PENGGERAK HYBRID
ABSTRAK
Teknologi kapal ikan telah berkembang dengan pesat. Kelemahan kapal ikan
lambung tunggal, terutama dalam persoalan stabilitas, diantisipasi dengan pengenalan
bentuk lambung ganda (katamaran). Di sisi lain, makin langka dan mahalnya bahan
bakar fosil diantisipasi dengan penggunaan kembali layar dan pengenalan bentuk-
bentuk energi alternatif yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan energi matahari
dalam bentuk sel surya dan pemanfaatan tenaga gelombang laut dengan sistem yang
disebut wave-power mechanism. Paper kali ini menyajikan laporan studi awal tentang
pengembangan bentuk-bentuk sumber energi penggerak kapal yang tidak memanfaatkan
BBM. Apabila masih menggunakan BBM, maka pemakaiannya sudah sangat dikurangi
dengan pengenalan bentuk kombinasi sistem penggerak yang populer dengan sebutan
sistem hybrid.
Kata kunci: kapal ikan, lambung katamaran, sistem hybrid, sel surya, mekanisme
tenaga gelombang
PENDAHULUAN
Energi merupakan isu yang sangat krusial bagi masyarakat dunia, terutama
semenjak terjadinya krisis minyak dunia pada awal dan akhir dekade 1970-an dan pada
akhirnya ditutup dengan adanya krisis minyak yang terjadi baru-baru ini, dimana harga
minyak melambung sampai dengan lebih dari $140/barel. Dengan kondisi tersebut, saat
ini negara-negara di dunia berlomba untuk mencari dan memanfaatkan sumber energi
alternaif untuk menjaga keamanan ketersediaan sumber energinya. Begitu juga
Indonesia, untuk menjaga ketahanan sumber energinya, maka dikeluarkan keputusan
presiden RI No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, dimana salah satunya
yaitu penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui seperti biofuel, energi
matahari, energi angin, energi gelombang dan arus samudra, dan geothermal.
Dalam bidang perkapalan, konsumsi pemakaian bahan bakar fosil cukup besar
terutama sebagai bahan bakar untuk menggerakkan kapal. Dengan tingginya harga
bahan bakar minyak sama sekali tidak menguntungkan industri pelayaran dan nelayan
sebagai pengguna kapal bermotor. Penggunaan bahan bakar untuk kapal bermotor
bukan saja tidak ekonomis lagi, akan tetapi juga tidaklah ramah dengan lingkungan.
Kira-kira ada lebih dari 20 juta kapal bermotor di dunia, dan secara luas kapal tersebut
telah membuang lebih dari 472,000 metric tons dari gas dan pembakaran minyak
kedalam atmosfir. Selain itu ada sekitar 236,000 metric ton dari gas dan minyak setiap
harinya terbuang ke air disebabkan rendahnya efisiensi two-stroke motor yang
digunakan pada kapal. Tipe motor two-stroke dapat bekerja karena adanya campuran
minyak dan gas, yang mempunyai tingkat polusi delapan kali lebih berpolusi
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
dibandingkan dengan mesin standar four-stroke engine. Emisi CO2 dari berbagai jenis
bahan bakar berbeda-beda (Gambar 1).
Gambar 1. Emisi CO2 dari berbagai jenis bahan bakar (Cahyono Adi, 2009)
Bagaimanapun, penggunaan bahan bakar fosil oleh kapal telah mencemari laut,
karenanya pengembangan teknologi kapal yang ramah lingkungan tidak bisa ditunda
lagi. Saat ini negara-negara maju banyak mengembangkan desain-desain kapal yang
memanfaatkan sumber energi alternatif, seperti energi matahari, angin dan gelombang
laut.
Konsep pengembangan kapal yang ramah lingkungan bisa ditinjau dari tiga
aspek yaitu pertama, aspek pengembangan energi alternatif yang menggantikan atau
mengurangi fungsi bahan bakar fosil dalam menggerakan motor kapal; kedua, aspek
pengembangan sistem penggerak kapal (motor dan baling-baling) yang tidak mencemari
lingkungan laut; dan ketiga, pengembangan badan kapal yang bisa memperkecil tahanan
kapal dan memperbaiki olah gerak kapal. Dalam rancang bangun kapal yang ramah
lingkungan ketiga aspek tersebut menjadi bahan pertimbangan yang penting sekaligus
menjadi fokus perhatian dalam merancang kapal ikan yang ramah lingkungan, hemat
bahan bakar dan berkinerja yang baik.
