Anda di halaman 1dari 6

KUALITAS VISUAL KORIDOR JALAN PADA

KAWASAN SAGAN, YOGYAKARTA


Anastasia Jessica Putri Larasati*, Ahmad Sarwadi, M. Santosa
Program Magister Desain Kawasan Binaan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email : *anastasia.jea@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu kawasan di kota Yogyakarta yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah Kampung Sagan,
Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Kawasan ini pada awal tumbuhnya merupakan kawasan rumah
tinggal amtenaar (pegawai pemerintahan) Belanda yang saat ini telah bertransformasi fungsi menjadi kawasan
komersil dengan indikasi munculnya cafe, rumah makan, homestay, dan hotel. Perubahan fungsi yang menjurus
ke arah perubahan fisik bangunan ini dikhawatirkan berdampak pula pada kualitas visual kawasan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas visual koridor jalan pada kawasan Sagan saat ini. Penelitian ini
menggunakan pendekatan expert judgement dimana peneliti sendiri sebagai penilai, berdasarkan teori-teori dan
cara penilaian yang sudah ada. Penilaian kualitas visual koridor dilakukan secara kuantitatif menggunakan
metode skoring, dengan variabel berupa vividness, intactness, dan unity. Hasil penelitian menemukan bahwa
kualitas visual koridor jalan pada kawasan Sagan berada pada klasifikasi “baik” dan “sedang”. Sebagian besar
koridor jalan dengan klasifikasi “baik” berada pada kawasan Sagan Lama yang didominasi oleh bangunan
kolonial yang masih dipertahankan bentuk aslinya, dan sebagian besar koridor jalan dengan klasifikasi “sedang”
berada pada kawasan Sagan Baru yang didominasi oleh bangunan modern dengan berbagai gaya arsitektural.
Elemen fisik yang paling berpengaruh secara positif bagi kualitas visual koridor jalan di kawasan Sagan adalah
warna, sedangkan yang paling berpengaruh secara negatif adalah gangguan visual.

Kata kunci : kualitas visual, kawasan kolonial, Sagan

PENDAHULUAN semula merupakan kawasan permukiman


kolonial, yang saat ini mulai beralih fungsi
Elemen arsitektur perkotaan atau kawasan dapat menjadi kawasan komersil dengan munculnya
memberikan kenyamanan dan kenikmatan visual berbagai macam bentuk bangunan usaha seperti
yang dihasilkan oleh ruang-ruang kota sebagai café hingga homestay. Perubahan fungsi yang
hasil bentukan dari elemen fisik kota tersebut. menjurus ke arah perubahan fisik bangunan ini
Elemen fisik kota yang ditampilkan secara dikhawatirkan mempengaruhi nilai-nilai sejarah
menarik serta didukung oleh penampilan kawasan yang terangkai dari keberadaan
lingkungan sekitarnya dapat memberikan bangunan-bangunan bersejarah di kawasan
karakter yang khas. Kekhasan elemen fisik Sagan.
pembentuk kota ini diperkuat oleh struktur
lingkungan sekitarnya dan memberikan ciri serta Dinamika pertumbuhan dan perkembangan
kejelasan bagi lingkungannya yang terwujud aktivitas yang terjadi pada kawasan Sagan yang
dalam rancangan maupun peletakannya terhadap cukup cepat seakan-akan cenderung memaksa
elemen fisik yang lainnya (Cullen, 1961). Dapat kawasan ini untuk terlalu mengutamakan
dikatakan bahwa bentukan fisik sebuah kota pembangunan tanpa memperhatikan keasrian
akan mempengaruhi terhadap kenyamanan visual yang terbangun sejak jaman dulu. Jalan-
visual bagi warga kota tersebut. jalan yang lebar khas permukiman Belanda kini
dipenuhi oleh parkir kendaraan. Oleh sebab itu
Sagan adalah salah satu kawasan yang terletak penelitian mengenai kualitas visual pada
pada Kelurahan Terban, Kecamatan kawasan Sagan menjadi perlu untuk dilakukan
Gondokusman, Kota Yogyakarta yang guna mengetahui kualitas visual kawasan pada
merupakan salah satu kawasan yang mengalami saat ini, serta nantinya dapat memberikan arahan
perkembangan yang cukup pesat. Kawasan ini

