Anda di halaman 1dari 25

PROJECT LOAD BALANCING &

MANAGEMENT BANDWIDTH

Disusun oleh :
Nama : Sabrina Yuliana
No. Absen : 29

TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN II


SMKN 3 BUDURAN (PERKAPALAN) SIDOARJO
TAHUN AJARAN 2017/2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 3
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.4 Metode Penulisan ................................................................................... 6
2.1 Load Balancing ....................................................................................... 7
2.2 Simple Queue .......................................................................................... 8
2.3 Queue Tree .............................................................................................. 9
2.4 Perbedaan Simple Queue dan Queue Tree .......................................... 9
2.5 Lebih Baik Simple Queue atau Queue Tree ...................................... 10
BAB III : RANCANGAN ................................................................................... 11
3.1 Topologi ...................................................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 11
BAB IV : HASIL PRAKTIKUM ....................................................................... 13
4.1 Konfigurasi pada Radiowifi ................................................................ 13
4.2 Konfigurasi pada Mikrotik ................................................................. 14
BAB V : PENUTUP ............................................................................................ 24
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 24
5.2 Saran ........................................................................................................... 24
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan Information Technology (IT) pada saat sekarang ini semakin
berkembang pesat, banyak kalangan menengah kebawah sampai para pebisnis
bahkan para pengusaha saat ini sangat membutuhkan akses jaringan internet
cepat. Terlihat banyak berdirinya perusahaan startup transportasi, jual beli dan
kuliner yang menghiasi gaya hidup manusia pada saat ini.
Pesatnya perkembangan teknologi tersebut, ditandai dengan banyaknya
Internet Service Provider (ISP) yang berdiri, terhitung sampai tanggal 1
Desember 2015, terdapat 287 Internet Service Provider yang telah berdiri di
Indonesia.[1]
Internet service provider (ISP) adalah perusahaan atau badan yang
menyediakan jasa sambungan Internet dan jasa lainnya yang berhubungan.
Internet service provider (ISP) ini mempunyai jaringan baik secara domestik
maupun internasional sehingga pelanggan atau pengguna dari sambungan yang
disediakan oleh ISP dapat terhubung ke jaringan Internet global. Jaringan di
sini berupa media transmisi yang dapat mengalirkan data yang dapat berupa
kabel (modem, sewa kabel, dan bandwidth), radio, maupun VSAT.[2]
Indonesia sebagai Negara berkembang mulai terus mengembangkan akses
internet cepat di bawah pengawasan Kementerian Komunikasi dan Informatika
yang lebih di kenal dengan Kominfo dari perusahaan swasta hingga persero
saling berlomba-lomba merebutkan pangsa pasar akses internet. Dengan
adanya jaringan internet cepat sangat membantu dalam berbagai bisnis juga
mempercepat dalam berkomunikasi.[3] Peningkatan pengguna jaringan
internet sekarang ini tidak didukung dengan peningkatan mutu jaringan
Internet yang sebanding. Oleh karena itu, banyak perusahaan penjual jasa
Internet mencari solusi dengan menambah jumlah ISP untuk meningkatkan
kapasitas bandwidth dan redundansi.[4] Namun penerapan tersebut tidak
semudah yang dibayangkan, terdapat permasalahan yang terjadi yaitu
pengalokasian beban data yang tidak seimbang menuju ke 2 buah provider,
serta perpindahan jalur ISP jika terjadi fault pada salah satu jalur tersebut.
Maka dari itu, solusi yang dapat digunakan adalah implementasi link
