DISTRIBUSI GAMMA

Distribusi gamma ini mempunyai fungsi densitas berbentuk:

−𝑥
𝛼−1
𝑓(𝑥) = 𝑘 . 𝑥 .𝑒 𝛽 ; 𝑥 > 0, 𝛼 > 0, 𝛽 > 0

= 0; x lainnya.

Kita akan menentukan nilai konstanta k sedemikian hingga fungsi di atas

memenuhi sebuah fungsi densitas.

 Sifat (i) dari fungsi densitas : 𝑓(𝑥) ≥ 0

−𝑥
𝑘 . 𝑥 𝛼−1 . 𝑒 𝛽 ≥ 0

Karena 𝑥 > 0, 𝛼 > 0, dan 𝛽 > 0 maka 𝑘 > 0

∞
 Sifat (ii) dari fungsi densitas: ∫−∞ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 1
0 ∞
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 1
−∞ 0
0 ∞ −𝑥
∫ 0 𝑑𝑥 + ∫ 𝑘 . 𝑥 𝛼−1 . 𝑒 𝛽 𝑑𝑥 = 1
−∞ 0
∞ −𝑥
𝛼−1
0 + 𝑘. ∫ 𝑥 .𝑒 𝛽 𝑑𝑥 = 1
0

Integral di atas diselesaikan dengan menggunakan bantuan fungsi gamma

yaitu:
∞
Γ(𝑎) = ∫0 𝑦 0−1 . 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦, untuk 𝛼 > 0
Keterangan lebih lanjut dari fungsi gamma ini bisa dilihat dalam lampiran 1.
𝑥
Misalnya: 𝑦 = , maka 𝑥 = 𝛽𝑦
𝛽

𝑑𝑥 = 𝛽𝑑𝑦
Batas-batas: untuk 𝑥 = 0, maka 𝑦 = 0
Untuk 𝑥 = ∞ maka 𝑦 = ∞
 ∞
𝑘. ∫ 𝛽𝑦 𝑎−1 . 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦 = 1
0
∞
𝑘. 𝛽 . ∫ 𝑦 𝑎−1 . 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦 = 1
𝑎
0

𝑘. 𝛽 𝑎 . Γ(𝑎) = 1
1
𝑘=
𝛽 𝑎 . Γ(𝑎)

Dari uraian di atas, kita peroleh definisi distribusi gamma, yaitu sebagai berikut.

Definisi: Fungsi Densitas Gamma

Peubah acak X dikatakan berdistribusi gamma, jika dan hanya jika fungsi
densitasnya berbentuk:
−𝑥
1 𝛼−1
𝑓(𝑥) = 𝑥 .𝑒 𝛽 ; 𝑥 > 0, 𝛼 > 0, 𝛽 > 0
𝛽 𝑎 .Γ(𝑎)

= 0; x lainnya.

Peubah acak X yang berdistribusi gamma disebut juga peubah acak gamma.

Penulisan notasi dari peubah acak X yang berdistribusi gamma adalah

𝐺(𝑥; 𝛼, 𝛽); artinya peubah acak X berdistribusi gamma dengan parameter
𝛼 dan β.

Peubah acak X yang berdistribusi gamma dengan parameternya 𝛼 dan β

bisa juga dituliskan sebagai:

𝑋 − 𝐺(𝛼, 𝛽)

Rataan, varians, dan fungsi pembangkit momen distribusi gamma bisa

dilihat pada dalil dibawah ini:
Dalil: Parameter Distribusi Gamma

Rataan, varians, dan fungsi pembangkit momen dari distribusi gamma

dirumuskan sebagai berikut.

1. 𝜇 = 𝛼 𝛽
Bukti:

1. Berdasarkan definisi rataan kontinu, maka:

∞
𝜇 = 𝐸(𝑋) = ∫ 𝑥. 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
−∞
0 ∞
= ∫ 𝑥. 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑥. 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
−∞ 0
−𝑥
0 ∞ 1
= ∫−∞ 𝑥. 0 𝑑𝑥 + ∫0 𝑥 𝛼−1 ∙ 𝑒 𝛽 𝑑𝑥
𝛽 𝛼 ∙ Γ(𝛼)

