Anda di halaman 1dari 100

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua aktivitas ekonomi yang dilakukan suatu organisasi atau perusahaan

akan diproses dalam suatu sistem yang disebut sistem informasi akuntansi. Dalam

suatu sistem informasi akuntansi terkandung unsur-unsur pengendalian, maka baik

buruknya sistem informasi akuntansi mempengaruhi fungsi manajemen dalam

melakukan pengendalian internal, karena sistem informasi akuntansi mempunyai

fungsi yaitu menghasikan informasi akuntansi yang tepat waktu, relevan dan dapat

dipercaya (Tan kwang en dan Adelyna, 2011).

Sistem Akuntansi pembelian dalam perusahaan sangatlah penting dimana

sistem dan prosedur harus digunakan dan dijalankan dengan sebaik-baiknya sebagai

landasan informasi untuk membeli bahan baku atau barang yang diperlukan

perusahaan untuk menjaga kelangsungan produksi serta mencegah terjadinya

kelebihan maupun kekurangan bahan baku (Iriyadi dan Rianna,2009).

Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan

dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi yang handal serta menjamin

dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku. Unsur sistem pengendalian

pembelian yang seharusnya ada dalam akuntansi pembelian dirancang untuk


2

pengendalian intern. akuntansi dalam menjaga kekayaan dan kewajiban perusahaan,

menjamin keandalan dan ketelitian data akuntansi serta sebagai pedoman dalam

menentukan pengambilan keputusan intern perusahaan dalam menentukan langkah

selanjutnya.

Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah memperoleh

laba/keuntungan dengan biaya operasional serendah mungkin disamping tujuan

tujuan yang lain seperti produktifitas yang tinggi dan efisien. Namun tujuan tesebut

tidak selalu meningkatkan kepuasan pelanggan atau customer, kualitas/mutu produk,

dan motivasi para karyawan. Karena laba, Produktifitas dan efisiensi secara optimal

didapat dari meningkatnya pendapatan dan menurunya biaya yang dikeluarkan

(Iriyadi dan Rianna, 2009).

Sistem pembelian barang tentu saja memudahkan kita dalam mempersiapkan

sebuah sistem akuntansi yang matang. Pengertian sistem akuntansi sendiri seperti

yang telah dijelaskan oleh Mulyadi (2001) : “Sistem Akuntansi adalah organisasi

formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh konsumen yang dibutuhkan

oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”. Dengan adanya sistem

akuntansi yang terencana dengan matang maka dapat dihasilkan produk yang sesuai

dengan kualifikasi yang diinginkan.

Masalah yang sering dihadapi pada perusahaan manufaktur adalah masalah

kelancaran proses produksi berupa penanganan persediaan bahan baku yang tepat
3

agar tidak terjadi kelebihan serta kekurangan bahan baku,untuk menjamin semua itu

agar pengelolaan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan ,maka

membutuhkan suatu sistem yang mampu menjamin tercapainya tujuan perusahaan.

Pembelian dengan sistem JIT (JIT purchasing) mensyaratkan para pemasok

untuk mengirimkan bahan baku tepat pada waktunya untuk kelancaran proses

produksi dan permintaan pembelian dapat terpenuhi. Menurut Hansen dan Mowen

(2005 ), “ Manufaktur JIT ( Just in Time ) adalah suatu sistem berdasarkan tarikan

permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan

yang ada, bukan didorong ke dalam sistem pada waktu tertentu berdasarkan

permintaan yang diantisipasi.

Sistem JIT antar departemen di dalam perusahaan dapat tercapai dengan baik

apabila terdapat suatu sistem pengendalian intern yang efektif. Sistem merupakan

seperangkat unsur yang saling terkait dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur

tersebut dengan lingkungan (Bartalanfy). Pengendalian terencana dari suatu aktivitas

merupakan suatu karakteristik dasar dari industri modern, sebab pada dasarnya

pengendalian yang efektif atas manusia, bahan, mesin dan uang merupakan aspek

yang sangat penting demi kelangsungan hidup perusahaan. Sejalan dengan

perkembangan suatu perusahaan maka untuk menghadapi faktor-faktor tersebut

haruslah dipertimbangkan suatu sistem pengendalian yang dapat menunjang seluruh

aktivitas produksi sehingga dapat mencapai semua tujuan perusahaan.


4

Dalam kegiatan produksinya, perusahaan tidak lepas dari kegiatan pembelian

bahan baku. Agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan

sistem pengendalian pembelian bahan baku sebagai bagian yang sangat vital dalam

perusahaan. Pentingnya pengendalian pembelian bahan baku dikarenakan dalam

pelaksanaan kegiatan produksi barang harus ada bahan baku. Oleh karena itu di

dalam usaha, masalah bahan baku merupakan masalah yang sangat penting, agar

jangan sampai terjadi keterlambatan ketersedian bahan baku.

Kesalahan-kesalahan dalam melakukan pembelian bahan baku akan

berpengaruh buruk pada perusahaan. Tanpa adanya perencanaan dan pengendalian

yang tepat dalam melakukan pembelian memungkinkan terjadinya pembelian yang

terlalu sedikit atau mungkin terlalu banyak, harga beli yang terlalu tinggi yang pada

akhirnya akan merugikan perusahaan.

Dalam pengadaan barang produksinya PT. ScanCom Indonesia tidak

langsung proses dari bahan mentah atau bahan baku, akan tetapi proses produksinya

adalah melakukan kerja sama dengan berbagai suplier pengrajin yang ada di jepara

dengan sistem ini akan mengurangi kerugian yang ditimbulkan dari proses produksi

secara fiskal. Para suplier dalam mengirimkan barang ke PT. ScanCom Indonesia

dalam bentuk barang setengah jadi atau barang dalam proses dimana untuk

prosesnya melalui berberapa tahap pengecekan kualitas yang di lakukan dari pihak

perusahaan mulai dari asal suplier sampai masuk dalam perusahaan.


5

Pengadaan barang yang dari suplier yang dilakukan PT. ScanCom Indonesia

melalui projek order dengan melihat pesanan dari buyer dan dalam kaitannya proses

produksi suplier diwajibkan membeli asesoris perlengkapan dari PT. ScanCom

Indonesia dengan tujuan agar kualitasnya sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Dalam penerimaan barang dalam proses dari suplier adanya jaminan

kualitas barang dari penerimaan sampai proses akhir produksi dengan masa tunggu

penggudangan selama Sembilan bulan dari tanggal penerimaan.

Adanya krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika berdampak terhadap

penurunan penjualan ekspor barang-barang hasil produksi PT. ScanCom Indonesia

yang dari tahun 2007 sampai tahun 2012 mengalami penurunan secara dratis yang

semula tahun 2007 bisa mencapai 750 container per tahun tetapi pada tahun 2012

hanya 165 container. Sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan barang

produksi karena kelebihan stock yang diakibatkan pembatalan pembelian dari buyer,

akan tetapi pada tahun 2013 sekarang ini terjadinya keterlambatan pengiriman

karena kekurangan barang produksi dari para suplier sehingga berdampak pada

parusahaan yang diakibatkan pembatalan pembelian dari buyer karena seringnya

keterlambatan pangiriman.

Dalam sistem pengadaan barang dalam proses ini banyak mengalami kendala

yang dihadapi mulai keterbatasan persediaan barang sampai jadwal kedatangan dari

suplier yang terlambat sehingga mengakibatkan terhambatnya proses produksi dan


6

turunya standart kualitas yang ada karena tuntutan dari waktu pengiriman ke

konsumen sampai pembatalaan pembelian oleh buyer.

Penelitian atas pembelian barang dengan sistem just in time kaitannya dengan

pengendalian intern yaitu misalnya penelitian pada PT Intisari Prima yang beralamat

di jalan K.H. Hasyim Ashari Jakarta pusat yang menyatakan bahwa sistem

pembelian yang sudah ada tetapi belum dijalankan cukup baik dan memadai. Dilihat

dari banyaknya kegiatan- kegiatan dalam proses pembelian yang masih banyak

kelemahannya karena permintaan pembelian oleh bagian gudang secara lisan hal ini

menunjukkan pengendalian intern belum ada. Karena permintaan lisan dapat

mengakibatkan salah persepsi antara bagian gudang karena tidak adanya dokumen

yang dapat dipertanggung jawabkan ( Iriyadi dan Rianna,2009).

Selain itu penelitian yang dilakukan Tang kwang en dan Adelyna(2011), pada

PT. X yang beralamat di Jalan Krawang, Bandung menyatakan PT. X tidak membuat

laporan kinerja pemasok yang dapat diandalkan untuk mengevaluasi kinerja pemasok

secara berkala. Penggunaan dokumen memo internal sebagai pengganti rangkapan

purchase order yang diberikan oleh bagian pembelian pada bagian penerimaan

barang. Penggunaan dokumen ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan

dokumen, tetapi dalam penerapannya dapat memperbesar risiko terjadinya kesalahan

pencatatan jumlah bahan baku yang seharusnya diterima. Tidak adanya dokumen

packing slip dari bagian penerimaan barang ke gudang, sehingga bagian gudang

tidak dapat memeriksa kembali jumlah barang yang masuk. Tidak adanya bagian
7

khusus keuangan yang benar-benar menangani masalah keuangan. PT. X

merangkapkan fungsi akuntansi sebagai fungsi keuangan juga.

Berdasarkan uraian tersebut diatas oleh karena itu dalam penyusunan skripsi

ini penulis memilh judul “ EVALUASI PENGENDALIAN INTERN SISTEM JUST

IN TIME PADA PEMBELIAN BARANG DALAM PROSES DI PT. SCANCOM

INDONESIA”.

1.2 Rumusan Masalah

dirumuskan ruang lingkup masalah dari penulisan skripsi ini dapat di ketahui

yang akan di bahas disini adalah

1. Bagaimanakah evaluasi pengendalian intern yang diterapkan pada sistem

pembelian barang dalam proses dengan sistem just in time?

2. Apakah pengendalian intern pembelian barang dalam proses dengan sistem

just in time yang diterapkan sudah efektif ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian

Evaluasi atas pembelian barang dalam proses dengan sistem just in time

sangatlah diperlukan jika suatu perusahaan ingin lancar dalam proses produksinya

karena apabila pengadaan barangan ini salah perhitungan akan berakibat tertundanya

proses produksi yang akan menghambat proses pengendalian intern diperusahaan.

1.3.1 Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :


8

1. Untuk mengetahui bagaimanakah evaluasi pengendalian intern yang

diterapkan pada sistem pembelian barang dalam proses dengan sistem just in

time.

2. Untuk mengetahui apakah pengendalian intern pada sistem pembelian barang

dalam proses dengan sistem just in time yang diterapkan sudah efektif.

1.3.2 kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan,

Dari hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada perusahaan

berupa evaluasi atas penerapan sistem akuntansi pembelian yang telah berjalan

untuk mengetahui kekurangan ataupun kesalahan bahkan kegagalan setiap

penerapan sistem akuntansi di dalam perusahaan. Serta untuk pengambilan

keputusan oleh manajemen atas sistem akuntansi yang diterapkan guna

meminimalkan kesalahan dan kerugian dari penerapan sistem akuntansi yang ada

serta sebagai pelengkap informasi lebih lanjut.

2. Pihak luar

Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang memerlukan dan dapat

digunakan untuk landasan penanaman investasi modal di dalam perusahaan serta

dapat sebagai pedoman untuk menjalin kerjasama usaha lebih lanjut. Dan

mengurangi anggapan keadaan keuangan ataupun kesehatan perusahaan yang

kurang baik.
9

1.4. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika Skripsi ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :

1.4.1. Bagian inti / utama Skripsi

BAB 1 Pendahuluan, didalam bab ini membahas tentang Latar belakang

dari penetapan judul, Rumusan masalah, Tujuan dan Kegunaan

Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II Telaah Pustaka, didalam bab ini menguraikan tentang Landasan

teori dan Hasil dari Penelitian terdahulu,

BAB III Metodologi Penelitian, di dalam bab ini membahas tentang

Populasi dan Sample, Jenis dan Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik Analisis Data

serta Pengujian Kredibilitas Data.

BAB IV Analisa Data, di dalam bab ini membahas tentang hasil dari

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berupa data – data

dari objek penelitian.

BAB V Penutup , didalam bab ini berisi Kesimpulan dari hasil penelitian,

Saran yang ditujukan untuk objek yang diteliti, Keterbatasan

penelitian, dan Rekomendasi atau Agenda Penelitian Mendatang.


10

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Pengertian Sistem

Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang

lainnya, yang berbagian bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu

(Mulyadi,2001). Menurut James A. Hall (2001) bahwa “sebuah sistem adalah

sekelompok dua atau lebih komponen – komponen yang bersatu untuk mencapai

tujuan yang sama (common purpose)”.

Nugroho Widjayanto (2001) menyatakan bahwa “ Sistem adalah sesuatu

yang memiliki bagian – bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan

tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses, dan output. Input merupakan

penggerak atau pemberi tenaga dimana sistem itu dioperasikan. Proses merupakan

aktivitas yang merubah input menjadi output, sedangkan output merupakan hasil

operasi”.

Pengertian menurut Marshall B. Romney, Paul John Steinbart (2006) adalah

“Sistem adalah merupakan rangkaian dari dua atu lebih komponen – komponen yang

saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.


11

Dari pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sistem adalah

kumpulan komponen yang berinteraksi membentuk satu kesatuan dan keutuhan yang

komplek didalam komplek tertentu untuk mencapai tujuan umum.

Sesuatu dapat disebut sebagai sistem apabila memenuhi dua syarat, pertama

adalah memiliki bagian – bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk

mencapai tujuan tertentu. Bagian – bagian itu disebut subsistem atau ada yang

menyebutkan sebagai prosedur. Agar sistem dapat berjalan dengan baik maka sub

subsistem atau prosedur – prosedur itu harus saling berinteraksi antara satu dengan

yang lainnya.

