadaan sadar) (Yuliani dkk, 2017).

iii) Berat badan

Penimbangan berat badan ibu hamil dilakukan

pada setiap kunjungan antenatal dengan tujuan

mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan

janin. Secara umum penambahan berat badan

kurang dari 9 kg selama hamil atau < 1 kg

setiap bulannya atau < 1 kg sejak bulan

keempat (Yuliani dkk, 2017).


53

iv) Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan pada

kunjungan antenatal yang pertama dengan

tujuan penapisan factor resiko untuk terjadinya

chepalo pelvis disproportion (CPD) dan

panggul sempit sehingga sulit untuk bersalin

normal. Normalnya tinggi badan ibu ≥ 145 cm

(Yuliani dkk, 2017).

v) Pengukuran LILA

Untuk mengetahui lingkar lengan bagian atas

sebagai indicator untuk menilai status gizi ibu

hamil, ukuran lingkar lengan yang normal

adalah 23,5 cm, bila kurang dari 23,5 cm maka

status gizi ibu kurang (Yuliani dkk, 2017).

vi) Tekanan darah

Tekanan darah diukur setiap kali kunjungan

dengan tujuan mendeteksi adanya hipertensi

pada kehamilan, yaitu TD ≥ 140/90 mmHg

(Astuti, 2012).

vii) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada

peningkatan atau tidak. Suhu tubuh

normalnya 36,50C - 37,5 0C, jika lebih dari 37,5


54

0
C dikatakan demam yang memungkinkan

menjadi salah satu tanda infeksi, jika <36 0C

kemungkinan terjadi hipotermi (Yuliani dkk,

2017).

viii) Nadi

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung

dalam menit, frekuensi nadi, normal 60 – 100

x/menit (Astuti, 2012).

ix) Respirasi

Nilai normal pernapasan orang dewasa adalah

16-20x/menit. Sedangkan sesak napas ditandai

dengan peningkatan frekuensi pernapasan dan

kesulitan bernapas serta lelah (Astuti, 2012).

(b) Pemeriksaan present (head to toe)

i) Kepala

(i) Rambut

Meliputi pemeriksaan kebersihan rambut,

warna dan mudah atau tidak (Yuliani dkk,

2017).

(ii) Muka

Meliputi pemeriksaan Oedema dan

cloasma gravidarum (Astuti, 2012).


55

(iii)Mata

Meliputi pemeriksaan Conjungtiva, sclera

dan oedema (Astuti, 2012).

(iv) Hidung

Meliputi pemeriksaan secret dan benjolan

(Astuti, 2012).

(v) Telinga

Meliputi pemeriksaan tanda infeksi,

serumen dan kesimetrisan (Astuti, 2012).

(vi) Mulut

Pemeriksaan meliputi: keadaan bibir,

stomatitis, epulis, karies lidah (Astuti,

2012).

ii) Leher

Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar

limfe, pembesaran kelenjar tyroid dan

bendungan vena jugularis atau tumor (Astuti,

2012).

iii) Dada dan mammae

Pembesaran, simetris, areola, puting,

kolostrum dan tumor, retraksi pembesaran

kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri tekan

(Astuti, 2012).
56

iv) Abdomen

Bagaimana bentuk, apakah ada luka bekas

operasi, strie, linea (Astuti, 2012).

v) Ekstermitas

Untuk mengetahui oedema pada tangan dan

kaki, pucat pada kuku jari, varices dan reflek

patella (Astuti, 2012).

(c) Pemeriksaan khusus obstetrik

i) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang

dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan

dengan menggunakan indra pengelihatan,

pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk

mengumpulkan data. Untuk menilai keadaan ada

tidaknya closma gravidarum pada muka atau

wajah, pemeriksaan selanjutnya adalah pada leher

untuk menilai ada tidaknya odema, pemeriksaan

selanjutnya adalah pada leher untuk menilai ada

tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau

kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai

bentuk buah dada dan pigmentasi puting susu,

pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut

membesar kedepan atau kesamping, keadaan pusat,


57

pigmentasi alba, serta ada tidaknya strie

gravidarum, pemeriksaan vulva untuk menilai

kedaan perineum, ada tidaknya chadwick dan

adanya flour albus. Kemudian pemeriksaan

ektremitas untuk menilai ada tidaknya varices

(Yuliani dkk, 2017).

ii) Palpasi

Menurut Yuliani dkk (2017), Palpasi merupakan

teknik pemeriksaan yang menggunakan indra

peraba. Dilakukan untuk menentukan kolostrum

sudah keluar/belum, pengukuran TFU untuk

menentukan TBJ, besarnya rahim dengan

menentukan usia kehamilan ,menentukan letak

janin dalam rahim. Pemeriksaan palpasi pada

kehamilan dapat dilakukan dengan pemeriksaan

leopold yang dapat dilakukan saat usia kehamilan

24 minggu. Pemeriksaan leopold, meliputi:

(i) Leopold I

Untuk menentukan TFU dan bagian janin yang

terletak di fundus uteri.

(ii) Leopold II

Untuk menentukan letak punggung anak dan

letak bagian kecil pada anak.


58

(iii) Leopol III

Untuk menentukan bagian janin yang terletak

di bagian bawah uterus (presentasi janin).

(iv) Leopold IV

Untuk menentukan seberapa masuknya bagian

bawah dan seberapa masuknya bagian

bawah.

iii) Auskultasi

Menurut Yuliani dkk (2017), Meliputi pemeriksaan

denyut jantung janin (DJJ) yang dapat dilakukan

menggunakan alat doppler, denyut jantung janin

dapat didengar pada usia kehamilan 10 minggu dan

paling sering dideteksi dengan baik saat usia

kehamilan 12 minggu. Normalnya DJJ yaitu 110 –

160 kali/menit.

iv) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan

mengetuk-mengetuk jari (sebagai alat untuk

menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang

akan dikaji untuk mengetahui ukuran, batasan,

konsistensi organ-organ tubuh (Yuliani dkk, 2017).


59

(d) Pemeriksaan panggul

Untuk mengetahui kesan panggul normal atau tidak,

berapa ukuran distansia spinarum (normal 23-26 cm),

distansia kristarum (normal 26-29 cm), conjugate

eksterna (boudeloque) (normal 18-20 cm ), dan lingkar

panggul (normal 80 - 90 cm) (Astuti, 2012).

(e) Pemeriksaan anogenital menurut Yuliani dkk (2017),

meliputi:

i) Vulva vagina

Untuk mengetahui apakah varices, luka,

kemerahan, nyeri, pembesaran kelenjar bartholini,

dan adanya pengeluaran pervaginam.

ii) Perinium

Untuk mengetahui ada atau tidaknya bekas luka dan

lain-lain.

iii) Anus

Untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.

(f) Pemeriksaan penunjang menurut Yuliani dkk (2017),

adalah:

i) Pemeriksaan laboratorium rutin untuk semua ibu

hamil yang dilaksanakan pada kunjungan pertama,

meliputi:

(i) Kadar hemoglobin


60

Dikatakan anemia jika kadar Hb < 11 gr/dl pada

trimester 1 dan 3), atau <10,5 g/dl (pada

trimester II).

(ii) Golongan darah dan rhesus

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil

tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan

darah dan rhesus,tapi juga untuk

mempersiapkan calon pendonor jika sewaktu-

waktu terjadi kegawatdaruratan

(iii) Rapid test

Dilakukan pada ibu yang tinggal di atau

memiliki riwayat bepergian ke daerah edemik

malaria dalam 2 minggu terakhir.

(iv) HbsAg untuk menegakkan diagnose

hepatitis

Setiap ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan

HbsAg pada trimester pertama kehamilannya.

(v) Tes HIV

Tes HIV dapat dilakukan mengikuti

pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat

pemeriksaan antenatal atau menjelang

persalinan.
61

ii) Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

Menurut Yuliani dkk (2017), pemeriksaan

laboratorium sesuai indikasi meliputi:

(i) Urinalisasi

Pemeriksaan urinalisasi yang dilakukan pada

kehamilan terutama protein pada trimester ke

dua dan ketiga jika terhadap hipertensi. Protein

urin pada ibu hamil merupakan indikasi

adanya preeklamsi.

(ii) Kadar hemoglobin

Pemeriksaan Hb dianjurkan pada ibu hamil

trimester ketiga, sedangkan pemeriksaan pada

trimester kedua dilakukan sesuai dengan

indikasi.

(iii) BTA (Basil Tahan Asam)

Pemeriksaan ini untuk ibu hamil dengan

riwayat defisiensi imun, batuk > dari 2 minggu

atau LILA < 23,5 cm. pemeriksaan dilakukan

pada ibu yang menderita tuberkulosis sebagai

upaya pencegahan pengaruh infeksi

tuberculosis terhadap kesehatan janin.


62

(iv) Tes sifilis

Di rencanakan pada ibu hamil dengan factor

predisposisi pasangan seksual multiple,

hubungan seksual tidak terlindung.

Pemeriksaan tersebut dilakukan sedini

mungkin pada masa kehamilan.

(v) Kadar gula darah

Pemeriksaan kadar gula darah puasa/sewktu di

lakukan jika ibu memiliki faktor resiko

obesitas,riwayat diabetes,riwayat melahirkan

dengan kelainan kongenital atau bayi > 4000

gr dan riwayat preeklamsi. Ibu hamil yang

dicurigai menderita diabeter mellitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah minimal

satu kali setiap trimester.

iii) Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG di rekomendasikan pada awal

kehamilan(idealnya sebelum usia kehamilan 15

minggu),untuk menentukan usia gestasi, viabilitas

janin, letak dan jumlah janin serta deteksi

abnormalitas janin yang berat serta dilakukan pada

trimester ke tiga untuk persiapan persalinan.


63

b) Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan pendiagnosaan suatau masalah

yang dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Rumusan

diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah

tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap

membutuhkan penanganan (Muslihatun dkk, 2009).

(1) Diagnosa kebidanan

Diagnose kebidanan adalah diagnose yang

ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur(tata

nama) diagnose kebidanan (Yuliani dkk, 2017).

Diagnosa: Ny.X GxPxAx Umur X Tahun Hamil X

Minggu.

Data dasar :

Data Subyektif:

(a) Ibu mengatakan bernama Ny.X umur x tahun.

(b) Ibu mengatakan pernah melahirkan x kali dan

belum pernah keguguran.

(c) Ibu mengatakan hari petama haid terakhir tanggal

1 januari 2017
64

Data Obyektif:

Tanda-tanda vital:

(a) Tekanan darah : antara 110/70 mmHg sampai

140/90 mmHg

(b) Pengukuran suhu : suhu 36.5 0C sampai 37.5 0C

(c) Nadi : nadi normal 80 sampai 100 x/menit

(d) Hasil pemeriksaan Laboratorium.

(2) Masalah

Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman

atau keluhan wanita yang di identifikasi bidan sesuai

dengan pengarahan. Masalah ini seringkali menyertai

diagnose. Masalah tidak dapat masuk atau diselesaikan

seperti diagnose, namun sungguh membutuhkan

penanganan yang akan dituangkan dalam perencanaan

asuhan (Yuliani dkk, 2017).

(3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan klien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah

yang didapatkan dengan melakukan analisis data

(Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).

c) Langkah III : Diagnosa dan Masalah Potensial

Diagnose dan masalah potensial terjadi di identifikasi dari

diagnose dan masalah actual. Pada langkah ini


65

membutuhkan antisipasi dan jika memungkinkan dilakukan

pencegahan. Bidan harus observasi/melakukan pemantauan

terhadap klien sambil bersiap-siap jika diagnosa/masalah

potensial benar-benar terjadi. Penting sekali melakukan

asuhan yang aman, contoh seorang ibu hamil dengan TBJ

lebih dari 4000 gram, potensial yang dapat ditetapkan salah

satunya adalah distonsia bahu (Yuliani dkk, 2017).

d) Langkah IV : Tindakan Segera

Menurut Yuliani dkk (2017), Mengidentifikasi perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim

kesehatan lain sesuai kondisi klien. Contoh ibu hamil

dengan TBJ lebih dari 4000 gram memiliki diagnose

otensial distonsia bahu. Bidan melakukan perencanaan

untuk mengantisipasi jika terjadi distonsia bahu

(kalaborasi dengan dokter SPOG), termasuk kebutuhan

untuk resusitasi bayi baru lahir.

e) Langkah V : Perencanaan

Pada langkah ini merencanakan asuhan secara menyeluruh

(intervensi). Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien

atau dari setiap masalah yang berkaitan (Bidan dan Dosen

Kebidanan Indonesia, 2018).Adapun perencanaan untuk


66

ibu hamil secara umum menurut Yuliani dkk (2017),

adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan kondisi kehamilan (dari hasil

pemeriksaan) dan rencana asuhan yang diberikan.

2. Konseling sesuai dengan masalah/kebutuhan khusus

yang dialami oleh ibu hamil, penjelasan

ketidaknyamanan yang mungkin dialami oleh ibu

hamil dan cara mengatasinya.

3. Berikan suplemen dan pencegahan penyakit

(a) Zat besi, asam folat, dan kalsium.

(b) Aspirin

Pemberian aspirin dianjurkan untuk mencegah

preeklamsi bagi ibu dengan resiko tinggi dengan

dosis 75 mg tiap hari, pemberian dimulai dari

usia kehamilan 20 minggu.

4. Vaksin tetanus toxoid

Imunisasi TT bertujuan untuk mencegah terjadinya

tetanus pada bayi yang dilahirkan. Pemberian

imunisasi TT pada ibu hamil setelah ditentukan

dahulu status imunisasinya.

5. Memberikan konseling, informasi dan edukasi (KIE)

(a) Perubahan fisiologis dan psikologis kehamilan

sesuai tahapan (tiap trimester).


67

(b) Persiapan persalinan.

(c) Dukungan suami/keluarga.

(d) Tanda – tanda bahaya pada kehamilan.

(e) Persiapan IMD dan ASI eksklusif.

(f) Perawatan bayi baru lahir dan imunisasi.

(g) Penyakit kronis, penyakit menular dan prilaku

hidup sehat.

(h) Asupan gizi seimbang.

(i) Kontrasepsi pasca persalinan.

(j) Hubungan seksual selama hamil.

(k) Brain booster.

6. Kunjungan ulang

(a) Kunjungan setiap 4 minggu sampai usia

kehamilan 28 minggu.

(b) Kunjungan setiap 2 minggu pada usia kehamilan

28 – 36 minggu.

(c) Kunjungan setiap 1 minggu pada usia kehamilan

36 - persalinan.

f) Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan

rencana asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan

asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh

klien sendiri atau petugas kesehatan lainnya. Walau bidan


68

tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap

memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya misalnya memantau rencananya benar-

benar terlaksana (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia,

2018). Contoh pelaksanan menurut Yuliani dkk (2017)

sebagai berikut:

(1) Menjelaskan kondisi ibu dan janin sesuai hasil

pemeriksaan dan rencana penatalaksaan.

(2) Menjelaskan masalah yang sedang dialami oleh ibu

seperti ketidaknyamanan, perubahan fisiologis maupun

psikologis.

(3) Memberi suplemen zat besi dan edukasi tentang

manfaat serta efek samping.

(4) Melakukan scrining imunisasi TT.

(5) Menjadwalkan kunjungan ulang.

g) Langkah VII : Evaluasi

Menurut Yuliani dkk (2017), Pada langkah ini dilakukan

evluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Ada

kemungkinan sebagian rencana lebih efektif, sebagaian

yang lain belum efektif. Manajemen asuhan kebidanan

merupakan hasil pola pikir bidan yang berkesinambungan,

sehingga jika ada proses manajemen yang kurang


69

efektif/tidak efektif, proses manajemen dapat diulang lagi

dari awal. Contoh evaluasi adalah:

(1) Ibu memahami kondisi kehamilan dan menyetujui

rencana penatalaksanaan.

(2) Ibu sudah paham tentang masalah yang dialami dan

bagaimana cara mengatasinya.

(3) Suplemen sudah diberikan, ibu bersedia meminum

secara rutin.

(4) Scrining sudah dilakukan.

(5) Ibu bersedia kunjungan ulang sesaui jadwal yang di

anjurkan oleh bidan.

3) Data Perkembangan

Menurut Wafi dkk (2009), Pendokumentasian atau

pencatatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan

metode SOAP. Dalam metode SOAP S adalah data subjektif,

O adalah data Objektif, A adalah analisis/assessment dan P

adalah Planing. Merupakan catatan yang bersifat sederhana,

jelas, logis dan singkat. Model dokumentasi menggunakan

SOAP sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien

(Wildan dan Hidayat, 2008). Bentuk penerapannya adalah

sebagai berikut:
70

a) S : Subjektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varnay langkah pertama

(Pengkajian), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesis. Data subjektif ini berhubungn dengan masalah

dari sudut pandang pasien (Wafi dkk, 2009).

Menurut Sudarti (2011), data Subyektif yang dikaji pada ibu

hamil adalah sebagai berikut :

(1) menanyakan keadaan ibu

(2) menanyakan pengetahuan ibu tentang seberapa jauh ibu

memahami keadaanya.

Contoh: Pasien ingin memeriksakan kehamilanya dan

tidak ada keluhan

b) O : Objektif

Data Objektif, merupakan data yang diperoleh melalui

hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic

lainnya (Wafi dkk, 2009).

menurut Sudarti (2011), data obyektif yang dikaji pada ibu

hamil adalah sebagai berikut :

(1) memeriksa TTV

(2) inspeksi

(3) palpasi
71

(4) auskultasi

(5) perkusi

(6) laboratorium dan USG (bila diperlukan)

Contoh: Palpasi pada abdomen

(2) Leopold I :Bagian fundus teraba lunak, tidak

melenting (bokong).

(3) Leopold II :Bagian kanan teraba keras memanjang

seperti papan (punggung).

Bagian kiri teraba bagian kecil janin

(Ekstermitas).

(4) Leopold III:Bagian bawah teraba bulat, keras, dan

melenting (kepala).

(5) Leopold IV:bagian bawah janin belum masuk pintu

atas panggul.

c) A : Assesment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif (Wafi dkk, 2009). contoh penulisan assessment

menurut Sudarti (2011) :Ny. A GPA hamil 16 minggu

(cantumkan komplikasi apabila ada).

Contoh: Ny. X GxPxAx umur x tahun UK x minggu, janin

hidup intrauteri teraba punggung kanan, presentasi kepala,

hamil normal.
72

d) P : Planning

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi data. (wafi dkk, 2009).

Menurut Muslihatun (2009), perencanaan pada ibu hamil

adalah sebagai berikut :

(1) Jelaskan kondisi kehamilan dan rencana asuhan yang

akan dilaksanakan.

(2) Diskusikan jadwal pemeriksaan dan hasil yang

diharapkan.

(3) Jelaskan pada ibu, bila diperlukan pemeriksaan khusus/

konsultasi ke disiplin ilmu lain, Bila perlu, ibu dapat

dirujuk ke tenaga ahli/fasilitas kesehatan yang lebih

lengkap.

Contoh: Konseling gizi seimbang.

Konseling kunjungan ulang

2. PERSALINAN

a. Konsep dasar

1) Pengertian

Menurut Maryunani (2016), Persalinan adalah proses

dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim

ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada


73

usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit.

Menurut Sutrisminah dan Nuryaningsih (2012),

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai dengan penyulit.

2) Tanda – Tanda Persalinan

Tanda – tanda persalinan, meliputi:

a) Terjadinya His persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan

rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan

serviks kontraksi rahim dimulai pada 2 face maker yang

letaknya didekat cornu uteri. His efektif mempunyai sifat

adanya dominan kontraksi uterus pada fundus uteri (fundal

dominance), kondisi berlangsung secara synrcom dan

harmonis, adanya intensitas kontraksi yang maksimal

diantara dua kontraksi, irama teratur dan frekuensi yang

kian sering, lama his berkisar 45-60 detik (Marmi, 2016).

Menurut Marmi (2016), his persalinan memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

(1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.


74

(2) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan

semakin besar.

(3) Terjadi perubahan pada serviks .

(4) Makin beraktivitas (jalan-jalan) kekuatan makin tambah

b) Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (blood

show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan

lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan

pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah

waktu serviks membuka (Marmi, 2016).

c) Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang

menimbulkan pengeluaran cairan. Namun, sebagian besar

ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan

pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung

dalam waktu 24 jam (Indrayani dan Djami, 2016).

d) Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah pembukaan kanalis servikalis secara

berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah

pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula

panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga

tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas(Marmi, 2016).


75

3) Penyebab Mulanya Persalinan

Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum

diketahui secara pasti, kemungkinan adanya banyak factor yang

saling berkaitan, sehingga pemicu persalinan menjadi

multifactor (Indrayani dan Djami, 2016).

Beberapa teori yang kemungkinan menyebabkan terjadinya

persalinan, meliputi:

a) Teori keregangan

Otot uterus mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi

kontraksi sehingga terjadi persalinan (Rohani dkk, 2011).

b) Teori penurunan progesterone

Proses penuaan plasenta terjadi sejak usia kehamilan 28

minggu, di mana terjadi penimbunan jaringan ikat,

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot

rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya, otot

rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan

progesteron tertentu (Rohani dkk, 2011).

c) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofis pars posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron

mengubah sensivitas otot rahim sehingga sering terjadinya


76

kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi

progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan

oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga persalinan

dimulai (Rohani dkk, 2011).

d) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan

15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian

prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.

Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya

persalinan (Rohani dkk, 2011).

e) Teori plasenta menjadi dua

Semakin tuanya plasenta akan menyebabkan penurunan

kadar estrogen dan progesteron yang berakibat pada

kontraksi pembuluh darah sehingga menyebabkan uterus

berkontraksi (Indrayani dan Djami, 2016).

4) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi proses Persalinan

Faktor penting yang mempengaruhi persalinan, yaitu “5

Ps” terdiri dari 3 faktor utama: passage, passanger, power,

position. Akibat malfungsi salah satu faktor tersebut menjadikan

waktu persalinan lebih lama, lebih nyeri atau berakhir dengan

bedah sesar.
77

a) Passage

Passage merupakan jalan lahir dalam persalinan. Segmen

atas memegang peran yang aktif karena berkontraksi dan

dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.

Walaupun jaringan lunak terutama otot dasar panggul

membantu kelahiran bayi tetapi pelvik ibu jauh lebih

berperan dalam proses kelahiran.

Gambar 2.2 Macam – macam panggul


(Arsinah dkk, 2010)

b) Passanger

Passenger meliputi janin, plasenta dan air ketuban.

(1) Janin

Janin bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi

beberapa faktor, diantaranya: ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap dan posisi janin karena plasenta

dan air ketuban juga harus melewati jalan, maka


78

dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai

janin.

(2) Tali Pusat

Tali Pusat pada umumnya akan terbentuk lengkap pada

kehamilan kira-kira 16 minggu, dimana ruang amnion

telah mengisi seluruh rongga rahim. Tali pusat/cord

umbilicalis disebut juga foeniculus.

(3) Plasenta

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin

karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan

anak dan sebaliknya.

(4) Air ketuban

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-

kira 1000-1500 cc. Reaksinya agak alkakis atau netral,

dengan berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas

90% air, sisanya albumin, urea, asam uric, kreatinin,

sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa dan garam

an-organik.

c) Power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar

(power) terdiri dari:


79

(1) His (kontraksi)

His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan

yang terdiri dari kontraksi otot dinding perut,

kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

dan kontraksi ligamentum rotundum.

(2) Tenaga mengejan

Power atau tenaga yang mendorong anak keluar.

Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim

bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-

sifat:

(a) Kontraksi simetris.

(b) Fundus dominan.

(c) Relaksasi.

(d) Involunter: terjadi di luar kehendak.

(e) Intermitten: terjadi seacara berkala (berselang-

seling).

(f) Terasa sakit.

(g) Terkoordinasi.

(h) Kadang dapat dipengaruhi dari luar seacra fisik,

kimia dan psikis.

d) Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan.


80

Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa

nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Kontraksi uterus

lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan

dilatasi servik sehingga persalinan lebih cepat. Posisi tegak

dapat mengurangi insidensi penekanan tali pusat.

e) Psychology

Psychology adalah respon psikologi ibu terhadap proses

persalinan. Faktor psikososial terdiri dari persiapan fisik

maupun mental melahirkan, nilai dan kepercayaan

sosiobudaya, pengalaman melahirkan sebelumnya, harapan

terhadap persalinan, kesiapan melahirkan, tingkat

pendidikan, dukungan orang yang bermakna dan status

emosional (Indrayani dan Djami, 2016)

5) Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan adalah putaran dan penyesuaian

lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia. Tujuh gerakan

kondisi presentasi puncak kepala pada mekanisme persalinan

adalah engagement, descent (penurunan), fleksi, putar paksi

dalam, ekstensi, putar paksi luar, dan akhirnya kelahiran

melalui ekspulsi (Marmi, 2016).


81

Gambar 2.3 Mekanisme Persalinan


(Runjati dan Umar, 2018)

a) Engagement

Kepala dikatakan telah menacap (engager) pada pintu atas

panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu

atas panggul. Pada nulipara, hal ini terjadi sebelum

persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih

tegang sehingga bagian presentasi terdorong kedalam

panggul (Marmi,2016).

b) Descent (Penurunan)

Pada primigravida, masuknya kepala kedalam pintu atas

panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir

kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi

pada permulaan persalinan. Masuknya kepala kedalam

PAP, biasanya dengan satura sagitalis melintang dan

dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati

pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan


82

asinklitismus yaitu bila satura sagitalis terdapat di tengah-

tengah jalan lahir tepat diantara simpisis dan promontorium

(Rohani dkk, 2011).

c) Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah

hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun

besar. fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan

sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir atas panggul,

serviks, dinding panggul atau dasar panggul (Indrayani dan

Djami, 2016).

d) Putaran Paksi Dalam

Putaran Paksi Dalam adalah pemutaran dari bagian depan

memutar ke depan ke bawah symphisis. Putaran paksi

dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran

paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi

kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang

tengah dan pintu bawah panggul (Marmi, 2016).

e) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar

panggul, terjadilah ekstensi dari kepala. Setelah subocciput

tertahan pada pinggir bawah symphisis maka yang dapat

maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang

berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut


83

pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung,

mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi

(Indrayani dan Djami, 2016).

f) Putaran Paksi Luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali

kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada

leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini

di sebut putaran resititusi. Selanjutnya putaran diteruskan

hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber

ischiadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah

putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena

ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior dari pintu bawah panggul (Marmi, 2016).

g) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah

symphisis dan menjadi hypomochlion untuk melahirkan

bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan

selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi

jalan lahir (Marmi, 2016).

6) Patograf

a) Pengertian Partograf

Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk

memantau keadaan ibu dan janin, menemukan adanya


84

persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk umtuk

melakukan tindak bedah kebidanan dan menemukan

disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan

macet(Indrayani dan Djami,2016).

b) Tujuan penggunaan partograf

Adapun tujuan dari penggunaan partograf menurut

Indrayani dan Djami (2016), adalah sebagai berikut :

(1) Mencatat hasil observarsi dan kemajuan persalinan

dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan

dalam.

(2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara

normal. Dengan demikian juga melakukan deteksi

secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

(3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi

ibu, kondisi bayi grafik proses persalinan, bahan

medikametosa yang diberikan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan

atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat

secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin

dan bayi baru lahir.


85

c) Istilah dalam partograf

(1) Lambing warna dari air ketuban

Tabel 2.2 Lambang Air Ketuban


Lambang Keterangan
U Ketuban utuh ( belum pecah )
J ketuban sudah pecah dan air
ketuban jernih
M Ketuban sudah pecah dan air
ketuban tercampur mekonium
D Ketuban sudah pecah dan air
ketuban tercampur darah.
K ketuban sudah pecah dan air
ketuban tercampur darah
Sumber: (Indrayani dan Djami, 2016)

(2) Penyusupan kepala

Penyusupan kepala dinilai setiap kali periksa dalam.

Temuan dicatat dikotak yang sesuai dibawah jalur

air ketuban, lambang yang digunakan :

(a) 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah. Satura

dan mudah dapat dipalpasi.

(b) 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan.

(c) 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih, tapi masih dapat dipisahkan.

(d) 3 : Tulang-tulang kepala janin pumpang tindih

dan tidak dapat dipisahkan.


86

d) Manfaat dan kelemahan partograf

Menurut Indrayani dan Djami(2016), manfaat dan

kekurangan partograf adalah :

(1) Rujukan semakin baik sehingga tidak merugikan ibu.

(2) Pertolongan medis dapat dilakukan lebih sempurna

sehingga angka kesakitan dan kematian dapat

diturunkan.

(3) Mendapkan tindakan medis sesuai dengan keadaan dan

ditangani oleh petugas yang tepat.

(4) Secara nasional parrtograf diharapkan membantu

menurunkan angka kematian maternal dan perinatal

sebagai cermin kemampuan memberikan pelayanan dan

pengayoman medis yang menyeluruh dan lenih

bermutu.

Kelemahan partograf kemungkinan terlalu cepat melakukan

rujukan, yang sebenarnya dapat diselesaikan di Pukesmas

atau ditempat kesehatan lainnya. Pada beberapa kondisi,

faktor psikologis dan posisi sangat memengaruhi kemajuan

persalinan, dimana sebenarnya ibu tidak mengalami

penyulit atau komplikasi namun bagian terbawah janin

belum turun, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, DJJ

dan pergerakan janin normal, maka meskipun telah


87

melewati garis waspada, bidan dapat melakukan upaya

terlebih dahulu seperti pengaturan posisi.

e) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.

Menurut Rohani dkk (2011), Catat semua asuhan lain, basil

pengamatan, dan keputusan klink di sisi luar kolom

partograf.. Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik

mencakup hal berikut.

(1) Jumlah cairan peroral yang diberikan.

(2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.

(3) Konsultasi dengan penolong persalinan (spesialis

kandungan, bidan, dokter umum).

(4) Persiapan sebelum melakukan rujukan.

(5) Upaya rujukan.

Gambar 2.4 bagian depan partograf


(Rohani, 2011)
88

d) Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan

kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir),

itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan

persalinan (Rohani dkk, 2011).

Cara Pengisian berbeda dengan halaman depan yang

harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang

partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai.

Pencatatan rutin penting karena hal-hal sebagai berikut:

(1) Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat

keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau

perawatan sudah sesuai dan efektif, mengidentifikasi

kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk

membuat perubahan dan peningkatan pada rencana

asuhan perawatan.

(2) Dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan

proses membuat keputusan klinik.

(3) Merupakan catatan permanen tentang asuhan,

perawatan, dan obat yang diberikan.


89

(4) Dapat dibagikan di antara penolong persalinan. Hal ini

menjadi penting jika ternyata rujukan memang

diperlukan.

