Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan
tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Mekanisme
kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap
konstan pada kondisi lingkungan dan aktifitas fisik yang ekstrim, namun
suhu permukaan berubah sesuai aliran darah kekulit dan jumlah panas
yang hilang kelingkungan luar. Suhu normal pada manusia berkisar dari

36-38 oC (96,6 sampai 100,7oF). Pada rentang ini jaringan dan sel
tubuh akan berfungsi secara optimal. Nilai suhu tubuh juga ditentukan
oleh lokasi pengukuran, pengukuran suhu bertujuan memperoleh nilai suhu
jaringan dalam tubuh. Lokasi pengukuran untuk suhu inti yaitu
rectum,membrane timpani,arteri temporalis, arteri pulmonalis, esophagus
dan kandung kemih. Lokasi pengukuran suhu permukaan yaitu kulit, oral
dan aksila (Potter & Perry, 2009).
B. Pengaturan Suhu Tubuh
Tubuh yang sehat mampu memelihara suhu tubuh secara konstan
walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sistem pengaturan
suhu tubuh terdiri 3 bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan
bagian tubuh lainnya, integrator di dalam hipotalamus dan efektor sistem
yang mengatur produksi panas dengan kehilangan panas. Reseptor sensori
yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih banyak
reseptor untuk dingin dan hangat dibandingkan reseptor yang terdapat pada
organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera
lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga
proses yang dilakukan untuk meningkatkan produksi panas, berkeringat
untuk menghalangi kehilangan panas dan vasokontriksi untuk menurunkan
kehilangan panas. Selain reseptor suhu permukaan yang dimiliki oleh kulit,
terdapat reseptor suhu lain yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespons
terhadap suhu pada organ tubuh bagian dalam, seperti visera abdominal,
spinal cord dan lain-lain. Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif
terhadap suhu inti ini (Asmadi, 2008)
Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada di
preoptik area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus
dirangsang, efektor sistem mengirim sinyal yang yang memprakarsai
pengeluaran keringat dan vasodilatasi perifer. Hal tersebut dimaksudkan
untuk menurunkan suhu, seperti menurunkan produksi panas dan
meningkatkan kehilangan panas. Sinyal dari sensitif reseptor dingin di
hipotalamus memprakarsai efektor untuk vasokontriksi, menggigil, serta
melepaskan epineprin yang meningkatkan metabolisme sel dan produksi
panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi panas dan
menurunkan kehilangan panas. Efektor sistem yang lain adalah sistem saraf
somatif. Bila sistem ini dirangsang maka seseorang secara sadar membuat
penilaian yang cocok, misalnya menambah baju sebagai reseptor terhadap
dingin atau mendekati kipas angin bila kepanasan. (Asmadi, 2008)
C. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh menurut Asmadi (2008)
1. Umur
Pada bayi baru lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belum
sempurna. Oleh karenanya, suhu tubuh bayi sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan dan harus dilindungi dari perubahan-perubahan suhu
ekstrem
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhu suhu tubuh. Misalnya, terdapat
peningkatan suhu tubuh sebesar 0,3-0,50 C pada wanita yang sedang
mengalami ovulasi. Hal tersebut karena selama ovulasi terjadi
peningkatan hormon progesteron. Hormon estrogen dan progesteron
meningkatkan basal metabolisme rate.
3. Emosi
Keadaan emosi dan perilaku yang berlebihan dapat mempengaruhi
suhu tubuh. Penongkatan emosi dapat meningkatkan suhu tubuh. Pada
orang yang apatis, depresi dapat menurunkan produksi panas,
sehingga suhu tubuhnya pun dapat menurun
4. Aktivitas fisik
Suhu tubuh dapat meningkat sebagai hasil dari aktivitas fisik, seperti
olahraga. Olahraga dapat meningkatkan metabolisme sel, sehingga
produksi panas pun meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan suhu tubuh
5. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh seseorang.
Lingkungan yang suhunya panas dapat menyebabkan peningkatan
suhu tubuh.
D. Kehilangan Panas Tubuh
Berikut ini merupakan beberapa cara kehilangan panas tubuh menurut
Asmadi (2008)
1. Radiasi adalah cara untuk mentransfer panas dari permukaan suatu objek
ke permukaan objek yang lai tanpa kontak di antara keduanya. Satu
objek lebih panas dari objek yang lain, maka ia akan kehilangan
panasnya melalui radiasi. Misalnya seseorang yang berdiri di depan
kulkas yang terbuka, maka akan kehilangan panas tubuhnya melalui
radiasi
2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu molekul ke molekul yang
lain. Panas dipindahkan ke molekul yang suhunya lebih rendah.
Pemindahan melalui cara konduksi ini tidak dapat terjadi tanpa adanya
kontak di antara kedua molekul tersebut. Misalnya, seseorang akan
kehilangan panas tubuh bila direndam dalam air es selama waktu
tertentu
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh melalui konveksi terjadi
karena adanya pergerakan udara. Udara yang dekat dengan tubuh
menjadi lebih hangat yang kemudian bergerak untuk diganti dengan
udara dingin. Misalnya, udara akan terasa dingin dengan membuka pintu
4. Evaporasi adalah kehilanganpanas melalui evaporasi ini terus menerus
terjadi sepanjang hidup. Kehilangan panas secara evaporasi terjadi
melalui pernapasan dan perspirasi kulit.

