Oleh:
Pembimbing:
Dr.dr. Fitriyanti, Sp.KK., FINSDV
UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
UNIVERSITAS JAMBI
2019
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Umur : 25 tahun
Alamat : Mayang
Pekerjaan : Swasta
Berat Badan : 58 kg
I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Bercak kemerahan disertai rasa gatal dan perih pada paha kanan bagian belakang
sejak 1 minggu SMRS
B. Keluhan Tambahan :
Tidak ada keluhan tambahan
2
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke RSUD Radden Mattaher Kota Jambi dengan keluhan bercak
kemerahan disertai rasa gatal dan perih pada paha kanan bagian belakang sejak 1
minggu SMRS. Awalnya pasien merasakan perubahan pada kulit berupa bercak
kemerahan disekitar paha dan tungkai kaki kanan dan disertai rasa gatal hingga
pasien terus-menerus menggaruknya, selanjutnya timbul benjolan berisi cairan
serta rasa perih seperti terbakar dan panas, dan kemudian lepuhan pecah dan
mengeluarkan cairan jernih. Keluhan ini muncul secara tiba-tiba dan disadari
pasien saat bangun tidur. Pasien tidak memiliki riwayat demam, lemas, lesu dan
nyeri kepala sebelum timbulnya keluhan.
Pasien memiliki riwayat liburan ke pantai dan mandi dilaut beberapa minggu
yang lalu. Pasien juga mengatakan jika pasien beraktivitas tidak terasa perih,
pasien mengaku belum berobat ke dokter, hanya membeli obat sendiri ke apotek
yaitu acyclovir dan ciprofloxacin.
3
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis RR : 18 x / menit
TD : 120/80 mmHg Nadi : 76 x / menit
Suhu : 36,8 °C
3. Kepala :
a. Bentuk: Normocephal
b. Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, Refleks cahaya (+/+)
c. THT : Nyeri tekan tragus (-), sekret telinga(-), sekret hidung (-).
d. Leher : Perbesaran KGB (-)
4. Thoraks :
a. Jantung : Tidak ada kelainan, BJ I/II reguler, murmur (-),gallop(-)
b. Paru :
a) Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, pergerakan dinding dada normal
b) Palpasi : Krepitasi (-) , fremitus taktil kanan = kiri
c) Perkusi : Sonor (+) pada lapangan paru kanan dan kiri
d) Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
6. Ekstremitas
a. Superior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (-)
b. Inferior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (+) dextra
posterior
4
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
Lesi 1
Lokasi : regio femoralis posterior dextra
Bentuk : anular, ireguler
Ukuran : plakat
Jumlah : soliter
Batas : sirkumskrip
Warna : hiperpigmentasi dan eritema
Tepi : meninggi
Distribusi : soliter
Permukaan : tidak rata
Lesi 2
Lokasi : popliteal dextra
Bentuk : linier (garis lurus)
Ukuran : 0,5 cm
Jumlah : satu (soliter)
Batas : tegas (sirkumskrip)
Warna : hipopigmentasi
Tepi : datar, tidak aktif
Distribusi : unilateral
Permukaan : rata
5
Lesi 3
Lokasi : regio cruris posterior dextra
Bentuk : bulat (anular)
Ukuran : plakat
Jumlah : satu (soliter)
Batas : tegas (sirkumskrip)
Warna : hipopigmentasi pada bagian tengah dan eritema
pada bagian tepi
Tepi : batas tegas, meninggi
Distribusi : soliter
Permukaan : tidak rata
Regio fermoralis
posterior dextra,
popliteal dextra,
cruris posterior
dextra
C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
6
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Patch Test
Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid
sistemik/topikal dihentikan.
a. Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yang sudah
ditentukan)
b. Ditempelkan pada kulit normal
c. kemudian ditutup
d. Biarkan selam 2 hari (minimal 24 jam)
e. Kemudian bahan tes dilepas
f. kulit pada tempat tempelan tersebut dibaca tentang perubahan atau kelainan
yang terjadi pada kulit
g. Pada tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema,
papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa terjadi bula atau
nekrosis.
V. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Venenata
VI. TERAPI
Medikamentosa
1. Topikal
- Lesi 1 dan 2: Triamsinolon asetoid 0,1% krim (m.f)
- Lesi 3 kompres terbuka
Cara melakukan kompres :
Gunakan kain kasa ±3 lapis.