(5) Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu

kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari satu penolong

persalinan dan penolong persalinan lainnya, atau dari

seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan

lainnya.

(6) Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.

(7) Diperlukan untuk memberi masukkan data statistik

nasional dan daerah, termasuk catatan kematian dan

kesakitan ibu/bayi baru lahir.

(Rohani dkk, 2011).

Gambar 2.5 bagian belakang partograf


(Rohani dkk, 2011)
90

7) Tahapan Persalinan

Dalam proses persalinan ada beberapa tahapan yang

harus dilalui oleh ibu, tahapan tersebut dikenal dengan empat

kala Indrayani dan Djami (2016), yaitu:

a) Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

atau dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik

frekuensi maupun kekuatannya) hingga serviks berdilatasi

hingga 10 cm (pembukaan lengkap) atau kala pembukaan

berlangsung dari mulai adanya pembukaan sampai

pembukaan lengkap. Kala satu persalinan dibagi menjadi

dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

(1) Fase laten pada kala satu persalinan

(a) Dimulainya sejak awal kontraksi yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks

secara bertahan.

(b) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan

serviks mencapai 3 cm atau serviks membuka

kurang dari 4 cm.

(c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau

hingga 8 jam.
91

(2) Fase aktif pada kala satu persalinan

(a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap

adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih

dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40

detik atau lebih).

(b) Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan

rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)

atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

(c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

(d) Pada umumnya, fase aktif berlangsung hampir atau

hingga 6 jam.

(e) Fase aktif dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu:

i) Fase akselerasi, pembukaan 3 ke 4, dalam

waktu 2 jam.

ii) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal,

pembukaan berlangsung sangat cepat, yaitu

dari pembukaan 4 ke 9 dalam waktu 2 jam.

iii) Fase deselerasi, pembukaan 9 ke 10 dalam

waktu 2 jam.
92

b) Kala II (Pengeluaran Bayi)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala

dua disebut juga dengan kala pengeluaran bayi. Tanda dan

gejala kala dua adalah:

(1) Ibu ingin merasa meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada

rectum dan/atau vaginanya.

(3) Perineum menonjol.

(4) Vulva-vagina dan spingeter ani membuka.

(5) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.

Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat

dan teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan

mendekati lengkap diikuti keinginan meneran. Kedua

kekuatan, his dan keinginan meneran akan mendorong bayi

keluar. Kala dua berlangsung hingga 2 jam pada primipara

dan 1 jam pada multipara.

c) Kala III (Pelepasan Plasenta)

Kala III persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala

pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah

lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan

selaput ketuban. Lepasnya plasenta sudah dapat


93

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda dibawah

ini:

(1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri

(a) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium

berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan

umum tinggi fundus uteri di bawah pusat.

(b) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong

ke bawah, uterus berubah bentuk menjadi seperti

buah pear/alpukat dan tinggi fundus uteri menjadi

atas pusat.

(c) Tali pusat bertambah panjang.

(d) Terjadi semburan darah seacara tiba-tiba perdarahan

(bila pelepasan placenta secara Duncan/dari

pinggir).

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga

adalah retensio plasenta, plasenta lahir tidak lengkap,

perlukaan jalan lahir. Pada kasus retensio plasenta, tindakan

manual plasenta hanya dapat dilakukan dengan

pertimbangan terdapat perdarahan.

d) Kala IV (Pemantauan)

Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan

berakhir dua jam setelah itu. Pada kala paling sering terjadi

perdarahn postpartum, yaitu pada 2 jam pertama


94

postpartum. Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada

kala empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan

oleh atinia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh

karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan

kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

Pemantauan pada kala IV dilakukan:

(1) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

(2) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

(3) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri yang sesuai.

Menurut Rohani dkk (2011), secara umum dapat

disimpulkan bahwa asuhan dan pemantauan kala IV adalah

sebgai berikut:

(1) Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua serta

memasase fundus uteri.

(2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan

perdarahan setiap 15 pada jam pertama dan 30 ment

pada jam kedua.

(3) Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehifrasi.

(4) Bersihkan perineum ibu serta pakaikan pakaian bersih

dan kering.

(5) Anjurkan ibu untuk istirahat.


95

(6) Melakukan rawat gabung untuk meningkatkan

hubungan ibu dan bayi.

(7) Menganjurkan ibu untuk segera memberikan ASI pada

bayi.

(8) Membantu ibu untuk mobilisasi dini

(9) Memberitahu keluarga bagaimana memeriksa fundus

uteri dan tanda bahaya pada ibu dan bayi.

8) Perubahan Fisiologis pada Masa Persalinan

Perubahn fisiologis yang terjadi pada masa persalinan,

meliputi:

a) Kala I

Sejumlah perubahan-perubahan fisiologis yang normal

akan terjadi selama persalinan, hal ini bertujuan untuk

mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara

klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat

menginterprestasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan

penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal

atau tidak selama persalinan kala I (Marmi, 2016).

(1) Perubahan kardiovaskuler

Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari

uterus dan masuk ke dalam system vaskuler ibu. Hal

ini akan meningkatkan curah jantung meningkat 10%-

15% (Indrayani dan Djami, 2016).


96

(2) Perubahan tekanan darah

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting

pada system sirkulasi. Faktor yang mempengaruhi

tekanan darah seseorang pada umumnya, di antaranya

usia, jenis kelamin, suku, faktor genetik, obesitas,

stress, merokok, konsumsi alkohol.

(3) Perubahan metabolisme

Menurut Indrayani dan Djami (2016), Selama

persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob

maupun anaerob terus menerus meningkat seiring

dengan kecemasan dan aktivitas otot. Peningkatan

metabolisme ini ditandai dengan meningkatnya suhu

tubuh, denyut nadi, pernafasan, cardiac output dan

kehilangan cairan.

(4) Perubahan suhu

Selama persalinan, suhu tubuh akan sedikit naik dan

segera turun setelah persalinan. Perubahan suhu

dianggap normal apabila peningkatan suhu tidak

melebihi 0,5-10 C. hal ini menunjukan adanya

peningkatan metabolisme dalam tubuh (Indrayani dan

Djami, 2016).
97

(5) Perubahan denyut nadi

Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih

meningkat bila dibandingkan selama periode

menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan

peningkatan metabolisme yang terjadi selama

persalinan (Indrayani dan Djami, 2016).

(6) Perubahan pernafasan

Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama

persalinan dan mencrminkan peningkatan metabolism

yang terjadi. Hiperventilasi yang memanjang

merupakan kondisi yang abnormal dan dapat

menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat),

yaitu rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan

pusing dan hipoksi (Indrayani dan Djami, 2016).

(7) Perubahan ginjal

Menurut Indrayani dan Djami (2016), Poliuri sering

terjadi selama persalinan. Kondisi ini disebabkan oleh

meningkatnya curah jantung selama persalinan dan

meningkatnya filtrasi glomerulus dan aliran plasma

ginjal, sedangkan his uterus menyebabkan kepala janin

semakin turun. Kandung kemih yang penuh bisa

menjadi hambatan untuk penurunan kepala janin.

Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang


98

karena posisi ini membuat aliran urin berkurang

selama persalinan.

(8) Perubahan gastrointestinal

Menurut Indrayani dan Djami (2016), pergerakan

lambung dan absorbs pada makanan padat sangat

berkurang selama persalinan. Hal ini diperberat dengan

berkurangnya produksi getah lambung, menyebabkan

aktivitas pencernaan hampir berhenti, dan

pengosongan lambung menjadi sangat lamban.

(9) Perubahan hematologi

Menurut Indrayani dan Djami (2016), hemogloblin

meningkat sampai 1.2 gram per 100 ml selama

persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti

sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali

ada perdarahan postpartum.

(10) Perubahan uterus

Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama

yaitu miometrium (kontraksi uterus) dan serviks.

Perubahan yang terjadi pada kedua komponen tersebut

adalah:

(a) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap

penipisan dan pembukaan servik serta pengeluaran


99

bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat

persalinan sangat unik karena kontraksi ini

merupakan kontraksi otot yang sangat nyeri.

Terdapat empat perubahan fisiologis pada

kontraksi uterus yaitu:

i) Fundal dominan atau dominasi fundus

Kontraksi berawal dari fundus pada salah satu

kornu, kemudian menyebar ke samping dan ke

bawah. Kontraksi terbesar dan terlama adalah

di bagian fundus. Namun pada puncak

kontraksi dapat mencapai seluruh bagian

uterus.

ii) Kontraksi dan retraksi

Pada awal persalinan kontraksi uterus

berlangsung setiap 15-20 menit selama 30 detik

dan diakhiri kala I setiap 2-3 menit selama 50-

60 detik dengan intensitas yang sangat kuat.

Pada segmen atas rahim tidak berelaksasi

sampai kembali ke panjang aslinya setelah

kontraksi namun relatif menetap pada panjang

yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan

retraksi.
100

iii) Polaritas

Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keselarasan saraf-saraf otot

yang berada pada dua kutub atau segmen uterus

ketika berkontraksi.

iv) Differensiasi atau perbedaan kontraksi uterus

Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi

dua bagian yang berbeda. Segmen atas uterus

yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih

tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah

uterus dan serviks relative pasif disbanding

dengan segmen atas dan bagian ini berkembang

menjadi jalan yang berdinding jauh lebih tipis

untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada

sambungan segmen bawah dan atas uterus.

Segmen bawah rahim terbentuk secara bertahap

ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian

menipis sekali pada saat persalinan.

(b) Perubahan serviks

Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi

persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks

secara progesif dan diakhiri dengan pembukaan


101

serviks lengkap. Ada dua proses fisiologi utama

yang terjadi pada serviks:

i) Pendataran serviks disebut juga penipisan

serviks adalah pemendekan saluran serviks dari

2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar

dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini

terjadi dari atas ke bawah sebagai hasil dari

aktivutas miometrium. Serabut-serabut otot

setinggi ostium serviks internum ditarik ke atas

dan dipendekkan menuju segmen bawah uterus,

sementara ostium eksternum tidak berubah.

ii) Pembukaan serviks

Pembukaan terjadi sebagai akibat dari

kontraksi uterus serta tekanan yang berlawanan

dari kantong membrane dan bagian bawah

janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu

pembukaan yang efisien. Pada primigravida

pembukaan didahului oleh pendataran serviks,

sedangkan pada multigravida pembukaan

serviks dapat terjadi bersamaan dengan

pendataran (Indrayani dan Djami, 2016).


102

b) Kala II

Menurut Indrayani dan Djami (2016), Beberapa perubahan

fisiologis yang terjadi kala dua persalinan, yaitu:

(1) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding

Kontraksi pada uterus persalinan mempunyai sifat

tersendiri, yaitu bersifat nyeri. Sifat khas kontraksi

uterus ini adalah rasa nyeri dari fundus merata ke

seluruh uterus sampai berlanjut ke punggung bawah.

(2) Perubahan uterus

Dalam persalinan, perbedaan segmen atas rahim (SAR)

dan segmen bawah rahim (SBR) akan tampak lebih

jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan

bersifat memegang peran aktif (berkontraksi) dan

dindingnya bertambah tebal dengan majunya

persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu

kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar,

sedangkan SBR dibentuk oleh isthmus uteri yang

sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis

dengan majunya persalinan (disebakan karena

regangan), dengan kata lain SBR dan serviks

mengadakan relaksasi dan dilatasi.


103

(3) Effacement (penipisan) dan dilatasi (pembukaan)

serviks

Secara tidak langsung, kontraksi uterus berpengaruh

terhadap effacement dan dilatasi serviks. Effacement

adalah pemendekan atau pendataran dari ukuran

panjang kanal serviks. Proses effacement diperlancar

dengan adanya pengaturan seperti pada celah

endoserviks yang mempunyai efek membuka dan

meregang. Dilatasi adalah pelebaran ukuran ostium

uteri internum (OUI) yang kemudian disusul dengan

pelebaran ostium uteri eksternum (OUE). Pelebaran ini

berbeda antara primigravida dan multigravida.

Pemantauan kemajuan persalinan pada dilatasi serviks

dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada

diameter serviks.

(4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah

terjadi perubahan terutama pada dasar panggul yang

diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi

saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu

regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vagina

menghadap ke depan atas dan anus menjadi terbuka,


104

perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala

janin tampak pada vulva.

c) Kala III

Kala tiga dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya

plasenta/uri. Normalnya kurang dari 30 menit dan rata-rata

berkisar 15 menit, baik primipara maupun multipara.

Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan dan

belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat jarang

terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada segmen

bawah rahim/SBR, keadaan ini disebut plasenta previa

(Indrayani dan Djami, 2016).

(1) Fase – fase dalam kala III persalinan

Kala III persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu fase

pemisahan plasenta dan fase pengeluaran plasenta

(a) Fase pemisahan/pelepasan plasenta

Segera setelah bayi lahir dan air ketuban sudah tidak

berada dalam uterus, kontraksi akan terus

berlangsung dan terjadi penyusutan volume rongga

uterus. Penyusutan ukuran ini akan menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta

karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka

plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian akan


105

terlepas dari dinding uterus. Uterus yang

berkontraksi akan menekan semua pembuluh darah

yang akan menghentikan perdarahan. Sebelum

uterus berkontraksi ibu tersebut bisa kehilangan

darah 350-560 ml.

(b) Turunya plasenta

Setelah pemisahan, plasenta bergerak turun ke jalan

lahir dan melaui dilatasi (pelebaran) serviks

melebar.

(c) Fase pengeluaran plasenta

Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga

plasenta lahir dahulu seluruhnya. Kelahiran yang

cepat dari plasenta segera setelah lepas dari dinding

uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan

kala tiga. Ada dua mekanisme pelepasan plasenta,

yaitu:

i) Mekanisme Duncan (Mathews - Duncan

mechanism) pelepasan plasenta dari pinggir atau

bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal

ini mengakibatkan terjadi semburan darah

sebelum plasenta lahir.


106

Gambar 2.6 Mekanisme Ducan


(Arsinah dkk, 2010)

ii) Mekanisme Schultz

Pelepasan plasenta yang dimulai dari

sentral/bagian tengah sehingga terjadi bekuan

retroplasenta. Cara pelepasan ini paling sering

terjadi. Tanda pelepasan dari tengah ini

mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum

plasenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera

setelah plasenta lahir.

Gambar 2. 7 Mekaisme Schult


(Arsinah dkk, 2010)

(2) Tanda – tanda pelepasan plasenta

Setelah terlepas, plasenta akan turun ke segmen bawah

uterus atau ke dalam vagina, menyebabkan munculnya

tanda-tanda pelepasan plasenta antara lain:


107

(a) Perubahan bentuk dan tinggi uterus

Setelah bayi lahir dan sebelum mimetrium mulai

berkontrasi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi

fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus

berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,

uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau

alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali

mengarah ke sisi kanan).

(b) Tali pusat memanjang

Apabila dilakukan penegangan tali pusat terkendali

(PTT) tali pusat memanjang, dimana tali pusat

terlihat manjulur ke luar melalui vulva (tanda

Ahfeld).

(c) Semburan darah tiba-tiba dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan

membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh

gaya gravitasi. Akan tetapi tanda semburan darah

tiba-tiba dan singkat ini tidak selalu ada, apabila

mekanisme pelepasan plasenta secara Schultz maka

tidak terjadi semburan darah tiba-tiba sebelum

plasenta lahir, perdarahn baru terjadi setelah

plasenta lahir.
108

(d) Pengeluaran plasenta

Pengeluaran ini sebagai tanda berakhirnya kala tiga.

Setelah itu, otot uterus akan terus berkontraksi

secara kuat dan dengan demikian akan menekan

pembuluh darah robek. Kondisi ini (bersama-sama

dengan terjadinya proses fisiologi pembekuan

darah) dengan cepat mengurangi dan menghentikan

perdarahan postpartum.

(e) Pemantauan perdarahan

Selama hamil aliran darah ke uterus 500-800

ml/menit. Uterus tidak berkontraksi dapat

menyebabkan kehilangan darah sebanyak 350-560

ml. dengan adanya kontraksi uterus akan menekan

pembuluh darah uterus diantara anyaman

miometrium sehingga perdarahan dapat terhenti.

Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di

Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan

dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan

retensio plasenta yang sebenarnya dapat di cegah dengan

melakukan manajemen aktif kala III. Manajemen Aktif

Kala III terdiri atas tiga langkah utama yaitu pemberian

suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,


109

melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan

memasse fundus uteri (Rohani dkk, 2011).

d) Kala IV

Menurut Indrayani dan Djami (2016), Pada kala empat, ibu

akan mengalami kehilangan darah. Kehilangan darah pada

persalinan biasanya disebabkan oleh luka dari bekas

perlekatan plasenta atau adanya robekan pada serviks dan

perineum. Rata-rata dalam batas normal jumlah perdarahan

adalah 250 ml atau ada juga yang mengatakan jumlah

perdarahan 100-300 ml merupakan batasan normal untuk

proses persalinan normal.

9) Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Menurut Lesser & Keane dalam marmi (2016),

kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan meliputi:

a) Kala 1

(1) Mengatur aktivitas dan posisi ibu

Di saat mulainya persalinan sambil menunggu

pembukaan lengkap. Ibu masih dapat diperbolehkan

melakukan aktivitas, namun harus sesuai dengan

kesanggupan ibu agar ibu tidak terasa jenuh dan rasa

kecemasan yang dihadapi oleh ibu saat menjelang

persalinan dapat berkurang. Di dalam kala I ini ibu

dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama


110

persalinan dan kelahiran. Di sini ibu diperbolehkan

berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau

merangkak.

(2) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his

His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini

termasuk tanda-tanda persalinan yang mempunyai sifat

intermitten, terasa sakit, terkoordinasi, dan simetris

serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik

dan psikis. Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit,

maka ibu di sarankan menarik nafas panjang dan

kemudian anjurkan ibu untuk menahan nafas sebentar,

kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada

his.

(3) Menjaga kebersihan ibu

Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu untuk

mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama

persalinan. Disini ibu harus berkemih paling sedikit

setiap 2 jam atau lebih atau jika ibu terasa ingin

berkemih. Selain itu, tenaga kesehatan perlu memeriksa

kandung kemih pada saat memeriksa denyut jantung

janin (saat palpasi dilakukan) tepat di atas simpisis

pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh

atau tidak.
111

(4) Pemberian cairan dan nutrisi

Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu

memastikan ibu untuk mendapat asupan (makanan

ringan dan minum air) selama persalinan dan kelahiran

bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengkonsumsi

cairan. Dehidrasi ini bila terjadi akan memperlambat

kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur.

b) Kala II

Kala II persalinan akan mengakibatkan suhu tubuh ibu

meningkat dan saat ibu mengejan selama kontraksi dapat

membuat ibu menjadi kelelahan. Di sini bidan harus dapat

memenuhi kebutuhan selama kala II, diantaranya:

(1) Menjaga kandung kemih tetap kosong

Menganjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin

setiap 2 jam atau bila ibu merasa kandung kemih sudah

penuh. Kandung kemih dapat menghalangi penurunan

kepala janin ke dalam rongga panggul.

(2) Menjaga kebersihan ibu

Di sini ibu tetap dijaga kebersihan dirinya agar

terhindar dari infeksi. Apabila ada lendir darah atau

cairan ketuban segera di bersihkan untuk menjaga alat

genetalia ibu.
112

(3) Pemberian cairan

Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II

persalinan. Ini di anjurkan karena selama ibu bersalin

ibu mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Dengan cukupnya asupan

cairan, ini dapat mencegah ibu mengalami dehidrasi.

(4) Mengatur posisi ibu

Di dalam memimpin mengejan, bantu ibu memperoleh

posisi yang paling nyaman. Ada 4 posisi yang sering

digunakan dalam persalinan, diantaranya: jongkok,

menungging, tidur miring, dan setengah duduk. Posisi

jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat

kemajuan persalinan kala dua dan posisi jongkok juga

akan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Sedangkan

posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri dipilih

ibu karena ibu merasa nyaman dan lebih efektif baginya

untuk meneran.

c) Kala III

Kala III merupakan kala pengeluaran uri atau pengeluaran

plasenta. Kala III ini merupakan kelanjutan kala I (kala

pembukaan) dan kala II (pengeluaran bayi). Untuk itu pada

kala III ini berbagai aspek yang akan dihadapi bercermin

pada apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap


113

sebdelumnya. Adapun pemenuhan kebutuhan pada ibu di

kala III di antaranya:

(1) Menjaga kebersihan

Disini ibu harus tetap dijaga kebersihan pada daerah

vulva karena untuk menghindari infeksi. Untuk

menghindari infeksi dan bersarangnya bakteri pada

daerah vulva dan perineum. kemudian menganjurkan

ibu untuk mengganti pembalut kurang lebih dalam

sehari tiga kali ataupun bila saat ibu BAK dirasa

pembalut sudah basah.

(2) Pemberian cairan dan nutrisi

Memberikan asupan nutrisi (makanan ringan dan

minuman) setelah persalinan, karena ibu telah banyak

mengeluarkan tenaga selama kelahiran bayi. Dengan

pemenuhan asupan nutrisi ini di harapkan agar ibu tidak

kehilangan energi.

(3) Kebutuhan istirahat

Setelah janin dan plasenta lahir kemudian ibu sudah

dibersihkan ibu dianjurkan untuk istirahat setelah

pengeluaran tenaga yang banyak pada saat persalinan.

Disini pola istirahat ibu dapat membantu

mengembalikan alat-alat reproduksi dan

meminimalisasikan pada saat persalinan.


114

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Persalinan

Menurut Wafi dkk (2009), Pendokumentasian atau pencatatan

manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP.

Dalam metode SOAP S adalah data subjektif, O adalah data

Objektif, A adalah analisis/assessment dan P adalah Planing.

Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

singkat. Model dokumentasi menggunakan SOAP sering

digunakan dalam catatan perkembangan pasien (Wildan dan

Hidayat, 2008). Bentuk penerapannya adalah sebagai berikut:

1) S : Subjektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varnay langkah pertama

(Pengkajian), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesis. Data subjektif ini berhubungn dengan masalah

dari sudut pandang pasien (Wafi dkk, 2009).

2) O : Objektif

Data Objektif, merupakan data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic

lainnya (Wafi dkk, 2009).


115

3) A : Assesment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Wafi dkk, 2009).

4) P : Planning

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang

akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data (wafi dkk, 2009).

c. Contoh pendokumentasian Persalinan

1) Kala I menurut Johariyah dan Ningrum (2012)

a) S : Subjektif

(1) Biodata pasien

(a) Nama ibu

(b) Umur

(c) Agama

(d) Pendidikan

(e) Pekerjaan

(f) Kebangsaan

(g) Pekerjaan

(2) Keluhan utama

(3) HPHT

(4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

(5) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.


116

(6) Pola makan dan minum terakhir (jam, jumlah, jenis)

(7) BAK dan BAB terakhir (jam, jumlah, warna, keluhan)

(8) Pola istirahat dan tidur (tidur terakhir berapa lama?)

(9) Personal hygiene (mandi terakhir, mencuci alat

genetalia)

b) O : Objektif

(1) Keadaan umum (kesadaran, keadaan emosional, TTV)

(2) Pemeriksaan fisik (head to toe, abdomen, his dan djj,

vulva, perineum, anus, perdarahan)

(3) Pemeriksaan penunjang

c) A : Ibu GPA inpartu kala I keadaan ibu dan janin (baik /

komplikasi) dengan (masalah, diagnose potensial dan

antisipasinya, serta catat apa bila membutuhkan kebutuhan

segera).

d) P : Mencatat penatalaksanaan kala I, termasuk

pemantauan kala I (mencatat perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi kala I).

2) Kala II menurut Johariyah dan Ningrum (2012)

a) S : Keluhan dan perasaan ibu

b) O : Keadaan umum ibu

Tinggi fundus uteri

Kontraksi
117

Pemeriksaan His dan DJJ, anogenital sampai vulva,

perineum, anus dan perdarahan

c) A : Ibu GPA inpartu kala II keadaan ibu

baik/komplikasi (masalah, doagnosa potensial dan

antisipasinya, serta cata apabila membutuhkan kebutuhan

segera)

d) P : Penatalaksanaan APN terpadu

3) Kala III menurut Johariyah dan Ningrum (2012)

a) S : Keluhan dan perasaan ibu

b) O : Keadaan umum ibu

Tinggi fundus uteri

Kontraksi

Kandung kemih

Terlihat tali pusat di vulva

c) A : Ibu PA inpartu kala III keadaan ibu baik/komplikasi

(masalah, diagnose potensial dan antisipasinya, serta catat

apabila membutuhkan kebutuhan segera).

d) P : Penatalaksanaan manajemen aktif kala III (mencatat

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kala III)

(1) Jenis evaluasi kala III

(a) Kelengkapan plasenta dan selaput plasenta

(b) Tinggi fundus uteri

(c) Kontraksi
118

(d) Jumlah perdarahan

(e) Kandung kemih

(f) Keadaan umum ibu: TD, suhu, nadi

(g) Robekan jalan lahir: ada/ tidak, kalau ada derajar

berapa ?

4) Kala IV

a) S : keluhan dan perasaan ibu

b) O : keadaan umum

Tanda – tanda vital

Tinggi fundus

Kontraksi

Kandung kemih

Pengeluaran pervaginam

c) A :Ibu PA inpartu kala IV keadaan ibu baik/komplikasi

(masalah, diagnose potensial dan antisipasinya, serta catat

apabila membutuhkan kebutuhan segera).

d) P : Pemantauan 2 jam post partum


119

3. BAYI BARU LAHIR

a. Konsep dasar

1) Pengertian

Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,

pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu,

dengan berat badan lahir 2500-4000 gram, dengan nilai Apgar

>7 dan tanpa cacat bawaan (Jamil dkk, 2017).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada

usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir 2000 – 4000

gram dan memiliki ciri – ciri yang lain yaitu lingkar kepala 33

– 35 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, panjang badan 48 – 52 cm,

frekuensi jantung 120 – 160 x/menit, pernapasan 40 -60

x/menit, kulit kemerahan, rambut lanugo tidak terlihat, kuku

panjang dan lemas, genetalia (labia mayora menutupi labia

minora, kedua testis sudah turun kedalam skrotum), reflek

positif, BAK dan BAB dalam 24 jsm pertama (Bidan dan

Dosen kebidanan Indonesia, 2018).

2) Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

a) Termoregulesi

Menurut Rohani dkk (2011), bayi baru lahir belum

dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga akan mengalami

stress dengan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin


120

menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga

mendinginkan darah bayi. Kehilangan panas tubuh pada

bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut ini:

(1) Evaporasi adalah cara kehilangan panas karena

menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh

setelah bayi baru lahir karena tubuh tidak segera

dikeringkan (Jamil dkk, 2017).

(2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang

dingin. Bayi diletakkan di atas meja, timbangan, atau

tempat tidur (Jamil dkk, 2017).

(3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin,

misalnya tiupan kipas angina, penyejuk ruangan tempat

bersalin, dan lain-lain (Rohani dkk, 2011).

(4) Radiasi Menurut Rohani dkk (2011), adalah kehilangan

panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda

yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari

temperatur tubuh bayi yaitu bayi di tempatkan deket

jendela yang terbuka.


121

b) Sistem pernapasan

(1) Usaha dan Frekuensi

Frekuensi napas bayi yang normal 40 – 60 kali/menit

yang cenderung dangkal dan jika bayi tidak sedang

tidur (Rohani dkk, 2011).

(2) Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari

faring, yang bercabang kemudian bercabang kembali

membentuk struktur percabangan bronkus. Dua faktor

yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi

adalah sebagai berikut:

(a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan

fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat

pernapasan di otak.

(b) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena

kompresi paru-paru selama persalinan, yang

merangsang masuknya udara kedalam paru-paru

secara mekanis.

(Rohani dkk, 2011)

(3) Surfaktan dan upaya untuk bernafas

Menurut Rohani dkk (2011), Upaya pernapasan

pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan

cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus


122

paru-paru untuk pertama kali. Bayi cukup bulan,

mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat

bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3

cairan ini akan diperas keluar paru -paru .dengan

beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi

ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.

(4) Fungsi pernapasan dalam kaitannya dengan fungsi

kardiovaskular

Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan

kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia,

pembulu dara dalam paru-paru akan mengalami

vosokonstriksi. Berarti keadaan ini berarti tidak ada

pembulu darah yang terbuka untuk menerima oksigen

yang berada dalam alveoli sehingga terjadi penurunan

oksigenasi jaringan yang akan memperburuk hipoksia.

Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan

susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang

teratur dan berkesinambungan, serta denyut yang

diperlukan untuk kehidupan (Rohani dkk, 2011).

c) Sistem pencernaan

Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB,

atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah

sampai 90 ml selama beberapa hari pertamaa kehidupan.


123

Lambung akan kosong dalam 3 jam untuk pemasukan

makanan dan kosong sempurna dalam 2 jam sampai 4 jam.

Flora usus akan terbentuk beberapa hari pertama kehidupan

sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada

kebanyakan bayi bakteri dapat dikulturkan dalam 5 jam

setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan

untuk sintesa vitamin K. Amylase mengalami defesiensi

selama 3 – 6 bulan pertama setelah lahir (Ibrahim, 2006).

d) Sistem Kardisovaskuler dan Darah

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta

melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati lainya

langsung ke serambi kiri jantung. Kemudian ke bilik kiri

jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta

keseluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan dara

dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus

arteriosus ke aorta. Aliran darah paru pada hari pertama

kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m2. Aliran darah

sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96 l liter per

menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54

liter/m2) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan

darah pada waktu lahiran dipengaruhi oleh jumlah darah

yang melalui tranfusi plasenta yang pada jam-jam pertama


124

sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan konstan

kira-kira 85/40 mmHg (Dewi, 2013).

e) Metabolisme Glukosa

Untuk menjalankan fungsinya, otak memerlukan

glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan

tali pusat dengan klem pada saat bayi lahir, seorang bayi

harus mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.

Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan menurun

dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula

darah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai

berikut:

(1) Melalui pengguanaan ASI (bayi baru lahir sehat harus

didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah

lahir).

(2) Melalui penggunaan cadangan glikogen.

(3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama

lemak (glukoneogenesis).

Neonatal yang tidak mampu mencerna makanan yang

cukup akan menciptakan glukosa dari glikogen.

Bagaimanapun juga glikogenesis hanya dapat terjadi jika

bayi mempunyai cadangan glikogen yang cukup.

(Rohani dkk, 2011)


125

f) Sistem Ginjal

Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga

masukan cairan meningkat, mungkin urine akan tampak

keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan

oleh kadar ureum yang tidak banyak (Rohani dkk, 2011).

Menurut Indrayani dan Djami (2016), Fungsi ginjal belum

sempurna karena:

(1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.

(2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomelurus dan

volume tubulus proksimal.

