Oleh :
Bob Andrea Lingga
12108055
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1
Latar Belakang.................................................................................................1
1.2
Tujuan................................................................................................................2
1.3
Batasan Masalah...............................................................................................2
1.4
Manfaat Penelitian...........................................................................................2
1.5
Metodologi.........................................................................................................3
1.6
Sistematika Penulisan.......................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................6
DASAR TEORI............................................................................................................6
2.1
Jenis Longsoran................................................................................................6
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.2
2.2.1
2.2.2
2.3
Getaran Bumi..................................................................................................14
2.4
2.5
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mempelajari pengaruh dan perilaku jenis dan kondisi material, dimensi dan
percepatan sentrifugal terhadap kestabilan lereng dengan menggunakan alat
sentrifugal.
Dengan analisis dimensi, dapat menggambarkan kestabilan lereng sebenarnya melalui
pemodelan lereng skala kecil secara fisik khususnya dengan uji sentrifugal.
1.5 Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Langkah-langkah penelitian juga dapat dilihat pada diagram alir penelitian, pada
Gambar 1.1
didapat data kemiringan lereng akhir, volume longsoran dan massa longsoran yang
akan dibahas pada bab berikutnya.
BAB IV Data dan Pembahasan
Bab ini menampilkan data data yang menjabarkan hubungan setiap percepatan
sentrifugal terhadap setiap kondisi dan geometrid an dimensi lereng dengan
kemiringan akhir lereng setelah pengujian, volume longsoran dan massa longsoran.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari seluruh aktivitas penelitian tugas akhir
serta analisis data yang telah dilakukan yang diharapkan dapat menjawab tujuan dari
penelitian ini.
Studi literatur
= Densitas
C = Kohesi
= Berat Jenis
= Sudut Gesek Dalam
w = Kadar Air
BAB II
DASAR TEORI
Setiap material berbentuk lereng yang bertahan di alam sampai saat ini berada dalam
keadaan stabil. Hal ini dikarenakan distribusi tegangan pada material tersebut berada
dalam keadaan setimbang. Jika kesetimbangan tersebut terganggu, dimana gaya
pengganggunya (gaya luar ditambah gaya penggerak) lebih besar daripada gaya
penahannya maka secara otomatis material akan mencari kesetimbangannya yang
baru dengan mengurangi beban, terutama dalam bentuk longsoran sehingga pada
bentuk akhir gaya penahannya minimal menjadi sama dengan gaya penggeraknya.
Lereng stabil memiliki komponen gaya penahan yang lebih besar daripada komponen
gaya penggerak yang dimilikinya. Faktor keamanan (FK) adalah perbandiingan atara
gaya penahan terhadap gaya penggerak dan dikatakan stabil apabila FK lebih besar 1,
dimana FK didefinisikan sebagai :
FK =
2.1
Gaya Penahan
Gaya Pengganggu
Jenis Longsoran
Suatu longsoran akan terjadi bila resultan gaya penggerak lebih besar daripada
resultan gaya penahan yang dimilikinya. Longsoran ini bisa berupa rotasi atau
translasi yang tergantung pada keadaan material serta strukturnya. Jika luncurannya
berupa rotasi, maka biasanya akan menghasilkan longsoran busur atau lingkaran.
Tetapi bila gerakan ini berupa translasi, maka akan menghasilkan longsoran bidang.
Gabungan kedua gerakan ini akan menghasilkan longsoran bidang dan busur. Jenis
longsoran yang mungkin terjadi pada lereng antara lain :
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.2
d.
e.
f.
g.
Struktur geologi yang perlu dicatat disini adalah sesar, kekar, bidang
perlapisan, perlipatan, ketidakselarasan dan sebagainya. Ini merupakan hal
yang penting dalam analisis kemantapan lerengkarena struktur ini merupakan
bidang lemah di dalam suatu massa batuan dan dapat menurunkan
kemantapan lereng.
Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi
perubahan temperature. Temperature yang cepat sekali berubah dalam waktu
yang singkat akan mempercepat proses pelapukan batuan. Untuk daerah tropis
pelapukan lebih cepat dibandingkan dengan daerah dingin. Oleh karena itu
singkapan batuan pada lereng daerah tropis akan lebih cepat lapuk dan ini
mengakibatkan lereng mudah longsor.
Geometri lereng
Geometri lereng mencakup tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng. Lereng
yang terlalu tinggi akan menjadi penyebab tidak mantap dan cenderung lebih
mudahnya longsor dibandingkan lereng yang tidak terlalu tinggi bila susunan
batuannya sama. Demikian juga dengan sudut lereng, lereng akan menjadi
kurang mantap jika kemiringannya besar.
