Anda di halaman 1dari 50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Evaluasi Perkerasan Jalan dengan Metode Pavement Condition Index (PCI),


Pemeliharaan dan Peningkatan dengan Metode Analisa Komponen beserta
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ruas Jalan Insinyur Haji Juanda
Surakarta KM 0+650 – 3+850

TUGAS AKHIR

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Oleh:

IKA NOVIYANTI
I 8709013

PROGRAM DIPLOMA III


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO dan PERSEMBAHAN

MOTTO

 Be your self !!
 Ketika hidup memberikan kata “TIDAK” pada apa yang
kuinginkan, maka ALLAh SWT akan selalu berkata “YA” pada apa
yang kubutuhkan.

PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini kupersembahkan untuk:

 Allah SWT yang telah menberikan karunia-Nya


 Bapak/Ibu, Kakek/Nenek, Adik-adikku, dan TMB tercinta
 Teman-temanku semua

Terimakasih atas doa dan dukungannya.

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
Evaluasi Perkerasan Jalan dengan Metode Pavement Condition Index (PCI),
Pemeliharaan dan Peningkatan dengan Metode Analisa Komponen beserta
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ruas Jalan Insinyur Haji Juanda Surakarta KM
0+650 – 3+850 ini dengan baik.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan bagi
mahasiswa D-III Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md).

Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penyusun banyak menerima


bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta


jajarannya.
2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta jajarannya.
3. Pimpinan Program Studi DIII Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta jajarannya.
4. Ir. Sulastoro RI., MSi, selaku Dosen Pembimbing Akademis.
5. Ir. Djoko Sarwono, MT, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
6. Tim dosen penguji Tugas Akhir.
7. Dosen-dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
8. Rekan – rekan D3 Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan 09 atas bantuannya
dalam memberi saran untuk penyelesaian Laporan Kerja Praktek ini.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya Tugas akhir ini.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa
penyusun harapkan dari semua pihak. Akhirnya besar harapan penyusun, semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penyusun

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Ika Noviyanti, 2012. Evaluation on Road Hardening using Pavement Condition


Index (PCI) Method, Maintenance and Improvement using Component Analysis
Method as well as Expense Budget Plan (RAB) of Insinyur Haji Surakarta Street
of Surakarta Km 0+650 – 3+850. Final Project, Diploma III Urban Infrastructure
Civil Engineering Program, Civil Engineering Departement of Engineering
Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

Highway is one infrastructure that will accelerate an area’s growth and


development and will open social, economic and cultural relationship cross areas.
Land road is the society’s vital need in udertaking daily activity, therefore the
road that can provide good service is very desirable. But, this infrastructure is
frequently damaged.

This observation conducted in Insinyur Haji Juanda Street of Surakarta with


lenght of 3.2 km aims to asses the road codition using Pavement Condition Index
(PCI) method by dividing road into several segments in 50 m interval. Then, each
segment of road was observed (visually) and measured to indentifty the type of
damage existing and was assessed according to PCI method.

From the result of observation , several damages were obtained inculding


alligator cracking, bleeding, block cracking, bumps and sags, corrugation,
depression, edge cracking , longitudinal and transverse cracking, patching and
utility cut patching, polished aggregate, potholes, shoving, slippage cracking ,
swell, weathering and raveling. This damage only and the repair was done based
on the type of demage existing.

In this road, road improvement was done using Component Analysis Method. The
hardening material used was LASTON, and then necessary expense budget was
also estimated.

commit
Keywords: Pavement Condition Index to user
(PCI), Laston, RAB

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Ika Noviyanti, 2012. Evaluasi Perkerasan Jalan dengan Metode Pavement


Condition Index (PCI), Pemeliharaan dan Peningkatan dengan Metode Analisa
Komponen beserta Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ruas Jalan Insinyur Haji
Juanda Surakarta KM 0+650 – 3+850. Tugas Akhir, Program Diploma III
Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Jalan raya adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan
pengembangan suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan
budaya antar daerah. Jalan darat merupakan kebutuhan vital masyarakat di dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari, maka jalan yang dapat memberikan pelayanan
yang baik sangat diperlukan. Namun, sarana ini seringkali mengalami kerusakan.

Pengamatan yang dilakukan pada Jalan Insinyur Haji Juanda Surakarta dengan
panjang jalan 3,2 km ini bertujuan untuk melakukan penilaian kondisi jalan
dengan mengunakan metode Pavement Condition Index (PCI) dengan membagi
jalan menjadi beberapa segmen yaitu tiap 50 m. Kemudian, tiap segment jalan
dilakukan pengamatan (secara visual) dan pengukuran untuk mengidentifikasi
jenis kerusakan yang ada dan melakukan penilaian sesuai dengan metode PCI.

Dari hasil pengamatan diperoleh jenis kerusakan berupa alligator cracking,


bleeding, block cracking, bumps and sags, corrugation, depression, edge
cracking, longitudinal and transverse cracking, patching and utility cut patching,
polished aggregate, potholes, shoving, slippage cracking, swell, weathering and
ravelling. Kerusakan ini hanya terjadi pada beberapa segmen saja dan dilakukan
perbaikan berdasarkan jenis kerusakan yang ada.

Pada jalan ini juga dilakukan peningkatan jalan menggunakan Metode Analisa
Komponen. Bahan perkerasan yang digunakan adalah LASTON, kemudian
dihitung pula anggaran biaya yang dibutuhkan.

commit to user
Kata kunci: Pavement Condition Index (PCI), Laston, RAB.

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
TUGAS AKHIR ....................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
MOTTO dan PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xxiv
DAFTAR RUMUS ............................................................................................ xxvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Cakupan Tugas Akhir ................................................................................3
1.3 Batasan Tugas Akhir ..................................................................................3
1.4 Tujuan Tugas Akhir ...................................................................................4
1.5 Manfaat Tugas Akhir .................................................................................4
BAB II LANDASAN TEOR ..................................................................................5
2.1 Dasar Teori.................................................................................................5
2.1.1 Definisi Jalan ......................................................................................5
2.1.2 Klasifikasi Jalan ..................................................................................6
2.1.3 Daerah Bebas Jalan ...........................................................................10
2.2 Jenis Kerusakan .......................................................................................15
2.3 Konsep Pemeliharaan Jalan .....................................................................27
commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
2.3.1 Klasifikasi Pemeliharaan Jalan .........................................................28
2.3.2 Klasifikasi Jalan dan Tingkat Pelayanan ..........................................29
2.3.3 Klasifikasi Jalan dan Tingkat Kondisi Jalan .....................................30
2.3.4 Drainase Jalan ...................................................................................30
2.4 Perencanaan Tebal Perkerasan .................................................................32
2.4.1 Menentukan Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) ..............................33
2.4.2 Menentukan umur rencana (UR) ......................................................34
2.4.3 Menentukan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i %) ........................34
2.4.4 Menentukan Tingkat Lalu Lintas Harian Rara-Rata (LHR) .............34
2.4.5 Menentukan Angka Ekivalen masing-masing Kendaraan ................34
2.4.6 Menentukan Faktor Regional (FR) ...................................................36
2.4.7 Menentukan Indeks Permukaan (IP).................................................36
2.4.8 Mencari Nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP) ..................................38
2.4.9 Angka Ekivalen Beban Gandar Sumbu Kendaraan (E) ....................40
2.5 Metode Pavement Conditons Index (PCI) ...............................................42
2.5.1 Deformasi..........................................................................................42
2.5.2 Retak (Crack) ....................................................................................46
2.5.3 Kerusakan di Pinggir Perkerasan ......................................................51
2.5.4 Kerusakan Tektur Perkerasan ...........................................................53
2.5.5 Kegemukan (Bleeding/Flussing) ......................................................55
2.5.6 Agregat Licin (Polished Agregate) ...................................................55
2.5.7 Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut
Patching) ...........................................................................................56
2.5.8 Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing) .......................................57
2.5.9 Kadar Kerusakan (Density) ...............................................................57
2.5.10 Nilai Pengurangan (Deduct Value(DV)) ...........................................58
2.5.11 Total Deduct Value (TDV) ...............................................................68
commit to user
2.5.12 Corrected Deduct Value (CDV) .......................................................68