Permasalahan utama dalam pengembangan kapal hybrid bertenaga angin, surya
dan gelombang laut yang hemat bahan bakar, ramah lingkungan, dan berkinerja baik ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Merencanakan bentuk badan kapal yang memiliki tahanan kapal yang kecil, stabilitas
yang baik dan kinerja olah gerak yang baik dalam rangka menjalankan fungsi sebagai
kapal ikan.
Merencanakan bentuk dan dimensi layar yang efisien dan efektif
Merencanakan sistem pembangkit listrik kapal dari tenaga surya yang mencukupi
kebutuhan mesin bantu dan perlengkapan elektronik lainnya di kapal.
Merencanakan sistem flap foil yang efisien dan efektif.
Tujuan tulisan ini yaitu untuk mendapatkan konsep kapal ikan katamaran
dengan sumber energi penggerak alternatif yaitu matahari, angin dan gelombang laut.
METODE
Metodologi yang dikembangkan untuk mendapatkan konsep kapal ikan
katamaran dengan sumber energi penggerak alternatif yaitu matahari, angin dan
gelombang laut diperlihatkan pada Gambar 2.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Studi literatur & Survey
Kapal
katamaranl
Desain kapal
Hybrid
Kapal Katamaran
Lambung kapal katamaran yang terpisah memiliki bentuk lambung (demihull)
yang tipis/pipih dapat memperkecil gangguan permukaan air (disturbance on the free
surface). Hal ini dengan sendirinya dapat memperkecil hambatan kapal. Disamping itu,
dengan konfigurasi lambung yang terpisah akan memberikan momen inersia yang besar
sehingga menghasilkan kemampuan stabilitas yang cukup baik dengan sudut akselerasi
gerakan rolling yang kecil.
Pada dasarnya, penampang lambung ganda katamaran memiliki dua bentuk
yaitu lambung yang simetris (symmetrical catamaran) dan tak simetris (asymmetrical
catamaran). Lambung simetris memiliki bentuk lambung (body plan) yang sama
terhadap garis tengahnya (centerline) dan memiliki sudut masuk dan luar (dead rise)
yang sama, sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 3 dan 4.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Sedangkan lambung tak simetris tidak memiliki karakteristik tersebut. Lambung
tak semitris ini memiliki sisi bagian dalam pada bidang vertikal berbentuk datar (flat).
Tipe lambung ini dapat memperkecil efek interferensi hambatan yang terjadi di antara
kedua lambung kapal katamaran.
Secara umum, konsep konstruksi kapal katamaran terdiri atas tiga bagian
struktur:
Lambung (hull) sebagai daya apung (bouyancy) dan akomodasi sistim propulsinya.
Struktur penghubung (cross structure) sebagai penguat bidang transversal
(transversal strength)
Bangunan atas (super structure) yang terletak diatas struktur penghubung sebagai
geladak.
Desain lambung katamaran merupakan hal yang sangat esensi dari bagian
lainnya untuk memprediksi besarnya hambatan dan kebutuhan tenaga mesin pada kapal
katamaran. Saat ini, banyak dijumpai desain kapal katamaran dengan konfigurasi dan
dimensi yang bervariasi, dimana karakteristik desainnya sangat tergantung pada misi
dan fungsi operasionalnya.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Gambar 5. Diagram Komponen Hambatan Kapal (Couser dkk., 1997)
Formulasi untuk memprediksi hambatan dan gaya dorong pada lambung kapal
dijelaskan berikut ini.
Hambatan kapal:
RT=1/2.ρ.V^2.WSA.Ct (1)
Keterangan :
RT=Hambatan total
ρ=Massa jenis air
WSA=Luas permukaan basah
Ct=Komponen tahanan total Katamaran
Ct=(1+βK)+CA)Cf+τCw , untuk demihull terisolasi Insel & Molland menentukan
nilai β=1
Kemudian daya efektif dapat dihitung berdasarkan Persamaan 2.
