1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambar Proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi suatu
benda yang mana dapat kita ketahui tentang kejelasan suatu objek secara
matematis. Dalam menggambar proyeksi dituntut keterampilan
menggunakan alat-alat seperti mistar, jangka, pinsil, rapido/trek-pen, dan
alat-alat matematis lainnya. Di samping itu, juga harus mampu menarik
garis secara terukur seperti ketebalan garis, kerataan garis dan sambungan
garis.
Untuk bisa membaca gambar, maka terlebih dahulu anda harus
memahami informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Untuk bisa
memahami informasi dari sebuah gambar, antara designer (perancang
gambar), drafter (juru gambar) dan operator (pengguna gambar) harus
mempunyai konsep yang sama sehingga informasi gambar yang
dimaksudkan tidak terjadi salah pengertian di antara ketiga orang tersebut.
Untuk itu designer, drafter dan operator harus memahami, simbol,
ukuran dan skala gambar yang telah distandarkan. Cara yang lain dapat
dilakukan untuk bisa membaca gambar adalah dengan memahami jenis
proyeksi dari gambar tersebut.
Proyeksi adalah gambar dari benda nyata atau khayalan, yang
dilukiskan menurut garis-garis pandangan pengamat pada suatu bidang
datar/ bidang gambar. Proyeksi juga berfungsi untuk menyatakan wujud
benda dalam bentuk gambar yang diperlukan.
2
B. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Proyeksi Piktorial
Proyeksi Piktorial adalah suatu cara menampilkan gambar secara
tiga dimensi dalam suatu bidang gambar (dua dimensi) dalam pandangan
tunggal. Gambar piktorial disebut juga gambar ilustrasi, tetapi tidak semua
gambar ilustrasi termasuk gambar piktorial. Ada beberapa macam
proyeksi piktorial, antara lain adalah:
Proyeksi isometri
Proyeksi dimetri
Proyeksi trimetri
Proyeksi miring
Gambar perspektif
4
Proyeksi isometri sampai miring merupakan proyeksi paralelogram,
yaitu bahwa garis-garis sejajar pada gambar akan tetap merupakan garis
sejajar dan tidak akan pernah bertemu pada suatu titik. Sedangkan yang
no 5 garis-garis sejajar pada gambar perspektif akan bertemu pada suatu
titik yang disebut titik lenyap atau titik hilang.
Selain dua hal tersebut si atas, dalam gambar teknik, dikenal juga
proyeksi aksonometri. Dalam proyeksi aksonometri, sebuah obyek
digambar secara tiga dimensi dengan ketentuan sudut proyeksi dan skala
pemendekan yang sudah diatur dan ditetapkan sebelumnya. Gambar
aksonometri biasanya dipergunakan untuk lebih menjelaskan detil-detil
struktur maupun arsitektur gambar perencanaan sebuah bangunan. Yang
termasuk gambar proyeksi aksonometri adalah proyeksi isometri, proyeksi
dimetri dan proyeksi trimetri.
1. Proyeksi Isometri
Proyeksi isometri menyajikan benda dengan tepat, karena
panjang garis pada sumbu-sumbunya menggambarkan panjang
sebenarnya. Cara menggambarnya sangat sederhana karena tidak ada
ukuran-ukuran benda yang mengalami skala perpendekan.
Gambar menampilkan kedudukan sumbu-sumbu isometri,
yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan hasil yang akan
memberikan kesan gambar paling jelas.
Sebagai contoh diambil sebuah kubus seperti pada Gambar
5.5. Kemudian kubus ini dimiringkan sehingga diagonal bendanya
berdiri tegak lurus pada bidang vertikal, atau bidang proyeksi. Sudut
antara bidang bawah kubus dan bidang horizontal menjadi 35o16'. Jika
kubus ini diproyeksikan pada bidang proyeksi P proyeksinya akan
menunjukkan ketiga bidang dari kubus. Dalam gambar proyeksi ini
sisi-sisi AB, AD dan AE ketiga-tiganya sama panjang, dan saling
berpotongan pada sudut yang sama pula, yaitu 120o. Proyeksi
demikian disebut proyeksi isometri. Ketiga garis lurus AB, AD dan AE
adalah sumbu-sumbu isometri. Panjang masing-masing sisi lebih
5
pendek dari pada panjang sisi sebenarnya. Panjang garis-garis dapat
diukur pada sumbu-sumbu ini dengan skala yang sama.