(3) Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan

dengan orang dewasa.

3) Asuhan Bayi Baru Lahir 2 Jam Pertama

a) Penilaian awal pada bayi segera setelah lahir

Segera setelah lahir, letakan bayi di yang bersih dan kering

yang sudah disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat

pendek, maka letakan bayi di antara kedua kaki ibu,

pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih dan

kering. Menurut Indrayani dan Djami (2016), penilaian

awal pada bayi baru lahir, meliputi:

(1) Apakah bayi bernafas dan/atau menangis kuat tanpa

kesulitan?

(2) Apakah bayi bergerak aktif?


126

(3) Bagaimana warna kulit, apakah kemerahan ataukah

ada sianosis?

Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas maka lakukan

tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.

b) Pemotongan Tali Pusat

Menurut Dewi (2013), Cara memotong tali pusat sebagai

berikut:

(1) Menjepit tali pusat dengan klem jarak 3 cm dari pusat,

lalu mengurut tali pusat kea rah ibu dan memasang

klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem.

(2) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan

menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi

tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.

(3) Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilicus

dengan sumpul mati lalu mengikat balik tali pusat

dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya dibungkus

dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu

memasukan dalam wadah yang berisi larutan klorin

0,5%.

c) Resusitasi

Menurut Rohani dkk (2011), Penialaian bayi segera setelah

lahir sangat penting dilakukan dengan jalan menghadapkan

bayi ke arah penolong agar dapat mengamati. Lakukan


127

penilaian cepat dalam 0 menit, apakah bayi bernapas,

bernapas megap-megap atau tidak bernapas. Indikasi ini

menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu dilakukan

resusitasi.

Keputusan resusitasi BBL menurut Rohani dkk (2011),

adalah sebagai berikut:

(1) Penilaian

(a) Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah

Apakah air ketuban bercampur meconium (warna

kehijauan) pada letak kepala.

(b) Segera setelah bayi lahir

Apakah bayi menangis, bernapas spontan dan

teratur, bernapasdan teratur, bernapas megap-megap

atau tidak bernapas.

(2) Keputusan

Memutuskan bayi perlu diresusitasi apabila terjadi hal-

hal berikut:

(a) Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap

(b) Air ketuban bercampur mekonium

(3) Tindakan

Mulai melakukan resusitasi segera bila terjadi hal-hal

berikut:
128

(a) Bayi bernapas atau megap-megap maka lakukan

tindakan resusitasi BBL.

(b) Bila air ketuban bercampur meconium lakukan

resusitasi dengan manajemen air ketuban bercampur

mekonium.

d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini (early initation) atau permulaan

menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera

setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini

dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari

payudara (Saleha, 2009). Bayi akan melalui lima tahapan

prilaku (pre-feeding behaviour) sebelum bayi berhasil

menyusu, berikut lima tahapan perilaku bayi tersebut:

(1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat/diam dalam

keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak

bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat

ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan

penysuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan.

(2) Antara 30-40 menit mengeluarkan suara, gerakan mulut

seperti ingin minum, mencium, dan menjilat tangan.

Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk

menemukan payudara dan putting susu ibu.


129

(3) Mengeluarkan air liur saat menyadari bahwa ada

makanan disekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.

(4) Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai

sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Bayi menjilat-

jilat kulit ibu ,menghentak-hentakan kepala ke dada ibu,

menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan

meremas daerah putting susu dan sekitarnya denga

tangan mungilnya.

(5) Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka

mulut lebar, dan melekat dengan baik.

Keuntungan inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi

menurut Rohani dkk (2011), adalah sebagai berikut:

(1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

(a) Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.

(b) Kontak memastikan prilaku optimum menyususi

berdasarkan insting dan diperkirakan dapat:

i) Menstabilkan pernapasan,

ii) Mengendalikan temperatur tubuh bayi,

iii) Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu

yang lebih cepat dan efektif,

iv)Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali

pada berat lahirnya dengan lebih cepat),

v) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi,


130

vi)Memperbaiki pola tidur yang lebih baik,

vii) Tidak terlalu banyak menangis selama satu

jam pertama,

viii) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari

ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan

perlindungan terhadap infeksi,

ix)Bilirubin akan lebih cepat normal dan

mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga

menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir,

x) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang

lebih baik selama beberapa jam pertama

kehidupan.

(2) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

(a) Merangsang produksi oksitosin pada ibu.

i) Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan

pasca persalinan lebih rendah.

ii) Merangsang pengeluaran kolostrum.

iii) Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi.

iv) Ibu lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada

saat plasenta lahir dan prosedur pascapersalinan

lainnya.

(b) Merangsang produksi prolaktin pada ibu

i) Meningkatkan produksi ASI.


131

ii) Membantu ibu mengatasi stress.

iii) Mengatasi stress.

iv) Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah

bayi selesai menyusu.

v) Menunda ovulasi.

(3) Keuntungan menyusu dini bagi bayi

(a) Meningkatkan kecerdasan.

(b) Mencegah kehilangan panas.

(c) Merangsang kolostrum segra keluar.

(d) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada

bayi.

(e) Makanan dengan kuantitas dan kualitas yang

optimal agar kolostrum segera keluar yang

disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

(f) Meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan

bayi.

(4) Keuntungan menyusu dini bagi ibu

(a) Merangsang oksitosin dan prolaktin.

(b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.

(c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

(5) Memulai menyusu dini akan:

(a) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari

kebawah.
132

(b) Meningkatkan keberhasilan menyusu secara

eksklusif dan meningkatkan lamanya menyusu bayi.

(c) Merangsang produksi susu.

(d) Memperkuat reflek mengisap bayi, intensitas reflex

mengisap awal pada bayi paling kuat adalah

beberapa jam pertama setelah lahir.

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Menurut Wafi dkk (2009), Pendokumentasian atau

pencatatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan

metode SOAP. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,

logis dan singkat. Model dokumentasi menggunakan SOAP

sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien (Wildan

dan Hidayat, 2008). Bentuk penerapannya adalah sebagai

berikut:

1) S : Subjektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varnay langkah pertama

(Pengkajian), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesis. Data subjektif ini berhubungn dengan masalah

dari sudut pandang pasien (Wafi dkk, 2009).

Data subyekif bayi baru lahir menurut Sudarti dan Afroh

(2011), yang harus dikumpulkan adalah riwayat kesehatan

bayi baru lahir, antara lain :


133

a) Faktor genetik, meliputi kelainan atau gangguan

metabolik pada keluarga dan sindroma genetik.

b) Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit

jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit

hati. Hipertensi, penyakit kelamin, riwayat abortus,

riwayat penga-niayaan, RH/ isoimunisasi.

c) Faktor antenatal, meliputi pernah ANC atau tidak,

adanya riwayat pre eklampsia, perdarahan, infeksi.

perkembangan janin terlalu besar atau terganggu.

diabetes gestasional, poli atau oligohidramnion.

d) Faktor perinatal, meliputi prematur atau postmatur

partus lama, gawat janin, suhu ibu meningkat,

penggunaan obat selama persalinan, posisi janin tidak

normal, air ketuban bercampur meconium, amnionitis,

ketuban pecah dini (KPD), prolapsus tali pusat,

perdarahan dalam persalinan, ibu hipotensi, asidosis

janin dan jenis persalinan.

Contoh: Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak

pertamanya, menangis kuat dan bergerak aktif.

2) O : Objektif

Data Objektif, merupakan data yang diperoleh melalui

hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,


134

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic

lainnya (Wafi dkk, 2009).

Menurut Sudarti (2011), dalam waktu 24 jam, bila bayi

tidak mengalami masalah apapun, lakukanlah pemeriksaan

fisik yang lebih lengkap.

a) Pemeriksaan Umum

(1) Pernafasan dan warna kulit. Pernafasan BBL

normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada

dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Pada

bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan

dan jika bayi berhenti nafas secara periodik selama

beberapa detik masih dalam batas normal. Warna

kulit bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat

dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.

(2) Denyut Jantung. Denyut jantung BBL normal

antara 100-160 kali per menit, tetapi dianggap

masih normal jika diatas 160 kali per menit dalam

jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu

hari pertama kehidupan, terutama bila bayi

mengalami distres. Jika ragu, ulangi penghitungan

denyut jantung.

(3) Suhu aksiler 36,5-37,5 derajat Celsius


135

(4) Postur dan gerakan, posturnormal BBL dalam

keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar

dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada

bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit

ekstensi. Pada bayi dengan letak sungsang selama

masa kehamilan, akan mengalami fleksi penuh

pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut

ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai

posisi normal sesuai bayi intra uterin. Jika kaki

dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa

kesulitan, maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan

ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris

disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat

sedikit gemetar.

(5) Tonus/tingkat kesadaran. Rentang normal tingkat

kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga

sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi

dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.

(6) Ekstremitas, periksa posisi, gerakan, reaksi bayi

bila ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.

(7) Kulit. Warna kulit dan adanya vernikskaseosa,

pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda

mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa


136

kelainan kulit juga dapat dianggap normal.

Kelainan itu termasuk milia, biasanya terlihat pada

hari pertama atau selanjutnya dan eritema toksikum

pada muka, tubuh dan punggung pada hari kedua

atau selanjutnya. Kulit tubuh, punggung dan

abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga

masih dianggap normal.

(8) Tali pusat, normal berwarna putih kebiruan pada

hari pertama, mulai kering dan

mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-

10 hari.

(9) Berat badan, normal 2500-4000 gram.

b) pemeriksaan umum (Head To Toe) menurut Sudarti

(2011)

(1) Kepala: ubun-ubun, sutura, moulase,

caputsuccedaneum, cephalhematoma, hidrosefalus,

ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil.

(2) Muka dan mata, maka dengan tanda-tanda paralisi.

Mata: keluar nanah, bengkak pada kelopalcinata,

perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan.

(3) Telinga: kesimetrisan letak dihubungkan dengan

mata dan kepala.

(4) Hidung: kebersihan, palatoskisis.


137

(5) Mulut: labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa

kering /basah.

(6) Leher: pembengkakan dan benjolan.

(7) Klavikula dan lengan tangan: gerakan , jumlah jari.

(8) Dada: bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan

pemafasan.

(9) Abdomen: penonjolansekitartalipusatsaatmenangis,

perdarahan tali pusat, junlah pembuluh darah pada

tali pusat,dinding perut dan adanya benjolan,

distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk.

c) Genetalia: kelamin laki-laki testis berada dalam, penis

berlubang dan ada di ujung penis. Kelamin perempuan:

vagina, uretra berlubang, labiamayora dan labiaminora.

d) Tungkai dan kaki: gerakan, bentuk, dan jumlah kaki.

e) Anus: berlubang/tidak, fungsi spingter ani.

f) Punggung: spina bifida, mielomeningokel

g) Reflek: moro, rooting, walking, graphs, sucking,

tonicneck.

Antopometri. BB, PB, LK,LD, LP, LLA

Contoh: Inspeksi

(2) Bayi menangis kuat

(3) Bergerak aktif

(4) Kulit kemerahan


138

(5) Tali pusat belum terpotong

4) A : Assesment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif (Wafi dkk, 2009). Menurut Sudarti (2011),

assessment pada bayi baru lahir adalah seperti berikut :

Seorang bayi baru lahir (1) jam, normal/ada komplikasi.

Contoh: By Ny. X Umur X jam, Normal.

5) P : Planning

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi data (Wafi dkk, 2009).

Menurut Sudarti dan Afroh (2011), planning yang biasa di

lakukan pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

a) Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat.

b) Perawatan mata dengan eritromisi 0,5% atau tetrasiklin

1%

c) Memberikan identitas bayi

d) Memperlihatkan bayi pada orang tuanya/keluarganya

e) Memfasilitasi kontak dini pada ibu

f) Memberikan vitamin K1

g) Memberikan imunisasi hepatitis B

Contoh: Pemotongan tali pusat


139

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

d. Makrosomia

1. Pengertian

Menurut Cunningham (2006), semua neonatus dengan

berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia

kehamilan dianggap sebagai makrosomia.

Menurut Manuaba (2007), bayi makrosomia adalah bayi

dengan berat badan lebih dari 4500 gram atau berat badan

bayi 4000 gram atau lebih dari dua devinisi diatas 90

persentil dari berat badan normal.

Rekomendasi terkini dari American College of

Obstetricians dan Gynecologists serta Society of

Obstetricians dan Gynecologists Negara kanada adalah

Makrosomia janin tidak harus menjadi kontraindikasi

percobaan persalinan (Pratami,2018).

2. Etiologi Makrosomia

Menurut Kenneth dkk (2017), Etiologi makrosomia dapat

karena berbagai faktor diantaranya:

a) Berat badan bayi kehamilan yang lampau melebihi 4000

gram

b) Umur maternal lebih tua

c) Kehamilan ganda atau multiple

d) Bayi laki – laki


140

e) Persalinan serotinus

f) Ibu hamil dengan overweight

g) Ibu hamil dengan perkiraan diabetes mellitus

h) Multiparitas

i) Obesitas

j) Diabetes

k) Factor ras dan etnis

3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kasus mikrosomia menurut WHO

(2013), adalah sebagai berikut:

a) Penatalaksaan Umum

1) Untuk persalinan, rujuk ibu ke fasilitas yang dapat

melakukan seksio sesarea.

b) Penatalaksanaan khusus

(1) Persalinan pervaginam dapat dicoba untuk taksiran

berat janin hingga 5000 gram pada ibu tanpa diabetes.

(2) Seksio sesarea dipertimbangkan untuk taksiran berat

janin > 5000 gram pada ibu tanpa diabetes, dan >

4500 gram pada ibu dengan diabetes.

(3) Seksio sesarea menjadi indikasi bila taksiran berat

janin > 4500 gram dan terjadi perpanjangan kala II

persalinan atau terhentinya penurunan janin di kala II

persalinan
141

4. NIFAS

a. Konsep dasar

1) Pengertian

Masa Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6

minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2018).

Masa Nifas (puerperium) adalah masa pemulihan

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti pra hamil (Sukma dkk, 2017).

2) Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a) Perubahan sistem reproduksi

(1) Involusi uterus

Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras

karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya, fundus uteri

± 3 jari bawah pusat. Pada ibu yang telah mempunyai

anak biasanya uterusnya sedikit lebih besar daripada ibu

yang belum pernah mempunyai anak (Sukma dkk,

2017).

Tabel 2.3 Proses involusi uterus


Berat
Involusi Tinggi fundus uteri
uterus
Bayi 1000
Setinggi pusat
lahir gram
750
Uri lahir Dua jari bawah pusat
gram
Satu Pertengahan pusat- 500
142

minggu simpisis gram


Dua Tak teraba diatas 350
minggu simpisis gram
Enam 50
Bertambah kecil
minggu gram
Delapan 30
Sebesar normal
minggu gram
Sumber: Sukma Dkk (2017)

(2) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira

sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,

pada akhir minggu kedua hanya sebesar 3-4 cm dan

pada akhir masa nifas 1-2 cm (Sukma dkk, 2017).

(3) Perubahan pembulu darah ramih

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak

pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena

setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah

yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalm

masa nifas (Sukma dkk, 2017).

(4) Lochea

Menurut Asih dan Risneni (2016), Lochea adalah

ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai

reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat. Lochea juga mengalami

perubahan karena proses involusi, perubahan lochea

tersebut adalah:
143

(a) Lochea Rubra (cruenta)

Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post

partum, warnanya merah mengandung darah dari

luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan

chorion.

(b) Lochea sanguilenta

Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari

ke 3-7 paska persalinan.

(c) Lochea serosa

Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan

mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit

darah juga leukosit dan laserasi plasenta.

(d) Lochea alba

Sejak 2-6 minggu setelah persalinan, warnanya

putih kekuningan mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

(5) Perubahan di serviks dan segmen bawah uterus

Segera setelah selesai kala ketiga persalinan, serviks

dan segmen bawah uteri menjadi struktur yang tipis,

kolaps dan kendur. Mulut serviks mengecil perlahan-

lahan. Selama beberapa hari, segera setelah persalinan,

mulutnya dengan mudah dapat dimasuki dua jari, tetapi

pada akhirnya minggu pertama telah menjadi demikian


144

sempit sehingga sulit untuk memasukkan satu jari

(Rukiyah dan Yulianti, 2018).

(6) Perubahan pada vulva, vagina, dan perineum

Selama proses persalinan Vulva dan vagina mengalami

penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari

persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan

kendor. Ukuran vagina akan selalu lebih besar

dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi

yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum

sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum

melahirkan (nullipara) (Rukiyah dan Yulianti, 2018).

b) Perubahan Sistem Pencernaan

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2018), beberapa hal yang

berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara

lain:

(1) Nafsu makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan.

Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari

sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar


145

progesteron menurun setelah melahirkan, asupan

makanan juga mengalami penurunan selama satu atau

dua hari.

(2) Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir,

kelebihan analgesia bisa memperlambat pengembalian

tonus dan motilitas ke keadaan normal.

(3) Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum

persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemeroid ataupun

laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas

membutuhkan waktu untuk kembali normal. Beberapa

cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur,

antara lain: pemberian diet/ makanan yang mengandung

serat, Pemberian cairan yang cukup, pengetahuan

tentang pola eliminasi pasca melahirkan, pengetahuan

tentang perawatan luka jalan lahir.

c) Perubahan Sistem Perkemihan

Kandung kemih dalam masa nifas kurang sensitif dan

kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml perhari


146

pada 2-5 hari post partum. Hal ini akan mengakibatkan

kandung kemih penuh . sisa urine dan trauma pada dinding

kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya

infeksi. Bila trauma akibat kehamilan dan persalinan, efek

anestesi dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung

kemih, dan nyeri perineum terasa lebih lama, dengan

mobilisasi dini bisa mengurangi hal tersebut. Dilatasi ureter

dan pyelum, normal kembali pada akhir pospartum minggu

ke empat (Sukma dkk, 2017).

d) Perubahan sistem musculoskeletal

Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi mencakup

hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas

sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran

uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu

ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Striae pada

abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi berubah

menjadi halus/ samar, garis putih keperakan. Dinding

abdomen menjadi lembek setelah persalinan karena

teregang selama kehamilan (Asih dan Risneni, 2016).

e) Perubahan Endokrin

Hormon plasenta menurun setelah persalinan, HCG

menurun dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari

ke tujuh sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke- 3


147

post partum. Pada hormon pituitary prolaktin meningkat,

pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2

minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3

(Sukma dkk, 2017).

f) Perubahan tanda-tanda vital

Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal.

Temperatur kembali ke normal dari sedikit peningkatan

selama periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24

jam pertama post partum. Nadi dalam keadaan normal

kecuali partus lama dan persalinan sulit (Asih dan Risneni,

2016).

g) Perubahan Perubahan sistem kardiovaskuler

Cardiac output meningkat selama persalinan dan

peningkatan lebih lanjut setelah kala III, ketika besarnya

volume darah dari uterus terjepit didalam sirkulasi.

Penurunan setelah hari pertama puerperium dan kembali

normal pada akhir minggu ketiga (Asih dan Risneni, 2016).

h) Perubahan sistem hematologi

Lekositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah

15.000 selama persalinan, tetap meningkat pada beberapa

hari pertama post partum. Jumlah sel darah putih dapat

meningkat lebih lanjut sampai 25.000 – 30.000 diluar

keadaan patologi jika ibu mengalami partus lama. Hb, Ht


148

dan eritrosit jumlahnya berubah didalam awal puerperium

(Asih dan Risneni, 2016).

i) Perubahan berat badan

Ibu nifas kehilangan 5 sampai 6 kg pada waktu melahirkan,

dan 3 samapi 5 kg selama minggu pertama masa nifas.

Faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan

pada masa nifas diantaranya adalah peningkatan berat

badan selama kehamilan, primiparitas, segera kembali

bekerja diluar rumah, dan merokok. Usia atau status

pernikahan tidak mempengaruhi penurunan berat badan.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah

menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama

masa pascapartum (Asih dan Risneni, 2016).

j) Perubahan kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa

tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa

kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit

sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut( striae

gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan

hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut akan

menjadi putih mengkilap yaitu “striae albikan”.

(Asih dan Risneni, 2016).


149

3) Kebutuhan pada Masa Nifas

Kebutuhan dasar ibu masa nifas yaitu:

a) Nutrisi dan cairan

Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada

proses laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang,

tambahan kalori 500-800 kal/hari. Minum sedikitnya 3 liter/

hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk menambah zat besi

setidaknya selama 40 hari selama persalinan, kapsul

vitamin A (200.000 IU) agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI (Sukma dkk, 2017).

b) Mobilisasi

Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari

tempat tidur, tergantung pada keadaan klien, namun

dianjurkan pada persalinan normal klien dapat melakukan

mobilisasi 2 jam post partum. Pada persalinan dengan


½
anestesi miring kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur

duduk, turun dari tempat tidur setelah 24 jam. Mobilisasi

pada ibu berdampak positif, ibu merasa lebih sehat dan

kuat, faal usus dan kandung kemih lebih baik, ibu juga

dapat merawat anaknya (Sukma dkk, 2017).


150

c) Eliminasi

Menurut Asih dan Risneni (2016), kebutuhan eliminasi

pada masa nifas yaitu:

(1) Buang air kecil (BAK)

Pengeluaran urine akan meningkat pada 24-48 jam

pertama sampai hari ke- 5 post partum karena volume

darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak

diperlukan lagi setelah persalinan. Sebaiknya, ibu tidak

menahan buang air kecil (BAK) ketika ada rasa sakit

pada jahitan karena dapat menghambat uterus

berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan

perdarahan yang berlebihan. Dengan mengosongkan

kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih

biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari post

partum. Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8 jam post

partum.

(2) Buang air besar (BAB)

Kesulitan buang air besar (konstipasi) dapat terjadi

karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka,

atau karena haemoroid. Kesulitan ini dapat dibantu

dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi

serat dan cukup minum sehingga buang air besar

dengan lancar. Jika sudah pada hari ketiga ibu masih


151

belum bisa buang air besar, ibu bisa menggunakan

pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak tinja.

Ini penting untuk menghindari gangguan pada kontraksi

uterus yang dapat menghambat pengeluaran cairan

vagina.

d) Kebersihan diri/ perineum

Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh

tubuh. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali

selesai buang air kecil dan besar. Sarankan ibu untuk

mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali

sehari. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun

dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau

laserasi, sarankan ke pada ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka (Rukiyah dan Yulianti, 2018).

e) Kebutuhan istirahat

Menurut Asih dan Risneni (2016), Istirahat membantu

mempercepat proses involusi uterus dan mengurangi

perdarahan, memperbanyak jumlah pengeluaran ASI dan

mengurangi penyebab terjadinya depresi.

(1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan


152

(2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan

rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur

siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

(3) Kurang istirahat akan mempengaruhi jumlah ASI yang

diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan.

f) Kebutuhan Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan

satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan

ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan

hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Keputusan

tergantung pada pasangan yang bersangkutan (Rukiyah dan

Yulianti, 2018).

g) Keluarga berencana

Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan

bagaimana mereka ingin merencanakan tentang

keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu

merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada

mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur

(ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama


153

meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat

dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah

terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2%

kehamilan. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal

berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu: bagaimana

metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,

kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan

metode itu, kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk

wanita pascasalin yang menyusui. Jika seorang ibu/

pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya

untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk

mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/

pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut

bekerja dengan baik (Rukiyah dan Yulianti, 2018).

h) Senam Nifas

Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas

sesungguhnya lebih sekedar mengencangkan kembali otot-

otot yang kendur dan membuang lemak tubuh yang tidak

perlu. Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan

secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang

mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan

dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula

(Ervinasby dalam Asih dan Risneni, 2016). Beberapa


154

latihan yang dapat ibu lakukan dengan mudah antara lain:

dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik

otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedala dan

angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5. Rileks

dan ulangi 10 kali. Untuk memperkuat tonus otot vagina

(latihan kegel): berdiri dengan tungkai dirapatkan.

Kencangkan otot-otot, pantat dan panggul dan sampai 5

hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap

gerakan. Setiap minggu naikan jumlah latihan 5 kali lebih

banyak. Pada minggu ke- 6 setelah persalinan ibu harus

mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali (Ervinasby

dalam Asih dan Risneni, 2016).

4) Tahapan Masa Nifas

Menurut Sukma dkk (2017), Tahapan masa nifas terdiri dari:

a) Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih

dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b) Puerperium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya6-8

minggu.
155

c) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.

5) Kunjungan

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2016), Kunjungan nifas

dilakukan minimal 3 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru

lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi:

a) Kunjungan I (6 jam - 3 hari setelah persalinan)

(1) Memastikan involusi uterus

(2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau

perdarahan

(3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

tanda – tanda infeksi

(5) Bagaimana perawatan bayi sehari - hari

b) Kunjungan II (4 – 28 hari setelah persalinan)

(1) Bagaimana presepsi ibu tentang persalinan dan

kelahiran bayi

(2) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

(3) Kondisi payudara

(4) Ketidaknyaman yang ibu rasakan


156

(5) Istirahat ibu

c) Kunjungan III (29 – 42 hari setelah persalinan)

(1) Permulaan hubungan seksual

(2) Metode KB yang digunakan

(3) Latihan pengencangan otot

(4) Fungsi pencernaan, konstipasi, dan bagaimana

penanganannya.

6) Tujuan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Menurut Saleha (2009), Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas yaitu:

a) Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas

Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk mendeteksi

adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi,

dalam hal ini penolong persalinan tetap waspada sekurang-

kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya

wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih-lebih bila

partus berlangsung lama.

b) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis harus diberikan oleh petugas/penolong

persalinan.
157

c) Melaksanakan skrining secara komprehensif

Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan

mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya. Disini seorang bidan

bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang

meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan tingginya

fundus uteri, pengawasan perdarahan dari vagina,

pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan keadaan

umum ibu. Bila ditemukan permasalahan maka harus

segera melakukan tindakan sesuai dengan standar

pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas

Menurut Wafi dkk (2009), Pendokumentasian atau

pencatatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan

metode SOAP. Dalam metode SOAP S adalah data subjektif, O

adalah data Objektif, A adalah analisis/assessment dan P adalah

Planing. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis

dan singkat. Model dokumentasi menggunakan SOAP sering

digunakan dalam catatan perkembangan pasien (Wildan dan

Hidayat, 2008). Bentuk penerapannya adalah sebagai berikut:

1) S : Subjektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varnay langkah pertama


158

(Pengkajian), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesis. Data subjektif ini berhubungn dengan masalah

dari sudut pandang pasien (Wafi dkk, 2009).

Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti dan

Afroh (2011), adalah:

S : keluhan ketidaknyamanan atau rasa sakit dan kekhawatiran

Contoh: Pasien baru saja melahirkan anak pertamanya

Pasien mengatakan perutnya masih mules

2) O : Objektif

Data Objektif, merupakan data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic

lainnya (Wafi dkk, 2009).

Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti dan

Afroh (2011), adalah:

a) TTV

b) Pemeriksaan abdomen (kontraksi)

c) Kandung kemih

d) Uterus

e) Lochea (jenis dan jumlah)

f) pemeriksaan perineum (edema, luka bekas episiotomy,

kondisi jahitan, ada tidaknya hemoroid)


159

g) pemeriksaan ekstremitas (ada tidaknya varices dan

reflek)

Contoh: Inspeksi

Ada/tidak jahitan pada perenium

Pengeluaran pervaginam

Ada/tidak oedema

3) A : Assesment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Wafi dkk, 2009).

Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti dan

Afroh (2011), adalah ibu postpartum baik/ada komplikasi

Contoh: Ny. X P1A0 umur x tahun, 2 jam post partum

4) P : Planning

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang

akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data (wafi dkk, 2009).

Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti dan

Afroh (2011), adalah:

a) Manajemen asuhan awal puerperium

(1) Kontak dini sesering mungkin dengan bayi

(2) Mobilisasi di tempat tidur

(3) Diet
160

(4) Perawatan perineum

(5) Buang air kecil spontan/kateter

(6) Obat penghilang rasa sakit bila perlu

b) Asuhan lanjutan

(1) Tambahan vitamin atau zat besi jika diperlukan

(2) Perawatan payudara

(3) Rencana KB.

Contoh: observasi tanda – tanda vital dan

pengeluaran pervaginam dan konseling mobilisasi

dini.

5. KELUARGA BERENCANA

a. Konsep dasar

1) Pengertian

Keluarga berencana (KB) adalah suatu upaya yang

dilakukan manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan

dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral

pancasila untuk kesejahteraan keluarga (Maritalia, 2017).

Menurut Marmi (2016), Keluarga berencana (KB)

adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan keinginan dan

menentukan kapan ingin hamil. Jadi, KB (family planning,

planned parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan

atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan


161

memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil,

bahagia dan sejahtera.

2) Macam – Macam KB

a) Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)

(1) Metode Kalender/ Pantang Berkala

(a) Pengertian

Menurut Maritalia (2017), Metode kalender atau

pantang berkala merupakan metode dimana pasangan

suami istri menghindari berhubungan seksual pada

siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel

telur dari ovarium) terjadi 14 hari sebelum

menstruasi (pada siklus menstruasi yang teratur).

Pembuhan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang

dilakukan 4 hari sebelum atau setelah perkiraan

siklus ovulasi. Untuk pasangan yang memilih metode

kontrasepsi ini, maka berpantang melakukan

hubungan suami istri 4 hari sebelum dan setelah

siklus tersebut.

(b) Manfaat

Menurut Marmi (2016), Manfaat dari metode

kalender/ pantang berkala yaitu:

i) Manfaat kontrasepsi yaitu sebagai alat

pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.


162

ii) Manfaat konsepsi dapat digunakan oleh para

pasangan untuk mengharapkan bayi dengan

melakukan hubungan seksual saat masa subur/

ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa

hamil.

(c) Keuntungan

Menurut Marmi (2016), Keuntungan dari metode

kalender/ pantang berkala yaitu:

i) Metode kalender atau pantang berkala lebih

sederhana.

ii) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

iii) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan

khusus dalam penerapannya.

iv)Tidak mengganggu pada saat berhubungan

seksual.

v) Kontrasepsi dengan menggunakan metode

kalender dapat menghindari risiko kesehatan yang

berhubungan dengan kontrasepsi.

vi)Tidak memerlukan biaya.

vii) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

(d) Keterbatasan

Menurut Marmi (2016), Keterbatasan dari metode

kalender/ pantang berkala yaitu:


163

i) Memerlukan kerja sama yang baik antara suami

istri,

ii) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam

menjalankannya,

iii) Suami istri tidak dapat melakukan hubungan

seksual setiap saat,

iv)Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan

masa tidak subur,

v) Harus mengamati siklus menstruasi minimal

enam kali siklus,

vi)Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi

penghambat),

vii) Lebih efektif bila dikombinasi dengan metode

kotrasepsi lain,

(e) Keefektifan

Akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan

benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini,

pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.

Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama.

Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal

enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini

juga akan lebih efektif bila digunakan bersama

dengan metode kontrasepsi lain. Bedasarkan


164

penelitian dari dr. Johnson dan kawan-kawan di

Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat

bila dikombinasikan dengan metode simptotermal.

Angka kegagalan penggunaan metode kalender

adalah 14 per 100 wanita per tahun (Marmi, 2016).

(f) Penerapan

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi

wanita sehat, adalah Pre ovulatory infertility phase

(masa tidak subur sebelum ovulasi, Fertility phase

(masa subur). Post ovulatory infertility phase (masa

tidak subur setelah ovulasi).

(2) Metode Suhu Basal Tubuh

(a) Pengertian

Suhu Tubuh Basal adalah suhu terendah yang

dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam

keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal

dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun

tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya

(Marmi, 2016).

(b) Keuntungan

Menurut Marmi (2016), keuntungan dari metode

suhu basal tubuh yaitu meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang


165

masa subur/ ovulasi, membantu wanita yang

mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa

subur/ ovulasi, dapat digunakan sebagai kontrasepsi

ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil,

membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada

saat mengalami masa subur/ ovulasi seperti

perubahan lendir serviks, metode suhu basal tubuh

yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

(c) Efektifitas

Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan

dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal

dipantau dan dicatat selam beberapa bulan berturut-

turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat

ovulasi. Tingakat keefektian metode suhu tubuh

basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100

wanita per tahun. Secara teoretis angka kegagalannya

adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.

Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efekstif

apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi

lain seperti kondom, spermisida ataupun metode

kalender atau pantang berkala (calender method or

periodic abstinence) (Marmi, 2016).


166

(3) Metode simptotermal

(a) Pengertian

Metode simptotermal merupakan metode

keluarga berencana alamiah (KBA) yang

mengidentifikasi masa subur dari siklus

menstruasi wanita. Metode simpotermal

mengombinasikan metode suhu basal tubuh dan

mukosa serviks. Akan tetapi, ada teori lain yang

menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga

indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal

tubuh, perubahan mukosa/ lendir serviks dan

perhitungan masa subur melalui metode kalender

(Marmi, 2016).

(b) Manfaat

Menurut Marmi (2016), metode simptotermal

memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi

maupun konsepsi yaitu untuk menghindari

kehamilan dengan tidak melakukan hubungan

seksual ketika berpotensi subur (pantang saat

masa subur), dan sebagai konsepsi atau

menginginkan kehamilan dengan melakukan

hubungan seksual ketika berpotensi subur.


167

(c) Keuntungan

Keuntungan dari metode simptotermal yaitu tidak

ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan

kimia atau operasi yang dibutuhkan, aman,

konomis, meningkatkan hubungan kerja sama

antar pasangan, dapat langsung dihentikan apabila

pasangan menginginkan kehamilan, tidak

memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi

lain setelah belajar metode simptotermal dengan

benar (Marmi, 2016).

(d) Keterbatasan

Keterbatasan dari metode simptotermal yaitu,

tidak cocok digunakan oleh wanita yang

mempunyai bayi, berpenyakit, pascaperjalanan

maupun konsumsi alcohol, metode simptotermal

kurang efektif karena pengguna harus mengamati

dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan

lendir serviks, metode simptotermal memerlukan

kerja sama antara pasangan suami istri,

penggunaan harus mendapatkan pelatihan atau

instruksi yang benar (Marmi, 2016).


168

(e) Efektifitas

Angka kegagalan dari penggunaan metode

simptotermal adalah 10-20 wanita akan hamil dari

100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan

kesalahan dalam belajar, saran, atau tidak ada

kerja sama pasangan. Namun, studi lain juga

menyatakan angka kegagalan dari metode

simptotermal hanya 3% apabila di bawah

pengawasan yang ketat (Marmi, 2016).

(4) Metode pengamatan lendir serviks (metode ovulasi)

(a) Pengertian

Metode mukosa seviks atau metode ovulasi

merupakan metode keluarga berencana alamiah

(KBA) dengan cara mengenali masa subur dari

siklus menstruasi dengan mengamati lendir

serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang

hari-hari ovulasi (Marmi, 2016).

(b) Manfaat

Manfaat dari metode Metode mukosa serviks

bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu

dengan berpantang senggama pada masa subur.

Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi


169

wanita yang menginginkan kehamilan (Marmi,

2016).

(c) Kelebihan

Kelebihan dari metode simptotermal yaitu mudah

digunakan, tidak memerlukan biaya, metode

mukosa serviks merupakan metode keluarga

berencana alamiah lain yang mengamati tanda-

tanda kesuburan (Marmi, 2016).

(d) Keterbatasan

Kelebihan dari metode simptotermal yaitu mudah

digunakan, tidak memerlukan biaya, metode

mukosa serviks merupakan metode keluarga

berencana alamiah lain yang mengamati tanda-

tanda kesuburan (Marmi, 2016).

(e) Efektifitas

Keberhasilan metode ovulasi billings ini

tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman

yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan

pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan

kerja sama dari pasangan dalam

mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari

metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan

per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga


170

mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa

serviks atau ovulasi billings ini digunakan

dengan benar maka keberhasilan dalam

mencegah kehamilan 99 persen (Marmi, 2016).

(5) Metode amenore laktasi

(a) Pengertian

Metode amenore laktasi (MAL) atau Lactational

Amenorrhea Method (LAM) dalah metode

kontrasepsi sementara yang mengandalkan

pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya

diberi ASI saja tanpa tambahan makanan dan

minuman lainnya. MAL atau LAM dapat

dikatakan sebagai metode keluarga berencana

alamiah (KBA) atau natural family planning,

apabila tidak dikombinasikan dengan metode

kontrasepsi lain (Marmi, 2016).

(b) Keterbatasan

Keterbatasan dari MAL, yaitu memerlukan

persiapan dimulai sejak kehamilan, metode ini

hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah

melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui

secara eksklusif, tidak melindungi dari penyakit

menular seksual termasuk hepatitis B ataupun


171

HIV/ AIDS, tidak menjadi pilihan bagi wanita

yang tidak menyusui, kesulitan dalam

mempertahankan pola menyusui secara eksklusif

(Marmi, 2016).

(c) Efektifitas

Efektivitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen

apabila digunakan secara benar dan memenuhi

persyaratan sebagai berikut: digunakan selama

enam bulan pertama setelah melahirkan, belum

mendapatkan haid pasca melahirkan dan

menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan

makanan atau minuman tambahan) (Marmi,

2016).

(d) Indikasi

Metode Amenore Laktasi dapat digunakan oleh

wanita yang menyusui secara eksklusif, ibu

pascamelahirkan dan bayinya berumur kurang

dari 6 bulan, wanita yang belum mendapatkan

haid pasca melahirkan (Marmi, 2016).

(e) Kontraindikasi

Metode Amenore Laktasi tidak boleh digunakan

pada pasca melahirkan yang sudah mendapat

haid, tidak menyusui secara eksklusif, bekerja


172

dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam, harus

menggunakan metode kontrasepsi tambahan,

menggunakan obat yang mengubah suasana hati,

menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti

metabolisme, cyclosporine, obat radioaktif,

lithium atau anti koagulan, bayi sudah berumur

lebih dari 6 bulan, bayi yang mempunyai

gangguan metabolisme (Marmi, 2016).

(5) Sanggama Terputus (Coitus Interuptus)

(a) Pengertian

Menurut Marmi (2016), coitus interuptus atau

senggama terputus adalah metode keluarga

berencana tradisional/ alamiah, dimana pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina

sebelum mencapai ejakulasi.

(b) Manfaat

Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara

kontrasepsi adalah alamiah, efektif bila dilakukan

dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI tidak

ada efek samping, tidak membutuhkan biaya, tidak

memperlukan persiapan khusus, dapat

dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain,

dapat digunakan setiap waktu. Manfaat non


173

kontrasepsi adalah adanya peran serta suami dalam

keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,

menanamkan sifat saling pengertian, tanggung jawab

bersama dalam ber-KB (Marmi, 2016).

(c) Keterbatasan

Menurut Marmi (2016), keterbatasan dari metode

coitus interuptus, yaitu sangat tergantung dari pihak

pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan

sperma selam senggama, memutus kenikmatan

dalam berhubungan seksual (orgasme), sulit

mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi,

sesaat dan setelah interupsi coitus, tidak melindungi

dari penyakit menular seksual, kurang efektif untuk

mencegah kehamilan.

(d) Efektifitas

Metode coitus interuptus akan efektif apabila

dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka

kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per

tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri

yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat

menggunakan metode ini menjadi lebih efektif

(Marmi, 2016).
174

b) Metode kontrasepsi sederhana (Dengan Alat)

(1) Kondom (Karet Kb)

(a) Pengertian

Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang

terbuat karet/ lateks, berbentuk tabung tidak tembus

cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan

dilengkapi kantung untuk menampung sperma.

Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis,

tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan

(usus kambing) atau plastik (Marmi, 2016).

(b) Efektifitas

Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila

dipakai secara benar dan konsisten setiap kali

berhubungan seksual. Angka kegagalan kontrasepsi

kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100

perempuan per tahun. Namun ada yang menyebutkan

bahwa efektifitas teoritik: 1 2 kehamilan/ 100

pemakai/ tahun, sedangkan efektifitas praktek: 3 15

kehamilan/ 100 pemakai/ tahun (Marmi, 2016).

(c) Manfaat

Manfaat kondom secara kontrasepsi, yaitu efektif

bila pemakaian bener, tidak mengganggu produksi

ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak


175

mempunyai pengaruh sistemik, murah dan tersedia

diberbagai tempat, tidak memerlukan resep dan

pemeriksaan khusus, metode kontrasepsi sementara.

Sedangkan manfaat kondom secara non kontrasepsi

yaitu peran serta suami untuk ber-KB, mencegah

penularan PMS, mencegah ejakulasi dini,

mengurangi insidensi kanker serviksa, adanya

interaksi sesama pasangan, mencegah imuno

infertilitas (Marmi, 2016).

(d) Keterbatasan

Menurut Marmi (2016), keterbatasan kondom adalah

sebagai berikut:

i) Efektifitas tidak terlalu tinggi.

ii) Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian

kondom yang benar.

iii) Adanya pengurangan sesitifitas pada penis.

iv) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan

seksual.

v) Perasaan malu membeli ditempat umum.

vi) Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

(e) Kontraindikasi

Menurut Marmi (2016), kontraindikasi kondom

meliputi:
176

i) Setiap pria dapat memakai kondom kecuali dia

atau pasangannya rentan (alergi/ sensitif)

terhadap lateks.

ii) Memiliki kelainan berbentuk penis (malformasi).

iii) Secara psikologi pasangan tidak bisa menerima

metode kondom.

(2) Diafragma

(a) Pengertian

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung

seperti topi yang menutupi mulut rahim, terbuat dari

lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina

sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks

(Marmi, 2016).

(b) Manfaat

Manfaat dari diafragma/ kap sebagai alat kontrasepsi

yaitu efektif bila digunakan dengan benar, tidak

mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu

hubungan seksual karena telah dipersiapkan

sebelumnya, tidak mengganggu kesehatan klien,

tidak mempunyai pengaruh sistemik. Sedangkan

manfaat sebagai non kontrasepsi untuk memberikan

perlindungan terhadap penyakit menular seksual,


177

dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan

saat haid (Marmi, 2016 ).

(c) Keterbatasan

Menurut Marmi (2016), Keterbatasan dari

diafragma/ kap adalah sebagai berikut:

i) Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan

6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun

pertama, bila digunakan dengan spermisida).

ii) Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara

penggunaan yang benar.

iii) Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu

berkesinambungan dalam penggunaan alat

kontrasepsi ini.

iv) Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan

ketepatan pemasangan.

v) Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra

vi) Harus masih terpasang salam 6 jam pasca

senggama.

(3) Kap Servik (cervical cap)

(a) Pengertian

Kap serviks adalah alat kontrasepsi berbentuk karet

penutup yang dipasang dimulut rahim untuk

mencegah kehamilan. Karet penutup itu dipasang


178

dengan ditekan pada mulut rahim sebagai selubung

mulut rahim (marmi, 2016).

(b) Efektifitas

Efektivitas cervical caps cukup baik, hal ini

dibuktikan dengan tingkat kegagalan pada

pemakaian cervical caps secara umum berkisar 8-27

kehamilan pada setiap 100 wanita atau berkisar 20%.

Untuk lebih detailnya, pada wanita yang belum

pernah melahirkan atau mempunyai anak jika

menggunakan cervical caps ini tingkat kegagalannya

berkisar 16%, tetapi pada wanita yang sudah pernah

melahirkan atau mempunyai anak tingkat

kegagalannya sekitar 32%. Dari data tersebut,

efektivitas cervical caps lebih akurat pada wanita

yang belum pernah melahirkan. Hal ini dikarenakan,

serviks pada wanita yang sudah pernah melahirkan

akan menjadi lebih besar dari ukuran semula karena

penagruh proses melahirkan. Sehingga cervical caps

kurang cocok digunakan untuk wanita yang telah

melahirkan (Marmi, 2016).

(c) Keuntungan

Menurut Marmi (2016), keuntungan dari kap serviks

yaitu:
179

i) Kap serviks bersifat reversible. Kap servik dapat

digunakan lagi setelah dipakai dengan

mencucinya menggunakan air hangat dan sabun

yang lembut/ tidak bersifat asam. Kap serviks

tidak mempunyai efek yang berbahaya terhadap

fungsi reproduksi baik wanita ataupun pria. Jika

kap serviks tidak digunakan lagi, kemungkinan

untuk hamil tetap ada.

ii) Harganya tidak terlalu mahal, namun tidak dijual

disembarang tempat.

iii) Ukurannya kecil dan ringan, mudah untuk

dibawa kemana-mana.

iv) kap serviks dapat dipakai selama 48 jam karena

ukurannya yang kecil sehingga tidak

menyebabkan tekanan pada VU dan tambahan

ulang spermicide juga tidak dibutuhkan.

v) Metode ini dapat tetap digunakan pada ibu yang

sedang menyusui.

vi) Kap serviks aman dan dapat digunakan pada

wanita yang merokok. Hal ini dikarenakan

wanita yang merokok akan berisiko terganggu

kesehatannya jika menggunakan kontrasepsi

hormonal. Membantu para wanita untuk lebih


180

mengetahui dan mempelajari anatomi tubuh

wanita, khususnya organ reproduksi.

(d) Kerugian

Menurut Marmi (2016), kerugian dari kap serviks

yaitu:

i) Dapat menyebabkan cervicitis.

ii) Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-

waktu harus diubah tergantung pada

kehamilannya, abortus/keguguran, operasi pelvic

atau perubahan berat badan yang signifikan > 20

lbs (naik/turun).

iii) Membuat infeksi pada saluran perkemihan.

iv) Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang

menstruasi.

v) Penggunaannya cukup sulit. Banyak wanita yang

mengalami kesulitan dalam memasang/

memasukkan cervical caps kedalam vagina

dengan benar.

vi) Beberapa wanita akan merasa nyeri dan

pasangannya akan merasa tidak nyaman ketika

sedang melakukan hubungan intim.

vii) Cervical caps dapat terlepas sewaktu-waktu dari

dalam vagina ketika sedang melakukan hubungan


181

intim ataupun sedang defekasi, dan tidak dapat

mencegah penyebaran HIV/ AIDS.

(e) Efek samping

Menurut Marmi (2016), Efek samping dari kap

serviks yaitu:

i) Menyebabkan iritasi pada daerah vagina.

ii) Menyebabkan infeksi pada saluran kemih.

iii) Menimbulkan rasa tidak nyaman pada

pemakaiannya dan juga pasangannnya terutam

ketika sedang berhubungan intim.

iv)Menimbulkan rasa nyeri atau sakit pada daerah

vaginal.

v) Menimbulkan reaksi alergi terhadap kap-nya dan

juga pada spermatisidanya.

(4) Spermisida

(a) Pengertian

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non

oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau

membunuh sperma (Saifuddin, 2010).

(b) Manfaat

Menurut Saifuddin dkk (2010), Manfaat dari

spermisida sebagai kontrasepsi yaitu efektif seketika

(busa dan krim), tidak mengganggu produksi ASI,


182

sebagai pendukung metode lain, tidak mengganggu

kesehatan klien, tidak mempunyai pengaruh

sistemik, sudah digunakan, meningkatkan lubrikasi

selama hubungan seksual, tidak memerlukan resep

ataupun pemeriksaan medik. Sedangkan manfaat

non kontrasepsi yaitu memberikan perlindungan

terhadap penyakit menular seksual HBV dan

HIV/AIDS.

(c) Keterbatasan

Menurut Marmi (2016), Keterbatasan dari

spermisida yaitu:

i) Efektifitas kurang (bila wanita selalu

menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka

kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil

setiap tahun dan bila wanita tidak selalu

menggunakan sesuai dengan petunjuk maka

angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan

hamil setiap tahun).

ii) Spermisida akan jauh lebih efektif, bila

menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).

iii) Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara

penggunaannya.
183

iv) Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu

dipakai setiap melakukan hubungan seksual.

v) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah

spermisida dimasukkan sebelum melakukan

hubungan seksual.

vi) Hanya efektif selam 1-2 jam dalam satu kali

pemakaian.

vii) Harus selalu tersedia sebelum senggama

dilakukan.

c) Metode kontrasepsi hormonal

(1) Pil Kombinasi

(a) Pengertian

Pil kombinasi atau combination oral contraceptive

adalah pil KB yang mengandung sintetis hormone

estrogen dan progesterone yang mencegah kehamilan

dengan cara menghambat terjadinya ovulasi

(pelepasan sel telur oleh indung telur) melaui

penekan hormone LH dan FSH, mempertebal lendir

mukosa serviks, dan menghalangi pertumbuhan

lapisan endometrium (Marmi, 2016).

(b) Efektifitas

Efektivitas pil kombinasi lebih dari 99 persen,

apabila digunakan dengan benar dan konsisten. Ini


184

berarti, kurang dari 1 orang dari 100 wanita yang

menggunakan pil kombinasi akan hamil setiap

tahunnya. Namun pada pemakaian yang kurang

seksama, efektivitasnya masih mencapai 93%.

Menurut Hartanto (2004), angka kegagalan teoritis

POK sebesar 0,1%, sedangkan angka kegagalan

POK secara praktik adalah sebesar 0,7-7%. Metode

ini juga merupakan metode yang paling reversible,

artinya bila pengguna ini hamil bisa langsung,

berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil

dalam waktu 3 bulan (Marmi, 2016).

(c) Manfaat

Manfaat dari pil kombinasi, yaitu Memiliki

efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai

efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1

kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama

penggunaan), Risiko terhadap penggunaan sangat

kesehatan kecil, Tidak mengganggu hubungan

seksual, Siklus haid menjadi teratur, banyaknya

darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak

terjadi nyeri haid, Dapat digunakan jangka panjang

selama perempuan masih ingin menggunakannya

untuk mencegah kehamilan, Dapat digunakan sejak


185

usia remaja hingga menopause, Mudah dihentikan

setiap saat, Kesuburan segera kembali setelah

penggunaan pil dihentikan, Dapat digunakan sebagai

kontrasepsi darurat.(Saifuddi dkk, 2010).

(d) Efek samping

Efek samping dari pil kombinasi yaitu, Peningkatan

risiko thrombosis vena, emboli paru, serangan

jantung, stroke dan kanker leher rahim, Peningkatan

tekanan darah dan retensi cairan, Pada kasus-kasus

tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan

suasana hati dan penurunan libido, Mual (terjadi

pada 3 bulan pertama) dan kembung. , Perdarahan

bercak atau spotting (terjadi Pada 3 bulan pertama),

Pusing, Amenorea, Nyeri payudara, Kenaikan berat

badan (Marmi, 2016).

(e) Indikasi

Indikasi dari pil kombinasi, yaitu Usia reproduksi,

Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki

anak, Gemuk atau kurus, Menginginkan merode

kontrasepsi dengan efektivitas tinggi, Setelah

melahirkan dan tidak menyusui, Pasca keguguran,

Anemia karena haid berlebihan, Riwayat kehamilan

ektopik (Saifuddi dkk, 2010).


186

(f) Kontraindikasi

Kontraindikasi dari pil kombinasi, yaitu Hamil atau

dicurigai hamil, Menyusui eksklusif, Perdarahan

pervaginam yang belum diketahui penyebabnya,

Penyakit hati akut (hepatitis), Perokok dengan

usia>35 tahun, Riwayat penyakit jantung, stroke,

atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg),

Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau

kencing manis> 20 tahun, Kanker payudara atau

dicurigai kanker payudara (Saifuddi dkk, 2010).

(2) Pil Kb Mini ( Minipil Or Progestion Conraceptive)

(a) Pengertian

Pil mini atau pil progrestin kadang – kadang disebut

dengan pil masa menyusui. Mini pil adalah pil KB

yang hanya mengandung hormon progresteron dalam

dosis rendah dan diminum sehari sekali. Berisi

derivat progrestin, noretindron atau norgestrel, dosis

kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama

dengan cara tipe kombinasi . Dosis yang digunakan

adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Karena dosisnya

kecil maka pil mini diminum setiap hari pada waktu

yang sama selama siklus haid bahkan selama haid

(Marmi, 2016).
187

(b) Cara kerja

Menurut Marmi (2016), cara kerja mini pil adalah

sebagai berikut:

i) Menghambat ovulasi, karena terjadi penekanan

sekresi gonadotropin dan sintesis streroid seks di

ovarium (tidakbegitu kuat).

ii) Mengubah dalam fungsi korpus luteum.

iii) Mencegah implantasi karena endometrium

mengalami transformasi lebih awal.

iv) Menetraralkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma.

v) Mengubah motilitass tuba sehingga transportasi

sperma menjadi terganggu

(c) Efektifitas

Menurut Marmi (2016), pil progrestin atau mini pil

sangat efektif (98,5 persen). Penggunaan yang benar

dan konsisten sangat mempengaruhi tingkat

efektifitasnya. Penggunaanya jangan lupa dan jangan

sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah,

diare) karena kemungkinan terjadinya kehamilan

sangat besar. Efektifitas penggunaan pil mini akan

berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti

konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiurat, obat


188

anti tuberkolosis (rifampisin) dan obat mukolitik

asetilsistein.

(d) Manfaat

Menurut Marmi (2016), manfaat mini pil meliputi

manfaat kontrasepsi yaitu sangat efektif apabila

digunakan dengan benar dan konsisten, tidak

mempengaruhi ASI, nyaman dan mudah digunakan,

hubungan seksual tidak terganggu, kesuburan cepat

kembali, efek samping setiap saat, dapat dihentikan

setiap saat, dan tidak mengandung esterogen.

Sedangkan manfaat Non Kontrasepsi yaitu,

mengurangi jumlah darah haid, mengurangi kejadian

anemia, menurunkan pembekuan darah, mengurangi

nyeri haid, mencegah kanker endometrium,

melindungi dari penyakit radang panggul, penderita

endimetriosis, kencing manis yang belum mengalami

komplikasi dapat menggunakan, tidak menyebabkan

peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi,

mengurangi gejala pre mensrusl sindrom.

(e) Kerugian

Kerugian dari mini pil menurut Marmi (2016),

adalah sebagai berikut:

i) Memerlukan biaya.
189

ii) Harus selalu tersedia.

iii) Efektiftas berkurang apabila menyusui juga

berkurang.

iv) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat

tuberkulosis atau epilepsi akan mengakibatkan

efektifitas menjadi rendah.

v) Mini pil harus diminum setiap hari dan dijam

yang sama.

vi) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan

tidak benar dan konsisten.

vii) Tidak melindungi dari PMS termasuk HBV dan

HIV/AIDS, mini pil tidak menjamin akan

melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang

pernah mengalami kehamilan ektopik.

(f) Efek samping

Efek samping mini pil menurut Marmi (2016),

adalah gangguan haid (pendaraha atau bercak,

spotting, amenorea), peningkatan penurunan barat

badan, payudara tegang, mual, pusing, perubahan

mood, depresi, rasa letih, nyeri kepala, reaksi kulit

alergis dan melasma, dermatitis atau jerawat,

hirsutisme (perubahan bulu yang berlebihan pada

daerah muka) tetapi sangat jarang, obstipasi, varices


190

dan kejang tungkai, libido berkuang dan, gangguan

pembuluh, serta kolesterol hdl diturunkan.

(g) Indikasi

Menurut Marmi (2016), indikasi mini pil ialah usia

reproduksi, telah memiliki anak maupun yang belum

mempunyai anak, pasca persalinan dan tidak

menyusui, menginginkan metode kontrasepsi efektif

selama masa menyusui, pasca keguguran, tekanan

darah < 180/110 mmhg atau dengan masalah

pembekuan darah, tidak boleh mengkonsumsi

estrogen/ lebih senang memakai progestin.

(h) Kontraindikasi

Menurut Marmi (2016), kontraindikasi minipil ialah

wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak

diketahui penyebabnya, wanita yang diduga hamil

atau hamil, tidak dapat menerima terjadinya

gangguan haid, riwayat kehamilan ektopik, riwayat

kanker payudara atau penderita kanker payudara,

wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil ,

wangguan tromboembolu aktif (bekuan ditungkai,

paru atau mata ), ikterus, penyakit hati aktif atau

tumor hati jinak maupun ganas, wanita dengan miom

uterus, riwayat stroke, menggunakan obat


191

tuberkilosis (rinfampisin) atau obat untuk epilepsi

(fenition dan barbiturate).

(3) Suntikan kombinasi

(a) Pengertian

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Mendroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Etradiol

Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali

(cylofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg

Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan

sekali (Saifuddin dkk, 2010).

(b) Efektifitas

Suntik kombinasi Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan

per 100 perempuan) selama tahun pertama

penggunaan (Saifuddin dkk, 2010).

(c) Keutungan

Keuntungan dari suntikan kombinasi menurut Marmi

(2016), meliputi:

i) Keuntungan sebagai kontrasepsi, yaitu risiko

terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada

hubungan suami istri, tidak diperlukan

pemeriksaan dalam, jangaka panjang, efek

samping sangat kecil, dan klien tidak perlu

menyimpan obat suntik.


192

ii) Keuntungan sebagai nonkontrasepsi, yaitu untuk

mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi

nyeri saat haid, mencegah anemia, pencegahan

terhadap kanker ovarium dan kanker

endometrium, mengurangi penyakit payudara

jinak dan kista ovarium, mencegah kehamilan

ektopik, melindungi klien dari jenis-jenis tertentu

penyakit radang panggul, dan pada ada keadaan

tertentu dapat diberikan pada perempuan usia

perimenopause.

(d) Kerugian

Menurut Marmi (2016), Kerugian dari kontrasepsi

suntik kombinasi yaitu:

i) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak

teratur, perdarahan bercak/spoting, atau

perdarahan sela sampai 10 hari.

ii) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan

keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan

kedua atau ketiga.

iii) Ketergantungan klien tehadap pelayanan

kesehatan. Klien harus kembali setiap 30 hari

untuk mendapat suntikan.


193

iv) Efektivitasnya berkurang bila digunakan

bersamaan dengan obat-obat epilepsi (Fenition

dan Barbiturat) atau obat tuberkolosis

(Rifampisin).

v) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti

serangn jantung, stroke, bekuan darah pada paru

atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor

hati.

vi) Penambahan berat badan.

(e) Indikasi

Indikasi suntikan kombinasi menurut Marmi (2016),

adalah sebagai berikut:

i) Usia reproduksi

ii) Telah memiliki anak, ataupun belum memiliki

anak.

iii) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan

efektivitas yang tinggi.

iv) Anemia

v) Nyeri haid hebat.

vi) Haid teratur.

vii) Riwayat kehamilan ektopik, dan Sering lupa

menggunakan pil kontrasepsi.


194

(f) Kontraindikasi

Menurut Marmi (2016), Kontraindikasi dari

kontrasepsi suntik kombinasi yaitu:

i) Hamil atau diduga hamil.

ii) Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.

iii) Perdarahn pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

iv) Penyakit hati hati akut (virus hepatitis).

v) Usia >35 tahun yang merokok.

vi) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan

tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg).

vii) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan

kencing manis>20 tahun, kelainan pembuluh

darah yang menyebabkan sakit kepala atau

migraine, dan keganasan pada payudara.

(4) Kontrasepsi suntik progestin

(a) Pengertian

Suatu sintesa progestin yang mempunyai efek

progestin asli dari tubuh wanita dan merupakan

suspensi steril medroxy progesterone acetate dalam

air, yang mengandung progesterone acetate 150 mg

(Marmi, 2016).
195

(b) Efektifitas

Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas

yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100

perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan

secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan

(Saifuddin dkk, 2010).

(c) Keuntungan

Menurut Marmi (2016), Keuntungan dari

kontrasepsi suntik progestin yaitu sangat efektif,

pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak

berpengaruh pada hubungan suami-istri, tidak

mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan

pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh

terhadap pengaruh ASI, sedikit efek samping, klien

tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan

oleh perempuan usia>35 tahun sampai

perimenopause, membantu mencegah kanker

endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan

kejadian penyakit jinak payudara, mencegah

beberapa penyebab penyakit radang panggul,

menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).


196

(d) Indikasi

Menurut Saifuddin dkk (2010), Indikasi dari

kontrasepsi suntik progestin yaitu:

i) Usia reproduksi.

ii) Nulipara dan yang telah memiliki anak.

iii) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan

memiliki efektivita tinggi.

iv) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang

sesuai.

v) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki

tubektomi.

(e) Kontraindikasi

Menurut Saifuddin dkk (2010), Kontra indikasi dari

kontrasepsi suntik progestin yaitu:

i) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada

janin 7 per 100.000 kelahiran).

ii) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

iii) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan

haid, terutama amenorea.

iv) Diabetes militus disertai komplikasi.


197

(f) Efek samping

Menurut Marmi (2016), Efek samping dari

kontrasepsi suntik progestin yaitu gangguan haid,

sakit kepala, menambah berat badan, keputihan

(Leukorea), galaktorea (pengeluaran ASI

berlebihan), depresi, pusing dan mual.

(5) Implan (AKBK)

(a) Pengertian

Implan adalah alat kontrasepsi berupa kapsul kecil

karet terbuat dari silikon, berisi levonorgestrel,

terdiri 6 kapsul kecil dan panjang 3 cm sebesar

batang korek api yang disusukkan dibawah kuliy

lengan atas bagian dalam oleh dokter atau bidan

yang sudah terlatih (Marmi, 2016).