Syarat kedua bahwa adanya suatu sistem harus memiliki tiga unsur yaitu

input, proses, dan uotput. Input merupakan penggerak atau pemberi tenaga pada saat

sistem dioperasikan. Proses merupakan penggerak yang merubah input menjadi

output, sedangkan output merupakan hasil operasi.

2.1.1.1 Sistem akuntansi

Menurut Mulyadi (2001) mendefinisikan “Sistem akuntansi adalah organisasi

formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan

informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk memudahkan pengelolaan

perusahaan. Dari definisi sistem akuntansi tersebut, unsur suatu sistem akuntansi

pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku

pembantu, serta laporan.

2.1.1.2 Tujuan Sistem Akuntansi


12

Menurut Mulyadi (2001) tujuan dari penyusunan Sistem Akuntansi adalah :

1. Menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.

2. Memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada baik

mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.

3. Memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk

memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk

menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan perlindungan

kekayaan perusahaan.

2.1.2 Pengendalian Intern

Pengendalian intern yang ada dalam perusahaan bukanlah dimaksudkan

untuk meniadakan semua kemungkinan terjadinya kesalahan atau penyelewangan,

namun diadakan untuk menekan terjadinya kesalahan dan penyelewengan supaya hal

ini dapat diatasi dengan cepat dan tepat.

Menurut AICPA dalam Statement On Auditing Standard No. 1 (AICPA,

seperti dikutip oleh Basalamah, 2008), definisi pengendalian intern sebagai berikut:

“Pengendalian Intern terdiri dari rencana organisasi serta seluruh metode koordinasi

dan pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan untuk menjaga aktivanya, menguji

keakuratan dan keandalan data akuntansinya, mendukung efisiensi operasionalnya,

serta mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajerial yang telah ditetapkan”

Laporan COSO (AICPA, seperti dikutip oleh Sunarto, 2003) mendefiniskan

pengendalian intern sebagai berikut: “Pengendalian Intern ialah suatu proses yang
13

dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, personel satuan usaha lainnya, yang

dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam

hal-hal berikut:

1) Keandalan pelaporan keuangan;

2) Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku;

3) Efektifitas dan efisiensi operasi-operasi.”

Konsep dasar yang terkandung dalam definisi tersebut adalah:

a. Pengendalian Intern adalah suatu proses. Pengendalian Intern merupakan cara

untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

b. Pengendalian Intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan hanya

terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi juga orang-

orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk dewan komisaris,

manajemen, serta personel lainnya.

c. Pengendalian Intern diharapkan memberikan keyakinan memadai, bukannya

keyakinan penuh, bagi manajemen dan dewan komisaris satuan usaha karena

adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh sistem

pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat.


14

d. Pengendalian Intern adalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu pelaporan keuangan,

kesesuaian operasi.

Menurut Vallabhaeni, seperti dikutip oleh Basalamah (2008), pengendalian

intern yang utama meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Adanya pemisahan tugas yang memadai

2) Adanya dokumentasi dan catatan-catatan yang memadai

3) Adanya otorisasi yang memadai dari manajemen

4) Adanya pengendalian yang memadai atas aktiva dan catatan

5) Adanya penilaian yang independen terhadap kinerja para pegawai

6) Adanya pegawai yang kompeten

7) Adanya uraian tugas

8) Adanya struktur organisasi yang baik dengan garis wewenang dan tanggung jawab

yang jelas

9) Adanya pengelolaan (manajemen) yang baik dengan tingkat integritas yang tinggi.

Menurut Mulyadi (2001) menjabarkan sebagai berikut : Sistem pengendalian

intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan

untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data


15

akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan

manajemen.

Sedangkan pengertian menurut Nugroho Widjajanto (2001) bahwa

“pengendalian intern (internal control) adalah suatu sistem pengendalian yang

meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam

perusahaan”.

Kesimpulan yang dapat diambil berupa definisi Sistem Pengendalian Sistem

Intern bermacam pendapat yang sebenarnya sangat berguna bagi perusahaan karena

mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan tentang keandalan

pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

2.1.2.1 Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Nugroho Widjajanto (2001) tujuan sistem pengendalian intern :

1. mengamankan aktiva perusahaan

2. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi

3. Meningkatkan efisiensi

4. Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi

Sedangkan menurut Mulyadi (2001) tujuan sistem pengendalian intern

lebih rinci diantaranya :

1. Tujuan pengendalian akuntansi, yang meliputi :

- Menjaga kekayaan organisasi / perusahaan

- Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi


16

2. Tujuan pengendalian administrasi, yang meliputi :

- Mendorong efisiensi

- Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Dari beberapa tujuan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

pengendalian intern meliputi :

1. Melindungi atau mengamankan aktiva / harta kekayaan perusahaan

2. Mengecek, ketelitian dan keandalan data akuntansi

3. Melakukan pengendalian secara administrasi untuk mencegah

pemborosan, kecurangan baik yang dilakukan oleh pihak dalam maupun pihak

luar perusahaan dan mencegah penggunaan sumber daya yang tidak efisien.

4. Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Berdasarkan pengertian tentang pengendalian intern diatas terdapat unsur -

unsur yang berkaitan dengan pengendalian intern dalam sistem pembelian

(Mulyadi,2001) :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas

diantaranya :

a. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan.

Pemisahan kedua fungsi ini dimaksudkan untuk menciptakan pengecekan

intern dalam pelaksanaan transaksi pembelian. Dalam transaksi pembelian, fungsi

pembelian berkewajiban untuk mendapatkan penjual yang dapat dipercaya


17

sebagai pemasok barang yang diperlukan oleh perusahaan. Pemisahan kedua

fungsi ini akan mengurangi risiko diterimanya barang yang :

- tidak dipesan oleh perusahaan.

- Jenis, spesifikasi, kuantitas, dan mutu barangnya tidak sesuai dengan yang

dipesan oleh perusahaan.

- Tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam surat order pembelian.

b. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi

Dalam sistem akuntanasi pembelian, fungsi akuntansi yang melaksanakan

pencatatan utang dan persediaan barang harus dipisahkan dari fungsi operasi yang

melaksanakan transaksi pembelian. Fungsi pembelian berada di tangan Bagian

Pembelian yang berada langsung di bawah Direktur Utama, sedangkan fungsi

akuntansi berada di tangan Bagian Utang dan Bagian Kartu Persediaan. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga kekayaan perusahaan dan menjamin ketelitian dan

keandalan data akuntansi.

c. Fungsi penerimaan harus dilaksanakan oleh fungsi gudang.

Fungsi penerimaan merupakan fungsi operasi yang bertanggung jawab atas

penerimaan atau penolakan barang yang diterima pemasok. Fungsi penyimpanan

merupakan fungsi yang bertanggung jawab atas jumlah dan kualitas barang

didalam penyimpanan.

2. Otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup

terdapat kekayaan, utang, dan pendapatan dan biaya diantaranya :


18

a. Surat permintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang, untuk barang yang

disimpan dalam gudang atau fungsi pemakai barang, untuk barang yang

langsung pakai.

b. Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau pejabat yang lebih

tinggi.

c. Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang

d. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang lebih

tinggi.

e. Pencatatan terjadinya utang didasarkan pada bukti kas keluar yang didukung

dengan suart order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari

supplier.

f. Pencatatan kedalam kartu utang dan register bukti kas keluar (voucher register)

diotorisasi oleh fungsi akuntansi.

3. Praktek yang sehat dalam pelaksanaan tugas dan fugsi masing-masing unit

organisasi :

a. Surat permintaan pembelian bernomor urut cetak dan pemakaiannya

dipertanggun jawabkan oleh fungsi gudang.

b. Surat order pembelian bernomor urut cetak dan pemakaiannya dipertanggung

jawabkan oleh fungsi pembelian.

c. Laporan penerimaan barang bernomor urut cetak dan pemakaiannya

dipertanggung jawabkan oleh fungsi penerimaan.


19

d. Suplier dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari berbagai

suplier.

e. Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan jika fungsi ini

telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.

f. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari supplier

dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan

membandingkan dengan tembusan surat order pembelian.

g. Terdapat pengecekan terhadap harga, syarat pembelian dan ketelitian dalam

faktur dari suplier sebelum faktur tersebut diproses untuk dibayar.

h. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara periodic

direkonsiliasi dengan rekening kontrol utang dalam buku besar.

i. Pembayaran faktur dari suplier dilakukan sesuai dengan syarat pembayaran

guna mencegah hilangnya kesempatan untuk memperoleh potongan tunai.

j. Bukti kas keluar beserta dokumen pendukung dicap “LUNAS” oleh fungsi

pengeluaran kas setelah cek dikirimkan kepada suplier.

Standar Profesional Akuntan Publik (SA Seksi 319) maupun Arens, Elder,

dan Beasley (2005), struktur pengendalian intern dibagi menjadi lima unsur, yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian mencakup seluruh tindakan, kebijakan, dan

prosedur yang mencerminkan atau menggambarkan seluruh sikap manajemen,

direktur, dan pemilik satuan usaha tentang pengendalian intern yang dapat
20

menimbulkan kesadaran bagi para anggota organisasi tersebut mengenai pentingnya

pengendalian semacam itu bagi satuan usaha yang bersangkutan.

Sebagian dari lingkungan pengendalian ini dapat dikendalikan oleh

manajemen dengan menggunakan kebijakan-kebijakan dan prosedur tertentu, seperti:

a) Penggunaan anggaran dan laporan-laporan keuangan sebagai sarana untuk

memformulasikan dan mengkomunikasikan, tujuan, perencanaan, dan kegiatan

perusahaan yang bersangkutan.

b) Penggunaan pegawai yang saling menguji (check and balance) untuk memisahkan

kegiatan-kegiatan yang tidak boleh digabung (tidak kompatibel) serta untuk

mengadakan supervise oleh tingkatan manajemen yang lebih tinggi.

c) Adanya serta sampai seberapa jauh pengendalian terhadap penggunaan metode

pengolahan data serta terhadap pengembangan dan pemeliharaan sistem oleh

perusahaan tersebut.

Untuk tujuan pemahaman dan penetapan lingkungan pengendalian, berikut ini adalah

sub elemen terpenting yang harus dipertimbangkan oleh auditor:

a. Integritas dan nilai-nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Partisipasi dewan komisaris dan komite audit


21

d. Filosofi dan gaya operasi manajemen

e. Struktur organisasi

f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab

g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan

pengidentifikasian, analisis oleh manajemen atas risiko-risiko yang relevan terhadap

penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan

mencakup peristiwa dan keadaan intern dan ekstern yang mungkin terjadi dan secara

negatif berdampak terhadap kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,

meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen

dalam pelaporan keuangan.

Manajemen dapat membuat rencana, program atau tindakan yang ditujukan

ke risiko tertentu atau dapat memutuskan untuk menerima suatu risiko karena

pertimbangan biaya atau lain. Risiko yang dapat timbul atau berubah karena keadaan

seperti perubahan dalam lingkup operasi, personel baru, sistem informasi baru atau

yang diperbaikin, pertumbuhan yang pesat, teknologi baru dan muncul competitor

baru.
22

1. Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam

pencapaian tujuan perusahaan. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan

diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi.

Umumnya, aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit dapat

digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:

1) Pemisahan tugas yang memadai Empat pedoman umum dalam pemisahan tugas

untuk mencegah salah saji, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja yang

mempunyai kepentingan khusus bagi auditor, yaitu:

a. Pemisahan pemegang (custody) aktiva dari akuntansi.

b. Pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang bersangkutan.

c. Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pembukuan.

d. Pemisahan tugas dalam PDE

2) Otorisasi yang memadai atas transaksi dan aktivitas

Setiap transaksi harus diotorisasi memadai jika ingin pengendalian tersebut

memuaskan. Otorisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu otorisasi umum (general

authorization) dan otorisasi khusus (specific authorization). Manajemen menyusun


23

otorisasi umum bagi perusahaan untuk ditaati bawahan diinstruksikan untuk

menerapkan otorisasi umum dengan cara menyetujui seluruh transaksi dalam batas

yang ditentukan oleh kebijakan. Contoh otorisasi umum adalah penerbitan daftar

harga pasti untuk penjualan barang, batasan kredit untuk pelanggan, titik pemesanan

kembali yang pasti untuk melakukan pembelian. Otorisasi khusus dilakukan terhadap

transaksi individual. Manajemen seringkali tidak dapat menyusun kebijakan umum

otorisasi untuk beberapa transaksi. Sehingga manajemen lebih memilih membuat

otorisasi berdasarkan kasus demi kasus. Misalnya adalah otorisasi transaksi

penjualan oleh manajer penjualan atas mobil perusahaan yang telah dipakai.

Kebijakan otorisasi baik umum maupun khusus harus dibuat oleh manajemen

puncak.

3) Dokumen dan catatan yang memadai


Dokumen merupakan bukti terjadinya transaksi berikut harga, sifat, dan

syarat-syarat transaksi. Contoh dokumen yang banyak dijumpai adalah faktur, cek,

dan kontrak. Dokumen berfungsi sebagai penghantar informasi ke seluruh bagian

organisasi klien dan antara organisasi yang berbeda. Dokumen harus memadai untuk

memberikan keyakinan memamdai bahwa seluruh aktiva dikendalikan dengan pantas

dan seluruh transaksi tercatat dengan benar.

Prinsip-prinsip relevan tertentu dalam membuat rancangan dan penggunaan

dokumen dan catatan yang pantas. Dokumen dan catatan sebaiknya:


24

a. Berseri dan prenumbered untuk memungkinkan pengendalian atas hilangnya

dokumen dan sebagai alat bantu dalam penempatan dokumen jika diperlukan

kembali.

b. Disiapkan pada saat terjadi atau sesudah segera.

c. Cukup sederhana untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan dapat dimengerti.

d. Dirancang sedapat mungkin untuk multiguna sehingga meminimalkan bentuk

dokumen dan catatan yang berbeda-beda.

e. Dirancang dalam bentuk yang mendorong penyajian yang benar.

