ELEMEN MESIN II
PERANCANGAN RODA GIGI
Oleh :
Puji syukur kita kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan rahmatNya saya bisa menyelesaikan laporan ini.
Tugas Besar Elemen Mesin II ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan Tugas Besar ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga Tugas Besar ini tentang Perancangan
Roda Gigi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
Roda gigi E disebut reverse idler gear, dan digunakan untuk mundur
dengan merubah arah putaran. Perbandingan roda gigi akan sama bila
ditambah dengan roda gigi idle.
b. Cara Kerja Pemindahan Tenaga Transmisi Manual
1. Posisi Netral
Saat posisi netral tenaga dari mesin tidak diteruskan ke poros out put,
karena sincromesh dalam keadaan bebas atau tidak terhubung
dengan roda gigi tingkat.
a. Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang
besar.
b. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
pasangan gerak.
Adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik yang terletak pada
sebuah garis lurus yang bergulir pada suatu silinder atau kurva yang
dibentuk oleh satu titik pada sebuah tali yang direntangkan dari suatu
gulungan pada silinder.
Profil sikloida digunakan karena cara kerja sepasang roda gigi sikloida
sama seperti dua lingkaran yang saling menggelinding antara yang
satu dengan- pasangannya.
Kurva sikloida adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik pada
sebuah lingkaran yang menggelinding pada sebuah jalur gelinding.
Dari keadaan konstruksi pasangan roda gigi, maka kurva sikloida
dapat berupa :
3. Profil Equidistanta
Kurva dari jarak yang sama terbadap sikloida yang dibentuk oleh roda
gelinding 2 terhadap jalur gelinding pasangannya. Profil ini dipakai
konstruksi pasangan antara roda gigi profil dengan roda pena
(pasangannya bukan berupa gigi, tapi berupa yang berjarak teratur
melingkar pada suatu roda). Dan lebih umum lagi digunakan pada
hubungan gigi dan rantai.
Gambar 2.26 Roda Gigi Miring Ganda Gambar 2.27 Roda Gigi
Ganda Bersambung
Gambar 2.29 Roda Gigi Kerucut Gambar 2.30 Roda Gigi Kerucut
Lurus Miring
Gambar 2.31 Roda Gigi Kerucut Gambar 2.32 Roda Gigi Kerucut
Spiral Hypoid
Pemakaian dari rodagigi cacing meliputi: gigi reduksi untuk semua tipe
transmisi sampai daya 1.400 Hp, diantaranya pada lift, motor derek,
untuk mesin tekstil, rangkaian kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin
freis dan juga untuk berbagai sistim kemudi kendaraan.
1. N-worm atau A-worm Gigi cacing yang punya profil trapozoidal dalam
bagian normal dan bagian aksial, diproduksi dengan menggunakan
mesin bubut dengan pahat yang berbentuk trapesium, serta tanpa
proses penggerindaan.
2. E-worm
Gigi cacing yang menunjukkan involut pada gigi miring dengan β
o
antara 87°sampai dengan 45 .
3. K-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk
trapezoidal, menunjukkan dua kerucut.
4. H-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk
cembung.
Gambar 2.35 Cylindral Worm Gear Gambar 2.36 Globoid Worm Gear
Gambar 2.37 Globoid Worm Drive Gambar 2.38 Roda Gigi Cacing
Kerucut
Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi
yang sejajar dengan poros, pada roda gigi jenis ini pemotongan giginya
searah dengan poros gigi. Untuk permukaan memanjang pemotongan
giginya kadang-kadang dilakukan dengan arah membentuk sudut
terhadap batang gigi rack.
Gambar 2.40 Nama Bagian Roda Gigi Lurus
o Jumlah roda gigi adalah banyaknya gigi pada sebuah rangkaian lingkaran
roda gigi.
o Jarak Sumbu Poros pada Roda Gigi) atau lebar ruang adalah jarak atau
ruang diantara 2 buah gigi yang berdekatan
o Tinggi kepala gigi adalah Jarak antara diameter kepala dengan diameter
jarak bagi. Dimana tinggi kepala sama dengan modul, dapat dilihat pada
gambar 2.21.