(b) Efektifitas

Menurut Marmi (2016), Efektifitas dari alat

kontrasepsi Implant (AKBK) yaitu:

i) Angka kegagalan Norplan <1 per 100 wanita per

tahun dalam 5 tahun pertama ini lebih rendah

dibandingkan kontrasepsi oral, IUD, dan metode

barier.
198

ii) Efektifitas norplan berkurang sedikit setelah 5

tahun dan pada tahun ke-6 kira-kira 2,5-3%

akseptor menjadi hamil.

iii) Norplan-2 sama efektifnya dengan norplan,

untuk waktu 3 tahun pertama. Semula

diharapkan norplan-2 juga akan efektif 5 tahun,

tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi

kehamilan dalam jumlah besar yang tidak

diduga sebelumnya, disangka terjadi penurunan

dalam pelepasan hormonnya.

(c) Keuntungan

Menurut Saifuddin dkk (2010), Keuntungan dari alat

kontrasepsi Implant (AKBK) yaitu:

i) Keuntungan kontrasepsi

(i) Daya guna tinggi, perlindungan jangka

panjang (sampai 5 tahun).

(ii) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat

setelah pencabutan.

(iii)Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

(iv) Bebas dari pengaruh esterogen.

(v) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

(vi) Tidak mengganggu ASI. Serta dapat dicabut

setiap saat sesuai dengan kebutuhan, Klien


199

hanya perlu kembali ke klinik bila ada

keluhan.

ii) Keuntungan nonkontrasepsi

(i) Mengurangi nyeri haid.

(ii) Mengurangi jumlah darah haid.

(iii)Mengurangi/ memperbaiki anemia.

(iv) Melindungi terjadinya kanker endometrium.

(v) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak

payudara.

(vi) Melindungi diri dari beberapa penyebab

penyakit radang panggul.Menurunkan angka

kejadian endometriosis.

(d) Kerugian

Menurut Saifuddin dkk (2010), pada kebanyakan

klien dapat menyebabkan perubahan pola haid

berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenore,

atau meningkatnya jumlah haid, serta amenorea,

serta timbulnya keluhan-keluhan seperti:

i) Nyeri kepala.

ii) Peningkatan/ penurunan berat badan.

iii) Nyeri payudara.

iv) Perasaan mual.


200

v) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan

(nervousness).

vi) Membutuhkan tidak pembedahan minor untuk

insersi dan pencabutan.

(e) Indikasi

Menurut Marmi (2016), Indikasi dari alat kontrasepsi

Implant (AKBK) yaitu:

i) Usia reproduksi.

ii) Tidak memiliki anak ataupun belum punya anak.

iii) Menyusui dan belum membutuhkan kontrasepsi.

iv) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

v) Pasca keguguran.

vi) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak

sterilisasi.

vii) Riwayat kehamilan ektopik.

viii) Tekanan darah <180/100 mmHg, dengan

masalah pembekuan darah, atau anemia bulan

sabit (sickle cell).

ix) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal

yang mengandung esterogen.

x) Sering lupa menggunakan pil.

xi) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi

(1,3 per 100.000 perempuan per tahun).


201

(f) Kontraindikasi

Menurut Saifuddin dkk (2010), Kontraindikasi dari

alat kontrasepsi Implant (AKBK) yaitu:

i) Hamil atau diduga hamil.

ii) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebanya. Benjolan/ kanker payudara atau

riwayat kanker payudara.

iii) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi.

iv) Miom uterus dan kanker payudara.

v) Gangguan tolerensi glukosa.

d) Metode Kontrasepsi IUD (AKDR)

(1) Pengertian

Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) adalah satu alat

kontrasepsi modrn yang telah dirancang sedemikian rupa

(baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi

kontrasepsinya) yang dimasukkan kedalam rahim yang

sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dan

dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif

sebagai suatu usaha pencegahan kehamilan (Marmi,

2016).
202

Gambar 2.8 alat kontrapsi dalam rahim


(WHO, 2013)
(2) Cara kerja

Menurut Saifuddin (2010), cara kerja dari alat

kontrasepsi dalam rahim yaitu menghambat kemampuan

sperma untuk masuk ke tuba faloppi, mempengaruhi

fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

(3) Efektifitas

AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu berkisar

antara 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1

tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

Sedangakn AKDR dengan progesteron antara 0,5-1

kehamilan per 100 perempuan pada tahun pertama

penggunaan (Marmi, 2016).

(4) Keuntungan

Menurut Saifuddin dkk (2010), Keuntungan dari AKDR

yaitu:

(a) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.


203

(b) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari

CuT-380A dan tidak perlu ganti).

(c) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-

ingat.

(d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

(e) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak

perlu takut untuk hamil.

(f) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu

AKDR (CuT-380A).

(g) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

(h) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau

sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

(i) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau

lebih setelah haid terakhir).

(j) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

(k) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

(5) Kerugian/Efek samping

Menurut Marmi (2016), Kerugian/ efek samping dari

AKDR yaitu:

(a) Dapat terjadi kehamilan diluar kandungan atau

abortus spontan. Kematian ibu yang dikaitkan

dengan pemakaian AKDR adalah kalau terjadi


204

abortus septik spontan yang gejalanya seperti pilek,

menggigil, demam, nyeri otot, mual, dan muntah.

(b) Keluhan suami.

(c) Efek samping yang umum terjadi:

i) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan

pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

ii) Haid lebih lama dan banyak.

iii) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

iv)Saat haid lebih sakit (disminorea).

(6) Indikasi

Menurut Marmi (2016), Indikasi penggunaan AKDR

yaitu:

(a) Usia reproduksi.

(b) Keadaan nulipara.

(c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang.

(d) Perempuan menyusui yang menginginkan

kontrasepsi.

(e) Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya.

(f) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

(g) Perempuan dengan resiko rendah IMS.

(h) Tidak menghendaki metode hormonal.


205

(i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil

setiap hari.

(7) Kontraindikasi

Menurut Saifuddin dkk (2010), Kontraindikasi AKDR

yaitu:

(a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan

hamil).

(b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai

dapat dievaluasi).

(c) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,

servisitis).

(d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita PRP atau abortus septik.

(e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor

jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

(f) Penyakit trofoblas yang ganas.

(g) Diketahui menderita TBC pelvik

(h) Kanker alat genital.

(i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.


206

e) Metode Kontrasepsi Mantap

(1) Tubektomi (MOW)

(a) Pengertian

Tubektomi (MOW) dalah tindakan penutupan

terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang

menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur,

dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu

dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi

kehamilan (Marmi, 2016).

(b) Efektifitas

Indeks efektifitas sterilisasi (disebut indeks mutiara)

adalah 0,5-1. Nilai ini menunjukkan jumlah

kehamilan yang tidak diinginkan pada 100 wanita

yang menggunakan metode kontrasepsi itu selama

setahun. Artinya, hanya ada satu kehamilan yang

tidak diinginkan per 1000-2000 wanita yang telah

disterilisasi. Pada kasus yang sangat terjadi itu, tuba

falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong

atau ditutup (Marmi, 2016).

(c) Kelebihan

Menurut Marmi (2016), Kelebihan dari tubektomi

yaitu tidak mempengaruhi libido seksual, kegagalan

dari pihak pasien tidak ada, tidak mempengaruhi


207

proses menyusui (breastfeeding), tidak bergantung

pada faktor senggama, pembedahan sederhana, dapat

dilakukan anastesi lokal, lebih aman (keluhan lebih

sedikit), lebih praktis (hanya memerlukan satu kali

tindakan), dan lebih efektif (tingkat kegagalan sangat

kecil).

(d) Kekurangan

Menurut Saifuddin dkk (2010), Kekurangan dari

kontrasepsi tubektomi (MOW) yaitu:

i) kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali),

kecuali dengan operasi rekanalisasi.

ii) Klien menyesal dikemudian hari.

iii) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila

digunakan anestesi umum).

iv) Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka

pendek setelah tindakan.

v) Dilakukan oleh dokter yang terlatih

vi) Tidak melindungi dari PMS, termasuk HBV dan

HIV/AIDS.

(e) Indikasi

Menurut Saifuddin dkk (2010), Indikasi dari

kontrasepsi tubektomi(MOW) yaitu:

i) Usia > 26 tahun.


208

ii) Paritas >2.

iii) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang

sesuai dengan kehendaknya.

iv) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko

kesehatan yang serius.

v) Pasca persalinan.

vi) Pascakeguguran.

vii) Paham dan secara sukarela setuju dengan

prosedur ini.

(f) Kontraindikasi

Menurut Marmi (2016), Kontraindikasi dari

kontrasepsi tubektomi(MOW) yaitu:

i) Hamil.

ii) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.

iii) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.

iv) Belum memberikan persetujuan tertulis.

v) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

vi) Usia dibawah 30 tahun yang belum dan masih

ingin memiliki anak. Sterilisasi seharusnya

ditawarkan pada wanita dibawah 30 tahun hanya

dalam keadaan yang sangat khusus.


209

(2) Vasektomi (MOP)

(a) Pengertian

Vasektomi(MOP) merupakan prosedur klinik untuk

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan

melakukan oklusi vas deferens, sehingga

menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak

didapatkan spermatozoa didalam semen/ ejakulat

(tidak ada penghantaran spermatozoa dari testis

kepenis). (Marmi, 2016).

(b) Efektifitas

Menurut Marmi (2016), Efektifitas dari kontrasepsi

vasektomi (MOP) yaitu:

i) Angka kegagalan 0-2,2%, umumnya <1%

ii) Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh:

(i) Sangga yang tidak terlindung sebelum semen/

ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa.

(ii) Rekanalisa spontan dari vas deferens,

umumnya terjadi setelah pembentukan

granuloma spermatozoa.

(iii) Pemotongan dari oklusi struktur jaringan lain

selama operasi.
210

(c) Keuntungan

Menurut Marmi (2016), Keuntungan dari kontrasepsi

vasektomi (MOP) yaitu:

i) Teknik operasi kecil dan sedrhana, bisa

dilakukan setiap saat.

ii) Komplikasi yang ditemukan tidak terlalu berat.

iii) Efektifitas hampir 100%.

iv) Biaya murah terjangkau masyarakat.

v) Bisa dilakukan operasi rekanalisa.

vi) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada

mortalitas.

vii) Sederhana

viii) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.

(d) Kerugian

Menurut Marmi (2016), Kerugian dari kontrasepsi

vasektomi (MOP) yaitu:

i) Cara ini tidak langsung efektif tapi memerlukan

waktu sampai sperma menjadi negatif dalam

analisa semen. Walaupun pada prinsipnya dapat

disambung kembali namun masih banyak

diperlukan tenaga terlatih untuk tindakan

tersebut.

ii) Diperlukan suatu tindakan operatif.


211

iii) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti

perdarahan/ infeksi.

iv) Kontap pria belum memberikan perlindungan

total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada

didalam sistem reproduksi distal dari tempat

oklusi vas deferens, dikeluarkan.

v) Problem psikologis yang berhubungan dengan

perilaku seksual mungkin bertambah parah

setelah tindakan operatif yang menyangkut

sistem reproduksi pria.

(e) Indikasi

Menurut Marmi (2016), Indikasi dari kontrasepsi

vasektomi (MOP) yaitu:

i) Pasangan yang sudah tidak ingin menambah

jumlah anak.

ii) Istri yang tergolong sebagai kelompok yang

berisiko tinggi untuk hamil atau unutk suami yang

istrinya tidak dapat dilakukan minilaparatomi atau

laparoskopi.

iii) Akibat usia atau keshatan pihak istri termasuk

risiko untuk hamil.

iv) Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain.


212

(f) Kontraindikasi

Menurut Marmi (2016), Kontraindikasi dari kontrasepsi

vasektomi (MOP) yaitu:

i) Infeksi kulit lokal, misalnya scabies (penyakit kulit

menular akibat tuma gagal).

ii) Infeksi traktus genetalia.

iii) Kelainan skrotum dan sekitarnya:

(i) Varicocele (varikositas pleksus pampiniformis

korda spermatika, yang membentuk benjolan

skrotum yang terasa seperti”kantong cacing”).

(ii) Hydrocele besar.

(iii) Filairasis.

(iv) Hernia inguinalis.

(v)Luka perut bekas operasi hernia.

(vi) Skrotum yang sangat tebal.

iv) Penyakit sistemik:

(i) Penyakit-penyakit perdarahan.

(ii)Diabetes mellitus

v) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang

tidak stabil.

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluara Berencana

Menurut Wafi dkk (2009), Pendokumentasian atau pencatatan

manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP.


213

Dalam metode SOAP S adalah data subjektif, O adalah data

Objektif, A adalah analisis/assessment dan P adalah Planing.

Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

singkat. Model dokumentasi menggunakan SOAP sering

digunakan dalam catatan perkembangan pasien (Wildan dan

Hidayat, 2008). Bentuk penerapannya adalah sebagai berikut:

1) S : Subjektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varnay langkah pertama

(Pengkajian), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesis. Data subjektif ini berhubungn dengan masalah

dari sudut pandang pasien (Wafi dkk, 2009).

Contoh: pasien mengatakan ingin menggunakan alat

kontrasepsi

2) O : Objektif

Data Objektif, merupakan data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic

lainnya (Wafi dkk, 2009).

Contok: Tanda – tanda vital

Test kehamilan
214

3) A : Assesment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Wafi dkk, 2009).

Contoh: Ny.X umur x tahun, akseptor kb baru

4) P : Planning

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang

akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Meskipun secara istilah, P

adalah planning/perencanaan saja, namun P dalam metode

SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang

telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka

mengatasi masalah pasien (wafi dkk, 2009).

Contoh: konseling macam – macam KB.


215

B. Kerangka Pikir

Ibu Hamil

Fisiol
Patilo
Penerapan Asuhan
Kebidanan
Pada Kehamilan Rujuk
Fisiologis :
Kunjungan I (uk.28 – 32
mgg)
Kunjungan II (uk.28 – 32

Bersal

Fisiol Patolo

Pemantauan Rujuk
Kajuan
persalinan
Kala I-IV

Bayi Baru Nifas

Fisiol Patolo Fisiol Patolo

Penerapan Asuhan
Kebidanan pada
Ruju Penerapan Rujuk
Asuhan
BBL – Neonatus
Kebidanan pada
Fisiologi :
Kunjungan I
Ibu Nifas KB
Fisiologi :
(umur 6 jam – 3
Kunjungan I (6
hari)
jam – 3 hari) Kunjungan I (4-9
Kunjungan II
Kunjungan II
(umur 4 jam – 7 hari PP:
(4 – 28 hari)
hari) konseling
Kunjungan III
Kunjungan III
(28 –42 hari)
(umur 8 jam – 14 pelayanan KB
Kunjungan IV
hari)

Kementrian RI 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta,


216

C. Landasan Hukum (yang melandasi praktek kebidanan)


1. Permenkes RI Nomor 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggara
Praktik Bidan
a. Pasal 2
Dalam menjalankan praktik kebidanan, bidan paling rendah
memiliki kualifikasi jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan.
b. Pasal 3
1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan
praktik keprofesian.
2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di peroleh setelah
Bidan memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5
(lima) tahun.
4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II
yang merupakan bagian tidak dipisahkan dari peraturan
Menteri ini.
c. Pasal 5
1) Bidan yang menjalankan praktik keprefosiannya wajib
memiliki SIPB.
2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Bidan yang telah memiliki STRB.
3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1
(satu) Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR
Bidan masih berlaku, dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
d. Pasal 15
1) Bidan dapat menjalankan praktik kebidanan secara mandiri
atau bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
217

2) Praktik kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksu pada


ayat (1) berupa praktik mandiri bidan.
3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa:
a) Klinik.
b) Puskesmas.
c) Rumah sakit.
d) Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
e. Pasal 18
Dalam Penyelenggara Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
f. Pasal 19
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara
dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan:
a) Konseling pada masa sebelum hamil
b) Antenatal pada kehamilan normal
c) Persalinan normal
d) Ibu nifas normal
e) Ibu menyusui
f) Konseling pada masa antara dua kehamilan
3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana pada
ayat (2), Bidan berwenang melakukan :
a) Episiotomi
218

b) Pertolongan persalinan normal


c) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitas/ bimbingan insiasi menyusu dini dan promosi air
susu ibu eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran
g. Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
huruf c, Bidan berwenang memberikan:
a) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana; dan
b) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
2. Kepmenkes No.369/Menkes/SK/III/2017 tentang standar profesi bidan
a. Kompetensi ke-1
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dsn keterampilan dari
ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk
wanita, bayi baru lahir, dan keluarga.
b. Kompetensi ke-2
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.
219

c. Kompetensi ke-3
Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi:
deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi ke-5
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
e. Kompetensi ke-6
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif
pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
f. Kompetensi ke-7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif
pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).
g. Kompetensi ke-8
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.
h. Kompetensi ke-9
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
220

BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi

Laporan tugas akhir di tulis berdasarkan laporan kasus asuhan

kebidanan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan

nifas dengan menggunakan jenis metode penelitian studi penelaah kasus.

Studi penelaah kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan

melalui sesuatu kasus yang terdiri dari satu unit tunggal, unit yang menjadi

kasus tersebut secara mendalam di analisis baik dari segi yang

berhubungan dengan kasus itu sendiri (Notoatmodjo, 2012).

Laporan studi kasus ini menggunakan metode kualitatif dan

metode deskriptif. Metode kualitatif merupakan metode yang digunakan

untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna yaitu

data yang sebenarnya dan data pasti, sedangkan metode deskriptif yaitu

metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan secara

fisik tertentu atau frekuensi yang terjadinya suatu aspek fenomena social

tertentu, dan untuk mendeskripsikan fenomena tertentu secara terperinci

(Suryana, 2010).

Laporan studi kasus ini adalah laporan tentang asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny. T di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta.

220
221

B. Lokasi studi kasus

Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan (Notoatmodjo,

2012). Lokasi studi kasus ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Banyuanyar

Surakarta.

C. Subjek studi kasus

Subjek studi kasus adalah hal atau orang yang akan dikenai

kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan

dalam Studi Kasus dengan Manajemen Asuhan Kebidanan ini adalah Ny.

T hamil normal mulai usia 32 minggu di UPT Puskesmas Banyuanyar

Surakarta kemudian diikuti sampai ibu memilih alat kontrasepsi.

D. Waktu studi kasus

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis

untuk melaksanakan laporan kasus diambil (Notoadmodjo, 2012).

Pengambilan kasus ini dilakukan pada bulan 22 Februari – 7 Mei 2018.

E. Instrumen studi

Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara

dan studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan 7 langkah

varnay dan SOAP pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas

sesuai dengan KEPMENKES Nomer 938/Menkes/SK/VIII/2007. Standar

asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dan rung lingkup

praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan yang meliputi:


222

1. STANDAR I : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2. STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkaian,

menginterpetasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

3. STANDAR III : Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

4. STANDAR IV : Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efesien dan aman berdasarkan evidence based kepada

klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, koloborasi dan rujukan.

5. STANDAR V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

6. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatan yang secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas megenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.


223

F. Teknik pengumpulan data

1. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil oleh

objek/objek penelitian oleh penulis perorangan maupun organisasi

(Notoatmodjo, 2012).

a. Pemeriksaan fisik

Pengkajian merupakan suatu proses pengumpulan data yang

sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Yuliani, 2017). Pada

kasus asuhan kebidanan komprehensif pemeriksaan fisik yang di

lakukan adalah sebagai berikut:

1) Inspeksi

Inspeksi adalah penggunaan penglihatan, untuk mendeteksi

karakteristik normal atau tanda fisik tertentu dari bagian dan

fungsi tubuh (Nursalam, 2009). Inspeksi pada kasus

dilakukan untuk mengamati keadaan ibu pada saat

pemeriksaan kehamilan mulai dari kepala sampai kaki,

persalinan, nifas dan BBL ada atau tidaknya komplikasi.

2) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba atau menyentuh

tubuh pasien dengan menggunakan jari-jari tangan dengan

penekanan ringan pada permukaan tubuh dengan tujuan

menentukan kondisi bagian-bagian yang ada dibawah


224

permukaan tersebut (Yuliani, 2017). Palpasi pada kasus

dilakukan pemeriksaan head to toe saat hamil, observasi

persalinan, nifas dan BBL.

3) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk

dalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal

(Nursalam, 2009). Auskultasi pada kasus dilakukan saat

pemeriksaan kehamilan rutin untuk mengetahui

kesejahteraan janin, dan observasi saat persalinan, BBL,

nifas.

4) Perkusi

Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk

bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan

dengan bagian tubuh lainya (Yuliani, 2017). Perkusi pada

kasus dilakukan saat pemeriksaan patella dan pemeriksaan

perut.

2. Wawancara

Menurut Notoatmodjo (2012), Wawancara adalah suatu metode

yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti

mendapatkan keteranagan atau informasi secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian (responden).

Penulis melakukan wawancara pada tenaga kesehatan yang

menangani, pasien, dan keluarga pasien meliputi data mulai dari


225

pengkajian sampai dengan evaluasi dari masa kehamilan, bersalin,

nifas, neonatal, dan KB yang dibantu oleh observer yang sudah

dijelaskan mengenai tugas dan tanggungjawab nya pada pasien.

3. Observasi

Observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-

hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pada saat dilakukan

tindakan, secara bersamaan juga dilakukan pengamatan tentang

segala sesuatu yang terjadi selama proses berlangsung (Suryna,

2010). Observasi yang dilakukan melputi:

a. Pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil sampai nifas

b. Pemeriksaan Berat badan pada ibu hamil sampai nifas

c. Pemeriksaan Hb ibu hamil dan post partum

d. Pemeriksaan Oedema pada ibu hamil sampai ibu nifas

e. Pengukuran TFU pada ibu hamil sampai nifas

4. Data sekunder

Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan

sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk

mengidentifikasi masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan

tindakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan

(Notoadmodjo, 2012). Data sekunder meliputi:

a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi

yang berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi,


226

misalnya laporan, catatan-catatan di dalam kartu klinik

sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen di bawah

tanggung jawab instansi tidak resmi seperti biografi, catatan

harian (Notoatmodjo, 2012). Studi dokumentasi pada kasus

diambil dari status/ catatan pasien, register dibagian KIA UPT

Puskesmas Banyuanyar Surakarta.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik

berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang

dikembangkan oleh berbagai ahli dan buku-buku sumber yang

ada (Notoatmodjo, 2012). Studi kepustakaan yang digunakan

penulis adalah buku-buku dari tahun 2008 sampai 2018.

5. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data

antar lain:

a. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi

adalah:

1) Tensi meter

2) Timbangan berat badan

3) Thermometer

4) Metlin

5) Stetoskop

6) Pita pengukur lila

7) Doppler/lineks
227

8) Jam tangan dengan penunjuk second

9) Handscoon

10) Harmer

11) Partus set

12) Patograf

b. Alat dan bahan dalam pengambilan data (Wawancara) adalah:

1) Format pengkajian asuhan kebidanan pada ibu hamil

2) Lembar observasi

3) Buku tulis

4) Ballpoint

c. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi

dokumentasi adalah:

1) Kohort ibu hamil

2) Catatan medic atau status pasien

3) Buku KIA

4) Cakupan tahunan angka kematian ibu dan bayi secara

langsung ditanyakan pada bagian TU UPT Puskesmas

Bnyuanyar Surakarta.

6. Jadwal

Jadwal adalah uraikan langkah-langkah kegiatan dari mulaimenyusun

proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studikasus,

beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus ini terlampir.


228

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI

Puskesmas Banyuanyar terletak di Kecamatan Banjarsari, mempunyai

wilayah kerja dua Kelurahan yaitu Kelurahan Banyuanyar dan Kelurahan

Sumber yang berada disisi barat laut wilayah kota surakarta, dengan batas:

1. Sebelah utara : wilayah kerja kabupaten Boyolali

2. Sebelah selatan : wilayah puskesmas Manahan

3. Sebelah timur : wilayah puskesmas Gambirsari

4. Sebelah barat : wilayah kabupaten Karanganyar

Wilayah kerja UPT Puskesmas Banyuanyar seluas 255 Ha, 2,55 km2 terdiri

dari 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Sumber dan Kelurahan Banyuanyar.

Merupakan dataran rendah dengan akses transportasi kesemua wilayah mudah

dijangkau dengan adanya transportasi umum maupun kendaraan pribadi,

didukung dengan sarana jalan yang beraspal baik. UPT Puskesmas

Banyuanyar memiliki 1 puskesmas pembantu yaitu Pustu Sumber. Untuk

jadwal periksa hamil di UPT Puskesmas Banyuanyar dan Puskemas Pembantu

Sumber pada hari kamis. UPT Puskesmas Banyuanyar memiliki Pelayanan

Rawat Inap yaitu Pelayanan Rawat Inap umum dan Pelayanan Persalinan

mampu PONED, selain itu pelayanan lain yang terdapat di UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta meliputi poli umum, poli gigi, poli kesehatan ibu dan

anak (KIA), termasuk manajemen tatalaksana balita sakit dan KB,

228
229

laboratorium dasar, konsultasi gizi, khitan, bedah minor, pengobatan TBC,

pengobatan kusta, pemasangan susuk dan IUD, pemeriksaan IVA, imunisasi

serta UGD (Puskesmas Banyuanyar Surakarta, 2018).

B. TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. T G2P1A0

UMUR 23 TAHUN UMUR KEHAMILAN 32+6 MINGGU DI UPT

PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

Ruang : Ruang Nifas

Tanggal masuk : 22 Februari 2018

No Register :-

1. PENGKAJIAN

a. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUMI

1) Nama : Ny. T Nama : Tn. D

2) Umur : 23 Tahun Umur : 28 Tahun

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

5) Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia

6) Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK

7) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

8) Alamat : Banyuanyar Rt.02/Rw.04, Banjarsari, Surakarta


230

b. ANAMNESIA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 22 Febuari 2018 Pukul : 09.00 WIB

1) Keluhan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan tidak ada

keluhan

2) Riwayat menstruasi

a) Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama umur

13 tahun.

b) Siklus : Ibu mengatakan jarak menstruasinya < 28

hari.

c) Lama : Ibu mengatakan lama menstruasinya ± 4

hari.

d) Banyaknya : Ibu mengatakan sehari ganti pembalut ± 3

kali

e) Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur

f) Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer

kadang ada gumpalan dan berwarna

merah.

g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan merasakan nyeri perut

pada saat menstruasi sampai mengganggu

aktifitas.

3) Riwayat hamil ini

a) HPHT : 07 Juli 2017


231

b) HPL : 14 April 2018

c) Gerakan janin

Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janin sejak umur

kehamilan 16 minggu.

d) Vitamin/jamu yang dikonsumsi

Ibu mengatakan tidak mengonsumsi vitamin/jamu selain dari

bidan

e) Keluhan keluhan pada

(1) Trimester I : Ibu mengatakan mual

(2) Trimester II : Ibu mengatakan batuk

(3) Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

f) Riwayat ANC

Ibu mengatakan 11 kali teratur melakukan pemeriksaan

kehamilan di dokter, bidan dan puskesmas :

(1) Trimester I : Pada umur kehamilan 8+1 minggu, 9+3

Minggu. .

(2) Trimester II : Pada umur kehamilan 12+3 minggu, 15+3

minggu, 18+4 minggu, 20+2 minggu, 24

minggu, 26+2 minggu,

(3) Trimester III : Pada umur kehamilan 29+1 minggu, 30+2

minggu, 32+1minggu.
232

g) Penyuluhan yang pernah didapat

Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu

hamil, tanda bahaya ibu hamil trimester I, dan

ketidaknyamanan trimester I

h) Imunisasi TT

Ibu mengatakan telah melakukan imunisasi TT sebanyak 5

kali pada:

(1) TT1 : Juli 1994

(2) TT2 : Agustus 1994

(3) TT3 : November 1998

(4) TT4 : April 2014

(5) TT5 : April 2014

i) Kekhawatiran khusus

Ibu mengatakan takut tidak ada kekhawatiran khusus

4) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun baik batuk, pilek

ataupun demam.

b) Riwayat penyakit sistemik

(1) Jantung

Ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar-debar saat

beraktivitas ringan dan tidak berkeringat dingin ditelapak

tangan.
233

(2) Ginjal

Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada pinggang

bagian bawah dan sakit saat buang air kecil.

(3) Asma dan TBC

Ibu mengatakan pernah sesak nafas, terakhir sesak nafas

sebelum hamil kedua ini dan tidak pernah batuk yang

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

(4) Hepatitis

Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning pada mata,

kuku, dan kulit.

(5) DM (Diabetes Millitus)

Ibu mengatakan tidak pernah merasa haus, lapar, dan sering

kencing dimalam hari lebih dari 6 kali.

(6) Hipertensi

Ibu mengatakan sebelum hamil tekanan darah tidak pernah

lebih dari 140/90 mmHg.

(7) Epilepsi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang sampai

mengeluarkan busa dari mulut.

(8) Lain-lain

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lainnya

seperti HIV/AIDS.
234

c) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya ada yang memiliki riwayat

penyakit asma dan keluarga suaminya tidak ada riwayat

penyakit menurun atau menular.

d) Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar.

e) Riwayat operasi

Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi papaun.

f) Riwayat perkawinan

(1) Status perkawinan

Ibu mengatakan perkawinannya sah, kawin 1 kali.

(2) Kawin

Umur 20 tahun, dengan suami umur 25 tahun

(3) Lamanya ± 4 tahun.

(4) Anak 1 orang

g) Riwayat Keluarga Berencana

Table 4. 4 Riwayat Keluarga Berencana


Metode Tahun Lama keluhan Jumlah anak
Suntik 3 2014 3 bulan Kenaikan 1
bulan BB
Senggama 2014 ± 3 Tidak ada Hamil
terputus tahun sekarang
dan
kondom
235

h) Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas yang lalu

Table 4.5 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Tgl/ Tem U Anak Nifas Keada
N Thn pat K Jenis Penol an
o Part Part Partus ong J BB P Kea Lakt Anak
( K B daan asi Sekar
us us
b (Gr) ( ang
1 2014 BP 9l Sponta Bidan L 3100 4c Baik Lanc Sehat
M n n m
9 ar
2 Hamil Sekarang ) )

i) Pola lebiasaan sehari-hari

(1) Nutrisi

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan makan 2 kali sehari porsi 1 piring

dengan menu makanan nasi, sayur, dan lauk. Minum

dalam sehari 6-7 gelas, air putih.

(b) Selama hamil

Ibu mengatakan makan 4 kali sehari porsi 1 piring

dengan menu makanan nasi, sayur, lauk, dan kadang

buah. Minum dalam sehari 8-10 gelas, air putih.

(c) Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

(2) Eliminasi

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan BAB 2x sehari konsistensi lunak,

warna kuning kecoklatan dan bau khas feses, BAK 5-6

kali sehari, warna kuning dan bau khas urine.


236

(b) Selama hamil

Ibu mengatakan BAB 1x sehari konsistensi lunak,

warna kuning kecoklatan dan bau khas feses, BAK

meningkat menjadi 7-9 kali sehari, warna kuning dan

bau khas urine.