4) Pengendalian Fisik atas aktiva dan catatan

Pengendalian fisik berhubungan dengan perbatasan dua jenis akses terhadap

aktiva dan catatan penting, yaitu:

Akses fisik secara langsung

Akses tidak melalui perbuatan atau pengolahan dokumen seperti order

penjualan yang memberi persetujuan untuk menggunakan atau menjual aktiva.

Pengendalian ini terutama berhubungan dengan alat dan aturan pengamanan atas

aktiva, dokumen, catatan, dan program komputer. Alat pengamanan mencakup

tempat penyimpanan, penguncian gudang, pengaman luar perusahaan, perbatasan

akses, misal yang diperbolehkan masuk gudang hanya orang-orang yang diberi
25

wewenang oleh perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko terjadinya

pencurian, relevan untuk asersi keberadaan (existence) dan keterjadian.

5) Penilaian independent terhadap kinerja

Kategori terakhir prosedur pengendalian adalah penelaahan yang hati-hati

dan berkesinambungan atas ke empat prosedur yang lain, yang sering kali disebut

pengecekan independen atau verifikasi intern. Kebutuhan pengecekan independen

meningkat karena struktur pengendalian intern cenderung untuk berubah setiap saat

jika tidak terdapat mekanisme penelaahan yang sering. Karakteristik utama orang

yang melakukan prosedur verifikasi intern adalah orang tersebut harus independent

dan bertanggung jawab menyiapkan data. Sistem akuntansi yang terkomputerisasi

dapat dirancang sehingga membuat banyak prosedur verifikasi intern diotomatisasi

sebagai bagian dari sistem.

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup

sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat,

mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk

menyelenggarakan akuntabilitas terhadap aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan.

Komunikasi meliputi luasnya pemahaman personel tentang bagaimana

aktivitas mereka dalam sistem informasi pelaporan keuangan berkaitan dengan

pekerjaan orang lain dan cara pelaporan penyimpangan kepada tingkat yang
26

semestinya dalam entitas. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan melalui

tindakan manajemen. Pembukaan saluran komunikasi membantu memastikan bahwa

penyimpangan dilaporakan dan ditindak lanjuti.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian intern

sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian

tepat waktu dan tindakan perbaikan yang dilakukan. Proses ini dilaksanakan melalui

aktivitas pemantauan secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau suatu

kombinasi diantara keduanya. Informasi untuk penilaian dan perbaikan dapat berasal

dari berbagai sumber meliputi studi atas struktur pengendalian intern yang ada,

laporan audit intern, laporan penyimpangan atas aktivitas pengendalian, laporan dari

bank, umpan balik dari pegawai, dan keluhan dari pelanggan atas tagihan.

2.1.2.3 Keterbatasan Pengendalian Intern

Menurut Sunarto (2003), pengendalian intern hanya dapat memberikan

keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris sehubungan dengan

pencapaian tujuan perusahaan. Alasannya adalah karena keterbatasan bawaan pada

setiap pengendalian intern berikut:

1) Kesalahan dalam pertimbangan


27

Manajemen dan personel lainnya seringkali melakukan pertimbangan yang

kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis atau dalam melakukan tugas-

tugas rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan waktu, atau penyebab lainnya.

2) Kemacetan

Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas

salah mengerti dalam instruksi atau melakukan kesalahan karena kecerobohan,

kebingungan, atau kelelahan. Perpindahan personel sementara/tetap, atau perubahan

sistem atau prosedur, bisa juga mengakibatkan kemacetan.

3) Kolusi

Kolusi atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan

pegawai lainnya, atau dengan pelanggan atau pemasok, bisa tidak terdeteksi oleh

struktur pengendalian lain.

4) Pelanggaran oleh Manajemen

Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan/prosedur-prosedur

untuk tujuan-tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi, atau membuat laporan

keuangan menjadi tampak baik.

5) Biaya dan Manfaat


28

Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seyogyanya tidak

melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian intern tersebut.

2.1.2.4 Pengujian Atas Pengendalian Intern (Test of Control)

Tujuan dari test of control adalah untuk menentukan efektivitas rancangan

dan operasi pengendalian yang ada dalam perusahaan. Ada empat macam prosedur

yang digunakan dalam pengujian atas pengendalian (Arens, Elder, dan Beasley,

2005), yaitu:

1) Make inquiries of Appropriate Client Personnel

Meskipun tanya jawab umumnya bukan merupakan sumber bukti kuat

mengenai keefektifan operasi pengendalian, namun termasuk bentuk bahan bukti

yang pantas.

2) Examine Documents, Record, and Report

Banyak kegiatan dan prosedur yang berkaitan dengan pengendalian

meninggalkan jejak audit documenter yang jelas. Dokumen, catatan, dan laporan

yang lengkap memberikan bahan bukti mengenai adanya pengendalian.

3) Observe Control – Related Activities

Jenis aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian lainnya tidak

meninggalkan jejak bahan bukti. Untuk pengendalian yang tidak meninggalkan

bahan bukti documenter, auditor biasanya mengamati pelaksanaan aktivitas tersebut.


29

4) Reperform Client Procedures


Aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian yang mempunyai dokumen

dan catatan tetapi isinya tidak mencukupi kepentingan auditor dalam menentukan

apakah pengendalian berjalan dengan efektif. Jadi, dilakukan reperform client

procedures.

2.1.2.5 Pengendalian Intern Atas Siklus Pembelian


1. Processing Purchase Order
Fungsi ini dimulai dari permintaan pembelian. Pengendalian intern ini terdiridari :

a) Adanya otorisasi yang sesuai untuk menjamin bahwa setiap pembelian barang/jasa

sesuai dengan kebutuhan perusahaan

b) Setelah pembelian disetujui, harus ada pengajuan order untuk membeli

barang/jasa

c) Bagian pembelian sebaiknya tidak bertanggung jawab untuk mengotorisasi

penerimaan barang

d) Semua order pembelian diberi nomor urut dan mempunyai kolom serta ruang

untuk meminimumkan kemungkinan kehilangan yang tidak disengaja atas

formulir tersebut pada saat pemesaan dilakukan

2. Receiving Goods And Services


30

a. Adanya bagian penerimaan barang yang bertugas untuk membuat laporan

penerimaan barang sebagai bukti barang telah diterima dan diperiksa

b. Adanya pengawasan fisik atas barang mulai saat penerimaan sampai saat

penggunaanya untuk mencegah terjadinya pencurian dan penggunaa tidak tepat

c. Pegawai bagian penerimaan sebaiknya terpisah dengan bagian gudang dan

akuntansi

3. Recognizing The Ability

a. Adanya dokumen yang cukup dan pencatatan yang akurat

b. Adanya prosedur penanganan pembukuan yang tepat

c. Pegawai yang mencatat pengeluaran kas tidak akses terhadap kas/aktiva lainnya

4. Processing And Recording Cash Disbursement

a) Adanya penandatangan setiap cek oleh orang yang memiliki otorisasi

b) Adanya pemisahan tanggung jawab antara yang menandatangani cek dengan yang

menandatangani hutang

c)Adanya pemeriksaan yang teliti atas setiap dokumen pendukung oleh

penandatanganan cek sebelum cek tersebut ditandatangani

d) Setiap cek memiliki nomor urut


31

e) Adanya pengawasan fisik atas blanko cek, cek yang telah dibatalkan, dan cek yang

telah ditandatangani.

2.1.3 Just In Time (JIT)

Perusahaan supaya dapat bertahan dilingkungan bisnis yang semakin

kompetitif harus mampu menghasilkan produk berkualitas yang baik dengan biaya

yang rendah dan perusahaan harus mampu untuk merespon permintaan pelanggan

dengan tepat waktu serta produk yang memuaskan pelanggan. Just in time

merupakan metode yang cocok untuk diterapkan pada lingkungan bisnis yang ketat

persaingannya.

Stevenson (2005) mengatakan bahwa:

“JIT operates on a “pull” or demand basis whereby work is pulled from each
step in the process to the next step when the next step has a demand for it,
rather than pushed on to the next step when the work is completed at the
current step”
Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2005)
“Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang
membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada,
bukan didorong ke dalam sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan
yang diantisipasi”
Buku Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi (2003), Lalu Sumayang

mengungkapkan konsep Just In Time adalah sebuah pendekatan yang berusaha

mengurangi semua sumber pemborosan dan segala yang tidak mempuyai nilai
32

tambah bagi kegiatan produksi. Produk dibuat pada saat atau “just in time’’

dibutuhkan dan bukan karena adanya kemungkinan atau “ just in case’’.

Menurut Caster Usry (2006) Just In Time adalah filosofi yang berpusat pada

pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan dengan tujuan semua bahan baku

dan komponen sebaiknya tiba dilokasi kerja pada saat dibutuhkan-tepat waktu

sehingga produk diselesaikan dan tersedia pelanggan, disaat pelanggan

menginnginkannya.

Lalu Sumayang (2003) didalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar

Manajemen produksi dan Operasi mengungkapkan pada akhirnya konsep just in time

akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah persediaan lebih sedikit


2. Biaya lebih rendah
3. Kualitas lebih baik
Disamping itu tujuan metode JIT adalah untuk memperbaiki pengembalian

investasi atau retrun of investment yang mana meningkat disebabkan karena:

1. Pendapatan perusahaan meningkat


2. Biaya operasi berkurang
3. Sedikit kesalahan produksi
4. Sedikit jumlah inventori
Menurut Lalu Sumayang (2003 ) Pengaruh sistem JIT pada perilaku pekerja

dan pemasok sebagai berikut:


33

1. Perilaku Pekerja
Satu hal yang sangat penting pada sistem JIT adalah fungsi ganda dari

pekerja dimana masing-masing pekerja harus dapat mengerjakan beberapa macam

tugas.

Metode JIT tidak akan dapat melaksanakan tanpa pengertian, pengetahuan

dan kerjasama para pekerja, manajemen harus menjamin bahwa para pekerja

memahami peraturan dan menerima pendekatan JIT.

2. Pemasok
Seperti pada pekerja maka pemasok juga harus dapat memahami dan

menerima pendekatan JIT dalam hal ini pemasok dalah juga merupakan bagian pusat

pekerja.

Dengan demikian maka diperlukan pemasok lokal dengan lead time yang

pendek. Pemasok harus mampu mengirim material secara berkali-kali dengan tepat

waktu. Mutu material dijamin oleh pemasok dan langsung dikirim kebagian produksi

dengan container yang telah tersedia dan mempunyai ukuran tertentu. Terdapat

kecenderungan sistem JIT akan menggunakan satu pemsok dengan hubungan jangka

panjang.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005) di dalam bukunya yang

berjudul Manajemen Operasi mengemukakan pengertian Just in Time ( JIT) adalah


34

filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang mendukung

produksi yang ramping ( lean ).

Sasaran kemitraan JIT yang dikemukakan oleh Jay Heizer dan Barry Render

(2005) adalah sebagai berikut :

1. Penghilangan aktivitas yang tidak perlu,

yaitu sebagai contoh dengan adanya para pemasok yang baik, maka

aktivitas penerimaan dan inspeksi berikutnya tidak diperlukan dalam JIT.

2. Penghapusan persediaan di pabrik,

yaitu JIT mengirimkan material ke tempat dan saat diperlukan.

Persediaan bahan baku diperlukan hanya jika terdapat alasan untuk

meyakini bahwa para pemasok tidak dapat diandalkan.

3. Penghapusan persediaan yang transit,

yaitu semakin pendek aliran material pada saluran daya, semakin

sedikit jumlah persediaan. Persediaan juga dapat dikurangi dengan sebuah

teknik yang dikenal sebagai kiriman.

4. Penghilangan pemasok yang lemah,

yaitu ketika sebuah perusahaan mengurangi sejumlah pemasok, hal ini

berarti meningkatkan komitmen jangka panjang. Untuk memperoleh


35

kualitas dan keandalan yang terus meningkat, penjual dan pembeli

memiliki kepahaman yang sama dan kepercayaan timbal balik.

Untuk membangun kemitraan JIT, beberapa perhatian pemasok harus

dijawab. Perhatian pemasok tersebut meliputi :

1. Keinginan untuk diversifikasi.

Banyak pemasok tidak ingin terikat dengan kontrak jangka panjang

dengan hanya satu pelanggan. Persepsi pemasok adalah bahwa merekan

akan dapat mengurangi risiko jika mempunyai beberapa pelanggan.

2. Penjadwalan pelanggan yang lemah.

Banyak pemasok memiliki sedikit keyakinan pada kemampuan

pembeli untuk mengurangi pesanan menjadi jadwal yang lancar dan

terkoordinasi.

3. Perubahan teknik

Perubahan teknik yang sering, dengan lead-time yang tidak cukup

bagi para pemasok untuk menyelesaikan perubahan perkakas dan proses,

merupakan malapetaka bagi JIT.

4. Jaminan mutu
36

Produksi tidak ada cacat, dianggap tidak realitis oleh banyak

pemasok. Karena adanya pengiriman dan jarak antar pemasok dengan

perusahaan.

5. Ukuran lot kecil

Para pemasok sering memilki proses yang dirancang untuk ukuran lot

besar dan melihat bahwa penyerahan yang sering kepada pelanggan

dalam lot kecil sebagai cara untuk memindahkan biaya penyimpanan

kepada pemasok.

6. Kedekatan

Bergantung kepada lokasi pelanggan, penyerahan yang sering dari

pemasok dalam lot kecil mungkin terlihat menjadi penghalang secara

ekonomis.

2.1.3.1 Keuntungan Dan Kerugian Penerapan JIT Purchasing

Dalam buku Logistic (2002), David J. Bloomberg, Stephen Lemay, Joe B.

Hanna mengungkapkan beberapa keuntungan dari JIT purchasing, antara lain:

2 Keuntungan Bagi Pembeli


Berbagai keuntungan penerapan JIT purchasing antara lain : penurunan biaya

bahan baku, penurunan rework, lebih tepat waktu, penurunan biaya


37

administrative, penurunan biaya persediaan, penurunan biaya inspeksi, serta

kualitas barang jadi lebih baik.

