Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROYEKSI AKSONOMETRI DAN PROYEKSI MIRING

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Zainur Rofiq, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Hanif Ammarullah

19503241052

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nya lah akhirnya saya bisa menyusun makalah dengan
tema “Gambar proyeksi pada benda tiga dimensi” dan judul “Proyeksi
Aksonometri dan Proyeksi Miring” sebagai tugas dalam mata kuliah gambar
teknik ini tepat pada waktunya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Zainur Rofiq, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah gambar teknik yang telah memberikan tugas ini kepada
saya sehinggan saya mendapatkan banyak tambahan pengetahuan mengenai
proyeksi aksonometri dan proyeksi miring.

Saya selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah saya susun ini bisa
memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama dalam hal
gambar teknik.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga saya sangat mengharapkan masukan serta
kritikan dari para pembaca.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Yogyakarta, 4 November 2019

Hanif Ammarullah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam sebuah perancangan teknik dibutuhkan sebuah gambar


teknik yang menjadi sebuah alat komunikasi atau biasa disebut dengan bahasa
teknis untuk menyatakan maksud dari seorang ahli teknik tersebut.

Sedangkan dalam gambar teknik seorang ahli teknik (perancang)


harus bisa menyajikan sebuah benda tiga dimensi pada bidang datar dua
dimensi, maka itu dipergunakan cara proyeksi. Gambar proyeksi memliki arti
gambar bayangan suatu bendad yang berasal dari benda nyata atau imajiner
yang dituangkan dalam bidang gambar menurut cara-cara tertentu. Cara-cara
tersebut berkenaan dengan arah garis pemroyeksi yang meliputi sejajar
(paralel) dan memusat (sentral). Arah yang sejajar terdiri atas sejajar tegak
lurus terhadap bidang gambar dan sejajar akan tetapi miring terhadap bidang
gambar.

Berdasarkan arah garis pemroyeksi tersebut dikenal berbagai jenis


gambar proyeksi. Garis pemroyeksi yang sejajar tegak lurus terhadap bidang
gambar menghasilkan gambar proyeksi orthogonal yang terdiri dari proyeksi
Eropa, proyeksi Amerika, dan proyeksi Aksonometri. Garis pemroyeksi yang
sejajar tetapi miring terhadap bidang gambar menghasilkan proyeksi Oblik
(miring). Sementara garis pemroyeksi yang memusat (sentral) terhadap bidang
gambar menghasilkan gambar perspektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proyeksi aksonometri ?
2. Apa saja yang termasuk dengan proyeksi aksonometri?
3. Apa saja perbedaan proyeksi aksonometri (isometri, dimetri, dan
trimetri) ?
4. Apa yang dimaksud dengan proyeksi miring?
5. Apa yang dimaksud dengan proyeksi orthogonal?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian proyeksi aksonometri.
2. Menjelaskan apa saja yang termasuk proyeksi aksonometri.
3. Menjelaskan perbedaan di antara proyeksi aksonometri (isometri,
dimetri, dan trimetri)
4. Menjelaskan pengertian proyeksi miring.
5. Menjelaskan pengertian proyeksi orthogonal.

D. Manfaat Masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan proyeksi aksonometri.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk proyeksi aksonometri.
3. Untuk mengetahui perbedaan di antara proyeksi aksonometri (isometri,
dimetri, dan trimetri)
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan proyeksi miring.
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan proyeksi orthogonal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proyeksi Aksonometri
Proyeksi Aksonometri adalah proyeksi menggambar benda dengan
ketentuan sudut proyeksi dan skala pemendekan yang telah ditetapkan
melalui proyeksi isometri, dimetri dan trimetri.
Aksonometri adalah sebuh sebutan umum untuk pandangan yang
dihasilkan oleh garis-garis proyeksi suatu benda. Dalam penggambaran ini
garis-garis pemroyeksi ditarik tegak lurus terhadap bidang proyeksi.
Aksonometri merupakan salah satu modifikasi penggambaran satu
bentuk yang berskala. Gambar aksonometri berguna untuk dapat lebih
menjelaskan bentuk suatu bangunan, baik itu bentuk bangunan seutuhnya,
potongan bangunan yang memperlihatkan struktur atau interiornya, detail
bagian bangunan atau sampai menunjukkan skema utilitas suatu bangunan.
Proyeksi Aksonometri adalah proyeksi menggambar benda dengan
ketentuan sudut proyeksi dan skala pemendekan yang telah ditetapkan
meliputi proyeksi isometri, dimetri dan trimetri. Proyeksi ini merupakan
proyeksi gambar dimana bidang-bidang atau tepi benda dimiringkan
terhadap bidang proyeksi, maka tiga muka dari benda tersebut akan terlihat
serentak dan memberikan gambaran bentuk benda seperti sebenarnya.
Kelemahan dari gambar aksonometri adalah agak tidak enak
dipandang, dikarenakan bagian belakan benda terlihat seolah-olah lebih
besar dari bagian depannya (terjadi distorsi).
Proyeksi aksonometri adalah proyeksi miring di mana tiga muka
(dimensi) dari benda akan terlihat dengan bentuk dan ukuran yang
sebanding benda aslinya. Proyeksi ini disebut jugs proyeksi sejajar karena
garis-garis objek yang sejajar tetap sejajar. Proyeksi ini dapat juga disebut
sebagai proyeksi dengan titik hilang tak terhingga.
Untuk menggambarkan proyeksi aksonometri dapat dilakukan
dengan berbagai posisi. Ada beberapa jenis penggambaran Aksonometri
yaitu: Isometri, Dimetri dan Trimetri.