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
2.5.13 Nilai Kondisi Perkerasan (PCI) ........................................................68
2.6 Metode Perbaikan ....................................................................................71
2.6.1 Metode Perbaikan P1 (Penebaran Pasir) ...........................................71
2.6.2 Metode Perbaikan P2 (Laburan Aspal Setempat) .............................71
2.6.3 Metode Perbaikan P3 (Melapisi Retak) ............................................72
2.6.4 Metode Perbaikan P4 (Pengisian Retak) ..........................................73
2.6.5 Metode Perbaikan P5 (Penambalan Lubang)....................................73
2.6.6 Metode Perbaikan P6 (Perataan).......................................................74
BAB III METODOLOGI .......................................................................................76
3.1 Metode Survey .........................................................................................76
3.2 Lokasi Survey ..........................................................................................76
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................77
3.3.1 Data yang Diperoleh .........................................................................77
3.3.2 Peralatan yang Digunakan ................................................................77
3.4 Analisis Hasil Survey...............................................................................80
3.5 Tahapan Survey .......................................................................................80
3.6 Diagram Alir Survey ................................................................................81
BAB IV HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN ..............................................86
4.1 Jalan Insinyur Haji Juanda .......................................................................86
4.1.1 Drainase Jalan ...................................................................................86
4.2 Hasil Analisis ...........................................................................................87
4.2.1 Kerusakan Jalan ................................................................................87
4.2.2 Data Lalu Lintas Harian Rata – rata (LHR) ....................................126
4.2.3 Data California Bearing Ratio (CBR) .............................................140
4.2.4 Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan ..............................................150
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA ......................................................166
5.1 commit to user
Jenis Pekerjaan ....................................................................................... 166

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
5.2 Perhitungan Volume Pekerjaan..............................................................166
5.2.1 Pekerjaan Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine ...
........................................................................................................166
5.2.2 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair (Prime-coat) ..........170
5.2.3 Pekerjaan Lapis Perekat – Aspal Cair (Tack-coat) .........................172

5.2.4 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat dengan Aspalt Treated Base (ATB)
........................................................................................................174
5.2.5 Bahan Pengisi (Filler) .....................................................................176
5.2.6 Pekerjaan Latasir.............................................................................179
5.2.7 Pekerjaan Lapis Pengikat – Aspal Cair (Seal-coat) ........................182
5.2.8 Pekerjaan AC-WC ..........................................................................183
5.2.9 Pekerjaan Taburan Pasir .................................................................189
5.2.10 Marka Jalan Thermoplastic .............................................................189
5.3 Analisa Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan........................................192
5.4 Analisa Perhitungan Waktu Pelaksanaan Proyek ..................................195
5.5 Rekapitulasi Pekerjaan ...........................................................................197
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 198
6.1. Kesimpulan ............................................................................................202
6.2. Saran ......................................................................................................203
PENUTUP ......................................................................................................204
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................205
DAFTAR LAMPIRAN .......................................... Error! Bookmark not defined.

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penambang Melintang Jalan ...........................................................14

Gambar 2.2 Retak Rambut (Hair Cracks)..........................................................16

Gambar 2.3 Retak kulit buaya (Alligator Cracks) .............................................16

Gambar 2.4 Retak Pinggir (Edge Cracks) ..........................................................17

Gambar 2.5 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (Edge Joint


Cracks) ...........................................................................................18

Gambar 2.6 Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks) .................................19

Gambar 2.7 Retak Sambungan Pelebaran Jalan (Widening Cracks)..................19

Gambar 2.8 Retak Refleksi (Reflection Cracks) ................................................19

Gambar 2.9 Retak Selip (Slippage Cracks) ........................................................20

Gambar 2.10 Alur (Ruts) ......................................................................................21

Gambar 2.11 Bergelombang (Coguration) ..........................................................22

Gambar 2.12 Sungkur (Shoving) ..........................................................................22

Gambar 2.13 Amblas (Grade Depressions) .........................................................23

Gambar 2.14 Jembul (Upheaval) .........................................................................23

Gambar 2.15 Lubang (Pothole) ............................................................................24

Gambar 2.16 Pelepasan Butir (Raveling) .............................................................25

Gambar 2.17 Pengelupasan Lapisan (Stripping) ..................................................25

Gambar 2.18 Pengausan (Polished Agregat) ........................................................26

Gambar 2.21 Hubungan antara kondisi, umur, dan penanganan jalan .................28

Gambar 2.22 Susunan lapis perkersan jalan .........................................................32

Gambar 2.23 Nilai Kondisi Perkerasan (PCI) dan Tingkat Kerusakan ................69

Gambar 3.1 Jalan Insinyur Haji Juanda Surakarta .............................................76

Gambar 3.2 Mendimensi Kerusakan Jalan .........................................................78


commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Gambar 3.3 Diagram alir survey ........................................................................81

Gambar 3.4 Diagram alir survey kerusakan jalan ..............................................82

Gambar 3.5 Diagram alir survey LHR ...............................................................83

Gambar 3.6 Gambar 3.6 Diagram alir survey DCP ...........................................85

Gambar 4.1 Susunan perkerasan lajur A (arah Jurug – Pertigaan Balong) ......157

Gambar 4.2 Susunan perkerasan lajur B (arah Pertigaan Balong – Jurug) ......165

Gambar 5.1 Penampang perencanaan peningkatan jalan Ir. Haji Junda


Surakarta .......................................................................................187

Gambar 5.2 Sket lapis permukaan ....................................................................187

Gambar 5.3 Penampang pekerjaan Levelling...................................................188

Gambar 5.4 Penampang pekerjaan marka di tengah (putus-putus) ..................189

Gambar 5.5 Penampang pekerjaan Zebra Cross ..............................................190

Gambar 5.6 Penampang pekerjaan ZoSS .........................................................191

Gambar 5.7 Penampang Tulisan pada ZoSS ....................................................191

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi menurut kelas jalan ........................................................8

Tabel 2.2 Klasifikasi menurut medan jalan ......................................................8

Tabel 2.3 Kualitas drainase ............................................................................31

Tabel 2.4 Koefisien distribusi kendaraan (C) .................................................35

Tabel 2.5 Fakor regional (FR) ........................................................................36

Tabel 2.6 Indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) .........................37

Tabel 2.7 Indeks permukaan pada akhir umur rencana (IPt) ..........................38

Tabel 2.8 Penentuan nomogram ITP ..............................................................39

Tabel 2.9 Konfigurasi beban untuk MST 10 ton ............................................41

Tabel 2.10 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan alur (Rutting) .................................................................43

Tabel 2.11 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan bergelombang (Corrugation). .......................................43

Tabel 2.12 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan sungkur (Shoving). ........................................................44

Tabel 2.13 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan amblas (Depression). .....................................................45

Tabel 2.14 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan mengembang (Swell). ....................................................45

Tabel 2.15 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan benjol dan turun (Bump and Slags). ..............................46

Tabel 2.16 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan retak kulit buaya (Alligator Crack). ..............................47

Tabel 2.17 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan retak memanjang dan melintang (longitudinal
commit
and tranversal crack). to user
................................................................... 48

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 2.18 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi
kerusakan retak refleksi sambungan (Joint Reflection
Crack). ............................................................................................49

Tabel 2.19 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan retak blok (Block Crack). ..............................................50

Tabel 2.20 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan retak slip (Slippage Crack) /retak bulan sabit
(Crescent Shape Crack). .................................................................51

Tabel 2.21 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan retak pinggir (Edge Cracking).......................................52

Tabel 2.22 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan jalur/bahu turun (Lane/Shoulder Drop-off). ..................52

Tabel 2.23 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan lubang (Pothole). ...........................................................53

Tabel 2.24 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan pelapukan dan butiran lepas (Weathering and
Raveling).........................................................................................54