PE=RT.Vs (2)
Keterangan :
PE = daya yang digunakan untuk mengatasi Tahanan terhadap gerakan kapal pada
kecepatan tertentu
Vs = kecepatan kapal
Selanjutnya daya dorong dihitung berdasarkan Persamaan 3.
T=RT/(1-t) (3)
Keterangan :
T = Gaya dorong (Thrust)
t = Thrust deduction fraction = 0,375CB-0,1885D / (B.T)^1/2
Layar
Energi angin ini telah dimanfaatkan sejak dahulu sebelum ditemukannya motor
kapal melalui penggunaan layar yang berfungsi menangkap angin dan kemudian
merubahnya menjadi resultan gaya yang mampu mendorong kapal kedepan. Sekalipun
penggunaan layar pada kapal telah ditinggalkan orang dewasa ini, namun seiring dengan
melambungnya harga minyak dunia mendorong orang melihat ulang penggunaan layar
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
dalam memanfaatkan energi angin yang tidak pernah habis ini untuk mendorong kapal.
Penelitian tentang teknologi layar ini sebenarnya terus berjalan hingga sekarang dengan
fokus perhatian pada pengembangan bentuk-bentuk layer (lihat Gambar 6-13) yang
efisien dalam menghasilkan resultan gaya, stabilitas kapal akibat pemasangan layar dan
pengembangan mekanisme pengoperasian layar diatas geladak.
Gambar 6. Berbagai Desain Layar Yang Telah Dikembangkan Hingga Saat Ini
(Yoshimura, 2002)
Gambar 7. Layar Fleksibel (Soft Sail) Dengan Bentuk Persegi (Square Sail)
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Dengan Bentuk Persegi
Gambar 10. Kapal Bulk Carrier “Usuki Pioneer” Dengan Panjang 152 M,
Menggunakan Layar Kaku (Rigid Sail), 2009
Gambar 11. Kapal Tanker “Shin Aitoku Maru” Dengan Panjang 62m, Memiliki Dua
Layar Kaku Yang Berbentuk Persegi
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Gambar 12. Tipe Layar “Sky Sail”
Sel Surya
Energi surya sebagai sumber energi penggerak kapal juga sudah cukup lama
dikembangkan yaitu sejak dikenalnya sel surya yang bisa mengubah energi panas
matahari menjadi energi listrik. Pemanfaatan energi surya yang dikonversikan menjadi
tenaga listrik dengan menggunakan Photovoltaic (Solar sel) ini dapat disimpan dalam
battery sebagai sumber penggerak motor dan memutar propeller sehingga kapal dapat
bergerak maju. Kapal yang bergerak dengan memanfaatkan energi surya ini umumnya
dikenal dengan sebutan Solar Ship (Kapal Surya). Dalam perancangan Kapal Surya ada
tiga aspek teknis yang menjadi pertimbangan agar kapal yang direncanakan memiliki
kinerja yang baik. Ketiga aspek itu meliputi: pertama, perancangan sistim elektrik
(listrik) yang menjamin ketersediaan energi listrik sebesar-besarnya; kedua,
perancangan sistim mekanik yang efisien untuk mentransmisikan energi elektrik yang
ada menjadi energi yang menggerakkan motor kapal; dan ketiga, perancangan
hidrodinamik yang menjamin bentuk badan kapal bertahanan kecil dan mampu ber-olah
gerak dengan baik. Penentuan setiap aspek utama ini harus selalu memperhatikan dan
memenuhi aspek lainnya, sehingga proses iterasi terus menerus harus dilakukan sampai
didapatkan nilai optimasi yang diinginkan. Sebagai gambaran, perencanaan sistem
elektrik haruslah menjamin ketersediaan energi listrik untuk menggerakkan motor
kapal. Pada tahap berikutnya motor kapal yang akan ditentukan harus melihat sistem
elektriknya dan bentuk badan kapal serta sistem propulsi yang ditentukan
sebelumnya.Pengembangan teknologi surya sebagai pemasok energi kapal telah
berkembang dengan pesat, dan akhir tahun 2008 Jepang telah meluncurkan kapal kargo
bertenaga surya pertama di dunia. Kapal sepanjang 200 meter tersebut digunakan untuk
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
mengangkut mobil-mobil buatan Jepang. „Auriga Leader‟ (nama kapal kargo tenaga
surya itu) merupakan hasil proyek gabungan Nippon Yusen K.K. sebuah perusahaan
kapal dengan distributor minyak Jepang, Nippon Oil Corp. Kapal seberat 60.213 ton itu
mampu mengangkut sekitar 6.400 mobil sekaligus. Sebelumnya telah ada kapal surya
yang dibangun dalam berbagai jenis yang umumnya berukuran dan berkapasitas angkut
kecil, seperti di Australian, dll. Sekalipun penelitian tentang kapal surya telah dimulai di
Indonesia, namun penelitian yang masif tentang topik ini masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan pengembangan teknologi kapal surya oleh negara-negara maju.