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 505
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Kualitas Visual Koridor Jalan pada Kawasan Sagan, Yogyakarta

mengenai peningkatan kualitas visual bagi Candrakirana, Jalan Kartini, Jalan Sagan Baru II,
kawasan Sagan. Jalan Sagan Timur, dan Jalan Sagan Kidul
(Gambar 2).
Variabel penelitian mengenai kualitas visual
dalam hal pengamatan terhadap image kawasan
yang paling tepat menurut Blair (1980) adalah
vividness, intactness, dan unity.Untuk
memudahkan proses penelitian, maka ditentukan
objek-objek amatan bagi setiap variabel.
Variabel vividness yang merupakan kemampuan
suatu objek visual untuk diingat akan diamati
melalui objek amatan berupa bentuk dan massa
bangunan, warna, dan kelangkaan. Variabel
intactness yang merupakan integrasi komponen
alam dan buatan akan diamati melalui objek
amatan berupa integrasi elemen vegetasi dan Gambar 2. Koridor Jalan Objek Amatan.
infrastruktur, serta karena objek amatan berupa
kawasan hunian dan komersial maka Setiap koridor amatan nantinya akan dinilai
ditambahkan pula objek amatan gangguan menggunakan sistem penilaian dan skoring dari
visual. Sedangkan variabel unity yang setiap variabel dan objek amatan dengan nilai 5
merupakan harmonisasi objek visual akan (lima) sebagai nilai tertinggi, dan nilai 1 (satu)
diamati melalui objek amatan modifikasi variasi. sebagai nilai terendah. Jumlah skor yang
terkumpul akan menentukan kualitas visual
METODE PENELITIAN masing-masing koridor jalan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan expert


judgement dimana peneliti sendiri sebagai
penilai, berdasarkan teori-teori dan cara
penilaian yang sudah ada. Penilaian kualitas
visual kawasan dilakukan secara kuantitatif
dengan menggunakan metode skoring yang
variabel dan objek amatannya telah ditemukan.

Penelitian ini memfokuskan pada kawasan yang


mengalami perubahan visual untuk diteliti
kualitas visualnya saat ini setelah terjadi Berdasarkan perhitungan klasifikasi kualitas
perubahan. Area yang paling banyak mengalami visual baik, sedang, buruk diatas, diperoleh skor
perubahan pada kawasan Sagan adalah Sagan klasifikasi dengan ketentuan :
Lama dan Sagan Baru (Gambar 1). a. Kualitas visual baik : skor > 22
b. Kualitas visual sedang : skor 14-22
c. Kulaitas visual buruk : skor < 14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengamatan dan analisis


terhadap masing-masing koridor jalan sebagai
segmen amatan, maka ditemukanlah nilai-nilai
dari setiap objek amatan. Nilai-nilai ini
menggambarkan kondisi dari objek amatan,
Gambar 1. Peta Kawasan Sagan.
yang akhirnya akan menunjukkan bagaimana
kualitas visual dari koridor jalan pada saat ini
Objek yang digunakan adalah koridor jalan pada
kawasan Sagan yang terdiri dari Jalan Sam
Ratulangi, Jalan Dewi Sartika, Jalan

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 506
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anastasia Jessica Putri Larasati, Ahmad Sarwadi, M. Santosa

Tabel 1. Tabulasi Rangkuman Penilaian Variabel Visual Kawasan Sagan.