Balancing dan failover. Telah banyak penelitian terdahulu yang memanfaatkan
teknologi failover, di antaranya adalah Agni Isador Harsapranata[5] dalam
penelitiannya yang berjudul “Implementasi Failover Menggunakan Jaringan
VPN dan Metronet Pada Astridogroup Indonesia” yang membahas teknologi
dengan menggunakan dua jalur koneksi, yaitu Metronet Fiber Optik , dan yang
kedua VPN dengan menggunakan internet wifi, sehingga apabila salah satu
koneksi mati koneksi yang lain akan menjadi backup, untuk mengatur kedua
failover koneksi tersebut menggunakan router mikrotik dan Jonathan Edward
Lumanauw[6], dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kelebihan dan
Kekurangan Routing Protokol BGP dan OSPF untuk Failover Network
PT.Orion Cyber Internet” membahas mengenai protocol routing terbaik antara
OSPF dan BGP untuk failover Network di PT. Orion Cyber Internet. Load
balancing adalah suatu metode untuk mendistribusikan beban kepada beberapa
link atau host sehingga beban kerja menjadi lebih ringan. Load balancing
sendiri banyak diterapkan pada server dan router untuk membagi beban traffic
yang menumpuk pada satu node yang akan menyebabkan overload. Load
balancing telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu, di
antaranya I Made Widhi Wirawan[7] dalam penelitiannya yang berjudul
“Implementasi Load Balance Pada Jaringan Multihoming Menggunakan
Router Dengan Metode Round Robin” membahas mengenai penerapan load
balancing dengan metode Round Robin yaitu menggunakan kedua gateway
secara bersamaan dengan membagi beban secara berurutan dan bergiliran, dan
Aldana Eka Maulana[8] dalam penelitiannya yang berjudul “Sistem Optimasi
Pembebanan Jaringan Dengan Koneksi Internet Ganda Menggunakan
Mikrotik” yang membahas mengenai penerapan metode load balancing dengan
kombinasi sistem failover dengan menggunakan router Mikrotik sebagai
gateway untuk jaringan lokal dengan jumlah ISP ganda, koneksi ke Internet
yang dijalin oleh host pada LAN diolah dengan metode per-connection
classifier untuk melakukan pembagian beban ke beberapa ISP tersebut dan
dipadukan dengan metode failover yang memanfaatkan karakteristik pencarian
nexthop yang dilakukan oleh router dengan static routing sehingga menjadi
sebuah sistem yang dapat memberikan solusi untuk kondisi jaringan tersebut.
Dalam komunikasi sebuah router terdapat aturan atau protocol routing yang
mengatur penentuan rute atau jalur. Link balancing adalah suatu metode yang
menggunakan lebih dari satu jalur koneksi ISP. Pada tiap-tiap ISP memiliki
Autonomous System Number (ASN), merupakan nomor unik yang
mengidentifikasikan AS-AS dimana nomor unik ini diatur oleh ARIN dan
tidak bisa memilih secara sembarang atau mengkonfigurasi sendiri[9]. Dalam
komunikasi antar AS Number yang berbeda, protokol routing Border Gateway
Protocol (BGP) yang memiliki peran dalam komunikasi ini. Protokol routing
Border Gateway Protocol telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian
terdahulu, antara lain Syarif Rahmanto[9] dalam penelitiannya yang berjudul
“Implementasi dan analisis load balancing BGP pada eksternal BGP (border
gateway protokol)” membahas mengenai penerapan load balancing
menggunakan routing BGP dengan penerapanya pada layanan Triple Play
(Internet, Video, dan Voice), dan Adhy S. Bramantyo[10] dengan judul
penelitian “Optimasi interdomain routing dengan BGP Pada Stub-Multihomed
Autonomous System” yang membahas perancangan dan implementasi sistem
optimasi interdomain routing pada sebuah stub-multihomed AS, suatu jenis AS
yang paling banyak ditemui di Internet.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Sebagai bukti hasil praktikum job Load Balancing dan Management
Bandwidth
2. Memahami materi tentang Load Balancing dan Management Bandwidth
3. Mengetahui cara konfigurasi Load Balancing dan Management Bandwidth
di Mikrotik