B. Macam-Macam Proyeksi Aksonometri


1. Proyeksi Isometri
Proyeksi isometric merupakan proyeksi aksonometri dimana
pandangan yang dipilih dari objek diletakkan sedemikian rupa terhadap
bidang proyeksi dimana masing – masing bidang membentuk sudut 30°
dan skala yang digunakan pada setiap bidang adalah sama atau Sudut
antara sumbu satu terhadap sumbu lainya 1200.

Gambar sudut yang terbentuk dari sumbu proyeksi isometric

Pada gambar di bawah (gambar a) diperlihatkan sebuah tampakan


atas dan depan dari sebuah kubus ABCDEFGH. Sisi AB, AD, AE
ketiganya sama panjang dan saling berpotongan pada sudut yang sama
yaitu 120o. Pada posisi seperti itu (gambar a), ketika bidang horisontal
dinaikkan sebesar 35o16’, maka dari depan akan tampak rusuk HE dan FE
membentuk sudut 30o (gambar b). Sehingga dalam penggambaran, terjadi
pemendekan panjang rusuk AE dari panjang sebenarnya dengan skala
pendekatan 0,82 : 1 yang didapat dari hasil sin 54o,44’ (gambar c).
Sedangkan untuk panjang rusuk AB dan AD juga terjadi pemendekan
panjang rusuk dengan skala pendekatan 0,82 : 1 yang didapat dari cos
35o,16’. Sehingga skala perbandingan antara rusuk AB : AD : AE = 0,82 :
0,82 : 0,82 = 1 : 1 : 1.

Gambar skala pemendekan proyeksi isometri

 Proyeksi isometri lingkaran


Contoh gambar proyeksi isometri sebuah lingkaran berdiameter 50
satuan panjang ditunjukkan pada Gambar 6. Sebuah lingkaran dapat
digambarkan dalam proyeksi isometri dengan bantuan sebuah segiempat
bujur-sangkar yang mengitarinya. Dengan offset method, dari sejumlah
titik pada lingkaran dicari titik-titik bantu pada bujursangkar yang
mengelilinginya.
Dengan proyeksi isometri, sebuah lingkaran tampak sebagai
sebuah ellips. Penggambaran ellips, apabila dilakukan dengan program
aplikasi komputer semisal AutoCAD, bukan merupakan tugas yang sulit.
Namun apabila dilakukan secara manual, penggambaran ellips tidak
mudah dilakukan sehingga memerlukan suatu pendekatan
Bentuk ellips didekati dengan empat busur lingkaran. Pertama,
dibuat sebuah bujur-sangkar abcd yang melingkupi lingkaran pada gambar
tampak atas. Selanjutnya, proyeksi isometri bujur-sangkar ini dengan
mudah dapat dibuat. Dari titik sudut A, ditarik garis lurus ke titik 3 (titik
tengah BC); garis ini memotong diagonal BD di titik Bc. Jarak Bc3 akan
sama dengan jarak Bc1. Dengan cara yang sama, dapat ditarik garis A5
yang memotong BD di titik Dc, sehingga ditemukan Dc5 yang jaraknya
sama dengan jarak Dc7. Dengan titik pusat A, dibuat busur lingkaran 345
dengan radius A3 = A4 = A5. Selanjutnya, dengan titik pusat Bc, dibuat
busur lingkaran 123 dengan radius Bc1 = Bc2 = Bc3. Kedua busur
lingkaran tersebut membentuk separuh ellips. Paruh ellips yang lain dapat
dibuat dengan mudah mengikuti langkah-langkah yang sama.
 Proyeksi isometri bola
Contoh gambar proyeksi isometri sebuah bola berdiameter 50
satuan panjang yang diletakkan di atas bidang horizontal ditunjukkan pada
Gambar di bawah.
Ambil potongan melintang vertikal melalui titik pusat bola. Bentuk
potongan adalah lingkaran berdiameter sama dengan diameter bola.
Proyeksi isometri lingkaran ini adalah ellips, yaitu ellips 2 dan 3 berpusat
di titik P, yang masing-masing digambarkan pada dua bidang isometri
vertikal yang berbeda. Panjang sumbu utama kedua ellips adalah sama
dengan diameter lingkaran. Jarak dari pusat ellips P ke titik Q adalah sama
dengan radius isometrik bola.
Sekali lagi, ambil potongan melintang melalui titik pusat bola,
namun kali ini melalui bidang horizontal. Bentuk potongan adalah
lingkaran berdiameter sama dengan diameter bola. Proyeksi isometri
lingkaran ini adalah ellips 1 yang berpusat di titik P dan berada pada
bidang horizontal. Panjang sumbu utama ellips ini adalah juga sama
dengan diameter bola.
Tampak bahwa pada proyeksi isometri, jarak setiap titik
pada permukaan bola dari titik pusat bola adalah sama dengan radius.
2. Proyeksi Dimetri