Jl. Sam Ratulangi

Jl. Candrakirana

Jl. Sagan Baru II

Jl. Sagan Timur


Jl. Dewi Sartika

Jl. Sagan Kidul


Jl. Kartini
Bentuk & Massa
3 3.5 3.5 3.5 4 3 3
Bangunan
Vividness Warna 5 5 5 4 2 4 5
(Kemudahan diingat)

Kelangkaan 5 5 3 5 3 2 3

Integrasi Elemen
Intactness Vegetasi & 5 5 3 4 2 3 3
(Integrasi Komponen alam Infrastruktur
& buatan, bebas dari
gangguan visual) Gangguan Visual 3 4 3 3 3 4 3

Unity
Modifikasi Variasi 4 3 3 4 2 5 5
(Harmonisasi objek visual)

Total Nilai Amatan 25 25.5 20.5 23.5 16 21 22

Berdasarkan perhitungan nilai dari setiap objek Dari hasil pemetaan klasifikasi nilai kualitas
amatan (Tabel 1), maka ditemukanlah klasifikasi visual koridor, dapat diamati bahwa koridor
dari setiap koridor amatan. Mengacu pada dengan klasifikasi kualitas visual baik berada
perhitungan skor klasifikasi yang telah pada kawasan Sagan Lama, sedangkan koridro
dilakukan sebelumnya, maka ditemukan bahwa dengan klasifikasi kualitas visual sedang berada
3 segmen berada pada klasifikasi kualitas visual pada kawasan Sagan Baru dan kawasan Sagan
baik, yaitu Jalan Sam Ratulangi, Jalan Dewi Lama yang berdekatan maupun berbatasan
Sartika, dan Jalan Kartini. Sedangkan 4 segmen kawasan Sagan Baru (kawasan transisi). Tidak
lainnya yaitu Jalan Candrakirana, Jalan Sagan ditemukan koridor dengan klasifikasi kualitas
Baru II, Jalan Sagan Timur, dan Jalan Sagan visual buruk pada kawasan amatan.
Kidul berada pada klasifikasi kualitas visual
sedang. Berikut adalah peta klasifikasi kualitas Klasifikasi Kualitas Visual Baik
visual dari segmen amatan.
Koridor yang termasuk dalam klasifikasi ini
berada pada kawasan Sagan Lama, dimana
kawasan ini sebagian besar didominasi oleh
fungsi hunian sehingga perubahan yang terjadi
tidak sepesat pada kawasan Sagan Baru. Faktor
yang berpengaruh terhadap kualitas visual
kawasan pada klasifikasi ini adalah :
a. Langgam kolonial yang dipertahankan,
serta skala natural khas kawasan
permukiman Belanda menjadi penguat
karakter kawasan sehingga membedakan
Gambar 3. Peta Klasifikasi Kualitas Visual Segmen kawasan ini dengan kawasan lain di kota
Amatan. Yogyakarta.
b. Selain kombinasi warna yang harmonis,
objek fisik yang khas dapat pula
menjadi peningkat nilai vividness,
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 507
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Kualitas Visual Koridor Jalan pada Kawasan Sagan, Yogyakarta

seperti halnya pedestrian yang tertata Sagan Baru memiliki karakter kawasan yang
rapi serta dilengkapi dengan vegetasi berbeda dengan kawasan Sagan Lama, dimana
peneduh dan penghias yang tidak dapat dominasi fungsinya adalah bangunan komersial
dijumpai pada kawasan lain. sehingga perubahan kawasan yang terjadi juga
c. Fungsi vegetasi yang mendukung fungsi lebih banyak dan cenderung tidak tertata dengan
dari infrastruktur di sekitarnya sangat baik. Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
berpengaruh pada kenyamanan visual kawasan pada klasifikasi ini adalah :
pengguna (Gambar 4). Integrasi antara a. Langgam bangunannya beragam,
elemen vegetasi dan elemen sehingga tidak nampak adanya kekhasan
infrastruktur ini serta ditambah dengan serta karakter kawasan yang
minimnya gangguan visual menambah berpengaruh terhadap nilai vividness.
nilai kualitas visual kawasan. Skala yang terbentuk didominasi oleh
skala natural, walaupun ketinggian
bangunan dapat lebih bebas divariasikan
pada kawasan ini.
b. Walaupun merupakan kawasan
komersial dengan berbagai bentuk dan
variasi bangunan, namun kombinasi
warna yang ada masih terlihat harmonis.
c. Tidak ditemukan faktor kelangkaan
yang dapat menjadi kekhasan kawasan
karena variasi yang terjadi terlalu
banyak.