Tabel 2.25 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan kegemukan (Bleeding/Flussing). ...................................55

Tabel 2.26 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan agregat licin (Polished Agregate). .................................56

Tabel 2.27 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and
Utility Cut Patching) ......................................................................56

Tabel 2.28 Tingkat kerusakan perkerasan aspal dan identifikasi


kerusakan Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing) ...................57

Tabel 2.29 Nilai Kondisi Jalan .........................................................................70

Tabel 3.1 Formulir survey kerusakan jalan ....................................................79

Tabel 4.1 Drainase Jalan Insinyur Haji Juanda arah Pertigaan Balong
– Jurug ............................................................................................86

Tabel 4.2 Drainase Jalan Insinyur commit Haji Juanda arah Jurug– Pertigaan
to user
Balong.............................................................................................87

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 4.3 Perhitungan Kerusakan Retak Blok PCI STA 0+650 –
0+700 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................................................88

Tabel 4.4 Perhitungan Kerusakan Tambalan PCI STA 0+700 – 0+750


(Jurug – Pertigaan Balong) .............................................................89

Tabel 4.5 PCI STA 0+750 – 1+000 (Jurug – Pertigaan Balong) ....................90

Tabel 4.6 Perhitungan Kerusakan Retak Kulit Buaya PCI STA 1+000
– 1+050 (Jurug – Pertigaan Balong) ...............................................91

Tabel 4.7 Perhitungan Kerusakan Lubang PCI STA 1+050 – 1+100


(Jurug – Pertigaan Balong) .............................................................92

Tabel 4.8 Perhitungan Kerusakan Pengausan PCI STA 1+100 – 1+150


(Jurug – Pertigaan Balong) .............................................................93

Tabel 4.9 Perhitungan Kerusakan Retak Pinggir PCI STA 1+150 –


1+200 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................................................94

Tabel 4.10 PCI STA 1+200 – 1+350 dan STA 1+400 – 1+500 (Jurug –
Pertigaan Balong) ...........................................................................95

Tabel 4.11 Perhitungan Kerusakan Retak Melintang PCI STA 1+350 –


1+400 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................................................96

Tabel 4.12 Perhitungan Kerusakan Bergelombang PCI STA 1+500 –


1+550 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................................................97

Tabel 4.13 PCI STA 1+550 – 1+750 (Jurug – Pertigaan Balong) ....................98

Tabel 4.14 Perhitungan Kerusakan Jembul PCI STA 1+650 – 1+700


(Jurug – Pertigaan Balong) .............................................................99

Tabel 4.15 Perhitungan Kerusakan Amblas PCI STA 1+750 – 1+800


(Jurug – Pertigaan Balong) ...........................................................100

Tabel 4.16 Perhitungan Kerusakan Kegemukan PCI STA 1+800 –


1+850 (Jurug – Pertigaan Balong) ................................................101

Tabel 4.17 PCI STA 1+850 – 2+200 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................102

Tabel 4.18 PCI STA 2+200 – 2+550 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................103

Tabel 4.19 PCI STA 2+550 – 2+850 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................104
commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 4.20 Perhitungan Kerusakan Pelepasan Butir PCI STA 2+850 –
2+900 (Jurug – Pertigaan Balong) ................................................105

Tabel 4.21 Perhitungan Kerusakan Sungkur PCI STA 2+900 – 2+950


(Jurug – Pertigaan Balong) ...........................................................106

Tabel 4.22 Perhitungan Kerusakan Mengembang PCI STA 2+950 –


3+300 (Jurug – Pertigaan Balong) ................................................107

Tabel 4.23 Perhitungan Kerusakan Retak Slip PCI STA 3+050 – 3+100
(Jurug – Pertigaan Balong) ...........................................................108

Tabel 4.24 PCI STA 3+000 – 3+050 dan STA 3+100 – 3+350 (Jurug –
Pertigaan Balong) .........................................................................109

Tabel 4.25 PCI STA 3+350 – 3+600 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................110

Tabel 4.26 PCI STA 3+600 – 3+850 (Jurug – Pertigaan Balong) ..................111

Tabel 4.27 PCI STA 0+650 – 0+950 (Pertigaan Balong – Jurug)..................112

Tabel 4.28 PCI STA 0+950 – 1+250 (Pertigaan Balong – Jurug)..................113

Tabel 4.29 PCI STA 1+250 – 1+600 (Pertigaan Balong – Jurug)..................114

Tabel 4.30 PCI STA 1+600 – 1+950 (Pertigaan Balong – Jurug)..................115

Tabel 4.31 PCI STA 1+950 – 2+300 (Pertigaan Balong – Jurug)..................116

Tabel 4.32 PCI STA 2+300 – 2+650 (Pertigaan Balong – Jurug)..................117

Tabel 4.33 PCI STA 2+650 – 3+000 (Pertigaan Balong – Jurug)..................118

Tabel 4.34 PCI STA 3+000 – 3+350 (Pertigaan Balong – Jurug)..................119

Tabel 4.35 PCI STA 3+350 – 3+650 (Pertigaan Balong – Jurug)..................120

Tabel 4.36 PCI STA 3+650 – 3+850 (Pertigaan Balong – Jurug)..................121

Tabel 4.37 Nilai PCI STA 0+650 – 1+050 .....................................................122

Tabel 4.38 Nilai PCI STA 1+100 – 1+500 .....................................................122

Tabel 4.39 Nilai PCI STA 1+550 – 1+950 .....................................................123

Tabel 4.40 Nilai PCI STA 2+000 – 2+400 .....................................................123

Tabel 4.41 commit


Nilai PCI STA 2+450 to user
– 2+850 .....................................................124

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 4.42 Nilai PCI STA 2+900 – 3+300 .....................................................124

Tabel 4.43 Nilai PCI STA 3+350 – 3+700 .....................................................125

Tabel 4.44 Nilai PCI STA 3+750 – 3+800 .....................................................125

Tabel 4.45 LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................127

Tabel 4.46 LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................128

Tabel 4.47 LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................129

Tabel 4.48 LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................130

Tabel 4.49 LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................131

Tabel 4.50 LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................132

Tabel 4.51 Kumulatif LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA
0+650 – 3+850..............................................................................133

Tabel 4.52 Kumulatif LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA
0+650 – 3+850..............................................................................134

Tabel 4.53 Kumulatif LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA
0+650 – 3+850 dalam smp/jam ....................................................135

Tabel 4.54 Kumulatif LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA
0+650 – 3+850 dalam smp/jam ....................................................136

Tabel 4.55 Jumlah Kendaraan Ringan perhari (kend/hari) Lajur A ...............138

Tabel 4.56 Jumlah Kendaraan Berat perhari (kend/hari) Lajur A .................138

Tabel 4.57 Jumlah Kendaraan Ringan perhari (kend/hari) Lajur B ...............139

Tabel 4.58 Jumlah Kendaraan Berat perhari (kend/hari) Lajur B ..................139

Tabel 4.59 Pengujian DCP di Titik 1 STA 1+150..........................................141

Tabel 4.60 commit


Pengujian DCP di Titik to user
2 STA 1+650..........................................142

xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 4.61 Pengujian DCP di Titik 3 STA 2+150..........................................143

Tabel 4.62 Pengujian DCP di Titik 4 STA 2+650..........................................144

Tabel 4.63 Pengujian DCP di Titik 5 STA 3+150..........................................146

Tabel 4.64 Pengujian DCP di Titik 6 STA 3+650..........................................147

Tabel 4.65 Nilai CBR .....................................................................................148

Tabel 4.66 CBR Rata-rata 90% ......................................................................149

Tabel 4.45 LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................127

Tabel 4.46 LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................128

Tabel 4.47 LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................129

Tabel 4.48 LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................130

Tabel 4.49 LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................131

Tabel 4.50 LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA 0+650 –
3+850 ............................................................................................132

Tabel 4.51 Kumulatif LHR dari Arah Jurug – Pertigaan Balong STA
0+650 – 3+850..............................................................................133

