Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I yang
diampu oleh:
Yuliastati, M.Kep
Disusun oleh:
P17320313066
Tingkat 2A
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, sehingga penyusun
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Thalasemia. Penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah ikut serta dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah yang telah dibuat ini belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penyusun terima guna
perbaikan di masa yang akan datang. Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan dapat dikembangkan.
Penyusun memohon maaf bila terdapat kesalahan yang tidak berkenan pada makalah
ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih atas perhatian pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
1. Pengertian.........................................................................3
2. Etiologi............................................................................ 5
3. Manifestasi Klinis..............................................................6
4. Patofisiologi......................................................................8
5. Pathway...........................................................................9
6. Komplikasi.....................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang....................................................10
8. Penatalaksanaan...............................................................12
B. Askep teori...........................................................................................15
1. Pengkajian......................................................................15
2. Diagnosis/ Masalah yang sering terjadi................................19
3. Intervensi....................................................................... 19
4. Implementasi...................................................................22
5. Evaluasi.........................................................................22
BAB III Kasus Teori........................................................................................24
A. Kasus Penyakit.....................................................................................24
1. Pengkajian......................................................................24
2. Analisa Data...................................................................31
3. Diagnosa Keperawatan.....................................................32
4. Rencana Keperawatan......................................................32
5. Catatan Keperawatan/Catatan Perkembangan......................37
BAB IV Penutup dan Simpulan.......................................................................42
Daftar Pustaka..................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan angka kelahiran 23 per 1.000 dari 240 juta penduduk Indonesia, maka
diperkirakan ada sekitar 3.000 bayi penderita thalasemia yang lahir tiap tahunnya.
Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang berisiko tinggi untuk penyakit
thalasemia. Thalasemia adalah penyakit genetik yang menyebabkan terganggunya
produksi hemoglobin dalam sel darah merah. "Prevalensi thalasemia bawaan atau
carrier di Indonesia adalah sekitar 3-8 persen," kata Wakil Menteri Kesehatan Ali
Ghufron Mukti, dalam sambutannya di puncak peringatan hari ulang tahun Yayasan
Thalasemia Indonesia ke-25 di Gedung BPPT, Jakarta, hari ini.Wamenkes
menjabarkan, jika persentase thalasemia mencapai 5 persen, dengan angka kelahiran
23 per 1.000 dari 240 juta penduduk Indonesia, maka diperkirakan ada sekitar 3.000
bayi penderita thalasemia yang lahir tiap tahunnya.
Dua jenis thalasemia yang lain adalah thalasemia minor, yang terjadi pada
orang sehat, namun dapat menurunkan gen thalasemia pada anaknya dan thalasemia
intermedia, yang penderitanya mungkin memerlukan transfusi darah secara berkala
dan dapat bertahan hidup sampai dewasa. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 1994 menunjukkan persentase orang yang membawa gen thalasemia di seluruh
dunia mencapai 4,5 persen atau sekitar 250 juta orang. Jumlah kasus thalasemia
cenderung meningkat dan pada tahun 2001 diperkirakan jumlah pembawa gen
thalasemia mencapai 7 persen dari penduduk dunia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit Thalasemia
1. Pengertian
a. Thalasemia alpha
Pada tipe ini penderita dapat mengalami anemia berat dan sering memerlukan
transfusi darah untuk hidup. Ketidakseimbangan besar antara produksi rantai α dan β
menyebabkan akumulasi rantai β di dalam eritrosit menghasilkan generasi Hb yang
abnormal yaitu Hemoglobin H (Hb H/ β4) (Wiwanitkit, 2007).
Tipe ini adalah paling berat, penderita tidak dapat hidup dan biasanya
meninggal di dalam kandungan atau beberapa saat setelah dilahirkan, yang biasanya
diakibatkan oleh hydrop fetalis. Kekurangan empat rantai α menyebabkan kelebihan
rantai γ (diproduksi semasa kehidupan fetal) dan rantai β menghasilkan masing-
masing hemoglobin yang abnormal yaitu Hemoglobin Barts (γ4 / Hb Bart, afiniti
terhadap oksigen sangat tinggi) (Wiwanitkit, 2007) atau Hb H (β4, tidak stabil)
(Sachdeva, 2006).
b. Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang
diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan
splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi, normal
agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum meningkat, kadar
bilirubin sedikit meningkat.
