Anda di halaman 1dari 11

BAB I D.

Batasan Masalah
PENDAHULUAN Adapun batasan masalah dari penelitian yang
A. Latar Belakang dilakukan ini adalah:
Penilaian kondisi perkerasan jalan 1. Penelitian dilakukan pada perkerasan
merupakan salah satu tahapan untuk menentukan jalan lentur.
jenis pemeliharaan maupun rehabilitasi yang akan 2. Penelitian dilakukan pada ruas jalan
dilakukan. Dengan diadakannya survei kualitas Klangon-Tempel, Kecamatan Moyudan,
dan kerusakan perkerasan secara berkala, kita Kabupaten Sleman. Daerah Istimewa
dapat menghindari kerusakan terlanjur parah yang Yogyakarta menggunakan alat Light
dapat menghambat aktifitas masyarakat, Weight Deflektometer (LWD) dari sta
mengurangi keamanan pengguna jalan di daerah 21+000-23+000.
tersebut. Hal ini juga berpengaruh kepada biaya 3. Data untuk metode Benkelman Beam
perbaikan yang ketika semakin rusak jalan (BB) merupakan data dari penelitian
tersebut, secara otomatis biaya perbaikan dan Perancangan Tebal Lapis Tambah
rehabilitasi akan semakin meningkat. Perkerasan Lentur (Overlay) Dengan
Dalam upaya perawatan perkerasan jalan, Metode Lendutan Balik Menggunakan
perlu adanya pemeriksaan dan pemeliharaan Alat Benkelman Beam pada ruas jalan
berkala. Salah satu metode pemeriksaan kualitas Klangon-Tempel KM 21+000-23+000
perkerasan jalan dilakukan dengan analisis Kec. Moyudan, Kab. Sleman, Daerah
lendutan menggunakan metode Benkelmen Beam Istimewa Yogyakarta (Solihat, 2017).
(BB) dan Light Weight Deflectometer (LWD), 4. Penelitian ini tidak menganalisis tebal
Metode BB dan LWD adalah metode Non lapis tambahan pada ruas jalan Klangon-
Destruction Testing (NDT). Tempel KM 21+000-23+000 Kec.
Moyudan, Kab. Sleman, Daerah
B. Rumusan Masalah Istimewa Yogyakarta.
Adapun rumusan masalah dari penelitian yang
dilakukan ini adalah: E. Manfaat Penelitian
1. Bagaimana menentukan modulus Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan
elastisitas struktur perkerasan jalan ini adalah:
dengan metode Light Weight 1. Dapat menjadi bahan rujukan untuk
Deflectometer (LWD). menentukan nilai kondisi perkerasan
2. Bagaimana kualitas struktur perkerasan jalan untuk Dinas Pekerjaan Umum dan
jalan dengan metode Benkelman Beam Bina Marga.
(BB) dan Light Weight Deflectometer 2. Menambah wawasan dalam ilmu
(LWD) untuk mengukur lendutan balik pengetahuan tentang penilaian
dan lendutan langsung yang perkerasan jalan berdasarkan metode
menggambarkan kekuatan stuktur Benkelman Beam (BB) dan Light Weight
perkerasan jalan. Deflectometer (LWD).

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini F. Keaslian Penelitian
adalah: Tugas akhir dengan judul
1. Menilai kondisi struktur jalan “Perbandingan Alat Benkelman Beam Dan
menggunakan alat Light Weight Light Weight Deflectometer Dengan Metode
Deflectometer (LWD) Lendutan Balik (studi kasus: ruas jalan
2. Membandingkan lendutan dari alat Klangon-Tempel KM 21+000-23+000 Kec.
Benkelman Beam (BB) dan Light Weight Moyudan, Kab. Sleman, Daerah Istimewa
Deflectometer (LWD). Yogyakarta)” disetujui, dan telah melalui
3. Menentukan modulus elastisitas pada tahap pengujian kepustakaan, sehingga
permukaan dan subgrade perkerasan diketahui belum ada tugas akhir yang
jalan dengan metode Light Weight mengangkat permasalahan ini, penelitian ini
Deflectometer (LWD). dilakukan dengan mempelajari dan mengkaji
4. Menghitung structural number (SN) buku-buku dan literatur-literatur yang sesuai
bedasarkan AASHTO 1993. dengan kajian permasalahan dalam penulisan
tugas akhir ini, sehingga hasil kajian dalan
tugas akhir ini dapat dikatakan aktual dan asli
2
serta dapat dipertanggungjawabkan secara Tabel 2.2 Klasifikasi Kelas Jalan
ilmiah. Dimensi MST Kecepatan Maksimal
Kendaraan (m) Maks (km/jam)
Kelas Peranan
Panjang Lebar Ton Primer Sekunder
Arteri &
BAB II I Kolektor 18 2,5 10 100/80 -