H = m dan hk = h
k 1 k2
Keterangan : hk = tinggi kepala gigi
M = modul
o Pada gambar 2.21. tinggi kaki gigi adalah jarak antara diameter kaki
dengan diameter jarak bagi. Dimana tinggi kaki dipilih sebesar 1,25
modul.
H = 1,25 x m dan h = h = h
f1 f1 f2 f
o Gaya tangensial
g. Efisiensi transmisi 1
h. Efisiensi transmisi 2
i. Efisiensi transmisi 3
j. Efisiensi transmisi 4
1 𝑍1 + 𝑍2 𝑍9 + 𝑍10
η𝐼𝑉 = 1 − [ + ]
7 𝑍1 𝑍2 𝑍9 𝑍10
k. Efisiensi transmisi 5
l. Efisiensi transmisi 6
1 𝑍 +𝑍 𝑍14 +𝑍15
IV=1- 7 [ 𝑍1 .𝑍 2 + 𝑍14 .𝑍15
]
1 2
n. Efisiensi Mekanis
o Kerugian Daya (daya maksimum = 171 ps) adalah daya yang hilang
akibat putaran roda gigi yang dipengaruhi oleh efisiensi rodagigi.
Efisiensi total
Tabel 2.3 Faktor Bentuk Gigi
Kontak antara dua gigi yang berasal dari pinion dan gear
ditunjukkan pada Gambar. Asumsikan kedua gigi tersebut berhubungan
pada titik Q, dan roda gigi berputar pada arah seperti yang ditunjukkan
pada gambar.
Bentuk gigi yang bisa dibuat adalah : roda gigi lurus, roda gig payung
lurus, batang bergigi.
Pisau potong dan bahan roda gigi yang berputar bersamaan akan
menghasilkan bentuk profil gig yang presisi. Satu macam pisau potong
(pada satu modul) dapat digunakan untuk membuat segala macam
jumlah gigi (minimal z = 12) Proses ini hanya dapat digunakan untuk
membuat spur gear (gigi lurus atau gigi miring) dan roda gigi cacing
(roda gig cacing dan batang cacing).
c. Contoh Pembuatan Roda Gigi Payung dengan mesin Frais Universal
Mesin perkakas yang digunakan untukmembuat roda gigi payung
adalah spesifik, sangat rumit dan mahal harganya karena fungsi kerja
mesin itu sangat sulit. Pada sebuah bak roda gigi kecepatan rendah
tidak dibutuhkan profil gigi yang presisi. Maka pembuatan roda gigi
payung dengan mesin frais universal akan cukup menghasilkan profil
gigi yang mendekati. Untuk pembuatan roda gigi payung dengan mesin
frais universal, tidak membutuhkan table serta perhitungan roda gigi
payung yang sangat presisi.
1. Ketentuan-ketentuan pembuatannya sebagai berikut
Garis-garis addendum dan dedendum tidak bertemu pada titik
pusat. Masing-masing sejajar terhadap sudut kisar ∂1, sehingga
kedalaman profil gigi yang dihasilkan akan sama sepanjang gigi.
Pada profil gigi yang presisi, semakin dekat dengan titik pusat
semakin dangkal kedalaman profil giginya. Lebar gigi diambil antara
10-12
Gambar 2.46 Ketentuan Pembuatan Roda Gigi
2. Urutan operasi
Benda kerja yang telah selesai dibubut, dipasang dengan bantuan
mandrel pada kepala pembagi universal. Ikatan mandrel harus kuat
dan dibantu dengan baut dan mur. Untuk bentuk roda gigi payung
yang khusus, dapat langsung dicekam dengan chuck rahang 3.
Kepala pembagi universal harus disetel miring dengan sudut kisar
∂1, sehingga lebar permukaan kepala gigi sejajar terhadap meja
mesin frais.
a. Poros transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk atau sprocket dll.
b. spindle
Poros transmisi relative pendek seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utama berupa puntiran disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda – roda kereta barang dimana
tidak mendapatkan beban puntir, bahkan kadang – kadang tidak boleh
berputar disebut gandar. Gandar ini hanya mendapatkan beban lentur,
kecuali jika gerakannya oleh penggerak mula dimana akan mengalami
beban puntir saja.