3 Keuntungan Bagi Pemasok

Keuntungan bagi pemasok antara lain : capacity requirements dan jadwal

produksi lebih konsisten serta pemindahan finished goods yang lebih dapat

diprediksi.

Selain itu, David J. Bloomberg, Stephen Lemay, Joe B. Hanna juga

mengungkapkan beberapa kerugian penerapan metode JIT purchasing, antara lain

perusahaan akan sulit untuk beralih ke pemasok lain, keterlambatan pengiriman akan

mengakibatkan kegiatan produksi terganggu, serta ketiadaan inspeksi mengakibatkan

substandard finished goods.

2.1.4 Pembelian

Pembelian merupakan salah satu aktivitas yang sangat penting bagi

perusahaan, yaitu sebagai bagian utama dari fungsi pengadaan untuk kebutuhan

perusahaan. Tidak terkecuali dalam perusahaan jasa, pembelian juga sangat penting

agar perusahaan dapat memberikan pelayanan jasanya kepada konsumen. Untuk

itulah maka pembelian perusahaan harus efektif.

Secara umum pembelian diartikan sebagai suatu aktivitas yang bertanggung

jawab atas pengadaan barang yang dibutuhkan dengan kualitas, kuantitas, waktu,
38

harga, pemasok dan penempatan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan. Definisi

pembelian menurut Michiel R. Leenders dalam “Puchasing and Supply

Management” (2002) adalah sebagai berikut:

“…..the process of buying : learning of the need, locating and selecting a supplier,
negotiating price and other pertinent terms, and following up to ensure delivery”
Pencapaian pembelian yang efektif haruslah diketahui terlebih dahulu tujuan

pembelian tersebut. Masing-masing tujuan pembelian memiliki kepentingan yang

mungkin akan bertentangan dengan tujuan lainnya, namun pengambilan keputusan

dalam pembelian harus dapat mempertimbangkan hal-hal tersebut dalam

pengambilan keputusannya, termasuk pertimbangan atas cost benefit (manfaat

biaya). Michiel R. Leenders (2002) dalam bukunya “Purchasing and Supply

Management” terdapat Sembilan tujuan pembelian yang efektif yaitu :

a) Provide an uninterrupted flow of materials, supplies, and services required to


operate the organization.
b) Keep inventory investment and loss at minimum
c) Maintain and improve quality
d) Find or develop competent suppliers
e) Standardize, where possible, the item bought
f) Puchase required items and service at lowest total cost
g) Achieve harmonious, productive working relationship with other functional areas
within the organization
h) Accomplish the purchasing objectives at the lowest possible level of
administrative costs
i) Improve the organization’s competitive position.
39

2.1.4.1 Konsep Dasar Pembelian

Menurut Barry Render (2005) adalah : Pembelian berarti perolehan barang

dan jasa. Tujuan pembelian adalah :

1. Membantu identifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara eksternal.

2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan supplier, harga dan pengiriman

yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.

Sistem pembelian barang terkait dengan persediaan barang, karena setiap

terjadi pembelian akan menambah jumlah persediaan barang di gudang. Pelaksanaan

mekanisme sistem tidak selalu sama, hal ini dipengaruhi dari jenis perusahaan dan

bergerak dalam bidang tertentu. Beberapa yang harus diperhatikan dalam sistem

pembelian, yaitu informasi yang diperlukan oleh perusahaan khusunya manajemen,

dokumen – dokumen yang digunakan, bagian yang terkait, jaringan prosedur yang

membentuk sistem akuntansi pembelian serta sistem pengendalian internya. Jika

suatu sistem pembelian dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah diterapkan,

maka pelaksanaan kerja pada bagian yang terkait akan tercapai sesuai dengan yang

diharapkan.

2.1.4.2 Pengertian Sistem Akuntansi Pembelian

Mulyadi (2001) Sistem akuntansi pembelian merupakan bagian dari sistem

akuntansi yang dirancang dan digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan barang

yang diperlukan oleh manajemen. Transaksi pembelian baik yang diselenggarakan

dalam manual system maupun yang diselenggarakan dalam lingkungan pengolahan


40

data elektronik dapat digolongkan menjadi dua yaitu : Pembelian lokal adalah

pembelian dari pemasok dalam negeri, sedangkan pembelian impor adalah

pembelian dari pemasok luar negeri. Pelaksanaan mekanisme sistem pembelian di

tiap – tiap perusahaan berbeda dan tidak selalu sama, hal tersebut tergantung dari

besar kecilnya perusahaan dan bentuk dari perusahaan.

2.1.4.3 Informasi yang diperlukan oleh manajemen

Informasi keuangan dalam suatu perusahaan sangatlah penting dan

dibutuhkan oleh berbagai pihak terutama oleh manajemen sebagai salah satu pihak

intern perusahaan yang berkepentingan dalam hal tersebut guna mengambil

keputusan dan kebijakan untuk langkah yang selanjutnya. Untuk mengetahui

kegiatan sistem pembelian tersebut, manajemen membutuhkan informasi seperti

yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001) yaitu :

1. Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali (reorder point)

2. Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok

3. Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok

4. Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu

5. Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu

6. Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dari pembelian

2.1.4.4 Bagian yang terkait dengan sistem pembelian


41

Dalam sistem akuntansi pembelian terdapat beberapa fungsi yang terkait

dalam sistem pembelian tersebut. Menurut Mulyadi (2002) fungsi – fungsi yang

terkait tersebut adalah :

1. Bagian gudang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembeliaan

sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan juga berfungsi untuk

menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.

2. Bagian pembelian

Fungsi ini bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga

barang, menentukan supplier yang dipilih dalam pengadaan barang dan

mengeluarkan order pembelian kepada supplier yang telah dipilih.

3. Bagian penerimaan barang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis,

mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari supplier untuk mementukan barang

dapat diterima atau tidak oleh perusahaan.

4. Bagian akuntansi pencatat utang

Fungsi akuntansi yang terakit dalam transaksi pembelian adalah fungsi

pencatat utang yang bertanggung jawab atas pencatatan transaksi pembelian ke

dalam register bukti kas keluar dan juga untuk menyelenggarakan arsip dokumen

sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi catatan utang dan fungsi pencatat

persediaan bertanggung jawab atas pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli ke
42

dalam kartu persediaan. Dengan kata lain fungsi ini bertanggung jawab atas

pencatatan utang dan pencatatan persediaan.

5. Bagian akuntansi biaya

Fungsi akuntansi biaya bertanggung jawab untuk mencatat sediaan dan aktiva

tetap. Dalam pemerolehan sediaan, fungsi akuntansi biaya bertanggung jawab untuk

mencatat kos sediaan barang yang dibeli kedalam buku pembantu sediaan. Dalam

pemerolehan aktiva tetap, fungsi akuntansi biaya bertanggung jawabuntuk mencatat

kos aktiva tetap yang dibeli ke dalam buku pembantu aktiva tetap.

Secara garis besar transaksi pembelian mencakup prosedur berikut ini:

1. Fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian ke fungsi pembelian.

2. Fungsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai pemasok.

3. Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan

melakukan pemilihan pemasok.

4. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok pilihan.

5. Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh

pemasok.

6. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi gudang

untuk disimpan.

7. Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepad fungsi akuntansi.


43

8. Fungsi akuntansi menerima faktur dari pemasok dan atas dasar faktur dari

pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang timbul dari

transaksi pembelian.

Gambar dibawah ini melukiskan jaringan kerja sama antarfungsi yang terkait

dalam transaksi pembelian.

Permintaan Permintaan
Fungsi Fungsi
pembelian Penawaran harga
Gudang Pembelian
(2) Pemasok
(1) Penawaran harga

(3)
(6) Penyimpanan
barang
Order Pembelian
(4)
Fungsi
Penerimaan
Penerimaan barang dari pemasok

(5) Fungsi
Laporan
Penerimaan (7) Akuntansi Penerimaan Faktur
Barang Dari Pemasok
Barang
(8)

Gambar 2.1

Jaringan kerjasama antarfungsi yang terkait dalam transaksi pembelian


(Mulyadi,2002).
2.1.4.5 Dokumen Yang digunakan

Transaksi perusahaan merupakan penggerak sistem akuntansi. Tanpa

transaksi perusahaan, berarti sistem akuntansi keuangan nantinya tidak memiliki


44

input, dan berarti pula prosesing sistem tidak berjalan lancar. Setiap transaksi pasti

memerlukan sebuah dokumen yang digunakan sebagai bukti riil. Saat ini, dokumen

tidak hanya berbentuk kertas, melainkan juga berbentuk kertas (hard copy).

Menurut Mulyadi (2001) “Dokumen adalah obyek fisik dimana transaksi

dimasukkan dan diikhtisarkan”. Dokumen yang digunakan dalam transaksi

pembelian dibagi menjadi dua golongan : dokumen sumber (source documents) yaitu

dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan kedalam akuntansi, dan dokumen

pendukung (corroborating documents atau dokumen penguat ) yaitu dokumen yang

membuktikan validitas terjadinya transaksi. Berbagai dokumen yang digunakan

dalam sistem akuntansi pembelian adalah sebagai berikut :

1. Surat Order Pembelian

Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh bagian gudang atau bagian

pemakai barang untuk meminta bagian purchasing (pembelian) melakukan

pembelian barang dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang tersebut didalam surat

tersebut. Surat pemesanan pembelian ini biasanya dibuat dua lembar untuk setiap

permintaan, satu lembar untuk bagian purchasing, dan tembusannya untuk arisp

bagian yang meminta barang.

2. Surat Permintaan Penawaran Harga

Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang yang

pengadaannya tidak bersifat berulang kali terjadi, yang menyangkut jumlah rupiah

pembelian besar.
45

3. Surat Order Pembelian

Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada supplier yang telah

dipilih. Dokumen ini terdiri dari berbagai tembusan dengan fungsi sebagai berikut :

a) Surat Order Pembelian

Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pembelian yang

dikirimkan kepada supplier sebagai order resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan.

b) Tembusan Pengakuan Oleh Suplier

Tembusan surat order pembelian ini dikirmkan kepada supplier, dimintakan

tanda tangan dari supplier dan dikirim kembali ke perusahaan sebagai bukti telah

diterima dan disetujuinya order pembelian, serta kesanggupan supplier memenuhi

janji pengiriman barang seperti tersebut dalam dokumen tersebut.

c) Tembusan Bagian Unit Peminta Barang

Tembusan ini dikirmkan kepada fungsi yang meminta pembelian bahwa

barang yang diminatinya telah dipesan.

d) Arsip Tanggal Penerimaan

Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian menurut

tanggal penerimaan barang yang diharapkan, sebagai dasar untuk mengadakan

tindakan penyelidikan jika barang tidak datang pada waktu yang telah dipesan.

e) Arsip Supplier

Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian menurut

nama supplier, sebagai dasar untuk mencari informasi mengenai supplier.


46

f) Tembusan Fungsi Penerimaan

Tembusan surat order pembelian ini dikirim ke fungsi penerimaan sebagai

otorisasi untuk menerima barang yang sejenis, spesifikasi, mutu, kuantitas, dan

suppliernya seperti yang tercantum dalam dokumen tersebut.

g) Tembusan Fungsi Akuntansi

Tembusan surat order pembelian ini dikirim ke fungsi akuntansi sebagai

salah satu dasar untuk mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.

4. Laporan Penerimaan Barang

Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukan bahwa barang

yang telah diterima dari supplier telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu, dan

kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.

5. Surat Perubahan Order Pembelian

Dokumen ini kadangkala diperlukan untuk dilakukan perubahan terhadap isi

surat order pembelian yang sebelumnya telah diterbitkan. Perubahan tersebut dapat

berupa perubahan kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian

(substitusi) atau hal lain yang bersangkutan dengan perubahan desain atau bisnis.

6. Bukti Kas Keluar

Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi

pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas untuk

pembayaran utang kepada supplier dan yang sekaligus berfungsi sebagai surat

pemberitahuan kepada kreditur mengenai maksud pembayaran.


47

7. Faktur dari Pemasok

Dokumen ini merupakan tagihan dari pemasok, yang berisi

jenis,kuantitas,dan harga yang menjadi kewajiban perusahaan kepada pemasok.

2.1.4.6 Catatan Akuntansi Yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan untuk pencatatan transaksi pembelian

menurut Mulyadi (2002) adalah sebagai berikut :

1. Register Bukti Kas Keluar

Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian jika pencatatan

utang perusahaan menggunakan voucher payable procedure, jurnal yang

digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah register bukti kas keluar

2. Jurnal Pembelian

Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian jika pencatatan

utang perusahaan menggunakan account payable procedure, Jurnal yang

digunakan utuk mencatat transaksi pembelian adalah jurnal pembelian.

3. Buku pembantu Utang

Buku pembantu yang digunakan untuk mencatat utang kepada pemasok jika

dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan account payable procedure. Jika

pencatatan utang perusahaan menggunakan voucher payablre procedure sebagai

catatan utangnya adalah arsip bukti kas keluar yang dibayar.

4. Buku pembantu sediaan


48

Dalam sistem akuntansi pembelian, buku pembantu sediaan ini digunakan

untuk mencatat kos sediaan yang dibeli.

