Po Rapi 2016
Po Rapi 2016
HASIL
RAPAT KERJA
NASIONAL VII
Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam RAPI 51-55
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas
limpahan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kita semua, Rapat Kerja Nasional VII Radio
Antar Penduduk Indonesia Tahun 2016 di Patra Jasa Beach Resort Anyer Banten pada
tanggal 11 sampai dengan tanggal 13 November 2016 telah terselenggara dengan baik
dan lancar.
Tentunya tidak berlebihan apabila kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu jalannya Rapat Kerja
Nasional tersebut. Semoga amal baik bapak dan ibu sekalian mendapat balasan yang
setimpal dari Allah Subhanahu Wata’ala, Amiiin.
Amanah Musyawarah Nasional VII Tahun 2016 kepada Pengurus Nasional adalah
melaksanakan Rapat Kerja Nasional.Sebagaimana yang telah disampaikan bahwa Rapat
Kerja Nasional telah dilaksanakan walaupun mungkin belum sesempurna seperti yang
kita semua harapkan. Namun demikian, upaya untuk memperjelas beberapa pasal ART
kedalam Peraturan Organisasi (PO) sudah dilaksanakan dimasing-masing sidang komisi.
Ada delapan Peraturan Organsisasi yang sudah dibahas didalam Rakernas VII
tahun 2016 dan beberapa PO yang belum sempat dibahas pada Rakernas, akan dibahas
dalam pertemun Rapimnas.
Dengan terbitnya beberapa PO hasil Rakernas VII 2016, semoga pelaksanaan
Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia di seluruh Indonesia baik di Daerah,
Wilayah maupun Lokal dapat seragam dalam melaksanakan kegiatan Organisasi.
Secara berjenjang, hasil Rapat Kerja Nasional VII tahun 2016 akan segera
disosialisasikan mulai tingkat Daerah, Wilayah hingga Lokal.
1 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
DAFTAR ISI
hal
1. Kata Pengantar ......................................................................................................................... 1
2. Daftar isi ...................................................................................................................................... 2
3. Laporan Panitia....................................................................................................................... 3-7
4. Surat Ketetapan Korum ...................................................................................................... 8-9
5. Surat Ketetapan Jadwal dan Tatib ............................................................................. 10-11
6. Berita Acara Komisi A ........................................................................................................... 12
7. Berita Acara Komisi B ........................................................................................................... 13
8. Berita Acara Komisi C ........................................................................................................... 14
9. Pengesahan Peraturan Organisasi RAPI .................................................................. 15-16
10. Berita Acara penyerahan hasil Rakernas VII 2016 …………… 17
11. Surat Keputusan RAPI tentang pemberlakuan hasil Rakernas 18-21
VII tentang Peraturan Organisasi ......................................
12. PO Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan 22-41
Pembinaan .......................................................................
13. PO Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan 42-62
Bankom ...........................................................................
14. PO Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pedoman Pembentukan 63-71
Kepengurusan Organisasi RAPI ..........................................
15. PO Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Tata Cara 72-92
Musyawarah dan Musyawarah Luar Biasa ...........................
16. PO Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Rapat-rapat ............................. 93-111
17. PO Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Pemberian Sangsi, 112-119
Pembelaan Diri, Pemberhentian Anggota dan Pengurus ……
18. PO Nomor 7 Tahun 2016 tentang Tanda Kehormatan,Tanda 120-136
Kecakapan dan Tanda Jabatan .........................................
19. PO Nomor 8 Tahun 2016 tentang Seragam dan Atribut .............................. 137-156
20. Program Kerja Nasional 157- ....
2| Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
A. PENDAHULUAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
hidayah Nya, Pengurus Nasional Radio Antar Penduduk Indonesia periode tahun
2016 – 2021 telah berhasil menyelesaikan penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional
VII Tahun 2016 di Patra Jasa Beach Resort, Banten pada tanggal 11 s.d. 13
November 2016 dengan lancar seperti yang diharapkan bersama.
Pada kesempatan ini, selaku panitia penyelenggara akan memberikan laporan
penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional VII Radio Antar Penduduk Indonesia sebagai
berikut.
B. DASAR
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesiatahun
2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3980);
4. Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor:
34/PER/M.KOMINFO/8/2009 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar
Penduduk;
5. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Komunikasi Dan
Informatika Nomor: 34/PER/M.KOMINFO/8/2009 Tentang Penyelenggaraan
Komunikasi Radio Antar Penduduk;
3| Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
2. Tujuan
Rapat Kerja Nasional Radio Antar Penduduk Indonesia VII tahun 2016 bertujuan
untuk:
a. Menyusun dan menetapkan Program Kerja Nasional Pengurus RAPI periode
tahun 2016 – 2021;
b. Mereview dan menetapkan Peraturan-peraturan Organisasi RAPI;
c. Memberikan kesempatan kepada Pengurus Daerah RAPI seluruh Indonesia
untuk bertukar pikiran dan menyampaikan aspirasi serta masukkan untuk
kemajuan organisasi;
d. Wadah Silaturahmi antara Pengurus dan Anggota RAPI yang akan
memunculkan sinergi yang lebih baik di masa mendatang.
D. TEMA
Rapat Kerja Nasional VII Radio Antar Penduduk Indonesia bertemakan “ Kita
Tingkatkan Pengabdian Dengan Semangat Gotong Royong ”
E. PELAKSANAAN RAKERNAS
Rapat Kerja Nasional VII RAPI dilaksanakan pada hari Jumat s.d. Minggu, tanggal 11
s.d. 13 November 2016 di Patra Jasa Beasch Resort, Jl. Raya Karang Bolong, Anyer,
Banten.
F. PESERTA
Kegiatan Rapat Kerja Nasional VII Radio Antar Penduduk Indonesia tahun 2016
dihadiri dan diikuti oleh :
1. Dewan Pengawas dan Penasehat Organisasi Nasional RAPI,
2. Pengurus Nasional RAPI,
3. Utusan Pengurus Daerah RAPI dari 28 Provinsi se Indonesia.
4. Nara Sumber dan Tamu Undangan baik dari unsur Pemerintah, Organisasi
maupun Lembaga yang bersinergi dengan RAPI.
2. Sidang Paripurna I
a. Sidang Paripurna I dipimpin oleh Ketua III RAPI Nasional, Sdr. H. Sugandha
Syeh Jaya, BIE (JZ10HLE) yang sekaligus Ketua Steering Committee,
didampingi oleh Ketua I RAPI Nasional, Sdr. H. Riza Fikry, SH. (JZ09GJT),
Sekretaris III RAPI Nasional, Sdr. Drs. Hermanto (JZ08AFI) dan Anggota
DPPON, Sdr. H. Amril Abdullah (JZ18AA).
b. Ketetapan Sidang Paripurna I
1) Ketetapan Rapat Kerja Nasional VII Tahun 2016 Radio Antar Penduduk
Indonesia Nomor 01.09.RAKERNAS-VII.1116 , tentang Korum;
2) Ketetapan Rapat Kerja Nasional VII Tahun 2016 Radio Antar Penduduk
Indonesia Nomor 02.09.RAKERNAS-VII.1116 , tentang Jadwal dan Tata
Tertib;
3) Ketetapan Rapat Kerja Nasional VII Tahun 2016 Radio Antar Penduduk
Indonesia Nomor 03.09.RAKERNAS-VII.1116 , tentang Pimpinan Tetap
Sidang Paripurna;
3. Sidang Paripurna II
a. Sidang Paripurna II dipimpin oleh Ketua III RAPI Nasional, Sdr. H. Sugandha
Syeh Jaya, BIE (JZ10HLE) yang sekaligus Ketua Steering Committee,
didampingi oleh Ketua I RAPI Nasional, Sdr. H. Riza Fikry, SH. (JZ09GJT),
Sekretaris III RAPI Nasional, Sdr. Drs. Hermanto (JZ08AFI) .dan Anggota
DPPON, Sdr. H. Amril Abdullah (JZ18AA).
5| Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
4. Sidang Komisi
Agenda Pembahasan di masing-masing Komisi;
a. Komisi A ;
Sidang Komisi A dipimpin oleh Sdr. Suprianto, ST. (JZ02ANT) selaku Ketua,
Sdr. Binsar Sibarani (JZ21MPR) selaku Wakil Ketua dan Sdr. Agus Feri
Handoko (JZ09AFH) selaku Sekretaris, untuk membahas draft Peraturan
Organisasi;
1) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan Jenjang Organisasi Baru
Sesuai Jenjang Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia,
2) Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tata Cara Musyawarah Dan Musyawarah
Luar Biasa Pada Jenjang Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia,
3) Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Rapat – Rapat Pada Jenjang
Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia.
b. Komisi B ;
Sidang Komisi B dipimpin oleh Sdr. Indro Purwoko (JZ11JOY) selaku Ketua,
Sdr. Hidayat Zarkasi (JZ08AYI) selaku Wakil Ketua dan Sdr. Wisnu Sanjaya
(JZ09ACH) selaku Sekretaris, untuk membahas draft Peraturan Organisasi;
1) Nomor 2 Tahun 2016, tentang Pedoman Penyelenggaraan Bantuan
Komunikasi, Radio Pancar Ulang Dan RoIP,
2) Nomor 7 Tahun 2016, tentang Tanda Kehormatan, Tanda Kecakapan Dan
Tanda Jabatan Pada Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia,
3) Nomor 8 Tahun 2016, tentang Pakaian Seragam di Lingkungan Organisasi
Radio Antar Penduduk Indonesia,
4) Nomor 9 Tahun 2016, tentang Pedoman Penyelenggaraan Satuan Tugas
RAPI di Lingkungan Organisasi RAPI.
c. Komisi C ;
Sidang Komisi C dipimpin oleh Sdr. H. Budi Setiyono (JZ30HOT) selaku Ketua,
Sdr. Syahrum Agung (JZ10GA) selaku Wakil Ketua dan Sdr. Heru Jatmiko
(JZ10QRU) selaku Sekretaris, untuk membahas draft Peraturan Organisasi;
1) Nomor 1 Tahun 2016, tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan,
Bimbingan Organisasi, Bimbingan Teknis dan Pelatihan,
6| Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
6. Penutupan
a. Sambutan Ketua Umum RAPI Nasional sekaligus menutup kegiatan Rapat
Kerja Nasional VII Tahun 2016
b. Doa Penutup.
Panitia Rapat Kerja Nasional VII Tahun 2016 RAPI mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dan kesuksesan
acara Rakernas dari awal hingga akhir.
Namun demikian kami menyadari bahwa penyelenggaraan Rakernas VII Tahun 2016
tidak lepas dari berbagai kekurangan sehingga pada kesempatan ini, kami
menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak.
Demikian Laporan Penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional VII RAPI tahun 2016 ini
disusun, dengan harapan dapat menjadi bahan untuk penyelenggaraan Organisasi RAPI
di setiap Daerah, Wilayah serta Lokal di seluruh Indonesia. Aamiin.
7| Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Tentang
KORUM
MEMUTUSKAN
Kesatu : Rapat Kerja Nasional VII RAPI dihadiri oleh Peserta Utusan
dari 23 ( dua puluh tiga) Pengurus Daerah RAPI se-Indonesia
beserta Peserta dari Kepengurusan Nasional RAPI dinyatakan
memenuhi Korum, sesuai dengan lampiran daftar hadir
seperti terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Surat Ketetapan ini.
Kedua : Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan sampai dengan
selesainya acara Persidangan Rapat Kerja Nasional VII RAPI.
8 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Ditetapkan di : Banten
Pada Tanggal :12 November 2016
1 2 3 4 5
9 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Tentang
JADWAL DAN TATA TERTIB
RAPAT KERJA NASIONAL VII TAHUN 2016
MEMUTUSKAN
10 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Ditetapkan di :Banten
Pada Tanggal :12 November 2016
1 2 3 4 5
11 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
BERITA ACARA
SIDANG KOMISI A – RAPAT KERJA NASIONAL VII-2016
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
Pada hari ini Sabtu, tanggal dua belas, bulan November, tahun dua ribu enam belas,
bertempat di hotel Patra Jasa Anyer Beach Resort Banten, telah selesai dilaksanakan
Sidang Komisi A – Rapat Kerja Nasional VII Radio Antar Penduduk Indonesia, yang
membahas dan merumuskan Peraturan-peraturan Organisasi RAPI.
Sidang Komisi A dihadiri oleh: Peserta dari Pengurus Daerah se Indonesia berjumlah
sembilan belas peserta, Peserta Nasional berjumlah empat sebagaimana dilampirkan
dalam Berita Acara ini.
Sidang Komisi A dipimpin oleh Pimpinan Sidang Komisi yang ditunjuk steering commitee,
sbb;
SUPRIANTO JZ02ANT sebagai KETUA SIDANG
BINSAR SIBARANI JZ21MPR sebagai WAKIL KETUA SIDANG
AGUS FERI HANDOKO JZ09AFH sebagai SEKRETARIS SIDANG
Sebagaimana terlampir dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini,
untuk selanjutnya sidang Komisi A merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
Kepengurusan Nasional (DPPON dan Pengurus Nasional) untuk melanjutkan pembahasan
dan melengkapi Peraturan – Peraturan Organisasi, pada rapat pimpinan yang diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga RAPI hasil Munas VII 2016, dengan memperhatikan
masukan masukan dari kepengurusan RAPI Daerah.
Demikian, Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenarnya serta penuh
tanggungjawab.
Dibuat di : Banten
Pada Tanggal : 12 November 2016
SIDANG KOMISI A RAKERNAS-VII RAPI
Ketua Wakil Ketua Sekretaris
12 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
BERITA ACARA
SIDANG KOMISI B – RAPAT KERJA NASIONAL VII-2016
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
Pada hari ini Sabtu, tanggal dua belas, bulan November, tahun dua ribu enam belas,
bertempat di hotel Patra Jasa Anyer Beach Resort Banten, telah selesai dilaksanakan
Sidang Komisi B – Rapat Kerja Nasional VII Radio Antar Penduduk Indonesia, yang
membahas dan merumuskan Peraturan-peraturan Organisasi RAPI.
Sidang Komisi B dihadiri oleh: Peserta dari Pengurus Daerah se Indonesia berjumlah
sembilan belas peserta, Peserta Nasional berjumlah empat sebagaimana dilampirkan
dalam Berita Acara ini.
Sidang Komisi B dipimpin oleh Pimpinan Sidang Komisi yang ditunjuk steering
commitee, sbb;
INDRO POERWOKO JZ11JOY sebagai KETUA SIDANG
HIDAYAT ZARKASI JZ08AYI sebagai WAKIL KETUA SIDANG
WISNU SANJAYA JZ12ACH sebagai SEKRETARIS SIDANG
Sidang Komisi B telah berhasil memutuskan rumusan-rumusan Peraturan
Organisasi tentang:
1. Nomor 2 Tahun 2016 Pedoman Penyelenggaraan Bantuan Komunikasi, Radio Pancar
Ulang Dan RoIP Pada Organisasi RAPI
2. Nomor 7 Tahun 2016 Pedoman Tanda Kehormatan, Tanda Kecakapan Dan Tanda Jabatan
Pada Organisasi RAPI
3. Nomor 8 Tahun 2016 Pakaian Seragam Di Lingkungan Oragisasi RAPI
Sebagaimana terlampir dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini,
untuk selanjutnya sidang Komisi B merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
Kepengurusan Nasional (DPPON dan Pengurus Nasional) untuk melanjutkan
pembahasan dan melengkapi Peraturan – Peraturan Organisasi, pada rapat pimpinan
yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga RAPI hasil Munas VII 2016, dengan
memperhatikan masukan masukan dari kepengurusan RAPI Daerah.
Demikian, Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenarnya serta penuh
tanggungjawab.
Dibuat di : Banten
Pada Tanggal : 12 November 2016
SIDANG KOMISI B RAKERNAS-VII RAPI
Ketua Wakil Ketua Sekretaris
13 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
BERITA ACARA
SIDANG KOMISI C – RAPAT KERJA NASIONAL VII-2016
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
Pada hari ini sabtu, tanggal dua belas, bulan November, tahun dua ribu enam belas,
bertempat di hotel Patra Jasa Anyer Beach Resort Banten, telah selesai dilaksanakan
Sidang Komisi C – Rapat Kerja Nasional VII Radio Antar Penduduk Indonesia, yang
membahas dan merumuskan Peraturan-peraturan Organisasi RAPI.