Infrastruktur pada kawasan Sagan Baru belum


tertata dengan baik. Gangguan visual juga
Gambar 4. Kondisi Infrastruktur dan Vegetasi pada
Jalan Sam Ratulangi.
banyak ditemukan terutama pada kawasan Sagan
Baru karena merupakan kawasan komersial yang
d. Variasi dapat dilakukan selama tidak rentan terhadap gangguan visual (Gambar 5).
menyimpang jauh dari karakter
kawasan. Perubahan tampilan bangunan
yang terlalu ekstrem, baik dari sisi
bentuk maupun ketinggian sangat tidak
cocok dilakukan pada kawasan Sagan
Lama karena dapat merusak karakter
kawasan.

Klasifikasi Kualitas Visual Sedang

Koridor jalan yang termasuk dalam klasifikasi


ini adalah Jalan Candrakirana, Jalan Sagan Baru
II, Jalan Sagan Timur, dan Jalan Sagan Kidul. Gambar 5. Gangguan Visual pada Jalan Sagan Kidul.
Jalan Candrakirana berada pada kawasan Sagan
Lama namun berdekatan dengan kawasan Sagan Pada koridor Jalan Candrakirana yang berada
Baru, sedangkan Jalan Sagan Baru II, Jalan pada kawasan Sagan Lama, variasi seharusnya
Sagan Timur, dan Jalan Sagan Kidul berada tidak merusak karakter kawasan. Sedangkan
pada kawasan Sagan Baru. pada kawasan Sagan Baru, variasi dapat
dilakukan dengan lebih bebas.

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 508
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anastasia Jessica Putri Larasati, Ahmad Sarwadi, M. Santosa

Tabel 2.Tabulasi Kesimpulan Klasifikasi Kualitas Visual Baik dan Sedang Kawasan Sagan.

Variabel Objek Amatan Kualitas Visual Baik Kualitas Visual Sedang


Perubahan terjadi pada fungsi
Adanya dominasi langgam berupa yang berdampak pada bentuk
langgam kolonial. Perubahan bangunan sehingga langgam
Bentuk & Langgam yang terjadi sebagian besar hanya bangunan menjadi beragam dan
Massa pada fungsi, bukan pada bentuk minim kekhasan, walaupun
Bangunan dan langgam bangunan. masih ditemukan langgam
kolonial.
Koridor jalan didominasi oleh skala natural, yaitu dengan lebar jalan
Skala
3-4m dan ketinggian bangunan 1-2 lantai.
Vividness Warna lebih beragam walaupun
Didominasi oleh warna earthtone,
masih didominasi oleh warna-
warna kontras hanya pada
Warna warna earthtone. Terdapat
beberapa bagian sehingga masih
koridordengan kombinasi warna
terlihat harmonis.
yang terlalu monoton.
Masih ditemukan objek langka
Banyak ditemukan objek-objek yang khas berupa bangunan
Kelangkaan langka yang jarang bisa kolonial, namun selebihnya
ditemukan pada lokasi lain. terlalu banyak variasi sehingga
minim kelangkaan dan kekhasan.
Integrasi antara vegetasi dan
Fungsi vegetasi dan infrastruktur
infrastruktur kurang saling
Integrasi Elemen saling mendukung, karena pada
mendukung. Hal ini terjadi
Vegetasi & kawasan Sagan Lama
karena minimnya infrastruktur
Infrastruktur infrastruktur dan vegetasi telah
pada beberapa segmen, dan
tertata dengan baik.
kondisi yang kurang terawat.
Intactness
Karena merupakan kawasan
Ditemukan pada sebagian kecil komersial, sehingga sangat
segmen, berupa sampah dedaunan rentan terhadap gangguan visual
Gangguan Visual
kering dan kerusakan berupa reklame, sampah, hingga
infrastruktur. vegetasi dan infrastruktur yang
kurang terawat.
Segmen kawasan memiliki
Perubahan tampilan bangunan banyak variasi bangunan,
cukup beragam, namun masih sehingga sangat minim
Unity Modifikasi Variasi
mempertahankan corak kolonial kekhasan, walaupun pada
khas kawasan. sebagian kecil masih bisa
ditemui bangunan kolonial.