2.1.4.7. Bagan Alir

Menurut Nugroho (2001) bahwa bagan alir adalah suatu diagram simbol yang
menampilkan aliran data dan rangkaian tahapan operasi dalam suatu sistem.
Jadi,bagan alir merupakan deskripsi berupa aliran data dan rangkaian dari sistem
akuntansi.
Bagian Gudang

mulai 5 6

Membuat Surat order Laporan


surat Pembelian Penerimaan
permintaan Barang
pembelian

2
Surat permintaan
pembelian

Kartu
Gudang T
1
N

Gambar 2.2
Bagan Alir Sistem Informasi Sistem Pembelian ( Mulyadi,2002)
49

Bagian Pembelian

1 7 Dari
2
Pemasok

Surat
Penerimaan
Laporan
Pembelian Faktur
Penerimaan
Membuat Barang
surat
order
Pembelian
Membuat n
Surat
Permintaan
Penawaran
Harga 8

Memeriks
a Faktur

Surat PH
Permintaan SPH
Penawaran SPP
Harga 7
6
5
Surat 4
Penawaran 3
Faktur
harga
2
1 Surat Order
Pembelian

Membuat
Perbandin 5
gan Harga

4
Dikirin ke
Pemasok 9
T
3
2 A

Gambar 2.3

Bagan Alir Sistem Akuntansi Pembelian (Lanjutan) (Mulyadi,2002)


50

Bagian Penerimaan barang Bagian Utang Bagian Akuntansi biaya

3 Dari pemasok
4 8 9 10

Sop 3 Surat Sop 4 LPB 1 Faktur


pengantar

Membandingkan
Memeriksa faktur dari pemasok
barang yang dg SOP & LPB
diterima

Membuat Membuat
Bukti kas
laporan kas keluar
keluar
penerimaa
n barang

SP Faktur

SOP LPB
3 SOP
2 3
2
Laporan
Bukti kas
Penerimaan
keluar Buku
barang
pmbantu
N
sediaan

N
T

Registrasi 10
bukti kas
7 6
keluar

Gambar 2.4

Bagan Alir Sistem Informasi Akuntansi Pembelian (Lanjutan)(Mulyadi,2002)


51

Berdasarkan gambar 2.4 diatas salah saji diperkirakan akan terjadi dalam

transaksi pembelian sebagaimana aktivitas pengendalian yang dapat mencegah dan

mendeteksi saji tersebut mencakup :

1. Otorisasi umum dan khusus untuk setiap pembelian.

2. Setiap surat order pembelian harus didasarkan pada surat permintan

pembelian yang telah diotorisasi.

3. Setiap penerimaan barang harus didasarkan pada surat order pembelian yang

telah diotorisasi.

4. Fungsi penerimaan barang menghitung,menginspeksi, dan membandingkan

barang yang diterima dengan data barang yang tercantum dalam surat order

pembelian.

5. Penyerahan barang dari fungsi penerimaan barang kefungsi gudang harus

didokumentasi.

6. Bukti kas keluar harus dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap

dan sah.

7. Setiap pencatatan ke register bukti kas keluar harus didukung dengan bukti

kas keluar yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.


52

8. Pengecekan secara independen posting kedalam buku pembantu utang usaha,

sediaan, aktiva tetap, dengan akun control yang bersangkutan dalam buku

besar.

9. Pertanggungjawaban secara periodic semua formulir bernomor urut cetak.

10. Panduan akun dan review terhadap pemberian kode akun.

11. Review kinerja secara periodik.

2.1.5 Penelitian Terdahulu


53

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Iriyadi dan Rianna Evaluasi atas -Sistem Akuntansi -Otoritasi umum


( 2009 ) sistem pembelian yang diterapkan. dan khusus untuk
kaitannya dengan setiap pembelian
pengendalian -Pembelian bahan transaksi
intern baku. pembelian.
-Pengendalian -Tidak adanya
intern. dokumen
permintaan
pembelian barang.
Pencatatan utang
dibuat berdasarkan
laporan pembelian
yang dibuat oleh
bagian pembelian
yang dilandasi
bukti-bukti.
-Setiap bukti
fomulir tidak
bernomer urut
tercetak dilakukan
secara manual.

Tan kwan En dan Peranan Sistem -Sistem informasi -Pengendalian


Adelyna (2011) Informasi akuntansi. intern yang baik di
Akuntansi identifikasi dengan
Terhadap -Pengendalian adanya struktur
Pengendalian intern. organisasi yang
Intern Aktivits memadai.
-Pembelian bahan
Pembelian Bahan
baku. -Pengendalian
Baku guna
Mencapai dalam prosedur
permintaan bahan
54

Penyerahan Bahan -Sistem just in time baku ini bertujuan


Baku Yang Tepat untuk memastikan
Waktu bahwa bahan baku
yang benar-benar
dibutuhkan untuk
proses produksi
dan tepat dalam
jumlah yang sesuai
dengan yang
dibutuhkan.
-Terdapat suatu
prosedur
pembelian yang
cukup baik dan
telah tersusun
dengan rapi, hal ini
akan menunjang
efektivitas dan
efisiensi dalam
pembelian bahan
baku yang
dilakukan
perusahaan
sehingga
penyerahaan bahan
baku akan tepat
waktu dan tidak
menghambat waktu
produksi.
.
55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sample

3.1.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang diteliti (Notoadmodjo,

2005). Menurut V. Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto (2012) Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karesteritik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah data-data pesanan yang

diterima di PT. ScanCom Indonesia, yaitu suatu perusahaan industri di bidang

furniture yang berada di Jalan Tambak Aji III NO 1 Ngalian Semarang.

3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan objek yang diambil dari

keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili populasinya

(Notoatmodjo, 2005). Menurut V. Wiratna Sujarweni dan Poly Endaryanto, Sample

adalah Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sample

dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa (sebagian) populasi di PT.

ScanCom Indonesia yaitu salah satu data shipment plan. Dalam pengambilan sample,

peneliti menggunakan teknik Probability Sampling. Probability sampling yaitu

teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama

bagi setiap unsur atau anggota populsi untuk dipilih menjadi anggota sample (V.
56

Wiratna Sujarweni dan Poly Endaryanto, 2012). Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu Pengambilan anggota sampel

dan populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang

sifatnya deskriptif, seperti wawancara, observasi, gambar, foto rekaman video

(Afifudin dan Beni Ahmad, 2009). Sumber data dalam penelitian ini adalah data-data

sekunder yaitu dari data dokumen jumlah stock barang yaitu yang berupa furniture,

carton, hardware dan asesoris perlengkapan lainnya yang ada di area gudang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data

(sugiyono,2009)

3.3.1.Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan

menggunakan panca indra. Tetapi observasi sebenarnya adalah kegiatan

mengumpulkan data yang digunakan untuk menghimpun data dalam penelitian

melalui panca indra atau diartikan sebagai pengamatan dalam pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut Afifudin dan
57

Beni Ahmad (2009) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek

penelitian.

Teknik observasi yang akan dilakukan ialah observasi langsung (participant

observation). Maksudnya, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap proses

produksi yang berdasarkan shipment plan yaitu rencana pengiriman berdasarkan

pesanan dari buyer.

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami. Observasi yang

dilakukan adalah observasi terhadap subjek, dan hal-hal yang dianggap relevan

sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

3.3.2. Interview (wawancara)

Interview atau wawancara adalah sebuah percakapan langsung (face to face)

antara peneliti dan informan, dalam proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab. Menurut Anwar (2012) wawancara merupakan

teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek

penelitian, caranya adalah dengan mengajukan pertayaan langsung kepada

responden. Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan responden (Purhantara, 2010).

Proses interview (wawancara) dilakukan untuk mendapatkan data dari informan

yaitu: Manajer HRD, Manajer Produksi, Suprevisior Area, Dalam hal ini peneliti
58

mengajukan pertanyaan kepada informan, terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Sedangkan informan bertugas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

pewawancara. Meskipun demikian, informan berhak untuk tidak menjawab

pertanyaan yang menurutnya privasi atau rahasia perusahaan.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik wawancara yang terstruktur. Maksudnya adalah proses wawancara dilakukan

secara terencana. Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu menyiapkan interview guide

sebagai panduan dalam mewawancarai informan untuk mendapatkan informasi.

3.3.3. Studi Pustaka

Selain wawancara dan observasi, pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi atau

studi pustaka. Intinya, dokumentasi atau studi pustaka adalah metode yang

digunakan untuk menelusuri data history atau mengkaji literatur-literatur dan

laporan-laporan yang berkaitan dengan judul penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang dimaksud adalah alat yang dipakai oleh

peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam hal ini alat yang dipakai antara lain alat

perekam (tape recorder) untuk wawancara langsung, kamera dan data Shipment

Plan.

3.5. Teknik Analisis Data


59

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara menganalisa data,

mengorganisasikan data, memilih dan memilahnya menjadi sesuatu yang dapat

diolah, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting berdasarkan

kebutuhan dalam penelitian dan memutuskan apa yang dapat dipublikasikan.

Langkah analisis data akan melalui beberapa tahap yaitu: pengumpulan data,

mengelompokkannya, memilih dan memilah data, lalu kemudian menganalisanya.

Analisa data ini berupa narasi dari rangkaian hasil penelitian untuk menjawab

rumusan masalah.

Menurut Sugiyono (2009) Teknik Analisis Data merupakan proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan

dokumentasi/studi pustaka dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data

kualitatif bersifat induktif yang selanjutnya dikembangkan menjadi

hipotesis,tahapan-tahapan dalam analisis data mencangkup pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

3.5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan ini dibutuhkan data yang mendukung tujuan penelitian. Untuk

mendapatkan data tersebut membutuhkan waktu dan metode yang tepat, data yang

digunakan penelitian ini adalah untuk mencatat semua data secara objektif dan sesuai

dengan hasil pengamatan dilapangan yang meliputi observasi, wawancara kepada


60

kepada bagian produksi yaitu para Supervisior Area. Sedangkan hasil dari data

diperoleh melalui dokumentasi baik dalam bentuk gambaran maupun dokumen-

dokumen yang dibutuhkan, semua data yang dikumpulkan untuk mendukung

penelitian ini.

3.5.2. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan merangkum, memelih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya ( Sugiyono, 2009).

Dari data kasar hasil wawancara dengan supervisior setiap area. Semua data tersebut

dipilih dan difokuskan agar dapat memberikan gambaran yang jelas dari hasil

penelitian. Setelah data hasil yang sudah dipilih dan difokuskan dituangkan menjadi

saling berhubungan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Sehingga

peneliti dapat menangkap permasalahan dan dinamika yang terjadi pada sistem

pembelian barang dalam proses dengan sistem jus in time.

3.5.3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan proses menampilkan data yang sudah terkumpul

setelah melalui tahapan reduksi, penyajian data ini didiskripkan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan mudah dipahami (Afifudin dan Saebani

Ahmad, 2010). Penyajian data dalam penelitian ini mengenai sistem pembelian

barang dalam proses dengan sistem jus in time PT. ScanCom Indonesia.

3.5.4. Penarikan Kesimpulan


61

Penarikan kesimpulan merupakan usaha untuk memahami makna/penjelasan,

kesimpulan yang saling terkait perlu adanya bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahapan pengumpulan data ( Sugiyono, 2009). Penarikan

kesimpulan dalam penelitian ini dengan melihat kembali catatan yang diperoleh

dilapangan melalui informan yang mengetahui pembelian barang di PT. ScanCom

Indonesia.

3.6. Pengujian Kredibilitas Data

Penelitian kualitatif, ada empat kriteria yang berhubungan dengan keabsahan

data yaitu keabsahan kontruk, keabsahan internal, keabsahan eksternal dan keajengan

( reabilitas). Dalam penelitian ini menggunakan keabsahan kontruk (konsep) yang

berkaitan dengan suatu kepastian yang berukur benar-benar dari variabel yang diukur

( Afifudin dan Saebani Ahmad, 2009). Keabsahan data dapat dicapai dengan proses

pengumpulan data yang tepat, salah satunya dengan proses triangulasi yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

tersebut untuk pengecekan data pembanding terhadap data.

3.6.1. Triangulasi Sumber

Menurut Patton yang dikutip ( moleong, 2010) triangulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda,sumber data ini dapat diperoleh dengan
62

1.Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

2.Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

3.6.2. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu, seperti metode

wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara

yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara berlangsung

(afifudin dan Saebani Ahmad, 2010). Apabila teknik pengujian data ini

menghasilkan data berbeda, maka peneliti harus melakukan diskusi lebih lanjut

kepada sumber yang bersangkutan untuk memastikan data yang dianggap benar atau

semuanya benar.

3.6.3. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yag

dikumpulkan sudah memenuhi syarat ( Afifudin dan Saebani Ahmad, 2010). Teknik

triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah pemeriksaan melalui sumber

lainya yang dicapai. Dengan teknik triangulasi peneliti membandingkan hasil

wawancara yang diperoleh dari informan. Aplikasi langsung yang diperoleh peneliti

sesuai dengan tindakan dilapangan yaitu peneliti membandingkan situasi proses

produksi yang dikatakan oleh sumber data.


63

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Scancom Internasional adalah perusahaan induk dari PT. Scancom Indonesia,

dimana merupakan supplier terbesar dari out door (garden) furniture di dunia dengan

Eropa sebagai pasar ekspor terbesar dan berkembang ke Amerika Utara, Amerika

Selatan dan Timur Tengah. Kantor pusat bertempat di Korsor,Denmark. Berbagai

produk dapat dibedakan menjadi 4 grup : furniture kayu, furniture kayu jati, bantal

mebel dan produk kombinasi baja dan kayu. Semua produk kayu jati di produksi di

Indonesia, produk kayu lain dan bantal mebel diproduksi di Vietnam, produk

kombinasi baja dan kayu diproduksi di Cina.

Pembentukan PT. Scancom Indonesia dimulai tanggal 15 Januari 1999

ketika anggaran dasar pertama diciptakan, kemudian diikuti dengan persetujuan dari

para investor dan dokumen penting lainnya untuk pembentukan pondasi resmi untuk

perusahaan seperti saat ini. Perusahaan mulai beroperasi pada tanggal 1 oktober pada

awal musim tahun 1999. Sejak pendirian, PT. Scancom Indonesia telah tumbuh

kembang menjadi satu-satunya supplier kayu jati furniture yang terbesar di Jawa

Tengah dan saat ini mempekerjakan 500 karyawan.


64

Pada awal mulanya pendirian pabrik PT. ScanCom Indonesia berada di

Kawasan Industri Terboyo, Semarang Utara. Bergantinya tahun dan pengaruh gejala

alam di Kawasan Industri Terboyo yang mengalami genangan air pasang dari laut

sehingga PT. ScanCom Indonesia mengambil inisiatif untuk pindah tempat

produksinya untuk mengamankan semua aset kekayaan dari dampak gejala alam

tersebut. PT. ScanCom Indonesia sekarang berada di Kawasan Industri Tambak Aji,

Semarang Barat, yang beralamat di Jl. Tambak Aji III, No 1, Semarang.

