Anda di halaman 1dari 10

KONSTANTA ELASTIK PADA POROSITAS HIDROKARBON

BATUGAMPING DENGAN KONVERSI DINAMIK KE STATIK

Disusun oleh:

DILLAN WAHYU KINANTI (K1C019037)

RIZKA RIKHATUN (K1C019042)

HILDA HIMATULLOH JANNAH (K1C019054)

SHERINA CIKAL BULIYANTI (K1C019055)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

PURWOKERTO

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2


BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Modulus Young .................................................................................... 5
2.2 Hubungan Antara Konstanta-konstanta Elastik ...................................................... 6
2.3 Perbedaan Antara Modulus Young Dinamik dan Statik. ........................................ 6
2.4 Konversi Modulus Young Dinamik Menjadi Statik ............................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 9
3.2 Saran ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dua dekade terakhir, banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
penggunaan data seismik untuk estimasi minyak bumi dan gas (migas). Secara umum, para
ahli mengukur dan menghasilkan waktu penjalaran gelombang seismik (travel time) dan
impedansi akustik yang kemudian dapat mencerminkan litologi batuan (Munadi, 2000).
Syarat yang harus dipenuhi suatu batuan reservoar adalah harus mempunyai kemampuan
untuk menampung dan mengalirkan fluida atau zat cair yang terkandung didalamnya. Hal
ini dinyatakan dalam parameter petrofisika Perkembangan selanjutnya memperlihatkan
usaha dikembangkannya cara untuk mengekstraksi data seismik lebih jauh guna
mendapatkan parameter-parameter petrofisika dari reservoar migas yang dalam hal ini
disebut petrofisika seismik (Munadi, 2000). Besaran petrofisika yang dimaksud disini adalah
porositas dan saturasi fluida reservoar dengan menggunakan model hubungan antara besaran
elastik nisbah poisson dan impedansi akustik (Saptono, 2001). Porositas batupasir dan batu
gamping merupakan bagian penting dari geologi karena dalam batuan jenis ini sebagai media
hidrokarbon. Jenis data lain yang semakin dirasakan pentingnya dalam dunia perminyakan
dan gas adalah data mekanika batuan. Khususnya aplikasi dalam perekahan hidraulik
(hidrautic fracturing) dan aplikasi dalam operasi pemboran (Hartawan, 2001). Modulus
young (E) adalah parameter mekanik yang kerap dipakai dalam aplikasi perekahan hidraulik
(hidrautic fracturing) sedangkan nisbah Poisson (ν) sering digunakan untuk mengestimasi
gradien tekanan rekah (Fr). Namun pengukuran statik tersebut tidak banyak dilakukan
karena hanya mengkonsentrasikan pada deformasi, kekuatan batuan (strength), dan
keruntuhan batuan utuh (failure of intact rock) (Hudson dan Harrison, 1997). Oleh karena
itu, data statik tersebut secara umum masih kurang tersedia di lapangan. Pengukuran dinamik
untuk mendapatkan konstanta elastik dihubungkan dengan besaran petrofisika utamanya
porositas dan saturasi air sangat penting untuk penerapan penyebaran adanya reservoir,
sedangkan pengukuran statik biasanya dilakukan juga di dunia Migas untuk mendapatkan
parameter mekanika batuan seperti, modulus Young, modulus onggok (bulk), dan nisbah
Poisson, sehingga perlu dilakukan mendapatkan hubungan keduanya untuk mendapatkan
secara langsung. Dari pengukuran dinamik dan statik pada penelitian ini dibuat model
hubungan konstanta elastik pada modulus Young (E) dengan porositas terhadap batupasir
dan batugamping yang tersaturasi secara penuh (Sw = 100%). Sehingga dengan diketahuinya
satu konstanta elastik modulus Young dari pengukuran dinamik saja, maka dapat ditentukan
pula semua konstanta elastik pada pengukuran statik tanpa mengukurnya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan modulus young?
2. Bagaimana hubungan antara konstanta-konstanta elastis?
3. Apa perbedaan antara modulus young dinamik dan statik?
4. Bagaimana mengkonversi modulus young dinamik menjadi statik?
5. Faktor apa saja yang dapat memengaruhi nilai modulus young?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan modulus young.


2. Mengetahui hubungan antara konstanta-konstanta elastis.
3. Mengetahui perbedaan antara modulus young dinamik dan statik.
4. Mengetahui bagaimana mengonversi modulus young dinamik menjadi statik.
5. Mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi nilai modulus young.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modulus Young


Modulus Young atau modulus tarik adalah ukuran kekakuan suatu bahan elastis,
yang merupakan ukuran sifat dan ciri bahan tersebut. Modulus Young didefinisikan
sebagai rasio antara tegangan dalam sistem koordinat Cartesius dan deformasi
sepanjang sumbu dalam rentang tegangan dengan menerapkan hukum Hooke. Nilai
dari modulus young bisa didapatkan dalam eksperimen menggunakan uji kekuatan
tarik dari suatu bahan seperti grafik di bawah ini.