Tabel 4.52 Kumulatif LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA
0+650 – 3+850..............................................................................134

Tabel 4.53 Kumulatif LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA
0+650 – 3+850 dalam smp/jam ....................................................135

Tabel 4.54 Kumulatif LHR dari Arah Pertigaan Balong – Jurug STA
0+650 – 3+850 dalam smp/jam ....................................................136

Tabel 4.55 Jumlah Kendaraan Ringan perhari (kend/hari) Lajur A ...............138

Tabel 4.56 Jumlah Kendaraan Berat perhari (kend/hari) Lajur A .................138

Tabel 4.57 Jumlah Kendaraan commit


Ringan to user (kend/hari) Lajur B ...............139
perhari

xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 4.58 Jumlah Kendaraan Berat perhari (kend/hari) Lajur B ..................139

Tabel 4.59 Pengujian DCP di Titik 1 STA 1+150..........................................141

Tabel 4.60 Pengujian DCP di Titik 2 STA 1+650..........................................141

Tabel 4.61 Pengujian DCP di Titik 2 STA 1+650..........................................142

Tabel 4.62 Pengujian DCP di Titik 3 STA 2+150..........................................143

Tabel 4.63 Pengujian DCP di Titik 4 STA 2+650..........................................144

Tabel 4.64 Pengujian DCP di Titik 5 STA 3+150..........................................146

Tabel 4.65 Pengujian DCP di Titik 6 STA 3+650..........................................147

Tabel 4.66 Nilai CBR .....................................................................................148

Tabel 4.67 CBR Rata-rata 90% ......................................................................149

Tabel 4.68 Nilai LHR Lajur A (arah Jurug – Pertigaan Balong) ...................151

Tabel 4.69 Perhitungan Nilai LHR Lajur A (arah Jurug – Pertigaan


Balong) .........................................................................................152

Tabel 4.70 Konfigurasi Beban Sumbu Kendaraan .........................................153

Tabel 4.71 Perhitungan Angka Ekivalen (E) untuk Masing-masing


Kendaraan .....................................................................................153

Tabel 4.72 Perhitungan Lintas Ekivalen Kendaraan ......................................154

Tabel 4.72 Nilai LHR Lajur B (arah Pertigaan Balong – Jurug)....................159

Tabel 4.73 Perhitungan Nilai LHR Lajur B (arah Pertigaan Balong –


Jurug) ............................................................................................160

Tabel 4.74 Konfigurasi Beban Sumbu Kendaraan .........................................161

Tabel 4.75 Konfigurasi Beban Sumbu Kendaraan .........................................161

Tabel 4.76 Perhitungan Angka Ekivalen (E) untuk Masing-masing


Kendaraan .....................................................................................161

Tabel 4.77 Perhitungan Lintas Ekivalen Kendaraan ......................................162

Tabel 5.1 Pekerjaan galian perkerasan tanpa Cold Milling Machine


commit toBalong
ruas jalan Jurug – Pertigaan user tebal 12 cm .........................167

xxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 5.2 Pekerjaan galian perkerasan tanpa Cold Milling Machine
ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong tebal 5 cm ...........................168

Tabel 5.3 Lanjutan Pekerjaan galian perkerasan tanpa Cold Milling


Machine ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong tebal 5 cm ............169

Tabel 5.4 Pekerjaan galian perkerasan tanpa Cold Milling Machine


ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong tebal 2 cm ...........................169

Tabel 5.5 Pekerjaan galian perkerasan tanpa Cold Milling Machine


ruas jalan Pertigaan Balong – Jurug tebal 12 cm .........................169

Tabel 5.6 Pekerjaan galian perkerasan tanpa Cold Milling Machine


ruas jalan Pertigaan Balong – Jurug tebal 5 cm ...........................170

Tabel 5.7 Pekerjaan Tack-Coat ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong ..........171

Tabel 5.8 Pekerjaan Tack-Coat ruas jalan Pertigaan Balong –Jurug ...........172

Tabel 5.9 Pekerjaan Tack-Coat ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong ..........172

Tabel 5.10 Lanjutan Pekerjaan Tack-Coat ruas jalan Jurug – Pertigaan


Balong...........................................................................................173

Tabel 5.11 Pekerjaan Tack-Coat ruas jalan Pertigaan Balong –Jurug ...........174

Tabel 5.12 Pekerjaan Aspalt Treated Base (ATB) ruas jalan Jurug –
Pertigaan Balong ..........................................................................175

Tabel 5.13 Pekerjaan Aspalt Treated Base (ATB) ruas jalan Pertigaan
Balong – Jurug ..............................................................................176

Tabel 5.14 Pekerjaan Filler ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong ..................176

Tabel 5.15 Lanjutan Pekerjaan Filler ruas jalan Jurug – Pertigaan


Balong...........................................................................................177

Tabel 5.16 Lanjutan Pekerjaan Filler ruas jalan Jurug – Pertigaan


Balong...........................................................................................178

Tabel 5.17 Pekerjaan Filler ruas jalan Pertigaan Balong – Jurug ..................178

Tabel 5.18 Pekerjaan Latasir ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong ................179

Tabel 5.19 Lanjutan Pekerjaan Latasir ruas jalan Jurug – Pertigaan


Balong...........................................................................................180
commit to user

xxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Tabel 5.20 Lanjutan Pekerjaan Latasir ruas jalan Jurug – Pertigaan
Balong...........................................................................................181

Tabel 5.21 Pekerjaan Latasir ruas jalan Pertigaan Balong – Jurug ................181

Tabel 5.22 Lanjutan Pekerjaan Latasir ruas jalan Pertigaan Balong –


Jurug .............................................................................................182

Tabel 5.23 Pekerjaan Seal-coat ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong ............182

Tabel 5.24 Pekerjaan Seal-coat ruas jalan Pertigaan Balong – Jurug ............183

Tabel 5.25 Pekerjaan AC-WC Mod ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong .....184

Tabel 5.26 Lanjutan Pekerjaan AC-WC Mod ruas jalan Jurug –


Pertigaan Balong ..........................................................................185

Tabel 5.27 Pekerjaan AC-WC Mod ruas jalan Jurug – Pertigaan Balong .....185

Tabel 5.28 Pekerjaan AC-WC Mod ruas jalan Pertigaan Balong – Jurug .....186

Tabel 5.29 Pekerjaan AC-WC Mod ruas jalan Pertigaan Balong – Jurug .....186

Tabel 5.30 Pekerjaan AC-WC Modified pelapisan pertama ruas jalan


Jurug – Pertigaan Balong..............................................................187

Gambar 5.3 Penampang pekerjaan Levelling...................................................188

Tabel 5.31 Pekerjaan AC-WC Levelling pelapisan pertama ruas jalan


Pertigaan Balong – Jurug..............................................................188

Tabel 5.32 Pekerjaan AC-WC Modified pelapisan kedua ruas jalan


Jurug – Pertigaan Balong..............................................................188

Tabel 5.33 Pekerjaan AC-WC Modified pelapisan kedua ruas jalan


Pertigaan Balong – Jurug..............................................................189

Tabel 5.34 Pekerjaan Taburan Pasir ruas jalan Jurug – Pertigaan


Balong 2........................................................................................189

Tabel 5.35 Rekapitulasi Pekerjaan Perbaikan Jl. Ir. H. Juanda Surakarta ......198

commit to user

xxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 2.1 Korelasi DDT dan CBR..................................................................33

Grafik 2.2 Nomogram 4 ITP ............................................................................39

Grafik 2.3 Deduct Value for Rutting ................................................................58

Grafik 2.4 Deduct Value for Corrugation........................................................59

Grafik 2.5 Deduct Value for Shoving ...............................................................59

Grafik 2.6 Deduct Value for Depression .........................................................60

Grafik 2.7 Deduct Value for Swell ...................................................................60

Grafik 2.8 Deduct Value for Bump and Sag ....................................................61

Grafik 2.9 Deduct Value for Alligator Cracking .............................................61