4.1.2 Visi, Misi PT. ScanCom Indonesia

Dalam perkembangan usahanya, setiap perusahaan harus memiliki visi dan

misi yang dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya

agar dapat berjalan dengan baik sesuai pedoman yang ada.

Adapun visi PT. ScanCom Indonesia yaitu :

1. Kita akan dikenal secara global sebagai supplier garden furniture yang terdepan –

kita akan digambarkan dengan jalan – keluar yang inovatif, barang kita bernilai

baik, kenyamanan dan kepuasan.

2. Kita akan menjadi trendsetter di pasar Dengan inisiatif yang konstan untuk

memberikan nilai tambah dan tingkat perhatian serta pelayanan kepada

pelanggan yang tinggi, kita akan selalu paling tidak selangkah lebih maju dari

para pesaing kita.

3. Kita akan selalu “ Memberikan Produk Yang Tepat, Dengan Harga Yang Tepat

Dan Waktu Yang Tepat”.


65

4. Kita akan menguasai pengembangan produk dan pemintaan berdasarkan

pesanan pelanggan, kita harus memberikan harga yang bersaing demikian juga

dengan menyediakan barang kita pada waktu yang tepat kepada pelanggan-

pelanggan kita.

Adapun misi PT. ScanCom Indonesia Yaitu :

Misi dicapai dengan melalui harmonisasi di dalam perusahaan dengan

menentukan tugas yang jelas untuk semua karyawan. Penemuan baru, penerapan

teknologi yang tepat, handal, pelatihan, pembentukan tim dan system internal yang

comprehensive meliputi alur kerja, pengawasan mutu kita akan menjamin

keterpaduan antara misi kita dan sasaran kita yang sekarang maupun di masa

mendatang. Kita selalu melaksanakan penilaian pada kekuatan dari produk kita dan

akan secara terus menerus beradaptasi terhadap pelanggan/kebutuhan pasar.

4.1.3 Tujuan Perusahaan PT.ScanCom Indonesia

Pada umumnya tujuan perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Tujuan Jangka Pendek Perusahaan PT. Scan Com Indonesia

Adalah tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan atau merupakan

langkah – langkah yang ditempuh oleh perusahaan didalam kegiatan operasionalnya

guna memenuhi apa yang telah dikehendaki oleh perusahaan didalam kegiatan

operasionalnya. Dengan demikian akan memberikan suatu manfaat serta harapan

demi kelangsungan hidup perusahaan.

Adapun tujuan jangka pendek perusahaan adalah :


66

a. Meningkatkan volume penjualan

b. Memperluas daerah pemasaran

c. Mendapatkan keuntungan atau laba yang maksimal

2. Tujuan jangka panjang perusahaan PT. ScanCom indonesia adalah :

a. Mengembangkan usaha perusahaan atau melakukan ekspansi

b. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

4.1.4 Norma – norma PT. ScanCom Indonesia

a. Kejujuran :

- Semua usaha kita berdasarkan kepada kepercayaan diri kita sendiri

dan kepada pihak luar yang berkepentingan/stakeholder.

b. Semangat :

- Berkerja dengan sepenuh hati, energik, dan penuh motivasi.

c. Integritas :

- Kita tidak berkompromi terhadap “ peraturan perusahaan kita “ semua

orang contoh yang baik bagi semua orang, kita bertindak atas nama

dan hanya untuk atas nama parusahaan.

d. Sosial :

- Hak atas kesempatan yang sama serta keadilan yang tidak bisa

dikompromikan.

e. Kesenangan :
67

- Kegiatan-kegiatan karyawan motivasi kita untuk mencapai tujuan dan

sasaran kita lebih cepat dan tepat.

f. Cerdas dan gesit :

- Cepat beradaptasi, tanggap, penuh inisiatif dan ulet.

g. Berani :

- Selalu siap untuk perkembangan-perkembangan dan untuk

menghadapi peluang baru dan tantangan dengan penuh tanggung

jawab.

h. Tim kerja :

- Kerjasama yang harmonis mencapai tujuan yang telah ditentukan.

i. Dukungan dan dorongan :

- Akan diberikan pada saat kesulitan atau pada masa yang penuh

tekanan.

j. Perhatian :

- Akan diberikan setiap waktu.

k. Penghormatan :

- Kita menghormati apapun latar belakang dan status karyawan.

l. Kepuasan :

- Kita bangga dengan apa yang kita kerjakan dan dimanapun kita

berada.
68

4.2 Struktur Organisasi

Untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan diperlukan adanya

pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan kemampuan masing

– masing anggota. Oleh karenanya dalam penyempurnaan organisasi PT.ScanCom

Indonesia melakukan restrukturisasi organisasi secara bertahap untuk menghasilkan

kegiatan organisasi yang fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah.

Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau alur yang mengidentifikasikan

hubungan antara jabatan – jabatan itu sendiri maupun antara bidang kerja yang satu

dengan yang lain, sehingga kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab masing –

masing pihak lebih jelas.


69

Gambar 4.1

STRUKTUR ORGANISASI
PT. SCANCOM INDONESIA

Managing
Director

Sen. FAD Sen. HR Sen. Production


manager manager Dept Manager

Sen. HRD Production


Sen. FAD IT Supervisor Secretary
Supervisor Supervisor

Production
HR Administrasy
Accountant IT Officer Assistant
Assistant

Sen. Sen. Quality


Administratio Security Production Assurance
n Assistant Team supervisor SPV
Leader

Production Final Quality


Administrasy Security Supervisor Supervisor
Guard
Assistant

Team Team Leader


Leader
Time
TAX
Keeper
Administrasy

Factory Factory
Worker Worker

Sumber : PT. ScanCom Indonesia (diolah)


70

Gambar 4.2

STRUKTUR ORGANISASI PT. SCANCOM INDONESIA

( Lanjutan )

Managing
Director

Sen. Technical Wood Non Wood Export Import Commercial


Dept. Procurement Procurement Supervisor Supervisor
Manager Supervisor Supervisor

Assistant Assistant Assistant

Technical Sen. Quality


Supervisor Assurance
Supervisor

Drafter QC. Team


Leader

Drafter QC

Sumber : PT. ScanCom Indonesia ( diolah )


71

Job Description :

1. Managing Director :

- Menghandel semua tanggung jawab atas kelancaran proses dipabrik

cabang sebagai perwakilan manajer pusat PT. ScanCom Internasional

2. Sen. FAD Supervisor :

- Bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional difinance dan

Administration Dept. ( laporan stock, uang kas, pembayaran supplier,

untuk mebel dan non mebel, pembayaran gaji )

- Budgeting

- Report bulanan

- Cash Flow

3. Account Assistant :

-Bertanggung jawab atas tugas pelaporan keuangan secara keseluruhan.

4. TAX Administration :

-Bertanggung jawab terhadap pelaporan pajak bulanan dan tahunan.

5. Administration Assistant :

-Bertanggung jawab terhadap tugas harian keuangan seperti kasir, laporan

stock

6. IT :

- Bertanggung jawab terhadap keseluruhan instalasi komputer,

- upgrade komputer,
72

- penerapan teknologi baru untuk program-program accounting,

- maintenance segala perangkat komputer dan sever.

7. HR Supervisor :

- Bertanggung jawab atas Recruitment karyawan

- Appiral performance, pay roll

- Memastikan bahwa karyawan melaksanakan peraturan kerja yang telah

ditetapkan,

- Melaksanakan sangsi untuk karyawan yang melakukan pelanggaran atau

penyimpangan aturan perusahaan

- In-charge apabila HRM absen

8. HR Assistant :

-Membantu HR Supervisor

9. Time Keeper :

-Merecord absensi seluruh karyawan temasuk keterlambatan,overtime, surat

sakit, bolos dan lain-lain,

-mengawasi kerja para cleaning service

10. Security Guard :

-Menjaga keamanan seluruh perusahaan dengan control ketat disetiap area

11. Sen. Production Dept. Manager :

-Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi dan Assurance Quality

12. Production Secretary :


73

-Bertanggung jawab membantu segala urusan administrasi production

manager

13. Production Administrasi :

-Bertanggung jawab atas pelaporan untuk stock diproduksi

14. Sen. Production Supervisor :

-Bertugas membantu production manager dalam hal urusan kerja dilapangan

( untuk area proses produksi )

15. Sen. Quality Assurance Supervisor :

-bertugas membantu production manager dalam hal urusan kerja dilapangan

( untuk area final quality control )

16. Production Supervisor :

-Bertanggung jawab terhadap kelancaran proses produksi di area masing -

masing.

17. Team Leader :

-Bertugas membantu Supervisor Production.

18. Factory Worker :

-Melaksanakan pekerjaan lapangan sesuai dengan area masing-masing.

19. Final Quality Control Supervisor :

-Bertanggung jawab seleksi terhadap proses seleksi barang akhir sebelum

masuk area packing.

20. Team Leader Final Quality Control :


74

-Bertanggung jawab membantu final Qc Supervisor dalam proses seleksi

barang akhir disetiap area.

21. Technical Supervisor :

-Betanggung jawab terhadap keakuratan gambar kontruksi untuk pemesanan

ke supplier mebel.

22. Drafter :

-Bertugas menggambar design kontruksi mebel

23. Wood Procurement Supervisor :

-Purchasing mebel, memastikan bahwa mebel yang dibeli datang tepat waktu

dan dengan harga murah.

24. Non Wood Procurement Supervisor :

-Purchasing selain mebel seperti stasionary, seragam, masker dan lain-lain.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan pada PT.Scancom Indonesia, maka penulis

menjelaskan sebagai berikut :

4.3.1 Pengendalian Intern Pada PT. ScanCom Indonesia

Pengendalian intern yang dilakukan oleh PT. ScanCom Indonesia dengan

memaksimalkan seleksi atau pengecekan barang (furniture) yang akan masuk dalam

area gudang hingga sampai area produksi, area packing dan pengiriman. Pengecekan

kualitas barang dilakukan mulai dari tiap – tiap tempat asal barang ( suplier ) yang
75

dilakukan oleh Supervisor Qc dan Qc sebelum dikirim ke Pabrik. Setelah sampai di

pabrik dilakukan pengecekan kembali oleh Qc diarea incoming. Di area incoming

penentuan masuknya barang yang dipesan.

Dalam masa penggudangan PT. ScanCom Indonesia Menerapkan sistem

jatuh tempo penyimpanan selama 9 bulan dari tanggal penerimaan barang dengan

ketentuan kualitas barang masih tanggungan suplier. Apabila dalam masa produksi

barang mengalami kerusakan bukan karena faktor manusia, barang tersebut akan

dikembalikan pada suplier untuk diganti dengan yang kualitas standart yang

diberlakukan. Pengembalian barang kepada suplier akan memotong invois

pembayaran atas pengiriman barang selanjutnya.

Pengiriman barang dari suplier mengalami bebagai kendala, sehingga

penerimaan barang ke pabrik tidak tepat waktu, adapun kendala – kendalanya

seperti :

a. kondisi cuaca saat pengiriman,

b. kualitas kelembaban kadar air ( mc ) di atas batas maksimal yang telah

ditentukan,

c. kualitas barang yang dikirim dibawah standar,

d. kekurangan bahan baku yang dialami oleh supplier.

Untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman kembali dari supplier,

perusahaan bekerjasama dengan suplier mengambil langkah-langkah sebagai berikut:


76

1. Seleksi ( pengecekan ) kualitas barang yang sudah berada di area gudang

diseleksi sebelum masa jatuh tempo masa tunggu berakhir.

2. Apabila ditemukan barang yang dalam kondisi rejek akan diperbaiki di

area ERW ( Evaluasi Ripear Workshop ) yang mana dibentuk untuk

memperbaiki barang yang rusak akibat proses produksi dan barang-

barang yang sudah jatuh tempo penggudangan dan disiapkan dalam

kondisi yang mendadak.

3. Barang yang rejek parah akan dikembalikan kepada suplier atau pihak

perusahaan akan minta komponen yang rejek dari barang tersebut untuk

diperbaiki di area ERW.

4. Barang yang telah jatuh tempo masa penggudangan dan mengalami

kerusakan ditanggung perusahaan dengan membeli bahan baku untuk

membuat kembali komponen yang rejek tersebut.

5. Barang yang dalam proses produksi mengalami kerusakan yang

dikarenakan oleh faktor manusia ( karyawan ) atau kesalahan proses

produksi adalah tanggung jawab perusahaan.

6. Apabila kebutuhan barang yang diperlukan mendesak akan diterapkan

standarisasi untuk kelembaban kadar air dibawah standart atau dengan

kata lain standartnya diberikan toleransi.

Pengendalian intern terhadap kualitas barang dapat digambarkan sebagai

berikut :
77

Asal barang
(supplier )

Sebelum pengiriman ke pabrik

Intern QC

Kualitas Ok NO
(dikirim kepabrik)

NO
Diseleksi oleh QC Kembali ke
incoming OK supplier

OK

Area NO
gudang/produksi Quarantine
NO NO

OK Area QE/ERW
NO
Di seleksi QC
final
supplier
OK NO

Area Packing
shipment

Gambar 4.3

Proses pengendalian intern seleksi kualitas barang PT. ScanCom Indonesia ( diolah )
78

Pengendalian intern yang diterapkan oleh PT. ScanCom Indonesia pada

dasarnya telah berjalan efektif dan penyerahan barang dengan pembelian sistem just

in time telah tepat waktu penerimaan barang yang dipesan, akan tetapi pada akhir –

akhir ini mengalami kendala pengiriman yang tidak tepat waktu disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya :

1. Pihak suplier mengalami kendala untuk memperoleh bahan baku untuk di

olah sesuai pesanan dari perusahaan, yang berakibat pembuatan barang

mengalami bertambahnya waktu lamanya pengerjaan sehingga

pengiriman tidak tepat waktu.

Berbeda apa yang telah dipaparkan dalam teori Caster usry, 2006, dalam

bukunya yang berjudul Akuntansi biaya,” barang tiba dilokasi kerja tepat

waktu saat dibutuhkan.