7
Kasa dicelupkan ke dalam cairan kompres, diperas lalu dibalutkan dan
didiamkan selama 3 jam, 2x sehari
Evaluasi 12 jam
Jika masih basah maka kompres lagi
Jika sudah kering berikan salap triamsinolon asetoid 0,1%
VII.PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
10
- Derajat bentol + (+1) dan ++ (+2) digunakan bila bentol yang timbul
besarnya antara bentol histamin dan larutan kontrol.
- Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bentol
histamin dinilai ++++ (+4).
Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip
Rusmono sebagai berikut :
- 0 : reaksi (-)
- 1+ : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)
- 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)
- 3+ : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)
- 4+ : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.
11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen SoepraptoSamping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Batanghari
Pekerjaan : Petani Karet
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi :-
Berat Badan : 55 kg
I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Bercak keputihan pada kulit disertai rasa kebas diseluruh tubuh sejak ± 1 tahun
smrs
B. Keluhan Tambahan :
Tidak ada keluhan tambahan
12
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke RSUD Radden Mattaher dengan keluhan bercak keputihan
pada kulit disertai rasa kebas di seluruh tubuh sejak ± 1 tahun smrs. Awalnya
terdapat bercak keputihan seperti panu kecil di daerah paha kiri semakin lama
semakin membesar dan meluas dan menyebar ke tangan kanan, tangan kiri, dada,
dan punggung.
Pasien tidak mengeluh gatal ataupun nyeri pada bercak-bercak tersebut, pasien
mengeluh terasa tebal dan kebas seperti di gigit semut pada bercak-bercak tersebut.
Pasien merasakan tebal tapi tidak terlalu jelas dengan daerah kulit normal yang
dirasakan. Pasien memiliki alergi makanan (+) udang.
± 2 bulan yang lalu pasien berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin dan
rutin minum obat yaitu Novartis dewasa 1x/hari selama 30 hari, Asam folat
1x/hari, antasida 3x/hari, Pasien mengaku sekarang bercak keputihan sudah mulai
berkurang setelah minum obat dari dokter.
13
2. Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis RR : 18 x / menit
TD : 110/70 mmHg Nadi : 78 x / menit
Suhu : 36,8 °C
3. Kepala :
e. Bentuk: Normocephal
f. Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, Refleks cahaya (+/+)
g. THT : Nyeri tekan tragus (-), sekret telinga(-), sekret hidung (-).
h. Leher : Perbesaran KGB (-)
4. Thoraks :
c. Jantung : Tidak ada kelainan, BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
d. Paru :
a. Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, pergerakan dinding dada normal
b. Palpasi : Krepitasi (-) , fremitus taktil kanan = kiri
c. Perkusi : Sonor (+) pada lapangan paru kanan dan kiri
d. Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
6. Ekstremitas
c. Superior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (+)
d. Inferior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (+)
14
B. Status Dermatologi
Lesi 1
Regio : Mammae
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : Lentikular dengan ukuran 1 cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata
Lesi 2
Regio : Brachial sinistra
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : Lentikular dengan ukuran terbesar 2 cm dan terkecil 1 cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata
15
Lesi 3
Regio : Antebrachial sinistra
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : Miliar dan Lentikular dengan ukuran terbesar 4cm dan terkecil 0,5cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata
Lesi 4
Regio : Antebracial dextra
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : bervariasi dengan ukuran terbesar 3 cm dan terkecil 1 cm
Jumlah : Multipel
16
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritema
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata
Lesi 5
Regio : Thoraks posterior
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : bervariasi dengan ukuran terbesar 2 cm dan terkecil 0,5 cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritema dengan Hipopigmentasi pada tepi lesi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata
17
c. Pemeriksaan suhu panas dingin pada lesi, tidak bisa membedakan suhu panas
dingin pada tempat lesi.
d. N. Auricularis magnus dextra dan sinistra, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+)
e. N. Ulnaris dextra dan sinistra, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+)
f. N. Tibialis posterior, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
g. N. Peroneus komunis dextra dan sinistra, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
2. Pemeriksaan Motorik
a. N. Ulnaris dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat
b. N. Medianus dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat
c. N. Radialis dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat
d. N. Peroneus komunis dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat
4. Status Venerelogi
Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
18
7. Jepitlah kulit dg erat menggunakan jari telunjuk dan ibu jari sampai pucat, tetap
jepit dg kuat agar darah tidak ikut keluar
8. Buat irisan (insisi) pd kulit dg panjang sekitar 5 mm dan dalam 2 mm. Kulit
tetap dijepit agar tidak ada darah yg keluar. Jika berdarah, bersihkan darah tsb
dg kapas kering, jepit lebih kuat lagi
9. Putar pisau skalpel 90 derajat. Keroklah irisan tsb sekali atau 2 kali
menggunakan skalpel guna mengumpulkan cairan dan bubur jaringan.