Grafik 2.10 Deduct Value for Longitudinal/Tranversal Cracking ....................62

Grafik 2.11 Deduct Value for Joint Reflection Cracking ..................................62

Grafik 2.12 Deduct Value for Block Cracking...................................................63

Grafik 2.13 Deduct Value for Slippage Craking ...............................................63

Grafik 2.14 Deduct Value for Edge Cracking ...................................................64

Grafik 2.15 Deduct Value for Lane/Shoulder Drop Off ....................................64

Grafik 2.16 Deduct Value for Pothole ...............................................................65

Grafik 2.17 Deduct Value for Weathering and Raveling ...................................65

Grafik 2.18 Deduct Value for Bleeding .............................................................66

Grafik 2.19 Deduct Value for Polished Agregate ..............................................66

Grafik 2.20 Deduct Value for Patching and Utility Cut Patching .....................67

Grafik 2.21 Deduct Value for Rairoad Crossing ...............................................67

Grafik 2.22 Corrected Deduct Value (CDV) .....................................................68


commit to user

xxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman
Grafik 4.1 Korelasi Nilai DCP dan CBR .......................................................140

Grafik 4.2 Hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi di


titik 1.............................................................................................141

Grafik 4.3 Hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi di


titik 2.............................................................................................143

Grafik 4.4 Hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi di


titik 3.............................................................................................144

Grafik 4.5 Hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi di


titik 4.............................................................................................145

Grafik 4.6 Hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi di


titik 5.............................................................................................147

Grafik 4.7 Hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi di


titik 6.............................................................................................148

Grafik 4.8 Hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi di


titik 6.............................................................................................149

Grafik 4.9 Korelasi DDT dan CBR................................................................150

Grafik 4.10 Indeks Tebal Perkerasan (ITP) untuk Lajur A .............................156

Grafik 4.11 Korelasi DDT dan CBR................................................................158

Grafik 4.12 Indeks Tebal Perkerasan (ITP) untuk Lajur A .............................164

commit to user

xxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR RUMUS

Halaman

Rumus (2.1) 𝐷1 (Tebal Lapis Permukaan) .......................................................32

Rumus (2.2) 𝐷𝐷𝑇 (Daya Dukung Tanah) ...........................................................33

Rumus (2.3) LEP (Lintas Ekivlen Permulaan) ....................................................34

Rumus (2.4) LEA (Lintas Ekivalen Akhir) ..........................................................35

Rumus (2.5) LET (Lintas Ekivalen Tengah) .......................................................36

Rumus (2.6) LER (Lintas Ekivalen Rencana) .....................................................36

Rumus (2.7) 𝐼𝑇𝑃 (Indeks tebal Perkerasan) ........................................................39

Rumus (2.8) 𝑉𝐷𝐹 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 .......40

Rumus (2.9) 𝑉𝐷𝐹 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙, 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 .........................40

Rumus (2.10) 𝑉𝐷𝐹 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙, 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 .............................40

Rumus (2.11) 𝑉𝐷𝐹 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎, 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 ................................40

Rumus (2.12) 𝑉𝐷𝐹 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑡𝑟𝑖𝑝𝑙𝑒, 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 .................................40

Rumus (2.13) 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (%) ...............................................................................57

Rumus (2.14) 𝑃𝐶𝐼𝑠 (Pavement Condition Index untuk tiap unit) ........................68

Rumus (2.15) 𝑃𝐶𝐼 (Nilai PCI perkerasan keseluruhan) ........................................69

commit to user

xxvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, telah banyak mengalami


peningkatan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan
kemajuan ekonomi yang telah terjadi. Akibatnya aktifitas masyarakat pun
semakin meningkat, untuk itu diperlukan adanya tingkat efisiensi, keamanan, serta
kenyamanan dalam berkendara. Untuk itulah perlu diperhatikan keseimbangan
antara peningkatan jumlah pengendara (pengguna jalan) dan prasarananya (jalan
raya).

Perkembangan lalu lintas suatu negara sangat berhubungan dengan perkembangan


jaringan jalan yang ada. Jaringan jalan sebagai urat nadi pembangunan nasional
merupakan prioritas utama dalam perkembangan suatu negara dan juga
merupakan prasarana bagi masyarakat dalam melakukan aktifitasnya.

Jalan raya adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan suatu negara. Di dalam undang-undang Republik Indonesia No. 38
tahun 2004 tentang prasarana jalan, disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan
penting dalam mewujudkan perkembangan kehidupan bangsa. Maka jalan darat
sangat dibutuhkan oleh masyarakat di dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Seiring dengan perkembangan ekonomi, kesejahteraan masyarakat pun meningkat


sehingga intensitas penggunaan jalan darat juga meningkat. Tingginya frekuensi
kendaraan yang lewat mengakibatkan turunnya tingkat pelayanan jalan yang
ditandai dengan adanya kerusakan pada lapisan perkerasan jalan. Kerusakan yang
terjadi sangat bervariasi di sepanjang ruas jalan dan apabila dibiarkan dalam
jangka waktu yang lama, maka akan memperburuk kondisi lapisan perkerasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

yang ada, sehingga dapat mempengaruhi keamanan, kenyamanan, dan kelancaran


dalam berlalu lintas.

Kerusakan yang terjadi dapat berupa retak-retak (crack), pengelupasan (ravelling)


dan lubang-lubang (pothole) yang terdapat lapisan perkerasan jalan. Jika hal ini
terjadi maka membuktikan bahwa jalan telah mengalami penururan tingkat
pelayanan jalan atau jalan dalam kondisi rusak.

Pemeliharaan dan peningkatan jalan sangat diperlukan guna menjaga kualitas


layanan pemakaian jalan bagi pengendara. Pemeliharaan jalan disini adalah
kegiatan mempertahankan, memperbaiki, menambah ataupun mengganti
bangunan fisik yang telah ada agar fungsinya tetap dapat dipertahankan atau
ditingkatkan untuk waktu yang lebih lama. Pemeliharaan yang dapat dilakukan
seperti pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala (periodik), dan
rehabilitasi/peningkatan. Semua jenis waktu pemeliharaan tersebut bertujuan
untuk mempertahankan masa layan jalan yang baik.

Pemeliharaan jalan merupakan suatu kegiatan untuk memperpanjang atau


setidaknya dapat mencapai umur rencana jalan, dimana upaya pemeliharaan jalan
ini mempunyai tujuan utama yaitu :

1) Melindungi permukaan dan struktur jalan serta mengurangi tingkat kerusakan


jalan sehingga dapat memperpanjang umur rencana.

2) Memperkecil biaya pengoperasian kendaraan pada jalan dengan membuat


permukaan jalan halus dan nyaman.

3) Menjaga agar jalan tetap dalam keadaan kokoh dan aman, sehingga
memberikan keamanan bagi pengemudi yang menggunakan jalan, dan dapat
memberikan pelayanan terhadap transportasi yang dapat diandalkan.

Pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan jalan ini juga memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan evaluasi kondisi kerusakan perkerasan
untuk menentukan jenis pemeliharaan dan penanganan apa yang tepat untuk
dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

1.2 Cakupan Tugas Akhir

Berdasarkan latar belakang tugas akhir yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan cakupan Tugas Akhir sebagai berikut:

1) Jenis kerusakan yang terjadi di ruas Jalan Insinyur Haji Juanda Surakarta KM
0+650 – 3+850.
2) Penanganan kerusakan yang terjadi di ruas Jalan Insinyur Haji Juanda
Surakarta KM 0+650 – 3+850.
3) Anggaran biaya (RAB) yang dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan dan
peningkatan kerusakan yang terjadi di ruas Jalan Insinyur Haji Juanda
Surakarta KM 0+650 – 3+850.