TINJAUAN PUSTAKA Arteri,


A. Tinjauan Umum Kolektor,
II Lokal & 18 2,5 8 100/80 70/60
Menurut penjelasan peraturan Pemerintah Lingkunga
n
Republik Indonesia tentang Jalan No. 34/2006, jalan Arteri,
adalah sebagai salah satu prasarana transportasi Kolektor,
III Lokal & 9 2,1 8 100/80 70/60
dalam kehidupan bangsa, kedudukan dan peranan Lingkunga
jaringan jalan pada hakikatnya menyangkut hajat n
Arteri
hidup orang serta mengendalikan struktur yang dapat
Khus
pengembangan wilayah pada tingkat nasional us
dilalui 18 2,5 10 80 50
kendaraan
terutama yang menyangkut perwujudan bermotor
perkembangan antar daerah yang seimbang dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan serta
peningkatan pertanahan dan keamanan negara. C. Perkerasan Jalan
Dalam Pasal 6 dan Pasal 9 Peraturan Menurut Hardiyatmo (2015) ,
Pemerintah No 34 tahun 2006 tentang Jalan, fungsi perkerasan jalan adalah sebagai
dijelaskan bahwa fungsi jalan terdapat pada sistem berikut:
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan 1. Untuk memberikan perkuatan rata/halus bagi
sekunder yang merupakan bagian dari sistem pengendara.
jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan 2. Untuk mendistribusikan beban kendaraan di atas
jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer formasi tanah secara memadai, sehingga
dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin melindungi tanah dari teknan tyang berlebihan.
dalam hubungan hirarki. 3. Untuk melindungi formasi tanah dari pengaruh
buruk perubahan cuaca.
B. Klasifikasi Jalan Adapun menurut Sukirman (1999) tingkat
Adapun klasifikasi jalan kinerja dari perkerasan jalan meliputi tiga hal, dan
berdasarkan fungsinya menurut peraturan tiga hal tersebut diantaranya:
pemerintah No 34 tahun 2006 dapat dibedakan 1. Keamanan (safety)
menjadi : 2. Wujud perkerasan (structural pavement)
1. Jalan Arteri 3. Fungsi pelayanan (fungcional performance)
2. Jalan Kolektor
3. Jalan Lokal
4. Jalan Lingkungan Apabila dilihat dari bahan pengikatnya, maka
jenis perkerasan jalan dapat diklasifikasikan menjadi:

Adapun klasifikasi jalan berdasarkan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)


kelasnya pada pada pasal 19 ayat 2 pada Peraturan merupakan perkerasan yang menggunakan aspal
Pemerintah UU No.22 Tahun 2009 tentang lalu sebagai bahan pengikatnya.
lintas dan angkutan jalan diantaranya:
1. Jalan Kelas I 1. Lapis Pemukaan
2. Jalan kelas II Pondasi Atas
3. Jalan kelas III
Pondasi Bawah
4. Jalan kelas khusus
Tanah Dasar

Gambar 2.1 Lapisan-Lapisan


Pembentuk Perkerasan Lentur

3
D. Bagian-bagian Jalan dimana:
Apabila merujuk pada Peraturan E = modulus elastisitas (MPa)
Direktorat Jendral Bina Marga Tahun 1997, d0 = penurunan yang diukur (mm)
bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat v = Rasio Poisson
jalan (Rumaja), ruang milik jalan (Rumija) σ0 = tegangan terapan (MPa)
dan ruang pengawasan jalan (Ruwasja). Dan a = jari-jari pelat (mm)
adapun uraian mengenai bagian jalan tersebut f = faktor bentuk tergantung pada distribusi
sebagai berikut tegangan