−𝑥
1 ∞ 𝛼−1
=0+ 𝛼 ∫ 𝑥 ∙ 𝑒 𝛽 𝑑𝑥
𝛽 ∙ Γ(𝛼) 0

𝑥
Misalnya: = , maka 𝑥 = 𝛽𝑦
𝛽

𝑑𝑥 = 𝛽𝑑𝑦

Batas-batas: untuk 𝑥 = 0, maka 𝑦 = 0

Untuk 𝑥 = ∞ maka 𝑦 = ∞

∞
1
𝜇 = 𝐸(𝑋) = ∫ (𝛽𝑦)𝑎 . 𝑒 −𝑦 . 𝛽𝑑𝑦
𝛽𝛼 ∙ Γ(𝛼) 0

𝛽 ∞
= ∫ 𝑦 𝑎 . 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦
Γ(𝑎) 0

𝛽
= . Γ(𝛼 + 1)
Γ(𝑎)
 𝛽
= . α. Γ(𝛼)
Γ(𝑎)

𝜇 = 𝐸(𝑋) = 𝛼 𝛽 (terbukti)

2. Berdasarkan definisi varians, maka:

𝑉𝑎𝑟(𝑋) = 𝐸(𝑋 2 ) − ⦋𝐸(𝑋)⦌2

Dengan:

∞
𝐸(𝑥 2 ) = ∫−∞ 𝑥 2 ∙ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

0 ∞
= ∫−∞ 𝑥 2 ∙ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫0 𝑥 2 ∙ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

−𝑥
0 ∞ 1
= ∫−∞ 𝑥 2 ∙ 0 𝑑𝑥 + ∫0 𝑥 2 ∙
𝛽 𝛼 ∙ Γ(𝛼)
𝑥 𝛼−1
∙𝑒 𝛽 𝑑𝑥

−𝑥
1 ∞ 𝛼+1
=0+ 𝛼 ∫ 𝑥 ∙ 𝑒 𝛽 𝑑𝑥
𝛽 ∙ Γ(𝛼) 0

−𝑥
1 ∞ 𝛼+1
= 𝛼 ∫ 𝑥 ∙ 𝑒 𝛽 𝑑𝑥
𝛽 ∙ Γ(𝛼) 0

𝑥
Misalnya: 𝑦 = , maka 𝑥 = 𝛽 𝑦
𝛽

𝑑𝑥 = 𝛽 𝑑𝑦

Batas-batas: Untuk 𝑥 = 0, maka 𝑦 = 0

Untuk 𝑥 = ∞, maka 𝑦 = ∞

1 ∞
𝐸(𝑥 2 ) = ∫ (𝛽 𝑦)𝛼+1 ∙ 𝑒 −𝑦 ∙ 𝛽 𝑑𝑦
𝛽𝛼 ∙ Γ(𝛼) 0

𝛽𝛼 ∞
= ∫ 𝑦 𝛼+1 ∙ 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦
Γ(𝛼) 0

𝛽𝛼
= ∙ Γ (𝛼 + 2)
Γ(𝛼)
 𝛽𝛼
= ∙ (𝛼 + 1) (𝛼) ∙ Γ (𝛼)
Γ(𝛼)

𝐸(𝑥 2 ) = 𝛼 (𝛼 + 1) 𝛽 2

Sehingga:

𝑉𝑎𝑟(𝑥) = 𝛼 (𝛼 + 1) 𝛽 2 – (𝛼 𝛽)2

= 𝛼 2 𝛽 2 + 𝛼𝛽 2 − 𝛼 2 𝛽 2

𝑉𝑎𝑟(𝑥) = 𝛼𝛽 2 (terbukti)

3. Berdasarkan definisi fungsi pembangkit momen kontinu, maka:

∞
𝑀𝑥 (t) = ∫−∞ 𝑒 𝑡𝑥 ∙ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

0 ∞
= ∫−∞ 𝑒 𝑡𝑥 ∙ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫0 𝑒 𝑡𝑥 ∙ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

−𝑥
0 ∞ 1
= ∫−∞ 𝑒 𝑡𝑥 ∙ 0 𝑑𝑥 + ∫0 𝑒 𝑡𝑥 ∙
𝛽 𝛼 ∙ Γ(𝛼)
𝑥 𝛼−1
∙ 𝑒 𝛽 𝑑𝑥

1
1 ∞ 𝛼−1 −𝑥 [( )−1]
=0+ 𝛼 ∫0
𝑥 ∙𝑒 𝛽 𝑑𝑥
𝛽 ∙ Γ(𝛼)