1.3 Batasan Tugas Akhir

Untuk mempermudah pembahasan Tugas Akhir ini maka diberikan batasan Tugas
Akhir sebagai berikut:

1) Lokasi penelitian adalah pada ruas Jalan Insinyur Haji Juanda Surakarta KM
0+650 – 3+850.
2) Survey kerusakan dilakukan pada bulan maret tahun 2012.
3) Data kerusakan diperoleh melalui survey visual yaitu berupa panjang, lebar,
luasan serta kedalaman setiap jenis kerusakan.
4) Kondisi kerusakan jalan dianalisis dengan metode Pavement Condition Index
(PCI).
5) Data sekunder lalu lintas diperoleh dari Dinas Bina Marga Provinsi Jawa
Tengah Wilayah Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

1.4 Tujuan Tugas Akhir

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah:

1) Mengetahui jenis kerusakan yang terjadi di ruas Jalan Insinyur Haji Juanda
Surakarta KM 0+650 – 3+850.
2) Mengetahui tingkat kerusakan yang terjadi di ruas Jalan Insinyur Haji Juanda
Surakarta KM 0+650 – 3+850 dengan metode PCI.
3) Menentukan jenis penangan kerusakan yang terjadi di ruas Jalan Insinyur
Haji Juanda Surakarta KM 0+650 – 3+850.
4) Mengetahui biaya yang dibutuhkan dalam usaha pemeliharaan dan
peningkatan ruas Jalan Insinyur Haji Juanda Surakarta KM 0+650 – 3+850.

1.5 Manfaat Tugas Akhir

Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah:

1) Mengetahui jenis kerusakan-kerusakan permukaan yang ada di ruas Jalan


Insinyur Haji Juanda Surakarta KM 0+650 – 3+850, sehingga dapat
dilakukan perbaikan yang tepat.
2) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara penanganan tiap-tiap
kerusakan berdasarkan metode PCI.
3) Memberikan masukan yang dapat dipakai sebagai pembanding bagi Dinas
Bina Marga Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan pemeliharaan jalan
seefisien mungkin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Definisi Jalan

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang
meliputi seluruh bagian jalan termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan
bagi lalu lintas umum, jalan khusus adalah jalan yang selain jalan yang
diperuntukkan di atas, dan jalan tol adalah jalan umum yang kepada para
pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol (UU Jalan Raya No. 13 Tahun
1980).

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat
(Clarkson H. Oglesby,1999).

Jalan merupakan sarana yang sangat penting bagi perkembangan suatu daerah dan
negara, untuk itu keamanan, kenyamanan, dan kelayakan suatu jalan sangat
penting. Dalam hal ini pemeliharaan dan peningkatan jalan merupakan suatu
commit to user
kegiatan yang mutlak untuk dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2.1.2 Klasifikasi Jalan

2.1.2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan

a. Jalan Arteri
Jalan arteri adalah jalan umum yang melayani angkutan utama dengan
ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien.

b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor adalah jalan umum yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan Lokal
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan Lingkungan
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2.1.2.2 Klasifikasi Jalan Menurut Peranan Jalan

a. Sistem Jaringan Jalan Primer


Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan palayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional
dengan menghubungkan semua simpul jasa yang berwujud pusat-pusat
kegiatan (UU No.38 Tahun 2004).
1) Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan kota jenjang
commitkesatu yang berdampingan atau ruas jalan
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

yang menghubungkan kota jenjang kedua yang berada di bawah


pengaruhnya.
2) Jalan kolektor primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota
jenjang kedua dengan kota jenjang kedua yang lainnya atau ruas jalan
yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga
yang berada di bawah pengaruhnya.
3) Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan
persil, kota jenjang kedua dengan persil, serta ruas jalan yang
menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota yang berada di
bawah pengaruhnya sampai persil.

b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di wilayah perkotaan (UU No.38
Tahun 2004).
1) Jalan arteri sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
2) Jalan kolektor sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan
kawasan-kawasan sekunder kedua yang satu dengan yang lainnya atau
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
ketiga.
3) Jalan lokal sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan-
kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder
kedua dengan perumahan , atau menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke
perumahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

2.1.2.3 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk


menerima beban lalu lintas dan dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton.

Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan


klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi menurut kelas jalan


Muatan Sumbu Terberat (MST)
Fungsi Kelas
Ton
I > 10
Arteri II 10
IIIA 8
IIIA
Kolektor 8
IIIB
Sumber: TPGJAK No. 038/T/BM/1997

2.1.2.4 Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan


medan yang diukur tegak lurus garis kontur.

Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam
tabel 2.2. berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi menurut medan jalan


No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)
1 Medan D <3
2 Perbukitan B 3 – 25
3 Pegunungan G > 25

Sumber: TPGJAK No. 038/T/BM/1997

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

2.1.2.5 Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan Jalan

Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan jalan sesuai PP No. 26/1985


adalah:

a. Jalan Nasional
Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan jalan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.

b. Jalan Propinsi
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

c. Jalan Kabupaten/Kotamadya
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer termasuk jalan
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar
pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

d. Jalan Desa
Merupakan jalan umum yang berfungsi menghubungkan kawasan dan/atau
antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

e. Jalan Khusus
Merupakan jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi/badan
hukum/perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing dari instansi
tersebut .

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2.1.3 Daerah Bebas Jalan

Menurut Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan No. 004/T/BNKT/1990 Direktorat


Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota, ruang bebas jalan dibagi
menjadi:

2.1.3.1 Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)

Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman
ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan diperuntukkan bagi
median, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar,
lereng, ambang pengaman timbunan dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan
dan bangunan pelengkap lainnya (PP No. 26/1985).

Lebar Rumaja ditetapkan oleh Pembina Jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi
minimum 5 m dan kedalaman mimimum 1,5 m diukur dari permukaan perkerasan.

Tertib pemanfaatan Rumaja adalah sebagai berikut:

a. Jalur Lalu Lintas

Jalur lalu lintas pada dasarnya diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan.
Pemanfaatan jalur lalu lintas adalah sebagai berikut:

1) Beban sumbu maksimum yang diizinkan adalah:


 Sumbu tunggal dengan ban tunggal 4.500 kg.
 Sumbu tunggal dengan ban dobel 8.000 kg.
 Sumbu tandem/ganda dengan ban dobel 15.000 kg.
 Sumbu triple dengan ban dobel 20.000 kg.
2) Kecepatan Kendaraan maksimum yang diizinkan adalah:
 Pada jalan bebas hambatan 60 - 120 km/jam.
 Pada jalan arteri primer 60 - 80 km/jam.
 Pada jalan arteri sekunder 40 - 60 km/jam.
 Pada jalan kolektor sekunder 30 - 40 km/jam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

 Pada jalan lokal primer 20 - 30 km/jam.


 Pada jalan sekunder 10 - 20 km/jam.
3) Pengemudi yang ingin menghentikan kendaraan sementara waktu, harus
menempatkan kendaraannya sedemikian rupa tidak menghalangi arus lalu
lintas dan tidak pada tempat dimana terdapat tanda larangan berhenti.
Sedangkan untuk parkir kendaraan, harus dipilih bagian jalan yang sudah
ditetapkan untuk parkir.
4) Pejalan kaki bila hendak menyeberang jalan harus memanfaatkan fasilitas
penyerangan (zebra cross, jembatan penyeberangan dan lain-lain).
5) Untuk pelayanan transportasi umum (bus kota, bus antar kota atau
kendaraan umum lainnya), menaikkan atau menurunkan penumpang harus
di tempat-tempat yang sudah disediakan (terminal, tempat pemberhentian
sementara atau halte). Sedangkan untuk memberhentikan kendaraan untuk
sementara waktu harus memilih lokasi yang disebutkan dalam point (3).
6) Pemanfaatan jalur lalu lintas oleh kendaraan dengan beban sumbu
kendaraan melebihi ketentuan yang disebutkan dalam point (1) tidak
diperkenankan.
7) Mengendarai kendaraan dengan kecepatan kendaraan yang melebihi
ketentuan seperti yang disebutkan dalam point (2) tidak diperkenankan.
8) Kendaraan bermotor roda dua, roda tiga atau kendaraan tidak bermotor
harus menggunakan jalur yang sudah disediakan. Dalam hal tidak
disediakan jalur khusus, harus menggunakan bagian paling kiri dari jalur
lalu lintas.
9) Hal-hal yang berkaitan dengan disiplin dan tata tertib kendaraan, harus
mengikuti ketentuan yang tercantum dalam UU Lalu Lintas Jalan No. 7
Tahun 1951 dan UU Lalu Lintas Jalan Tahun 1965 tentang lalu lintas dan
angkutan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