Air tanah
Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah dan
batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi. Batuan dengan kandungan
air yang tinggi, kekuatannya menjadi rendah sehingga lereng lebih mudah
longsor. Selain itu, air yang terkandung pada batuan akan menambah beban
batuan tersebut. (cari buku geoteknik tanah)
Gaya luar
Gaya luar dapat mempengaruhi kemantapan suatu lereng. Gaya ini berupa
getaran-getaran yang berasal dari sumber yang berbeda di dekat lereng
tersebut. Getaran ini misalnya ditimbulkan oleh peledakan, lalu lintas
kendaraan dan lain-lain.
Sementara itu menurut Terzaghi (Craig, 1976), beberapa faktor yang mempengaruhi
kemantapan lereng adalah sebagai berikut :
1. Faktor eksternal
a. Perubahan geometri lereng : pemotongan kaki lereng dan perubahan
sudut kemiringan lereng.
b. Pembebasan pembebanan : erosi, penggalian.
c. Pembebanan penambahan material, penambahan tinggi lereng.
d. Shock dan vibrasi : peledakan dan gempa bumi.
2.2.1
cos
sinsuatu
massa seberat W berada di atas suatu bidang miring membentuk sudut
Jika
terhadap horizontal dan berada dalam keadaan setimbang, maka bekerja komponen
gaya-gaya seperti tertera pada gambar berikut :
cos
........................................................................................................(2)
A
Jika
cos
tan
.............................................................................................(3)
A
F= . A
Jika tidak terdapat kohesi yang bekerja pada dasar balok, ( =0 ) , maka kondisi
kesetimbangan dapat disederhanakan menjadi :
= ....................................................................................................................(6)
2.2.2
Jika suatu bidang miring yang membentuk sudut terhadap horizontal mengalami
percepatan gaya luar (gempa, getaran peledakan, dsb) juga berarah horizontal, maka
bekerja komponen gaya-gaya seperti tertera pada gambar berikut :
sin
cos
Gaya penggerak yang bekerja pada massa batuan yang akan longsor dapat dituliskan
sebagai :
F penggera k =mgsin +ma cos .......................................................................(7)
Sedangkan besarnya gaya normal yang bekerja pada bidang longsor dapat dituliskan
sebagai :
F normal=mg cos masin .............................................................................(8)
Sehingga besarnya gaya penahan menajdi :
F penahan= A+ ( mg cos masin ) tan .......................................................(9)
a adalah percepatan horizontal.
Dari persamaan (7) dan (9) dapat dilihat bahwa penambahan gaya penggerak dan
pengurangan gaya penahan pada permukaan longsor akan dikontrol oleh besarnya
percepatan horizontal dan besarnya kemiringan bidang longsor terhadap bidang
horizontal.
Newmark (1965) mengemukakan persamaan untuk memperkirakan percepatan kritis,
yaitu :
a kritis=( Fk statis1 ) . g . sin ...........................................................................(10)
a kritis=percepatan kritis yang menyebabkanl ereng longsor
Fk statis=faktor keamananberdasarkan perhitungan statis
g= percepatan gravitasi
=sudut kemiringan lereng
Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara faktor keamanan
terhadap kemiringan lereng, yaitu dengan semakin besarnya sudut lereng () akan
dapat merendahkan nilai faktor keamanan statis.
2.3
Getaran Bumi
Getaran tanah diakibatkan adanya medan tegangan dinamik disekitarnya. Medan
tegangan menghasilkan deformasi elastic yang merambat menjauh dari sumbernya
(peledakan, pergerakan lempeng dsb, Jaeger & Cook, 1979). Getaran tanah (geound
vibration) terjadi pada daerah elastic yang akan menimbulkan gelombang elastic
yangdikenal juga sebai gelombang seismik.
Gambar 2.9 Gelombang Love (kiri) dan Gelombang Rayleigh (kanan) (JKMRC,
1996)
2.4
2.5
Gerak Melingkar
v
v
ar centri
acentrifug
s
petal
al
Sehingga :
s=R .................................................................................................................(14)
Waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu kali putaran penuh dinamakan
periode dan dilambangkan dengan T, seperti berikut :
T=
t
n ...................................................................................................................(15)
Dimana n adalah jumlah putaran dan t adalah total waktu benda berputar sampai diam
dalam sekon atau detik.