1
1 ∞ −𝑥 [( )−1]
=
𝛽 𝛼 ∙ Γ(𝛼)
∫0 𝑥 𝛼−1 ∙ 𝑒 𝛽 𝑑𝑥

1 𝑦
Misalnya: 𝑦 = 𝑥 ( − 1), maka 𝑥 = 1
𝛽 −𝑡
𝛽

𝛽
𝑑𝑥 = 𝑑𝑦
1−𝛽𝑡

Batas-batas: Untuk 𝑥 = 0, maka 𝑦 = 0

Untuk 𝑥 = ∞, maka 𝑦 = ∞

1 ∞ 𝛽𝑦 𝛼−1 𝛽
𝑀𝑥 (t) = ∫ (1−𝛽𝑡) ∙ 𝑒 −𝑦 ∙ 𝑑𝑦
𝛽 𝛼 ∙ Γ(𝛼) 0 1−𝛽𝑡
 𝛽𝛼 ∞
=
𝛽 𝛼 ∙ Γ(𝛼) ∙ (1−𝛽𝑡)𝛼
∫0 𝑦 𝛼−1 ∙ 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦

1
= ∙ Γ(𝛼)
Γ(𝛼) ∙ (1−𝛽𝑡)𝛼

1
𝑀𝑥 (t) = (1 − 𝛽𝑡)−𝛼 ; t < (terbukti)
𝛽

Pemahaman uraian tentang distribusi gamma diperjelas melalui contoh 9.4 dan
9.5.

Contoh 9.4:

Apakah artinya X ~ G(3,3)? Kemudian tuliskan bentuk fungsi densitasnya.

Penyelesaian:

X ~ G(3,3) artinya peubah acak X berdistribusi gamma dengan parameter 𝛼 = 3

dan 𝛽 = 3.

Fungsi densitas dari X berbentuk:

−𝑥
1
g(x) = ( ) 𝑥 2 ∙ 𝑒 3 ; 𝑥 > 0
54

= 0; 𝑥 lainnya.

Contoh 9.5:

Misalnya peubah acak Y berdistribusi gamma dengan parameter 𝛼 = 2 dan 𝛽 =

3. Hitunglah peluang bahwa Y berharga lebih dari 4.

Penyelesaian:

Fungsi densitas dari Y berbentuk:

−𝑦
𝑦
h(y) = ( ) 𝑒 3 ; 𝑦 > 0
9

= 0; 𝑦 lainnya.
 −𝑦
∞1
Jadi: P(Y >4) = ∫4 𝑦 ∙ 𝑒 3 𝑑𝑦
9

−𝑦
1
= lim 𝑦 . 𝑒 3 𝑑𝑦
9 𝑏→∞

Integral di atas diselesaikan dengan menggunakan inteegral parsial.

Misalnya: u = y, maka du = dy
−𝑦 −𝑦
dv = 𝑒 3 𝑑𝑦, maka v = −3 . 𝑒 3

−𝑦
𝑏
1 𝑏 −𝑦
P(Y >4) = 9 lim (−3𝑦 . 𝑒 3 ] + 3 ∫4 𝑒 3 𝑑𝑦 )
𝑏→∞
𝑦=4

−𝑦
𝑏 −𝑦
1
= 9 lim (−3𝑦 . 𝑒 3 ] − 9 . 𝑒 3 ] 𝑑𝑦)
𝑏→∞
𝑦=4

−𝑏 −4 −𝑏 −4
1
= lim (−3𝑏 . 𝑒 3 + 12 . 𝑒 3 − 9 . 𝑒 3 + 9 . 𝑒 3 )
9 𝑏→∞

−𝑏 −𝑏 −4
1
= [ lim (−3𝑏 . 𝑒 3 ) + 21. 𝑒 3 − lim (9 . 𝑒 3 ) ]
9 𝑏→∞ 𝑏→∞

−4
1
= ( ) (0 + 21 . 𝑒 3 − 0)
9

−4
21
P(Y >4) = ( ) . 𝑒 3 = 0,6151
9