Gambar 1. Grafik tegangan terhadap regangan

Pada grafik tersebut titik A bersifat linear yang artinya benda akan kembali seperti
semula apabila gaya atau tegangan dihentikan. Tegangan dan regangan tidak akan
linear jika tegangan diperbesar sampai batas titik B. Ketika tegangan dinaikkan lagi
sampai titik C, maka kemungkinan benda akan patah. Besarnya konstanta disebut
modulus young dengan persamaan sebagai berikut:
𝜎 𝐹/𝐴 𝐹𝐿
𝐸= = =
𝑒 ∆𝐿/𝐿 𝐴∆𝐿

Dengan:

E = modulus young (N/m2)


𝜎 = tegangan (N/m2)

𝑒 = regangan

𝐹 = gaya (N)

𝐴 = luas penampang (m2)

∆𝐿 = perubahan panjang (m)

𝐿 = panjang mula-mula (m)

2.2 Hubungan Antara Konstanta-konstanta Elastik


Konstanta elastik adalah tinjauan hubungan antara tegangan-regangan dan perubahan
bentuk benda yang ditimbulkannya. Konstanta elastic berupa modulus young,
modulus bulk (onggok), modulus rigiditas, dan rasio poisson. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa parameter elastik batuan yang diturunkan dari pengukuran
dinamik selalu lebih besar daripada pengukuran static. Modulus onggok dinamik
selalu lebih besar daripada statik mulai dari confining pressure 6000 Psia. Setelah
dilakukan eksperimen oleh peneliti lainnya didapatkan bahwa modulus young (E)
dinamik lebih besar daripada modulus Young (E) static dan modulus onggok (K)
dinamik lebih kecil daripada modulus onggok (K) static.

2.3 Perbedaan Antara Modulus Young Dinamik dan Statik.


Berdasarkan hasil laboratorium terdapat perbedaan antara hasil pengukuran dinamik
dan statik pada batu gamping. Adapun faktor-faktor yang membedakan dipengaruhi
antara lain oleh:

a. Prosedur Eksperimen
Awalnya prosedur eksperimen antara statik dan dinamik sangat kontras untuk
perbandingan modulus elasik dinamik dengan secant dan statik dengan tangen.
Ternyata dari waktu ke waktu ditemukan bahwa koreksi untuk panjang pada per
conto batuan lebih dapat dipertanggung jawabkan. Dalam makalah ini ternyata
pengukuran statik masih bisa dilakukan sampai 1000 psia sedangkan pada dinamik
sampai 5000 psia dan koreksi panjang batuan memang masih belum diperhatikan,
karena pengukuran dinamik telah dilakukan sedangkan pengukuran statik dalam
tahap belajar.
b. Penjalaran Gelombang
Persepsi akurasi eksperimen pengukuran statik dan dinamik adalah fundamental
pada hubungan stress - strain dari batuan, pada kenyataannya tidak hanya perbedaan
amplitudo strain, dispersi, dan atenuasi tapi disebabkan oleh:
1. Kecepatan batuan dalam keadaan kering tidak terpengaruh frekuensi.
2. Frekuensi yang dipakai dalam saturasi meminimalkan efek hamburan pada
frekuensi tinggi.

Pengukuran dinamik (pengukuran akustik) dalam penelitian ini dipakai frekuensi


400 kHz untuk gelombang kompresi dan 150 kHz untuk gelombang shear.
Gelombang akustik frekuensi tinggi (ultrasonik) cenderung mengalami atenuasi oleh
faktor-faktor non geometrik seperti osilasi fasa fluida dan padatan yang tidak
sempurna, Johnston dkk (Schőn, 1999), sehingga akan memperlambat Vp. Waktu
selama putaran gelombang pada frekuensi rendah tercukupi untuk aliran terjadi,
sehingga tekanan fluida akan seimbang dan batuan akan relaks. Sedangkan, pada
frekuensi tinggi waktu tidak tercukupi untuk aliran terjadi sehingga batuan tidak
relaks di tempatnya. Ini menyebabkan batuan akan lebih kaku pada frekuensi tinggi
dan kecepatan gelombang akan lebih tinggi.