Sedangkan jumlah putaran yang dilakukan benda dalam satuan waktu disebut
frekuensi (f). dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut :
f=
n
t ....................................................................................................................(16)
Satuan frekuensi adalah cyclus per second atau 1/s atau Hertz (Hz).
Sehingga hubungan periode dan frekuensi menjadi:
1
f
T=
atau
f=
1
T ............................................................................................(17)
Benda yang bergerak dalam lintasan melingkar menempuh busur lingkaran s dalam
selang waktu tertentu t. bila perubahan busur lingkaran yang ditempuh sama tiap
selang waktu yang sama, maka gerak melingkar semacam ini disebut gerak melingkar
beraturan.
Kelajuan tangensial (besar dari keceparan tangensial) atau sering disebut dengan
kelajuan linier dirumuskan dengan :
v=
s
t
................................................................................................................(18)
Arah vector kecepatan tangensial selalu tegak lurus dengan arah vector jari-jari
dengan arah gerak benda.
Sudut yang ditempuh benda dalam selang waktu tertentu dinamakan kelajuan anguler
atau kecepatan sudut benda dan pada gerak melingkar beraturan selalu sama dalam
selang waktu yang sama, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
t ................................................................................................................(19)
Apabila sudut yang ditempuh benda dalam satu periode waktu t=T
=2
adalah
dirumuskan :
2
=2 f
.....................................................................................................(20)
T
Hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler dapat ditentukan dari :
s
=
R
..........................................................................................................(21)
t t
Atau dapat disederhanakan jadi :
v = R ................................................................................................................(22)
Dalam gerak melingkar beraturan selalu memiliki kelajuan anguler konstan.
Perubahan kecepatan anguler tiap satuan waktu dinamakan dengan percepatan
anguler ()
=
t ...............................................................................................................(23)
v
t ................................................................................................................(24)
Jika v bernilai positif dan tidak sama dengan nol maka a>0 , artinya terjadi
gerak melingkar dipercepat beraturan.
Jika v bernilai negatif dan tidak sama dengan nol maka a<0 , artinya terjadi
gerak melingkar diperlambat beraturan.
Karena v = R
Pada gerak melingkar berubah beraturan kecepatan sudut awal ( 0 ) pada t=0 ,
..........................................................................................................(26)
0 =0
Sedangkan sudut akhir ( ) yang ditempuh dengan asumsi sudut awal
dapat dirumuskan dengan :
1
=0 t+ t 2
......................................................................................................(27)
2
Dan terdapat juga percepatan sentripetal mengarah menuju pusat yang dialami benda,
akan lebih lengkap dibahas pada subbab berikutnya.
2.6
instrument eksperimen. Tujuan dari model fisik pada skala yang lebih besar mungkin
untuk melihat struktur hal-hal yang biasanya terlalu kecil untuk diteliti dengan benar.
Pada penelitian ini akan diamati parameter-parameter keruntuhan pada lereng terkait
yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal yang diterangkan dengan penurunan rumus
sebagai berikut.
Jika suatu benda bermassa M ditempatkan pada lengan alat sentrifugal sejauh R meter
dari pusat rotasi, dan alat akan berputar pada kecepatan angular sebesar rad/detik.
maka benda akan mengalami gaya-gaya yang disebut pseudo forces. Contohnya
adalah gaya sentrifugal dan ceriolis force.
Ketika rotasi konstan, maka akan ada percepatan sentripetal yang arahnya menuju
pusat (Fundamental of Physics, Halliday and Resnick, 1981) :
2
A= R ..............................................................................................................(28)
Percepatan sentripetal bersama massa benda menghasilkan gaya sentripetal.
Selama keadaan ini berlangsung, akan ada juga gaya yang besarnya sama dengan
gaya sentripetal terapi arahnya berlawanan. Gaya tersebut adalah gaya sentrifugal,
inilah yang disebut pseudo force.
Selain itu, benda tersebut juga memiliki angular momentum :
L=m R
...........................................................................................................(29)
Sekarang jika benda tersebut bergerak radial dengan jarak R dari pusat rotasi, angular
momentumnya juga berubah menjadi :
dL d
dR
= m R2=2m =2 m R v R
..............................................................(30)
dt dx
dt
Dengan
vR
dL
=2 m R v R
.................................................................................(31)
dt
FCR
adalah Coriolis force, yang arahnya tangensial lintasan benda atau searah
( dRdt =0)
, sehingga Coriolis
F =0
force ( CR ) dan dapat diabaikan (tidak mempengaruhi gaya sentrifugalnya).
BAB III
EKSPERIMENTASI
as
Gambar 3.1 Ilustrasi Bentuk Pengujian Lereng