Sidang Komisi C dihadiri oleh: Peserta dari Pengurus Daerah se Indonesia berjumlah
sembilan belas peserta, Peserta Nasional berjumlah empat sebagaimana dilampirkan
dalam Berita Acara ini.
Sidang Komisi C dipimpin oleh Pimpinan Sidang Komisi yang ditunjuk steering
commitee, sbb;
H.BUDI SETIYONO, SE.MM JZ30HOT sebagai KETUA SIDANG
DR. SYAHRUM AGUM JZ10GA sebagai WAKIL KETUA SIDANG
HERU JATMIKO JZ10QRU sebagai SEKRETARIS SIDANG
Sidang Komisi C telah berhasil memutuskan rumusan-rumusan Peraturan
Organisasi tentang:
1. Nomor 1 Tahun 2016 Pedoman Penyelengaraan Pembinaan, Bimbingan Organisasi,
Bimbingan Teknis dan Pelatihan.
2. Nomor 6 Tahun 2016 Pedoman Tatacara Pemberian Sanksi, Pembelaan Diri dan
Pemberhentian Pengurus Pada Jenjang Organisasi RAPI.
Sebagaimana terlampir dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini,
untuk selanjutnya sidang Komisi C merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
Kepengurusan Nasional (DPPON dan Pengurus Nasional) untuk melanjutkan
pembahasan dan melengkapi Peraturan – Peraturan Organisasi, pada rapat pimpinan
yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga RAPI hasil Munas VII 2016, dengan
memperhatikan masukan masukan dari kepengurusan RAPI Daerah.
Demikian, Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenarnya serta penuh
tanggungjawab.
Dibuat di : Banten
Pada Tanggal : 12 November 2016
SIDANG KOMISI C RAKERNAS-VII RAPI
Ketua Wakil Ketua Sekretaris
14 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Tentang
Pengesahan Peraturan Organisasi RAPI
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengemban Amanah Musyawarah
Nasional VII RAPI Tahun 2016, maka diselenggarakan Rapat
Kerja Nasional VII Radio Antar Penduduk Indonesia;
b. bahwa untuk mewujudkan Tri Tertib RAPI dipandang perlu
menetapkan Peraturan Organisasi RAPI yang berlaku di seluruh
Indonesia.
Dibuat di : Banten
Pada Tanggal : 12 November 2016
1 2 3 4 5
16 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
-----Pada hari ini, Sabtu tanggal Dua puluh lima bulan Maret tahun Dua ribu enam
belas, bertempat di Sekretariat Nasional RAPI,Perumahan Cipinang I ,Jl.Cipinang Indah
Raya No.1B Kec.Jatinegara Jakarta Timur dilakukan serah terima yaitu :-------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. H. Sugandha Syeh Jaya, BIE. (JZ10HLE), selaku Ketua SC dan Agus Subekti
(JZ12BLS) selaku Sekretaris SC bertindak untuk dan atas nama Panitia Pengarah
(SC) menyerahkan kepada Pengurus Nasional RAPI masa bakti tahun 2016 sampai
dengan tahun 2021 berupa :-------------------------------------------------------------------
a. Hasil Rakernas VII tahun 2016;------------------------------------------------------------
2. H. Agus Sulistiyono, SE., MT., (JZ12AY) selaku Ketua Umum dan Alfiah, BE.
(JZ13KNL) selaku Sekretaris Umum bertindak untuk dan atas nama Pengurus
Nasional RAPI masa bakti tahun 2016 sampai dengan tahun 2021, menerima
sebagaimana dimaksud pada 1.a diatas;-----------------------------------------------------
-----Berita acara ini ditanda tangani dalam keadaan sehat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.-----------------------------------------------------------
PENGURUS NASIONAL
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Umum,
17 | Rakernas VII-2016
PENGURUS NASIONAL
Sekretariat : Perumahan Cipinang I ,Jl.Cipinang Indah Raya No.1B
Kec.Jatinegara Jakarta Timur 13420.Telepon 081280088440,
08113627389, 087888808043. email: rapinasional@gmail.com
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS NASIONAL RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
Nomor : 091.09.00.0317
Tentang
PENETAPAN PEMBERLAKUAN
PERATURAN ORGANISASI
HASIL RAPAT KERJA NASIONAL VII TAHUN 2016
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
18 | Rakernas VII-2016
PENGURUS NASIONAL
Sekretariat : Perumahan Cipinang I ,Jl.Cipinang Indah Raya No.1B
Kec.Jatinegara Jakarta Timur 13420.Telepon 081280088440,
08113627389, 087888808043. email: rapinasional@gmail.com
MEMUTUSKAN :
19 | Rakernas VII-2016
PENGURUS NASIONAL
Sekretariat : Perumahan Cipinang I ,Jl.Cipinang Indah Raya No.1B
Kec.Jatinegara Jakarta Timur 13420.Telepon 081280088440,
08113627389, 087888808043. email: rapinasional@gmail.com
20 | Rakernas VII-2016
PENGURUS NASIONAL
Sekretariat : Perumahan Cipinang I ,Jl.Cipinang Indah Raya No.1B
Kec.Jatinegara Jakarta Timur 13420.Telepon 081280088440,
08113627389, 087888808043. email: rapinasional@gmail.com
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 25 Maret 2017
PENGURUS NASIONAL
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
21 | Rakernas VII-2016
PO NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan, Bimbingan Organisasi,
Bimbingan Teknis dan Pelatihan
22 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
MEMUTUSKAN :
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian
Dalam Peraturan Organisasi ini, yang dimaksud dengan:
23 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
1. Pembinaan ialah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan
efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Bimbingan Organisasi disingkat BO adalah bimbingan kepada calon anggota baru
organisasi RAPI yang merupakan syarat menjadi anggota RAPI untuk memahami
cara berkomunikasi radio baik VHF, HF dan RoIP, Organisasi RAPI, AD ART serta
PO RAPI, peraturan perundang--undangan yang berhubungan dengan RAPI,
3. Bimbingan Teknis disingkat Bimtek adalah bimbingan kepada pengurus, anggota
dan calon anggota tentang teknis komunikasi radio.
4. Pelatihan ialah proses peningkatan keterampilan seseorang atau kelompok orang
dalam upaya untuk menjadi lebih cakap dan mahir.
5. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
6. Standar Kompetensi disingkat SK pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah calon anggota mempelajari
materi tertentu.
7. Indikator merupakan penanda pencapaian Kompentensi Dasar ( KD ) yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
8. Kompetensi Dasar disingkat KD adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap
minimal yang harus dicapai oleh peserta diklat untuk mengetahui standar
kompetensi yang telah ditetapkan,
9. Piagam adalah naskah organisasi dari pengurus yang berwenang berisi
penghargaan atas prestasi yang telah dicapai atau keteladanan yang telah
diwujudkan.
10. Sertifikat adalah naskah organisasi yang merupakan tanda bukti formal seseorang
telah mengikuti kegiatan bimbingan organisasi, bimbingan teknis dan pelatihan
yang diselenggarakan organisasi RAPI.
11. RAPI adalah organisasi komunikasi radio antar penduduk yang diakui dan disahkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai wadah resmi bagi pemilik Izin
Komunikasi Radio Antar Penduduk (IKRAP) dan merupakan organisasi
kemasyarakatan yang didasari atas kesamaan kegemaran berkomunikasi radio
antar penduduk dengan tidak membeda-bedakan asal usul suku, agama, ras dan
golongan serta tidak memihak kepada salah satu organisasi sosial politik.
12. Peraturan Organisasi RAPI merupakan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
serta penjabaran dan penjelasan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 2
Tujuan dan sasaran
1. Tujuan penyelenggaraan pembinaan, bimbingan organisasi, bimbingan teknis dan
pelatihan adalah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya anggota RAPI.
2. Sasarannya calon anggota, anggota dan Pengurus RAPI sesuai jenjang organisasi.
24 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab II
Ruang Lingkup
Pasal 3
Pembinaan
1. Pembinaan merupakan kewajiban pengurus untuk melakukannya pada jenjang
setingkat dibawahnya, kecuali pengurus lokal yang langsung pada anggota;
2. Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Pembinaan langsung adalah pembinaan yang dilakukan dengan cara tatap
muka melalui ceramah dan atau diskusi.
b. Pembinaan secara tidak langsung dengan menggunakan sarana KRAP dan
Radio Over Internet Protocol ( RoIP) dan atau aplikasi alat komunikasi.
3. Materi yang diberikan secara bertahap tentang organisasi RAPI, Bantuan
Komunikasi dll dengan memperhitungkan skala prioritas, sesuai dengan hasil
analisa kebutuhan akan materi yang harus dilakukan dan disampaikan.
Pasal 4
Bimbingan Organisasi
1. BO sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat 2 PO ini, dimaksudkan agar anggota RAPI
menggunakan radio sesuai prosedur, peruntukan dan komunikasi yang tepat.
2. Bimbingan Organisasi dilaksanakan oleh Pengurus Daerah/Wilayah RAPI.
3. Pemberi materi BO adalah Pengurus dan atau anggota yang memiliki kompetensi
dan telah mengikuti Training of Trainer (TOT) yang ditunjuk/ditugaskan oleh Ketua
Daerah masing-masing.
4. Pemberi materi sebagaimana pada ayat 3 pasal ini, dapat juga pegawai yang
ditugaskan oleh pimpinan institusi pemerintah yang berhubungan dengan
permintaan RAPI.
5. TOT untuk anggota dan atau Pengurus RAPI sebagaimana dimaksud pada pasal 4
ayat 3 dalam PO ini, dilaksanakan oleh Pengnas RAPI atau bersama Pemerintah.
Pasal 5
Bimbingan Teknis
1. Pada prinsipnya Bimbingan Teknis adalah bimbingan kepada pengurus, anggota
dan calon anggota tentang teknis komunikasi radio.
2. Bimbingan Teknis dilaksanakan oleh Pengurus Daerah/Wilayah RAPI.
3. Pemberi materi Bimbingan Teknis adalah Pengurus yang memiliki kompetensi untuk
materi Bimbingan Teknis yang ditunjuk/ditugaskan oleh Ketua Daerah.
Pasal 6
Pelatihan
1. Pada prinsipnya pelatihan ialah proses peningkatan ketrampilan seseorang atau
kelompok orang dalam upaya untuk menjadi lebih cakap dan mahir dalam
menjalankan tugas organisasi.
25 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab III
Tahapan-tahapan secara Umum
Pasal 7
Tahapan Bimbingan Organisasi
1. Ada pun tahapan dalam melaksanakan perencanaan bimbingan organisasi adalah
sebagai berikut.
a. Analisis kebutuhan bimbingan organisasi.
b. Penyusunan perencanaan.
c. Pelaksanaan Bimbingan Organisasi.
d. Evaluasi Bimbingan Organisasi.
Pasal 8
Tahapan Bimbingan Teknis
1. Ada pun tahapan dalam melaksanakan perencanaan bimbingan teknis adalah
sebagai berikut.
a. Analisis kebutuhan bimbingan teknis.
b. Penyusunan perencanaan.
c. Pelaksanaan bimbingan teknis.
d. Evaluasi Bimbingan Organisasi.
Pasal 9
Tahapan Pelatihan
2. Ada pun tahapan dalam melaksanakan perencanaan pelatihan adalah sebagai
berikut.
a. Analisis kebutuhan pelatihan.
b. Penyusunan perencanaan.
c. Pelaksanaan pelatihan
d. Evaluasi pelatihan.
BAB IV
Materi dan Kurikulum
Pasal 10
Materi dan Kurikulum Pembinaan, Bimbingan Organisasi, Bimbingan Teknis dan
Pelatihan
26 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab V
Peserta
Pasal 11
Peserta Pembinaan, Bimbingan Organisasi, Bimbingan Teknis dan Pelatihan
1. Peserta Pembinaan wajib sesuai jenjang organisasi secara bertingkat kebawah.
2. Peserta Bimbingan Organisasi adalah wajib bagi calon anggota/anggota baru yang
belum mengikuti Bimbingan Organisasi.
3. Peserta Bimbingan teknis adalah pengurus, anggota organisasi RAPI.
4. Peserta Pelatihan adalah Pengurus dan atau Anggota yang mendapat tugas dari
Ketua RAPI Daerah.
BAB VI
Pendekatan dan Metode
Pasal 12
Pendekatan dan Metode Pembinaan, Bimbingan Organisasi, Bimbingan Teknis dan
Pelatihan
27 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab VIII
Tatalaksana Penyelenggaraan
Pasal 14
Pembinaan, Bimbingan Organisasi, Bimbingan Teknis dan Pelatihan
Bab IX
Sertifikat
Pasal 15
1. Sertifikat ialah surat resmi yang berisi pernyataan pemberian hak atau berisi
pernyataan dan peneguhan mengenai suatu hal setelah mengikuti bimbingan
organisasi, bimbingan teknis dan pelatihan.
2. Sertifikat dapat berupa :
a. Surat Tanda telah mengikuti Bimbingan Organisasi, Bimbingan Teknis.
28 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
b. Surat Tanda Lulus Uji Pelatihan sesuai dengan jenis pelatihan yang diikuti.
3. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pasal ini dikeluarkan oleh pengurus
RAPI Daerah sebagai pelaksana penyelenggara dan melaporkan ke Pengurus
Nasional RAPI.
Bab X
Ketentuan Peralihan
Pasal 16
Kepengurusan RAPI di tingkat Daerah wajib melakukan sosialisasi Peraturan Organisasi
ini secara berjenjang hingga ditingkat Lokal dalam kurun waktu 6 (enam) bulan setelah
ditetapkan.
Bab XI
Ketentuan Penutup
Pasal 17
1. Lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan pada
Peraturan Organisasi ini.
2. Peraturan organisasi ini, berlaku sejak diberlakukan oleh Pengurus Nasional RAPI
dengan diterbitkannya surat keputusan tentang Pemberlakuan Pedoman Organisasi
hasil RAKERNAS VII Tahun 2016;
3. Memerintahkan pada Pengurus Nasional RAPI untuk mensosialisasikan dan
memberlakukan pedoman organisasi ini sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal
ini.
Dibuat di : Banten
Pada Tanggal : 12 November 2016
PIMPINAN SIDANG KOMISI C RAPAT KERJA NASIONAL VII TAHUN 2016
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
29 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
TAHAPAN PENYELENGGARAAN
PEMBINAAN, BIMBINGAN ORGANISASI, BIMBINGAN TEKNIS, DAN PELATIHAN RAPI
Bab I
Pendahuluan
A. Umum
Untuk mewujudkan Visi RAPI menjadikan organisasi yang berkualitas sebagai
aset nasional dan sejalan dengan terwujudnya insan komunikasi radio yang
terampil, disiplin, berdedikasi dan memiliki loyalitas tinggi, sebagai kader bangsa
yang berjiwa Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka
diperoleh beberapa hal yang berpengaruh dengan organisasi RAPI yaitu :
1. manusia dalam hal ini anggota dan pengurus;
2. peraturan internal yang bersifat tulisan maupun adat
3. kebijakan, praktek manajemen dan kepemimpinan.
Faktor manusia ( anggota dan pengurus ) sangat menentukan, karena
aturan yang menyepakati adalah pengurus sesuai kewenangannya, kebijakan dan
praktek manajemen dilakukan juga oleh pengurus secara berjenjang. Melakukan
sesuatu dipengaruhi kemauan, sikap dan kemampuan dipandang dari berbagai
segi. Sesuai dengan bahasan ini, maka lebih dititik beratkan pada kemampuan
memahami organisai, memahami peraturan, memahami program dan memahami
apa yang harus dilakukan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kewajiban utama
personal sehingga sangat sedikit yang disisihkan untuk memahami internal RAPI
sehingga ketidak tepatan dalam memahami dan menerapkan.
Pada era globalisasi komunikasi dengan banyaknya sarana komunikasi akan
memberikan dampak dan ekses terhadap perjalanan organisasi. Oleh karena itu
pengurus secara berjenjang harus sigap melakukan pembinaan dan mengikuti
bimbingan organisasi, bimbingan teknis dan pelatihan sesuai dengan persyaratan
dan ketentuan. Setidak-tidaknya untuk mengurangi ekses juga kewajiban utama
setiap jenjang pengurus untuk melakukan pembinaan pada jenjang setingkat
dibawahnya dan sesuai kewenangan untuk menyelenggarakan bimbingan
organisasi, bimbingan teknis dan pelatihan. Pelatihan apa yang harus dilakukan,
siapa yang menjadi skala prioritas, bagaimana melakukannya, kapan dlakukan
30 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
dimana. Ini harus dijawab untuk menghadapi permasalahan dan langkah yang akan
dilakukan. Untuk menjadikan sumberdaya yang berkualitas. Selain itu pula terjadi
keanegaragaman penyelenggaraan bimbingan organisasi, bimbingan teknis dan
atau pelatihan dipandang dari materi, prosedur, kewenangan, tenaga pengajar,
metode yang diterapkan.
