Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

MODULUS ELASTISITAS DAN PUNTIR

SIFAT DAN KEKUATAN BAHAN KAYU

Disusun Oleh :

Alfin Bintang Farizki H412231871

Marsha Amanda N. H41231810

Viona Ories Prasetya H41231780

Abel Maulana Suherman H41231817

Muhammad Rozaqitar K. H41231804

Gulam Ahmad A. H41231860

Golongan : C

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN

JURUSAN TEKNIK

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modulus putir dapat diartikan secara teoritis yaitu adalah hubungan besaran tegangan tarik
dan regangan tarik. Atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara tegangan geser dan regangan
geser. Modulus puntir sangat penting dalam ilmu fisika karena dengan mempelajarinya,
diharapkan kemudian kita bisa menggunakanyarunk menentukan nilai kelinisan dari sebuah
henda (objek studi).
Prinsip-prinsip tersebut telah dirumuskan secara semak dan percobaan in dilakukan matuk
menerapkan kembali rumusan/teori yang telah ada dalam kasus-kasus yang sederhana agur
praktikan lebih cepat memahami ramusan atau teori tadi.
Pada kasus elastic bedasarkan pengandaian-pengindaian dimana tegangan adalah perbanding
lurus dengan regangan dan yang belakangan ini berubah pula secara linier dari pusat sumbu
puntiran, maka tegangan akan berubah pula secara linier dari sumbu pusat batang melingkar.
Tegangan tersebut yang disebabkan oleh penyimpangan-penyimpangan yang disebut dalam
pengandaian diatas adalah tegangan geser yang terletak pada bidang yang sejajar dengan irisan
yng diambil tegak lurus terhadap batang

1.1 Tujuan
Tujuan praktikum pada kali ini yaitu:
1. mahasiswa dapat memahami sifat elastis bahan dibawah pengaruh puntiran;
2. menentukan modulus puntir suatu bahan;
3. menentukan hal hal yang mempengaruhi modulus puntir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Modulus elastisitas beton merupakan perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan
perubahan bentuk per satuan panjang (Murdock & Brook, 1991). Hooke, seorang ilmuwan
merumuskan hubungan stress dan strain dalam sebuah persamaan yang dikenal
dengan hukum Hooke. Menurut hukum Hooke, perbedaan yang diakibatkan oleh karakteristik
benda yang berbeda satu sama lain dinamakan modulus elastisitas.

Jenis - Jenis Modulus Elastisitas terdapat berbagai jenis konstanta atau modulus
elastisitas, seperti modulus Young, modulus Bulk, modulus Shear (modulus geser), dan poisson
ratio, yang dibedakan menurut perubahan akibat dari stress (tegangan) yang mempengaruhinya.
Berikut adalah pengertian dari setiap jenis-jenis modulus elastisitas, yaitu sebagai berikut.

a. Modulus Young, merupakan sebuah perbandingan antara stress normal terhadap


strain normalnya, sehingga Y pada dasarnya mengukur perubahan benda dalam
mempertahankan keadaannya semula dalam arah normal.
b. Modulus geser (modulus Shear), adalah kebalikan dari modulus young, yang
mana menggambarkan sifat elastisitas bahan pada arah tangensialnya yang
biasanya menimbulkan perubahan bentuk benda, tidak menimbulkan perubahan
volume.
c. Modulus Bulk, yaitu pengukuran kekuatan benda melawan tekanan yang
berhubungan dengan perubahan volume oleh sebuah strain, yang bekerja pada
seluruh permukaan bahan. Modulus Bulk sering juga dinamakan
inkompresibilitas.
d. Poisson ratio, adalah konstanta elastik yang digunakan untuk menyatakan tingkat
kekakuan sebuah zat. Nilai poisson ratio berkisar 0 sampai 0,5. Air yang
merupakan zat alir memiliki poisson ratio 0, sedangkan logam yang bersifat kaku
dan keras memiliki poisson ratio mendekati 0,5.
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan:


1. Batu paving
2. Ban karet
3. Jangka sorong
4. Timbangan didgital
5. Penggaris

3.2. Kegunaan Alat dan Bahan :


Batu paving digunakan sebagai beban. Ban karet digunakan sebagai
keseimbangan benda dan media elastisitas. Jangka sorong digunakan untuk mengukur
ketebalan dan lebar ban karet. Timbangan digital digunakan untuk menimbang batu
sebagai beban. Penggaris digunakan untuk mengukur jarak dari benda ke tangan
sebagai titik tumpu.

