Anda di halaman 1dari 23

Bed Site Teaching (BST)

* Kepaniteraan Klinik Senior/ Desember 2019


** Pembimbing/Dr.dr. Fitriyanti, Sp.KK., FINSDV

DERMATITIS VENENATA DAN KUSTA

Oleh:

Rima Artika Mayanda G1A218030


Ara Baysari G1A218031
Robiatul Adawiyah G1A218032

Pembimbing:
Dr.dr. Fitriyanti, Sp.KK., FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
LEMBAR PENGESAHAN

BED SITE TEACHING (BST)

DERMATITIS VENENATA DAN KUSTA

Oleh:

Rima Artika Mayanda G1A218030


Ara Baysari G1A218031
Robiatul Adawiyah G1A218032

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

Jambi, Desember 2019


Pembimbing

Dr.dr. Fitriyanti, Sp.KK., FINSDV


1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen SoepraptoSamping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B

Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Mayang

Pekerjaan : Swasta

Status Pernikahan : Belum menikah

Suku Bangsa : Melayu

Hobi : Jalan-jalan (liburan)

Berat Badan : 58 kg

I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Bercak kemerahan disertai rasa gatal dan perih pada paha kanan bagian belakang
sejak 1 minggu SMRS

B. Keluhan Tambahan :
Tidak ada keluhan tambahan

2
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke RSUD Radden Mattaher Kota Jambi dengan keluhan bercak
kemerahan disertai rasa gatal dan perih pada paha kanan bagian belakang sejak 1
minggu SMRS. Awalnya pasien merasakan perubahan pada kulit berupa bercak
kemerahan disekitar paha dan tungkai kaki kanan dan disertai rasa gatal hingga
pasien terus-menerus menggaruknya, selanjutnya timbul benjolan berisi cairan
serta rasa perih seperti terbakar dan panas, dan kemudian lepuhan pecah dan
mengeluarkan cairan jernih. Keluhan ini muncul secara tiba-tiba dan disadari
pasien saat bangun tidur. Pasien tidak memiliki riwayat demam, lemas, lesu dan
nyeri kepala sebelum timbulnya keluhan.
Pasien memiliki riwayat liburan ke pantai dan mandi dilaut beberapa minggu
yang lalu. Pasien juga mengatakan jika pasien beraktivitas tidak terasa perih,
pasien mengaku belum berobat ke dokter, hanya membeli obat sendiri ke apotek
yaitu acyclovir dan ciprofloxacin.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Hipertensi (-),
Riwayat DM (-),
Riwayat Asma (-),
Riwayat Alergi (-)

E. Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluhan serupa (-)

F. Riwayat Sosial, Kebiasaan dan Ekonomi :

Pasien tinggal di mayang dan bekerja swasta

3
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis RR : 18 x / menit
TD : 120/80 mmHg Nadi : 76 x / menit
Suhu : 36,8 °C

3. Kepala :
a. Bentuk: Normocephal
b. Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, Refleks cahaya (+/+)
c. THT : Nyeri tekan tragus (-), sekret telinga(-), sekret hidung (-).
d. Leher : Perbesaran KGB (-)

4. Thoraks :
a. Jantung : Tidak ada kelainan, BJ I/II reguler, murmur (-),gallop(-)
b. Paru :
a) Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, pergerakan dinding dada normal
b) Palpasi : Krepitasi (-) , fremitus taktil kanan = kiri
c) Perkusi : Sonor (+) pada lapangan paru kanan dan kiri
d) Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

5. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

6. Ekstremitas
a. Superior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (-)
b. Inferior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (+) dextra
posterior

4
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi

Lesi 1
Lokasi : regio femoralis posterior dextra
Bentuk : anular, ireguler
Ukuran : plakat
Jumlah : soliter
Batas : sirkumskrip
Warna : hiperpigmentasi dan eritema
Tepi : meninggi
Distribusi : soliter
Permukaan : tidak rata

Lesi 2
Lokasi : popliteal dextra
Bentuk : linier (garis lurus)
Ukuran : 0,5 cm
Jumlah : satu (soliter)
Batas : tegas (sirkumskrip)
Warna : hipopigmentasi
Tepi : datar, tidak aktif
Distribusi : unilateral
Permukaan : rata

5
Lesi 3
Lokasi : regio cruris posterior dextra
Bentuk : bulat (anular)
Ukuran : plakat
Jumlah : satu (soliter)
Batas : tegas (sirkumskrip)
Warna : hipopigmentasi pada bagian tengah dan eritema
pada bagian tepi
Tepi : batas tegas, meninggi
Distribusi : soliter
Permukaan : tidak rata

2. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan


3. Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Lain-lain :

Regio fermoralis
posterior dextra,
popliteal dextra,
cruris posterior
dextra

C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

6
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Patch Test
Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid
sistemik/topikal dihentikan.
a. Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yang sudah
ditentukan)
b. Ditempelkan pada kulit normal
c. kemudian ditutup
d. Biarkan selam 2 hari (minimal 24 jam)
e. Kemudian bahan tes dilepas
f. kulit pada tempat tempelan tersebut dibaca tentang perubahan atau kelainan
yang terjadi pada kulit
g. Pada tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema,
papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa terjadi bula atau
nekrosis.