Bab II
Analisis Kebutuhan
A. Analisis kebutuhan pembinaan, bimbingan organisasi, bimbingan teknis dan
pelatihan dilakukan untuk mengungkapkan kebutuhan yang tepat sasaran.
1. Pengertian dan ruang lingkup.
Sebuah analisa kebutuhan pelatihan dapat membantu menentukan
kinerja atau tingkat pengetahuan, saat ini dihubungkan dengan aktivitas
tertentu, serta kinerja yang optimal atau tingkat pengetahuan yang dibutuhkan.
Dengan melakukan analisa kebutuhan yang membidangi SDM dapat
mengumpulkan informasi mengenai kompetensi tenaga tugas atau tugas itu
sendiri, informasi tersebut membantu mengidentifikasi penyebab masalah.
Selain itu, sebuah istilah yang lebih tepat adalah analisis kebutuhan
pelatihan. "Analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai" analisa
kebutuhan dan analisis kebutuhan yang membantu untuk menentukan apakah
pelatihan adalah solusi atau bagian dari solusi untuk memenuhi kebutuhan.
Setelah “mengapa pelatihan” dilakukan, analisis kebutuhan pelatihan dilakukan
untuk menentukan apa, kapan, di mana, bagaimana, dan oleh siapa pelatihan
mungkin akan lebih baik dipetugaskan "
2. Sifat.
Penganalisaan kebutuhan pelatihan sifatnya berkelanjutan dan
dipandang sebagai keharusan sebagai prosses kegiatan agar efektifnya
organisasi.
31 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
3. Tujuan
Dilakukan analisis tersebut dengan tujuan yang seharusnya dicapai,
adalah:
a. Dasar penyusunan untuk program pelatihan
b. Sebagai pedoman penyusunan program pelatihan
c. Sebagai referensi bagi organisasi atau penyelenggara untuk merancang
program pelatihan.
d. Kualitas tugas atau pelaksanaan pelatihan
e. Membantu peserta pelatihan untuk membantu mempersiapkan diri
menghadapi hal-hal baru.
4. Pertimbangan
Analisis kebutuhan pelatihan RAPI sebagaimana dimaksud dalam
Bab III peraturan ini dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain:
a. Identifikasi peran dan fungsi organisasi RAPI guna mendapatkan metode
pelatihan yang tepat;
b. Evaluasi kondisi sumber daya anggota dan pengurus;
c. Analisis kesenjangan, analisis manfaat dan analisis biaya dan sumber dana,
perencanaan sumber daya manusia.
d. Hasil analisis kebutuhan BO, Bintek dan pelatihan RAPI sebagaimana
dimaksud pada angka 1 diatas, digunakan sebagai dasar bagi organisasi
RAPI menyusun rencana tahunan kebutuhan pelatihan RAPI.
32 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
33 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
34 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
C. Data
1. Macam-macam data
Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak
dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan".
Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima
secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan
suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang sudah ada.
35 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau tertutup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika
pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih
jawaban yang disediakan.
b. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun
juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi
(situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan
sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Para peneliti bisa melakukan monitor penggunaan RoIP, VHF dan HF
terutama yang berhubungan dengan pemahaman dan penerapan Ten
Code (Kode seputuh), tatacara komunikasi radio, mengamati pada
acara-acara resmi RAPI. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini
antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, recorder.
c. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun
peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan
sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara
pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara
dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur :
Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti
apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar
pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat
menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material
lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang
akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting
masalah yang ingin digali dari responden.
36 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
d. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat
berupa berbagai macam , tidak hanya dokumen resmi.
Dokumen dapat dibedakan antara 2 yaitu : dokumen primer dan sekunder.
Dokumen primer merupakan dokumen yang ditulis oleh orang yang
langsung mengalami suatu peristiwa (contoh: otobiografi). Dan dokumen
sekunder merupakan dokumen yang ditulis orang lain yang selanjutnya
ditulis oleh orang ini (contoh: biografi).
e. Tehnik Sampling
Tehnik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang
berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling
dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel
dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode
sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika.
Langkah-langkah atau tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan
sampling adalah sebagai berikut :
menetapkan populasi penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian
menentukan variabel-variabel yang akan diamati dan diukur
menentukan kerangka sampel (sampling frame) yang akan digunakan
menentukan teknik sampling yang relevan dengan tujuan penelitian
menentukan jumlah sampel yang akan digunakan
menyesuaikan dan mempertimbangkan biaya yang harus disediakan
f. Penelitian Pendapat
Melalui pengamatan penulis sebenamya sudah dapat mengambil suatu
kesimpulan atau pendapat. Namun proses pengamatan itu dapat tetjadi
berulang-ulang, sehingga dapat timbul bermacam- macam pendapat atau
kesimpulan sesuai dengan jumiah pengamatan atas peristiwa yang sama
itu, tetapi yang masing- masingnya mempunyai ciri-ciri yang khusus.
Sebab itu semua bahan itu harus diolah kembali, semua pendapat yang
pernah diambilnya harus digarap sekali lagi untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan baru. Kesimpulan ini merupakan reaksi-reaksi penulis terhadap
bahan-bahan observasi secara menyeluruh.
Biasanya penggarapan kembali ini berbentuk penggabungan atau mencari
hubungan antar berbagai macam hal, mengadakan klasifikasi, dan
sebagainya. Proses menemukan hubungan-hubungan ini dapat berbentuk
analisa atau sintese. Analisa merupakan suatu proses memecahkan sesuatu
ke dalam bagian-bagian yang saling berhubungan; sebaliknya sintese
37 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab III
Format Modul Bimbingan Organisasi, Bimbingan Teknis dan Pelatihan
A.. Urutan Lembar Dan Bab Dalam Modul
1. Lembar Sampul Luar, termasuk warnanya
2. Lembar Sampul Dalam
3. Lembar Tahun Terbit dan Penerbit dan Hak Cipta (bila perlu)
4. Lembar Kata Pengantar dari Kepala Instansi
5. Lembar Daftar Isi
6. Lembar Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Manfaat Modul
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
2. Indikator Keberhasilan
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
F. Petunjuk Belajar
38 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
7. Lembar Bab II dan seterusnya sampai dengan Bab terakhir sebelum Bab
Penutup (merupakan materi subatansial) :
A. Sub-pokok bahasan (bisa lebih dari satu)
B. Rangkuman (letak poin menyesuaikan jumlah sub materi pokok)
C. Latihan/Evaluasi
D. Kunci Jawaban Pertanyaan/Penugasan
8. Lembar Bab Penutup
A. Rangkuman
B. Evaluasi
9. Lembar Daftar Pustaka
10. Lembar Lampiran (Bila ada)
11. Lembar Biodata Penulis (beserta photo ukuran 3 x 4 cm
berwarna) B. Format Pengetikan/Penulisan Modul
1. Jenis huruf : Arial atau Times New Roman
2. Besar/ukuran huruf atau font: 12 pt
3. Spasi : 1 spasi atau 1½ spasi
4. Paragraf tidak indent tetapi ada jarak 1 spasi antar paragraf.
5. Margin
39 |Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab IV
Jadwal dan Persiapan administrasi
A. Jadwal pelatihan
1. disusun oleh bagian penyelenggara pelatihan di setiap lembaga pelatihan dan
dikoordinasikan dengan tenaga pelatih.
2. Jadwal dipergunakan sebagai pegangan bagi tenaga pelatih , penyelenggara,
dan peserta pelatihan untuk mengetahui tahapan selama latihan berlangsung
sesuai dengan program latihan
Bab V
Sertifikat BO, BIMTEK dan Pelatihan
B. Keterangan
1. Design sertifikat diserangkan pada Pengnas RAPI untuk membuat master atau
contoh.
2. Apabila penyelenggaranya RAPINAS/RAPIDA bersama pemerintah, maka A.3.j
diatas ditulis juga penyelenggara dari pemerintah.
3. Apabila penyelenggara hanya RAPINAS/RAPIDA dan dipandang perlu serta telah
ada kesepakatan dengan pejabat pemerintah yang berhubungan dengan, maka
sertifikat diketahui dan ditanda tangani juga oleh pejabat dimaksud.
Dibuat di : Banten
Pada Tanggal : 12 November 2016
1 2 3 4 5
41 |Rakernas VII-2016
PO NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG
Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Bantuan Komunikasi,
Radio Pancar Ulang dan RoIP
MEMUTUSKAN:
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian
43 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab II
Bankom
Pasal 2
Klasifikasi dan Pelaksana
1. Bankom sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat 11 peraturan inti dilakukan oleh
jenjang organisasi RAPI dengan berbagai cara yaitu :
a. sesuai prosedur teratur tidak berubah-ubah dilakukan setiap hari disebut
Bankom Rutin,
b. berulang-ulang pada waktu tertentu dan beraturan disebut Bankom Berkala,
44 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
c.
keadaan sukar (sulit) yang tidak terduga yang memerlukan penanggulangan
segera disebut Bankom Darurat,
d. dilakukan istimewa , tidak umum disebut Bankom Khusus.
2. Bankom dilakukan oleh personal anggota RAPI secara khusus dengan model
kepanitiaan dan atau Satuan Tugas ( Satgas ).
3. Satgas dimaksud pada pasal 2 (2) peraturan ini sesuai Anggaran Dasar RAPI tahun
2016 pasal 21 jo Anggaran Rumah Tangga RAPI Tahun 2016 pasal 45 terdiri dari :
a. Satgaskom ( Satuan Tugas Komunikasi ),
b. Satgas TRC-IKB ( Tim Reaksi Cepat Informasi dan Komunikasi Bencana ),
c. Satgas RR ( RAPI Riders ),
d. Satgas Bansos ( Satuan Tugas Bantuan Sosial ).
Pasal 3
Pos Bankom
Pasal 4
Sarana Bankom
1. Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
atau tujuan pelaksanaan bankom;
2. Sarana dimaksud pada pasal 3 ayat 1 peraturan ini berupa sarana utama dan
sarana pendukung.
3. Sarana utama terdiri dari :
a. 1 (satu) unit radio HF (termasuk power supply, antena dan kabel),
b. 1 (satu) unit radio VHF (termasuk power supply, antena dan kabel),
c. HT sesuai jumlah petugas piket,
d. 1 (satu) unit RoIP (unit computer, modem dan aplikasi),
e. tenda secukupnya dengan mempertimbangkan agar peralatan tidak terkena air,
45 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
f. ruang dan atau tenda tempat tidur yang diupayakan dipisah dengan peralatan
atau diupayakan agar peralatan tidak terganggu,
g. daftar nomor telepon dan alamat kantor penting dan berhubungan,
h. tempat pembuangan sampah,
i. 1 (satu) unit tempat air minum,
j. meja dan atau tempat meletakkan sarana komunikasi, jumlah secukupnya,
k. buku catatan sementara penerimaan laporan dan formulir laporan,
l. buku atau daftar hadir piket dan serah terima piket,
m. aliran listrik accu dan atau genset dan atau aliran listrik yang berasal dari yang
telah ada, dalam hal ini tetap menyiapkan charger untuk HT dan accu dan atau
baterry charge.
n. bohlam lampu listrik yang dipasang dan cadangan bohlam, lampu emergency,
battery,
o. konektor listrik untuk fasilitas komunikasi dan pengecasan,
p. kabel listrik sesuai standar,
q. alat-alat tulis yang diperlukan,
r. kawat untuk penyangga antena,
4. Sarana pendukung terdiri dari :
a. mck,
b. banner merk pos bankom,
c. perlengkapan tidur,
d. jemuran pakaian dan atau tempat menggantungkan pakaian,
e. stabilizer,
f. stecker besar,
g. MCB sebagai alat pengamanan listrik,
h. saklar
i. fitting,
j. stop kontak.
k. tang (flier),
l. test pen,
m. obeng,
n. umbul-umbul dan bendera dan atau pataka RAPI.
o. plastik transparans untuk menutup sarana komunikasi dan lainnya sebagai
antisipasi terkena air yang diakibatkan hujan disertai angin,
p. buku tamu atau pengunjung,
q. lain-lain yang diperlukan.
Pasal 5
Susunan Personalia Bankom
Bab III
Tahapan dan Tatacara Bankom
Pasal 6
Tahapan
1. Untuk melaksanakan bankom yang tidak bersifat darurat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan merupakan tahapan sebelum dilaksanakan bankom, yaitu :
pembentukan pelaksana Bankom sesuai jenjang organisasi yang dikuatkan
dengan surat keputusan pengurus setingkatnya,
menyusun jadwal dan rencana kegiatan serta tanggung jawab petugas
yang diberikan kewenangan,
menyiapkan atau pengadaan atau pemeriksaan inventaris sarana utama
dan sarana pendukung bankom,
turut serta menyusun proposal atau anggaran biaya dan sumber biaya jika
diperlukan,
survey lokasi untuk membuat skema penataan fasilitas sehingga
memudahkan petugas untuk bekerja dan menentukan lokasi yang tepat
dan akomodatif,
koordinasi dengan institusi atau organisasi atau panitia yang berhubungan
dengan kegiatan bankom,
penentuan frekuensi, room pada RoIP dan lokasi pos bankom serta station
zulu atau nama panggil bankom,
Penjelasan tata cara kerja dan tahapan bankom oleh pengurus sesuai
koordinator lapangan masing-masing satgas.
b. Tahap pelaksanaan
pemberitahuan tugas/ jadwal piket selambat-lambatnya H-3,
petugas piket melaksanakan tugas penyampaian informasi dan atau
penerimaan informasi sekaligus meneruskan informasi,
setiap informasi diterima, penyampaian informasi dan atau meneruskan
informasi pada yang berhubungan dan berwewenang dilakukan pencatatan
dalam buku (log book) bankom,
pengecekan dan pertanyaan pada penyampai berita agar informasi yang
diterima jelas, lengkap, dipercaya terkini,
penanda tanganan daftar hadir dan serah terima pada saat selesai piket,
47 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
2. Untuk bankom darurat dilaksanakan oleh TRC-IKB sesuai dengan bidang masing-
masing pada personal TRC-IKB. Komando bankom oleh instansi atau institusi
yang memiliki kewenangan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dapat
dibantu oleh satkom lainnya dan atau anggota yang terjangkau alat komunikasi
sebagai jaring komunikasi.
Pasal 7
Tatacara Bankom
1. Bankom rutin dilakukan secara permanen sesuai tahapan pada pasal 6 peraturan
ini.
2. Bankom khusus dilakukan sesuai dengan institusi atau instansi yang mengkoordinir
dan atau yang memerlukan dengan tahapan sesuai pasal 6 peraturan ini.
3. Bankom darurat dikoordinir oleh TRC-IKB yang merupakan personal telah mengikuti
pelatihan khusus.
4. Bankom dilakukan dengan memanfaatkan jaring komunikasi baik yang bersifat
station tetap dan atau station bergerak.
5. Setiap bankom menyampaikan berita-berita yang bersifat peringatan seperti situasi
kondisi lalu lintas, prakiraan cuaca, peringatan dini, titik api (hot spot), gempa.
Pemantauan situsi dan kondisi yang ada, penyampaian segera berita yang bersifat
kedaruratan.
6. Penerimaan berita (10-14) harus lengkap dan penyampai berita harus diketahui
nama asli dan 10-28, sumber berita.
7. Apabila berita diterima tidak lengkap dan telah berselang waktunya, maka harus
dilakukan penelusuran kepada personal yang mengetahui dan posisinya berdekatan
dengan tempat tinggal sehingga diperoleh informasi terkini,dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
8. Apabila informasi yang dilarang pada pengguna stasiun KRAP, maka
penyampaiannya dapat dilakukan melalui telepon.
9. Bankom diupayakan menggunakan Radio VHF dan HF dan dengan simplek atau
melalui RPU serta RoIP.
48 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Pasal 8
Stasiun KRAP
Pasal 9
Bahasa
49 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab IV
Pasal 10
Lain-lain
Hal yang berhubungan dengan pedoman ini dan atau yang memerlukan penjelasan,
maka dilampirkan pada pedoman ini yang merupakan satu kesatuan.