2. Etiologi
b. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada
Thalasemia)
Thalasemia mayor terjadi apabila gen yang cacat diwarisi oleh kedua orang
tua. Jika bapa atau ibu merupakan pembawa thalasemia,mereka boleh menurunkan
thalasemia kepada anak-anak mereka. Jika kedua orang tua membawa ciri tersebut
maka anak-anak mereka mungkin pembawa atau mereka akan mnderita penyakit
tersebuat
3. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat
mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan
dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila penyakit
ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak akan
terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai
demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan
pembesaran jantung.
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
a. Thalasemia Mayor:
Pucat Epistaksis
Lemah Sel darah merah mikrositik dan
Anoreksia
hipokromik
Sesak napas Kadar Hb kurang dari
Peka rangsang
Tebalnya tulang kranial 5gram/100 ml
Pembesaran hati dan limpa / Kadar besi serum tinggi
Ikterik
hepatosplenomegali Peningkatan pertumbuhan
Menipisnya tulang kartilago,
fasial mandibular; mata sipit,
nyeri tulang
Disritmia dasar hidung lebar dan datar.
b. Thalasemia Minor
Pucat
Hitung sel darah merah normal
Kadar konsentrasi hemoglobin menurun 2 sampai 3 gram/ 100ml di bawah
kadar normal Sel darah merah mikrositik dan hipokromik sedang
4. Patofisiologi
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam
proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya peningkatan
compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi rantai gamma tetap
aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptid yang
tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah dan merusak sel darah merah
yang dapat menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi proses
hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jumlah yang banyak, atau setidaknya bone
marrow ditekan dengan terapi transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs dalam
transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai organ
(hemosiderosis).
5. Pathway
Kelainan Genetik
Gangguan rantai peptide
Kesalahan letak asam amino polipeptida
Β produksi terus-menerus
Hb defectife
Ketidakseimbangan polipeptida
Hemolisis Anemia
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah
diperiksa terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis
hepatis, diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada
hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin (Herdata, 2008)
7. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis untuk Thalassemia terdapat dua yaitu secara screening test dan
definitive test.
a. Screening test
3) Indeks eritrosit
Dengan bantuan alat indeks sel darah merah dapat dicari tetapi hanya dapat
mendeteksi mikrositik dan hipokrom serta kurang memberi nilai diagnostik. Maka
metode matematika dibangunkan (Wiwanitkit, 2007).
4) Model matematika
1) Elektroforesis hemoglobin
2) Kromatografi hemoglobin
3) Molecular diagnosis
8. Penatalaksanaan
c. Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian
tambahan asam folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari
tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid),
karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan. Pada bentuk yang
sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik
masih dalam tahap penelitian.
d. Medikamentosa
f. Suportif
Tranfusi Darah
Hb penderita diper-tahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini
akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat
akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuh`an dan perkembangan
penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk
setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
B. Askep teori
1. Pengkajian
a. Asal keturunan/kewarganegaraan
b. Umur
Pada Thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut terlihat
sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada Thalasemia minor yang
gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4-6
tahun.
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas atau infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat
transport.
Karena ada aborexia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat
badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
f. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seriusanya. Anak lebih banyak
tidur/istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah.
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah ada orang
tua yang menderita thalasemia. Apabila kedua orangtua menderita thalasemia, maka
anaknya berisiko menderita thalasemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah
sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang
mungkin disebabkan karena keturunan.
1) Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tida selincah anak
seusianya yang normal.
5) Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.
6) Perut
Keliahatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati
(hepatosplemegali).
7) Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB-nya kurang dari
normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak
lain seusianya.
9) Kulit
b) Kadar hemoglobin rendah, yaitu kurang dari 6 mg/dl. Hal ini terjadi karena
sel darah merah berumur pendek (kurang dari 100 hari) sebagai akibat dari
penghancuran sel darah merah di dalam pembuluh darah.
a) Transfusi darah. Diberikan bila kadar Hb rendah sekali (kurang dari 6 gram)
atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.
b) Splenektomi. Dilakukan pada anak yang berumur lebih daari 2 tahun dan bila
limpa terlalu besar sehingga risiko terjadinya trauma yang berakibat perdarahan
cukup besar.
ekskresi Fe. Untuk mengurangi absorbsi Fe melalui usus dianjurkan minum the.
3. Intervensi
Keempat, terpenuhi kebutuhan nutrisi anak dan anak dapat tumbuh normal.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut diatas yang mungkin
timbul, rencana tindakan yang diperlukan adalah:
a. Memulihkan/mengembalikan perfusi jaringan secara mencukupi, yaitu dengan
jalan melakukan transfusi sesuai dengan protocol (macam darah sesuai program
dokter). Hal yang perlu diperhatikan adalah:
3) Monitor tanda vital sebelum, selama, dan sesudah transfuse serta reaksinya
(misalnya: panas, menggigil, dan urtikaria). Apabila terjadi reaksi, hentikan transfuse
dan segera beritahu dokter.