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara konfigurasi pada Radiowifi
2. Bagaimana cara konfigurasi Load Balancing pada Mikrotik
1.4 Metode Penulisan
1. Observasi dari sumber internet dengan cara mencari informasi
2. Praktikum uji coba atas rumusan masalah yang diberikan
BAB II : DASAR TEORI

2.1 Load Balancing

Load Balancing adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada


dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal,
memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari
overload pada salah satu jalur koneksi. Load balancing digunakan pada saat
sebuah server telah memiliki jumlah user yang telah melebihi maksimal
kapasitasnya. Load balancing juga mendistribusikan beban kerja secara merata
di dua atau lebih komputer, link jaringan, CPU, hard drive, atau sumber daya
lainnya, untuk mendapatkan pemanfaatan sumber daya yang optimal.

Selama ini banyak yang beranggapan salah bahwa dengan menggunakan


Load balancing dua jalur koneksi, maka besar bandwidth yang akan didapat
menjadi dua kali lipat dari bandwidth sebelum menggunakan load banlancing.
Hal ini perlu diperjelas, bahwa load balancing tidak akan menambah besar
bandwidth yang diperoleh, tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik dari
kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara seimbang.

Bagaimana cara kerjanya :

Adapun yang perlu dipahami kembali dari pentingnya menggunakan Load


balancing untuk website atau aplikasi berbasis web lainnya diantaranya :

1. Waktu respon adalah manfaat terbesar untuk meningkatkan


kecepatan akses website saat dibuka. Dengan dua atai lebih server yang saling
berbagi bebam lalu lintas web, masing-masing akan berjalan lebih cepat karena
beban tidak berada pada 1 server saja. Ini berarti ada lebih banyak sumber daya
untuk memenuhi permintaan halaman website.
2. Dengan Load balancing akan mewarisi sedikit redudansi. Sebagai
contoh, jika website kita berjalan seimbang di 3 server dan salah satu server
bermasalah, maka dua server lainnya dapat terus berjalan dan pengunjung
website kita akan menyadari downtime apapun.

2.2 Simple Queue

Melakukan manajemen bandwidth dengan Simple Queue adalah cara paling


sederhana. Pada simple queue kita bisa melimit Bandwidth berdasarkan IP
Address Client. Baik itu bandwidth Download ataupun Upload. Untuk
pembahasan pertama, saya akan mencoba melakukan limit bandwidth seperti
pada gambar topologi dibawah ini :

Bisa kita lihat gambar diatas, ISP memberikan Bandwidth terhadap Router
MikroTik untuk Download dan Upload sebesar 2M/2M. Bisa kita lihat juga
pada gambar diatas Router MikroTik mempunyai 1 buah PC Client yang
terhubung melalui interface ether2 dengan IP Address 13.13.13.5. Disini kita
akan melakukan konfigurasi limit bandwidth terhadap PC Client tersebut,
melimit bandwidth Download dan Upload nya menjadi maksimal 1Mbps. Loh,
ngapain di limit jadi 1 mbps? Yang 1 mbps nya lagi mubazir dong nggak
kepake? Sisa dari bandwidth yang diberikan ISP akan kita buat menjadi
bandwidth cadangan.Bisa terpakai pada Burst atau yang lain nya.
2.3 Queue Tree
Merupakan fitur bandwidth management di Mikrotik yang sangat fleksibel dan
cukup kompleks. Pendefinisian target yang akan dilimit pada Queue Tree tidak
dilakukan langsung saat penambahan rule Queue namun dilakukan dengan
melakukan marking paket data menggunakan Firewall Mangle.

Inilah yang menjadikan penerapan Queue Tree menjadi lebih kompleks.


Langkah ini menjadi tantangan tersendiri, sebab jika salah pembuatan Mangle
bisa berakibat Queue Tree tidak berjalan.

Namun disisi lain penggunaan Mangle Packet-Mark ini juga menguntungkan,


sebab akan lebih fleksible dalam menentukan traffic apa yang akan dilimit, bisa
berdasar IP Address, Protocol, Port dan sebagainya. Setiap service pada
jaringan dapat diberikan kecepatan yang berbeda.