Bab V
Ketentuan Peralihan
Pasal 11
1. Lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan pada
Peraturan Organisasi ini.
2. Dengan ditetapkannya dan diberlakukannya Peraturan Organisasi ini, maka Surat
Ketetapan Rapat Kerja Nasional VI Nomor : 14.09.RAKERNAS-VI.0711 Tentang
Bantuan Komunikasi dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
3. Peraturan organisasi ini, berlaku sejak diberlakukan oleh Pengurus Nasional RAPI
dengan diterbitkannya surat keputusan tentang Pemberlakuan Pedoman Organisasi
hasil RAKERNAS VII Tahun 2016;
4. Memerintahkan pada Pengurus Nasional RAPI untuk mensosialisasikan dan
memberlakukan pedoman organisasi ini sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal
ini.
50 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Dibuat di : Banten
Pada Tanggal : 12 November 2016
51 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Radio Antar Penduduk Indonesia yang disingkat RAPI merupakan organisasi
kemasyarakatan juga merupakan satu-satunya penyelenggara Komunikasi Radio
Antar Penduduk yang dikenal dengan KRAP. Kegiatan utama awalnya organisasi
RAPI adalah Bankom yang kini telah berkembang dengan kegiatan pengabdian
masyarakat berupa menyelenggarakan kegiatan sosial kemanusiaan yang bersifat
membantu masyarakat sesuai dengan potensi yang ada di tiap jenjang
kepengurusan ( ART 2016 pasal 3 ayat 3 ).
Komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan, apalagi dalam organisasi
RAPI yang merupakan penyelenggaraan KRAP.
Yang menjadi permasalahan bagaimana komunikasi itu efektif. Semua
kehidupan berkomunikasi, setiap hari manusia berkomunikasi, tetapi belum tentu
memahami apa yang diperlukan, terjadinya kegagalan komunikasi bahkan tidak
komunikatif antar unsur-unsur dalam suatu sistem. Apalagi berkomunikasi
khususnya dalam hal bantuan komunikasi rutin, khusus dan atau darurat.
Agar komunikasi effektif maka mulai dari bahasa, istilah, kode sepuluh (ten
code), isi berita yang diperlukan, bagaimana melakukan sehingga komunikasi bisa
membantu lebih cepat pergerakan bantuan dan tepat pada sasaran.
Untuk membantu pemahaman, maka pada lampiran ini juga dimuat
beberapa istilah penting yang berhubungan dengan bankom.
B. Tujuan
Pedoman ini ditetapkan setelah memperoleh kesepakatan agar memperoleh
pengertian dan penggunaan yang sama serta membantu agar bankom effektif dan
bermamfaat.
Bab II
Komunikasi
1. Komunikasi Effektif.
Komunikasi Efektif adalah apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan
penyampai pesan (komunikator) dapat diterima dengan baik atau sama pengertian
yang dimaksud oleh penerima pesan (komunikan), sehingga tidak terjadi salah
persepsi. Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik
secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan
52 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua
informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.
Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita
perhatikan yaitu:
(1) Pengirim pesan (sender),
(2) Pesan yang dikirimkan (message),
(3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media),
(4) Penerima pesan (receiver),
(5) Umpan balik (feedback).
Pengirim pesan harus memahami penerima pesan agar cara penyampaian pesan
lebih tepat dan isi pesan, selain itu diperlukan pemahaman kemampuan dan alat
komunikasi yang tidak mengganggu isi pesan yang disampaikan. Itulah sebabnya
pada bankom RAPI dapat dipergunakan ejaan yang baku dan difahami. Apabila
diketahui penerima pesan belum tentu memahami maksud pesan yang diterima,
maka diperlukan penjelasan agar pesan tersebut ditindaklanjuti dengan
meneruskan pesan pada yang berhubungan dan atau yang berdekatan.
10. Nama panggil untuk Sekretariat RAPI wilayah adalah JZ kode daerah ZZW
ditambah angka arab untuk menunjukkan wilayah RAPI yang diatur dalam
peraturan daerah masing-masing.
Contoh :
JZ11ZZW25
Stasiun Sekretariat RAPI Wilayah
(ZZW) Daerah Jawa Tengah (11)
Wilayah Kabupaten Purworejo (25)
11. Nama panggil untuk Sekretariat RAPI lokal adalah JZ kode daerah ZZL
ditambah angka arab untuk menunjukkan wilayah RAPI baik jenjang wilayah
dan jenjang lokal yang diatur dalam peraturan wilayah masing-masing.
55 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Contoh :
JZ11ZZL2502
Stasiun Sekeretariat RAPI Lokal (ZZL)
Daerah Jawa Tengah (11)
Wilayah Kabupaten Purworejo (25)
Lokal Kutoarjo (02)
12. Nama Stasiun Bergerak/Mobile dengan prefix JZ kode daerah ZMZ (zulu
maik zulu) untuk nasional dan untuk daerah ZMD (zulu maik delta), wilayah
ZMW dan lokal ZML diikuti dengan kode yang menunjukkan jenjang RAPI yang
bersangkutan yang ditetapkan dalam peraturan sesuai jenjang masing-masing.
Kemudian ditambahkan dengan nomor urut sesuai pendaftaran pada pengurus.
Nama station bergerak diberikan tanda kartu oleh jenjang pengurus dan
wilayah masing-masing.
Contoh :
Stasiun bergerak untuk RAPI Nasional : JZ00ZMZ
Stasiun bergerak untuk RAPI Daerah : JZ09ZMD ( Daerah DKI Jakarta )
Stasiun bergerak untuk RAPI Wilayah : JZ09ZMW01
Stasiun bergerak untuk RAPI Lokal : JZ09ZML0102
13. Nama Stasiun Panggil untuk kegiatan bankom dengan urutan prefix JZ kode
daerah, prefix awal :
a. daerah yaitu ZD dan huruf terakhir kode sesuai jenis kegiatan yang
ditetapkan pada peraturan ini,
b. wilayah yaitu ZW dan huruf terakhir kode sesuai jenis kegiatan yang
ditetapkan pada peraturan ini dan kode wilayah yang ditetapkan pada
peraturan daerah masing-masing,
c. lokal yaitu ZL dan huruf terakhir kode sesuai jenis kegiatan yang ditetapkan
pada peraturan ini dan diikuti kode wilayah dan kode lokal yang ditetapkan
pada peraturan wilayah masing-masing.
Huruf
No. Nama kegiatan prefix Nasional Daerah Wilayah Lokal
terakhir
1 2 3
1. Operasional O JZ00ZZO JZ..ZD0 JZ..ZW0.. JZ..ZL0....
Kegiatan RAPI
2. Kegiatan SAR A JZ00ZZA JZ..ZDA JZ..ZWA.. JZ..ZLA....
3. Kegiatan B JZ00ZZB JZ..ZDB JZ..ZWB.. JZ..ZLB....
Penanggulangan
Bencana
56 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Contoh :
Kegiatan Kementerian Sosial
Stasiun Panggil Bankom Nasional : JZ00ZZS
Stasiun Panggil Bankom Daerah Jawa Tengah : JZ11ZDS
Stasiun Panggil Bankom Wilayah Purworejo : JZ11ZWS25
Stasiun Panggil Bankom Lokal Kutoarjo : JZ11ZLS2502
14. Apabila belum ditetapkannya Peraturan Daerah, maka Peraturan Wilayah yang
mengatur tentang kode wilayah dan kode lokal, maka dapat ditetapkan dengan
surat keputusan pengurus sesuai jenjang dan selanjutnya harus ditetapkan pada
forum yang membahas perda dan atau perwil masing-masing.
57 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab IV
Susunan Acara NET Radio
A. Susunan Acara NET Radio melalui VHF dan atau HF dengan memperhitungkan
situasi dan kondisi fasilitas radio melalui sebagai berikut :
1. Pembukaan oleh Pengendali Acara,
2. Pembacaan Visi, Misi RAPI
3. Pembacaan Kode Etik RAPI,
4. Pembacaan Tri Tertib RAPI
5. Inventarisasi pelapor dengan menyebutkan 10-28 (callsign) dan nama asli yang
dibagi beberapa sesi dengan setiap sesi disesuaikan dengan kepadatan pelapor
dan mendahulukan yang bersifat darurat dan sangat penting. Apabila terdengar
10-50 atau 10-33, maka kegiatan sementara untuk dikhususkan yang bersifat
10-33 dan selanjutnya untuk pemantauan perkembangan situasi dimintakan
untuk bergeser pada frekuensi yang telah ditetapkan sebagai frekuensi darurat
atau emergency.
6. Penutup yaitu memuat ucapan terima kasih, himbauan dan menutup acara.
B. Susunan Acara NET Radio melalui RoIP room Indonesia atau room bankom sesuai
dengan susunan acara pada huruf A Bab IV diatas.
Bab V
Fasilitas Komunikasi
A. High Frequency (HF)
HF adalah alat dan perangkat komunikasi radio yang berfungsi sebagai
pemancar/penerima (transceiver) yang bekerja dalam pita frekuensi HF.
Kanal HF yang telah ditentukan sebelumnya sesuai alokasi yang frekuensi radio
antara frekuensi 26,960 MHz hingga 27,410 MHz (Mega Hertz) yang dibagi menjadi
40 kanal atau sesuai alokasi yang diberikan pemerintah Republik Indonesia pada
RAPI.
Bab VI
Isitilah-istilah bahasa dan penerimaan signal radio HF dan VHV
Bab VII
Kode Sepuluh ( Ten Code )
No Kode Keterangan
1 10-1Penerimaan Buruk
2 10-2Penerimaan Baik
3 10-3Berhenti mengudara
4 10-4Benar/dapat dimengerti
5 10-5Pesan untuk disampaikan
6 10-6Sedang sibuk kecuali ada trafik
7 10-7Ada kerusakan/tidak mengudara
8 10-8Dapat mengudara
9 10-9Pesan diulang
10 10-10 Penyampaian berita selesai
11 10-11 Bicara terlalu cepat
12 10-12 Mengundurkan diri/ada tamu
13 10-13 Keadaan cuaca/jalan
14 10-14 Informasi
15 10-15 Informasi sudah disampaikan
16 10-16 Harap dijemput/diambil pada
17 10-17 Ada urusan penting/urgent
18 10-18 Ada sesuatu untuk kita
19 10-19 Bukan untuk kita, kembalikan
20 10-20 Lokasi transmit
21 10-21 Hubungi via telepon
22 10-22 Agar melapor ke….
23 10-23 Standby/meminta untuk menunggu
24 10-24 Selesai melaksanakan tugas
25 10-25 Dapat menghubungi….?
26 10-26 Info terakhir kurang diperhatikan
27 10-27 Pindah chanel
28 10-28 Identitas/call sign
29 10-29 Waktu untuk menghubungi telah habis
30 10-30 Tidak mentaati peraturan
31 10-31 System antena
32 10-32 Radio check/report pesawat
33 10-33 Keadaan darurat/kecelakaan
60 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
51 Salam Keluarga
55 Salam Sejahtera
73 Best Regard
88 Love and Kiss
Ditetapkan di : Banten
Pada tanggal : 12 November 2016
62 | Rakernas VII-2016
PO NOMOR 3 TAHUN 2016
TENTANG
Tentang
Pembentukan Jenjang Organisasi Baru Sesuai Jenjang Organisasi Radio
Antar Penduduk Indonesia
63 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
MEMUTUSKAN :
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian dan ruang lingkup
1. Radio Antar Penduduk Indonesia disingkat RAPI adalah organisasi dengan jenjang
kepengurusan nasional, daerah, wilayah dan lokal.
2. Jenjang Organisasi RAPI sesuai pasal 18 Anggaran Rumah Tangga RAPI Tahun
2016 meliputi;
a. Organisasi tingkat Nasional meliputi seluruh wilayah NKRI.
64 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab II
Tatacara Pembentukan Jenjang Organisasi baru
Pasal 2
Pendataan
Pasal 3
65 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Kewenangan
1. Apabila institusi baru yang tidak ada adalah jenjang daerah/provinsi, maka
kewenangan ada pada Pengurus Nasional RAPI,
2. Apabila institusi baru yang tidak ada adalah jenjang wilayah atau kabupaten/kota,
maka kewenangan ada pada pengurus daerah RAPI yang merupakan setingkat di
atas jenjang wilayah dimaksud.
3. Apabila institusi baru yang tidak ada adalah jenjang lokal atau kecamatan atau
distrik (Papua dan Papua Barat), maka kewenangan ada pada Pengurus Nasional
RAPI.
Pasal 4
Tatacara Pembentukan Jenjang Kepengurusan
1. Setelah dilakukan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 Peraturan Organisasi ini dan
sesuai kewenangan pada pasal 3 peraturan ini, maka dilakukan pembentukan
Jenjang Pengurus sementara sesuai jenjang kepengurusan yang tidak ada;
2. Kepengurusan sementara diupayakan melalui rapat dan atau mendengarkan
pertimbangan dari pengurus setingkat di bawahnya atau anggota-anggota yang
masih ada dan valid;
3. Pertimbangan sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini, dapat dilakukan melalui
tulisan resmi, menggunakan sarana komunikasi sehingga pengurus sementara
dapat berjalan sebagaimana diharapkan;
4. Setelah melakukan tahapan-tahapan dimaksud pasal 2 dan pasal 4 peraturan ini,
maka pengurus setingkat di atasnya memberikan tugas dengan menerbitkan surat
keputusan kepada anggota yang memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai
pengurus sementara.
Pasal 5
Pengurus Sementara
1. Waktu atau masa bakti pengurus sementara jenjang baru berlaku 3 (tiga) bulan
sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan tentang tugas pengurus dan dapat
diperpanjang 3 (tiga) bulan berikutnya, apabila pengurus setingkat diatasnya telah
melakukan pengkajian dan layak untuk diperpanjang;
2. Apabila belum menyelenggarakan musyawarah pada saat habis masa tugasnya,
maka dapat dilakukan perpanjangan 1 (satu) kali dengan waktu 3 (tiga) bulan
berikutnya dengan surat keputusan yang baru, apabila pengurus jenjang setingkat
diatasnya telah melakukan pengkajian dan layak untuk diperpanjang.
3. Yang dimaksud dengan pasal 5 ayat 2 di atas pada peraturan ini dengan
pertimbangan pengurus telah melakukan tugas dan kewenangan dan melaporkan
hasilnya yang merupakan bahan evaluasi atau pertimbangan pengurus yang
mengeluarkan surat keputusan tentang penugasan sebagai pengurus;
66 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab III
Musyawarah Anggota
Pasal 6
Ruang lingkup
1. Pada jenjang institusi baru dan atau adanya daerah otonomi baru merupakan
musyawarah anggota;
2. Ruang lingkup musyawarah dapat juga dilakukan perencanaan program kerja dan
menyusun kepengurusan.
Pasal 7
Persyaratan dan Tatacara Pembentukan Institusi baru sesuai Jenjang Organisasi
67 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
1. Apabila pembentukan Institusi baru tsb adalah Institusi Daerah, jumlah anggota
valid sekurang-kurangnya berjumlah 60 (enam puluh) orang.
2. Apabila pembentukan Institusi baru tsb adalah Institusi Wilayah, jumlah anggota
valid sekurang-kurangnya berjumlah 30 (tiga puluh) orang.
3. Apabila pembentukan Institusi baru tsb adalah Institusi Lokal, maka keseluruhan
anggota yang valid keanggotaannya sekurang-kurangnya berjumlah 15 (lima belas)
orang.
4. Menyampaikan data kepengurusan jenjang dibawahnya yang masih valid dan
dilampirkan copy surat keputusan.
5. Rekomendasi dari pengurus asal untuk dimekarkan atau pembentukan institusi baru
sesuai jenjang;
6. Data yang dimaksud pasal ini pada ayat 1 atau ayat 2 atau ayat 3 disajikan dalam
bentuk matrik sebagaimana pada lampiran I Pedoman Organisasi ini;
7. Data nama-nama jenjang pemerintahan yang akan dimekarkan atau dibentuk
institusi baru serta kode wilayah dan atau kode lokal.
Pasal 8
Lain-lain
1. Syarat kepengurusan dan korum mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga tahun 2016.
2. Dalam hal menyelenggarakan musyawarah dan menyusun rancangan tata tertib
berpedoman pada Peraturan Organisasi.
3. Pada saat pengukuhan pengurus hasil musyawarah diupayakan mengenakan
pakaian seragam organisasi sebagaimana pada peraturan organisasi tentang
pakaian seragam.