3.3. Metode:
Langkah-langkah:
1. menyiapkan alat dan bahan;
2. menimbang beban menggunakan timbangan digital dan mencatat hasil timbangan;
3. mengikat beban di ban karet;
4. mengukur tebal dan lebar ban menggunakan jangka sorong dan mencatat hasilnya;
5. mengukur panjang mula-mula sebelum beban dibiarkan menggantung dan mencatat
hasilnya;
6. mengukur panjang setelah beban dibiarkan menggantung dan mencatat hasilnya;
7. melakukan percobaan kedua dengan memindahkan tangan mendekat/menjauhi beban;
8. mengukur panjang mula-mula sebelum beban dibiarkan menggantung dan panjang
setelah beban dibiarkan menggantung;
9. menghitung tegangan, renggangan, dan modulus elastisitasnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Massa batu (beban) = 4,355 kg

Lebar karet = 0.044 m

Tebal karet = 0,0021 m

A = 0,0000924

F
Tegangan (T) =
A

= 42,70796075
0,0000924

= 462.207,3 N/m2

1. Percobaan 1

Panjang mula – mula (L) = 65 cm

Panjang setelah diberi beban = 95 cm

 Renggangan

ε 1 = ΔL

L1
= 0, 461 cm = 0,00461 m

 Modulus elastisitas

E1 = T
ε

= 462.207,3
0,00461
= 13.493.991,3 N/m2

2. Percobaan 2
Panjang mula – mula (L) = 40 cm
Panjang setelah diberi beban = 56 cm
 Renggangan
ε 2 = ΔL

L1
= 16
40
= 0,4 cm = 0,004 m

 Modulus elastisitas

E2 = T
ε

= 462.207,3
0,004
= 115.551.825 N/m2

4.2. Pembahasan

Setelah melakukan praktikum, didapat beberapa data.Pada praktikum kali ini dilakukan 2
kali percobaan untuk mengetahui pengaruh letak tangan sebagai titik tumpu. Data yang didapat
adalah massa batu sebagai beban yaitu 4,355 kg. Karet dengan lebar 0,044 m dan tebal nya
0,0021 m. Tegangan yang dihasilkan sebesar 462.207,3 N/m2. Pada saat percobaan pertama,
jarak antara tangan dengan beban yang belum dibiarkan menggantung yaitu sepanjang 65 cm
atau 0,65 m dan panjang setelah beban dibiarkan menggantung yaitu sepanjang 95 cm atau 0,95
m dan didapat renggangan yang dihasilkan yaitu sebesar 0,00461 m serta modulus elasitasnya
13.493.991,3 N/m2.
Percobaan kedua kelompok kami mencoba untuk mendekatkan tangan dari beban yaitu
sepanjang 40 cm atau 0,40 m sebelum beban dibiarkan menggantung. Setelah dibiarkan
menggantung sepanjang 56 cm atau 0,56 m. Renggangan pada percobaan kedua yaitu sebesar
0,004 m dan modulus elastisitasnya sebesar 115.551.825 N/m2.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. berdasarkan laporan yang telah dilakukan, mahasiswa telah berhasil memahami sifat
elastis bahan di bawah pengaruh puntiran. Eksperimen dan analisis yang dilaksanakan
menunjukkan bahwa bahan memiliki respon tertentu ketika diterapkan puntiran, dan
pemahaman ini penting dalam aplikasi teknik serta industri. Selanjutnya, pemahaman ini
dapat diterapkan dalam desain dan evaluasi material untuk berbagai keperluan;
2. dari pelaksanaan eksperimen untuk menentukan modulus puntir suatu bahan, telah
diperoleh data yang konsisten dan valid. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa bahan
tersebut memiliki modulus puntir dengan nilai tertentu yang mencerminkan kemampuan
bahan untuk meresistensi deformasi ketika diberikan beban puntir. Kesimpulan ini
memberikan informasi penting mengenai karakteristik mekanik bahan tersebut, yang bisa
digunakan dalam aplikasi desain dan analisis struktural di berbagai bidang teknik;
3. modulus puntir, atau yang sering dikenal dengan modulus geser (shear modulus) atau
modulus rigidity, mengukur sejauh mana benda padat dapat mengalami deformasi geser
ketika dikenai torsi atau momen puntir. Beberapa faktor yang mempengaruhi modulus
puntir yaitu; bahan, suhu, keberadaan cacat, pengerjaan dingin, kelembapan, penuaan
bahan, dan kecepatan deformasi.
DAFTAR PUSTAKA

Esmar Budi, Agus Setyo Budi, Upik Rahma Fitri, Risda Aprilia, Dhian Andriani (2021). “KAJIAN

SIFAT TETAPAN PEGAS DAN MODULUS ELASTISITAS”.


https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpm-sains/article/view/18248

Salsabila Nadia Aura (2023). “Modulus Elastis - laporan praktikum”.


https://www.studocu.com/id/document/universitas-jember/fisika-dasar-ii/modulus-elastis-
laporan-praktikum/36469158

Anda mungkin juga menyukai