1. Ruang manfaat jalan (Rumaja)


2. Ruang milik jalan (Rumija) 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
3. Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) Pengukuran ELWD
Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai ELWD meliputi ukuran pelat pemuatan,
F. Penelitian Sebelumnya tekanan kontak pelat, tipe dan lokasi transduser
defleksi, rigiditas pelat, tingkat pemuatan,
Shivamanth dkk (2015) dalam penelitiannya berjudul kekakuan penyangga, dan pengukuran beban di
“Study of the Light Weight Deflectometer and mana faktor-faktor ini mempengaruhi modulus
Reviews” menganalisa tentang nilai modulus diperlakukan secara terpisah.
dinamis/elastisitas, dari hasil uji LWD ada total lima
belas kasus uji yang dilakukan untuk setiap lapisan B. Benkelman Beam
dan diwakili oleh nilai rata-rata modulus dinamis. Menurut Pedoman Perencanaan Lapis
Namun, data LWD untuk lapisan tanah lempung Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode
dipertanyakan. Pembacaan modulus dinamis LWD Lendutan (Pd T-05-2005-B), disebutkan bahwa
untuk lapisan tanah lempung sangat tidak sesuai dan Benkelman Beam dapat diartikan sebagai alat
berkisar antara 400 MPa sampai 700 MPa, yang juga untuk mengukur lendutan balik dan lendutan
terlalu tinggi dibandingkan dengan hasil kekuatan langsung perkerasan yang menggambarkan
yang diperoleh dari pengujian lainnya. Nilai modulus kekuatan struktur perkerasan jalan.
LWD minimum diperoleh untuk lapisan pasir-1,
pasir-2 dan pasir-3, masing-masing mewakili 19,0, a. Lendutan dengan Benkelman Beam (BB)
41,7 dan 21,6 MPa. Data lendutan diperoleh melalui pengujian
langsung dilapangan akan dilakukan analisa
guna mendapatkan nilai lendutan balik yang
BAB III telah dikorelasikan dengan faktor muka air
LANDASAN TEORI tanah (faktor musim), faktor temperatur dan
faktor beban uji (bila beban uji tidak tepat
A. Light Weight Deflectometer sebesar 8,16 ton). Adapun besarnya lendutan
balik dapat ditentukan dengan menggunakan
Light Weight Deflectometer (LWD) adalah persamaan (3.4) berikut:
perangkat non destructive testing, yang juga dapat
menentukan defleksi dari aspal tanpa merusak aspal dB = 2 × (d3 − d1 ) × Ft × Ca ×
itu sendiri. Alat LWD ini dapat digunakan dengan FK B−BB
mudah dan sangat cepat dalam penggunaannya.
Keterangan:
1. Penentuan Teoritis Modulus Elastis dB = Lendutan balik (mm)
Berdasarkan elastis Bousinnesq, d1 = Lendutan pada saat beban berada pada
hubungan antara tekanan dan perpindahan titik pengukuran (mm)
yang diterapkan di dalam tanah untuk kasus d3 = Lendutan pada saat beban berada pada
basa kaku atau fleksibel yang terletak pada jarak 6 meter dari titik
ruang setengah elastis dapat diturunkan pengukuran (mm)
sebagai berikut: Ft = Faktor penyesuaian lendutan terhadap
temperatur standar 35o C,
(1 − 𝑉 2 ) × σ0 × a yang nilainya ditentukan menggunakan
𝐸= ×𝑓 persamaan (3.5) dan (3.6)
d0
atau melalui pembacaan grafik pada gambar
(3.4.) serta dapat
4
pula ditentukan melalui tabel (3.7.) sebagai 3. Lapis permukaan beton aspal ( asphalt concrete
berikut: surface course)
Ft = 4,184 × TL −0,4025 untuk HL < 10 cm Lapis permukaan beton aspal dapat dilihat pada
(3.5) grafik yang dipergunakan untuk
Ft = 14,785 × TL −0,7573 untuk HL ≥ 10 cm memperkirakan koefisien kekuatan relatif lapis
Keterangan: permukaan berbeton aspal bergradasi rapat
TL = Temperatur lapis beraspal, diperoleh dari berdasarkan modulus elastisitas (EAC) pada
hasil pengukuran langsung dilapangan atau suhu 68°F (metode ASSHTO 4123) pada
dapat ditentukan melalui prediksi berdasarkan Gambar 3.6.
temperatur udara dilapangan dengan disarankan agar berhati-hati untuk nilai
menggunakan persamaaan (3.7) berikut: modulus diatas 450.000 psi. Meskipun
TL = 1⁄3 (Tp + Tt + Tb ) modulus beton aspal yang lebih tinggi, lebih
kaku dan lebih tahan terhadap lenturan akan
Keterangan:
tetapi, lebih rentan terhadap retak.
Tp = Temperatur permukaan lapis beraspal
4. Lapis pondasi granular (granular base layer)
Tt = Temperatur tengah lapis beraspal (Tabel
Lapis pondasi granular aspal dan lapis pondasi
3.8.)
granular bersemen atau koefisien kekuatan
Tb = Temperatur bawah lapis beraspal (Tabel
relatif a2 dapat di hitung dengan menggunakan
3.8.)
persamaan di bawah ini.
Ca = faktor pengaruh muka air tanah
A2 = 0,249 (log10EBS) - 0,977
(faktor musim)
5.Lapis pondasi bawah (granular subbase layer)
= 1,20 ; musim kemarau atau muka air
Lapis pondasi bawah granular a3 dapat di
tanah rendah
perkirakan dengan menggunakan persamaan :
= 0,9 ; musim hujan atau muka air tinggi
A3 = 0,227 (log10EBS) - 0,839
FKB-BB = Faktor koreksi beban uji
Benkelman Beam (BB) 6. Koefisien drainasi
= 77,343 × (beban uji dalam ton)(-2,0715) Untuk mengakomodasi kualitas sistim drainasi
yag dimiliki perkerasan jalan dirincikan pada
tabel 3.3 Kualitas drainasi pada perkerasan
b. Menghitung Parameter Tebal lapis Permukaan
lentur di perhitungkan dalam perencanaan
Structural Number (SN) dan Modulus
dengan menggunakan koefisien relatif yang
Elastisitas dengan Metode AASHTO 1993
dimodifikasi. Faktor untuk memodifikasi
Metode Aashto (1993) ini pada dasarnya adalah koefisien kekuatan relatif ini adalah koefisien
methode perencanaan yang didasarkan pada methode drainasi (m) dan disertakan kedalam persaman
empiris. Parameter yang dibutuhkan dalam indeks tebal pekerasan (ITP) bersama-sama
perencanaan dengan metode Aashto antara lain: dengan koefisien kekuatan relatif (a) dan
1. Structural Number (SN) ketebalan (D). Tabel 3.4 memperlihatkan nilai
Structural number (SN) merupakan fungsi dari koefisien drainasi (m) yang merupakan fungsi
ketebalan lapisan,koefisien relatif lapisan (layer dari kualitas drainasi dan persen waktu selama
coeficients), dan koefisien drainase (drainage setahun struktur perkerasan akan dipengaruhi
coeficients). Persamaan untuk strucrural number oleh kadar air yang mendekati jenuh.
adalah sebgai berikut:
SN =a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3 Tabel 3.3 Definisi kualitas drainasi
di mana : Kualitas drainasi Air hilang dalam
a1 = koefisien relatif lapis ke-i Baik sekali 2 Jam
D2 = tebal masing-masing lapis perkerasan ke-i Baik 1 Hari
(cm) Sedang 1 Minggu
M2 = koefisien drainase lapis ke-i Jelek 1 Bulan
SN = structural number
2. Koefisien kekuatan relatif Jelek sekali Air tidak akan mengalir
Berdasarkan jenis dan fungsi material lapis
perkerasan,estimasi koefisien kekuatan relatif
dikelompokkan ke dalam 5 kategori, yaitu: beton
aspal (asphalt concrete), lapis pondasi granular
(granular subbase), cement-treated base (CTB),
dan asphalt-treated base (ATB).

