OLEH KELOMPOK II
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambar Proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi suatu benda yang
mana dapat kita ketahui tentang kejelasan suatu objek secara matematis. Dalam
menggambar proyeksi dituntut keterampilan menggunakan alat-alat seperti mistar,
jangka, pinsil, rapido/trek-pen, dan alat-alat matematis lainnya. Di samping itu, juga
harus mampu menarik garis secara terukur seperti ketebalan garis, kerataan garis dan
sambungan garis.
Untuk bisa membaca gambar, maka terlebih dahulu anda harus memahami
informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Untuk bisa memahami informasi dari
sebuah gambar, antara designer (perancang gambar), drafter (juru gambar) dan
operator (pengguna gambar) harus mempunyai konsep yang sama sehingga informasi
gambar yang dimaksudkan tidak terjadi salah pengertian di antara ketiga orang
tersebut.
Untuk itu designer, drafter dan operator harus memahami, simbol, ukuran dan
skala gambar yang telah distandarkan. Cara yang lain dapat dilakukan untuk bisa
membaca gambar adalah dengan memahami jenis proyeksi dari gambar tersebut.
Proyeksi adalah gambar dari benda nyata atau khayalan, yang dilukiskan
menurut garis-garis pandangan pengamat pada suatu bidang datar/ bidang gambar.
Proyeksi juga berfungsi untuk menyatakan wujud benda dalam bentuk gambar yang
diperlukan.
B. Tujuan
Memahami gambar proyeksi dan memenuhi tugas dari Bapak Zainur Rofiq
agar dapat menjalani mata kuliah gambar teknik dengan baik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gambar Proyeksi
Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis, bidang,
benda ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang gambar. Proyeksi
piktorial adalah cara penyajian suatu gambar tiga dimensi terhadap bidang dua
dimensi. Sedangkan proyeksi ortogonal merupakan cara pemproyeksian yang bidang
proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya
B. Proyeksi Piktorial
Proyeksi Piktorial adalah suatu cara menampilkan gambar secara tiga dimensi
dalam suatu bidang gambar (dua dimensi) dalam pandangan tunggal. Gambar
piktorial disebut juga gambar ilustrasi, tetapi tidak semua gambar ilustrasi termasuk
gambar piktorial. Ada beberapa macam proyeksi piktorial, antara lain adalah:
Proyeksi isometri
Proyeksi dimetri
Proyeksi trimetri
Proyeksi miring
Gambar perspektif
Selain dua hal tersebut si atas, dalam gambar teknik, dikenal juga proyeksi
aksonometri. Dalam proyeksi aksonometri, sebuah obyek digambar secara tiga
dimensi dengan ketentuan sudut proyeksi dan skala pemendekan yang sudah diatur
4
dan ditetapkan sebelumnya. Gambar aksonometri biasanya dipergunakan untuk lebih
menjelaskan detil-detil struktur maupun arsitektur gambar perencanaan sebuah
bangunan. Yang termasuk gambar proyeksi aksonometri adalah proyeksi isometri,
proyeksi dimetri dan proyeksi trimetri.
1. Proyeksi Isometri
Proyeksi isometri menyajikan benda dengan tepat, karena panjang
garis pada sumbu-sumbunya menggambarkan panjang sebenarnya. Cara
menggambarnya sangat sederhana karena tidak ada ukuran-ukuran benda yang
mengalami skala perpendekan.
Gambar menampilkan kedudukan sumbu-sumbu isometri, yang dapat
dipilih sesuai dengan tujuan dan hasil yang akan memberikan kesan gambar
paling jelas.
Sebagai contoh diambil sebuah kubus seperti pada Gambar 5.5.
Kemudian kubus ini dimiringkan sehingga diagonal bendanya berdiri tegak lurus
pada bidang vertikal, atau bidang proyeksi. Sudut antara bidang bawah kubus dan
bidang horizontal menjadi 35o16'. Jika kubus ini diproyeksikan pada bidang
proyeksi P proyeksinya akan menunjukkan ketiga bidang dari kubus. Dalam
gambar proyeksi ini sisi-sisi AB, AD dan AE ketiga-tiganya sama panjang, dan
saling berpotongan pada sudut yang sama pula, yaitu 120o. Proyeksi demikian
disebut proyeksi isometri. Ketiga garis lurus AB, AD dan AE adalah sumbu-
sumbu isometri. Panjang masing-masing sisi lebih pendek dari pada panjang sisi
sebenarnya. Panjang garis-garis dapat diukur pada sumbu-sumbu ini dengan skala
yang sama.