4) Spoel dengan cairan infuse 0,9% , Normal Saline/RL sebelum dan sesudah
transfuse.
1) Membesarkan hati anak dan keluarga agar tidak merasa cemas atau bersalah
dan agar terbuka dalam mengunngkapkan perasaannya.
3) Jika tranplantasi sumsum tulang disarankan oleh dokter, beri dukungan untuk
mengambil/menentukan keputusan.
6) Berikan konseling genetic pada orangtua bila mereka ingin untuk memiliki
anak lagi dan pada anak sendiri bila ingin menikah (konseling pra nikah).
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi.
3) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering agar terpenuhi kebutuhan
tubuhnya.
2) Berikan nutrisi yang mencukupi dan transfusi darah secara teratur. Nutrisi dan
transfuse darah diharapkan meningkatkan daya tahan tubuh.
5) Berkolaborasi dengan tim medis untuk Splenektomi bila lien terlalu besar,
guna menghinndari risiko perdarahan dan gagal jantung.
4. Implementasi
4) Tidak mengalami tanda retensi cairan ( mis. Edema perifer, curah urin
berkurang, distensi vena leher )
BAB III
KASUS TEORI
A. Kasus Penyakit
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An.B
Usia : 10 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
b. Keluhan Utama
Muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktifitas dengan normal
c. Riwayat Penyakit
Klien datang ke Poliklinik anak RS. Dr Sardjito dengan keluhan muka pucat
dan badan terasa lemah. Klien adalah penderita Talasemia b mayor, terdiagnosis 2
tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 5,2 gr/dl,leuko
9200/mmk,Trombosit 284.000,segmen 49 %,Limfosit 49%,batang 1%. Atas
keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan rawat inap di Ruang B4 untuk
mendapatkan tranfusi.
a) Penyakit waktu kecil : Pada waktu kecil klien jarang sakit dan setelah
berumur 2 tahun ketahuan anak menderita Talasemia.
g) Imunisasi : Lengkap
= Klien
= Perempuan
= Laki-laki
= tinggal serumah
d. Kesehatan Fungsiolnal.
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan anaknya
pada petugas kesehatan di Rumah Sakit.
2) Nutrisi
Makanan yang disukai : Anak suka makan nasi dengan daging ayam
3) Aktivitas
5) Eleminasi :
6) Pola hubungan
Yang mengasuh : Anak diasuh sendiri oleh orang tuanya
7) Koping keluarga :
Stressor pada anak/keluarga : Anak dan keluarga cukup familiar dengan petugas dan
rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS.
9) Konsep diri :
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan
pergaulannya dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang mudah bergaul dan
disukai oleh teman-temannya.
10) Seksual :
e. Pemeriksaan Fisik
2) Tindakan operasi : -
Transfusi PRC dan mengawasi reaksi transfusi, membantu memberi makan minum
dan obat oral,mengevaluasi asupan nutrisi,membantu ADL,merawat infus, dan
mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
8) Hasil laboratorium :
c. Fatique/Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen/penurunan intake
nutrisi
4. Rencana Keperawatan
Simpulan
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherted) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati,
yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin. Klasifikasi
thalasemia seperti Thalasemia-α, Thalasemia-β ( Thalasemia mayor Thalasemia minor, Thalasemia-δβ, Thalasemia intermedia ).
Manifestasi dari thalasemia misalnya anemia berat yang bergantung pada transfuse darah, gagal berkembang, infeksi interkuren,
pucat, ikterus ringan, pembesaran hati dan limpa, ekspansi tulang, defek pertumbuhan/endokrin, anemia hemolitik mikrositik
hipokrom.
Hal-hal yang perlu dikaji pada penderita thalasemia ini adalah asal keturunan / kewarganegaraan, umur, riwayat
kesehatan anak, pertumbuhan dan perkembangan, pola makan, pola aktivitas. riwayat kesehatan keluarga, riwayat ibu saat
hamil , data keadaan fisik anak thalasemia. Dan diagnose keperawatan yang mungkin muncul sepertiPerubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah normal, Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan
neurologis, Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan Hb, leukopenia atau penurunan
granulosit, Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan interpretasi informasi dan
tidak mengenal sumber informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2013. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi & Balita. Cakrawala Ilmu: Jakarta