c. Pengaruh Pori Dan Struktur Microcrack


Konfigurasi pori dan struktur mikrocracks berdampak pada nilai statik dan banyak
juga dalam pengukuran dinamik. Ide, 1936 menyatakan kecepatan gelombang dari
penjalaran akustik kurang dipengaruhi oleh mikrocracks di conto batuan. Strain
disebabkan statik stress, karena dianggap energi akustik melewati banyak cracks,
biasanya paralel dengan arah penjalaran (Hudson dan Harrison, 1997). Sedangkan
menurut Walls, 1965 pada
pengukuran statik berhubungan dengan menutupnya cracks. Karenanya pengaruh
mikrocracks dan pori menghasilkan perbedaan antara E dinamik dan Estatik (Cheng
dan Johnston, 1981).
d. Pengaruh Confining Pressure
Pada tekanan rendah sampai tidak adanya confining pressure, gelombang akustik
dipengaruhi struktur cracks dan porositas. Semakin besar kecepatan akan melewati
rekahan dan kecepatan tidak cukup kuat berpengaruh.
Pada tekanan rendah sampai tidak adanya confining pressure, pembebanan statik
(loading static) menjadikan menutupnya cracks sehingga akan mengecilkan
kekakuan dan modulus dinamik akan meningkat.
e. Pengaruh Saturasi
Jika cracks diisi fluida sekecil apapun akan mempengaruhi modulus. Dalam
pengukuran dinamik kecepatan akan semakin besar seperti dibahas sebelumnya
sedangkan dalam pengukuran statik tidak begitu berpengaruh tergantung apakah
medium dapat mengalir atau tidak. Pengukuran statik tergantung difusi dan
pembebanan (loading).

2.4 Konversi Modulus Young Dinamik Menjadi Statik


Metodologi penelitian terdiri dari tahap-tahap untuk mempelajari tentang mekanika
batuan, yang terdiri dari pengukuran dinamik (acoustic test) dan statik (uji kompresi
triaksial) serta memahami keterkaitan dari penjalaran gelombang dilatasi tp dan ts
dari pengukuran dinamik (acoustic test) terhadap konstanta elastisitas dan
hubungannya dengan statik (uji kompresi triaksial). Untuk mendapatkan pemahaman
tentang keterkaitan data pengukuran dinamik dan statik dari batupasir dan batu
gamping, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pembuatan plot silang antara lain, Ed (dari pengukuran dinamik) vs porositas (j) yang
tersaturasi air secara penuh (Sw = 100%), Es (dari pengukuran dinamik) vs porositas
(j) yang tersaturasi air secara penuh (Sw = 100%), juga modulus onggok (K) vs
porositas (j).
2. Pemodelan antara data dinamik dan statik untuk semua konstanta elastik dengan
porositas.

Modulus young dipengaruhi oleh perubahan tegangan aksial saat elastis, pada tekanan
overburden 1000 Psia dan regangan. Secara matematis dapat ditulis dengan

𝜎𝑥𝑥
𝐸=
𝜀𝑥𝑥
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tulisan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Modulus young adalah perbandingan antara nilai tegangan tarik dan regangan tarik.
Modulus young ini digunakan sebagai parameter mekanik dalam perekahan
hidraulik.
2. Tidak ada hubungan antara konstanta-konstanta elastis dalam pengukuran statik dan
dinamik dengan kajian teoritis. Namun dalam eksperimen peneliti lainnya
didapatkan bahwa modulus young (E) dinamik lebih besar daripada modulus Young
(E) statik.
3. Yang membedakan modulus young statik dan dinamik adalah pengaruh microcracks.
Pada modulus statik menutupnya microcracks akan mengecilkan nilai modulus
young.
4. Untuk mengkonversikan modulus young dinamik menjadi statik adalah dengan
pemodelan antara data dinamik dan statik untuk semua konstanta elastik dengan
porositas.
5. Factor yang mempengaruhi nilai modulus young adalah prosedur eksperimen,
penjalaran gelombang, pengaruh pori dan struktur microcrack, pengaruh confining
pressure, dan pengaruh saturasi.

3.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya tekanan overburden dapat ditingkatkan diatas 1000 Psia dan
memperbanyak sampel kering sehingga dapat dipasang strain gauge untuk mendapatkan
nilai nisbah Poisson.
DAFTAR PUSTAKA

Ahied, M. (2014). Konstanta Elastik Pada Porositas Hidrokarbon Batugamping Dengan


Konversi Dinamik ke Statik. Jurnal Ilmiah Rekayasa, 19-26.

Cheng, C.H dan Johnston, D.H. (1981). Dynamic and Static Moduli, Geophysical Research.
Exxon Production Research Company, Hutson, Vol.8 No.1 hal 39-42.

Hartawan, D. (2001). Pengolahan Data Uji Kekuatan Batuan dan Desain Alat Uji Triaksial,
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Perminyakan. Bandung: ITB.

Hudson dan Harrison. (1997). Engineering Rock Mechanics. Pergamon.

Munadi, S. (2000). Aspek Fisis Seismologi Eksplorasi. Depok: Program studi Geofisika
FMIPA-UI.

Saptono, F. (2001). Pemodelan Sifat Elastik dan Petrofisika Batuan untuk Penentuan
Porositas dan Saturasi Fluida dengan Bantuan Data Seismik, Tesis Program
Pascasarjana Bidang Sains dan Matematika, Studi Ilmu Fisika, Kekhususan
Geofisika,. Jakarta: UI.

Schőn, J. (1999). Physical properties of Rocks Fundamental and Principles of Petrophysics,


Vol.18, Handbook of geophysical exploration.

Anda mungkin juga menyukai