5
Tabel 3.4 Koefisien drainasi (m) untuk
memodifikasi koefisien kekuatan relatif material
untreated base dan subbase pada perkerasan lentur
Persen waktu struktur
perekerasan dipengaruhi oleh Mulai
kadar air yang mendekati jenih
Kualitas ˃ 25
˂ 1 % 1-5 % 5-25% Indentifikasi Masalah
drainase %
1,40 – 1,35 – 1,30 –
Baik 1,20 Kajian Studi Pustaka
1,30 1,30 1,20
sekali
1,35 – 1,25 – 1,15 –
1,00 Kajian Landasan Teori
Baik 1,25 1,15 1,00
1,25 – 1,15 – 1,00 –
0,80
Sedang 1,15 1,05 0,80
Metode Penelitian
1,15 – 1,05 – 0,80 –
0,60
Jelek 1,05 0,80 0,60
Pengumpulan Data
1,05 – 0,80 – 0,60 –
Jelek 0,40
0,95 0,75 0,40
sekali
A B
BAB IV
METODE PENELITIAN
B
A. Lokasi Penelitian A
Pada penelitian ini mengambil studi kasus pada ruas
Jalan Klangon-Tempel, Kecamatan Moyudan, Data Sekunder: Data Primer:
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Data Tebal dan Data lendutan uji Light
Weight Deflektometer
Jenis Lapis
dengan ruas jalan yang menjadi topik penelitian Perkerasan
(LWD) berupa d0, d1 dan d2

sepanjang 2 km yang dimulai dari Km 21+000 sampai Beraspal (Existing)


dengan Km 23+000. 2. Data dari penelitian
terdahulu untuk

B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal Structural Analisa Data dengan Metode
Number LWD Boussinesq
bulan Mei 2017, ketika memasuki musim
kemarau, sehingga pelaksanaan penelitian
berjalan dengan lancer, tidak terganggu oleh Hasil
hujan.
Pembahasan
C. Tahap Penelitian
Tahap penelitian pengujian lendutan pada Kesimpulan dan Saran
perkerasan lentur dilakukan pada ruas jalan Klangon-
Tempel, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.
Selesai
Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan alat Light
Weight Deflektometer (LWD) dapat dijelaskan pada
bagan alir yang ditunjukan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

