TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan
tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Mekanisme
kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap
konstan pada kondisi lingkungan dan aktifitas fisik yang ekstrim, namun
suhu permukaan berubah sesuai aliran darah kekulit dan jumlah panas
yang hilang kelingkungan luar. Suhu normal pada manusia berkisar dari
36-38 oC (96,6 sampai 100,7oF). Pada rentang ini jaringan dan sel
tubuh akan berfungsi secara optimal. Nilai suhu tubuh juga ditentukan
oleh lokasi pengukuran, pengukuran suhu bertujuan memperoleh nilai suhu
jaringan dalam tubuh. Lokasi pengukuran untuk suhu inti yaitu
rectum,membrane timpani,arteri temporalis, arteri pulmonalis, esophagus
dan kandung kemih. Lokasi pengukuran suhu permukaan yaitu kulit, oral
dan aksila (Potter & Perry, 2009).
B. Pengaturan Suhu Tubuh
Tubuh yang sehat mampu memelihara suhu tubuh secara konstan
walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sistem pengaturan
suhu tubuh terdiri 3 bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan
bagian tubuh lainnya, integrator di dalam hipotalamus dan efektor sistem
yang mengatur produksi panas dengan kehilangan panas. Reseptor sensori
yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih banyak
reseptor untuk dingin dan hangat dibandingkan reseptor yang terdapat pada
organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera
lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga
proses yang dilakukan untuk meningkatkan produksi panas, berkeringat
untuk menghalangi kehilangan panas dan vasokontriksi untuk menurunkan
kehilangan panas. Selain reseptor suhu permukaan yang dimiliki oleh kulit,
terdapat reseptor suhu lain yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespons
terhadap suhu pada organ tubuh bagian dalam, seperti visera abdominal,
spinal cord dan lain-lain. Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif
terhadap suhu inti ini (Asmadi, 2008)
Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada di
preoptik area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus
dirangsang, efektor sistem mengirim sinyal yang yang memprakarsai
pengeluaran keringat dan vasodilatasi perifer. Hal tersebut dimaksudkan
untuk menurunkan suhu, seperti menurunkan produksi panas dan
meningkatkan kehilangan panas. Sinyal dari sensitif reseptor dingin di
hipotalamus memprakarsai efektor untuk vasokontriksi, menggigil, serta
melepaskan epineprin yang meningkatkan metabolisme sel dan produksi
panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi panas dan
menurunkan kehilangan panas. Efektor sistem yang lain adalah sistem saraf
somatif. Bila sistem ini dirangsang maka seseorang secara sadar membuat
penilaian yang cocok, misalnya menambah baju sebagai reseptor terhadap
dingin atau mendekati kipas angin bila kepanasan. (Asmadi, 2008)
C. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh menurut Asmadi (2008)
1. Umur
Pada bayi baru lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belum
sempurna. Oleh karenanya, suhu tubuh bayi sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan dan harus dilindungi dari perubahan-perubahan suhu
ekstrem
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhu suhu tubuh. Misalnya, terdapat
peningkatan suhu tubuh sebesar 0,3-0,50 C pada wanita yang sedang
mengalami ovulasi. Hal tersebut karena selama ovulasi terjadi
peningkatan hormon progesteron. Hormon estrogen dan progesteron
meningkatkan basal metabolisme rate.
3. Emosi
Keadaan emosi dan perilaku yang berlebihan dapat mempengaruhi
suhu tubuh. Penongkatan emosi dapat meningkatkan suhu tubuh. Pada
orang yang apatis, depresi dapat menurunkan produksi panas,
sehingga suhu tubuhnya pun dapat menurun
4. Aktivitas fisik
Suhu tubuh dapat meningkat sebagai hasil dari aktivitas fisik, seperti
olahraga. Olahraga dapat meningkatkan metabolisme sel, sehingga
produksi panas pun meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan suhu tubuh
5. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh seseorang.
Lingkungan yang suhunya panas dapat menyebabkan peningkatan
suhu tubuh.
D. Kehilangan Panas Tubuh
Berikut ini merupakan beberapa cara kehilangan panas tubuh menurut
Asmadi (2008)
1. Radiasi adalah cara untuk mentransfer panas dari permukaan suatu objek
ke permukaan objek yang lai tanpa kontak di antara keduanya. Satu
objek lebih panas dari objek yang lain, maka ia akan kehilangan
panasnya melalui radiasi. Misalnya seseorang yang berdiri di depan
kulkas yang terbuka, maka akan kehilangan panas tubuhnya melalui
radiasi
2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu molekul ke molekul yang
lain. Panas dipindahkan ke molekul yang suhunya lebih rendah.
Pemindahan melalui cara konduksi ini tidak dapat terjadi tanpa adanya
kontak di antara kedua molekul tersebut. Misalnya, seseorang akan
kehilangan panas tubuh bila direndam dalam air es selama waktu
tertentu
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh melalui konveksi terjadi
karena adanya pergerakan udara. Udara yang dekat dengan tubuh
menjadi lebih hangat yang kemudian bergerak untuk diganti dengan
udara dingin. Misalnya, udara akan terasa dingin dengan membuka pintu
4. Evaporasi adalah kehilanganpanas melalui evaporasi ini terus menerus
terjadi sepanjang hidup. Kehilangan panas secara evaporasi terjadi
melalui pernapasan dan perspirasi kulit.
Kehilangan panas
melalui radiasi Merangsang reseptor panas di
hipotalamus
Sekresi keringat
Dilatasi pembuluh
darah kulit