Bab V
Ketentuan Peralihan dan Penutup
Pasal 9
Ketentuan Peralihan
1. Lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan pada
Peraturan Organisasi ini.
68 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Ditetapkan di : Banten,
Pada tanggal : 12 November 2016.
10 28/
Jabatan Nama NIA Tandatangan
Callsign
1 2 3 4 5
69 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Keterangan :
kolom 1 diisi sesuai urutan pendataan dengan memberikan angka dimulai dari 1 dan
selanjutnya. Hal ini untuk mengetahui jumlah anggota,
kolom 2 diisi sesuai nama asli dan tidak diperkenankan nama samaran,
kolom 3 diisi callsign sesuai domisili tetapnya dan yang terakhir,
kolom 4 diisi masa berlaku IKRAP dan KTA dengan memberikan warna merah pada dasar
kolom bagi yang telah habis masa berlaku,
kolom 5 diisi status jabatan pada pengurus yang masih valid,
kolom 6 diisi pekerjaan tetap anggota,
kolom 7 diisi alamat tetap dan pada saat pendataan.
Kolom 1 s.d. kolom 7 merupakan minimal harus dilakukan, tetapi tidak menutup kemungkinan
jika ingin ditambah kolom umur, pendidikan terakhir dan kolom keterangan yang isinya
menyebutkan copy bukti dilampirkan.
70 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Ditetapkan di : Banten,
Pada tanggal : 12 November 2016.
71 | Rakernas VII-2016
PO NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG
Tentang
Tata Cara Musyawarah Dan Musyawarah Luar Biasa Pada Jenjang Organisasi
Radio Antar Penduduk Indonesia
72 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : Tata Cara Musyawarah dan Musyawarah Luar Biasa Pada Jenjang
Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian dan Ruang Lingkup
73 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab II
Musyawarah
Pasal 2
Musyawarah
74 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Pasal 3
Musyawarah Luar Biasa
1. Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan atas usulan dua pertiga (2/3) dari pengurus
definitif satu jenjang dibawahnya sesuai dengan pasal 51 ART Tahun 2016.
2. Usulan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 1 diatas, harus disetujui oleh
DPPO sesuai dengan tingkatan/jenjang organisasi dan atau jenjang musyawarah
luar biasa.
3. Tahapan musyawarah selanjutnya sesuai pada pasal 2 peraturan ini yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak bertentangan dengan peraturan yang
lebih tinggi.
4. Kesepakatan musyawarah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi, kecuali Musyawarah Nasional (MUNAS)/ Musyawarah Nasional Luar Biasa
(MUNASLUB).
5. Apabila musyawarah bersifat Nasional maka apa yang disepakati merupakan bagian
dari perubahan peraturan, bersifat mengikat dan final.
6. Sesuai bunyi pasal 1 ayat 6 huruf a PO ini, diatur pada PO tentang Tatacara
Pemberian Sanksi, Pembelaan Diri dan Pemberhentian Pengurus Pada Jenjang
Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia.
75 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab III
Tahapan Penyelenggaraan
Pasal 4
Tahapan Musyawarah
Pasal 5
Tahap Persiapan
Pasal 6
Acara Pembukaan
76 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
2. Pada acara pembukaan, yang ditugaskan dari seksi acara melakukan pengecekan
para petugas, sound sistem dan perlengkapan acara lainnya sekaligus
mengingatkan acara akan dimulai.
3. Apabila telah siap, maka seksi acara memberitahukan pada ketua panitia pelaksana.
4. Apabila yang dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 pasal ini telah memperoleh
persetujuan, maka acara dimulai dengan susunan acara sebagaimana dilampirkan
pada ketetapan ini.
Pasal 7
Persidangan
1. Musyawarah sebagaimana dimaksud pada pasal 2 dan atau pasal 3 dipimpin oleh
Pengurus atau pengurus sementara atau yang ditugaskan pengurus sesuai jenjang
organisasi dan jenjang musyawarah.
2. Apabila jadwal acara dan tata tertib telah disahkan dan pimpinan sidang tetap
sudah dipilih, maka dilaksanakan serah terima dengan penyerahan :
a. Kewenangan dan
b. Perlengkapan sidang berupa jadwal dan tata tertib yang disepakati.
3. Setiap kesepakatan dibuatkan Surat Keputusan sebagaimana pada pedoman tata
naskah dengan melampirkan hasil yang telah dibenahi sesuai kesepakatan.
Pasal 8
Acara Penutupan
Bab III
Pelaporan
Pasal 9
Naskah Musyawarah / Musyawarah Luar Biasa
77 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab IV
Sistematika Tata Tertib
Pasal 10
Ketentuan Umum
Pasal 11
Waktu dan Tempat
Menjelaskan dimana dan kapan dilaksanakan musyawarah atau musyawarah luar biasa,
dimuat secara lengkap.
Pasal 12
Tema
Pasal 13
Peserta
a. Utusan
b. Pengurus setingkat diatasnya
Pasal 14
Hak dan Kewajiban Peserta
Pasal 15
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Hak bicara adalah hak untuk menyampaikan usul, saran dan pendapat;
2. Hak bicara sebaiknya disampaikan dengan pertimbangan objektif rasional, analisa
dan kesimpulan atau tegasnya.
3. Hak suara adalah hak yang dimiliki utusan untuk melakukan pemilihan yang bisa
bersifat utusan perorangan atau bisa perwakilan jenjang kepengurusan dengan
cukup satu suara.
Pasal 16
Penyampaian Pendapat
80 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Pasal 17
Jenis Persidangan
Pasal 18
Korum
Pasal 19
Pimpinan Sidang
Pasal 20
Tata Cara Pemilihan Ketua
c. Apabila jumlah calon yang memenuhi syarat sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan dan disepakati, maka tidak dilakukan pemilihan.
d. Setelah jumlah yang disepakti diperoleh, maka anggota DPPO melakukan rapat
untuk menentukan Ketua, sedangkan sekretaris DPPO adalah jabatan Sekretaris
Umum untuk Pengnas atau Sekretaris untuk jenjang dibawahnya yang
merupakan Sekretaris DPPO.
3. Tahapan pemilihan Ketua Umum/Ketua dan DPPO.
4. Apabila hanya diperoleh satu calon yang memenuhi persyaratan, maka calon
tersebut secara otomatis sebagai Ketua Umum atau Ketua terpilih sekaligus ketua
formatur.
5. Apabila pada pemilihan diperoleh dua atau lebih calon memperoleh nilai tertinggi
yang sama, maka dilakukan pemilihan ulang hanya sekali.
6. Apabila yang dimaksud pada pasal 20 ayat 5 peraturan ini, masih diperoleh hasil
tertinggi sama, maka yang menentukan adalah pengurus setingkat diatasnya.
7. Pemilihan tim formatur pada sidang paripurna, kecuali ketua umum atau ketua
sesuai jumlah yang disepakti dan ganjil dengan susunan Ketua, Sekretaris dan
Anggota.
8. Formatur sesuai AD ART RAPI Tahun 2016 pasal 39 ayat 4, terdiri dari :
a. Ketua Umum/ Ketua terpilih.
b. Ketua Sidang Paripurna.
c. Perwakilan Pengurus Demisioner sebanyak 1 (satu) orang.
d. Peserta Utusan musyawarah yang dipilih dan ditugaskan oleh musyawarah
sebanyak 2 (dua), 4 (empat) atau 6 (enam) orang.
9. Formatur menanda tangani susunan pengurus (Nama, 10-28 dan jabatan ) yang
disepakati.
10. Formatur mengumumkan hasil sidang formatur pada sidang paripurna dan
keputusannya final dan mengikat kecuali bertentangan dengan peraturan-peraturan
yang berlaku dengan mempertimbangkan jenjang peraturan.
11. Hasil Kepengurusan ditetapkan dalam surat ketetapan musyawarah.
Pasal 21
Persyaratan Kepengurusan
1. Persyaratan kepengurusan sebagaimana dalam ART RAPI Tahun 2016 pasal 38 dan
dilampirkan pada peraturan organisasi ini.
2. Apabila dipandang perlu untuk lebih memperinci dan memperjelas serta
menambahkan persyaratan Ketua Umum atau Ketua sesuai jenjang masing-masing,
sesuai kesepakatan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi atau tidak bertentangan dengan kesepakatan nasional.
Pasal 22
Pengambilan Keputusan
2. Apabila yang dimasud ayat 1 pasal ini tidak dicapai, maka dilakukan pemilihan atau
voting atau pemungutan suara.
3. Apabila dilaksanakan sebagaimana pada ayat 2 pasal ini, maka suara tertinggi
dinyatakan sebagai kesepakatan atau terpilih.
4. Apabila hasil pemilihan yang terbanyak terdapat 2 (dua) pilihan sama, maka
dilakukan pemilihan ulang.
5. Apabila pemilihan sebagaimana ayat 4 pasal ini telah dilakukan terhadap 2 (dua)
pilihan hasilnya tetap sama, maka dapat dilakukan upaya untuk memperoleh
kesepakatan kedua pihak.
6. Apabila upaya dimaksud pada ayat 5 tidak menghasilkan kesepakatan, maka
ditentukan oleh pengurus setingkat diatasnya. Khusus untuk Nasional ditentukan
oleh Bapak RAPI Nasional atau Ketua DPPON.
Pasal 23
Sanksi
1 Apabila terjadi peristiwa pelanggaran terhadap tata tertib ini, maka dapat diberikan
sanksi dengan tahapan sebagai berikut :
a. Teguran lisan pada forum sesuai acara dan jadwal yang telah disahkan,
b. Apabila teguran lisan hingga 3 (tiga) kali dan masih melanggar tata tertib, maka
dikeluarkan dari persidangan.
2 Apabila terdapat peserta dan atau bukan peserta mengganggu dan atau merusak
acara dan atau mengganggu jalannya acara musyawarah, maka panitia pelaksana
melaporkan dan meminta bantuan pada panitia keamanan dan atau aparat
keamanan setempat.
Bab V
Ketentuan Peralihan
Pasal 24
Kepengurusan RAPI di tingkat Daerah wajib melakukan sosialisasi Peraturan Organisasi
ini secara berjenjang hingga ditingkat Lokal dalam kurun waktu 6 (enam) bulan setelah
ditetapkan.
Bab VI
Ketentuan Penutup
Pasal 25
1. Lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan pada
Peraturan Organisasi ini.
2. Dengan ditetapkannya dan berlakunya peraturan organisasi ini, maka Surat
Ketetapan Rapat Kerja Nasional VI Radio Antar Penduduk Indonesia Nomor :
83 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Ditetapkan di : Banten,
Pada tanggal : 12 November 2016
10-28/
Jabatan Nama Callsign NIA Tandatangan
1 2 3 4 5
84 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bab II
Hal-hal yang berhubungan dan penjelasan
86 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
C. Ketentuan Undangan
1. Bagi pengamat utusan instansi, membawa surat mandat atau surat tugas dari
instansinya/lembaga/organisasi sesuai undangan pengurus cq. panitia
pelaksana.
2. Bagi Pengamat unsur fungsionaris dan aktivis RAPI, membawa undangan
pengurus cq. Panitia Pelaksana.
3. Mendaftarkan diri kepada panitia pelaksana dengan menyerahkan surat mandat
dan pasfoto berwarna ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar.
4. Bagi yang memiliki penyakit tertentu yg tidak menular, harus membawa obat
sendiri sesuai resep dokter serta melapor khusus pada panitia pelaksana.
5. Aspirasi dan saran bentuk tulisan agar disampaikan kepada pengurus
penyelenggara dan panitia pengarah (SC) atau disampaikan langsung dalam
bentuk tulisan dan softcopy dalam waktu seminggu sebelum pelaksanaan.
6. Membawa perlengkapan pribadi secukupnya.
7. Melunasi apabila ada kontribusi sesuai jumlah yang ditetapkan panitia
pelaksana.
8. Membawa perlengkapan berupa seragam resmi dan pakaian untuk diluar
persidangan yang diperlukan.
9. Melunasi apabila ada kontribusi sesuai jumlah yang ditetapkan Panitia
Pelaksana.
10. Pesanan tambahan, jasa laundry dan pemanfaatan makan dan minuman bukan
dari panitia menjadi tanggung jawab pribadi, dan harus dibayar tunai oleh
masing-masing pengguna.
11. Tidak membawa benda atau barang yang dilarang sesuai peraturan per-
Undang-undangan yang berlaku.
12. Memperhatikan dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku dari pemilik
dan atau pengelola lokasi musyawarah.
13. Menciptakan suasana bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan.
14. Berperilaku santun, patuh, taat dan tanggung jawab.
D. Periode Kepengurusan
1. Pada acara musyawarah. masa kepengurusan atau periode kepengurusan sesuai
jenjang organisasi yang diatur pada Bab X - ART RAPI Tahun 2016.
2. Khusus pada Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) karena Ketua Umum
dan atau Ketua berhalangan tetap, maka periode Ketua Umum dan atau Ketua
dapat dilakukan periode sesuai jenjang kepengurusan sebagai berikut :
a. Apabila masa kepengurusan yang dilampaui lebih dari separuh masa
kepengurusan sesuai jenjang, maka masa kepengurusan utuh sesuai
dengan jenjang masing-masing yang diatur pada Bab X - ART Tahun 2016,
b. Apabila masa kepengurusan yang dilaksanakan kurang dari separuh
masa kepengurusan sesuai jenjang kepengurusan, maka hanya dilakukan
pemilihan Ketua sesuai dengan periode kepengurusan yang telah ada atau
sisa periode kepengurusan masing-masing.
88 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
E. Kepengurusan Demisioner
Kepengurusan Demisioner merupakan kepengurusan yang diambil alih oleh ketua
Sidang Paripurna, setelah Ketua Umum/ Ketua menyampaikan laporan kinerja
pengurus dalam musyawarah.
G. Persyaratan Pengurus
1. Persyaratan Umum pengurus;
a. Anggota RAPI aktif dibuktikan dengan KTA yang masih Valid masa
berlakunya,
b. Tidak menjadi pengurus organisasi sejenis,
c. Berkomitmen kuat, sanggup dan rela berkorban menjalankan organisasi
RAPI untuk mencapai visi dan misi organisasi,
d. Mampu berorganisasi, bekerjasama dengan sesama pengurus serta
bertanggung jawab atas jabatannya,
89 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab III
Susunan Acara Musyawarah
A. Susunan Acara
1. Susunan Acara Inti terdiri dari :
a. Pembukaan
b. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
c. Menyanyikan Mars RAPI
90 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
91 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Ditetapkan di : Banten,
Pada tanggal : 12 November 2016.
Agus Feri
Sekretaria JZ09AFH 09.05.04.029663
Handoko
92 | Rakernas VII-2016
PO NOMOR 5 TAHUN 2016
TENTANG
Tentang
Tata Cara Rapat - Rapat Pada Jenjang Organisasi
Radio Antar Penduduk Indonesia
MEMUTUSKAN :
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian dan Ruang lingkup
94 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
b. Anggaran Dasar berfungsi sebagai dasar atau sumber peraturan/ hukum dalam
organisasi.
2. Anggaran Rumah Tangga Tahun 2016 disingkat ART sesuai pasal 21 ART adalah :
a. Anggaran Rumah Tangga merupakan perincian pelaksanaan Anggaran Dasar.
b. Anggaran Rumah Tangga berfungsi menerangkan hal-hal yang belum spesifik
pada Anggaran Dasar atau yang tidak diterangkan dalam Anggaran Dasar.
3. Peraturan Organisasi pada peraturan ini disingkat PO merupakan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis serta penjabaran dan penjelasan dari Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ( pasal 22 ART ).
4. Tata tertib rapat-rapat di atur dalam Peraturan Organisasi dan dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga ( pasal 52 ART ).
5. Rapat Kerja bertujuan untuk menyusun, menetapkan dan menilai pelaksanaan
Program Kerja Pengurus selama periode kepengurusannya dan sesuai jenjang
kepengurusan juga untuk pembahasan dan pengesahan Peraturan Organisasi atau
sesuai jenjang untuk pembahasan peraturan daerah atau peraturan wilayah atau
peraturan lokal.
6. Rapat Pimpinan bertujuan untuk memecahkan permasalahan organisasi atau
mensosialisasikan kebijakan yang bersifat mendesak dan atau merubah serta
menetapkan peraturan dalam organisasi sesuai jenjang peraturan dan jenjang
organisasi.