Gambar II.1
5
2. Proyeksi Dimetri
Proyeksi dimetri merupakan penyempurnaan dari gambar isometri,
dimana garis-garis yang tumpang-tindih yang terdapat pada gambar isometri, pada
gambar dimetri tidak kelihatan lagi.Proyeksi pada Gambar 5.6. di mana skala
perpendekan dari dua sisi dan dua sudut dengan garis horizontal sama, disebut
proyeksi dimetri.
Gambar II.2
3. Proyeksi Trimetri
Proyeksi trimetri merupakan proyeksi yang berpatokan kepada
besarnya sudut antara sumbu-sumbu (x,y,z) dan panjang garis sumbu-sumbu
tersebut. Sudut proyeksi trimetri adalah 20 derajat untuk alfa dan 30 derajat untuk
beta atau 10 derajat untuk alfa dan 20 derajat untuk beta.
Proyeksi pada Gambar 5.7. di mana skala perpendekan dari tiga sisi
dan tiga sudut tidak sama, disebut proyeksi trimetri.
Gambar II.3
Harga-harga dari sudut dan skala perpendekan dari proyeksi
aksonometri yang khas terdapat pada tabel berikut.
6
4. Proyeksi Miring
Proyeksi miring merupakan proyeksi gambar dimana garis-garis
proyeksi tidak tegak lurus bidang proyeksi, tetapi membentuk sudut sembarang
(miring). Permukaan depan dari benda pada proyeksi ditempatkan dengan bidang
kerja proyeksi sehingga bentuk permukaan depan tergambar seperti sebenarnya.
Jika kedalaman benda sama dengan panjang sebenarnya disebut
proyeksi miring cavalier, sedangkan untuk panjang kedalaman yang diperpendek
disebut dengan proyeksi miring cabinet. Gambar oblique biasanya dimulai dengan
3 basis sumbu yaitu 0 derajat, 45 derajat dan 90 derajat.
Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-
garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan oleh
cara proyeksi ini disebut gambar proyeksi miring. Pada proyeksi ini bendanya
dapat diletakkan sesukanya, tetapi biasanya permukaan depan dari benda
diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal. Dengan demikian bentuk
permukaan depan tergambar seperti sebenarnya, yang juga terdapat pada gambar
proyeksi ortogonal.
Sudut yang menggambarkan kedalamannya biasanya 30°, 45° atau 60°
terhadap sumbu horizontal. Sudut-sudut ini disesuaikan dengan segi tiga yang
dipakai mempunyai sudut-sudut 30°, 45° dan 60°. Dalamnya dapat ditentukan
sembarang, seperti tampak pada Gambar 5.15.
7
Gambar II.4
Oleh karena itu sering kali dipergunakan skala perpendekan pada
sumbu ke dalam, misalnya 3/4, 1/2, atau 1/3. Skala perpendekan 1/2 memberikan
gambar yang tidak berobah, dan penggambarannya agak mudah. Gambar
demikian disebut gambar Cabinet. Gambar Cabinet dengan sudut 45° banyak
dipakai di beberapa negara.
5. Gambar Perspektif
Proyeksi perspektif merupakan proyeksi piktorial yang terbaik kesan
visualnya, tetapi cara penggambarannya sangat sulit dan rumit, apalagi untuk
menggambar bagian-bagian yang rumit dan kecil. Pada proyeksi perspektif garis-
garis pandangan (garis proyeksi) di pusatkan pada satu atau beberapa titik. Titik
tersebut dianggap sebagai mata pengamat. Bayangan yang terbentuk pada bidang
proyeksi disebut dengan gambar perspektif.
Jika antara benda dan titik penglihatan tetap diletakkan sebuah bidang
vertikal atau bidang gambar, maka pada bidang gambar ini akan terbentuk
bayangan dari benda tadi (Gambar 5.17). Bayangan ini disebut gambar perspektif.
Gambar perspektif adalah gambar yang serupa dengan gambar benda
yang dilihat dengan mata biasa, dan banyak dipergunakan dalam bidang arsitektur.
Ini merupakan gambar pandangan tunggal yang terbaik, tetapi cara
penggambarannya sangat sulit dan rumit dari pada cara-cara gambar yang lain.
Untuk gambar teknik dengan bagian-bagian yang rumit dan kecil tidak
menguntungkan, oleh karenanya jarang sekali dipakai dalam gambar teknik
mesin.
8
perspektif, seperti perspektif satu titik (perspektif sejajar), perspektif dua titik
(perspektif sudut) dan perspektif tiga titik (perspektif miring), sesuai dengan
jumlah titik hilang yang dipakai
Proy
Gambar II.6
C. Proyeksi orthogonal
Proyeksi Orthognal adalah gambar proyeksi suatu obyek yang bidang
proyeksinya tegak lurus terhadap proyektor. Yang dimaksud proyektor adalah garis-
garis yang memproyeksikan obyek terhadap bidang proyeksi.