2. Kenaikan harga barang baku mempengaruhi pembelian barang baku oleh

suplier yang mengalami bertambahnya biaya proses pembuatan,akan

tetapi tidak dibarengi oleh kenaikan harga yang ditawarkan oleh

perusahaan karena pihak suplier sudah terikat harga sebelumya.

Sama dengan teori yang dikemukakan oleh Muyadi,2001, tentang

pengendalian intern dalam bukunya sistem akuntansi “adanya penawaran

harga” akan tetapi penawaran harga bersifat terikat harga sebelumnya

tanpa melihat kondisi kenaikan harga saat ini.


79

Penerapan sistem pengendalian intern pada PT. ScanCom Indonesia sudah

dijalankan dengan sangat baik. Dikatakan sangat baik dikarenakan antara lain:

a. Adanya pemisahan fungsi : fungsi pembelian, fungsi penerimaan barang,

fungsi akuntansi, dan fungsi gudang.

Sama dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi,2001, tentang

pengendalian intern atas pemisahan fungsi.

b. Semua dokumen diotorisasi oleh bagian yang bertanggung jawab.

Sama dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi,2001, adanya

dokumen yang di otorisasi oleh bagian yang bertanggung jawab, akan

tetapi didalam perusahaan tidak terdapat perbedaan bentuk dokumen

antar area dengan kata lain semua dokumen sama

c. Sudah dilakukan praktik yang sehat :

- dilakukan penawaran harga oleh suplier.

- dilakukan pemeriksaan barang oleh bagian penerimaan barang

Sama dengan teori yang dikemukakan oleh Muyadi,2001, dalam bukunya

yang berjudul sistem akuntansi adanya penawaran harga dan pemeriksaan

barang oleh bagian penerimaan barang.

4.3.2 Sistem dan Prosedur Pembelian Pada PT. SanCom Indonesia

Pembelian yang terjadi atau yang dilakukan oleh PT. ScanCom Indonesia

adalah 100% Pembelian Kredit dengan suplier dengan tempo pembayaran tiga hari

dari tanggal penerimaan barang pesanan, dalam hal ini transaksi pembelian dalam
80

PT.ScanCom Indonesia ini ditandai atau diawali dari adanya permintaan dari masing

– masing buyer yang melihat barang – barang sample yang ada dishowroom

showroom PT. ScanCom Internasional dan permintaan dari setiap buyer untuk

permintaan barang sample. Setiap buyer mulai memesan dalam jangka waktu 1

season produksi ( bulan juli – juli ). Didalam Perusahaan bagian Wood Procurement

Supervisor untuk meminta barang yang sudah habis pada fungsi gudang. Kemudian

fungsi gudang mengecek persediaan barang tersebut melalui data persediaan yang

ada didalam komputer dan jika persediaan telah mencapai batas minimum maka

secara otomatis fungsi pembelian akan membuat surat permintaan pembelian barang

yang akan diotorisasi oleh kepala bagian pembelian kemudian akan dilakukan

pemesanan kepada suplier barang yang akan dipesan.

4.3.3 Dokumen yang digunakan

Beberapa dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pembelian pada

PT. ScanCom Indonesia terdiri atas :

1. Purchase Order ( PO )

Pada PT. ScanCom Indonesia dokumen ini digunakan untuk memesan barang

kepada pemasok yang telah dipilih. Dokumen ini berisi nama, atau jenis barang,

jumlah barang yang dipesan, ukuran, harga per unit, dan tanggal pengiriman.

Purcashe Order ini terdiri dari tiga rangkap. Rangkap pertama berwarna putih

dipegang oleh Pemasok, rangkap kedua berwarna merah dipegang oleh Bagian
81

Pembelian, dan rangkap yang ketiga berwarna kuning dipegang oleh Bagian

Keuangan. ( lampiran 1)

2. Parsial Barang Masuk (PBM)

Dokumen ini berupa Form Nota B, Form Nota III yang dibuat oleh suplier

(furniture) pada saat pengiriman barang yang selanjutnya ditunjukan pada bagian

penerimaan untuk mengecek bahwa barang yang diterima dari pemasok telah

memenuhi jenis, spesifikasi, mutu dan kuantitas seperti yang tercantum dalam

Purcashe Order. Parsial barang masuk terdiri dari 3 rangkap. Rangkap pertama

dipegang oleh Suplier, lembar kedua dipegang oleh bagian gudang, dan lembar

ketiga dipegang oleh bagian keuangan. Sedangkan Memo di buat suplier untuk

mengganti barang yang rusak.( lampiran 2, lampiran 3 dan lampiran 4 )

3. Item Movement Note

Dokumen ini adalah surat intern perusahaan sebagai bukti yang digunakan

untuk perpindahan barang dari bagian penerimaan barang ke gudang, dari area ke

area maupun dari gudang (Qurantine) apabila barang mengalami kerusakan dan

dikembalikan ke suplier. Item movement not terdiri dari rangkap 3 dan rangkap 4

yaitu warna putih untuk arsip pengirim, warna merah untuk penerima, warna biru

untuk arsip administrasi dan yang rangkap 4 ( warna kuning ) untuk barang yang

dinyatakan rejek.( lampiran 5)

4.3.4 Catatan Akuntansi Yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan pada PT. Scancom Indonesia yaitu :


82

1. Jurnal Pembelian

Jurnal ini merupakan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat

transaksi pembelian kredit yang dilakukan oleh PT. Scancom Indonesia

2. Kartu Utang

Kartu utang disini digunakan untuk mencatat nama-nama suplier dan

mencatat mutasi dari setiap utang sehingga dapat diketahui saldo utangnya Pada PT.

ScanCom Indonesia.

3. Kartu Persediaan

Pada PT.ScanCom Indonesia, pencatatan persediaan barangnya sudah

dilakukan dengan komputerisasi, sehingga untuk mengecek data persediaannya dapat

dilihat melalui data persediaan yang ada di komputer.

4.3.5 Fungsi Yang Terkait Dalam Sistem Akuntansi Pembelian

Dalam menjalankan suatu sistem perlu adanya fungsi – fungsi yang terkait,

pada PT. ScanCom Indonesia ini ada beberapa fungsi yang terkait dalam sistem

pembeliannya yaitu :

1. Fungsi Gudang

Fungsi gudang ditangani oleh bagian gudang.Fungsi ini bertanggung jawab

dalam melaksanakan kegiatan penerimaan barang, penempatan, penyimpanan dan

penyaluran barang-barang ke tiap area serta mengarahkan dan mengawasi

pelaksanannya. Sudah sesuai dengan teori fungsi yang terdapat dalam pembelian

yang dikemukakan oleh Mulyadi,2002.


83

2. Fungsi Pembelian

Fungsi ini ditangani oleh bagian pembelian, fungsi ini bertanggung jawab

untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan berhak menentukan suplier

mana yang akan dipilih dalam pengadaan barang. Fungsi ini juga mempunyai

wewenang untuk membuat purcashe order dan mengirimkannya kepada suplier yang

telah dipilih.

Telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi, 2002.

3. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini ditangani oleh bagian akuntansi. Fungsi ini bertanggung jawab atas

pencatatan transaksi pembelian. Jadi fungsi inilah yang akan mencatat bertambahnya

utang perusahaan dan mencatat pemasok – pemasok perusahaan dengan cara

dilakukan pencatatan transaksi pembelian kedalam register bukti kas keluar dan

untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi

sebagai catatan utang. telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi,

2002.

4. Fungsi Penerimaan

Fungsi ini ditangani oleh bagian penerimaan. Fungsi ini bertanggung jawab

untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan kuantitas barang yang

diterima dari pemasok guna menentukan layak tidaknya barang tersebut diterima

oleh perusahaan. Telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Muyadi,2002.

akan tetapi dalam fungsi ini terjadi kolusi antara Qc yang menentukan masuk dan
84

tidaknya barang dengan suplier agar barang dapat masuk, sesuai yang dikemukakan

Sunarto,2003 dalam keterbatasan pengendalian intern.

4.3.6 Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem

Dalam sistem pembelian pada PT. ScanCom Indonesia terdiri dari beberapa

prosedur yang membentuk jaringan itu yaitu :

1. Prosedur Permintaan Pembelian

Dalam prosedur ini, bagian gudang akan melakukan permintaan pembelian

kepada bagian pembelian jika persediaan digudang sudah menipis. Selain itu, bagian

pembelian juga akan melakukan pemesanan barang dengan melihat data persediaan

di komputer. Telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi,2001.

2. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan Suplier.

Dalam prosedur ini, bagian pembelian melakukan penawaran harga kepada

pemasok dengan bernegosiasi supaya mendapatkan harga yang terendah dengan

mutu baik. Jika harga sudah disetujui maka akan dibuatkan surat order pembelian.

Pemilihan pemasok dilakukan secara lisan setelah melakukan beberapa seleksi

barang dengan memperhatikan mutu, kualitas. Telah sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Mulyadi,2001.

3. Prosedur Order Pembelian

Dalam prosedur ini, bagian pengadaan barang sebagai fungsi pembelian akan

membuat surat order pembelian berdasarkan pengecekan pada data persediaan.

Pengecekan data persediaan dilakukan setiap seminggu sekali oleh masing - masing
85

bagian atau kategori barang (non furniture). Jika persediaan barang tersebut sudah

mencapai batas minimum maka bagian pembelian membuat purchase order untuk

memesan kembali barang tersebut kepada pemasok yang bersangkutan. Pada saat

purchase order dibuat, bagian pengadaan akan mengisikannya sesuai dengan jenis,

nama barang, kode barang, ukuran. Jangka waktu pembayaran ditetapkan 3 hari kerja

dihitung saat barang sampai di gudang.

4. Prosedur Penerimaan Barang

Dalam prosedur ini fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai

jenis, kuantitas, mutu barang yang diterima dari suplier dan kemudian membuat

laporan penerimaan barang untuk menyatakan penerimaan barang dari suplier

tersebut. Pada saat suplier mengirimkan barang ke perusahaan, suplier membawa

surat jalan. Telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi,2001.

Kelemahan maupun kelebihan sistem pengendalian intern sistem just in time

pembelian barang dalam proses.

Kelemahan

a. Dalam penerimaan barang yang dilakukan oleh fungsi penerimaan

rentang terjadinya kolusi antara Qc maupun yang menangani penerimaan

dengan pihak suplier/ pemasok


86

b. Terjadinya keterlambatan pengiriman barang yang dipesan dikarenakan

penawaran harga terjadi tahun sebelumnya yang tidak mengacu kenaikan

harga tahun selanjutnya.

c. Apabila barang yang dipesan mengalami keterlambatan akan berpengaruh

terhadap jadwal shipping plan

Kelebihan

a. Mengurangi kerugian secara fiskal pihak perusahaan atas pembelian

barang baku mentah menjadi setengah jadi.

b. Mempercepat proses produksi karena barang telah dalam keadaan dalam

proses setengah jadi.

c. Mengurangi kelebihan stock.

d. Kualitas barang yang baik.

Telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lalu sumayang,2003,

di dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar manajemen produksi dan

operasi.
87

Gambar 4.4

Flowchart Sistem Pembelian Pada Perusahaan

Fungsi Pembelian Fungsi Gudang

1 mulai

Menerima barang
dari bagian
Membuat peneriman
PO

3
2
3 Item move 1

2
1

PO

Item move 1

ke supplier

N
T

PO : Purchase Order

Sumber : Data Internal Perusahaan (diolah)


88

Gambar 4.5

Flowchart sistem pembelian pada perusahaan

( lanjutan)

Fungsi penerimaan Fungsi Akuntansi

supplier
2
1

Memeriksa
PBM (nota B Pembelian
dan Nota III )

Memeriksa
barang yang
SOP 3
dikirim
Faktur 1

Membuat
item move Kartu
barang hutang
masuk

Kartu
3
2 persediaan
A
Iem move barang
masuk 1
Dicatat ke
N
jurnal
pembelian

Sumber : data intern perusahaan (diolah)

T
selesai
89

Deskripsi Bagan Alir

Dari gambar flowchart diatas dapat digambarkan bahwa siklus akuntansi

pembelian pada PT.ScanCom Indonesia adalah sebagai berikut : Langkah atau

kegiatan dimulai dari fungsi pembelian yang mana dalam hal ini ditangani oleh

bagian pembelian (procurement ) . Setiap seminggu sekali bagian pembelian

melakukan pengecekan data persediaan sesuai dengan kategori masing – masing

bagian pembelian. Jika persediaan sudah mencapai batas minimum, bagian

pembelian akan melakukan pemesanan dengan membuat purchase order yang

berisikan jenis barang yang akan dipesan kepada suplier.

Kemudian setelah barang dikirim oleh suplier dan diterima oleh perusahaan,

yang akan menanganinya adalah fungsi penerimaan untuk memeriksa kualiatas dari

barang tersebut. Fungsi penerimaan akan melakukan pemeriksaan pada barang yang

dikirim supaya dicocokan dengan purchase order yang dibuat oleh bagian pembelian.

Setelah selesai memeriksa, bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang

(parsial barang masuk). Parsial barang masuk terdiri dari tiga rangkap. Rangkap

pertama dipegang oleh pemasok, rangkap kedua dipegang oleh bagian gudang, dan

rangkap ketiga dipegang oleh bagian keuangan. Pengarsipannya dilakukan

berdasarkan tanggal dibuatnya dan nomor urut item move barang masuk tersebut.
90

Langkah selajutnya fungsi gudang dimana dalam hal ini adalah bagian

gudang. pada saat bagian gudang menerima barang bersamaan dengan surat jalan

dari pemasok dan item movement note dari bagian penerimaan maka bagian gudang

akan membuatkan tanda terima barang sebagai bukti bahwa barang telah diterima di

gudang. tanda terima barang ini diotorisasi oleh bagian gudang dan diarsipkan

menurut nomor urut tanda terima.