Proyeksi Dimetri merupakan bagian dari proyeksi aksonometri.


Untuk memperjelas ruang lingkup proyeksi isometri siswa harus
memahami aturan yang ada misalnya sudut proyeksi dan skala
pemendekan. Proyeksi Dimetri artinya skala pemendekan untuk kedua
sumbu adalah sama, sedangkan sudut proyeksi boleh sama atau
berbeda.

Gambar : Kemiringan yang berbeda

Sebuah benda digambarkan ke dalam proyeksi isometri kadang-


kadang sering didapatkan beberapa buah garis menjadi berimpit atau
beberapa buah bidang sering diproyeksikan sebagai garis lurus,
sehingga bentuk keseluruhan dari benda tersebut menjadi tidak jelas,
maka untuk mengatasi hal tersebut benda tesebut bisa digambarkan
kedalam bentuk proyeksi dimetri seperti gambar di atas.

Tabel di bawah menunjukan sudut proyeksi dan skala perpendekan


untuk proyeksi Dimetri. Aturan yang mendasar untuk Proyeksi Dimetri
adalah terdapat skala pemendekan yang sama terhadap dua sumbu
dan/atau dua sudut. Jadi untuk proyeksi Isometri bisa dikatakan
proyeksi dimetri karena telah memenuhi syarat terdapat skala
pemendekan yang sama untuk dua sumbu dan dua sudut proyeksi yang
sama.
Sudut proyeksi dan skala perpendekan

Sudut proyeksi (0) Skala perpendekan


Cara Proyeksi
a b Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

15 15 73 73 96
Proyeksi
35 35 86 86 71
Dimetri
40 10 54 92 92

Gambar dimetri hampir sama dengan gambar isometri,


perbedaannya terletak pada penggunaan sudut pola dasar, dimana
gambar isometri menggunakan sudut 30° sedang gambar dimetri
menggunakan sudut 41° dan sudut 7°.

Contoh Gambar Dimetri

3. Proyeksi Trimetri
Proyeksi trimetri adalah proyeksi dengan skala pendekatan tiga sisi dan
tiga sudut tidak sama. Proyeksi ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
Cara Sudut proyeksi (0) Skala perpendekan

Proyeksi a b Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

20 10 64 83 97

30 15 65 86 92

Proyesi 30 20 72 83 89

Trimetri 35 25 77 85 83

45 15 65 92 86

Tabel di atas menunjukan sudut proyeksi dan skala perpendekan untuk


proyeksi Trimetri. Aturan yang mendasar untuk Proyeksi Trimetri adalah terdapat
skala pemendekan yang boleh sama / tidak sama terhadap ketiga sumbu dan/atau
dua sudut. Jadi untuk proyeksi Isometri bisa dikatakan proyeksi dimetri karena
telah memenuhi syarat terdapat skala pemendekan yang sama untuk dua sumbu
dan dua sudut proyeksi yang sama, dan juga bisa dikatakan Proyeksi Trimetri.