b. Bahu Jalan dan Trotoar

1) Bahu jalan diperuntukkan bagi pejalan kaki, berhenti untuk sementara


akibat kondisi tertentu apabila tidak terdapat rambu larangan berhenti dan
untuk tempat menghindar bagi kendaraan saat berpapasan. Trotoar
diperuntukkan bagi pejalan kaki.
2) Bahu jalan atau trotoar tidak diperkenankan untuk parkir kendaraan.
3) Penempatan bangunan utilitas pada bahu jalan atau trotoar dalam sistem
primer atau sistem sekunder di dalam wilayah perkotaan harus seizin
Pembina Jalan dan mengikuti petunjuk teknis pemasangan utilitas.
4) Bila terdapat jalan masuk ke bangunan-bangunan atau fasilitas lainnya
yang memotong bahu jalan/trotoar harus diupayakan sedemikian rupa
sehingga fungsi peruntukkannya tidak terhambat (sesuai buku standar
trotoar).

c. Saluran Tepi Jalan

1) Saluran tepi jalan diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air,


agar badan jalan bebas dari pengaruh air.
2) Saluran tepi jalan tidak diperkenankan dimanfaatkan selain peruntukkan
seperti yang tersebut di atas termasuk pembuangan sampah atau benda
lainnya yang dapat mengurangi fungsi peruntukkannya.
3) Bila saluran tepi jalan akan dimanfaatkan sebagai saluran lingkungan,
maka harus mengikuti syarat yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan
Umum.
4) Jalan pelintasan di atas saluran tepi jalan, harus diupayakan tidak
mengurangi ukuran saluran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

d. Median dan Jalur Pemisah

Median adalah sejalur lahan yang diperuntukkan untuk memisahkan jalur lalu
lintas yang berlawanan arah, penempatan perlengkapan jalan, tanaman perdu
yang berakar tunggang, sebagai fungsi estetika dan meredam sinar lampu
kendaraan dari arah yang berlawanan.

Jalur pemisah adalah sejalur lahan yang diperuntukkan untuk memisahkan


jalur lalu lintas yang searah. Kalau memungkinkan peruntukkannya sama
dengan median.

e. Ambang Pengaman

Ambang pengaman adalah sejalur lahan di sisi luar badan jalan dengan lebar
ditetapkan oleh Pembina Jalan yang diperuntukkan bagi pengaman konstruksi
badan jalan.

2.1.3.2 Daerah Milik Jalan (RUMIJA)

Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan daerah manfaat jalan dan
perlebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

Lebar Rumija sekurang-kurangnya sama dengan lebar Rumaja. Tinggi atau


kedalaman diukur dari permukaan jalur lalu lintas, serta penentuannya didasarkan
pada keamanan pemakai jalan sehubungan dengan pemanfaatan Rumija dan
Rumaja ditentukan oleh Pembina Jalan (PP No. 26/1985).

Tertib pemanfaatan Rumija adalah sesuai dengan tingkat pengaruh yang dapat
ditimbulkan oleh bangunan terhadap Rumija maka pemanfaatan Rumija diluar
peruntukkannya harus mendapat izin dari Pembina Jalan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

2.1.3.3 Daerah Pengawasan Jalan (RUWASJA)

Merupakan ruang disepanjang jalan di luar Ruang Milik Jalan yang berada di
bawah pengawasan penguasa jalan yang ditujukan untuk penjagaan terhadap
pandangan bebas pengemudi dan untuk konstruksi jalan, dalam hal Rumija tidak
mencukupi, yang ditetapkan oleh Pembina jalan (PP No. 26/1985).

Daerah Pengawasan Jalan dibatasi oleh:

Lebar diukur dari As Jalan.

a. Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 m.


b. Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 m.
c. Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 m.
d. Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 m.
e. Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 m.
f. Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 m.
g. Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 m ke arah hulu dan hilir.

Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan
pada keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam hal
pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan.

Gambar 2.1 Penambang Melintang Jalan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

2.2 Jenis Kerusakan

Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No. 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh


Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi:

1. Retak (cracks)
2. Distorsi (distortion)
3. Cacat permukaan (disintegration)
4. Pengausan (polished agregat)
5. Kegemukan (bleeding of flushing)
6. Penururan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)

2.2.1 Retak (cracks)

Retak yang terjadi pada permukaan jalan dapat dibedakan menjadi:

2.2.1.1 Retak Rambut (Hair Cracks)

Retak rambut dapat terjadi pada alur roda atau pada permukaan lain dari
permukaaan jalan. Tampak retakan tidak beraturan dan terpisah. Lebar celah lebih
kecil dari atau sama dengan 3 mm. Penyebabnya adalah konstuksi perkerasan
tidak kuat mendukung beban lalu lintas yang ada, lapis permukaan terlalu tipis,
pemilihan campuran yang terlalu kaku untuk lapis permukaan yang tipis,
kelelahan lapis permukaan akibat beban lalu lintas dan umur jalan, bahan
perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis
perkerasan kurang stabil, dan stabilitas atau pemadatan lapis permukaan tidak
memadai. Retak rambut ini dapat meresapkan air ke dalam lapis permukaan.
Retak rambut yang tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi retak kulit
buaya (alligator crack).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Gambar 2.2 Retak Rambut (Hair Cracks)

2.2.1.2 Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)

Retak kulit buaya berkembang dari retak rambut yang telah mengalami kerusakan
yang parah akibat tidak segera dilakukannya perbaikan. Retak kulit buaya dapat
terjadi pada alur roda atau pada permukaan lain dari permukaaan jalan. Tampak
retakan tidak beraturan dan saling berpotongan. Lebar celah lebih besar dari atau
sama dengan 3 mm. Retak kulit buaya terlihat seperti retak yang saling merangkai
dan membentuk kotak-kotak yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan
oleh bahan perkerasan yang kurang kurang baik, pelapukan perkerasan, tanah
dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis perkerasan kurang stabil atau lapis
pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah baik). Retak kulit buaya yang luas dan
sudah parah dapat berkembang menjadi lubang atau amblas.

Gambar 2.3 Retak kulit buaya (Alligator Cracks)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

2.2.1.3 Retak Pinggir (Edge Cracks)

Retak pinggir adalah retak memanjang jalan dengan atau tanpa cabang yang
mengarah pada bahu jalan dan terletak di dekat bahu. Retak pinggir disebabkan
oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase yang kurang baik,
terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut.
Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi penyebab
terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak air dapat meresap dan dapat merusak
lapis perkerasan. Retak pinggir jika dibiarkan akan berkembang menjadi lubang-
lubang.

Gambar 2.4 Retak Pinggir (Edge Cracks)

2.2.1.4 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (Edge Joint Cracks)

Retak sambungan bahu dan perkerasan adalah retak memanjang yang umumnya
terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan oleh
kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk dari pada di bawah perkerasan,
terjadinya settlement di bahu jalan, penyusutan material bahu atau perkerasan
jalan, atau akibat lintasan truk/kendaraan berat di bahu jalan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Gambar 2.5 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (Edge Joint Cracks)

2.2.1.5 Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)

Retak sambungan jalan adalah retak memanjang yang terjadi pada sambungan dua
jalur/lajur lalu lintas. Hal ini disebabkan oleh tidak baiknya ikatan sambungan
kedua jalur/lajur tersebut. Penyebab kerusakan ini adalah pemisahan sambungan
(joint) antara perkerasan dengan bahu jalan akibat kembang susut dari lapisan di
bawah permukaan, penurunan bahu jalan, penyusutan campuran bahan jalan atau
sehubungan dengan sambungan yang dilewati truk, serta permukaan bahu lebih
tinggi dari permukaan perkerasan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Gambar 2.6 Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)

2.2.1.6 Retak Sambungan Pelebaran Jalan (Widening Cracks)

Retak sambungan pelebaran jalan adalah retak memanjang yang terjadi pada
sambungan antara perkerasan lama dengan pekerasan berakibat pelebaran jalan,
dapat juga disebabkan oleh ikatan antara sambungan yang tidak baik. Jika tidak
segera diperbaiki, air dapat masuk ke dalam lapisan perkerasan yang akan
mengkibatkan lepasnya butir-butir perkerasan dan retak semakin besar.