E. Mekanisme Kehilangan Panas

Suhu Tubuh Normal

Berbagai faktor yang


Temperatur darah meningkatkan suhu tubuh seperti
suhu lingkungan yang meningkat
dan aktivitas berat

Kehilangan panas Suhu darah meningkat di atas


melalui evaporasi normal

Kehilangan panas
melalui radiasi Merangsang reseptor panas di
hipotalamus

Sekresi keringat

Dilatasi pembuluh
darah kulit

Sumber : Asmadi (2008)


F. Gangguan Keseimbangan Akibat Perubahan Suhu Tubuh
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain
sebagai berikut:
1. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan
yang terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah
hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama
yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermi.
3. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih
besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari
semua organ tubuh.
4. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien
menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak
ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
5. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan
jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan
secara bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena.

G. Metode Pengukuran Suhu Tubuh


Suhu tubuh seringkali dijadikan sebagai salah satu faktor untuk
menentukan kondisi kesehatan bayi, disamping sejumlah faktor fisik
0 0
lainnya. Suhu tubuh bayi yang normal, berkisar antara 36,5 C – 37 C.
Apabila tubuhnya diatas atau di bawah kisaran suhu tubuh, kemungkinan
ada sesuatu yang salah di dalam tubuhnya (Perry, 2005) Untuk mengetahui
berapa suhu tubuh bayi kita dapat menggunakan termometer. Alat pengukur
suhu tubuh ini banyak jenisnya yaitu termometer air raksa, termometer
digital, termometer berbentuk strip. Termometer air raksa bentuknya
pipih dengan ujung agak lancip. Pada ujung termometer tersebut terdapat
rongga yang berisis air raksa. Apabila ujung lancip yang berisi air raksa ini
tersentuh suhu tubuh maka air raksa ini akan bergerak dan menunjukkan
angka tertentu pada skala yang tertera. Termometer jenis ini bisa digunakan
dengan cara dimasukkan ke dalam mulut atau diselipkan di ketiak. Selain
itu ada jenis termometer lain yang bentuknya mirip termometer air raksa,
yaitu termometer rektal. Bedanya, ukuran termometer rektal sedikit
lebih kecil dan bagian ujungnya sedikit lebih tunpul daripada termometer
air raksa. Jenis termometer ini lebih praktis penggunaanya dibandingkan
termometer air raksa. Jenis lain yang cukup praktis penggunaanya
termometer strip yaitu tinggal diletakkan atau ditempelkan pada dahi bayi.
Pada bayi di bawah umur 2 tahun dapat pula diukur direktal atau lipat
paha (Abdul latif, 2000). Tempat umum pengukuran suhu adalah oral,
rektal dan aksila membran timpani, esofagus, arteri pulmoner atau bahkan
kandung kemih. Untuk dewasa awal yang sehat rata-rata suhu oral 370C
Tempat-tempat pengukuran ini dapat diiuraikan sebagai berikut:
1. Pengukuran di ketiak (axila)
Melakukan pengukuran suhu di ketiak adalah dianjurkan karena
aman, bersih dan mudah dilakukan. Hal ini tidak menimbulkan resiko
pada neonatus meskipun itu memerlukan waktu sedikit lebih lama
dari pengukuran suhu di rektal. Pengukuran suhu axila adalah cara
paling aman untuk mengetahui suhu tubuh pada bayi baru lahir.
Namun suhu axila merupakan teknik pengukuran suhu yang kurang
akurat karena diletakkan di luar tubuh daripada di dalam tubuh.
Pengukuran axila mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu:
a. Keuntungan:
1) Aman dan non invansif
2) Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan klien yang
tidak kooperatif
b. Kerugian:
1) Waktu pengukuran lama
2) Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi
klien
3) Tertinggal dalam pengukuran suhu inti pada waktu perubahan
suhu yang cepat
4) Memerlukan paparan toraks
2. Pengukuran di lipat paha
Pengukuran di lipat paha juga dianjurkan dengan beberapa
pertimbangan yaitu: (Perry, 2005)
a. Anatomi dan fisiologi
Terdapat pembuluh darah besar yaitu arteri dan vena
femoralis dengan cabang-cabang arteri yang banyak, dimana
suhu akan berpindah dari darah ke permukaan kulit melalui
dinding pembuluh darah. Selain itu juga bahwa kulit
epidermis di lipat paha lebih tipis dari kulit di tempat lain
sehingga mempercepat terjadi pengeluran panas dari pembuluh
darah yang berada di lapisan ke permukaan kulit.
b. Aman
Daerah tersebut tidak mudah lecet dan bila termometer
dijepitkan tidak mudah lepas atau jatuh
c. Bersih
Termometer tidak akan terkontaminasi sehingga bisa dipakai pada
pasien yang lain tanpa harus disterilkan dalam waktu yang lama
c. Mudah
Mudah dilakukan dan mudah diamati kenaikan suhu tubuh
pada thermometer
3. Pengukuran di rektal
Rektal dijadikan tempat pengukuran karena daerah tersebut banyak
pembuluh darah walaupun sekarang sudah dianjurkan untuk
menghindari oleh karena dapat menyebabkan trauma pada pembuluh-
pembuluh darah apabila dilakukan berulang kali. Pengukuran rektal
digunakan pada bayi, pasien dengan bedah atau kelainan rektal,
pasien dengan miokard akut. Pengukuran suhu rektal adalah paling
mungkin pada anak-anak yang lebih muda. Pengukuran suhu tubuh
direktal terdapat keuntungan dan kerugian yaitu :
a. Keuntungan
1) Terlebih dapat diandalkan bila suhu oral dapat diperoleh
2) Menunjukkan suhu inti (rektum, membran timpani,
esofagus, arteri pulmoner, kandung kemih)
b. Kerugian
1) Pengukuran suhu inti lebih lambat selama perubahan suhu
yang cepat
2) Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah
rektal, nyeri pada area rektal atau cenderung perdarahan.
3) Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan
sumber rasa malu dan ansietas klien
4) Memerlukan lubritasi
5) Dikontra indikasikan pada bayi baru lahir
4. Pengukuran oral
Pengukuran yang dilakukan di dalam mulut lebih khususnya di
bawah lidah karena daerah ini banyak terdapat mukosa,
sedangkan untuk waktu pengukuran dilakukan berdasarkan lama
pengukuran suhu di rektal antara 3-5 menit, di oral 3-7 menit, axila,
9-15 menit sedangkan pengukuran suhu tubuh di ketiak pada usia
dewasa adalah 8-10 menit (Tulus, 2001).
H. Analisis Jurnal
Judul: Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Stabilitis Suhu Tubuh Bayi
Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis
1. Population : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi
BBLR yang di ruang perinatologi RSUD Bengkalis sebanyak 128
bayi BBLR
2. Intervention : Pemberian metode kanguru pada BBLR dengan
memantau suhu tubuh bayi sebelum dilakukan metode kanguru dan
sesudah dilakukan metode kanguru
3. Comparation : tidak ada pembanding
4. Outcome : Dari 34 responden BBLR dengan rata – rata
suhu tubuh bayi sebelum dilakukan perawatan metode kangguru
adalah 35,750 C dengan suhu terendah 340 C dan suhu tertinggi
360 C. Sedangkan sesudah dilakukan metode kangguru rata – rata
suhu tubuh meningkat menjadi 37,200 C dengan suhu terendah 360
C dan suhu tertinggi 380 C. Setelah dilakukan uji wilcoxcon
didapatkan (p=0,000) sehingga ada pengaruh metode kangguru
terhadap stabiltas suhu tubuh bayi di ruang perinatologi Rumah
Sakit Daerah Bengkalis.Hasil uji wilcoxcon diperoleh (p=0,000).
Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh metode kangguru
terhadap stabiltas suhu tubuh bayi di ruang perinatologi Rumah
Sakit Daerah Bengkalis.

Anda mungkin juga menyukai