6
a. Alat Light Weight Deflektometer
Terdiri dari batangan dengan panjang total
Mulai ( ± 2) m, dengan perlengkapan sebagai
berikut:
1) Hammer dengan berat 12 Kg
Data Primer dan
Sekunder
2) Bantalan karet
3) Cover sensor utama
Analisa Beban transduser 4) 3 buah sensor
5) Laptop
Menghitung tegangan b. Troli
Troli yang dingunakan dengan dimensi
terapan
100x60 cm
c. Payung
Menghitung Modulus
Elastisitas Payung digunakan untuk melindungi
laptop
Membandingkan d0 LWD dengan dB BB d. Perlengkapan keamanan bagi petugas
survei dan tempat pengujian. (Gambar 4.6)
sebagai berikut :
1) Tanda batas kecepatan lalu lintas pada saat
Selesai melewati tempat pengujian ditempatkan
lebih kurang 50 m di depan dan di
Gambar 4.2 Bagan Alir Analisa Data dengan belakang truk.
Metode Lendutan Pd. T-05-2005-B 2) Lampu tanda peringatan.
3) Bendera yang selalu dipasang pada truk
P selama pengujian.
D. Metode Pengumpulan Data 4) Tanda pengenal pada kain yang dipasang
Adapun data yang dibutuhkan dalam pengumpulan pada truk di bagian depan dan
data Lendutan adalah sebagai berikut: bagianbelakang.
1. Pengamatan pendahuluan 5) Tanda pengamanan lalu lintas yang
2. Kajian sudi pustaka guna proses evaluasi dan dipegang oleh petugas (tanda
perencanaan “STOP/JALAN’).
3. Kajian landasan teori 6) Pakaian khusus petugas yang warnanya
4. Menentukan kebutuhan data dapat dengan mudah dilihat oleh
pengendara lalu lintas (misalnya pakaian
E. Data dan Sumber Data berwarna kuning).
Adapun data yang digunakan pada penelitian ini 7) Kamera untuk foto dokumentasi.
antara lain sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer yang digunakan pada penelitian 2. Personil
ini antara lain sebagai berikut: Personil yang diperlukan pada saat pengujian di
a. Data Lendutan lapangan adalah:
2. Data Sekunder a. Dua orang petugas pengamanan lalu lintas.
Data sekunder yang digunakan pada b. Dua orang operator alat Light Weight
penelitian ini antara lain sebagai berikut: Deflektometer.
a. Data Tebal dan Jenis Lapis Perkerasan
Beraspal (Existing) 3. Pengukuran lendutan
b. Data dari penelitian sebelumnya Pengukuran lendutan dilakukan pada
permukaan perkerasan lentur dengan jarak yang
sudah ditentukan, dihindari titik yang telah
F. Peralatan dan Tata Cara Pemakaian
mengalami kerusakan permukaan jalan seperti
Alat Light Weight Deflektometer
pelelehan aspal (bleeding) atau retak (cracking),
1. Adapun alat yang digunakan guna
Adapun cara pengukuran lendutan sebagai
mendukung pengambilan data primer
berikut :
dilapangan pada perkerasan lentur dengan
1) menentukan titik pengujian pada ruas jalan.
alat Light Weight Deflektometer diantaranya
adalah:
7
2) menentukan titik pada permukaan jalan yang 21+350 1614 157.4 52.9 29.8 570 37
akan diuji dan diberi tanda plus (+) dengan 1614 687.7 85.5 46 130 37
21+400
cat semprot.
21+450 1614 489.2 72.4 41.9 183 37
3) menentukan letak dari sensor d1 dan d2 dengan
jarak masing-masing 75cm dari sensor utama 21+500 1614 708.7 67 37.6 127 37
(d0). 21+550 1614 455.9 53.2 33.5 197 37
4) Langkah selanjutnya sambungkan alat pada
21+600 1614 617.8 56.8 32.3 145 37
laptop lalu setting laptop.
5) Setelah langkah di atas dilakukan selanjutnya 21+650 1614 258 56.6 34.6 348 37
menaikan hammer lalu jatuhkan. 21+700 1614 624.7 68.3 39.9 144 37
6) Selanjutnya data lendutan secara otomatis 1614 287.1 52.8 32.2 312 37
21+750
akan masuk ke laptop.
21+800 1614 227.2 52.6 35.1 395 37
7) Kemudian data akan dianalisis dengan
perhitungan menggunakan aplikasi Matlab. 21+850 1614 251 46 29.6 357 37
8) Setelah langkah diatas lanjutkan pengujian 21+900 1614 139.9 37.1 25.2 641 37
dengan cara seperti langkah-langkah
21+950 1614 564.4 65.6 34.3 159 37
sebelumnya.
22+000 1614 180.1 41.2 27.6 498 37
BAB V 22+050 1614 683 55.1 31 131 37
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1614 218.4 38.7 28.3 411 37
22+100
A. Data Geometrik Jalan
22+150 1614 686.4 38.4 28.3 131 37
Adapun data ruas jalan yang dijadikan sebagai studi
kasus penelitian dapat dijabarkan pada table 5.1 22+200 1614 266.7 40.1 28.7 336 37
sebagai berikut: 22+250 1614 457.7 59.9 34.1 196 37
Tabel 5.1 Data Geometri Ruas Jalan Goa Selarong 1614 258.6 53.8 32.7 347 37
Deskripsi Keterangan 22+300
Nama jalan Gedongan Tempel 22+350 1614 326.8 63.6 37 275 37
Ruas jalan Klangon-Tempel
22+400 1614 419.1 48.8 31.1 214 37
Lokasi Klangon-Tempel,Kab.Sleman, Daerah
Istimewah Yogyakarta 1614 686.7 48.3 32.1 131 37
22+450
Titik Pengamatan Km 21+000 – km 23+000
Lebar Perkerasan 5m 22+500 1614 259.2 66.6 39.6 346 37
Tebal Perkerasan 10 cm 1614 204.8 51 33.6 438 37
22+550
Jenis Perkerasan Asphalt-Concrete Base Course (AC-BC)
Tipe Perekrasan 2/2 UD 22+600 1614 773.6 71.4 43.8 116 37
Fungsi Jalan Kolektor 1614 727.5 67.3 41.5 123 37
Medan Datar 22+650
Marka Jalan Ada 22+700 1614 255 51.6 33.4 352 37

22+750 1614 512.8 74.1 45.8 175 37


B. Data Lendutan
22+800 1614 771.4 68.7 45.9 116 37

Adapun data lendutan hasil pengujian dapat 22+850 1614 1031 81 45.2 87 37

dijabarkan pada Table 5.2. 22+900 1614 898.1 81.7 55.2 100 37

22+950 1614 888 80.7 53.5 101 37


Tabel 5.2. Data Pengujian
23+000 1614 408.6 86.3 47.1 220 37

ELWD
STA Beban d0 d1 d2 Suhu 800
(Alat)
Modulus Elastic (MPa)

600
21+000 1614 412.4 90.6 43.5 218 37 400
21+050 1614 623.8 88.4 46.6 144 37 200
1614 646.2 82.2 47.3 139 37 0
21+100
21+000
21+150
21+300
21+450
21+600
21+750
21+900
22+050
22+200
22+350
22+500
22+650
22+800
22+950