Daya yang dihasilkan oleh solar sel/panel maksimum diukur dengan besaran
Wattpeak (Wp), yang konversinya terhadap Watthour (Wh) tergantung intensitas sinar
matahari yang mengenai permukaan panel, selanjutnya daya yang dikeluarkan oleh
solar sel/panel adalah daya panel dikalikan lama penyinaran. Jumlah kebutuhan solar
panel harus ditentukan berdasarkan daya beban yang dibutuhkan motor listrik yaitu 84
Ampere, juga harus diperhatikan berat dan tata letak solar panel berdasarkan dimensi
atap kapal.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Pada studi awal ini lebih melihat pada kelebihan dan kekurangan yang ada pada
konsep kapal layar, surya dan flap foil, muncul gagasan baru mengkombinasikan
aplikasi teknologi layar, sel surya dan sistem flap foil secara bersamaan pada satu kapal,
dan konsep kapal ini dikenal dengan kapal hybrid. Secara prinsip konsep Kapal Hybrid
adalah kapal bergerak akibat gaya dorong layar dan propeller yang bekerja secara
bergantian atau bersamaan. Seperti ketika kapal beroperasi diwilayah
pelabuhan/dermaga akan menggunakan teknologi surya, dan setelah kapal berada di laut
lepas akan menggunakan teknologi layar dan sistem flap foil. Begitu juga selama
berlayar di laut lepas sel surya akan menyimpan energi matahari ke dalam bateray, dan
ketika akan sandar di pelabuhan energi pada bateri tersebut yang akan menggerakkan
motor kapal. Begitu juga halnya saat berlayar di laut bebas ketika kondisi angin tidak
mendukung juga bisa memanfaatkan energi matahari atau mesin penggerak bantu.
Bagian rumit dalam pengembangan kapal hybrid ini adalah pada perancangan
aerodinamik layar, yaitu perancangan bentuk layar yang optimum dalam menghasilkan
gaya pendorong layar, dan perancangan hidrodinamik yaitu perencanaan bentuk badan
kapal yang bertahanan kecil, dan ber-olah gerak yang baik. Perencanaan sistem
penggerak motor, baling-baling, transmisi dan sistem elektrik solar cell juga tidak kalah
rumitnya. Apalagi perancangan sistem flap foil juga tidak kalah rumitnya. Banyak kapal
yang mempunyai hampir sama sistem elektriknya, namun memiliki perbedaan kinerja
yang disebabkan oleh karakteristik badan kapal dan sistem penggerak kapal. Dengan
demikian gagasan perancangan kapal hybrid yang inovatif dengan maksud
menghasilkan kapal yang hemat bahan bakar, ramah lingkungan dan berkinerja baik,
merupakan usulan tentang konsep kapal masa depan.
KESIMPULAN
Secara garis besar, studi awal pengembangan kapal hybrid ini dapat disimpulkan
sbb:
Aspek pengembangan bentuk badan kapal yang bertahanan kecil, dan ber-olah gerak
yang baik, direncanakan bentuk katamaran
Aspek pengembangan bentuk layar yang menghasilkan daya dorong besar dan
sederhana dalam pengoperasiannya.