(c) Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

(3) Aktivitas

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan setiap hari melakukan pekerjaan rumah

dan berjualan pakan burung.

(b) Selama hamil

Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah dan

berjualan pakan burung.

(c) Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

(4) Istirahat /tidur

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan tidur malam ± 7 jam, dan tidur siang ±

½ jam.

(b) Selama hamil

Ibu mengatakan tidur malam ± 6-7 jam dan tidur siang

± 2 jam.
237

(c) Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

(5) Seksualitas

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 kali

dalam sebulan.

(b) Selama hamil

Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual.

(c) Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

(6) Personal Hygiene

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali

sehari, ganti pakaian 2 kali sehari dan keramas 2 hari

sekali.

(b) Selama hamil

Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali

sehari, ganti pakaian 2 kali sehari dan keramas 2 hari

sekali.

(c) Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


238

(7) Psikososial budaya

(a) Perasaan tentang kehamilan ini

Ibu mengatakan senang terhadap kehamilan ini.

(b) Kehamilan ini direncanakan /tidak

Ibu mengatakan mengatakan kehamilan ini tidak

direncanakan.

(c) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan keluarga suami mengharapkan jenis

kelamin perempuan tetapi bila laki – laki tidak menjadi

masalah.

(d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga

suaminya sangat mendukung kehamilan ini.

(e) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan tinggal bersama suami dan anaknya.

(f) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.

(g) Kehamilan adat istirahat dalam kehamilan

Ibu mengatakan ada adat istiadat mitoni pada anak

pertamanya, procotan dan selapanan bayi.


239

(8) Penggunaan obat-obatan/rokok

Ibu mengatakan tidak menggunakan obat apapun dan hanya

mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan, serta ibu

dan suami tidak merokok.

c. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF)

1) Status generalis

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 110/80 mmHg S : 36,5 °C

N : 80 x/menit R : 22 x/menit

d) TB : 160 cm

e) BB sebelum hamil : 55 kg

f) BB sekarang : 65,5 kg

g) LLA : 23,5 cm

2) Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

(1)Rambut : Bersih, warna hitam, tidak rontok, tidak

berketombe.

(2)Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma

gravidarum.

b) Mata

(1) Oedema : Tidak oedema.

(2) Conjungtiva : merah muda.


240

(3) Sklera : Putih.

c) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan

d) Telinga : Bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada

benjolan

e) Mulut/gigi/gusi : Bersih tidak ada stomatitis, gigi tidak ada

caries, gusi tidak berdarah dan tidak

bengkak.

f) Leher

(1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran

(2) Tumor : Tidak ada benjolan

(3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran

g) Dada dan Axilla :

(1) Mammae

(a) Membesar : Normal

(b)Tumor : Tidak ada benjolan

(c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

(d)Areola : Hyperpigmentasi

(e) Puting susu : Menonjol

(f) Kolostrum : Sudah keluar kanan dan kiri

(2) Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada benjolan

(b)Nyeri : Tidak ada nyeri tekan


241

h) Ekstermitas

(1)Atas :Simetris, jari-jari lengkap kanan dan

kiri, kuku tidak pucat.

(2)Bawah

(a) Varices : Tidak ada varices

(b)Oedema : Tidak oedema

(c) Reflek patella : Positif (+) kanan dan kiri

(d)Kuku : Tidak pucat

3) Pemeriksaan Khusus Obstetri (lokalis)

a) Abdomen

(1)Inspeksi

(a) Pembesaran Perut : Sesuai dengan umur kehamilan

(b) Bentuk perut : Memanjang

(c) Linea alba/Nigra : Linea nigra

(d) Strie Albican /Livide: Strie albican

(e) Kelainan : Tidak ada kelainan

(f) Pergerakan anak : Terlihat, sebanyak 3 kali

(2)Palpasi

(a) Pergerakan janin : Teraba, sebanyak 2 kali

(b)Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus

xiphoideus (px), Bagian teratas janin

teraba lunak, bulat, tidak melenting

(bokong).
242

(c) Leoplod II : Kiri : Bagian kiri ibu teraba

bagian terkecil janin (ekstermitas)

kanan : Bagian kanan ibu teraba

seperti papan, panjang, keras

(punggung).

(d)Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala), bisa

digoyangkan (belum masuk PAP).

(e) Leoplod IV : Kedua ujung jari dapat

menyatu/ konvergen (belum masuk

PAP).

(f) TFU Mc Donald : 29 cm

(g)TBJ : (29-12)x155 : 2.635 gram

(3)Auskultasi

(a) DJJ, Punctum maximum

Punctum maximum di kanan bawah perut ibu

(b) Frekuensi : 145 x/menit

(c) Teratur /Tidak : Teratur

b) Pemeriksaan Panggul

(1)Kesan panggul : Gynecoid

(2)Distantia Spinarum : 27 cm

(3)Distansia Kristarum : 30 cm

(4)Konjugata Eksterna (Boudeloque) : 21 cm


243

(5)Lingkar Panggul : 99 cm

c) Anogenital

(1)Vulva Vagina

(a) Varices : Tidak ada varices

(b)Luka : Tidak ada luka

(c) Kemerahan : Tidak ada kemerahan

(d)Nyeri : Tidak nyeri

(e) Kelenjar Bartolini : Tidak ada pembesaran

kelenjar bartolini

(f) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada pengeluaran

pervaginam

(2)Perinium

(a) Bekas Luka : Tidak ada bekas luka

(b)Lain-lain : Tidak ada

(3)Pemeriksaan penunjang

(a) Pemeriksaan Laboratorium : 31 Januari 2018

i. Hb : 10,9 g/dl

ii. Protein : Negatif (-)

iii. Reduksi : Negatif (-)

iv. HBS AG : Negatif (-)

v. HIV : Negatif (-)

vi. Gol Darah :B

(b) Pemeriksaan penunjang lain:


244

i. USG : Pada usia kehamila 20+2 minggu, 24

Minggu, 29+1 minggu.

2. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 22 Februari 2018 Pukul : 09.20 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Ny.T G2P1A0 umur ibu 23 tahun umur kehamilan 32+6 minggu, janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP, hamil

dengan anemia ringan.

Data Dasar :

DS :

1) Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan tidak ada

keluhan

2) Ibu mengatakan bernama Ny. T dan berumur 23 tahun.

3) Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir 7 Juli 2017.

4) Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua.

5) Ibu mengatakan belum pernah keguguran.

DO :

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD :110/80 mmHg N: 80x/menit

R : 22x/ menit S : 36,5 ºC

4) TB : 160 cm
245

5) BB sebelum hamil : 55 kg

6) BB sekarang : 65,5 kg

7) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma

gravidarum

8) Ekstermitas : Tidak ada varices, dan tidak ada

pembengkakan

9) Palpasi

a) Pergerakan janin : Teraba, sebanyak 2 kali

b) Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphoideus

(px), Bagian teratas janin teraba lunak,

bulat, tidak melenting (bokong).

c) Leoplod II : Kiri : Bagian kiri ibu teraba bagian

terkecil janin (ekstermitas)

Kanan : Bagian kanan ibu teraba seperti

papan, panjang, keras (punggung)

d) Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala), bisa

digoyangkan (belum masuk PAP).

e) Leoplod IV : Kedua ujung jari dapat menyatu/

konvergen (belum masuk PAP).

f) TFU Mc Donald : 29 cm

g) TBJ : (29-12)x155 : 2.635 gram

10) Auskultasi
246

a) DJJ

(1) Punctum maximum : Punctum maximum di kanan

bawah perut ibu

(2) Frekuensi : 145 x/menit

(3) Teratur /Tidak : Teratur

b. Masalah

Tidak Ada

c. Kebutuhan

Tidak Ada

3. DIAGNOSA POTENSIAL

Anemia Sedang

4. TINDAKAN SEGERA

Pemberian suplemen zat besi 100 – 200 mg dalam sehari

5. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 22 Februari 2018 Pukul : 09.30 WIB

a. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu.

b. Anjurkan ibu untuk memenugi kebutuhan gizi terutama yang banyak

mengandung zat besi

c. Anjurkan ibu untuk rutin minum tablet Fe dan mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat besi.

d. Jelaskan tanda bahaya trimester III

e. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat

f. Anjurkan ibu untuk cek hb ulang pada tanggal 4 Maret 2018


247

g. Lakukan kunjungan rumah antara tanggal 05 - 10 Maret 2018.

6. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN

Tanggal : 22 Februari 2018 Pukul : 09.35 WIB

a. Memberitahu kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat.

b. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi terutama pada

makanan yang mengandung banyak zat besi seperti sayuran berwarna

hiau dan daging merah.

c. Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe 60 mg 2 X 1 secara teratur

dan mengomsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti daging

sapi, hati ayam, buah-bauahan (jeruk, jambu, alpukat, buah bit), sayur-

sayuran yang berwarna hijau (bayem,sawi, kangkung), dan kacang-

kacangan (kacang tanah dan kacang merah).

d. Menjelaskan tanda bahaya trimester III meliputi perdarahan

pervaginam, keluar cairan dari jalan lahir (KPD), gerakan janin

berkurang, dan sakit kepala yang hebat dan menetap.

e. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat

f. Menganjurkan ibu untuk cek HB ulang pada tanggal 4 maret 2018

g. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah antara

tanggal 05 sampai 10 Maret 2018.


248

7. EVALUASI

Tanggal : 22 Februari 2018 Pukul : 09.45 WIB

a. Ibu sudah mengetahui keadaannya.

b. Ibu bersedia memenuhi kebutuhan gizinya

c. Ibu bersedia untuk minum tablet Fe secara rutin dan mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat besi.

d. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya trimester III

e. Ibu bersedia untuk banyak istirahat

f. Ibu tidak bersedia di cek hb saat kunjungan rumah karena baru saja

cek hb di puskesmas banyuanyar.

g. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 05 - 10

Maret 2018.
249

DATA PERKEMBANGAN I

KUNJUNGAN IBU HAMIL I

Tanggal 10 Maret 2018 Pukul 12.15 WIB

S:

1. Ny. T mengatakan terkadang merasakan kenceng – kenceng yang timbul

hilang

2. Ny. T tidak ada keluhan tentang asupan gizi

3. Ny. T mengatakan mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai yang

disarankan dan sisa obat masih ada sebanyak 20 tablet zat besi karena

habis periksa di puskesmas

4. Ny. T tidak mau untuk cek ulang Hb

5. Ny. T mengatakan tidak mengalami tanda bahaya trimester III

6. Ny. T mengatakan gerakan janin lebih dari 10 kali dalam 12 jam

7. Ny. T sudah mengetahui bila akan di adakan kunjungan pada minggu ini

O :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD 110/70 mmHg R 20 x/menit

N 82 x/menit S 36,5 0C

4. mata

a. conjungtiva : merah muda


250

b. sclera : putih

5. inspeksi

a. muka : tidak pucat, tidak oedema

b. ekstermitas

1) atas : tidak oedema

2) bawah : tidak oedema, tidak ada varices

6. Palpasi

a. Pergerakan janin : Terlihat, sebanyak 1 kali

b. Leopold I : TFU 2 jari di bawah prosesus xiphoideus

(px), Bagian teratas janin teraba lunak,

bulat, tidak melenting (bokong).

c. Leoplod II : Kanan : Bagian kanam ibu teraba bagian

terkecil janin (ekstermitas)

Kiri : Bagian kiri ibu teraba seperti

papan, panjang, keras (punggung)

d. Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala), bisa

digoyangkan (belum masuk PAP).

e. Leoplod IV : Kedua ujung tangan dapat menyatu/

konvergen (belum masuk PAP).

7. DJJ : kuadrat kanan bawah pusat 152 x/menit

8. TFU : 31 cm

9. TBJ : (31 - 12) x 155 = 2.945 gram


251

A : Ny.T G2P1A0 umur ibu 23 tahun umur kehamilan 35+1 minggu, janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

bagian terbawah janin belum masuk PAP, hamil dengan anemia ringan.

P :

Tanggal 10 Maret 2018 Pukul 12.30 WIB

1. Memberitahu Ny.T hasil pemeriksaan

Hasil, Ny. T sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan trimester III

meliputi: Sering berkemih, sesak nafas, bengkak dan kram pada kaki,

gangguan tidur, nyeri perut bawah, heartburn, varises, wasir, kontraksi

palsu.

Hasil, Ny. T sudah mengerti tentang ketidaknyaman pada ibu hamil dan

bagaimana mengatasinya.

3. Memberikan pendidikan tentang kebutuhan tablet zat besi pada ibu hamil

meliputi ; pengertian zat besi, kegunaan zat besi, kebutuhan atau dosis

tablet zat besi, waktu minum tamblet zat besi, cara minum tablet zat besi

yang benar, hal yang menghambat penyerapan zat besi, cara

penyimpanan zat besi, efek samping tablet zat besi, makanan yang

mengandung zat besi.

Ny. T sudah mengerti tentang kebutuhan zat besi pada ibu hamil.

4. Menganjurkan ibu untuk meminum tablet zat besi sesuai yang disarankan

bidan.
252

Ny. T bersedia untuk meminum tablet zat besi sesuai saran yaitu 2x1 tablet

dalam sehari.

5. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan asupan gizinya

Ny.T bersedia untuh memenuhi asupan gizinya.

6. Menganjurkan ibu untuk perbanyak istirahat

Ny. T bersedia untuk memperbanyak istirahatnya.

7. Menganjurkan ibu bila mengalami keluhan segera untuk ketenaga

kesehatan.

Ny. T mengerti dan bersedia untuk segera ke tenaga kesehatan bila ada

keluhan.

8. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang yang ke dua

pada tanggal 15 maret – 2018

Ny. T sudah mengerti dan bersedia bila akan dilakukan kunjunan rumah
253

DATA PERKEMBANGAN II

KUNJUNGAN IBU HAMIL II

Tanggal 15 Maret 2018 Pukul 13.15 WIB

S :

1.Ny. T mengatakan tidak ada keluhan

2.Ny. T tidak ada keluhan tentang asupan gizi

3.Ny. T mengatakan mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai yang

disarankan dan obat masih 25 tablet karena baru periksa di puskes 5 hari

yang lalu.

4.Ny. T mengatakan mengatasi ketidaknyaman yang di alami sesuai yang

di sarankan.

5.Ny. T sudah mengetahui bila akan di adakan kunjungan pada minggu ini

O :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD 120/70 mmHg R 20 x/menit

N 80 x/menit S 36,8 0C

4. Mata

a. conjungtiva : merah muda

b. sclera : putih
254

5. inspeksi

a. muka : tidak pucat, tidak oedema

b. ekstermitas

1) atas : tidak oedema

2) bawah : tidak oedema, tidak ada varices

6. Palpasi

a. Pergerakan janin : Teraba, sebanyak 1 kali

b. Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphoideus

(px), Bagian teratas janin teraba lunak,

bulat, tidak melenting (bokong).

c. Leoplod II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba bagian

terkecil janin (ekstermitas)

Kiri : Bagian kiri ibu teraba seperti

papan, panjang, keras (punggung)

d. Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala), tidak dapat

digoyangkan (sudah masuk PAP).

e. Leoplod IV : Kedua ujung tangan tidak dapat menyatu/

divergen (sudah masuk PAP 4/5 bagian).

7. DJJ : kuadrat kanan bawah pusat 148 x/menit

8. TFU : 31 cm

9. TBJ : (31 - 11) x 155 = 3.100 gram


255

A : Ny.T G2P1A0 umur ibu 23 tahun umur kehamilan 35+6 minggu, janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

bagian terbawah janin sudah masuk PAP4/5 bagian , hamil dengan anemia ringan.

P :

Tanggal 15 Maret 2018 Pukul 13.30 WIB

1. Memberitahu Ny.T hasil pemeriksaan, bahwa ibu dan janin dalam

keadaan sehat.

Hasil, Ny. T sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan meliputi:

Tanda – tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, transportasi,

penolong persalinan, pendamping persalinan, biaya persalinan, persiapan

bila terjadi kegawatdaruratan, pengambil keputusan.

Hasil, Ny. T sudah mengerti tentang persiapan persalinan.

3. Menganjurkan ibu untuk cek HB ulang sebelum persalinan.

Hasil, Ny. T bersedia untuk cek HB ulang pada hari sabtu tanggal 24

Maret 2018

4. Menganjurkan ibu untuk segera ke tenaga kesehatan bila sudah

merasakan tanda – tanda persalinan.

Hasil, Ny. T sudah mengerti dan bersedia untuk segera ketenaga

kesehatan bila sudah mengalami tanda persalinan.

5. Menganjurkan ibu untuk memberi kabar bila sudah merasakan tanda –

tanda persalinan.
256

Hasil, Ny. T bersedia untuk memberi kabar bila sudah merasakan tanda –

tanda persalinan.
257

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T G2P1A0 UMUR 23 TAHUN

UMUR KEHAMILAN 39+1

BERSALIN KALA I

Tanggal 7 April 2018 Pukul 08.15 WIB

S :

1. Ibu mengeluh perutnya kenceng – kenceng sejak pukul 05.00 WIB.

2. Ibu mengatakan keluar lendir dari vaginanya pukul 07. 45 WIB

3. Ibu mengatakan datang ke bidan pukul 08.00 WIB

O :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD 120/80 mmHg R 20 x/menit

N 78 x/menit S 36,5 0C

4. Palpasi

a. Pergerakan janin : Teraba, sebanyak 3 kali

b. Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphoideus

(px), Bagian teratas janin teraba lunak,

bulat, tidak melenting (bokong).

c. Leoplod II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba bagian

terkecil janin (ekstermitas)

Kiri : Bagian kiri ibu teraba seperti

papan, panjang, keras (punggung)


258

d. Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala), tidak dapat

digoyangkan (sudah masuk PAP).

e. Leoplod IV : Kedua ujung tangan tidak dapat menyatu/

divergen (sudah masuk PAP 3/5 bagian).

5. TFU : 31 cm

6. TBJ : (31 - 11) x 155 = 3.100 gram

7. DJJ : Kuadrat kiri bawah pusat 140 x/menit

8. His : 3x dalam 10 menit lamanya 25 menit

9. PPV : lendir

10. Anus : tidak ada haemoroid

11. Pemeriksaan dalam

Tanggal 7 April 2018 pukul 08.00

a. Pembukaan : 3 cm

b. KK : utuh

c. Serviks : portio tebal lunak

d. Hodge : II

e. Penurunan kepala : 3/5 bagian

f. Presentasi : kepala

g. Molase :0
259

A : Ny.T G2P1A0 umur ibu 23 tahun umur kehamilan 39+1 minggu, janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

bagian terbawah janin sudah masuk PAP 3/5 bagian, pembukaan 3 cm, inpartu

kala I fase laten.

P :

Tanggal 7 April 2018 pukul:10.20 WIB

1. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum

Hasil, Ny. T sudah minum air putih dan makan setengah porsi.

2. Melakukan inform consent

Hasil,Ny. T sudah menandatangani surat persetujuan.

3. Memberikan dukungan dan support mental kepada ibu supaya ibu tidak

cemas menghadapi persalinannya.

Hasil, Ny. T sudah diberikan support dan merasa nyaman.

4. Menyiapkan pakaian ibu dan bayi

Hasil, pakaian ibu dan bayi sudah disiapkan.

5. Menyiapkan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong

persalinan seperti partus set, handscoon, celemek, spit,alat resusitasi,

obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana bayi

baru lahir seperti oksitosin, Vitamin K, Lidokain, tetes mata.

Hasil, peralatan, bahan dan obat – obatan sudah disiapkan.


260

6. Melakukan pemantauan persalian kala I meliputi DJJ, kontraksi, nadi

sertiap 60 menit(kala I fase laten) serta pembukaan, penurunan kepala

dan tekanan darah setiap 4 jam.

Hasil, Pemantaun persalinan sedang dilakukan.

7. Melakukan dokumentasi hasil tindakan

Hasil, Hasil tindakan sudah di dokumentasikan


261

DATA PERKEMBANGAN I

KALA II

Tanggal 7 April 2018 Pukul 20.30 WIB

S:

1. Ibu mengatakan perutnya kenceng – kenceng semakin sering

2. Ibu mengatakan ada tekanan di bagian vagina

3. Ibu mengatakan ingin meneran

4. Ibu mengatakan ingin buang air besar

O:

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD 110/70 mmHg R 24 x/menit

N 80 x/menit S 36,90C

4. DJJ : 147 x/menit

5. His : 5x dalam 10 menit lamanya 45 menit

6. PPV : lendir darah

12. Anus : tidak ada haemoroid dan membuka

13. Vulva : membuka

14. Perineum : menonjol

15. Pemeriksaan dalam

a. Pembukaan : 10 cm

b. Kulit ketuban : Sudah pecah spontan, jernih


262

c. molase :1

d. Servik : Portio Tidak teraba

e. Hodge : IV

f. Penurunan kepala : 0/5 bagian

g. UUK : jam 12

h. Presentasi : belakang kepala

A:

Ny.T G2P1A0 umur ibu 23 tahun umur kehamilan 39+1 minggu, janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

bagian terbawah janin sudah masuk PAP 0/5 bagian, pembukaan 10 cm,

inpartu kala II

P:

1. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan

Meneran

a. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik kemudian membantu ibu dalam posisi yang nyaman

dan sesuai dengan keinginannya.

b. Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran.

2. Menyiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi

a. Menyiapkan handuk bersih diatas perut ibu ( untuk mengeringkan

bayi).

b. Meletakkan kain 1/3 bagian dibawah bokong ibu


263

c. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

d. Mencuci tangan

e. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

3. Menolong Kelahiran Bayi

a. Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm membuka vulva maka melindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering, tangan lain menekan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi

dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

b. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan tidak ada lilitan

tali pusat.

c. Menunggu bayi melakukan putaran paksi luar.

d. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang secara

biparetal menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan

lembut menggerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul dibawah dan kemudian menggerakkan atas dan untuk

melahirkan bahu belakang.

e. Setalah kedua bahur lahir, menggerakkan tangan kearah bawah

perineum ibu intuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.


264

f. Setelah tubuh dan lengan lahir menggeser tangan kearah bawah

perineum penelusuran tangan atas berlanjut ke punggun,

bokong,tungkai dan kaki. Memegang kedua mata kaki, ibu jari dan jari-

jari lainnya.

4. Penanganan Bayi Baru Lahir

Bayi lahir spontan pukul 20.45 WIB

a. Melakukan penilaian sepintas

(1) Bayi menangis kuat

(2) Bayi bergerak aktif

b. Mengeringkan dan memposisikan bayi diatas perut ibu. Mengeringkan

bayi mulai dari muka, mata, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

tangan ( tanpa membersihkan verniks).

Hasil, bayi sudah dikeringakan.

c. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat ( 2 menit setelah bayi lahir)

pada sekitar 3cm dari pusar (umbilicus) bayi. Dari sisi luar klem

penjepit mendorong tali pusat kea rah ibu dan melakukan penjepitan

diantara klem pada 2 cm distal dari klem pertama.

d. Memotong tali pusat

Hasil, tali [usat sudah dipotong

e. Memastikan bayi diperut ibu agar kontak kulit ibu ke kulit bayi dan di

IMD.

Hasil, bayi sedang dilakukan IMD


265

f. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang hangat dan memasang topi

dikepala bayi.

Hasil, bayi dan ibu sudah diselimuti.


266

DATA PERKEMBANGAN II

KALA III

Tanggal 7 April 2018 Pukul 20.48 WIB

S:

1. Ibu mengatakan lega dan senang atas kelahiran anaknya

2. Ibu mengatakan perutnya terasa mulas

3. Ibu mengatakan nyeri pada jalan lahir

O:

1. Bayi baru lahir berjenis kelamin perempuan, menangis kuat, gerakan aktif

2. Kontraksi uterus keras dan tidak ada janin ke dua

3. TFU 2 jari diatas pusat

4. Tampak tali pusat menjulur didepan vulva dan PPV ±100cc

A:

Ny. T G2P1A0 umur 23 tahun umur , inpartu kala III

P:

a) Penatalaksanaan Aktif Kala III

a. Memastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus(janin tunggal).

b. Memberikan suntikan oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi

lahir.
267

c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

d. Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan

kedua tangan, memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian melahirkan dan menempatkan ditempat yang telah

disediakan. Jika selapaut ketuban robek, memakai sarung tangan DTT atau

steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban, kemudian

menggunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian

selaput yang tertinggal.

e. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massase

uterus. Meletakkan telapak tangan difundus dan melakukan massase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (

fundus terabas keras ).

f. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

memastikan selaput ketuban baik dan utuh. Memasukkan plasenta

kedalam wadah khusus yang telah disediakan.

Hasil, Plasenta lahir lengkap spontan pukul 20.55 WIB.

g. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum

Hasil, terdapat laserasi derajat II

h. Melakukan penjahitan laserasi derajat 2 (mukosa vagina dan otot

perineum) menggunakan anastesi (lidocain) dengan teknik jelujur,simpul,

dan subkutis.

Hasil, laserasi sudah dilakukan penjahitan laserasi derajat II.


268

DATA PERKEMBANGAN III

KALA IV

Tanggal 7 April 2018 Pukul 20.55WIB

S:

1. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas

2. Ibu mengatakan badannya masih terasa lemas

O:

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV TD :110/70 mmHg R: 22 x/menit

S : 36,7 0C N: 84 x/menit

4. TFU : setinggi pusat

5. Kontraksi : keras

6. PPV : ±100 cc

7. Lockea : Lockea rubra

8. Perineum : laserasi derajat II sudah di jahit

A:

Ny.T P2A0 umur 23 tahun inpartu kala IV

P:
269

Tanggal 7 April 2018 Pukul 20.55WIB

1. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

a. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

b. Membiarkan bayi melakukan kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

c. Melanjutkkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam

d. Memberi tahu keluarga cara melakukan massase.

e. Menganjurkan keluarga untuk memasase perut ibu

f. Membersihkan ibu dengan air DTT, membersihkan sisa air ketuban,

lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

g. Memastikan ibu merasa nyaman.

h. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir

i. Melengkapi patograf ( halaman depan dan belakang ), memeriksa tanda-

tanda vital dan melakukan asuhan kala IV

EVALUASI

Tanggal 7 April 2018 Pukul :23.10 WIB

1. Kontraksi uterus baik (keras) dan tidak terjadi prdarahan

2. Bayi sudah dilakukan kontak kulit atau IMD sekitar 1 jam

3. Pemantaun kontraksi dan perdarahan sudah dilakukan dan terlampir


270

4. Keluarga sudah melakukan masase pada ibu

5. Ibu sudah di bersihkan dari cairan tubuh (darah dan ketuban), serta sudah di

pakaikan pakaian bersih dan kering

6. Ibu sudah nyaman dengan posisinya (tidur)

7. Sudah dilakukan pencegahan infeksi

8. Patograf sudah di lengkapi


271

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. T P2A0

UMUR 1 JAM

I. DATA SUBYEKTIF

Tanggal 7 April 2018 Pukul :23.10 WIB

1. IDENTITAS BAYI

1. Nama bayi : By.Ny. T

2. Umur : 1 jam

3. Tgl/ jam lahir : 7 April 2018/ 20.45 WIB

4. Jenis kelamin : Perempuan

2. IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH

a) Nama : Ny. T Nama : Tn. D

b) Umur : 23 Tahun Umur : 28 Tahun

c) Agama : Islam Agama : Islam

d) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa :Jawa

e) Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia

f) Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK

g) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

h) Alamat : Banyuanyar Rt.02/Rw.04, Banjarsari, Surakarta

II. DATA OBYEKTIF

a. PADA IBU

1. Riwayat kehamilan sekarang

a. HPHT : 7 – 7 – 2017
272

b. HPL : 14 – 4 – 2018

c. Keluhan pada

2) Trimester I : Ibu mengatakan mual

3) Trimester II : Ibu mengatakan Batuk

4) Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluan

d. ANC

Ibu mengatakan 15 kali teratur melakukan pemeriksaan kehamilan

di dokter, bidan dan puskesmas :

1) Trimester I : Pada umur kehamilan 8+1 minggu, 9+3

Minggu.

2) Trimester II : Pada umur kehamilan 12+3 minggu, 15+3

minggu, 18+4 minggu, 20+2 minggu, 24

minggu, 26+2 minggu.