IV. DIAGNOSIS BANDING


Dermatitis venenata/dermatitis kontak ec tanaman atau binatang
Dermatitis numularis
Ektima
Insect bite

V. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Venenata

VI. TERAPI
Medikamentosa
1. Topikal
- Lesi 1 dan 2: Triamsinolon asetoid 0,1% krim (m.f)
- Lesi 3 kompres terbuka
Cara melakukan kompres :
 Gunakan kain kasa ±3 lapis.

7
 Kasa dicelupkan ke dalam cairan kompres, diperas lalu dibalutkan dan
didiamkan selama 3 jam, 2x sehari
 Evaluasi 12 jam
 Jika masih basah maka kompres lagi
 Jika sudah kering berikan salap triamsinolon asetoid 0,1%

VII.PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


A. Patch Test (tes tempel)
1. Persiapan Uji Tempel
a. Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak
pakai
b. Perhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya.
c. Jangan menggunakan antigen bukan standar, seperti bahan kimia murni,
atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan
kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan tersebut yang
bersifat toksik, atau walaupun memberikan efek toksik secara sistemik.
Oleh karena itu, bila menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan
bahan industri, harus berhati-hati sekali.
d. Jangan lakukan pengujian dengan bahan yang tidak diketahui. Bahan yang
bisa digunakan adalah bahan yang biasa secara rutin dan dibiarkan
menempel di kulit, misalnya kosmetik, pelembab. Bila menggunakan
bahan yang secara rutin dipakaki dengan air untuk membilasnya, misalnya
sampo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak
larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau minyak
mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya
boleh diuji bila diduga keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu,
atau sarung tangan yang dicurigai penyebab alergi maka pengujian
dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang direndam dalam air
8
garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan ditempelkan di
kulit dengan memakai Finn chamber dan didiamkan 48 jam. Hasil positif
dengan bahan bukan standar perlu control (5 samapi 10 orang) untuk
menyingkirkan kemungkinan karena iritasi.

2. Prosedur Pemeriksaan Uji Tempel


a. Patch test terbuka
Patch test terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas
tertentu, lokasi lekatan dibiarkan terbuka selama 24 jam, amati reaksi
kulit yang terjadi.
b. Patch test tertutup
Uji tempel tertutup dilakukan dengan menggunakan tinta tempel jika
dikehendaki pengujian ganda atau talam tempel jika dikehendaki
pengujian tunggal.
c. Patch test sinar
Patch test sinar (pada dasarnya sama dengan uji tempel tertutup).

3. Pengujian Uji Tempel


a. Alergen dicampur dengan bahan non-alergi (dasar) dengan konsentrasi
yang sesuai.
b. Kemudian oleskan pada kulit, biasanya pada punggung atas
c. Gunakan pita perekat dan tandai lokasi uji coba
d. Diamkan selama 48 jam, selama itu jangan sampai kena air atau
berolahraga karena jika pita perekat lepas proses harus diulang Patch
tidak boleh terkena sinar matahari atau sumber lain seperti sinar
ultraviolet (UV)
e. Setelah 48 jam patch dilepaskan

4. Interpretasi Hasil Uji Tempel


Biasanya digunakan pada dermatitis kontak dengan menempelkan
bahan pada kertas saring yang diletakkan diatas kertas impermeable.
Selanjutnya, ditempel pada kulit punggung dengan plester. Bahan yang
digunakan adalah benzokain, merkapto benzotiazol, kolofoni, lanolin
9
alcohol dan lain-lain. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dan diulangi 96
jam sesudah pemasangan agar hasil lebih jelas terlihat. Adapun
interpretasi hasil tes: (IR) = iritasi (kulit merah sekali, contoh : ruam
keringat, follicular pustules, purpura dan burn-like reactions)
0 = tidak ada reaksi
+/- = eritema ringan, meragukan
1+ = reaksi ringan (eritema dengan edema ringan)
2+ = reaksi kuat (popular eritema dengan edema)
3+ = reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)

B. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit)


Cara Pemeriksaan tes tusuk kulit
 Pemeriksaan Uji Tusuk ( Skin Prick Test ) seringkali dilakukan pada bagian
volar lengan bawah
 Lakukan desinfeksi dengan alkohol pada area volar
 Tandai area yang akan kita tetesi dengan ekstrak alergen
 Ekstrak alergen diteteskan satu tetes larutan alergen (Histamin/ Kontrol
positif) dan larutan kontrol (Buffer/ Kontrol negatif)menggunakan jarum
ukuran 26 ½ G atau 27 G atau blood lancet
 Kemudian ditusukkan dengan sudut kemiringan 45 0
menembus lapisan
epidermis dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan
perdarahan
 Tindakan ini mengakibatkan sejumlah alergen memasuki kulit
 Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan menilai bentol yang timbul

Interpretasi Hasil Uji Tusuk


Untuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee of
Northern (Scandinavian) Society of Allergology. Adapun penilaiannya sebagai
berikut :

- Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)


- Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-)

10
- Derajat bentol + (+1) dan ++ (+2) digunakan bila bentol yang timbul
besarnya antara bentol histamin dan larutan kontrol.
- Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bentol
histamin dinilai ++++ (+4).
Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip
Rusmono sebagai berikut :
- 0 : reaksi (-)
- 1+ : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)
- 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)
- 3+ : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)
- 4+ : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.

11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen SoepraptoSamping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. P
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Batanghari
Pekerjaan : Petani Karet
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi :-
Berat Badan : 55 kg

I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Bercak keputihan pada kulit disertai rasa kebas diseluruh tubuh sejak ± 1 tahun
smrs

B. Keluhan Tambahan :
Tidak ada keluhan tambahan

12
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke RSUD Radden Mattaher dengan keluhan bercak keputihan
pada kulit disertai rasa kebas di seluruh tubuh sejak ± 1 tahun smrs. Awalnya
terdapat bercak keputihan seperti panu kecil di daerah paha kiri semakin lama
semakin membesar dan meluas dan menyebar ke tangan kanan, tangan kiri, dada,
dan punggung.
Pasien tidak mengeluh gatal ataupun nyeri pada bercak-bercak tersebut, pasien
mengeluh terasa tebal dan kebas seperti di gigit semut pada bercak-bercak tersebut.
Pasien merasakan tebal tapi tidak terlalu jelas dengan daerah kulit normal yang
dirasakan. Pasien memiliki alergi makanan (+) udang.
± 2 bulan yang lalu pasien berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin dan
rutin minum obat yaitu Novartis dewasa 1x/hari selama 30 hari, Asam folat
1x/hari, antasida 3x/hari, Pasien mengaku sekarang bercak keputihan sudah mulai
berkurang setelah minum obat dari dokter.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Alergi Makanan (+) udang

E. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluhan serupa (-)

F. Riwayat Sosial, Kebiasaan dan Ekonomi :


Pasien tinggal di Batanghari, bekerja sebagai petani karet, dan berobat dengan
menggunakan BPJS

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

13
2. Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis RR : 18 x / menit
TD : 110/70 mmHg Nadi : 78 x / menit
Suhu : 36,8 °C

3. Kepala :
e. Bentuk: Normocephal
f. Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, Refleks cahaya (+/+)
g. THT : Nyeri tekan tragus (-), sekret telinga(-), sekret hidung (-).
h. Leher : Perbesaran KGB (-)

4. Thoraks :
c. Jantung : Tidak ada kelainan, BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
d. Paru :
a. Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, pergerakan dinding dada normal
b. Palpasi : Krepitasi (-) , fremitus taktil kanan = kiri
c. Perkusi : Sonor (+) pada lapangan paru kanan dan kiri
d. Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

5. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

6. Ekstremitas
c. Superior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (+)
d. Inferior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), lesi kulit (+)

14
B. Status Dermatologi

Lesi 1
Regio : Mammae
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : Lentikular dengan ukuran 1 cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata

Lesi 2
Regio : Brachial sinistra
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : Lentikular dengan ukuran terbesar 2 cm dan terkecil 1 cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata
15
Lesi 3
Regio : Antebrachial sinistra
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : Miliar dan Lentikular dengan ukuran terbesar 4cm dan terkecil 0,5cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata

Lesi 4
Regio : Antebracial dextra
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : bervariasi dengan ukuran terbesar 3 cm dan terkecil 1 cm
Jumlah : Multipel
16
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritema
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata

Lesi 5
Regio : Thoraks posterior
Lesi utama : Makula
Bentuk : Tidak teratur
Ukuran : bervariasi dengan ukuran terbesar 2 cm dan terkecil 0,5 cm
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritema dengan Hipopigmentasi pada tepi lesi
Tepi : Tegas
Distribusi : Generalisata
Permukaan : Rata

C. Pemeriksaan Saraf Tepi


1. Pemeriksaan Sensorik
a. Pemeriksaan anastesi terhadap rasa nyeri pada tempat lesi (+) dari pada kulit
normal.
b. Pemeriksaan anastesi terhadap rasa raba pada tempat lesi (+) dari pada kulit
normal

17
c. Pemeriksaan suhu panas dingin pada lesi, tidak bisa membedakan suhu panas
dingin pada tempat lesi.
d. N. Auricularis magnus dextra dan sinistra, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+)
e. N. Ulnaris dextra dan sinistra, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+)
f. N. Tibialis posterior, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
g. N. Peroneus komunis dextra dan sinistra, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)

2. Pemeriksaan Motorik
a. N. Ulnaris dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat
b. N. Medianus dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat
c. N. Radialis dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat
d. N. Peroneus komunis dextra dan sinistra, gerakan dan tahanan kuat

3. Pemeriksaan Fungsi Otonom


Kulit kering pada seluruh tubuh

4. Status Venerelogi
Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Slit Skin Smear
Cara Pemeriksaan Slit Skin Smear
1. Cucilah tangan lalu kenakan sarung tangan
2. Ambil kaca obyek sediaan yg baru, bersih dan tidak tergores. Beri tanda / nomor
pd bg pinggir dg pinsil kaca
3. Nomor tsb harus sama dg no yg tertera pd permintaan pem skin smear
4. Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan skin smear dg kapas alkohol.
Biarkan mengering
5. Nyalakan api spiritus
6. Pasanglah bisturi (mata pisau skalpel) pd gagangnya.

18
7. Jepitlah kulit dg erat menggunakan jari telunjuk dan ibu jari sampai pucat, tetap
jepit dg kuat agar darah tidak ikut keluar
8. Buat irisan (insisi) pd kulit dg panjang sekitar 5 mm dan dalam 2 mm. Kulit
tetap dijepit agar tidak ada darah yg keluar. Jika berdarah, bersihkan darah tsb
dg kapas kering, jepit lebih kuat lagi
9. Putar pisau skalpel 90 derajat. Keroklah irisan tsb sekali atau 2 kali
menggunakan skalpel guna mengumpulkan cairan dan bubur jaringan.
10. Jangan ada darah pd spesimen tsb karena dapat mengganggu pewarnaan &
pembacaan
11. Lepas jepitan pd kulit & hapus darah dg kapas bersih kering
12. Buat apusan dari kerokan kulit tsb di atas kaca obyek, pd sisi yg sama dg letak
identitas. Buat apusan berbentuk lingkaran dg diameter 5 – 8 mm
13. Hapus kotoran pd mata pisau skalpel menggunakan kapas alkohol
14. Lewatkan mata pisau di atas nyala api selama 3 – 4 detik. Biarkan dingin tapi
jangan sampai menyentuh sesuatu
15. Ulangi langkah diatas untuk lokasi apusan lain. Buat apusan di sisi dekat dg
apusan sebelumnya, tapi jangan sampai bersentuhan dg apusan sebelumnya
16. Hapus mata pisau menggunakan kapas alkohol, lewatkan mata pisau di atas
nyala api, kemudian lepaskan pisau skalpel dg hati-hati
17. Buang mata pisau
18. Tutup luka dengan kapas kering dan ucapkan terima kasih kepada penderita
19. Biarkan kaca obyek tsb mengering beberapa saat dg temperatur ruang, tetapi
tidak di bawah cahaya matahari langsung
20. Fiksasi apusan dg melewatkan di atas nyala api sebanyak 3 kali.
21. Taruh kaca obyek di kotak kaca dan kirim ke laboratorium disertai dg form
permintaan pemeriksaan