7. Rapat anggota bertujuan untuk memecahkan permasalahan organisasi atau
mensosialisasikan kebijakan yang bersifat mendesak yang diselenggarakan
Pengurus Lokal sesuai wilayah masing-masing yang dilaksanakan pengurus
bersama-sama anggota.
8. Rapat pengurus bertujuan untuk membahas persoalan kepengurusan, rencana
kegiatan dan pembuatan laporan pengurus yang dilakukan 3 (tiga) bulan sekali dan
atau saat yang dipandang penting dan mendesak dan dihadiri oleh seluruh
pengurus dan DPPO.
9. Rapat koordinasi bertujuan untuk melakukan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan
yang merupakan rapat yang melibatkan beberapa institusi organisasi baik internal
maupun di luar RAPI secara vertikal maupun horisontal kepengurusan sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
Bab II
Rapat-Rapat
Pasal 2
Rapat Kerja
Pasal 3
Rapat Pimpinan
1. Rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 6 peraturan ini harus dilakukan
dengan cermat dan akurat khusus mengenai permasalahan agar tidak menimbulkan
akibat yang tidak benar. Untuk hal ini dijelaskan pada lampiran peraturan ini.
Pasal 4
Rapat Anggota
1. Apabila rapat anggota sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 7 pedoman ini khusus
untuk permasalahan kepengurusan lokal yang habis masa kepengurusan dapat
dilakukan inisiatif pengurus wilayah satu jenjang diatas kepengurusan lokal yg
merupakan wilayah kerjanya dan atau usulan beberapa anggota kepada pengurus
wilayah.
2. Rapat anggota yang dimaksud ayat 1 pada pasal ini untuk memberikan mandat
pada beberapa anggota menjadi sesuai ART tahun 2016 dan peraturan organisasi.
3. Tata cara rapat anggota dijelaskan pada lampiran peraturan ini.
96 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Pasal 5
Rapat Pengurus
Pasal 6
Rapat Koordinasi
1. Maksud rapat koordinasi sebagaimana pada pasal 1 ayat 9 peraturan ini mengatur
suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yang akan
dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur;
2. Tatacara rapat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasaal ini dijelaskan pada
lampiran peraturan ini.
Bab III
Tahapan Penyelenggaraan
Pasal 7
Rapat- Rapat
Pasal 8
Tahap Persiapan
Pasal 9
Acara Pembukaan Dan Pembukaan
Pasal 10
Rapat
98 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
2. Pada awal rapat dan setiap sesi rapat harus dilakukan penjelasan sekilas tentang
materi yang disediakan dan atau permasalahan yang dihadapi.
Pasal 11
Acara Penutupan
1. Susunan acara penutupan sebagaimana dilampirkan pada ketetapan ini dan dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
2. Acara penutupan dilaksanakan apabila selesai seluruh persidangan.
3. Apabila tidak ada acara penutupan, maka cukup dengan kata penutup dan salam.
Bab IV
Pelaporan
Pasal 12
Administrasi Pelaporan
Bab V
Sistematika Tata Tertib
Pasal 13
Ketentuan Umum
4. Apabila suatu batasan pengertian atau definsi perlu dikutip kembali di dalam
ketentuan umum suatu peraturan pelaksanaan, maka rumusan batasan pengertian
atau definisi di dalam peraturan pelaksanaan harus sama dengan rumusan batasan
pengertian atau definisi yang terdapat di dalam peraturan lebih tinggi yang
dilaksanakan tersebut.
Pasal 14
Waktu dan Tempat
Menjelaskan dimana dan kapan dilaksanakan rapat hingga selesai yang dimuat secara
lengkap pada jadwal acara.
Pasal 15
Tema
Tema adalah pokok pikiran sebagai landasan acara khusus untuk RAKER dan RAKOR.
Pasal 16
Peserta Rapat
Pasal 17
Hak dan Kewajiban
1. Hak adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu sesuai yang telah ditentukan oleh
peraturan tata tertib ini. Hak peserta yaitu :
a. Hak bicara yaitu hak untuk menyampaikan pendapat secara objektif rasional,
b. Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama,
100 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Pasal 18
Tata Cara Pembahasan
Pasal 19
Korum
Pasal 20
Pimpinan Rapat dan Kewenangan
1. Pimpinan sidang sesuai dengan pasal 5 ayat 2 atau sesuai pasal 5 ayat 3 peraturan
ini.
2. Mengatur jalannya persidangan agar tertib, tidak riuh dan dapat didengarkan serta
dimengerti semua peserta.
3. Memberikan teguran dan sanksi bagi peserta yang melanggar tatib dan atau
mengganggu jalannya rapat.
Pasal 21
Pengambilan Keputusan
Pasal 22
Sanksi
1. Apabila terjadi peristiwa pelanggaran terhadap tata tertib ini, maka dapat diberikan
sangsi dengan tahapan sebagai berikut :
a. Teguran lisan pada forum sesuai acara dan jadwal yang telah disahkan,
b. Dikeluarkan dari persidangan.
2. Apabila terdapat peserta dan atau bukan peserta mengganggu dan atau merusak
acara dan atau mengganggu jalannya acara rapat, maka pimpinan rapat
memerintahkan panitia pelaksana melakukan pengamanan dan dapat meminta
bantuan pada panitia keamanan dan atau aparat keamanan setempat.
3. Apabila diketahui dan ditemukan peserta yang melanggar Peraturan per-Undang-
undangan yang berlaku, maka panitia dan atau pimpinan sidang melaporkannya
kepada aparat kepolisian setempat.
Bab VI
Ketentuan Peralihan
Pasal 23
Ketentuan Peralihan
Bab VII
Ketentuan Penutup
1. Lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan pada
Peraturan Organisasi ini.
Ditetapkan di : Banten,
Pada tanggal : 12 November 2016.
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dengan diberlakukannya AD ART RAPI yang baru dan harus dilakukan
penyesuaian tatacara rapat-rapat. Selain itu pula sebagai bentuk perwujudan
kearah menjadikan RAPI sebagai organisasi yang berkualitas sebagai aset nasional,
maka secara bertahap harus dilakukan pembenahan.
Perumusan untuk pembenahan ini dilakukan dengan mencermati apa yang
kita miliki, bagaimana jika kita bandingkan dengan berbagai wujud pada institusi
lain serta sesuai peraturan-peraturan yang harus kita lakukan. Tentunya menuntut
dilakukannya proses perubahan dari hanya asal berbicara menjadi pembicaraan
yang objektif rasional.
Rapat adalah salah satu bentuk komunikasi. didalamnya ada interaksi antar
peserta rapat dan antara pimpinan rapat dengan peserta. Interaksi itu berupa tukar
pikiran, diskusi, debat. Dari interaksi itu maka dihasilkan keputusan rapat. Upaya
agar rapat berjalan dengan hasil efektif antara lain akan sangat dipengaruhi oleh
persiapan rapat, peran pimpinan rapat, partisipasi aktif peserta, dan penerapan
metode rapatnya serta fasilitas pendukung.
C. Fungsi Rapat
Fungsi penyelenggaraan rapat, yaitu sebagai berikut:
1. Mengatasi permasalahan yang dihadapi,
2. Menyampaikan informasi atau sosialisasi,
3. Forum demokrasi dan atau diskusi,
4. Alat koordinasi yang baik,
5. Sarana bernegoisasi,
6. Sarana pembentukan peraturan.
D. Wilayah Kepengurusan
1. Wilayah Kepengurusan adalah wilayah kerja kepengurusan sesuai dengan
peraturan yang berlaku bagi organisasi RAPI,
2. Wilayah kerja Kepengurusan Nasional meliputi seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia,
3. Wilayah kerja Kepengurusan Daerah meliputi wilayah provinsi masing-masing
yang ada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
4. Wilayah kerja Kepengurusan Wilayah meliputi wilayah pemerintahan
kabupaten dan atau kota dalam satu provinsi yang bisa berdiri sendiri atau
gabungan dari beberpa kabupaten dan atau kota dalam satu provinsi yang
disepakati,
5. Wilayah kerja Kepengurusan Lokal meliputi satu atau gabungan beberapa
kecamatan dalam satu wilayah yg disepakati. Khususnya kepengurusan lokal
pada Provinsi Papua dan Papua Barat yang merupakan satu atau penggabungan
beberapa distrik dalam satu wilayah.
E. Materi Rapat
1. Materi rapat ialah sesuatu yang menjadi bahan untuk dijadikan pokok bahasan
dan pemikiran dalam rapat-rapat,
2. Materi rapat yang bersifat membahas permasalahan, membahas evaluasi dan
rincian program kerja, membahas peraturan untuk ditetapkan dan atau
membahas tehnis dan mekanisme kerja pada kegiatan tertentu.
3. Materi rapat yang sangat perlu dipersiapkan berupa rancangan tata tertib,
rancangan peraturan dan atau rancangan rincian program kerja berlandaskan
kinerja dan evaluasi adalah forum rapat kerja dan atau rapat pimpinan untuk
membahas peraturan organisasi atau peraturan daerah, peraturan wilayah atau
peraturan lokal sesuai jenjang organisasi yang berwenang.
4. Apabila materi rapat cukup banyak dan menggunakan waktu yang sangat relatif
sedikit, maka diperlukan jadwal rapat agar terarah sehingga efektif dan efisien.
5. Apabila waktu relatif sempit, biaya yang cukup banyak untuk pembahasan,
maka dapat dilakukan pembahasan sebelum rapat melalui alat komunikasi
sehingga pada saat rapat tidak banyak memerlukan waktu.
6. Materi rapat yang bersifat produk hukum maka rancangan disusun dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi RAPI dalam lingkup jenjang dan wilayah
masing-masing sehingga sistematika, bahasa, isi yang memenuhi unsur
keadilan, kepastian hukum dan bermamfaat.
Bab II
Rapat – Rapat
A. Tujuan
Tentukan Tujuan Rapat, dengan sejelas-jelasnya.Sehingga pemberi mandat dan
atau tugas serta peserta memiliki pemahaman yg jelas, mengapa akan dilakukan
rapat. Itu sebabnya penting pula adanya ” Kata Pengantar ” kenapa harus rapat,
ketika mengundang untuk rapat.
B. Peserta
1. Peserta rapat adalah pimpinan rapat, undangan internal RAPI dan eksternal;
2. Peserta rapat dari undangan internal dan eksternal penyelenggara harus unsur
pengurus dan atau mandat atasan institusi yang memahami sesuai pokok
pembahasan dan berhubungan. Bagi pejabat dapat didampingi staf;
3. Peserta rapat kerja sejumlah 2 (dua) personal yang merupakan wakil dari
jenjang setingkat dibawah penyelenggara dibuktikan dengan surat mandat oleh
pengurus yang sah.
4. Peserta Rapat Pimpinan (RAPIM) adalah Ketua dan atau unsur pengurus satu
jenjang dibawah jenjang penyelenggara.
5. Menciptakan suasana serius pada pembahasan-pembahasan, jika sedang keluar
dari arena rapat upayakan temen bersebelahan mencatat apa yg dibahas dan
atau direkam.
6. Ikut berperan aktif memberikan pertimbangan-pertimbangan, analisa dan
mensinkronkan pembicaraan-pembicaran dengan pokok bahasan dan atau
permasalahan.
7. Peserta dalam kondisi prima ( sangat baik ).
8. Mempersiapkan bahan-bahan tulisan yang diperlukan berupa ringkasan dengan
dilengkapi sumber, peralatan alat tulis dan lain-lain yang diperlukan untuk
berperan aktif.
9. Menyampaikan argumentasi dengan santun, jelas, tidak emosi dan tidak
melayani debat kusir.
C. Pimpinan Rapat
1. Apabila pelaksanaan Rapat Pimpinan ( RAPIM ) yang tidak ada kepengurusan
karena habis masa kepengurusan, maka pimpinan rapat ditentukan sebelum
acara dimulai dan telah memulai pra-rapat melalui email atau alat komunikasi
lainnya;
2. Untuk rapat-rapat yang memiliki kepengurusan dalam masa kepengurusan,
maka pimpinan rapat adalah unsur pengurus yang diberi mandat atau Panitia
Pengarah ( Steering Committee ).
3. Berfungsi juga sebagai moderator;
4. Membuka rapat kemudian memberikan kesempatan untuk penjelasan singkat
pada penyelenggara dan atau Narasumber;
5. Memahami jadwal rapat dan pokok bahasan dan materinya;
6. Mengarahkan forum ke dalam diskusi untuk memperoleh masukan, opini dan
pemikiran peserta rapat. Diskusi merupakan inti sebuah rapat yang baik;
7. Mengatur jalannya rapat agar memperoleh kesempatan lebih luas.
Mendahulukan intrupsi yg bersifat penjelasan agar tidak simpang siur;
8. Membatasi waktu dan kesempatan sesuai kesepakatan;
9. Membagi tugas dengan pimpinan rapat lainnya;
10. Tidak mendominasi seluruh rapat sehingga mengurangi kesempatan peserta
untuk memberikan saran atau masukan, tetapi juga tidak bersikap pasif
sehingga kehilangan kendali atas rapat yang dipimpinnya;
11. Menegaskan waktu jeda ( skorsing ) dan atau jika ada rapat lanjutan dengan
pokok bahasannya;
12. Mencatat semua pembicaraan, langsung melakukan perubahan sesuai
kesepakatan agar tidak lupa dan memiliki dokumen bukti;
13. Menyampaikan apa yang telah disimpulkan atau disepakati serta tindak
lanjutnya;
14. Menutup rapat.
Bab III
Ketentuan Peserta Rapat
B. Ketentuan Undangan
1. Apabila pejabat dan atau undangan didampingi oleh staf diharapkan yang
memiliki hubungan dan memahami materi-materi rapat,
2. Mendaftarkan diri kepada panitia pelaksana dengan menyerahkan surat mandat
atau surat tugas dan pasphoto berwarna ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar.
3. Ketentuan sebagaimana pada Bab II A No. 3 s.d 20 berlaku untuk undangan.
4. Peserta rapat sesuai dengan ART RAPI tahun 2016 pasal 55 s.d pasal 65 dan
dapat ditambahkan atau dirincikan status undangan dan atau nara sumber
disesuaikan dengan kebutuhan rapat.
Bab IV
Korum Rapat
5. Apabila 15 menit kedua belum juga terpenuhi, maka musyawarah dinyatakan sah
dan memenuhi korum.
6. Apabila rapat sesuai ayat 3 pasal ini belum terpenuhi, maka diperlukan dukungan
resmi dalam tulisan dari peserta yang tidak hadir disebabkan bukan karena tidak
setuju, maka dapat dijadikan pertimbangan korum. Dan dapat memberikan
pemikiran-pemikiran dalam tulisan remi disampaikan pada pengurus dan panitia.
Bab V
Penunjang Rapat
A. Panitia
Panitia yang menunjang efektifnya rapat yaitu :
1. Seksi rapat atau acara mempersiapkan sketsa ruangan dan merumuskan tata
letak peralatan yang diperlukan sesuai keperluan rapat, notulis dengan jumlah
yang seimbang dengan banyaknya pembahasan, memberikan tanda posisi
peserta, pimpinan rapat, narasumber, pengurus penyelenggara dan petugas-
petugas yang sesuai dengan susunan acara, petugas pemberi materi dan atau
daftar hadir dan buku tamu, memeriksa kesiapan dan melaporkan kesiapan.
Berkoordinasi khususnya dengan seksi perlengkapan dan petugas gedung yang
telah disepakati harus disajikan dalam tulisan yang ditandatangani sebagai
pedoman kerja.
2. Seksi perlengkapan berkoordinasi dengan seksi acara dan petugas gedung dan
perlengkapan gedung sehingga selaras dan tidak simpang siur. Merencanakan
jumlah dan perlengkapan yang diperlukan serta penyediannya.
3. Khusus untuk Rapat Kerja ( RAKER ), Rapat Koordinasi ( RAKOR ) dan Rapat
Pimpinan ( RAPIM ) dapat dibentuk Panitia Pengarah ( SC ) untuk menyiapkan
bahan-bahan rapat, jadwal rapat dan acara pembukaan, sebagaimana tahapan-
tahapan pada peraturan organisasi tentang Musyawarah dan Musyawarah Luar
Biasa.
B. Petugas
1. Petugas dimaksud adalah personal yang diberikan tugas oleh seksi tertentu
untuk melakukan kegiatan sebelum, pada saat acara dan selesai acara.