3) Trimester III : Pada umur kehamilan 29+1 minggu, 30+2

minggu, 32+1 minggu, 33+6 minggu, 36

minggu, 37+4 minggu, 39+4 minggu.

e. Penyuluhan yang pernah didapatkan

Ibu mengatakn pernah mendapatkan penyuluhan, Gizi ibu hamil,

Tanda bahaya hamil trimester III, Ketidaknyamanan hamil

trimester III, Kebutuan Zat Besi bagi ibu hamil, Persiapan

persalinan.

f. Imunisasi TT

1) TT1 : Juli 1994


273

2) TT2 : Agustus 1994

3) TT3 : November 1998

4) TT4 : April 2014

5) TT5 : April 2014

2. Riwayat persalinan ini

a. Tempat persalinan : Bidan Praktik Mandiri

b. Penolong : Bidan

c. Komplikasi : Tidak ada

3. Pemeriksaan fisik bayi

a. Pemeriksaan umum

1) Suhu : 36, 9 0C

2) Pernapasan : 47 x/menit

3) Nadi : 136 x/menit

b. Pemeriksaan fisik sistematis

1) Kepala : Normal, tidak ada capu

succadenum dan cepal hematoma

2) Ubun – ubun : Lunak, berdenyut dan sutura

berdekatan

3) Muka : Normal, tidak pucat, oedema dan

kuning

4) Mata : Simetris kanan kiri, conjungtiva

merah muda dan sclera putih

5) Telinga : Bersih, Simetris kanan kiri, tidak


274

ada benjolan

6) Mulut : Normal, tidak ada labioskisis dan

labio palatoskisis

7) Hidung : Normal, bersih, tidak ada benjolan

8) Leher : Normal, tidak ada benjolan

9) Dada : Normal, tidak ada benjolan dan

retraksi

10) Perut : Normal, tidak ada benjolan

11) Tali pusat : Masih basah dan terbungkus kasa

steril

12) Punggung : Normal, tidak ada spina bifida

13) Ekstermitas : Normal, simetris kanan kiri dan

jumlah jari lengkap

14) Genetalia : Normal, labia mayora sudah

menutupi labia minora

15) Anus : Normal, berlubang ditandai dengan

keluarnya mekonium

4. Reflek

a. Reflek moro : Positif, bayi dapat merespon

rangsangan yang diberikan seperti

memeluk

b. Reflek rooting : Positif, tangan bayi menggengam

saat diberikan rangsangan


275

c. Reflek sucking : Positif, mulut bayi mencari sumber

rangsaangan saat jari telujuk

disentukan pada pipi

d. Reflek grasping : Positif, bayi dapat menghisap

putting susu ibu

e. Reflek Babinski : Positif, saat kaki bayi dirangsang

bayi dapat menggerakan kakinya

f. Reflek tonic neck : Positif, bayi melakukan perubahan

posisi saat kepala dimiringkan

kesatu sisi

5. Antropometri

a. Lingkar kepala : 34 cm

b. Lingkar dada : 32 cm

c. LLA :12 cm

d. BB/PB :4100 gram/51 cm

6. Eliminasi

a. Urine : Sudah keluar 1x saat IMD pukul

21.15 WIB

b. Meconium : Sudah keluar 1 x saat lahir pukul

20.48 WIB konsentrasi lembek

warna hijau kehitaman

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan


276

b. Penunjang lain : Tidak dilakukan

III. ANALISA

By.Ny T umur 1 jam dengan makrosemia

IV. PELAKSANAAN

Tanggal 7 april 2018 Pukul 23. 20 WIB

1. Menyuntikan vitamin K pada paha kiri dengan dosis 0,5 mg/ 1 mg dan

memberikan tetes mata

Hasil, Bayi Ny.T sudah di berikan suntikan vitamin K, tets mata dan Hb0

2. Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membungkus dengan kassa

steril

Hasil, Bayi Ny. T sudah dilakukan perawatan tali pusat

3. Menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan minyak kayu putih,

baju, bedong dan topi

Hasil, Bayi Ny. T sudah jaga kehangantan dengan dipakaikan baju dan di

bedong

4. Melakukan rawat gabung

Hasil, Bayi Ny.T sudah di lakukan rawat gabung

5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya secara on

demand

Hasil, Bayi Ny. T sudah diberikan ASI

6. Memantau TTV bayi untuk memastikan bayi tidak terjadi komplikasi

Tanggal 8 April 2018 Pukul 24.05 WIB

a. Keadaan umum : Baik


277

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : N : 140 x/menit S: 370C

R : 45 x/menit
278

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T P2A0 UMUR 23

TAHUN 13 JAM POST PARTUM

Tanggal 8 April 2018 Pukul 14.30 WIB

S:

a) Ny. T mengatakan perutnya masih mules

b) Ny. T mengatakan sudah makan dan minum

c) Ny. T mengatakan sudah menyusui bayinya setiap ± 2 jam sekali

d) Ny. T mengatakan ASI nya lancer

e) Ny. T mengatakan sudah mandi dan BAK sendiri

O:

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD 120/70 mmHg R 20 x/menit

N 78 x/menit S 36, 8 0C

4. Ekstermitas

a. Atas : Tidak oedema

b. Bawah : Tidak oedema, kemerahan

c. Human sign : Tidak ada

5. Palpasi abdomen

a. TFU : 3 jari dibawah pusat

b. Kontraksi : keras
279

c. Kandung kemih : kosong

6. Pemeriksaan Vulva vagina

a. PPV : ± 50 cc

b. Lochea : rubra

c. Perineum : tambak luka jahitan masih basah dan baik

d. Kemerahan : tidak kemerahan

e. Bengkak : tidak bengkak

A:

Ny.T P2A0 umur 23 tahun 13 jam post partum

P:

Tanggal 8 April 2018 Pukul 14.40 WIB

1. Memberitahu Ny.T hasil pemeriksaan, bahwa ibu dalam keadaan bai

Hasil, Ny. T sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan Ny. T untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan istirahatnya

Hasil, Ny. T bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan istirahatnya

3. Menganjurkan Ny. T untuk tidak menahan BAK atau BAB

Hasil, Ny. T bersedia untuk tidak menahan BAK dan BAB

4. Menganjurkan Ny. T untuk menyusui bayinya sesering mungkin/on demand

Hasil, Ny. T sudah menyusui bayinya ± setiap 2 jam sekali


280

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T P2A0 UMUR 23

TAHUN 10 HARI POST PARTUM

Tanggal 17 April 2018 Pukul 10.15 WIB

S:

1. Alasan utama saat masuk

Ny. T ingin memeriksakan masa nifasnya

2. Keluhan

Ny. T mengatakan tidak ada keluhan

3. Riwayat Persalinan ini

a. Tempat persalinan : Bidan Praktik Mandiri

b. Penolong : Bidan

c. Umur kehamilan : 39+1 minggu

d. Jenis persalinan : Spontan

e. Tindakan lain : Tidak ada

f. Kompikasi/kelainan : Tidak ada

g. Perineum

1) Ruptur / Tidak : Ruptur derajat II

2) Dijahit / Tidak : dijahit

4. Pola Kebiasaan saat nifas

a. Nutrisi

1) Diet makanan : ibu mengatakan tidak diet makanan


281

2) Perubahan pola makan : ibu mengatakan pola makannya

tidak berubah

b. Eliminasi

1) BAK : ibu mengatakan sehari BAK 4-5

kali/hari

2) BAB : ibu megatakan BAB 1 kali sehari

c. Istirahat / tidur : ibu mengatakan tidur siang ±2 jam

dan pada malam hari ± 6 jam

d. Personal Hygiene : ibu mengatakan mandi 2, gosok

gigi, ganti baju 2 kali/hari, keramas

3 kali/minggu dan ganti pembalut

setiap 3 jam sekali

e. Keadaan psikologis : ibu mengatakan baik keluarga ibu

maupun suami sangat senang atas

kelahiran anaknya

5. Data pengetahuan

a. Cara membersihkan vulva

Ibu mengatakan mengetahui cara membersihkan daerah genital

yaitu dengan menggunakan air bersuh dari depan ke belakang.


282

b. Perawatan payudara

Ibu mengatakan mengetahui cara merawat payudara dengan

membersihkan putting dengan baby oil, mengoleskan ASI sebelum

menyusui.

c. Mobilisasi / senan

Ibu mengatakan tidak mengetahui mobilisasi atau senam saat nifas

d. Zat besi

Ibu mengatakan tidak mengetahui kebutuhan zat besi saat nifas

e. Vitamin A pada ibu nifas

Ibu mengatakan tidak mengetahui kebutuhan vitamin A saat nifas

f. Gizi ibu menyususi

Ibu mengatakan mengetahui kebutuhan gizi ibu menyusui

g. ASI

Ibu mengatakan mengetahui tentang ASI eksklusif

h. Teknik menyusui yang benar

Ibu mengatakan mengetahui teknik menyusui yang benar

i. Tanda bahaya nifas

Ibu mengatakan tidak mengetahui tentang tanda bahaya nifas

O:

2. Keadaan umum : Baik


3. Kesadaran : Composmentis
4. TTV : TD 120/70 mmHg R 20 x/menit

N 80 x/menit S 37 0C
283

5. TB : 160 cm

6. BB saat hamil : 67 kg

7. BB sekarang : 60 kg

8. pemeriksaan sistematis

a. kepala

1) Rambut : Bersih, hitam, tidak mudah rontok

2) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak pucat

3) Mata : Tidak oedema, sclera putih, konjungtiva

Merah muda

4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan

5) Telinga : Bersih, tidak ada benjolan

6) Mulut/gigi/gusi : Tidak ada stomatitis, tidak ada carries, dan

gusi tidak berdarah

b. Leher

1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok

2) Tumor : Tidak ada benjolan

3) Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

c. Dada dan Axilla

1) Mammae

a) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan

b) Tumor : Tidak ada benjolan

c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

d) Aerola : Hiperpigmentasi
284

e) Putting susu : Menonjol dan tidak lecet

f) Kolostrum/ASI: Sudah keluar kanan dan kiri

2) Axilla

a) Benjolan : Tidak ada benjolan

b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

c. Ekstermitas

1) Atas : Tidak oedema, kuku bersih dan tidak pucat

2) Bawah

a) Varices : Tidak ada varices

b) Oedema : Tidak ada oedema

c) Betis

(1) Merah : Tidak merah

(2) Lembek : Betis lembek

(3) Keras : Tidak keras

(4) Homan Sign : Tidak ada

9. Pemeriksaan Khusus Obstetri

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran perut : Tidak ada

b) Linea alba/nigra : Linea nigra

c) Strie albican/livide : Tidak ada

d) Kelainan : Tidak ada kelainan


285

2) Palpasi

b) Kontraksi : Tidak keras

c) TFU : 2 jari di atas simpisis

d) Kandung kemih : Kosong

b. Anogenital

1) Vulva vagina

a) Varices : Tidak ad avarices

b) Kemerahan : Tidak kemerahan

c) Nyeri : Tidak nyeri

d) Lochea : coklat kekuning – kuningan

2) Perineum

a) Keadaan luka : Baik, kering

b) Bengkak/Kemerahan : Tidak bengkak dan kemerahan

3) Anus

a) Haemoroid : Tidak ada haemoroid

b) Lain-lain : tidak ada kelainan

4) Inspekulo

a) Vagina : Tidak dilakukan

b) Portio : Tidak dilakukan

5) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

10. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan


286

A : Ny. T P2A0 umur 23 tahun 10 hari post partum, normal

P :

Tanggal 17 April 2018 Pukul 10.30 WIB

1. Memberitahu Ny.T hasil pemeriksaan, bahwa ibu dalam keadaan baik

Hasil, Ny. T sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberikan pendidikan meliputi:

Perawatan vagina, perawatan payudara, gizi ibu nifas, vitamin A pada ibu

nifas, mobilisasi, ASI eksklusif, teknik menyusui, dan tanda bahaya ibu

nifas.

Hasil, Ny. T sudah mengerti tentang konseling yang diberikan

3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizinya

Hasil, Ny. T bersedia untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan tidak

berpantang makanan.

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Hasil, Ny. T bersedia untuk istirahat cukup

5. Menganjurkan ibu untuk meminum vitamin atau obat selam nifas yang

diberikan oleh bidan

Hasil, Ny. T meminum obat yang diberikan bidan sesuai anjuran

6. Menganjurkan ibu untuk cek HB setelah persalinan pada minggu ini

Hasil, Ny. T bersedia untuk cek ulang HB

7. Menganjurkan ibu untuk merencanakan KB

Hasil, Ny. T ingin menggunakan KB suntik 3 bulan


287

8. Memberitahu ibu bila akan dilakukan kunjungan nifas dirumah pada awal

bulan Mei yaitu tanggal 22 April 2018.

Hasil, Ny. T bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah


288

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T P2A0 UMUR 23

TAHUN 16 HARI POST PARTUM

Tanggal 23 April 2018 Pukul 09.15 WIB

S :

1. Ny. T mengatakan tidak ada keluhan baik ibu maupun bayi

2. Ny. T mengatakan tidak ada keluhan tentang asupan gizi

3. Ny. T mengatakan tidak ada keluhan tentang laktasi

4. Ny. T mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan

5. Ny. T mengatakan sudah tidak mengeluarkan cairan dari vaginanya

6. Ny. T mengatakan bayinya sudah di imunisasi BCG dan polio

O :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD 110/80 mmHg S 36,8 0C

N : 80 x/menit R: 20 x/menit

4. Mata

a. conjungtiva : merah muda

b. sclera : putih

5. palpasi

a. kontraksi : tidak teraba

b. TFU : tidak teraba


289

6. Pemeriksaan HB pada tanggal 22 – 4 – 2018 11,2 g/dl

7. inspeksi

a. muka : tidak pucat, tidak oedema

b. payudara : tidak ada kelainan dan ASI keluar

c. vulva vagina : tidak ada kelainan

d. PPV : lendir kekuningan

e. Perineum : luka kering, baik

f. ekstermitas

(1) atas : tidak oedema

(2) bawah : tidak oedema, tidak ada varices tidak human sign

A : Ny. T P2A0 umur 23 tahun 16 hari post partum , Normal

P :

Tanggal 23 April 2018 pukul 09.20 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Hasil, Ny. T sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberikan konseling tentang imunisasi dasar lengkap

Hasil, Ny. T mengerti tentang imunisasi dasar lengkap

3. Memberikan konseling tentang KB suntik 3 bulan

Ny. T mengerti tentang KB suntik 3 bulan

4. Menganjurkan ibu untuk segera ber KB bila sudah mendapat menstruasi

Hasil, Ny. T bersedia untuk segera ber KB bila sudah menstruasi


290

5. Mengajurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan imunisasi dasar lengkap

anaknya

Hasil, Ny. T bersedia untuk mengimunisasikan anaknya sesuai ketentuan

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet tambah darah sampai 40

hari masa nifas, satu hari satu tablet diminum menggunakan air putih/air

jeruk tidak menggunakan kopi, the,susu.

Hasil, Ny. T bersedia minum vitamin yaitu tablet tambah darah dan obat

amocillin, asam mefenamat sesuai amjuran.

7. Menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan gizi dan istirahat yang cukup

Hasil, Ny.T bersedia istirahat saat bayinya tidur.


291

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T P2A0 UMUR 23

TAHUN 30 HARI POST PARTUM

Tanggal 7 Mei 2018 Pukul 10.15 WIB

S :

1. Ny. T mengatakan tidak ada keluhan baik ibu maupun bayi

2. Ny. T mengatakan sudah tidak mengeluarkan darah nifas

3. Ny. T mengatakan belum melakukan hubungan seksual

4. Ny. T mengatakan mantap menggunakan KB suntik 3 bulan

O :

1 Keadaan umum : Baik

2 Kesadaran : Composmentis

3 TTV : TD 120/80 mmHg S 37,2 0C

N : 78 x/menit R: 20 x/menit

4 Ekstermitas

a. Atas : Tidak oedema

b. Bawah : Tidak oedema, tidak ad avarices, tidak human sign

5 Palpasi

a. kontraksi : tidak teraba

b. TFU : tidak teraba


292

6 Inspeksi

a. muka : tidak pucat, tidak oedema

b. payudara : tidak ada kelainan dan ASI keluar

A : Ny. T P2A0 umur 23 tahun 30 hari post partum , Normal

P :

Tanggal 7 Mei 2018 pukul 09.20 WIB

1. Memberitahu Ny. T hasil pemeriksaan

Hasil, Ny. T sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan Ny. T untuk segera ber KB bila sudah mendapat menstruasi

Hasil, Ny. T bersedia untuk segera ber KB bila sudah menstruasi

3. Memberitahu ibu bila mengalami keluhan untuk segera ke tenaga kesehetan

terdekat

Hasil, Ny. T bersedia bila mengalami keluhan untuk datang ketenaga

kesehatan
293

C. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis menguraikan tentang asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny. T G2P1A0 umur 23 tahun UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta dengan menggunakan pendokumentasian atau

pencatatan pelaksanaan asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah varnay

dan catatan perkembangan meliputi Subjektif, Objektif, Analisa dan

Penatalaksanaan (SOAP) mengacu pada Kepmenkes RI nomor

938/Menkes/VII/2007 tentang standar asuhan kebidanan. Dalam

penguraian ini penulis akan menerapkan adanya kesenjangan yang terjadi

antara teori dan praktik agar dapat diambil masalah dan pemecahan

masalah dari kesenjangan- kesenjangan yang terjadi.

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan

a. Pemeriksaan Antenatal care

1) Pengkajian Data

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses asuhan

kebidanan. Tahap ini mencakup kegiatan pengumpulan data,

pengolahan dan analisa data atau fakta untuk perumusan masalah.

Data yang dikumpulkan berupa data subyektif dan objektif.

Dari hasil pengkajian identitas umur ditemukan Ny. T

berumur 23 tahun dan menurut teori ( Yuliani dkk, 2017) Umur

perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam, kehamilan

yang beresiko atau tidak. Usia 16 sampai 35 tahun merupakan

rentang usia reproduksi yang sehat. Karena usia < 16 tahun dan >
294

35 tahun banyak ditemukan penyulit dalam kehamilan.

Pada usia kehamilan 32+6 minggu ibu mengatakan tidak ada

keluhan dan mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.

Menurut Teori (Yuliani dkk, 2017) Sesuatu keluhan wanita yang

berhubungan dengan sistem tubuh, meliputi kapan mulainya,

bentuknya seperti apa, faktor pencetus, perjalanan penyakit

termasuk durasi dan kekambuhan.

Riwayat kehamilan sekarang pada Hari pertama haid

terakhir yaitu Tanggal hari pertama dari menstruasi terkahir klien

untuk memperkirakan kapan kira-kira bayi akan di lahirkan

sedangkan hari perkiraan lahir yaitu Perhitungan dilakukan

dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada hari pertama haid

terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi bulan dengan 3,

kemudian 7 hari dan 1 tahun (Astuti, 2012). Penulis mengkaji

HPHT ( Hari Pertama Haid Terakhir ). Ny. T pada tanggal 07 Juli

2017, sehingga didapatkan hari perkiraan lahir pada tanggal 14

April 2018.

Pada kehamilan ini ibu mengatakan sudah 11 kali periksa

dalam kehamilannya yaitu pada trimester I sebanyak 2 kali, pada

trimester II sebanyak 6 kali, dan pada trimester III sebanyak 3

kali. Hal ini sudah menunjukkan adanya partisipasi yang baik oleh

ibu dalam menyambut kelahiran bayi yang sehat dan lancar.

Menurut Yuliani dkk (2017), ibu hamil dianjurkan melakukan


295

antenatal komprehensif yang berkualitas, minimal 4 kali selama

kehamilan yaitu pada trimester I (1 kali pada usia kehamilan <

16), trimester II (1 kali pada usia kehamilan 24 – 28 minggu), dan

pada trimester III (2 kali pada usia kehamilan 30-32 dan 36-38

minggu). Imunisasi TT dari hasil pengkajian selama hamil ibu

telah mendapatkan imunisasi TT sebenyak 5x. menurut teori

Walyani (2015), pemberian imunisasi TT bertujuan untuk

melindungi dari tetanus neonatorium.

Dari hasil pengkajian data obyektif yang didapatkan yaitu

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, vital sign

TD :110/80 mmHg, N :80x/menit, R :24x/menit, S :36,50C,

TB :160 cm, BB sebelum hamil 55 kg, BB sekarang 65,5 kg,

LILA 23,5 cm. menurut teori Yuliani dkk (2017), TD ≤ 140/90

mmHg, 60-100 denyut per menit, 16-20x/menit, Suhu tubuh

36,50C- 37,5 0C , Normalnya tinggi badan ibu ≥ 145 cm,

penambahan berat badan kurang dari 9 kg selama hamil atau < 1

kg setiap bulannya atau < 1 kg sejak bulan keempat, ukuran

lingkar lengan yang normal adalah 23,5 cm. jadi antara teori dan

praktik tidak ada kesenjangan.

Pemeriksaan palpasi abdomen pada Ny.T TFU 29 cm,

leopold I teraba bokong, leopold II kiri teraba ekstermitas, kanan

teraba punggung, leopold III teraba kepala, leopold IV bagian

terbawah belum masuk PAP. Menurut Yuliani dkk (2017), Palpasi


296

merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba.

Dilakukan untuk menentukan kolostrum sudah keluar/belum,

pengukuran TFU untuk menentukan TBJ, besarnya rahim dengan

menentukan usia kehamilan ,menentukan letak janin dalam rahim.

Pemeriksaan palpasi pada kehamilan dapat dilakukan dengan

pemeriksaan leopold yang dapat dilakukan saat usia kehamilan 24

minggu serta tanda hamil adalah yang langsung berhubungan

dengan janin, yang di deteksi saat pemeriksaan meliputi

bertambahnya ukuran TFU, bentuk janin saat dipalpasi sudah

dapat ditentukan bagian-bagiannya, pegerakan janin yang mulai

aktif, detak jantung janin yang mulai terdengar jelas dan teratur,

pemeriksaan USG.

Pemeriksaan penunjang laboratorium pada tanggal 31

januari 2018 dalam batas normal kecuali Hb ibu yaitu 10.9 g/dl,

menurut Yuliani dkk (2017) kadar haemoglobin < 11 gr/dl (pada

trimester 1 dan 3), atau <10,5 gr/dl (pada trimester II) dikatakan

anemia. Berdasarkan ketetapan WHO dalam (Manuaba, 2012)

anemia bumil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu Hb 11 gr%

normal, Hb 9 – 10 gr% anemia ringan, Hb 7 – 9 gr% anemia

sedang, sedangkan Hb < 7 gr% anemia berat.

Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan praktik dalam melakukan pengkajian pada kasus Ny.T.


297

2) Interprestasi data

a) Diagnose kebidanan

Menurut teori Yuliana dkk (2017), Diagnose kebidanan

adalah diagnose yang ditegakkan oleh profesi bidan dalam

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur (tata nama) diagnose kebidanan.

Berdasarkan pengkajian data subyektif dan obyektif

didapatkan hasil Ny. T G2P1P0 umur 23 tahun umur

kehamilan 32+6 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, letak

memanjang, punggung kiri, presentasi belakang kepala,

bagian bawah janin belum masuk PAP dengan anemia ringan.

b) Masalah

Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman

atau keluhan wanita yang di identifikasi bidan sesuai dengan

pengarahan. Masalah ini seringkali menyertai diagnose.

Masalah tidak dapat masuk atau diselesaikan seperti diagnose,

namun sungguh membutuhkan penanganan yang akan

dituangkan dalam perencanaan asuhan (Yuliani dkk, 2017).

c) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan klien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang

didapatkan dengan melakukan analisis data (Bidan dan Dosen

Kebidanan Indonesia, 2018). Pada kasus Ny. T tidak terdapat


298

kebutuhan. Karena dari hasil interprestasi data tidak ada

masalah yang ditimbulkan.

Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan praktik dalam melakukan interpretasi data pada

kasus Ny.T

3) Diagnosa potensial

Diagnose dan masalah potensial terjadi di identifikasi dari

diagnose dan masalah actual. Pada langkah ini membutuhkan

antisipasi dan jika memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan

harus observasi/melakukan pemantauan terhadap klien sambil

bersiap-siap jika diagnosa/masalah potensial benar-benar terjadi

(Yuliani dkk, 2017). Diagnose potensial pada Ny.T G2P1A0 UK

32+6 minggu dengan anemia ringan adalah anemia sedang dan

menjurus keanemia berat ( Manuaba, 2012).

Diagnose potensial pada kasus ini adalah anemia sedang

dan diagnose potensial ini di tegakkan sampai usia kehamilan

Ny.T 37+4 minggu karena hasil data perkembangan pemeriksaan

laboratorium menunjukan Hb Ny. T 10,2 g/dl.

Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan praktik dalam mengidentifikasi diagnose tau masalah

potensial pada kasus Ny.T


299

4) Tindakan segera

Menurut Yuliani dkk (2017), Mengidentifikasi perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan

atau ditangani bersama dengan tim kesehatan lain sesuai kondisi

klien.

Antisipasi atau tindakan segera yang harus segera

dilakukan pada kasus ibu hamil dengan anemia ringan adalah

pemberian zat besi oral dengan dosis pemberian yang

direkomendasikan untuk mengatasi kekurangan zat besi adalah

100 – 200 mg setiap hari ( Pratami, 2018).

Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan praktik dalam tindakan segera pada kasus Ny.T

5) Rencana tindakan

Pada langkah ini merencanakan asuhan secara menyeluruh

(intervensi). Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari

setiap masalah yang berkaitan (Bidan dan Dosen Kebidanan

Indonesia, 2018).

Menurut Pratami (2018) dan Proverawati (2011), rencana

tindakan yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan anemia

ringan adalah sebagai berikut, Meningkatkan gizi penderita,

Memberi tambahan suplemen Zat besi 2 x 60 mg.


300

Pada kasus Ny. T hamil dengan anemia ringan, rencana

tindakan yang dilakukan yaitu beri tahu tentang hasil

pemeriksaannya, beri KIE tentang gizi ibu hamil, anjurkan ibu

untuk untuk banyak istirhat, anjurkan ibu untuk meminum tablet

Fe 2 x 60 mg, Vitamin C 3 x 20 mg, kalk 1 x 50 mg dan beritahu

ibu bahwa akan dilakukan kunjugan rumah.

Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktek dalam menetapkan perencanaan asuhan pada kasus Ny.T

6) Pelaksanaan

Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan

rencana asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini

sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau

petugas kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan

seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya misalnya memantau

rencananya benar-benar terlaksana (Bidan dan Dosen Kebidanan

Indonesia, 2018).

a) Tanggal :22 Februari 2018

Ny. T G2P1A0 umur 23 tahun umur kehamilan 32+6 minggu,

janin tunggal, hidup intrauteri, letak memanjang, punggung

kiri, presentasi belakang kepala, bagian bawah janin belum

sudah masuk PAP. Pelaksanaan secara umum yang

menyeluruh dan harus diberikan pada ibu hamil, antara lain


301

sebagai berikut:

(1) memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dan janin bahwa

saat ini keadaan ibu dan janin baik

(2) menganjur mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Menurut Walyani (2015), pada trimester ke III ibu hamil

butuh bekal energi yang memadai. Selain untuk

mengatasi beban yang kian berat, juga sebagai cadangan

energi untuk persalinan kelak. Itulah sebabnya

pemenuhan gizi seimbang tidak boleh dikesampingkan

baik secara kualitas maupun kuantitas.

(3) Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat. Menurut

Yuliani dkk (2017), ibu hamil dianjurkan untuk

merencanakan periode istirahatnya yaitu tambahan

terhadap jumlah waktu istirahat, terutama pada akhir

kehamilan, karena kondisi optimal bagi tubuh untuk

tumbuh terjadi ketika ketika sekresi hormone

pertumbuhan berada pada tingkat tertinggi yaitu pada saat

tidur.

(4) Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe 2 tablet

setiap hari. Menurut Walyani (2015), pemberian tablet

tambah darah (tablet Fe) untuk memenuhi kebutuhan

volume darah pada ibu hamil dan nifas, karena masa

kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan


302

pertumbuhan janin sedangkan pemberian tablet Fe 2 x 1

mg (100 – 200 mg) dalam sehari merupakan upaya atau

rekomendasi untuk mencegah anemia pada ibu semakin

buruk (Pratami, 2018).

(5) Memberitahu ibu bahwa ada kunjungan rumah. Menurut

Yuliani dkk (2017), kunjungan ulang antenatal care

adalah kunjungan selanjutnya yang dilakukan setelah

kunjungan ANC guna untuk mengevaluasi asuhan pada

kunjungan sebelumnya.

b) Kunjungan rumah ke-1

Tanggal : 10 Maret 2018, pada Ny. T G2P210 umur 23 tahun

umur kehamilan 35+1 minggu. Pelaksanaan secara umum yang

menyeluruh dan harus diberikan pada ibu hamil, antara lain

sebagai berikut:

(1) Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan ibu dan janin dalam

keadaan baik

(2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang

ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III. Menurut

Yuliani (2017), konseling sesuai dengan masalah atau

kebutuhanyang dialami oleh ibu hamil. Karena pada data

subjektif ibu mengeluh tentang ketidaknyamanan pada

ibu hamil trimester III.


303

(3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan zat

besi pada ibu hamil. Menurut Yuliani (2017), konseling

sesuai dengan masalah atau kebutuhanyang dialami oleh

ibu hamil. Karena ibu hamil mengalami anemia ringan

penting sekali bagi ibu untuk mengetahui kebutuhan zat

besi selama hamil.

(4) Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan asupan

nutrisinya

(5) Menganjurkan ibu untuk memperbanyak waktu istirahat

(6) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe sesuai

saran saat pemeriksaan ANC yaitut2 x 1 mg (100 – 200

mg) dalam sehari.

(7) Memberitahu ibu bahwa ada kunjungan rumah lagi

c) Kunjungan rumah ke-2

Tanggal : 15 maret 2018, pada Ny. T G2P1A0 umur 23 tahun

umur kehamilan 35+6 minggu. Pelaksanaan secara umum yang

menyeluruh dan harus diberikan pada ibu hamil, antara lain

sebagai berikut:

(1) Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan ibu dan janin dalam

keadaan baik

(2) Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan.

(3) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb

ulang
304

7) Evaluasi

Menurut Yuliani dkk (2017), Pada langkah ini dilakukan

evluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Ada kemungkinan

sebagian rencana lebih efektif, sebagaian yang lain belum efektif.

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan ibu hamil

dengan anemia ringan diharapkan KU dan tanda – tanda vital ibu

baik, ibu bersedia minum tablet Fe, ibu bersedia memenuhi

kebutuhan gizinya, hemoglobin naik, tidak terjadi anemia sedang

(Manuaba, 2012).

Evaluasi dari kasus Ny.T Tsetelah dilakukan perawatan

selama ± 6 minggu dengan hasil keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, TD =120/70 mmHg, N = 80 x/ menit, S

= 36, 80 C, R = 20 x/ menit, Hb 10,2 g/dl, ibu bersedia minum

suplemen zat besi, ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan

yang bergizi, hemoglobin turun dari 10,9 g/dl menjadi 10,2 g/dl,

tidak terjadi anemia sedang.

Dalam kasus Ny. T ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktek lapangan dalam evaluasi dimana hemoglobin diharapkan

naik tetapi setelah dilakukan pemeriksaan Hb ulang, hemoglobin

turun.
305

2. Asuhan Kebidanan Persalinan

a. KALA I

1) Data subyektif

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi

yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien

(Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus ini pengumpulan data

subjektif Ny.T mengatakan mengeluh kenceng-kenceng sejak

tanggal 7 April 2018 pukul 05.00 WIB, keluar lendir dari jalan

lahir pukul 7.45 WIB, dan datang kebidan pukul 08.00 WIB.

Menurut Marmi (2016), Tanda–tanda permulaan persalinan

meliputi terjadinya His persalinan, Keluarnya lendir bercampur

darah pervaginam (blood show) ,pengeluaran cairan (ketuban),

Dilatasi dan effacement

Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan

adanya kesenjangan anatara teori dengan kasus Ny. T yang ada

dilahan praktek.

2) Data objektif

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostic lainnya (Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus Ny. T

pengumpulan data objektif yaitu keadaan umum : baik,


306

kesadaran : composmentis, TTV: TD : 120/80 mmHg, R :

20x/menit, N : 78x/menit, S : 36,5 oC, TFU 31 cm, leopold I

teraba bokong, leopold II kanan teraba ekstermitas dan kiri

teraba punggung, leopold III teraba kepala, leopold IV bagian

trbawah janin sudah masuk 3/5 bagian, TBJ 3.100 gram, DJJ

140 x/ menit, kontraksi 3x dalam 10 menit lamanya 35 detik,

pengeluaran pervaginam : lendir, pembukaan : 3 cm, kulit

ketuban utuh, hodge II. Menurut Indrayani dan Djami (2016),

Berdasarkan anatominya, pada bagian belakang serviks terdapat

ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Penurunan bagian

terendah janin akan menekan dan menggeser ganglion sehingga

menyebabkan kontraks. Menurut Marmi (2016), Lendir berasal

dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir berasal dari

kanalis servikalis, Dilatasi adalah pembukaan kanalis servikalis

secara berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah

pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula

panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal

hanya ostium yang tipis seperti kertas.