Pewarnaan Ziehl Nielsen

1. Letakkan kaca obyek di rak pewarnaan dg sisi apusan menghadap ke atas.


2. Tutupi seluruh permukaan kaca obyek dg larutan carbol fuchsin
3. Panaskan kaca obyek dg hati – hati di atas lampu spiritus sampai uap carbol
fuchsin keluar (tidak sampai mendidih). Jika pewarna mengering tambahkan
lagi reagen dan panaskan kembali
19
4. Basuh dg hati – hati di bawah air mengalir
5. Keringkan air hingga kaca obyek tidak lagi berwarna, meskipun apusan akan
menjadi merah tua
6. Tetesi permukaan kaca obyek sp tertutup dg asam alkohol 1 % selama 10 detik
7. Metode lain adalah dg menggunakan asam sulfat 25 % selama 10 menit.
8. Bilas perlahan dg air mengalir
9. Pulas tanding dengan menetesi sediaan dg methylene blue 1 % selama 1 menit
10. Bilas dg air & biarkan kaca obyek mengering di rak pengeringan dg posisi
miring dg sisi apusan menghadap ke bawah
11. Apusan siap di baca

Cara Melakukan Pembacaan Skin Smear

1. Siapkan mikroskop dg pembesaran 1000 dg okuler 10 dan objektif 100 kali


2. Mulai dg menggunakan pembesaran 10 kali
3. Letakkan kaca obyek di bawah mikroskop dg hapusan menghadap ke atas & no
identitas terletak di kiri
4. Fokuskan gmbr menggunakan obyektive 10 kali
5. Tetesi hapusan dg setetes minyak imersi
6. Ubah obyektive menjadi pembesaran 100 kali.
7. Lensa obyektif menyentuh minyak imersi
8. Buka diafragma seluruhnya dan naikkan kondensor ke posisi tertinggi
9. Fokuskan dg tepat menggunakan mikrometer
10. Hitung lapangan pandang menggunakan cara Zig – Zag / huruf Z

HASIL :

a. Cuping Telinga Kanan : (+) positif


b. Cuping Telinga Kiri : (+) positif
c. Bercak putih di Lengan Kanan : (+) positif
d. Bercak putih di Lengan Kiri : (+) positif
e. Bercak putih di Punggung : (+) positif
f. Bercak putih di Paha : (+) positif

20
IV. DIAGNOSIS BANDING
Kusta multibacilaris
Psoriasis Vulgaris
Cutaneous Lupus Eritematosus

V. DIAGNOSIS KERJA
Kusta Multibasilari

VI. TERAPI
Medikamentosa :
1. Multi Drug Therapy (MDT) MB dewasa menurut WHO
a. Pengobatan bulanan : Hari pertama diminum didepan petugas
a. 2 kapsul rifampisin @300mg (600mg)
Bersifat bakterisidal; 99% kuman kusta mati dalam satu kali pemberian
b. 3 tablet clofazimine @ 100mg (300mg)
Bersifat bakteriostatik, bakteriosidal lemah dan antiinflamasi
c. 1 tablet dapson/ diaminodiphenyl sulfone (DDS) 100mg
Bersifat bekteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan kuman kusta
b. Pengobatan harian : hari ke 2-28
d. 1 tablet clofazimine 50mg/ hari
e. 1 tablet dapson/ diaminodiphenyl sulfone (DDS) 100mg/hari
c. Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama 12-18
bulan.
2. Vitamin B1/B6/B12 untuk obat neurotropik

VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

21
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan Histopatologi
Cara pengambilan potongan jaringan dan pewarnaan
 Untuk pemeriksaan ini dibutuhkan potongan jaringan yang didapat dengan cara
biopsi dengan pisau atau plong/punch
 Penyertaan kulit normal pada tumor kulit, penyakit infeksi, kulit normal tidak
perlu diikutsertakan
 Sedapat-dapatnya diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi primer yang
belum mengalami garukan atau infeksi sekunder
 Bila ada infeksi sekunder, sebaiknya diobati lebih dahulu
 Pada penyakit yang mempunyai lesi yg beraneka macam/ banyak, lebih baik
biopsi lebih dari satu
 Potongan jaringan sebisanya berbentuk elips + diikutsertakan jaringan subkutis
 Jaringan yang telah dipotong dimasukan ke dalam larutan fiksasi, misanya
formalin 10% atau formalin buffer, supaya menjadi keras dan sel-selnya mati
 Lalu dikirm ke laboratorium
 Pewarnaan rutin yang biasa digunakan dalah hematoksilin-eosin(he). Ada pula
yang menggunakanperwarnaan oersein dan giemsa.
 Volume cairan fiksasi sebaiknya tidak kurang dari 20 kali volume jaringan
 Agar cairan fiksasi dapat dnegan abik masuk ke ajringan hendaknya tebal jaringan
kira-kira 1/2 cm, kalau terlalu tebal dibelah dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
cairan fiksasi

2. Pemeriksaan Serologi
a. Uji MLPA (Mycobacterium leprae particle agglutination)
b. Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Assay)
c. ML dipstick

22

Anda mungkin juga menyukai