21+150 1614 499 121.1 54.2 180 37

21+200 1614 329.6 93 88.5 272 37


Stasioning
21+250 1614 759 93.4 39.2 118 37

21+300 1614 421.2 70.1 40.5 213 37 Gambar 5.1. Hasil Pengukuran Modulus
Elastisitas
8
C. Analisa Perhitungan ELWD (Modulus
Elastisitas) = 217,6041049 Mpa
Analisa ELWD dengan metode LWD Boussinesq
pada ruas jalan Klangon-Tempel, sedangkan untuk Berdasarkan hasil analisis perhitungan ELWD
Analisa perhitungan lendutan terkoreksi (dB) adalah sebagai berikut seperti pada Tabel 5.3.
menggunakan rumus sesuai perhitungan metode Tabel 5.3 Hasil analisa ELWD
lendutan (Pd T-05-2005-B). Adapun perhitungan Beban
ELWD
ELWD pada ruas jalan Klangon-Tempel berdasarkan STA d0 d1 d2 (Analisis)
(Ton)
(Mpa)
pada data primer yang berupa data lendutan,
sedangkan untuk lendutan terkoreksi berdasarkan data 21+000 1.614 0.4124 0.0906 0.0435 217.6041049
sekunder dari penelitian sebelumnya. 21+050 1.614 0.6238 0.0884 0.0466 143.860104

21+100 1.614 0.6462 0.0822 0.0473 138.8733099


1. Data primer :
a. Data pengujian lendutan alat Light Weight 21+150 1.614 0.499 0.1211 0.0542 179.8395448

Deflectometer dapat dilihat pada Tabel 5.2. 21+200 1.614 0.3296 0.093 0.0885 272.2692137

21+250 1.614 0.759 0.0934 0.0392 118.2344306


2. Data sekunder
21+300 1.614 0.4212 0.0701 0.0405 213.0577703
a. Data pengujian lendutan alat Benkelmen
Beam dapat dilihat pada Tabel 5.4. 21+350 1.614 0.1574 0.0529 0.0298 570.1393447

21+400 1.614 0.6877 0.0855 0.046 130.4928499


3. Analisa Data Lendutan LWD 1.614 0.4892 0.0724 0.0419 183.4422176
21+450

21+500 1.614 0.7087 0.067 0.0376 126.6261223


F = √2 × 𝑔 × ℎ × 𝐶
Dimana : 21+550 1.614 0.4559 0.0532 0.0335 196.8412653

21+600 1.614 0.6178 0.0568 0.0323 145.2572562


Massa berat jatuh = 12 kg
1.614 0.258 0.0566 0.0346 347.8291971
Percepatan karena gravitasi = 9,81 21+650
m/s2 21+700 1.614 0.6247 0.0683 0.0399 143.6528459
Tinggi drop = 1m 1.614 0.2871 0.0528 0.0322 312.5737821
21+750
konstanta kekakuan material =
21+800 1.614 0.2272 0.0526 0.0351 394.9820988
449×108 kN/m (SNI 3966:2012)
21+850 1.614 0.251 0.046 0.0296 357.5296129
8
F = √2 × 9,81 × 1 × (449 × 10 ) 21+900 1.614 0.1399 0.0371 0.0252 641.4577044

21+950 1.614 0.5644 0.0656 0.0343 159.0005897


= 3251346.798 Kn
22+000 1.614 0.1801 0.0412 0.0276 498.2783612
𝐹
σ0 = 𝐴 22+050 1.614 0.683 0.0551 0.031 131.3908241

22+100 1.614 0.2184 0.0387 0.0283 410.8971284


3251346.798 Kn
= 22+150 1.614 0.6864 0.0384 0.0283 130.7399954
3,14×212 𝑚2
22+200 1.614 0.2667 0.0401 0.0287 336.4826879
= 2347.983591 Mpa 22+250 1.614 0.4577 0.0599 0.0341 196.0671463

22+300 1.614 0.2586 0.0538 0.0327 347.0221688

(1−𝑉 2 )×σ0 ×𝑎 22+350 1.614 0.3268 0.0636 0.037 274.6019977


ELWD = 𝑑0 22+400 1.614 0.4191 0.0488 0.0311 214.1253468

22+450 1.614 0.6867 0.0483 0.0321 130.6828788


Dimana: 22+500 1.614 0.2592 0.0666 0.0396 346.2188767
d0 = 0,4124 mm 1.614 0.2048 0.051 0.0336 438.1832659
22+550
v = 0,35(Rasio Poisson)
1.614 0.7736 0.0714 0.0438 116.0030156
σ0 = 2347,983591 MPa 22+600

a = 21 cm 22+650 1.614 0.7275 0.0673 0.0415 123.3538596

22+700 1.614 0.255 0.0516 0.0334 351.9213053


(1−𝑉0,352 )×2347,983591×21
ELWD = 0,4124
22+750 1.614 0.5128 0.0741 0.0458 174.9998691

9
22+800 1.614 0.7714 0.0687 0.0459 116.3338512 dengan metode beban pelaksanaan menggunakan
1.614 1.031 0.081 0.0452 87.04164195
beban impuls didapatkan hasil pada Tabel 5.4.
22+850
Sedangkan, pengujian menggunakan alat
22+900 1.614 0.8981 0.0817 0.0552 99.92198291
Benkelman Beam (BB) pada ruas jalan yang sama
22+950 1.614 0.888 0.0807 0.0535 101.0584829 dengan metode pelaksanaan menggunakan beban
23+000 1.614 0.4086 0.0863 0.0471 219.6278337 statis didapatkan hasil pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Data d0(LWD) dan dB(BB)


700
Modulus Elastic (MPa)

600 d0
STA Lendutan terkoresi (BB)
(LWD)
500
400
21+000 0.4124 0.5030928
300
21+050 0.6238 0.81144
200
100 21+100 0.6462 0.7465248
0 21+150 0.499 0.7952112
21+000
21+150
21+300
21+450
21+600
21+750
21+900
22+050
22+200
22+350
22+500
22+650
22+800
22+950 21+200 0.3296 0.6978384
21+250 0.759 0.4706352
Stasioning
21+300 0.4212 0.40572
21+350 0.1574 0.5193216
Gambar 5.2.Hasil Perhitungan Modulus
Elastisitas (Analisis) 21+400 0.6877 0.7789824
21+450 0.4892 0.6816096
Dari hasil analisis data pengujian, dapat 21+500 0.7087 1.136016
disimpulkan bahwa alat Light Weight
21+550 0.4559 0.7465248
Deflectometer (LWD) ini menggunakan metode
LWD Boussinesq, hal ini terbukti dari Gambar 5.3. 21+600 0.6178 0.243432
21+650 0.258 0.3732624

800 21+700 0.6247 0.6329232


ELWD (Alat) (Mpa)

21+750 0.2871 0.6816096


600
y=x 21+800 0.2272 0.7140672
400 R² = 1
21+850 0.251 0.4544064
200 21+900 0.1399 0.6978384
0 21+950 0.5644 0.568008
0 200 400 600 800 22+000 0.1801 0.5842368
ELWD (Analisis) (Mpa)
22+050 0.683 0.6166944
22+100 0.2184 0.7465248
ELWD (Alat) (Mpa)
22+150 0.6864 0.6329232
ELWD (Analisis) (Mpa)
22+200 0.2667 0.7465248
Linear (ELWD (Alat) (Mpa))
22+250 0.4577 0.6816096
Linear (ELWD (Analisis) (Mpa))
22+300 0.2586 0.649152
22+350 0.3268 0.486864
Gambar 5.3. Grafik Perbandingan Modulus 22+400 0.4191 0.892584
Elastisitas (Analisis) dan Modulus Elastisitas 22+450 0.6867 1.298304
(Alat)
22+500 0.2592 0.7140672

D. Perbandingan Nilai Defleksi LWD dan BB 22+550 0.2048 0.6166944


22+600 0.7736 0.9899568
Pengujian menggunakan alat Light Weight 22+650 0.7275 0.649152
Deflectometer (LWD) pada ruas jalan Klangon-
22+700 0.255 0.4219488
Tempel KM 21+000-23+000 Kec. Moyudan,
Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 22+750 0.5128 0.2758896
22+800 0.7714 0.5355504

10
22+850 1.031 0.730296 Berdasarkan tabel koefisien
22+900 0.8981 0.568008
kekuatan relatif yang bersumber
dari SKBI 2.3.19887/SNI 03-1732-
22+950 0.888 0.486864
1989
23+000 0.4086 0.2921184
2) Data tebal perkerasan
1.4 a. Lapis permukaan = 10 cm
y = 0.1692x + 0.558 b. Lapis pondasi atas = 15 cm
1.2 R² = 0.0354
1 c. Lapis pondasi bawah = 15 cm
d0 (LWD)

0.8 3) Menghitung nilai struktural number


Series1
0.6 a. Segmen 1
0.4 1. Koefisien relatif
Linear a1 = 0,4
0.2 (Series1)
0 a2= 0,15
0 0.5 1 1.5 a3= 0,13
Lendutan terkoresi (BB)
2. Tebal lapis tambah
D1=4 cm
Gambar 5.4. Grafik Perbandingan Lendutan d0 D2=15 cm
(LWD) dan dB(BB) D3=15 cm
E. Kualitas Jalan Berdasarkan Pengujian 3. Koefisien saluran drainase
Benkelman Beam M1= 1,00
1. Data koefisien kekuatan relatif M2= 1,00
2. Data koefisien saluran drainase
Tabel : 3.2 Koefisien Drainase Untuk SN = a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3
Memodifikasi Koefisien Kekuatan SN = (0,4 x 4) +(0,15 x 15 x 1) +
Relatif Material Unterated Base dan (0,13 x 15 x 1)
Subbase Pada Perekerasa lentur SN = 5,8
Persen waktu struktur perekerasan
dipengaruhi oleh kadar air yang
Kualitas mendekati jenih
b. Segmen 2
drainase 1. Koefisien relatif
5- ˃ 25
1-5 % a1 = 0,4
˂1% 25% %
a2 = 0,15
1,40 – 1,35 – 1,30 –
Baik 1,30 1,30 1,20
1,20 a3 = 0,13
sekali 2. Tebal lapis tambah
1,35 – 1,25 – 1,15 –
1,00
Baik 1,25 1,15 1,00 D1=-1 cm
1,25 – 1,15 – 1,00 –
0,80
Sedang 1,15 1,05 0,80 D2=15 cm
1,15 – 1,05 – 0,80 – D3=15 cm
0,60
Jelek 1,05 0,80 0,60
1,05 – 0,80 – 0,60 – 3. Koefisien saluran drainase
Jelek 0,40
0,95 0,75 0,40 M1= 1,00
sekali
M2= 1,00
3. Analisa nilai structural number (SN) dan
modulus elastisitas SN = a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3
1) Data jenis lapis perkerasan SN = (0,4 x -1) +(0,15 x 15 x 1) +
a. Lapis permukaan menggunakan (0,13 x 15 x 1)
Laston (a1) SN = 3,8
b. Lapis pondasi atas menggunakan
CTB (a2)
c. Lapis pondasi bawah agregat 4). Menghitung modulus elastisitas
kelas A (a3)
Dari hasil analisis tebal lapis tambah
(overlay) dan nilai Struktural Number, dengan jenis