C. Proyeksi Miring.
Pada proyeksi miring, pada dasarnya perbandingan antar sumbunya
baik x, y maupun z, mempunyai perbandingan yang sama dengan proyeksi
dimetri, hanya saja yang berbeda adalah besar sudut α = 0 derajat dan
besar sudut β = 45 derajat.
Perhatikan contoh dibawah ini, perubahan proyeksi dimetri dengan
sudut α = 7 derajat dan sudut β = 40 derajat menjadi proyeksi miring
dengan sudut α = 0 derajat dan sudut β = 45 derajat.

(Proyeksi Dimetri menjadi Proyeksi Miring)

Pada prinsipnya, proyeksi miring merupakan suatu proyeksi yang


sejajar, akan tetapi garis proyeksinya berkedudukan miring terhadap
bidang proyeksinya. Untuk proyeksi miring lain, berikut ini adalah besar
sudut α dan β tetadap garis horisontal dan perbandingan panjang garis tiap-
tiap sumbu x, y dan z.

D. Proyeksi Orthogonal
Proyeksi Ortogonal berbeda dengan aksonometri. Bila proyeksi
aksonometri menampilkan benda secara 3 dimensi dalam satu bidang
(dalam satu sudut pandang), maka proyeksi orthogonal menampilkan
secara 2 dimensi dari beberapa sudut pandang. Proyeksi ini dibagi menjadi
dua, proyeksi kuadran 1 atau proyeksi eropa dan proyeksi kuadran 3 atau
proyeksi Amerika.
[Prinsip penggambaran proyeksi orthogonal kuadran 1 & 3.
Dimana benda ditaruh di kuadran 1 atau 3, kemudian diproyeksikan dari
arah viewingke bidang gambar horisontal (HP) dan vertikal (VP)]

[cara menggambar proyeksi kuadran I (Eropa)]

[cara menggambar proyeksi kuadran III (Amerika)]


BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN

Gambar proyeksi merupakan gambar bayangan suatu benda yang berasal


dari benda nyata atau imajiner yang dituangkan dalam bidang gambar menurut
cara-cara tertentu. Cara-cara tersebut berkenaan dengan arah garis pemroyeksi
yang meliputi sejajar (paralel) dan memusat (sentral). Arah yang sejajar terdiri
atas sejajar tegak lurus terhadap bidang gambar dan sejajar akan tetapi miring
terhadap bidang gambar. Berdasarkan arah garis pemroyeksi tersebut dikenal
berbagai jenis gambar proyeksi. Garis pemroyeksi yang sejajar tegak lurus
terhadap bidang gambar menghasilkan gambar proyeksi orthogonal yang terdiri
dari proyeksi Eropa, proyeksi Amerika, dan proyeksi Aksonometri. Garis
pemroyeksi yang sejajar tetapi miring terhadap bidang gambar menghasilkan
proyeksi Oblik (miring). Sementara garis pemroyeksi yang memusat (sentral)
terhadap bidang gambar menghasilkan gambar perspektif.
Proyeksi Aksonometri adalah proyeksi menggambar benda dengan
ketentuan sudut proyeksi dan skala pemendekan yang telah ditetapkan meliputi
proyeksi isometri, dimetri dan trimetri.

Proyeksi isometric merupakan proyeksi aksonometri dimana pandangan


yang dipilih dari objek diletakkan sedemikian rupa terhadap bidang proyeksi
dimana masing – masing bidang membentuk sudut 30° dan skala yang
digunakan pada setiap bidang adalah sama atau Sudut antara sumbu satu
terhadap sumbu lainya 1200.

Proyeksi Dimetri merupakan bagian dari proyeksi aksonometri.


Untuk memperjelas ruang lingkup proyeksi isometri siswa harus memahami
aturan yang ada misalnya sudut proyeksi dan skala pemendekan.

Proyeksi Trimetri adalah terdapat skala pemendekan yang boleh sama /


tidak sama terhadap ketiga sumbu dan/atau dua sudut.
Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-
garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan
dengan cara ini disebut gambar proyeksi miring.

SARAN

-
DAFTAR PUSAKA

http://pengertianproyeksi.blogspot.com/2016/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://blog.ub.ac.id/aldygrafista/tag/aksonometri/

http://lgp-unhas.blogspot.com/2011/08/proyeksi-aksonometri.html

https://mazgun.wordpress.com/2009/01/20/gambar-proyeksi/

https://www.arsicad.id/pengertian-gambar-teknik/

https://www.academia.edu/38625467/Gambar_dasar_teknik

Anda mungkin juga menyukai