a. kekuatan poros
Suatu poros ditranmisikan dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antar puntir dan lentur seperti yang telah diutarakan diatas,
juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros
baling – baling kapal atau turbin dll.
b. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak
ketelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada
turbin dan kotak roda gigi).
c. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu hatga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini
disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak,
motor listrik, dll. Dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian – bagian lainnya, jika mungkin poros harus direncanakan
sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.
d. Korosi
Bahan – bahan tahan korosi (termasuk plastic) harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Dan
poros – poros mesin yang sering berhenti lama. Sampai batas – batas
tertentu dapat pula dilakukan perlindungan korosi.
e. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya di buat dari baja batang yang di tarik
dingin dan di defines. baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C)
yang di hasilkan dari ingot yang di’’kill’’ (baja yang dideoksidasikan
dengan ferrosilicon dan dicor; kadar karbon terjamin) (JIS G3123 Tabel 1)
meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat
mengurangi deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya
bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi
penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan
kekuatannya bertambah besar.
Poros – poros yang bentuknnya sulit seperti poros engkol, besi cor nodul
atau coran lainnya telah banyak dipakai.
Gandar untuk kereta rel dibuat dari baja karbon, khususnya yang
dinyatakan dalam tabel 2.4. demi keamanan, perlu dipertimbangkan
secara hati – hati
Tabel 2.6 Bahan Poros Untuk Kendaraan Rel
persamaan ;
𝜋
T= 𝜏 . 𝑑𝑜3 . ( 1 - 𝑘 4 )
16
a. Jika torsi diperoleh dari sumber daya seperti motor, turbin dll
FT dimana : FT = gaya tangensial
R = Jari jari
R
N = Rpm
Usaha tiap putar 2 . Л . R . F
N U = 2 . Л . R . Ft . N = N.m/menit
Daya P = U/detik
P = (2 . Л . R . Ft . N/60)
T = Ft . R
maka P = (2 . Л .T. N/60)
jadi ,
60 𝑥 𝑃
𝑇=
2𝜋𝑛
dimana :
P =daya dalam watt
N = putaran mesin dalam rpm
T2
3 16 𝑥 𝑇𝑒
𝑑= √
𝜋 𝑇𝑚𝑎𝑥
Maka diperoleh :
32 𝑥 𝑀
𝜎𝑡. max = 𝜋 .𝑑 3
𝑀𝑒
Sehingga :
𝜋
𝑀𝑒 = . 𝑑3 . 𝜎 𝑚𝑎𝑥
32
Dimana : Me = momen ekivalen
Jadi bila poros mendapat beban torsi dan momen lengkung/lentur secara
bersamaan, maka poros harus diperhitungkan terhadap torsi ekivalen
dan momen ekivalen. Dengan cara ini akan diperoleh dua ukuran poros,
maka pilihannya adalah ukuran terbesar.
g. Tangent key
Pemakaiannya sama seperti pasak pelana, tetapi pasaknya dipasang dua
buah berimpit.
Bila diameter poros serta Torsi untuk perencanaan pasak telah diketahui,
maka gaya keliling yang bekerja pada pasak dapat dicar yaitu :
Bila pasak harus mampu menahan gaya geser dan gaya tekan, maka dari
pers. 3 & 4 diperoleh :
Untuk ukuran lebar dan tebal pasak biasanya sudah distandarisasi maka
hasil perhitungan harus dipilih ukuran yang ada pad
astandarisasi.Bila hasil perhitungan, ukurannya tidak ada yang cocok
dalam tabel pasak, maka ukuran pasak yang diambil adalah ukuran yang
lebih besar. Di bawah ini dicantumkan ukuran lebar dan tebal pasak,
sesuai dengan standart yang dipasaran.