Pendokumentasian persalinan Kala I menurut Johariyah

dan Ningrum (2012), pada data objektif yang harus diperiksa

meliputi keadaan umum (kesadaran, keadaan emosional, TTV),

pemeriksaan fisik (head to toe, abdomen, his dan djj, vulva,

perineum, anus, perdarahan), pemeriksaan penunjang.


307

Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus Ny. T yang ada dilahan praktek yaitu tidak

dilakukan pemeriksaan penunjang.

3) Assesment

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Muslihatun dkk, 2009). Analisa data pada kasus ini adalah Ny.

T G2P1A0 umur 23 tahun umur kehamilan 39+1 minggu, janin

tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, punggung kiri,

presentasi kepala, inpartu kala I fase laten.

Pendokumentasian persalinan Kala I menurut Johariyah

dan Ningrum (2012), Ibu GPA inpartu kala I keadaan ibu dan

janin (baik / komplikasi) dengan (masalah, diagnose potensial dan

antisipasinya, serta catat apa bila membutuhkan kebutuhan

segera).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus Ny.T yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Menurut Muslihatun dkk (2009), pelaksanaan merupakan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan

keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pada

kasus ini pelaksanaan asuhan ibu bersalin dengan kala I fase

laten yaitu :
308

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.

b) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar kebutuhan

energi terpenuhi.

c) Melakukan inform consent

d) Memberikan dukungan dan support mental kepada ibu

supaya ibu tidak cemas menghadapi persalinannya.

e) Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan untuk menambah

pembukaan.

f) Menyiapkan pakaian ibu dan bayi.

g) Menyiapkan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan seperti partus set, handscoon, celemek,

spuit,alat resusitasi, obat-obatan esensial untuk menolong

persalinan dan menatalaksana bayi baru lahir seperti

oksitosin, Vitamin K, Lidokain, tetes mata.

h) Melakukan pemantauan persalian kala I meliputi DJJ,

kontraksi, nadi setiap 60 menit (kala I fase laten) serta

pembukaan, penurunan kepala dan tekanan darah setiap 4

jam.

Pendokumentasian persalinan Kala I menurut Johariyah

dan Ningrum (2012), Mencatat penatalaksanaan kala I, termasuk

pemantauan kala I (mencatat perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi kala I).


309

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus Ny. T yang ada dilahan praktek.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting utnuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan

sebagai dasar tindakan alternative lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017).

Evaluasi pada kasus Ny. T adalah semua planning sudah

dilakukan dan dari hasil observasi terdapat kemajuan persalinan.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

b. KALA II

1) Data subjektif

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang

diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien. Pada kasus kala II

data subjektif yaitu yang mendukung bahwa pasien dalam

persalinan kala II (Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus Ny.T

pengumpulan data subjektif ibu mengatakan perutnya kenceng –

kenceng semakin sering, ada tekanan di bagian vagina, ingin

meneran dan ingin buang air besar. Menurut Indrayani dan Djami
310

(2016), Kala dua disebut juga dengan kala pengeluaran bayi.

Tanda dan gejala kala dua adalah ibu ingin merasa meneran

bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya

peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya, perineum

menonjol, vulva-vagina dan spingeter ani membuka,

meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Data objektif

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostic lainnya (Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus Ny. T

pengumpulan data objektif yaitu keadaan umum : baik,

kesadaran : composmentis, TTV: TD : 110/70 mmHg, R :

24x/menit, N : 84x/menit, S : 36,9 oC, DJJ : 147x/menit,

kontraksi : 5x dalam 10 menit lamanya 45 detik, pengeluaran

pervaginam : lendir darah, pembukaan : 10 cm, ketuban pecah

spontan berwarna jernih, penyusupan 1, portio tidak teraba,

penurunan 0/5 bagian, hodge IV, perineum menonjol, vulva

membuka. Menurut Indrayani dan Djami (2016), Kala II

persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Pada kala dua


311

persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan teratur.

Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap

diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan

meneran akan mendorong bayi keluar.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3) Assessment

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Muslihatun dkk, 2009). Analisa data pada kasus ini adalah Ny.

T G2P1A0 umur 23 tahun umur kehamilan 39+1 minggu, janin

tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, punggung kiri,

presentasi belakang kepala, inpartu kala II.

Pendokumentasian persalinan Kala II menurut Johariyah

dan Ningrum (2012), Ibu GPA inpartu kala I keadaan ibu dan

janin (baik / komplikasi) dengan (masalah, diagnose potensial dan

antisipasinya, serta catat apa bila membutuhkan kebutuhan

segera).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Menurut Muslihatun dkk (2009), pelaksanaan merupakan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan


312

keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Kala II

menurut Johariyah dan Ningrum (2012), Penatalaksanaan APN

terpadu. Pada kasus ini pelaksanaan ibu bersalin dengan kala II

menggunakan Asuhan Persalinan Normal (APN) tetapi tidak

terpadu atau sesuai ketentuan pemerintah yaitu 60 langah.

Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting utnuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan

sebagai dasar tindakan alternative lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017).

Hasil bayi lahir spontan pada tanggal 7 April 2018 pukul

20.45 WIB, jenis kelamin perempuan, menangis kuat, gerak aktif,

warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan, APGAR Score 8/9/10,

di IMD, hal ini sesuai dengan teori Sofian (2011) Walsh (2008),

bahwa lama persalinan kala II pada ibu hamil multigravida adalah

½-1 jam dan muncul kontraksi dan retraksi otot uterus

dikarenakan keluarnya bayi dan sejumlah cairan amnion.

Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.


313

c. KALA III

1) Data subjektif

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang

diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien. Pada kasus kala III

data subjektif yaitu yang mendukung bahwa pasien dalam

persalinan kala III (Muslihatun dkk, 2009).

Pada kasus Ny.T pengumpulan data subjektif ibu

mengatakan lega dan senang atas kelahiran anaknya, ari-arinya

belum lahir dan perutnya terasa mulas. Segera setelah bayi lahir

dan air ketuban sudah tidak berada dalam uterus, kontraksi akan

terus berlangsung dan terjadi penyusutan volume rongga uterus

sehingga membuat perut ibu terasa mules (Indrayani dan Djami,

2016).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Data objektif

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostic lainnya (Muslihatun dkk, 2009).

Pada kasus Ny.T ini pengumpulan data objektif yaitu

kontraksi uterus keras, tidak ada janin ke dua, TFU setinggi pusat,
314

plasenta belum lahir dan tampak tali pusat didepan vulva. Tanda –

tanda pelepasan plasenta adalah perubahan bentuk dan tinggi

fundus, tali pusat bertambah panjang, semburan darah yang

mendadak dan singkat (Indrayani dan Djami, 2016).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3) Assessment

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Muslihatun dkk, 2009). Analisa data pada kasus ini adalah Ny.

R G2P1A0 umur 26 tahun inpartu kala III, Normal.

Pendokumentasian persalinan Kala III menurut Johariyah

dan Ningrum (2012), Ibu GPA inpartu kala III keadaan ibu

baik/komplikasi (masalah, diagnose potensial dan antisipasinya,

serta catat apabila membutuhkan kebutuhan segera).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Menurut Muslihatun dkk (2009), pelaksanaan merupakan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan

keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pada

kasus ini pelaksanaan asuhan ibu bersalin dengan kala III yaitu

Manajemen Aktif Kala III.


315

Manajemen Aktif Kala III terdiri atas tiga langkah utama

yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah

bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan

memasse fundus uteri (Rohani dkk, 2011).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting utnuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan

sebagai dasar tindakan alternative lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017).

Plasenta lahir spontan pada pukul 15.45 WIB, hal ini sesuai

dengan teori Rohani dkk (2011), kala III persalinan dimulai

setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan

selaput ketuban selurah proses biasanya berlangsung 15 – 30

menit setelah bayi lahir. Melakukan pengecekan kelengkapan

plasenta dengan hasil plasenta lahir spontan kesan lengkap,

bentuk cakram, panjang tali pusat ±50 cm, berat ±500 gram, tebal

±3cm, jumlah kotiledon lengkap, selaput utuh, meletakkan

plasenta dalam wadah (kendil), mengajarkan massase uterus pada

ibu, mengobservasi PPV dan laserasi perineum dengan hasil


316

perdarahan kala III ±100 cc dan terdapat robekan perineum derajat

II.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

d. KALA IV

1) Data subjektif

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang

diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien. Pada kasus kala IV

data subjektif yaitu yang mendukung bahwa pasien dalam

persalinan kala IV (Muslihatun dkk, 2009).

Pada kasus ini pengumpulan data subjektif Ny.T

mengatakan lega karena ari-arinya sudah lahir dan perutnya masih

terasa mulas. Melakukan pemantauan kala IV dengan memastikan

uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam,tingkat kesadaran dan tanda – tanda vital hal ini

sesuai dengan teori. Menurut Rohani dkk (2011), pada kala IV

dilakukan pemantauan pada tekanan darah, denyut nadi,

perdarahan, pemantauan kontraksi sejak manajemen aktif kala III

sampai dengan selama satu jam berikutnya dalam kala IV,

pengkajian terhadap laserasi jalan lahir dan perineum dilakukan

selama PTT ketika tidak ada kontraksi, penentuan derajat laserasi


317

dan teknik jahitan yang tepat yang akan digunakan serta

memastikan jumlah darah yang keluar.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Data objektif

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostic lainnya (Muslihatun dkk, 2009).

Pada kasus Ny.T pengumpulan data objektif yaitu

keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV: TD :

110/70 mmHg, R : 22x/menit, N : 84x/menit, S : 36,7 oC, TFU :

2 jari dibawah pusat, kontraksi : keras, PPV : ± 100 cc, Lochea :

Rubra dan ruptur : derajat II.

Menurut Johariyah dan Ningrum (2012), pemeriksaan fisik

yang harus dilakukan meliputi keadaan umum, tanda – tanda

vital, tinggi fundus, kontraksi, kandung kemih, pengeluaran

pervaginam.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3) Assessment

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif


318

(Muslihatun dkk, 2009). Analisa data pada kasus ini adalah

Ny.R P2A0 umur 26 tahun inpartu kala IV, normal.

Pendokumentasian persalinan Kala III menurut Johariyah

dan Ningrum (2012), Ibu GPA inpartu kala III keadaan ibu

baik/komplikasi (masalah, diagnose potensial dan antisipasinya,

serta catat apabila membutuhkan kebutuhan segera).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Menurut Muslihatun dkk (2009), pelaksanaan merupakan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan

keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pada

kasus Ny.T pelaksanaan asuhan ibu bersalin dengan kala IV

yaitu melakukan prosedur kala IV.

Menurut Rohani dkk (2011), pemantauan kala IV

meliputi pemeriksaan fundus uteri, TTV setiap 15 menit pada

jam pertama dan 30 menit pada jam kedua, pemenuhan

kebutuhan cairan, memberi kenyamanan, memenuhi kebutuhan

istirahat, rawat gabung, serta pemberian ASI.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.


319

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting utnuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan

sebagai dasar tindakan alternative lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017).

Evaluasi pada kasus ini adalah semua planning sudah

dilakukan dan dari hasil observasi keadaan ibu dalam keadaan

normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

a. Subjektif

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang

diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien (Muslihatun dkk,

2009).

Pada kasus Ny.T pengumpulan data subjektif melalui

wawancara dari pihak keluarga yaitu, Ny.T mengatakan bayinya

lahir normal tanggal 7 April 2018 pukul 20.45 WIB, berjenis

kelamin perempuan tidak ada kelainan, persalinan normal di bidan.

Data subyekif bayi baru lahir menurut Sudarti dan Afroh

(2011), yang harus dikumpulkan adalah riwayat kesehatan bayi baru


320

lahir, antara lain faktor genetik, faktor maternal, faktor antenatal,

serta fator perinatal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

b. Objektif

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik

pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic

lainnya (Muslihatun dkk, 2009).

Pada kasus bayi baru lahir Ny. T pengumpulan data

objektif yaitu suhu : 36,9 0C, R : 47x/menit, N : 136x/menit,

BB/PB : 4100 gram/51 cm, LK/LD : 34 cm/32 cm, LILA : 12 cm,

kulit kemerahan, tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik

sitematis, reflek positif, meconium dan urin sudah keluar saat

IMD.

Bayi baru lahir normal memiliki ciri – ciri adalah BB lahir

2500 – 4100 gram, PB 48 – 52 cm, LK 33 – 35 cm, LD 30 – 38

cm, frekuensi jantung 120 – 160 x/ menit, pernapasan 40 – 60

x/menit, kulit kemerahan, rambut lanugo tidak terlihat, kuku agak

panjang dan lemas, genetalia (labia mayora sudah menutup I labia

minora untuk perempuan sedangkan pada laki – laki kedua testis

sudah turun ke dalam skrotum), reflek bayi sudah terbentuk, bayi


321

berkemih dalam 24 jam pertama, pengeluaran meconium dalam 24

jam pertama (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).

Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus yang ada dilahan praktek dimana hasil

pemeriksaan BBL dalam batas normal kecuali BB bayi.

c. Assessment

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Muslihatun dkk, 2009). Analisa data pada kasus bayi baru lahir

yaitu By.Ny .T umur 1 jam Bayi Baru Lahir Makrosomia.

Bayi lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia

kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram

(Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

d. Planning

Menurut Muslihatun dkk (2009), pelaksanaan merupakan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan

dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pada kasus ini

pelaksanaan asuhan bayi baru lahir noraml yaitu :

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan sehat.
322

2) Memberi salep mata (Gentamicin 1%) pada kedua mata bayi,

injeksi vit K 0,5 cc secara IM di paha kiri bagian luar dan injeksi

HB 0 dengan dosis 0,5 cc pada paha kanan bagian luar setelah 1

jam pemberian vit K.

3) Merawat tali pusat dengan membungkus kasa steril

4) Menghangatkan bayi dengan cara memakaikan pakaian bersih

dan kering, kemudian dibedong dan dipakaikan topi.

5) Melakukan rawat gabung

6) Menganjurkan ibu untuk menyususi bayinya dengan ASI

eksklusif.

7) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

(setiap bayi menginginkan).

8) Memantau TTV bayi untuk mendeteksi apakah ada komplikasi

dikarenakan BB bayi > 4000 gram yang berpotensi terjadi

hipoglikemi.

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), setelah

dilakukan IMD lanjutkan asuhan perwatan neonatal esensial

(menimbang, pemberian Vit K, salep mata), menjaga kehangatan,

menempatkan ibu dan bayidalam ruangan yang sama

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.


323

e. Evaluasi

Menurut Subiyatin (2017), Evaluasi merupakan hal penting

utnuk menilai ketepatan tindakan dan keefektifan asuhan yang

telah diberikan bidan. Jika tujuan tindakan tercapai maka proses

evaluasi digunakan sebagai dasar tindakan alternative lain guna

mencapai tujuan.

Evaluasi pada kasus ini adalah semua planning sudah

dilakukan dan dari hasil observasi keadaan bayi dalam keadaan

normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4. Asuhan pada Ibu Nifas

a. Kunjungan nifas I

1) Subjektif

Infomasi yang di peroleh melalui anamnesis (wawancara)

yang merupakan ungkapan langsung (Asih dan Risneni, 2016).

Pada kasus Ny.T pengumpulan data subjektif yaitu ibu

mengatakan melahirkan pada tanggal 07 April 2018 pukul 20.45

WIB, jahitan masih basah, ASI lancar dan perut masih mules.

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira – kira 6

minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2018). Segera setelah bayi lahir


324

dan air ketuban sudah tidak berada dalam uterus, kontraksi akan

terus berlangsung dan terjadi penyusutan volume rongga uterus

sehingga membuat perut ibu terasa mules (Indrayani dan Djami,

2016).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

2) Objektif

Pengumpulan data yang didapat dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik pada masa postpartum (Asih dan Risneni,

2016). Pada kasus Ny.T pengumpulan data objektif yaitu keadaan

umum baik, kesadaran Composmentis, TD120/70 mmHg, R 20 x/

menit, N 78 x/ menit, S 36,80C, ASI keluar kanan dan kiri, TFU 3

jari dibawah pusat , lochea merah (rubra), keadaan luka baik dan

masih basah, ekstermitas atas dan bawah normal tidak ada

kelainan.

Menurut Asih dan Risneni (2016), lochea rubra yaitu sejak

1 – 3 hari setelah persalinan, warnanya merah mengandung darah

dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan chorion.

Menurut Sukma dkk (2017), TFU setelah plasenta lahir minggu

teraba di bawah pusat. Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas

menurut Sudarti dan Afroh (2011), adalah TTV, pemeriksaan

abdomen, kandung kemih, lochea, pemeriksan perineum,

pemeriksaan ekstermitas
325

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

3) Assessment

Pengumpulan data kemudian dibuat kesimpulan meliputi

diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu

tidaknya dilakukan tindakan segera (Asih dan Risneni, 2016).

Analisa data pada kasus diatas Ny.T P2A0 umur 23 tahun 13 jam

post partum normal.

Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti

dan Afroh (2011), adalah ibu postpartum baik/ada komplikasi.

Contoh: Ny. X P1A0 umur x tahun, 2 jam post partum

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

4) Planning

Menurut Asih dan Risneni (2016), pelaksanaan merupakan

rencana dan tindakan yang diberikan termasuk asuhan mandiri,

kalaborasi, tes diagnosis atau tes laboratorium serta konseling

untuk tindak lanjut. Pada kasus ini penatalaksanaan asuhan ibu

nifas yaitu:

a) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

sehat

b) Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan istirahat

c) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB


326

d) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2016), asuhan yang

diberikan pada ibu nifas nifas 6 jam – 3 hari pasca persalinan

meliputi, memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai

tanda – tanda infeksi, memastikan ibu ibu mendapat cukup

makanan, minuman dan istirahat , memastikan ibu menyusu

dengan baik, memberi ibu asuhan bayi baru lahir.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting utnuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan

sebagai dasar tindakan alternative lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017).

Evaluasi pada kasus ini adalah semua planning sudah

dilakukan dengan hasil keadaan ibu dalam keadaan normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

b. Kunjungan nifas II

1) Subjektif

Infomasi yang di peroleh melalui anamnesis (wawancara)

yang merupakan ungkapan langsung (Asih dan Risneni, 2016).


327

Pada kasus Ny.T pengumpulan data subjektif yaitu ibu

mengatakan melahirkan pada tanggal 07 April 2018 pukul 20.45

WIB, jahitan masih basah, ASI lancar dan tidak ada keluhan.

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira – kira 6

minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2018).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

2) Objektif

Pengumpulan data yang didapat dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik pada masa postpartum (Asih dan Risneni,

2016). Pada kasus Ny.T pengumpulan data objektif yaitu keadaan

umum baik, kesadaran Composmentis, TD120/70 mmHg, R 20 x/

menit, N 80 x/ menit, S 370C, Payudar normal tidak bengkak,

putting tidak lecet, ASI keluar kanan dan kiri, TFU 2 jari diatas

simpisis, lochea coklat kekuning – kuningan (serosa), keadaan

luka baik dan kering, ekstermitas atas dan bawah normal tidak

ada pembengkakan serta human sign.

Menurut Asih dan Risneni (2016), lochea serosa yaitu sejak

7 – 14 hari setelah persalinan, warnanya coklat kekuning –

kuningan mengandung leukosit, selaput lender servik dan serabut

jaringan yang mati. Menurut Sukma dkk (2017), TFU pada 2


328

minggu pasca persalinan teraba di atas simpisis. Dokumentasi

asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti dan Afroh (2011),

adalah TTV, pemeriksaan abdomen, kandung kemih, lochea,

pemeriksan perineum, pemeriksaan ekstermitas

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

3) Assessment

Pengumpulan data kemudian dibuat kesimpulan meliputi

diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu

tidaknya dilakukan tindakan segera (Asih dan Risneni, 2016).

Analisa data pada kasus diatas Ny.T P2A0 umur 23 tahun post

partum hari ke- 10 normal.

Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti

dan Afroh (2011), adalah ibu postpartum baik/ada komplikasi.

Contoh: Ny. X P1A0 umur x tahun, 2 jam post partum

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

4) Planning

Menurut Asih dan Risneni (2016), pelaksanaan merupakan

rencana dan tindakan yang diberikan termasuk asuhan mandiri,

kalaborasi, tes diagnosis atau tes laboratorium serta konseling

untuk tindak lanjut. Pada kasus ini penatalaksanaan asuhan ibu

nifas yaitu:
329

e) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

sehat

f) Memberi konseling tentang perawatan vagina, perawatan

payudara, gizi ibu nifas, Vitamin A pada ibu nifas, mobilisasi,

ASI eksklusif, teknik menyusui, dan tanda bahaya ibu nifas.

g) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi dan

istirahat

h) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin yang

diberikan bidan selama nifas

i) Menganjurkan ibu untuk merencanakan pemakaian KB

Menurut Asih dan Risneni (2016), asuhan yang diberikan pada

ibu nifas nifas 6 hari / 2 minggu pasca persalinan meliputi

mengenali tanda bahaya masa nifas, memastikan involusi uterus

berjalan normal, menilai tanda – tanda infeksi,memastikan ibu ibu

mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat , memastikan

ibu menyusu dengan baik, memberi ibu asuhan bayi baru lahir.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting utnuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan


330

sebagai dasar tindakan alternative lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017).

Evaluasi pada kasus ini adalah semua planning sudah

dilakukan dengan hasil keadaan ibu dalam keadaan normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

c. Kunjungan nifas III

1) Subjektif

Infomasi yang di peroleh melalui anamnesis (wawancara)

yang merupakan ungkapan langsung (Asih dan Risneni, 2016).

Pada kasus ini pengumpulan data subjektif yaitu Ny.T mengatakan

dirinya sehat tidak ada keluhan dari hari pertama melahirkan

sampai sekarang, ASI keluar lancar, bayinya sudah di imunisasi,

banyinya tidak ada keluhan menyusu kuat, dan berencana

menggunakan KB suntik 3 bulan.

Menurut Sukma dkk (2017), kunjungan II (6 minggu

setelah persalinan) yaitu menanyakan pada ibu tentang keluhan

dan penyakit yang dialaminya serta memberikan konseling untuk

menggunakan KB secara dini.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.


331

2) Objektif

Pengumpulan data yang didapat dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik pada masa postpartum (Asih dan Risneni,

2016). Pada kasus ini pengumpulan data objektif yaitu keadaan

umum baik, kesadaran Composmentis, TD110/80 mmHg, R 20 x/

menit, N 80 x/ menit, S 36, 80C, Payudar normal tidak bengkak,

putting tidak lecet, ASI keluar kanan dan kiri, TFU tidak teraba,

lochea lender kekuning – kuningan (alba), ekstermitas bawah

tidak ada kelainan

Dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas menurut Sudarti

dan Afroh (2011), adalah TTV, pemeriksaan abdomen, kandung

kemih, lochea, pemeriksan perineum, pemeriksaan ekstermitas.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

3) Assessment

Pengumpulan data kemudian dibuat kesimpulan meliputi

diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu

tidaknya dilakukan tindakan segera (Asih dan Risneni, 2016).

Analisa data pada kasus diatas Ny.T P2A0 umur 23 tahun post

partum hari ke- 16 normal.

Menurut Sudarti dan Afroh (2011), analisa data pada ibu

nifas yaitu Ny. X PxAx umur x tahun, 2 jam post partum.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan


332

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

4) Planning

Menurut Asih dan Risneni (2016), pelaksanaan merupakan

rencana dan tindakan yang diberikan termasuk asuhan mandiri,

kalaborasi, tes diagnosis atau tes laboratorium serta konseling

untuk tindak lanjut.

Pada kasus ini penatalaksanaan asuhan ibu nifas yaitu

memberitahu hasil pemeriksaan, memberi konseling tentang alat

kontrasepsi yang di pilih, memberi konseling tentang imunisasi

dasar lengkap, menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi

dan istirahat, menganjurkan ibu untuk minum vitamin atau obat

yang diberikan selama nifas, menganjurkan ibu untuk menyusui

anaknya sesering mungkin dan ASI eksklusif.

Menurut Sukma dkk (2017), kunjungan II (6 minggu

setelah persalinan) yaitu menanyakan pada ibu tentang keluhan

dan penyakit yang dialaminya serta memberikan konseling untuk

menggunakan KB secara dini.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting utnuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan


333

sebagai dasar tindakan alternative lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017).

Evaluasi pada kasus ini adalah ibu sudah mengetahui hasil

pemeriksaan, ibu sudah mengetahui tentang imunisasi dasar

lengkap, ibu sudah mengerti tentang KB suntik 3 bulan yang

akan digunakan untuk menjarangkan kehamilannya.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.


334

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah pengkaji melakukan asuhan kebidanan komrehensif pada Ny.T

dimulai dari kehamilan trimester III, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

keluarga berencana di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Pengkaji tidak

menemukan kesulitan atau komplikasi yang bearti karena ibu dan keluarga

mengerti dengan segala asuhan yang di berikan:

1. Pengumpulan data dasar sudah dilakukan dan dari data subjektif dan

objektif dengan lengkap dan lancar karena ibu bersedia untuk melakukan

informed concent dan ibu mampu menjawab semua pertanyaan yang

diberikan pengkaji pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dan Keluarga Berencana.

2. Telah melakukan interpretasi data dasar pada awal pemeriksaan diagnose

normal tidak ditemukan penyulit pada masa kehmilan, persalinan, nifas,

bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

3. Ditemukan diagnose potensial dan masalah potensial pada kehamilan yaitu

terjadi anemia ringan pada Ny.T dengan Hb 10,2 g/dl pada pemeriksaan

laboratorium tanggal, tidak ditemukan diagnose potensial dan masalah

potensial pada persalinan, nifas, ditemukan diagnose potensial pada bayi

baru lahir dengan makrosomia, serta tidak ditemukan diagnose potensial

pada Keluarga Berencana.

4. Tidak ada tindakan segera yang harus disiapkan pada masa kehamilan,

334
335

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

5. Implementasi telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan standard

kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

Keluarga Berencana.

6. Selama proses kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga

berencana mendapatkan asuhan yang aman dan nyaman, diberikas asuhan

sayang ibu sesuai standar asuhan kebidanan.

7. Mengevaluasi hasil tindakan secara komprehensif pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, tidak ditemukan

penyulit serta keadaan ibu dan bayi sehat.

8. Kesenjangangan yang ditemukan pada kasus Ny.T terdapat pada asuhan

kehamilan pada langkah evaluasi Hb Ny.T tidak naik, asuhan persalinan

yang seharusnya menggunakan APN terpadu 60 langkah sesuai kasus tidak

dilakukan pada tindakan pencegahan infeksi dan patograf melewati garis

waspada, asuhan bayi baru lahir pada data objektif berat bayi normal

2500-4000 gram sedangkan pada kasus berat bayi > 4000 gram.

B. Saran

6) Institusi pendidikan

Institusi maupun perguruan tinggi supaya selalu update tentang materi


yang terbaru agar lebih meningkatkan sumber acuan penulisan.
7) Puskesmas Banyuanyar Surakarta

Agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada asuhan

kebidanan meliputi kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan

keluarga berencana sertamenindak lanjuti kegiatan yang telah


336

dilaksanakan.

8) Bagi klien

Diharapkan bagi setiap wanita mau bekerjasama dan mengikuti yang

dianjurkan bidan. Bagi wanita hamil, melakukan kunjungan minimal 4 kali

dan boleh lebih. Bias mengetahui deteksi dini dan dapat mengatasinya,

baik pada masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Selain itu,

diharapkan ibu dan keluarga mampu mengerti sehingga melakukan asuhn

yang telah diberikan melalui pendidikan kesehatan.


337

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Y, Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta : CV. Trans Info media.

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018. Vol 1 Kebidanan Teori dan
Asuhan. Jakarta : EGC.

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018. Vol 2 Kebidanan Teori dan
Asuhan. Jakarta : EGC.

Dewi, L.N.V. 2013. Asuhan Neonataus Bayi dan Anak Balita. Jakarta, Salemba
Medika

Dinkes Jateng. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Semarang : Dinkes


Jateng.

Dinkes dan Pencatatan Sipil 2016. Profil Perkembangan Kependudukan Kota


Surakarta 2016. Surakarta 2016.

Hidayat, F.N.A. 2016. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y G4P3A0 Di


Bidan Praktik Mandiri Hj. Imas Yusfar AM.Keb.Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan AISYIYAH Bandung. Bandung. Laporan Studi Kasus.

Indrayani, Djami, U.E.M. 2016. Update Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Jamil, N. S, Sukma, F, Hamidah. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada


Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammaddiyah Jakarta.

Johariyah, Ningrum, W.E. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan indonesia 2016. Jakarta : Kemenkes.


338

Mayunani. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Edisi 1: Jakarta : CV.


Trans Info Media.

Manuaba. Manuaba, Chandranita. Manuaba, Fajar. 2012. Pengantar Kuliah


Obstetri. Jakarta : EGC.

Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Marni,2016. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Maritalia, D. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu NIfas. Yogyakrta : Gosyen


Publishing.

Marwita, Desy. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ny.D Masa Hamil Sampai
Dengan Keluarga Berencana. Poltekes Kemenkes RI Medan. Medan.
Laporan Tugas Akhir.

Muslihatun, N.W, Mufdilillah, Setiyawati, N. 2009. Dokumentasi Kebidanan.


Yogyakarta : Fitramaya.

Ningsih, A.D. 2017. Continuity Of Care Kebidanan Midwifery Continuity Of


Care. Jurnal Oksitosin, Kebidanan Vol IV, No.2, Agustus 2017.
Akademik Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo. Situbondo.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.

Nur‟aini, Isma. 2015. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu dan Bayi Ny.E.
Poltekes Aceh Jurusan Kebidanan Prodi D-III Kebidanan. Banda Aceh.
Laporan Tugas Akhir.

Pratami, Evi. 2018. Evidance-Based Dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha


Medika.
339

Rikuyah, Y.A, Yulianti, L. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ibu Masa Nifas.
Jakarta : Timur, CV. Trans Info Media.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Saifudin, B.A, Baharudin, Muh, Soekir, S, Afiandi, B. 2010. Buku Panduan


Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2: Jakarta : PT Bina Pustaka.

Sulistyawati, A, Nugraheny, E. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


Jakarta : Salemba Medika.

Subiyatin, Aning. 2017. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Fakultas


Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Surahman. Rachmat, M. Supardi, S. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta :


Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Sudarti, Afroh.F. 2011. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Nuha


Medika.

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Universitas Pendidikan


Indonesia.

World Health Organization. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di


Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.

Wildan, Moh, Hidayat, A.A.A. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta, Salemba


Medika.

Yuliani, R.D. Musdalifah,U. Suparmi. 2017. Buku Ajar Aplikasi Asuhan


Kehamilan Ter-Update. Jakarta : CV.Trans Info Media
340

Anda mungkin juga menyukai