10. Jangan ada darah pd spesimen tsb karena dapat mengganggu pewarnaan &
pembacaan
11. Lepas jepitan pd kulit & hapus darah dg kapas bersih kering
12. Buat apusan dari kerokan kulit tsb di atas kaca obyek, pd sisi yg sama dg letak
identitas. Buat apusan berbentuk lingkaran dg diameter 5 – 8 mm
13. Hapus kotoran pd mata pisau skalpel menggunakan kapas alkohol
14. Lewatkan mata pisau di atas nyala api selama 3 – 4 detik. Biarkan dingin tapi
jangan sampai menyentuh sesuatu
15. Ulangi langkah diatas untuk lokasi apusan lain. Buat apusan di sisi dekat dg
apusan sebelumnya, tapi jangan sampai bersentuhan dg apusan sebelumnya
16. Hapus mata pisau menggunakan kapas alkohol, lewatkan mata pisau di atas
nyala api, kemudian lepaskan pisau skalpel dg hati-hati
17. Buang mata pisau
18. Tutup luka dengan kapas kering dan ucapkan terima kasih kepada penderita
19. Biarkan kaca obyek tsb mengering beberapa saat dg temperatur ruang, tetapi
tidak di bawah cahaya matahari langsung
20. Fiksasi apusan dg melewatkan di atas nyala api sebanyak 3 kali.
21. Taruh kaca obyek di kotak kaca dan kirim ke laboratorium disertai dg form
permintaan pemeriksaan
HASIL :
20
IV. DIAGNOSIS BANDING
Kusta multibacilaris
Psoriasis Vulgaris
Cutaneous Lupus Eritematosus
V. DIAGNOSIS KERJA
Kusta Multibasilari
VI. TERAPI
Medikamentosa :
1. Multi Drug Therapy (MDT) MB dewasa menurut WHO
a. Pengobatan bulanan : Hari pertama diminum didepan petugas
a. 2 kapsul rifampisin @300mg (600mg)
Bersifat bakterisidal; 99% kuman kusta mati dalam satu kali pemberian
b. 3 tablet clofazimine @ 100mg (300mg)
Bersifat bakteriostatik, bakteriosidal lemah dan antiinflamasi
c. 1 tablet dapson/ diaminodiphenyl sulfone (DDS) 100mg
Bersifat bekteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan kuman kusta
b. Pengobatan harian : hari ke 2-28
d. 1 tablet clofazimine 50mg/ hari
e. 1 tablet dapson/ diaminodiphenyl sulfone (DDS) 100mg/hari
c. Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama 12-18
bulan.
2. Vitamin B1/B6/B12 untuk obat neurotropik
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
21
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan Histopatologi
Cara pengambilan potongan jaringan dan pewarnaan
Untuk pemeriksaan ini dibutuhkan potongan jaringan yang didapat dengan cara
biopsi dengan pisau atau plong/punch
Penyertaan kulit normal pada tumor kulit, penyakit infeksi, kulit normal tidak
perlu diikutsertakan
Sedapat-dapatnya diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi primer yang
belum mengalami garukan atau infeksi sekunder
Bila ada infeksi sekunder, sebaiknya diobati lebih dahulu
Pada penyakit yang mempunyai lesi yg beraneka macam/ banyak, lebih baik
biopsi lebih dari satu
Potongan jaringan sebisanya berbentuk elips + diikutsertakan jaringan subkutis
Jaringan yang telah dipotong dimasukan ke dalam larutan fiksasi, misanya
formalin 10% atau formalin buffer, supaya menjadi keras dan sel-selnya mati
Lalu dikirm ke laboratorium
Pewarnaan rutin yang biasa digunakan dalah hematoksilin-eosin(he). Ada pula
yang menggunakanperwarnaan oersein dan giemsa.
Volume cairan fiksasi sebaiknya tidak kurang dari 20 kali volume jaringan
Agar cairan fiksasi dapat dnegan abik masuk ke ajringan hendaknya tebal jaringan
kira-kira 1/2 cm, kalau terlalu tebal dibelah dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
cairan fiksasi
2. Pemeriksaan Serologi
a. Uji MLPA (Mycobacterium leprae particle agglutination)
b. Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Assay)
c. ML dipstick
22