BAB IV
PERHITUNGAN RODA GIGI
B. Transmisi 2
- Jumlah roda gigi (Ƶ)
2𝑎 2(100)
Ƶ1 = = = 22
(1 + 𝑖2 )𝑚 (1 + 2,085)3
2𝑎𝑖2 2(100)(2,085)
Ƶ2 = = = 45
(1 + 𝑖2 )𝑚 (1 + 2,085)3
C. Transmisi 3
- Jumlah roda gigi (Ƶ)
2𝑎 2(100)
Ƶ1 = = = 28,35 = 28
(1 + 𝑖3 )𝑚 (1 + 1,351)3
2𝑎𝑖3 2(100)(1,351)
Ƶ2 = = = 38,30 = 38
(1 + 𝑖3 )𝑚 (1 + 1,351)3
D. Transmisi 4
- Jumlah roda gigi (Ƶ)
2𝑎 2(100)
Ƶ1 = = = 33
(1 + 𝑖4 )𝑚 (1 + 1,000)3
2𝑎𝑖4 2(100)(1)
Ƶ2 = = = 33
(1 + 𝑖4 )𝑚 (1 + 1,000)3
- Dimensi roda gigi
diameter tusuk (Dt)
𝐷𝑡1 = 𝑚 × Ƶ1
= 3 × 33
= 99 𝑚𝑚
𝐷𝑡2 = 𝑚 × Ƶ2
= 3 𝑥 33
= 99 𝑚𝑚
diameter kepala (Dk)
𝐷𝑘1 = 𝑚 (Ƶ1 + 2)
= 3 (33 + 2)
= 105 𝑚𝑚
𝐷𝑘2 = 𝑚 (Ƶ2 + 2)
= 3 (33 + 2)
= 105 𝑚𝑚
E. Transmisi 5
- Jumlah roda gigi (z)
2𝑎 2(100)
Ƶ1 = = = 37
(1 + 𝑖5 )𝑚 (1 + 0,799)3
2𝑎𝑖5 2(100)(0,799)
Ƶ2 = = = 30
(1 + 𝑖5 )𝑚 (1 + 0,799)3
0.6 0.6
𝑦𝑣 = 0.7 + ( 2 ) = 0.7 + ( ) = 1.066
8 8 2
1 + (𝑣 ) 1 + (10)
sehingga
𝐾𝐷 = 𝑦𝑔 × 𝑦ℎ × 𝑦𝑠 × 𝑦𝑣 × 𝑘𝑜 … … … (𝑘𝑔𝑓⁄𝑚𝑚2 )
= 1 × 1 × 0.85 × 1.066 × 0.72(𝑘𝑔𝑓⁄𝑚𝑚2 ) = 0.652 𝑘𝑔𝑓⁄𝑚𝑚2
Intensitas beban yang di izinkan menjadi
0.35 × 𝐾𝐷 × 𝑖𝑓𝑔 0.35 × 0.652 × 4,889
𝐵𝑜 = = = 0.157 𝑘𝑔𝑓⁄𝑚𝑚2
𝐶𝑠 × 𝑆𝑔 (1 + 𝑖𝑓𝑔 ) 1.5 × 0.8(1 + 4,889)
- roda gigi 1
2𝑎
Ƶ1 =
(1 + 𝑖𝑟)𝑚
2(100)
=
(1 + 3,744)3
= 14
- roda gigi 2
Ƶ2 = 𝑖𝑟 × Ƶ1
= 3,744 × 14
= 52
- roda gigi 3
Ƶ3 = 𝑖𝑓𝑔 × Ƶ1
= 4,889 × 14
= 68
Jarak pusat
𝛼 = 0,5(𝑑𝑏1 + 𝑑𝑏2 )
= 0,5(69,733 + 261,080 )
= 165,406 𝑚𝑚
Sumber : Sularso
Asumsi : faktor tegangan kontak diambil yaitu baja dengan kekerasan ( 200
Hb ) Untuk roda gigi kecil (pinyon) dan roda gigi besar maka ;
Kh = 0,053 kg/mm2
fc = 1,5
Dimana P = 107 Ps
1
1 Ps = Kw
1,341
1
P = 107 x Kw
1,341
= 79,791 Kw
Sehingga ,
Pd = 1,5 x 79,791
= 119,686 Kw
- Faktor Bentuk Gigi
Tabel 4.4. Faktor Bentuk Gigi
Jumlah gigi Ƶ Y Jumlah gigi z Y
10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484
Transmisi kecepatan 1
𝑓 1 𝑏 = 𝛿𝐴 . 𝑚. 𝑦. 𝑓𝑣
faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2
Ƶ1 = 14 𝑌1 =0,276
Ƶ2 = 52 𝑌2 = 0,409
- Kecepatan keliling
𝜋. 𝑑𝑡. 𝑛
𝑉1 =
60 × 1000
3,14 × 42 × 5800
=
60000
= 12,748 𝑚⁄𝑠
- Gaya tangensial
102 × 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑉
102 × 119,686
=
12,748
= 957,638 𝑘𝑔
- Faktor dinamis
Tabel 4.5. Faktor Dinamis
3
Kecepatan rendah (v = 0,5 – 10 m/s) fv
3 v
3
Kecepatan sedang (v = 5 – 20 m/s) fv
6v
5,5
fv
Kecepatan sedang (v = 20 – 50 m/s)
5,5 v
Karena kecepatan keliling 14,13 m/s yaitu kurang dari 20 m/s
maka digunakan kecepatan sedang.