Gambar 2.7 Retak Sambungan Pelebaran Jalan (Widening Cracks)

2.2.1.7 Retak Refleksi (Reflection Cracks)

Retak Refleksi adalah retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk


kotak-kotak. Retak ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay) yang menggambar
pola retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan
lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Retak
refleksi dapat pula terjadi jika gerakan vertikal/horizontal di bawah lapis
tambahan sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif.

commit to user
Gambar 2.8 Retak Refleksi (Reflection Cracks)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

2.2.1.8 Retak Selip (Slippage Cracks)

Retak Selip adalah retak yang bentuknya seperti bulan sabit. Hal ini disebabkan
oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya. Kurang
baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau benda-benda
non-adhesif lainnya atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat
diantara kedua lapisan. Retak selip dapat terjadi akibat terlalu banyaknya pasir
dalam campuran lapis permukaan atau kurang baiknya pemadatan lapis
perkerasan.

Gambar 2.9 Retak Selip (Slippage Cracks)

2.2.2 Distorsi (Distorsion)

Distorsi atau perubahan bentuk dapat terjadi karena lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi pemadatan tambahan
akibat beban lalu lintas. Sebelum dilakukan perbaikan terlebih dahulu perlu
ditentukan jenis dan penyebab distorsi dengan demikian dapat dilakukan
penanganan yang tepat.

Distorsi dibedakan menjadi:

2.2.2.1 Alur (Ruts)

Ruts terjadi pada lintasan roda sejajar pada as jalan. Alur dapat merupakan
penggenangan air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat
kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur disebabkan
oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi tambahan
pemadatan akibat repetisi beban commit
lalu lintas pada lintasan roda. Campuran aspal
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

dengan stabilitas rendah juga dapat menimbulkan deformasi plastis. Alur juga
dapat disebabkan oleh:

 Pengaruh lalu lintas (jumlah kendaraan, beban gandar, dan kecepatan


kendaraan).
 Pengaruh cuaca. Material terlepas pada musim kering dan tercampur lumpur
dan lembek pada musim hujan.
 Gradasi bahan tidak memenuhi persyaratan (terlalu banyak pasir atau terlalu
banyak lempung).

Gambar 2.10 Alur (Ruts)

2.2.2.2 Bergelombang (Coguration)

Bergelombang adalah alur yang terjadi melintang jalan. Timbulnya permukaan


jalan yang bergelombang ini, menyebabkan pengemudi menjadi tidak nyaman
dalam berkendara. Penyebab kerusakan ini adalah rendahya stabilitas campuran
yang disebabkan oleh terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan
agregat halus, agregat berbentuk bulat dan berpermukaan penetrasi yang tinggi.
Bergelombang dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan
mantap (untuk perkerasan yang mempergunakan aspal cair).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Gambar 2.11 Bergelombang (Coguration)

2.2.2.3 Sungkur (Shoving)

Sungkur terjadi akibat deformasi plastis setempat, biasanya terjadi di tempat


kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan
dapat terjadi dengan/tanpa retak. Penyebab kerusakan sama dengan kerusakan
bergelombang.

Gambar 2.12 Sungkur (Shoving)

2.2.2.4 Amblas (Grade Depressions)

Amblas biasanya terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat
diketahui dari adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke
dalam lapisan perkerasan dan menyebabkan lubang. Penyebab amblas adalah
adanya beban kendaraan yang melebihi dari yang direncanakan, pelaksanaan yang
kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar
commit to user
mengalami settlement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Gambar 2.13 Amblas (Grade Depressions)

2.2.2.5 Jembul (Upheaval)

Jembul biasanya terjadi setempat, dimana kendaraan sering berhenti, dengan atau
tanpa retak. Lapis permukaan tampak menyembul ke atas permukaan
dibandingkan dengan permukaan sekitarnya. Hal ini terjadi akibat adanya
pengembangan tanah dasar pada tanah dasar ekspansif dan juga dipengaruhi oleh
beban kendaraan yang melebihi standar.

Gambar 2.14 Jembul (Upheaval)

2.2.3 Cacat Permukaan (Disintegration)

Caat permukaan mengarah pada kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari
lapisan perkerasan.

Yang termasuk dalam cacat permukaan adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

2.2.3.1 Lubang (Pothole)

Lubang pada permukaan dapat berupa mangkuk dengan ukuran yang bervariasi,
dari kecil hingga besar. Lubang-lubang ini menampung air dan meresapkannya ke
dalam lapis permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.

Lubang dapat diakibatkan oleh:

a. Campuran material aspal yang jelek, seperti:


1) Kadar aspal rendah sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
2) Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik.
3) Temperature campuran tidak memenuhi syarat.
b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
c. Sistem drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul
dalam lapisan perkerasan.
d. Retak-retak yang tidak ditangani sehingga air meresap dan mengakibatkan
terjadinya lubang-lubang kecil.

Gambar 2.15 Lubang (Pothole)

2.2.3.2 Pelepasan Butir (Raveling)

Pelepasan butir adalah pelepasan partikel agregat dan permukaan perkerasan yang
apabila tidak diperbaiki dalam waktu yang lama, akan makin dalam. Pelepasan
butir dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek yang buruk serta
ditimbulkan oleh hal yang sama dengan lubang. Biasanya agregat halus (fine
agregat) terlepas terlebih dahulucommit to usererosi yang terus menerus, maka
dan akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

partikel-partikel yang lebih besar akan ikut terlepas dan menyebabkan permukaan
menjadi kasar (rough).

Gambar 2.16 Pelepasan Butir (Raveling)

2.2.3.3 Pengelupasan Lapisan (Stripping)

Pengelupasan merupakan kerusakan perkerasan jalan yang terjadi pada daerah


yang luas menyebabkan permukaan jalan menjadi kasar. Pengelupasan dapat
diakibatkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya
atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Lepasnya material halus tisak diikuti dengan
pemadatan kembali ssehingga interlock antar agregat menjadi berkurang yang
menyebabkan lepasnya agregat.

Gambar 2.17 Pengelupasan Lapisan (Stripping)

2.2.4 Pengausan (Polished Agregat)

Pengausan adalah kerusakan partikel agregat pada permukaan perkerasan yang


licin atau halus (smooth). Permukaan jalan menjadi licin sehingga membahayakan
kendaraan. Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

aus terhadap roda kendaraan atau agregat yang digunakan berbentuk bulat dan
licin, tidak berbentuk cubical.

Gambar 2.18 Pengausan (Polished Agregat)

2.2.5 Kegemukan (Bleeding/Flussing)

Kegemukan adalah perpindahan ke atas dari aspal pada permukaan lapisan aspal
sehingga membentuk lapisan aspal di atas permukaan. Biasanya terjadinya luas
dan permukaan menjadi licin. Pada temperatur tinggi, aspal menjadi lunak dan
akan terjadi jejak roda, hal ini membahakan kendaraan. Kegemukan dapat
disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian
terlalu banyak aspal pada pakerjaan prime coat atau tack coat.

Gambar 2.19 Kegemukan (Bleeding of Flussing)

2.2.6 Penurunan Pada Bekas Utilitas (Utility Cut Depression)

Penurunan yang terjadi di bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi karena
pemadatan yang tidak memenuhi syarat, sehingga aspal menglami depression.
commit to user

Anda mungkin juga menyukai