Gambar II.1
2. Proyeksi Dimetri
Proyeksi dimetri merupakan penyempurnaan dari gambar
isometri, dimana garis-garis yang tumpang-tindih yang terdapat pada
gambar isometri, pada gambar dimetri tidak kelihatan lagi.Proyeksi
pada Gambar 5.6. di mana skala perpendekan dari dua sisi dan dua
sudut dengan garis horizontal sama, disebut proyeksi dimetri.
Gambar II.2
6
3. Proyeksi Trimetri
Proyeksi trimetri merupakan proyeksi yang berpatokan
kepada besarnya sudut antara sumbu-sumbu (x,y,z) dan panjang garis
sumbu-sumbu tersebut. Sudut proyeksi trimetri adalah 20 derajat untuk
alfa dan 30 derajat untuk beta atau 10 derajat untuk alfa dan 20 derajat
untuk beta.
Proyeksi pada Gambar 5.7. di mana skala perpendekan dari
tiga sisi dan tiga sudut tidak sama, disebut proyeksi trimetri.
Gambar II.3
Harga-harga dari sudut dan skala perpendekan dari
proyeksi aksonometri yang khas terdapat pada tabel berikut.
7
4. Proyeksi Miring
Proyeksi miring merupakan proyeksi gambar dimana garis-
garis proyeksi tidak tegak lurus bidang proyeksi, tetapi membentuk
sudut sembarang (miring). Permukaan depan dari benda pada proyeksi
ditempatkan dengan bidang kerja proyeksi sehingga bentuk permukaan
depan tergambar seperti sebenarnya.
Jika kedalaman benda sama dengan panjang sebenarnya
disebut proyeksi miring cavalier, sedangkan untuk panjang kedalaman
yang diperpendek disebut dengan proyeksi miring cabinet. Gambar
oblique biasanya dimulai dengan 3 basis sumbu yaitu 0 derajat, 45
derajat dan 90 derajat.
Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi
dengan garis-garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi.
Gambar yang dihasilkan oleh cara proyeksi ini disebut gambar
proyeksi miring. Pada proyeksi ini bendanya dapat diletakkan
sesukanya, tetapi biasanya permukaan depan dari benda diletakkan
sejajar dengan bidang proyeksi vertikal. Dengan demikian bentuk
permukaan depan tergambar seperti sebenarnya, yang juga terdapat
pada gambar proyeksi ortogonal.
Sudut yang menggambarkan kedalamannya biasanya 30°,
45° atau 60° terhadap sumbu horizontal. Sudut-sudut ini disesuaikan
dengan segi tiga yang dipakai mempunyai sudut-sudut 30°, 45° dan
60°. Dalamnya dapat ditentukan sembarang, seperti tampak pada
Gambar 5.15.
Jika panjang ke dalam sama dengan panjang sebenarnya,
gambar demikian disebut gambar Cavalier. Pada proyeksi ini skala
yang sama dapat dipergunakan pada sumbu-sumbu yang lain.
8
Gambar II.4
Oleh karena itu sering kali dipergunakan skala perpendekan
pada sumbu ke dalam, misalnya 3/4, 1/2, atau 1/3. Skala perpendekan
1/2 memberikan gambar yang tidak berobah, dan penggambarannya
agak mudah. Gambar demikian disebut gambar Cabinet. Gambar
Cabinet dengan sudut 45° banyak dipakai di beberapa negara.
5. Gambar Perspektif
Proyeksi perspektif merupakan proyeksi piktorial yang
terbaik kesan visualnya, tetapi cara penggambarannya sangat sulit dan
rumit, apalagi untuk menggambar bagian-bagian yang rumit dan kecil.
Pada proyeksi perspektif garis-garis pandangan (garis proyeksi) di
pusatkan pada satu atau beberapa titik. Titik tersebut dianggap sebagai
mata pengamat. Bayangan yang terbentuk pada bidang proyeksi
disebut dengan gambar perspektif.
Jika antara benda dan titik penglihatan tetap diletakkan
sebuah bidang vertikal atau bidang gambar, maka pada bidang gambar
ini akan terbentuk bayangan dari benda tadi (Gambar 5.17). Bayangan
ini disebut gambar perspektif.
Gambar perspektif adalah gambar yang serupa dengan
gambar benda yang dilihat dengan mata biasa, dan banyak
dipergunakan dalam bidang arsitektur. Ini merupakan gambar
pandangan tunggal yang terbaik, tetapi cara penggambarannya sangat
sulit dan rumit dari pada cara-cara gambar yang lain. Untuk gambar
9
teknik dengan bagian-bagian yang rumit dan kecil tidak
menguntungkan, oleh karenanya jarang sekali dipakai dalam gambar
teknik mesin.