6
𝐹𝑣 =
6+𝑉
6
=
6 + 12,748
= 0,320
Transmisi kecepatan 2
𝑓 1 𝑏 = 𝛿𝐴 . 𝑚. 𝑦. 𝑓𝑣
faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2
Ƶ1 = 12 𝑌1 = 0,245
Ƶ2 = 45 𝑌2 = 0,399
- Kecepatan keliling
𝜋. 𝑑𝑡. 𝑛
𝑉1 =
60 × 1000
3,14 × 66 × 5800
=
60000
= 20,033 𝑚⁄𝑠
- Gaya tangensial
102 × 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑉
102 × 119,686
=
20,033
= 609,393 𝑘𝑔
- Faktor dinamis
6
𝐹𝑣 =
6+𝑉
6
=
6 + 20,033
= 0,230
Transmisi kecepatan 3
𝑓 1 𝑏 = 𝛿𝐴 . 𝑚. 𝑦. 𝑓𝑣
faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2
Ƶ1 = 28 𝑌1 = 0,345
Ƶ2 = 38 𝑌2 = 0,383
- Kecepatan keliling
𝜋. 𝑑𝑡. 𝑛
𝑉1 =
60 × 1000
3,14 × 66 × 5800
=
60000
= 20,033 𝑚⁄𝑠
- Gaya tangensial
102 × 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑉
102 × 119,686
=
20,033
= 609,393 𝑘𝑔
- Faktor dinamis
6
𝐹𝑣 =
6+𝑉
6
=
6 + 20,033
= 0,230
Transmisi kecepatan 4
𝑓 1 𝑏 = 𝛿𝐴 . 𝑚. 𝑦. 𝑓𝑣
faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2
Ƶ1 = 33 𝑌1 = 0,367
Ƶ2 = 33 𝑌2 = 0,367
- Kecepatan keliling
𝜋. 𝑑𝑡. 𝑛
𝑉1 =
60 × 1000
3,14 × 99 × 2700
=
60000
= 13,98 𝑚⁄𝑠
- Gaya tangensial
102 × 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑉
102 × 119,686
=
13,98
= 873,245 𝑘𝑔
- Faktor dinamis
3
𝐹𝑣 =
6+𝑉
3
=
6 + 13,98
= 0,15
Transmisi kecepatan 5
𝑓 1 𝑏 = 𝛿𝐴 . 𝑚. 𝑦. 𝑓𝑣
faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2
Ƶ1 = 37 𝑌1 = 0,380
Ƶ2 = 30 𝑌2 = 0,358
- Kecepatan keliling
𝜋. 𝑑𝑡. 𝑛
𝑉1 =
60 × 1000
3,14 × 111 × 5800
=
60000
= 33,692 𝑚⁄𝑠
- Gaya tangensial
102 × 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑉
102 × 119,686
=
33,692
= 362,240𝑘𝑔
- Faktor dinamis
6
𝐹𝑣 =
6+𝑉
6
=
6 + 33,692
= 0,151
Transmisi 1
Ƶ1 = 14
Ƶ2 = 52
Transmisi 2
Ƶ3 = 12
Ƶ4 = 45
Transmisi 3
Ƶ5 = 28
Ƶ6 = 38
Transmisi 4
Ƶ7 = 33
Ƶ8 = 33
Transmisi 5
Ƶ9 = 37
Ƶ10 = 230
Transmisi Mundur
Ƶ11 = 14
Ƶ12 = 52
Ƶ13 = 68
Efisiensi transmisi 1
1 Ƶ1 + Ƶ2 Ƶ7 + Ƶ8
ɳ1 = 1 − [ + ]