9
Pada Proyeksi Orthogonal di atas dapat dilihat bahwa ABCD adalah bidang
proyeksi, a – a1 adalah garis proyektor, dan bidang ABCD tegak lurus terhadap garis
a – a1.
Antara benda dan titik penglihatan di tak terhingga diletakkan sebuah bidang
tembus pandang sejajar dengan bidang yang akan digambar. Pada Gambar II.8 bidang
10
tembus pandang diambil vertikal. Apa yang dilihat pada bidang tembus pandang ini
merupakan gambar proyeksi dari benda tersebut. Jika benda tersebut dilihat dari
depan, maka gambar pada bidang tembus pandang ini disebut pandangan depan.
Dengan cara demikian benda tadi dapat diproyeksikan pada bidang proyeksi
horizontal, pada bidang proyeksi vertikal sebelah kiri atau kanan, dan masingmasing
gambar disebut pandangan atas, pandangan kiri atau kanan (Gambar 5.20).
Tiga, empat atau lebih gambar demikian digabungkan dalam satu kertas
gambar, dan terdapatlah suatu susunan gambar yang memberikan gambaran jelas dari
benda yang dimaksud.
Keterangan Gambar
Panah paling atas : Proyektor
Panah ditengah : bidang proyeksi
Panah dibawah : proyeksi
11
Gambar II.10
Gambar II.11
Keterangan Gambar
Panah paling atas : Proyektor
Panah ditengah : bidang proyeksi
Panah dibawah : proyeksi
Gambar II.12
Keterangan Gambar
12
Panah paling atas : Proyektor
Panah ditengah : bidang proyeksi
Panah dibawah : proyeksi
Gambar II.13
1. Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari masing
pengarang buku yang menjadi refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini
merupakan proyeksi yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya.
Gambar II.14
Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang
13
2. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga
proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran III.
Proyekasi Amerika merupakan proyeksi
yang letak bidangnya sama dengan arah
pandangannya.
Gambar II.15
Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang
14
Dari gambar, bentuk benda dapat langsung dibayangkan. Dengan
pandangan depan sebagai patokan dan bendanya muncul seperti
aslinya.
gambarnya mudah dibaca, karena hubungan anatara gambar yang satu
dengan yang lain dekat. Tidak saja mudah dibaca, tetapi jarang terjadi
salah pengertian.Cukup mudah lagi (terutama) pada benda-benda yang
panjang, susunan pandangan depan dan pandangan samping mudah
sekali dibaca.
pandangan yang berhubungan diletakkan berdekatan, oleh karena itu
mudah untuk memberi ukuran-ukurannya. Tidak mungkin terjadi salah
pembacaan ukuran. Bagi teknisi (operator mesin) lebih sederhana.
dengan proyeksi Amerika mudah memberi pandangan tambahan atau
pandangan setempat.
5. Simbol Proyeksi
Untuk membedakan proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika, perlu
diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditepkan bahwa
cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO,
gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi Eropa (Kuadran I atau dikenal
dengan proyeksi sudut pertama).
Dalam sebuah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan
menggunakan kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan
disisi kanan bawah kertas gambar. Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah
sebuah kerucut terpancung.
Gambar II.16
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proyeksi Piktorial
Proyeksi piktorial terbagi menjadi 4 macam, yaitu isometri, dimetri,
miring, dan perspektif.
Proyeksi piktorial hanya digunakan pada gambar tiga dimensi untuk
diproyeksikan pada bidang dua dimensi.
2. Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal merupakan proyeksi suatu titik, garis, bidang, dan
benda terhadap suatu bidang dengan garis proyektor yang tegak lurus terhadap
bidang proyekstornya.
3. Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa hanya digunakan pada bidang dari suatu benda tiga
dimensi agar memberikan informasi lebih detail
Letak bidang yang diproyeksikan dengan proyeksi Eropa terbalik dengan
arah pandangannya.
4. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika hanya digunakan pada bidang dari suatu benda tiga
dimensi agar memberikan informasi lebih detail.
Letak bidang yang diproyeksikan dengan proyeksi Amerika sama dengan
arah pandangannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sato, Takeshi. 2013. Menggambar mesin menurut standar ISO. Jakarta Timur: PT Balai
Pustaka
https://gurupujaz.wordpress.com/2016/01/24/proyeksi-gambar/
https://tgbsmkn2.wordpress.com/2015/03/23/gambar-proyeksi-bagian-2/
https://www.scribd.com/doc/283134379/Tugas-Mata-Kuliah-Gambar-Teknik-proyeksi-
ORTOGONAL-PIKTORIAL
17