2. Petugas dimaksud diatas yaitu :
a. Petugas pada acara pembukaan disesuaikan dengan susunan acara pada
acara pembukaan. pada peraturan organisasi tentang Musyawarah dan
Musyawarah Luar Biasa;
b. Petugas yang mengurus peralatan pengeras suara;
c. Petugas yang mengurusi komputer atau laptop dan unit proyektor LCD;
d. Petugas pembagi bahan rapat, daftar hadir dan tanda terima bahan rapat;
e. Notulis;
f. Petugas yang mengurusi aliran listrik;
g. Petugas yang mengantarkan peserta sesuai posisi seharusnya;
Bab VI
Usai Rapat
A. Administratif
Selesainya acara rapat tidak berarti selesainya kegiatan, tetapi ada kegiatan yang
penting dan harus dilakukan yaitu penyusunan kegiatan administratif hasil rapat
yaitu Pembenahan materi sesuai kesimpulan dan atau kesepakatan;
1. Membuat berita acara rapat;
2. Khusus rapat yang berhubungan dengan Rapat Kerja (RAKER) dan atau Rapat
Pimpinan (RAPIM) harus dibuatkan Surat Ketetapan Rapat yang ditanda tangani
Pimpinan Rapat.
3. Daftar hadir sesuai daftar pada peraturan organisasi administrasi dan
kesekretariatan.
4. Dan photo-photo dokumen rapat.
5. Penyusunan laporan rapat, laporan kegiatan termasuk laporan keuangan dan
hasil rapat.
6. Apabila diselenggarakan rapat pengurus atau rapat panitia, maka cukup hanya
dibuatkan berita acara rapat ( tanpa surat ketetapan rapat ).
B. Pembubaran Panitia
1. Pada pembubaran ini, panitia menyampaikan laporan kegiatan dan laporan
keuangan serta hasil-hasl yang dicapai untuk tindak lanjut.
2. Pemberian surat keputusan yang bersifat mencabut dan menyatakan tidak
berlaku surat keputusan yang berhubungan dengan panitia, kecuali surat
keputusan terdahulu diterbitkan pada diktum dinyatakan berakhir dan tidak
berlaku setelah diterimanya laporan panitia.
Ditetapkan di : Banten,
Pada tanggal : 12 November 2016.
Agus Feri
Sekretaria JZ09AFH 09.05.04.029663
Handoko
Tentang
Pedoman Tatacara Pemberian Sanksi, Pembelaan Diri dan Pemberhentian
Pengurus
Pada Jenjang Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : Pedoman Tatacara Pemberian Sanksi, Pembelaan Diri dan
Pemberhentian Pengurus Pada Jenjang Organisasi
Radio Antar Penduduk Indonesia
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian dan ruang lingkup
Dalam Peraturan Organisasi ini, yang dimaksud dengan:
1 RAPI adalah organisasi komunikasi radio antar penduduk yang diakui dan disahkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai wadah resmi bagi pemilik Izin
Komunikasi Radio Antar Penduduk (IKRAP).
2 Anggaran Dasar RAPI Tahun 2016 disingkat AD menurut pasal 20 ART adalah :
a. Anggaran Dasar merupakan keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung
kehidupan organisasi dan hubungan antara organisasi dengan para anggotanya,
untuk terselenggaranya tertib organisasi,
b. Anggaran Dasar berfungsi sebagai dasar atau sumber peraturan/ hukum dalam
organisasi.
3 Anggaran Rumah Tangga RAPI Tahun 2016 disingkat ART sesuai pasal 21 ART
adalah :
a. Anggaran Rumah Tangga merupakan perincian pelaksanaan Anggaran Dasar,
b. Anggaran Rumah Tangga berfungsi menerangkan hal-hal yang belum spesifik
pada Anggaran Dasar atau yang tidak diterangkan dalam Anggaran Dasar.
4 Peraturan Organisasi merupakan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis serta
penjabaran dan penjelasan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (
pasal 22 ART).
5 Jenjang Organisasi RAPI meliputi;
a. Organisasi tingkat Nasional meliputi seluruh wilayah NKRI.
b. Organisasi tingkat Daerah meliputi satu provinsi.
c. Organisasi tingkat Wilayah meliputi satu kabupaten/kota atau lebih.
d. Organisasi tingkat Lokal meliputi satu kecamatan atau lebih.
e. Provinsi Papua dan Papua Barat, organisasi tingkat lokal terdiri dari satu distrik
atau lebih.
6. Kepengurusan adalah pengurus dan DPPO sesuai jenjang kepengurusan masing-
masing.
7. Sanksi ialah hukuman, untuk memaksa orang menepati perjanjian atau mentaati
ketentuan.
8. Tugas adalah sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan,
yang menjadi tanggung jawab yang dibebankan.
9. Pengurus ialah anggota RAPI yang menduduki jabatan pada jenjang pengurus dan
posisi tertentu dalam susunan pengurus organisasi RAPI.
10. Keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap adalah putusan
pengadilan yang diterima para pihak dan atau tidak menggunakan hak banding dan
atau kasasi serta putusan kasasi.
11. Anggota RAPI ialah setiap pemegang IKRAP yang masih berlaku.
12. Komunikasi Radio Antar Penduduk yang selanjutnya disebut KRAP adalah
Komunikasi Radio yang menggunakan pita frekuensi radio yang telah ditentukan
secara khusus untuk penyelenggaraan KRAP dalam wilayah Republik lndonesia.
13. Pemancar radio adalah alat telekomunikasi yang menggunakan dan memancarkan
gelombang radio.
14. Stasiun KRAP adalah satu atau beberapa pesawat pemancar dan atau pesawat
penerima termasuk perlengkapannya yang diperlukan di suatu tempat untuk
menyelenggarakan KRAP.
15. Perangkat KRAP adalah alat telekomunikasi yang memungkinkan penyelenggaraan
KRAP.
16. Pelanggaran ialah perbuatan menyalahi dan atau melawan hukum yang
berhubungan dengan Telekomunikasi Khusus yang diselenggarakan organisasi RAPI
dan peraturan yang berlaku bagi internal RAPI terhadap anggota dan atau
pengurus.
Pasal 2
Ruang lingkup Pelanggaran
1. Pelanggaran sesuai dengan pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi yang dilarang untuk :
a. menyelenggarakan telekomunikasi di luar peruntukannya;
b. menyambungkan atau mengadakan interkoneksi dengan jaringan telekomunikasi
lainnya; dan
c. memungut biaya dalam bentuk apapun atas penggunaan dan atau
pengoperasiannya, kecuali untuk telekomunikasi khusus yang berkenaan dengan
ketentuan internasional yang telah diratifikasi. maka sesuai pasal 95 dikenakan
sanksi pencabutan izin;
2. Pelanggaran yang dimaksud dengan pasal 25 Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 34 tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan KRAP, maka
dikenakan sanksi pencabutan izin;
3. Pengguna KRAP wajib memiliki IKRAP yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal
sebagaimana pasal 3 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 34
tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan KRAP;
4. Pengurus organisasi pada semua jenjang dan susunan pengurus baik secara
kolektif maupun sesuai jabatannya yang tidak melaksanakan sebagaimana amanah
musyawarah masing-masing jenjang;
5. Melaksanakan kewajiban sebagai anggota organisasi RAPI sebagaimana tercantum
pada pasal 10 Anggaran Rumah Tangga organisasi RAPI Tahun 2016;
6. Melanggar peraturan per-undang-undangan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk;
7. Melanggar peraturan internal organisasi RAPI yang berlaku;
8. Pelanggaran yang disebabkan sanksi pidana berupa hukuman kurungan yang
memiliki kekuatan hukum tetap sehingga tidak dapat melaksanakan amanah
sebagai Kepengurusan RAPI sesuai jenjang yang bersangkutan.
115 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab II
Kewenangan dan Tatacara Pemberian Sanksi
Pasal 3
Kewenangan Pemberian Sanksi
1. Apabila pelanggaran berhubungan dengan pasal 2 ayat 1 dan ayat 6, maka anggota
organisasi RAPI dan atau jenjang organisasi RAPI bersifat hanya melaporkan
kepada yang berwenang;
2. Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud dengan pasal 2 ayat 3, maka pengurus
wajib melaporkan ke pihak yang berwenang.
3. Apabila yang dimaksud pada pasal 2 ayat 5 dan ayat 7, dilakukan oleh anggota,
maka kewenangan pada jenjang kepengurusan yang langsung pada anggota;
4. Apabila yang dimaksud dengan pasal 2 ayat 5 dan ayat 7, dilakukan oleh pengurus,
maka kewenangan pada kepengurusan setingkat diatasnya;
5. Apabila seseorang yang kebetulan sebagai anggota RAPI memperoleh sanksi
pidana berat dengan hukuman kurungan yang memiliki kekuatan hukum tetap,
maka kewenangan pada pengurus lokal mengusulkan pemberhentian anggota yang
bersangkutan ke pengurus setingkat diatasnya.
6. Apabila seseorang sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 5 tersebut diatas juga
sebagai pengurus, maka jenjang pengurus setingkat diatasnya berkewenangan
melakukan pemberhentian sebagai pengurus. Khusus pengnas, maka yang
berkewenangan adalah Rapat Pimpinan Nasional.
Pasal 4
Tatacara Pemberian Sanksi
1. Pemberian sanksi dengan pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 2
ayat 1 dilakukan oleh Pemerintah setelah diberikannya peringatan tertulis sebanyak
3 (tiga) kali berturut-turut yang mana masing-masing peringatan tertulis
berlangsung selama 7 (tujuh) hari kerja.
2. Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 2, dilakukan apabila
Pemilik IKRAP tidak mengindahkan peringatan tertulis yang diberikan sebanyak 3
(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu peringatan masing-masing 14
(empat belas) hari kerja.
3. Apabila melanggar sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat 3, maka secara otomatis
bukan anggota RAPI dan apabila sebagai pengurus maka gugurnya jabatan
pengurus. Selanjutnya jenjang pengurus yang bersangkutan meng-agendakan dan
melakukan rapat untuk PAW yang diajukan kepada setingkat jenjang diatas jenjang
yang bersangkutan. Kemudian jenjang setingkat lebih tinggi menerbitkan surat
keputusan pemberhentian dan pengangkatan personal baru untuk menduduki
jabatannya dan seterusnya apabila terjadi pengulangan pelanggaran.
4. Apabila anggota organisasi RAPI telah mendapat keputusan tetap dari Pengadilan
Negeri atas pelanggaran pidana berat, maka Pengurus RAPI melalui Rapat
116 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Pasal 5
Prosedur Teknis
1. Rapat pembahasan untuk pelaporan kepada pemerintah tentang pelanggaran
peraturan per-undang-undangan dilakukan oleh Kepengurusan (Pengurus dan
DP2O) yang bersangkutan memiliki kewenangan dengan memaparkan bukti dan
kesaksian terhadap pelanggaran;
2. Hasilnya rapat sebagaimana ayat 1, pasal ini disampaikan kepada pemerintah yang
berwenang UPT Balai Monitoring dan atau Pemantauan Spektrum dan Frekuensi
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan tembusan DP2O dan jenjang
yang lebih tinggi;
3. Apabila secara pribadi dan kebetulan sebagai anggota dan pengurus organisasi
RAPI memperoleh sanksi pidana berat dengan hukuman kurungan yang memiliki
kekuatan hukum tetap, maka rapat pembahasan dengan memaparkan petikan atau
copy yang dilegalisir atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap sebagai bahan pertimbangan rapat;
4. Apabila pelanggaran terhadap peraturan internal RAPI yang berlaku (AD, ART, PO
dan keputusan musyawarah), maka harus jelas laporan pelanggaran secara tertulis
dan ditanda tangani para saksi dan dilampirkan bukti lainnya sebagai bahan
pertimbangan rapat;
5. Para peserta rapat pembahasan sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat 4 dengan
menghadirkan para saksi, pelanggar, Pengurus dan DP2O pada jenjang terbawah
dan atau jenjang kepengurusan kedudukannya sebagai pengurus;
Pasal 6
Administrasi
1. Administrasi yang harus dilampirkan berupa surat dan peryataan-pernyataan diatas
materai secukupnya;
2. Yang dimaksud pada pasal 6 ayat 1 terdiri dari :
a. surat pengantar dari pengurus jenjang terbawah dan atau jenjang kedudukan
pelanggar sebagai pengurus;
b. berita Acara Rapat;
c. daftar Hadir;
d. keterangan saksi-saksi;
e. copy berkas-berkas yang berhubungan.
Bab III
Pembelaan
Pasal 7
Pembelaan
1. Pembelaan dapat dilakukan pada rapat pimpinan pembahasan diduga terjadi
pelanggaran dengan menyampaikan dalam bentuk tulisan dan lisan dihadapan
rapat dengan menghadirkan para saksi dan menyampaikan bukti-bukti;
2. Pembelaan sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat 1 peraturan ini, juga disampaikan
pada DP2O sebagai tembusan yang bersangkutan dan disampaikan pada pengurus
jenjang setingkat lebih tinggi, kecuali pengnas;
3. Khusus pelanggaran yang dilakukan oleh Pengurus Nasional RAPI (Ketua Umum),
maka disampaikan kepada DP2ON untuk melaksanakan RAPIMNAS;
4. Pembelaan diri atas Sanksi Organisasi merupakan hak asasi anggota yang dilakukan
dalam suatu Rapat Pimpinan. Khusus untuk lokal dilakukan rapat anggota baik
pelanggaran dilakukan oleh anggota dan atau kepengurusan.
BAB IV
SANKSI
Pasal 8
1. Pelanggaran terhadap peraturan internal organisasi RAPI, setelah dilakukan rapat,
maka diterbitkan Surat Peringatan I, II dan III;
2. Masing-masing surat peringatan diberikan tenggang waktu 14 (empat belas) hari
sejak dikeluarkan surat peringatan;
3. Apabila surat peringatan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2 pasal ini, masih
tidak menunjukkan perbaikan dan masih melanggar aturan, maka dilakukan rapat
sebagaimana rapat pembahasan khusus pelanggaran dan selanjutnya dilakukan
sebagai berikut :
a. Diusulkan kepada kementerian komunikasi dan Informatika cq Dirjen SDPPI
untuk dilakukan pencabutan IKRAP;
b. Apabila pelanggar juga adalah pengurus, maka diusulkan kepada setingkat diatas
kepengurusan yang bersangkutan untuk dilakukan pemberhentian sebagai
pengurus dengan surat keputusan.
Bab V
Ketentuan Peralihan
Pasal 9
Kepengurusan RAPI di tingkat Daerah wajib melakukan sosialisasi Peraturan Organisasi
ini secara berjenjang hingga ditingkat Lokal dalam kurun waktu 6 (enam) bulan setelah
ditetapkan.
Bab VI
Ketentuan Penutup
Pasal 10
1. Lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan pada
Peraturan Organisasi ini.
2. Dengan ditetapkannya dan berlakunya peraturan organisasi ini, maka Surat
Pengurus Pusat Nomor : 081.09.00.0701 tanggal 6 Juli 2011 tentang sanksi
organisasi dan tatacara pembelaan dinyatakan dicabut dan tidak berlaku;
3. Peraturan organisasi ini, berlaku sejak diberlakukan oleh Pengurus Nasional RAPI
dengan diterbitkannya surat keputusan tentang Pemberlakuan Pedoman Organisasi
hasil RAKERNAS VII Tahun 2016;
4. Memerintahkan pada Pengurus Nasional RAPI untuk mensosialisasikan dan
memberlakukan pedoman organisasi ini sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal
ini.
Ditetapkan di : Banten
Pada tanggal : 12 November 2016
1 2 3 4 5
Tentang
Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib administrasi dan tertib hukum demi
efisiensi dan efektifitas administrasi penyelenggaraan
Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia perlu adanya
peraturan organisasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan diatas, maka harus menetapkan Peraturan
Organisasi Tentang Pemberian Tanda Kehormatan Dan
Kecakapan Pada Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia.
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian Dan Ruang Lingkup
Bab II
Tanda Kehormatan
Pasal 2
Tanda Penghargaan
1. Tanda Penghargaan diberikan berupa lencana dan piagam yang terdiri dari :
a. lencana kepeloporan,
b. lencana pembangunan,
c. lencana pengabdian.