7 Ƶ1 . Ƶ2 Ƶ7 . Ƶ8
1 14 + 52 33 + 33
=1− [ + ]
7 14 . 52 33 . 33
= 0,97
= 97 %
Efisiensi transmisi 2
1 Ƶ1 + Ƶ2 Ƶ5 + Ƶ6
ɳ2 = 1 − [ + ]
7 Ƶ1 . Ƶ2 Ƶ5 . Ƶ6
1 14 + 52 28 + 38
=1− [ + ]
7 14 . 52 28 . 38
= 0,97
= 97%
Efisiensi transmisi 3
1 Ƶ1 + Ƶ2 Ƶ3 + Ƶ4
ɳ3 = 1 − [ + ]
7 Ƶ1 . Ƶ2 Ƶ3 . Ƶ4
1 14 + 52 12 + 45
=1− [ + ]
7 14 . 52 12 . 45
= 0,97
= 97%
Efisiensi transmisi 4
1 Ƶ1 + Ƶ2 Ƶ9 + Ƶ10
ɳ4 = 1 − [ + ]
7 Ƶ1 . Ƶ2 Ƶ9 . Ƶ10
1 14 + 52 27 + 230
=1− [ + ]
7 14 . 52 27 . 230
= 0,98
= 98%
Efisiensi transmisi 5
1 Ƶ1 + Ƶ2 Ƶ12 + Ƶ13
ɳ5 = 1 − [ + ]
7 Ƶ1 . Ƶ2 Ƶ12 . Ƶ13
1 14 + 52 52 + 68
=1− [ + ]
7 14 . 52 52. 68
= 0,98
= 98%
Efisiensi transmisi mundur
1 Ƶ1 + Ƶ2 Ƶ9 + Ƶ10 Ƶ10 + Ƶ11
ɳ𝑟 = 1 − [ + + ]
7 Ƶ1 . Ƶ2 Ƶ9 . Ƶ10 Ƶ10 . Ƶ11
1 14 + 52 37 + 230 230 + 14
=1− [ + + ]
7 14 . 52 37 . 230 230 . 14
= 0,97
= 97 %
Efisiensi Mekanis
ɳ𝑀𝑎𝑘𝑠 = ɳ1 𝑥 ɳ2 𝑥 ɳ3 𝑥 ɳ4 𝑥 ɳ5 𝑥 ɳ𝑅
= 0,97 𝑥 0,97 𝑥 0,97 𝑥 0,98 𝑥 0,98 𝑥 0,957
= 0,85
= 85 %
P𝑔 = P𝑚𝑎𝑘𝑠 (1 − ɳ𝑀𝑎𝑘𝑠 )
= 107 (1 − 0,85)
= 16,05 PS
P𝑚𝑎𝑘𝑠 − P𝑔
ɳ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 =
P𝑚𝑎𝑘𝑠
107 − 16,05
=
107
= 0,85
= 85 %
- Menentukan Lebar Gigi
𝑚
S =𝜋 ( )
2
= 3,14 (3/2)
= 4,71 mm
- Menentukan Clearance
0,157
Clearance =
𝑃
0,157
=
0,42
= 0,373 mm
- Menentukan Adendum (aw)
aw = 1/P
= 1 / 0,42
= 2,38 mm
3 5,1
=√ × 1 × 1 × 17369,6
11
= 20,04 𝑚𝑚
= 20 𝑚𝑚
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ronggolawee.files.wordpress.com/.../85702598-tugas-elemen-
mesin
Sularso dan Kiyokatsu Suga, “Dasar Perencanaan Elemen Mesin”, PT Pradya
Paramita, Jakarta, 1985.
Khurmi, R.S., and Gupta, J.K., 1982, Text Books of Machine Design, Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd, Ram Nagar, New Delhi 110055.
Agustinus P.I.,“Diktat Elemen Mesin”Teknik Mesin UNTAR, 2014.poros
Yefri Chan,ST,MT,“Diktat Elemen Mesin II“,Universitas Darma Persada,
2010.pasak
ITP.,”Bantalan BAB 7”.,2012.