Kemudian setelah itu fungsi akuntansi yang ditangani oleh bagian akuntansi

menerima purcahse order rangkap ketiga akan melakukan pencatatan. Sebelum

melakukan pencatatan, bagian akuntansi akan memeriksa terlebih dahulu dokumen-

dokumen sumber yang berhubungan dengan pembelian seperti faktur, purchase order

dan item movement note barang masuk supaya disesuaikan hasil perkalian antara

harga dengan unit yang dipesan sudah benar sehingga tidak terjadi kesalahan

pembayaran dalam pelunasan kepada suplier. Berbeda dengan apa yang

dikemukakan oleh Muyadi,2002, tentang flowchart sistem pembelian perusahaan.


91

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa penulis pada PT. ScanCom

Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Aktivitas Pengendalian Intern

Dalam proses produksinya PT.ScanCom Indonesia menerapkan pengendalian

intern untuk mengantisipasi kekurangan maupun keterlambatan proses pengiriman

barang dari suplier yaitu :

1. Pengecekan kualitas barang yang dipesan dari suplier pertama dilakukan

ditempat asal suplier oleh Quality Control Perusahaan yang khusus

ditempatkan disetiap suplier berasal, sehingga kualitas barang yang akan

dikirim keperusahaan dapat terjamin kualitasnya.

2. Barang yang sudah sampai perusahaan dicek kembali kualitasnya oleh

Quality Control perusahaan yang ada di area income, karena dalam proses

pengiriman pasti akan mengalami kerusakan.

3. PT. ScanCom Indonesia menerapkan sistem masa tunggu penggudangan dari

barang yang diterima oleh perusahaan selama 9 bulan dari tanggal

penerimaan barang tersebut dari faktor kualitas barang. Barang yang telah

jatuh tempo masa tunggu penggudangan adalah tanggungan perusahaan.


92

4. Kerusakan kualitas barang yang disebabkan oleh faktor alami akan

dikembalikan pada suplier yang akan memotong invois pengiriman barang

selanjutnya.

5. Kerusakan barang yang disebabkan oleh faktor proses produksi akan

ditanggung oleh perusahaan.

6. Barang yang dalam area gudang akan dicek ulang kualitasnya sebelum jatuh

tempo masa tunggu penggudangan.

7. Pembentukan area ERW ( Evaluasi Ripear workshop ) untuk memilah milah

barang rejek yang dapat diperbaiki oleh karyawan perusahaan dan yang akan

dikembalikan kepada suplier, untuk mengantisipasi kekurangan barang yang

sedang dibutuhkan.

8. Toleransi diberlakukan atas barang pada kondisi proses produksi yang

mendesak dan pemberian tolernsi diberikan oleh supervisor yang berwenang.

5.1.2 Sistem Akuntansi Pembelian Barang dengan Sistem Just In Time

Didalam proses sistem akuntansi pembelian barang dalam proses dengan

sistem just in time yang dilakukan oleh PT. ScanCom Indonesia secara garis besar

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada PT. ScanCom Indonesia dokumen yang digunakan dalam proses pembelian

adalah surat order pembelian, parsial barang masuk, faktur, bukti kas keluar, dan

tanda terima barang. Surat order pembelian atau purchase order digunakan sebagai

bukti atau lampiran pemesanan barang kepada pemasok yang telah dipilih. Surat
93

order pembelian diotorisasi oleh bagian pembelian atau direktur operasional.

Pertelaan barang masuk digunakan sebagai pencatatan atas barang yang diterima

setelah disesuaikan jenis, spesifikasi, mutu dan kuantitasnya seperti yang

tercantum didalam Purchase Order. Faktur digunakan sebagai bukti bertambahnya

utang karena telah dilakukannya pembelian kredit. Faktur dibuat oleh suplier yang

akan diberikan kepada perusahaan. Dokumen terakhir yang digunakan adalah

tanda terima barang, dokumen ini digunakan sebagai bukti bahwa barang yang

dipesan telah diterima di gudang. Tanda terima dibuat oleh bagian gudang dan

diserahkan kepada pemasok.

2. Pencatatan atas semua proses pembelian pada PT. ScanCom Indonesia dilakukan

oleh masing-masing bagian yang bertanggung jawab didalamnya. Catatan yang

digunakan antara lain jurnal pembelian, kartu utang, dan kartu persediaan. Jurnal

pembelian digunakan untuk mencatat transaksi pembelian kredit yang dilakukan

oleh PT. ScanCom Indonesia. Kartu utang digunakan untuk mencatat mutasi dari

setiap utang sehingga dapat diketahui saldo utang tiap suplier. Kartu persediaan

digunakan untuk mencatat data persediaan dan mengecek data persediaan. Pada

PT. ScanCom Indonesia pencatatan persediaannya sudah menggunakan sistem

komputerisasi.

3. Terdapat beberapa prosedur dalam proses pembelian barang pada PT. ScanCom

Indonesia antara lain prosedur permintaan pembelian, prosedur permintaan harga


94

dan pemilihan suplier, prosedur order pembelian, prosedur penerimaan barang,

dan prosedur pencatatan utang.

4. semua bentuk dokumen sama disetiap transaksi penerimaan barang dari fungsi

penerimaan sampai kesetiap area.

Penerapan sistem pengendalian intern pada PT. ScanCom Indonesia sudah

dijalankan dengan sangat baik. Dikatakan sangat baik dikarenakan antara lain:

a. Adanya pemisahan fungsi : fungsi pembelian, fungsi penerimaan barang,

fungsi akuntansi, dan fungsi gudang.

b. Semua dokumen diotorisasi oleh bagian yang bertanggung jawab.

c. Sudah dilakukan praktik yang sehat :

- dilakukan penawaran harga oleh suplier.

- dilakukan pemeriksaan barang oleh bagian penerimaan barang.

Terdapat kelemahan dan kelebihan dari sitem just in time yang diterapkan

yaitu :

Kelebihan

a. Mengurangi kerugian secara fiskal apabila mengolah bahan baku

sendiri.

b. Mengurangi kelebihan stock.

c. Mempercepat proses produksi

Kekemahan
95

a. Rentan terjadinya kolusi di bagian penerimaan barang yang dilakukan

oleh fungsi penerimaan.

b. Adanya keterlambatan pengiriman barang oleh suplier karena kesulitan

dalam pembelian barang baku.

Secara garis besar Aktivitas Pengendalian Intern dan sistem akuntansi

Pembelian barang dengan Sistem Just In Time pada PT. ScanCom Indonesia dapat

disimpulkan dalam Tabel berikut ini :

Tabel 2.

Aktivitas Pengendalian Intern dan Sistem Akuntansi Pembelian Barang

dengan Sistem Just In Time PT. ScanCom Indonesia

Sistem Akuntansi Barang dengan


NO Aktivitas Pengendalian Intern Sistem Just In Time

Sebelum barang dikirim Dokumen yang digunakan dalam


1 keperuahaan barang tersebut di proses pembelian adalah Surat Order
cek kualitasnya oleh QC Intern Pembelian, Parsial barang
Perusahaan yang ada disetiap Masuk,Faktur, Tanda terima Barang.
tempat suplier.
Barang yang sudah sampai Pencatatan atas semua proses
2 perusahaan dicek kembali oleh pembelian dilakukan oleh oleh masing-
QC sebelum diterima oleh masing bagian yang bertanggung
perusahaan dan masuk gudang jawab di dalamnya. Adanya pembagian
tugas dan tanggung jawab.
Penerapan sistem masa tunggu Terdapat beberapa prosedur dalam
3 penggudangan selama 9 bulan proses pembelian barang yang
dari tanggal penerimaan barang diterapkan antara lain prosedur
pesanan. permintaan pembelian, prosedur
permintaan harga, prosedur order
96

pembelian, pemilihan suplier, prosedur


penerimaan barang.
Kerusakan kualitas barang yang Adanya pemisahan fungsi dan
4 disebabkan faktor alami tanggung tanggung jawab seperti fungsi
jawab suplier yang akan pembelian, fungsi penerimaan barang,
memotong invois pengiriman fungsi gudang, fungsi akuntasi.
selanjutnya, sedangkan kerusakan
barang yang disebabkan faktor
proses produksi ditanggung
perusahaan.

5.2 Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan yang telah ditarik oleh penulis maka

penulis dapat memberikan saran yang kemungkinan dapat membantu perusahaan

agar dapat meningkatkan kedisiplinan kerja dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan secara maksimal sebagai berikut :

1. Pengecekan kualitas barang yang dilakukan oleh QC intern perusahaan yang

ada ditiap suplier maupun yang ada di QC area Income harus bekerja secara

maksimal dan jujur tanpa adanya praktek kolusi sehingga kualitas barang

dapat terjamin kualitasnya dari sebelum pengiriman dari suplier sampai

perusahaan dan sampai proses akhir produksi.

2. Dalam penerimaan karyawan menjadi Qc sebaiknya dilakukan test psikolog

untuk mengetatuhi sifat kepribadian masing-masing Qc untuk menhindari

terjadinya kolusi.

3. Dalam surat intern perusahaan yaitu item movement note diharapkan setiap

fungsi berbeda.
97

4. Dalam menentukan jadwal pengiriman atau shippling plan di upayakan untuk

melihat stock barang yang ada digudang dan pengiriman barang dari suplier,

sehingga pengiriman ke buyer bisa tepat waktu.

5. Untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman ke buyer sebaiknya dalam

pembuatan jadwal shipping plan jauh – jauh waktu dan mengupayakan untuk

suplier mengirim barang tepat waktu.

6. Perusahaan sebaiknya mengevaluasi setiap suplier

7. Perusahaan sebaiknya dalam menentukan penawaran harga melihat situasi

ekonomi sehingga dapat dicapai kesepahaman dengan suplier yang saling

menguntungkan.

8. Perusahaan sebaiknya membuka peluang untuk mencari suplier – suplier baru

sehingga dapat mendukung pemenuhan barang yang dibutuhkan.

5.3 Keterbatasan penelitian

Penelitian ini berdasarkan situasi dan kondisi perusahaan pada saat

penelitian berlangsung, apabila dikemudian hari perusahaan mengalami kenaikan

produksi, maka hasil penelitian ini bisa terjadi perbedaan isi maupun hasil penelitian

sehingga hasil penelitian ini tidak dapat dijadikan sebagai pedoman. Dalam

penelitian ini sebatas gambaran evaluasi pengendalian intern sistem pembelian

barang dengan sistem just in time PT. ScanCom Indonesia secara umum dengan

demikian tidak menyangkut data keuangan perusahaan untuk sistem pembeliannya

karena adanya privasi dan norma-norma yang berlaku diperusahaan bersifat rahasia.
98

5.4 Rekomendasi Penelitian Mendatang

Mahasiswa maupun peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut dengan topic

dan tema yang sama diharapkan dalam penelitiannya dengan periode waktu yang

lebih singkat, sehingga hasil pengamatan yang berdasarkan situasi dan kondisi saat

penelitian berlangsung serta penelitiannya lebih meluas.


99

DAFTAR PUSTAKA

Iriyadi dan Rianna, 2009, Evaluasi Atas Sistem Pembelian dalam Kaitannya dengan
Pengendalian Intern, Jurnal Ilmiah Rangga Gading, Volume 9, No. 1, April
Tan kwang en dan Suryadi, fransisca Adelyna, 2011, Peranan Sistem Informasi
Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Pembelian Bahan Baku Guna
Mencapai Penyerahan Bahan Baku Yang Tepat Waktu, Akurat Jurnal Ilmiah
Akuntansi, No. 06, Tahun ke-2, September-Desember.
Barry, Render. 2005. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Salemba Empat.

James, A. Hall. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Ketiga. Salemba Empat.

Marshal, B. Romney dan Paul John Steinbart. 2006. Accounting Information System.
Edisi Kesembilan. Salemba Empat.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Salemba Empat,

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Ke enam. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Ke enem. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat

Widjayanto, Nugroho. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Pertama. Erlangga.

Usry, Carter. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi Tiga Belas. Buku 1. Salemba Empat
Jakarta.
Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Salemba
Empat. Jakarta
Arens, Alvin A, Randal J.Elder, dan Mark S.Beasley. 2005. Auditing and Assurance
Services. New Jersey:Prentice Hall, Inc
Basalamah, Aries S.M. 2008. Auditing PDE Dengan Standar IAI. Depok Timur.
Penerbit Usaha Kami

Bloomberg, David J., Stephen Lemay, Joe B. Hanna. 2002. Logistic. United States of
America: Prentice – Hall, Inc

Don. R Hansen, Maryanne M. Mowen. 2005. Edisi 8. Akuntansi Manajemen.


Jakarta:Salemba Empat
100

George, H. Bodnar., William S. Hopwood. 2006. Edisi 8. Sistem Informasi


Akuntansi. Jakarta:Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Yogyakarta.


Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi:YPKN

Leenders, Michiel R, Harold E.Fearon, Anna E.Flynn, P. Fraser Johnson, Ph.D.


2002. Twelfth Edition. Purchasing and Supply Management. New York:The
Mc.Grow – Hill Companies, Inc

Mulyadi. (2008). Cetakan Keenam. Sistem Akuntansi. Jakarta:Salemba Empat

Romney, M.B, and Paul John Steinbart. 2008. Edisi 11. Accounting Information
Systems. New Jersey:Prentice Hall, Inc

Stevenson, William J. 2005. Operations Management. United States of


America:McGraw – Hill

Sunarto. 2003. Cetakan Kesatu. Auditing. Yogyakarta:Penerbit Panduan

Sujarweni, V. Wiratna. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Graha Ilmu. Yogyakarta

Octriyani Putri, Windi, 2010, Sistem dan Prosedur Pembelian Barang Dagang Pada
PT. Star Internasional Surabaya, Tugas Akhir, Program Diploma Tiga STIE
Perbanas, Surabaya

Wahyu Purhantata, 2001, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif- Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Moleong, J, Lexy, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Afifudin dan Saebani Ahmad, B. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:


Pustaka Setia.

STIE TOTALWIN, 2013. Pedoman Penyusunan Skripsi. Semarang

Anda mungkin juga menyukai