2. Lencana Pelopor adalah tanda penghargaan berupa lencana yang diberikan atas
jasa seseorang atau beberapa orang yang berjasa untuk perintis jalan atau
pembuka jalan atau pionir untuk yaitu :
a. membentuk jenjang organisasi tertentu pada organisasi RAPI,
b. tercipta dan terwujudnya memorandum of understanding, dilanjutkan dengan
kerjasama dan mewujudkannya dalam bentuk kegiatan,
3. Lencana Pembangunan adalah tanda penghargaan yang diberikan pada seseorang
dan atau beberapa orang personal sebagai pengurus yang telah menggerakkan
organisasi dengan kegiatan-kegiatan,
4. Lencana Pengabdian adalah ialah tanda penghargaan berupa lencana kepada
seseorang atau beberapa orang yang telah aktif sebagai pengurus.
Pasal 3
Tanda Kecakapan
Pasal 4
Tanda Jabatan
Bab III
Kewenangan
Pasal 5
Kewenangan Pemberian Tanda Penghargaan
Pasal 6
Kewenangan Pemberian Tanda Kecakapan
1. Kewenangan pemberian tanda kecakapan adalah pengnas RAPI atau Pengda RAPI
sesuai dengan tingkatan ujian yang dilakukan;
2. Tanda Kecakapan yang diberikan oleh Pengda harus dilakukan ujian dan yang
lulus diberikan tanda kecakapan;
3. Tanda kecakapan yang diberikan oleh pengnas adalah yang telah memiliki tanda
kecakapan dari pengda yang diusulkan untuk ujian nasional dan bagi yang lulus
diberikan tanda jabatan nasional.
Pasal 7
Kewenangan memberikan tanda jabatan
2. Pengurus lokal diberikan oleh pengurus wilayah, pengurus wilayah diberikan oleh
pengurus daerah ,pengurus daerah diberikan oleh pengurus nasional,
kepengurusan nasional diberikan oleh pimpinan sidang pada munas dan
kelengkapan pengurus lainnya diberikan oleh pengnas.
Bab IV
Pembinaan Dan Pengawasan
Pasal 8
Bab V
Ketentuan Peralihan
Pasal 9
Kepengurusan RAPI di tingkat Daerah wajib melakukan sosialisasi Peraturan Organisasi ini
secara berjenjang hingga ditingkat Lokal dalam kurun waktu 6 (enam) bulan setelah
ditetapkan.
Bab VI
Ketentuan Penutup
Pasal 10
1. Lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan pada
peraturan organisasi ini.
Ditetapkan di : Banten,
pada tanggal :12 Nopember 2016.
Bab I
Pendahuluan
A. Umum.
B. TUJUAN KHUSUS.
C. Fungsi Penghargaan.
Ada tiga fungsi penting dari penghargaan yang berperan besar bagi
pembentukan tingkah laku yang diharapkan:
1. Memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai prestasi
2. Memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan lebih
3. Bersifat Universal yang artinya berlaku untuk semua anggota organisasi RAPI
dan Kepengurusan.
D. Strategi.
Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus
sejalan dengan visi, misi dan program kerja organisasi setiap jenjang yaitu :
1. Tujuan umum adalah diwujudkannya insan komunikasi radio yang terampil,
disiplin, berdedikasi dan memiliki loyalitas tinggi, sebagai kader bangsa yang
berjiwa Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. VISI organisasi RAPI ialah menjadi Organisasi RAPI yang berkualitas sebagai
aset Nasional.
3. MISI :
a. Meningkatkan kinerja pengurus organisasi.
b. Meningkatkan sumber daya organisasi secara berjenjang dan berkelanjutan.
c. Meningkatkan validitas organisasi secara struktural.
d. Meningkatkan jaring komunikasi radio untuk pengabdian masyarakat.
e. Meningkatkan peran organisasi secara internal dan eksternal.
f. Meningkatkan kemandirian, profesionalisme dan independensi organisasi.
Strategi dengan memberikan penghargaan (reward) diharapkan misi pada
3a.,3b,,3d,3e dan 3f terwujud. Tentunya pemberian agar tidak menjadi bumerang,
maka penseleksian harus dilakukan dengan cermat dengan fakta administrasif,
keterangan-keterangan dan bukti-bukti kinerja dan atau kecakapan.
Bab II
Kriteria Penerima Penghargaan
Hal ini dewan gelar melakukan seleksi dan penelusuran kebenaran personal
atau pengurus RAPI yang sangat berperan.
G. Tanda Jabatan.
1. anggota RAPI yang dibuktikan dengan IKRAP dan KTA,
2. ketetapan musyawarah tentang kepengurusan.
3. disematkan usai pembacaan surat keputusan dan pelantikan.
Bab III
Bentuk,Nama dan Penggunaan Penghargaan
1. Kecakapan dasar komunikasi radio berupa pin dengan rincian sebagai berikut :
a. PIN berupa lingkaran dasar terbuat dari stainless steel berdiameter 3 cm
b. lingkaran dalam bergerigi berdiameter 2,5 cm, berwarna emas terdapat
gambar tangan yang memegang radio pada frekuensi RAPI dengan warna
kuning,
c. pada radio HT bagian depan atas diberi logo RAPI dengan ukuran
menyesuaikan,
d. pada bagian belakang diberi peniti untuk menempelkan pada baju,
e. contoh gambar dibawah ini :
C. Tanda Jabatan.
1. Tanda jabatan untuk Kepengurusan Nasional RAPI.
a. dasar terbuat dari stainless steel berbentuk segi 3 (tiga) proporsional,
b. bentuk bintang persegi 10 (sepuluh) berdiameter 3 cm, terbuat dari
kuningan, melambangkan kelahiran organisasi RAPI,
c. dibagian atas bintang tertulis Pengurus Nasional diatas dasar kuning,
d. didalam lingkaran kuning ada logo RAPI
133 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
Bab III
Penutup
Peratuaran organisasi ini, akan disempurnakan pada forum pembahasan
peraturan sesuai perkembangan organisasi RAPI, hal-hal yang belum diatur dan
Ditetapkan di :Banten,
pada tanggal :12 Nopember 2016.
Tentang
Pakaian Seragam Di Lingkungan Organisasi
Radio Antar Penduduk Indonesia
MEMUTUSKAN:
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian
10. TRC-IKB singkatan Tim Reaksi Cepat Informasi dan Komunikasi Bencana ialah
Satuan Tugas yang melakukan sesuatu dengan cepat dan memiliki keterampilan
khusus untuk menyelamat jiwa dan harta benda manusia disebut dengan Tim
Reaksi Cepat (TRC);
11. RAPI adalah organisasi komunikasi radio antar penduduk yang diakui dan disahkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai wadah resmi bagi pemilik Izin
Komunikasi Radio Antar Penduduk (IKRAP) dan merupakan organisasi
kemasyarakatan yang didasari atas kesamaan kegemaran berkomunikasi radio
antar penduduk dengan tidak membeda-bedakan asal usul suku, agama, ras dan
golongan serta tidak memihak kepada salah satu organisasi sosial politik.
12. Peraturan Organisasi RAPI merupakan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
serta penjabaran dan penjelasan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Bab II
Pakaian Organisasi
Pasal 2
Macam Pakaian Seragam Organisasi
1. Pakaian Seragam Organisasi sesuai pasal 72 ayat 3 Anggaran Rumah Tangga RAPI
Tahun 2016 terdiri dari :
a. pakaian seragam harian ( PSH ) dipergunakan secara resmi yang bersifat resmi
dilapangan untuk seluruh anggota RAPI,
b. pakaian seragam upacara ( PSU ) dipergunakan secara resmi untuk seremonial
bagi seluruh jenjang kepengurusan,
c. pakaian seragam lapangan ( PSL ) digunakan untuk kegiatan dilapangan dan
khusus untuk satuan tugas,
d. pakaian seragam batik ( PSB ) digunakan untuk acara resepsi, pertemuan
silaturahim dan pertemuan yang mewajibkan memakai batik.
2. Pakaian seragam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini dirinci model, motif
dilampirkan pada peraturan ini, untuk khusus pasal 2 ayat 1 huruf d harus
mengenakan celana berwarna hitam.
Pasal 3
Warna Pakaian Organisasi
1. Selaras dengan pasal 2 ayat 1 huruf a dan b berwarna abu-abu coklat sebagaimana
warna dilapirkan pada contoh atau dapat juga dilakukan pembelian bersama
melalui jenjang pengurus yang dikoordinir pengnas agar benar-benar seragam
dengan bahan yang sama, merk yang sama;
2. Selaras dengan pasal 2 ayat 1 huruf c, kemeja dan celana hitam-hitam. Untuk
seragam warnanya dan menghindari perbedaan dimandatkan kepada pengurus
Nasional untuk mengkoordinir dan atau menetapkan merk bahan;
3. Pakaian seragam batik dengan warna dasar hijau dengan motif yang dimandatkan
kepada pengnas untuk mendesign dan juga dapat diperkenankan pada masing-
masing daerah agar memberikan kekhususan daerah.
Pasal 4
Pakaian Satuan tugas
1. Pakaian seluruh satuan tugas dengan warna dasar hitam baik kemeja maupun
celana;
2. Pakaian seragam sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 1 huruf c peraturan ini
dan selaras dengan Peraturan Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia Nomor 2
Tahun 2016 Tentang Bantuan Komunikasi, di Lingkungan Organisasi Radio Antar
Penduduk Indonesia pasal 10 sebagai berikut :
a. Seragam satuan tugas komunikasi hitam-hitam sebagai mana gambar pada
lampiran peraturan ini;
b. Seragam Satuan tugas TRC-IKB hitam-hitam dengan kombinasi hijau dan lis
kuning genteng (orange) sebagaimana gambar pada lampiran peraturan ini;
c. Seragam RAPI RIDERS hitam-hitam dengan kombinasi hijau dan lis kuning
genteng (orange) dan jaket sebagaimana gambar pada lampiran peraturan ini
d. Seragam Satuan tugas bantuan komunikasi hitam-hitam dengan kombinasi
hijau dan lis kuning genteng (orange) sebagaimana gambar pada lampiran
peraturan ini.
Pasal 5
Pakaian Batik
1. Warna dasar pakaian batik hijau bermotif yang ditentukan oleh pengnas sebagai
contoh warna dilampirkan pada peraturan ini;
2. Desain batik nasional ditentukan oleh rapinas yaitu :
a. potongan lengan panjang dengan satu kantong sebelah kiri,
b. pada kantong dicetak atau diprint logo RAPI.
Pasal 6
Rompi
1. Rompi adalah pakaian tanpa lengan, dengan kantong yang banyak dan pada bahu
kiri dan kanan diberi lidah bahu masing-masing satu kancing yang dapat
dipergunakan untuk berkendaraan, operasional dilapangan dengan warna dasar
hitam kombinasi hijau serta orange dan model sebagaimana dilampirkan pada
peraturan ini,
2. Rompi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat 1 peraturan ini, tutup kantong
berwarna hijau.
Pasal 7
Pakaian khusus wanita
1. Semua kemeja memiliki lengan panjang sebagaimana contoh dilampirkan pada
peraturan ini;
2. Apabila dalam satu regu ingin mengenakan kerudung, maka warnanya hijau
dengan model yang diatur dalam surat keputusan pengurus nasional RAPI;
3. Setiap wanita memakai celana panjang.
Bab III
Atribut Pakaian
Pasal 8
Emblem
Emblem berupa logo RAPI diletakkan diatas kantong yang sejajar dengan garis
kantong.
Pasal 9
Papan Nama
1. Papan nama dengan dasar berwarna kuning, lis dan huruf berwarna hitam,
2. papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat 1 hanya memuat sebagai
berikut :
a. bagian atas tulisan nama lengkap dan benar;
b. bagian bawah bawah ditulis callsign atau 10-28 tanpa spasi,
c. antara atas dan dibawah dipisahkan garis sehingga membentuk 2 ( dua) kotak.
Bab V
Kelengkapan Pakaian Organisasi
Pasal 10
1. Tali pinggang berwarna hitam.
2. Sepatu warna hitam sebagaimana contoh dilampirkan dan sesuai bentuk
disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
3. Tali kur untuk peluit komandan atau Koordinator lapangan satuan tugas (Satuan
tugas) warna hijau.
Bab VI
Ketentuan Peralihan
Pasal 11
1 Dengan ditetapkannya dan diberlakukannya Peraturan Organisasi ini, maka Surat
Ketetapan sebelum ketetapan yang memuat seragam organisasi RAPI dan atau
peraturan dan atau pedoman organisasi yang bertentangan dengan peraturan ini
dinyatakan tidak berlaku.
2 Peratururan ini berlaku sejak tanggal dtetapkan dengan tenggang waktu yang
diatur oleh Pengnas RAPI.
Bab VII
Ketentuan Penutup
Pasal 12
1 Peraturan ini berlaku sejak diberlakukan oleh Pengurus Nasional RAPI selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal ditetapkan.
2 Memberikan amanah pada Pengurus Nasional RAPI untuk mensosialisasikan dan
memberlakukan peraturan organisasi ini sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal
ini.
3 Apabila ayat 1 pasal ini belum diterbitkan surat keputusan pemberlakuan, maka
pedoman organisasi ini dinyatakan berlaku.
Ditetapkan di : Banten
Pada tanggal : 12 November 2016
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dengan diberlakukannya AD-ART RAPI Tahun 2016 dan harus dilakukan
penyesuaian pakaian seragam dalam lingkungan organisasi RAPI. Selain itu pula
sebagai bentuk perwujudan kearah menjadikan RAPI sebagai organisasi yang
berkualitas sebagai aset Nasional, maka secara bertahap harus dilakukan
pembenahan.
Perumusan untuk pembenahan ini dilakukan dengan mencermati TRI TERTIB
RAPI yaitu Tertib Administrasi, Tertib Organisasi dan Tertib Komunikasi. Tertib
organisasi antara lain diwujudkan dengan pakaian organisasi yang benar-benar
seragam baik dilihat dari warna, model dan tidak menimbulkan pergunjingan yang
disebabkan oleh ketidak wajaran serta sesuai penggunaannya.
Menurut arti kata dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu
pakaian/pa·kai·an/ n barang apa yang dipakai (kemeja, celana, dan sebagainya),
seragam/se·ra·gam/ n sama ragam (corak, bentuk, susunan):~ seragam pakaian
yang warna dan potongannya sama dan dimiliki oleh lebih dari satu orang yang se-
profesi atau se-perkumpulan (se-organisasi) dan sebagainya (seperti pakaian
pramuka, tentara, kelompok penari, pemain sepak bola, dan pelajar);
6 2
1 4
5 3
KETERANGAN
1. LOGO RAPI
2. Papan Nama dan Call Sign (10-28)
3. Bad Provinsi / kota / Kabupaten
4. Bad Pengurus Nasional / Daerah / Wilayah / Lokal
5. Bad Emergency RAPI 10-33
144 | Rakernas VII-2016 6 Lambang Bendera Merah Putih...?
RAPAT KERJA NASIONAL VII
21
KETERANGAN
1. LOGO RAPI
2. Papan Nama dan Call Sign (10-28)
3. Pakaian Seragam Harian ( PSH ) Khusus Wanita.
145 | Rakernas VII-2016
RAPAT KERJA NASIONAL VII
6 2 1 4
5 3
KETERANGAN
1. LOGO RAPI
2 Papan Nama dan Call Sign (10-28)
7. Jilbab / Kerudung warna Hitam atau Merah
KETERANGAN
1. LOGO RAPI
2. Papan Nama dan Call Sign (10-28)
7. Jilbab / Kerudung warna Hitam atau Merah
5. Pakaian Batik .
Gambar Keterangan
1 2
Keterangan :
1. kemeja lengan pendek, warna
hijau pupus
2. satu kantong sebelah kiri dan
tanpa lidah bahu,
3. pada kantong diberikan sablon
logo RAPI dan radio,
4. motif has daerah masing-
masing ditempatkan pada leher
atau kerah baju,pada
penempatan kancing setelah
dipasangkan,
5. pada motif dasar diserahkan
sepenuhnya berdasarkan
ketetapan masing-masing
daerah dalam peraturan daerah
masing-masing.
Gambar Keterangan
1 2
Gambar Keterangan
1 2
Gambar Keterangan
1 2
Gambar Keterangan
1 2
Gambar Keterangan
1 2
Gambar Keterangan
1 2
Keterangan :
1. Warna
Gambar Keterangan
1 2
Keterangan :
Hitam tanpa tali atau ada tali.
Gambar Keterangan
1 2
Keterangan :
Hitam tanpa tali atau ada tali atau
menggunakan resleting.
Gambar Keterangan
1 2
1. merah untuk komandan Satgas,
2. kuning untuk korlap,
3. hijau untuk anggota satuan
tugas.
Ditetapkan di : Banten,
Pada tanggal : 12 November 2016.