KESIMPULAN Sartika, dan Jalan Kartini. Ketiganya merupakan


bagian dari kawasan Sagan Lama, dimana salah
Penilaian kualitas visual dari setiap koridor jalan satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
pada kawasan Sagan menghasilkan dua kualitas visualnya adalah adanya karakter
klasifikasi nilai kualitas kawasan yaitu kawasan yang menonjol berupa komplek
klasifikasi kualitas visual baik dan klasifikasi bangunan hunian kolonial yang dilengkapi
kualitas visual sedang (Tabel 2). dengan penataan infrastruktur yang rapi dan
memadai. Kawasan Sagan Lama sendiri
Sebanyak 3 dari 7 koridor jalan atau sebesar diketahui sejak dulu merupakan komplek hunian
42,9% dari kawasan termasuk dalam klasifikasi kolonial, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kualitas visual baik. Koridor pada klasifikasi ini tidak banyak perubahan fungsi yang
terdiri dari Jalan Sam Ratulangi, Jalan Dewi berpengaruh terhadap perubahan bentuk fisik
bangunan dan kawasan.
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 509
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Kualitas Visual Koridor Jalan pada Kawasan Sagan, Yogyakarta

Sebanyak 4 dari 7 koridor jalan atau sebesar kolonial, kawasan Sagan Baru dapat
57,1% dari kawasan termasuk dalam klasifikasi dikembangkan menjadi kawasan komersial
kualitas visual sedang. Koridor pada klasifikasi kolonial dengan pendekatan langgam bangunan
ini terdiri dari Jalan Candrakirana, Jalan Sagan bercorak kolonial, sehingga fungsi kawasan
Baru II, Jalan Sagan Timur, dan Jalan Sagan tidak berubah namun karakter kawasan dapat
Kidul. Jalan Candrakirana berada pada kawasan terbentuk. Untuk mendukung fungsinya sebagai
perbatasan antara Sagan Lama dan Sagan Baru, kawasan komersial, penataan infrastruktur juga
sehingga perubahan yang terjadi juga merupakan harus dilakukan guna meningkatkan
pengaruh dari pembangunan yang terjadi pada kenyamanan para pengguna.
kawasan Sagan Baru. Jalan Sagan Baru II, Jalan
Sagan Timur, dan Jalan Sagan Kidul berada Penataan infrastruktur ini berupa keteraturan
pada kawasan Sagan Baru, dimana terjadi setback bangunan yang dapat dimanfaatkan
banyak perubahan fungsi bangunan dari hunian sebagai area parkir, dan juga penataan pedestrian
menjadi komersial, yang disertai pula dengan yang dilengkapi dengan guiding block bagi
perubahan tampilan fisik bangunan yang kaum disabilitas, planter yang berisi pohon
disesuaikan dengan fungsi barunya. peneduh dan tanaman hias, serta street furniture
Kawasan Sagan Baru mengalami banyak yang memadai serta sesuai dengan karakter
perubahan dan modivikasi sehingga karakter kolonial kawasan (Gambar 6).
kawasan tidak tampak.Sebagai kawasan
komersial yang semula merupakan kawasan

Gambar 6. Rekomendasi Penataan Jalan Sagan Kidul, Kawasan Sagan Baru

Daftar Pustaka Sasmito, Dindi E. C. 2015. “Kualitas Visual Koridor


Sungai Winongo Berdasarkan Karakter Visual
Berry, Wendell. 1980. Good Neighbours, Building Elemen Fisik Kawasan”. Tesis Program Pasca
Next To History, State Historical Colorado. Sarjana, MDKB, UGM, Yogyakarta.
Cullen, Gordon. 1980. Town Scape, The Wihardyanto, Dimas, Agus H, Firdawaty M. 2015.
Architectural Prees. Studi Karakteristik Bentuk pada Perumahan
Kolonial Sagan Yogyakarta. Indonesian Journal
of Conservation.

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 510
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai