Dibuat Oleh:
UNIVERSITAS PAPUA
2022
Kata pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknik Terowongan.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa dan
bagaimana metode analitik itu digunakan dalam bukaan tambang bawah tanah.
Ucapan terimakasih penulis tunjukan kepada dosen dan teman-teman yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermamfaat bagi para
pembaca dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
kedepannya penyusunan maklah ini lebih baik lagi.
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………
A. Latar belakang………………………………………………………
B. Rumusan masalah……………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….
A. Pengertian Metode Analitik…………………………………………
B. Metode………………………………………………………………
C. Pembahasan penelitian………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
LAMPIRAN…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep rancangan terowongan bawah tanah merupakan suatu hal yang
relatif baru. Salah satu alasan tersebut adalah persoalan rancangan tambang bawah
tanah (terowongan) yang berbeda dengan rancangan sebuah struktur bangunan
konvensional, seperti bangunan jembatan atau gedung. Sebuah filosofi rancangan
yang baik dikemukakan oleh E. Hoek yaitu “Tujuan dari sebuah rancangan untuk di
penggalian bawah tanah harus menggunakan batuan itu sendiri sebagai material
struktur yang utama, sehingga menghasilkan gangguan yang sekecil mungkin selama
penggalian dan sesedikit mungkin pengunaan beton dan penyangga baja”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud metode analitik?
2. Apa saja metode yang digunakan dalam penelitian tersebut ?
3. Bagaimana prilaku batuan yang mengalami perlakuan terhadapnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu metode analitik
2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan
3. Untuk mengetahui prilaku batuan yang mengalami perlakuan terhadapnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian metode analitik
Menurut Bieniawski (1984), metode rancangan untuk menilai kestabilan
bawah tanah dapat dikategorikan menjadi tiga bagian. Ketiga metoda tersebut antara
lain adalah yaitu :
1. Metoda Analitik (Analytical Method) Metode analitik atau analytical method yaitu
metode yang digunakan untuk menganalisis tegangan dan deformasi di sekitar
terowongan. Teknik-teknik yang digunakan untuk metoda ini yaitu sebagai
berikut :
Perhitungan numerik seperti metode elemen hingga (finite element method /
FEM), metode beda hingga (limite element method / LEM), dan metode elemen
batas (boundary element method / BEM).
Simulasi analogi seperti analogi listrik dan foto elastik.
Model fisik (physical modeling) seperti penggunaan maket.
B. Metode
Metode penelitian yang digunkan adalah metode kuantitatif noneksperimental.
Penelitian dilakukan dengan mengamati keadaan batuan secara langsung dan
mengambil sampel secara sistematis pada lubang bukaan untuk dilakukan uji
laboratorium.
1. Metode Pengumpulan
Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi. Data yang
dikumpulkan dari lapangan berupa data RMR batuan yakni nilai RQD, PLI, kondisi
kekar, isian kekar, kekasaran kekar, air tanah dan orientasi kekar terhadap
terowongan.
2. Metode Analisis
Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif.
Metode ini diterapkan karena data yang diperoleh dilakukan analisis terhadapnya dan
memberikan keluaran yang bersifat kuantitatif. Uji laboratorum untuk kekuatan
batuan juga dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan.
C. Pembahasan Penelitian
1. Pembahasan
a. Main Level
Nilai perpindahan batuan pada bukaan slice 1 tidak terlalu besar. Bahkan nilai
perpindahan bergerak menurun yang menandakan bahwa keadaan perpindahan
batuan semakin kecil dan menggambarkan keadaan batuan yang semakin stabil. Besar
nilai perpindahan hanya berkisar pada nilai 0,01 mm hingga 0,02 mm. Dari
keseluruhan titik-titik yang menjadi acuan penilaian baik dinding kiri, dinding kanan
dan atap lubang bukaan slice 1 ini dapat dikatakan masih dalam keadaan aman
berdasarkan penilian perpindahan massa batuan nya. Data hasil perhitungan nilai
perpindahan batuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Strength factor adalah nilai yang dihitung dengan membagi kekuatan batuan
dengan tegangan terinduksi pada setiap titik dalam mesh, kekuatan batuan yang
dimaksud tergantung dari kriteria keruntuhan yang digunakan (kriteria Mohr
Coulomb) dan tegangan terinduksi merupakan tegangan yang muncul akibat
pengaruh kegiatan penambangan disekitar batuan seperti kegiatan pengeboran dan
peledakan.
a. Main Level
Dalam grafik di atas dapat di lihat bahwa grafik warna merah adalah distribusi
titik yang dinilai dan merupakan nilai perpindahan sebelum dilakukan filling material.
Sedangkan grafik warna ping adalah sebaran titik-titik penilaian setelah dilakukannya
filling material. Adapun garis tegak hitam adalah batasan dari dinding kiri, dinding
kanan dan atap lubang bukaan. Garis merah yang melintang merupakan batas nilai
strength factor.
b. Slice 1
a. Main Level
b. Slice 1
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Total Displacement
a. Main Level
Kondisi stope main level secara overall masih dalam keadaan aman
ditunjukkan dari nilai total displacement yang meningkat setelah dilakukannya
filling material yaitu dari 0,05 mm menjadi 0,04 mm.
b. Slice 1
Hal yang sama ditunjukkan pada slice 1 masih dalam keadaan aman dengan nilai
total displacement meningkat setelah dilakukannya filling material yaitu dari 0,06
mm menjadi 0,05 mm.
2. Strength Factor
a. Main Level
b. Slice 1
3. Faktor Keamanan
a. Main Level
Kondisi stope main level masih dalam kondisi aman yang ditunjukkan dengan
nilai faktor keamanan yang mengalami peningkatan setelah dilakukannya material
filling yaitu dari 0,93 menjadi 3,37. Dengan batas failure untuk faktor keamanan=
1,2.
b. Slice 1
Demikian juga dengan slice 1 yang juga mengalami peningkatan nilai faktor
keamanan dari 1,2 menjadi 2,1 setelah dilakukannya filling material. Dengan
batas failure untuk faktor keamanan= 1,2. Data selengkapnya mengenai nilai total
displacement, strength factor dan faktor keamanan untuk setiap lubang bukaan
pada Level 2 MH 3 termasuk dengan slicenya dapat dilihat pada Tabel 13 yang
terdapat pada lampiran.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Bieniawski, Z.T., 1976, Rock Mass Clasifications in Rock Engineering., Proceeding
Symposium on Exploration for Rock Engineering, Ed. Z.T. Bieniawski, A.A.
Balkema, Rotterdam, p. 97-106.
Bieniawski, Z.T., 1989, Engineering Rock Mass Clasifications., John Wiley & Sons,
New York, p. 251.
Brady, B.H.G., Brown, E.T., 2005, Rock Mechanics for Underground Mining, 3 Ed.,
Kluwer Academic Publishers, New York, Boston, Dordrecht, London,
Moscow, p. 356-357.
Dwinagara, B., Bagus, W., Idris,M. O., 2008, Aplikasi Pemodelan Numerik
(Phase2 ) Pada Tambang Bawah Tanah, UBPE Pongkor PT. Antam Tbk.
Hoek, E., Bray, J.W., 1981, Rock Slope Engineering, 3 Ed.,Institution of Mining and
Metallurgy, London, p. 402.
Hoek, E., Kaiser, P.K., Bawden, W.F., 1995, Rock Support for Underground
Excavations in Hard Rock., A.A. Balkema, Rotterdam, p. 215.
Hoek, E., Ceranza-Torres, C., Corkum B., 2002, Hoek-Brown Failure - Ed. 2002.,
Proceeding of The 5th North American Rock Mechanics Symposium, and 17th
Tunnelling Association of Canada Conference, NARM-TAC 2002., July 7-10.,
University of Toronto, p. 267-271.
Kresno, Siri, H. T., 2001, Metode Tambang Bawah Tanah., Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. CV.
Awan Poetih.
PT. Natarang Mining, (1998), Way Linggo Project Feasibilty Study Report, PT.
Natarang Mining, Jakarta.