11
perkerasan Laston dengan analisis persegmen dapat pada ruas jalan Klangon – Tempel, Kec. Moyudan,
dipaparkan pada Tabel 5.5 Kab. Sleman, menggunakan alat Light Weight
Deflectometer (LWD), maka dapat diberikan
Tabel 5.5 Hasil Analisis Lapis Tambah (overlay) kesimpulan sebagai berikut :
Dan Strukctural Number (SN) Berdasarkan 1. Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh
Panduan Pd T-05-2005-B dan Pt-T-01-2002 modulus elastisitas jalan dimana metode yang
Modulus Stabilitas Tebal strucktural digunakan adalah LWDBoussinesq, dengan
Jenis Resilient Marshall Lapis Number
Segmen
Perkerasan Tambah
nilai rata-rata 239,9 MPa.
(MPa) Kg cm (SN) 2. Pada penelitian ini perbandingan lendutan d0
1 Laston 2000 800 4 5,8 dan dB tidak ada hubungan antara defleksi dari
2 Laston 2000 800 -1 3,8 metode LWD dan BB disebabkan perbedaan
3 Laston 2000 800 8 7,4
metode alat. Light Weight Deflectometer
4 Laston 2000 800 2 5
5 Laston 2000 800 2 2,25 (LWD) berdasarkan beban impuls dengan
6 Laston 2000 800 1 4,6 massa 12 kg, sedangkan Benkelman Beam
7 Laston 2000 800 2 2,25 (BB) berdasarkan beban statis dari truk yang
8 Laston 2000 800 9 8,2 bermassa 11 ton.
9 Laston 2000 800 6 6,6
3. Dari hasil penelitian didapatkan hasil untuk
10 Laston 2000 800 1 2,1
nilai rata-rata modulus elastisitas
menggunakan alat Light Weight
Dalam penelitian ini didapat nilai tebal lapis
Deflectometer (LWD) adalah 239,9 MPa,
tambah yang diperlukan untuk ruas jalan Klangon -
sedangkan untuk nilai rata-rata modulus
Tempel untuk dapat melayani beban lalu lintas selama
elastisitas untuk subgrade perkerasan jalan
10 tahun sebanyak 1.950.000 ESA, nilai lendutan
adalah 88,95 MPa.
yang terburuk yaitu sebesar 9 cm. Seperti
4. Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh
yang telah dipaparkan pada Tabel 5.6
modulus elastisitas jalan berdasarkan jenis
lapis pondasi dan koefisien kekuatan relative
Tabel 5.6 Hasil Akhir Analisis Lapis Tambah
pada ruas jalan tersebut adalah untuk lapis
(overlay) dan Strucktural Number (SN)
permukaan dengan jenis perkerasan Laston,
Berdasarkan Panduan Pd T-05-2005-B dan Pt-T01-
kekuatan koefisien relatif sebesar 0,4
2002
Modulus Stabilitas Tebal strucktural
danketebalan 10 cm didapat modulus
Jenis Resilient Marshall Lapis Number elastisitas sebesar 365.000 psi, pada lapis
Perkerasan Tambah pondasi atas dengan jenis perkerasan
(MPa) Kg Cm (SN) menggunakan jenis stabilitas tanah dengan
Laston 2000 800 9 8,2
semen, koefisien kekuatan relatif sebesar 0,13
dan ketebalan 15 cm didapat modulus
Dan adapun nilai modulus elastisitas yang
elastisitas sebesar 5,90 x 105 psi, danpada
didapat dari hasil analisis untuk setiap jenis lapis
lapis pondasi bawah menggunakana gregat
pondasi dapat dipaparkan Tabel 5.7.
kelas A dengan koefisien kekuatan relatif
0,15 dengan ketebalan 15 cm didapat
Tabel 5.7 Hasil Analisa Modulus Elastisitas
modulus elastisitas sebesar 18.000 psi.
Berdasarkan Panduan Pt-T-01-
2002
Jenis Kekuatan Tebal Modulus
perkerasan Relatif Perkerasan B. SARAN
Laston 0,4 10 cm 365.000 psi
CTB 0,13 15 cm 5,90 x 105 psi Dalam tugas akhir ini peneliti hanya menghitung
Agregat kelas A 0,15 15 cm 18.000 psi
nilai structural number untuk metode Benkelman
Beam yang didapatkan dari data penelitian
sebelumnya, sedangkan untuk metode Light Weight
BAB VI
Deflectometer ,peneliti hanya menghitung nilai dari
KESIMPULAN DAN SARAN modulus elastisitas untuk penelitian berikutnya
diharapkan adanya hitungan tebal lapis tambahan
A. KESIMPULAN menggunakan alat Light Weight Deflectometer.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
dengan data primer dan data sekunder dari
penelitian sebelumnya dengan metode lendutan
balik menggunakan pedoman LWD Bousseinesq
12

Anda mungkin juga menyukai