Aspek pengembangan sistem elektrik (photovoltaic panel dan batteray) yang
mencukupi kebutuhan sistem penggerak kapal (motor, transmission, steering dan
propeller);
Aspek pengembangan sistem flap foil
DAFTAR PUSTAKA
Couser, P. R., Molland, A. F., Armstrong, N. A. dan Utama, I K A P (1997). Calm
Water Powering Predictions for High-Speed Catamarans, Procs. of FAST 1997,
Sydney, 21-23 Juli.
Couser, P.R., Wellicome, J.F. dan Molland, A. F. (1998), Eksperimental Measurement
of Sideforce and Induced Drag on Catamaran Demihulls, International
Shipbuilding Progress, Vol. 54, No. 443.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Doctors, L. J. dan Sahoo, P. K. (2005), The Waves Generated by a Trimaran, Procs. of
FAST 2005, Saint Petersburg Rusia, June.
Hughes, G dan Cutland, R. S. (1973), Viscous and Wave Components of Ship Model
Resistance, Vols. I and II, National Physical Laboratory, Teddington, UK.
Fryer, D. K., Johnson, M. dan Hawkes, P. J. (1994), Testing the Seakeeping
Performance of Ship Models in Natural Seas, Internasional Shipbuilding
Progress, Vo. 41, No. 425.
Insel, M. dan Molland, A. F. (1992), An Investigation into the Resistance Components
of High –Speed Displacement Catamarans, Transactions RINA, Vol. 134.
Molland, A. F. dan Utama, I K A P (1997), Wind Tunnel Investigation on a pair of
Ellipsoids in Clase Proximity, Ship Science Report, No. 98, Departement of
Ship Science, the University of Southampton, UK.
Molland, A. F., Utama, I. K. A. P. dan Buckland, D. (2000), Power Estimation for
High-Speed Displacement Catamarants, Prooceding of MARTC 2000,
Surabaya, Indonesia.
Molland, A. F., Wellicome, J. F., Cic, J dan Taunton, D. J. (2000), Experimental
Investigation of the Seakeeping Characteristics of Fast Dispacement
Catamarans in Head and Oblique Waves, Transactions RINA, Vol. 142.
Utama, I.K.A.P. dan Molland, A. F. (2001), Experimental and Numerical Investigations
into Catamaran Viscous Resistence, Procs. of FAST 2001, Southampton UK,
September.
Utama, I. K. A. P. (1999), Investigation of the Viscous Resistence Components of
Catamarant Form, PhD Thesis, Departement of Ship Science, Univercity of
Southampton, Southampton, UK.
Utama, I K A P dan Murdijanto (2004), Analisis CFD Terhadap Perilaku Gerak Kapal
Ketika Mendekati Dermaga, Procs. Seminar Nasional Paskasarjana IV,
Surabaya, 2 Agustus.
Utama, I K A P (2006b), Analisis Eksperimental Tahanan Kapal Katamaran pada
Berbagai Jarak Demihull, Jurnal Penelitian Enjiniring, Vol. 12, No. 1, Januari-
April.
Utama, I K A P (2007), Kapal Ikan Trimaran, Seminar Nasional Kelautan III,
Surabaya, April.
Utama I K A P, Murdijanto dan Santosa, I G M (2007a), Kapal Riset yang Ekonomis
dengan Lambung Katamaran, Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi
Kelautan VII, Surabaya, 15 Nopember.
Utama, I K A P, Murdijanto, Ardianto, H dan Hairul (2007b), Katamaran primadona
Kapal Cepat Masa Kini, Seminar Nasional Peluang, Tantangan dan Prospek
Transportasi Laut di Indonesia, Surabaya, 5 Desember.
Cahyono Ardi (2009), Pemanasan Global hhtp : //blogodrill.blogspot.com dan html, 16
April 2009
Yoshimura, Y, (2002), Aprospect of Sail-Assisted Fishing Boats, The Japaneses Society
Fisheries Science.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012