P
r
o
y
Gambar II.6
C. Proyeksi orthogonal
Proyeksi Orthognal adalah gambar proyeksi suatu obyek yang
bidang proyeksinya tegak lurus terhadap proyektor. Yang dimaksud
proyektor adalah garis-garis yang memproyeksikan obyek terhadap bidang
proyeksi.
10
Gambar II.7 Proyeksi Orthogonal
Pada Proyeksi Orthogonal di atas dapat dilihat bahwa ABCD
adalah bidang proyeksi, a – a1 adalah garis proyektor, dan bidang ABCD
tegak lurus terhadap garis a – a1.
11
Proyeksi ortogonal pada umumnya tidak memberikan gambaran
lengkap dari benda hanya dengan satu proyeksi saja. Oleh karena itu
diambil beberapa bidang proyeksi. Biasanya diambil tiga bidang tegak
lurus, dan dapat ditambah dengan bidang bantu di mana diperlukan.
Bendanya diproyeksikan secara ortogonal pada tiap-tiap bidang proyeksi
untuk memperlihatkan benda tersebut pada bidang-bidang dua dimensi.
Dengan menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut dapatlah
diperoleh gambaran jelas dari benda yang dimaksud. Cara penggambaran
demikian disebut proyeksi ortogonal yang diperlihatkan pada Gambar II.8
12
Gambar II.9. Proyeksi ortogonal.
Keterangan Gambar
Panah paling atas : Proyektor
Panah ditengah : bidang proyeksi
Panah dibawah : proyeksi
Gambar II.10
13
2. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis
Keterangan Gambar
Panah paling atas : Proyektor
Panah ditengah : bidang proyeksi
Panah dibawah : proyeksi
Gambar II.11
Keterangan Gambar
Panah paling atas : Proyektor
Panah ditengah : bidang proyeksi
Panah dibawah : proyeksi
Gambar II.12
14
4. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda
Keterangan Gambar
Panah paling atas : Proyektor
Panah ditengah : bidang proyeksi
Panah dibawah : proyeksi
Gambar II.13
1. Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga
ada yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini
tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi refrensi. Dapat
dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak
bidangnya terbalik dengan arah pandangannya.
15
Gambar II.14
Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang
2. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan
juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika
merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama dengan arah
pandangannya.
16
Gambar II.15
Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang
17
pandangan yang berhubungan diletakkan berdekatan, oleh
karena itu mudah untuk memberi ukuran-ukurannya. Tidak
mungkin terjadi salah pembacaan ukuran. Bagi teknisi
(operator mesin) lebih sederhana.
dengan proyeksi Amerika mudah memberi pandangan
tambahan atau pandangan setempat.
5. Simbol Proyeksi
Untuk membedakan proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika,
perlu diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128),
telah ditepkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan.
Sedangkan untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar
menurut proyeksi Eropa (Kuadran I atau dikenal dengan proyeksi
sudut pertama).
Dalam sebuah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar
dengan menggunakan kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol
proyeksi ditempatkan disisi kanan bawah kertas gambar.
Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut terpancung.
Gambar II.16
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proyeksi Piktorial
Proyeksi piktorial terbagi menjadi 4 macam, yaitu isometri,
dimetri, miring, dan perspektif.
Proyeksi piktorial hanya digunakan pada gambar tiga dimensi
untuk diproyeksikan pada bidang dua dimensi.
2. Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal merupakan proyeksi suatu titik, garis,
bidang, dan benda terhadap suatu bidang dengan garis proyektor
yang tegak lurus terhadap bidang proyekstornya.
3. Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa hanya digunakan pada bidang dari suatu benda
tiga dimensi agar memberikan informasi lebih detail
Letak bidang yang diproyeksikan dengan proyeksi Eropa
terbalik dengan arah pandangannya.
4. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika hanya digunakan pada bidang dari suatu
benda tiga dimensi agar memberikan informasi lebih detail.
Letak bidang yang diproyeksikan dengan proyeksi Amerika
sama dengan arah pandangannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sato, Takeshi. 2013. Menggambar mesin menurut standar ISO. Jakarta Timur: PT
Balai Pustaka
https://gurupujaz.wordpress.com/2016/01/24/proyeksi-gambar/
https://tgbsmkn2.wordpress.com/2015/03/23/gambar-proyeksi-bagian-2/
https://www.scribd.com/doc/283134379/Tugas-Mata-Kuliah-Gambar-Teknik-
proyeksi-ORTOGONAL-PIKTORIAL
20