2.4 Perbedaan Simple Queue dan Queue Tree


Queue Simple
1. Simple Queue melimit secara fix dan memiliki aturan yang ketat.
2. Simple Queue akan memproses dari antrian secara terurut mulai dari atas
hingga ke bawah.
3. Simple Queue melakukan limit dua arah sekaligus traffic Upload dan
Download.
4. Simple Queue akan lebih di proses atau prioritaskan terlebih dahulu
dibandingkan Queue Tree jika digunakan secara bersamaan.
5. Simple Queue dapat memproses antrian yang di tandai oleh paket mangle.
6. Simple Queue sangat cocok bagi admin yang tidak mau ribet dengan adanya
traffic control pada mangle.
Queue Tree
1. Queue Tree membagi bandwidth secara fixed dan tidak memiliki aturan
yang ketat.
2. Queue Tree tidak memperhatikan antrian sehingga proses akan dijalankan
secara bersamaan.
3. Queue Tree melakukan limit secara directional (satu arah).
4. Queue Tree sangat bergantung pada firewall mangle jika melakukan
pembatasan trafik dan membedakan proses upload/download.
5. Queue Tree akan di nomer duakan setelah simple queue.
6. Untuk melakukan konfigurasi queue tree admin harus mengetahui traffic
control lalu lintas yang ada.

2.5 Lebih Baik Simple Queue atau Queue Tree


Baik Simple Queue maupun Queue Tree memiliki keunggulannya masing-
masing. Simple Queue, seperti namanya, cukup mudah dalam melakukan
konfigurasi. Jika kebutuhannya untuk melakukan limitasi berdasarkan target
IP Address atau interface, maka Simple Queue merupakan pilihan yang tepat.
Sehingga kita tidak disibukkan dengan pengaturan mangle.
Sedangkan Queue Tree, seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya harus
menggunakan Mangle, harus sangat cermat dalam pembuatannya. Namun
jika kebutuhan Queue lebih detail berdasarkan service, protocol, port, dsb
maka Queue Tree adalah jawabannya. Simple Queue juga memiliki
parameter mark-packet, namun dari sisi management akan lebih mudah jika
mark-packet diterapkan pada Queue Tree.
BAB III : RANCANGAN
3.1 Topologi

Internet 1

Switch

Laptop Brina Mikrotik 1 Laptop Daniel

Radiowifi

Internet 2

Keterangan :
1. Mikrotik mendapatkan IP internet dari Internet 1 yaitu 192.168.25.157/24
2. Mikrotik mendapatkan IP internet dari Internet 2 yaitu 192.168.43.205/24
3. Laptop Brina berfungsi sebagai Server untuk Load Balancing dan
Management Bandwidth
4. Laptop Daniel berfungsi sebagai client

3.2 Alat dan Bahan


JENIS
NO. SPESIFIKASI GAMBAR
PERANGKAT

Acer Aspire E 14
1. Laptop Server Sistem Operasi :
Windows 10
HP Notebook 8440P
2. Laptop Client Sistem Operasi :
Windows 10

3. Radiowifi TP-Link 741ND

TP-LINK Desktop
4. Switch Switch 8-Port
10/100Mbps

RouterBOARD
5. Mikrotik
RB952UI-5AC2ND

6. Kabel LAN Straight

7. Winbox v6.43.8
BAB IV : HASIL PRAKTIKUM

4.1 Konfigurasi pada Radiowifi


1. Sambungkan kabel straight LAN antara laptop dengan radiowifi
2. Sebelum itu, reset radiowifi dengan menekan tombol reset beberapa
detik sampai lampu semua notifikasi menyala.
3. Setelah terhubung dengan network radiowifi TP-Link, buka browser
dan ketikkan IP 192.168.0.1
4. Setelah muncul web TP-Link, ketikkan user dan password : admin
5. Klik toolbar Wireless > Wireless Settings
Centang kotak “Enable WDS Bridging” dan akan muncul jendela
setting WDS
Klik kotak “Survey”

6. Pada saat kotak “Survey” sudah dicentang, maka akan muncul list
hotspot yang tertera, disini saya menggunakan hotspot “yoi”. Lalu klik
hotspot yang sudah dipilih.
Pada kolom WDS Mode pilih WDS 1
Pada kolom Password ketikkan password hotspot tersebut
Setelah konfigurasi pada Wireless Settings, klik kotak Save untuk
menyimpan konfigurasi
7. Selanjutnya, klik toolbar Wireless Security
Pada kolom Password, ketikkan password hotspot yang tadi
Setelah selesai, klik kotak Save untuk menyimpan konfigurasi

8. Selanjutnya, klik toolbar DHCP


Klik “Disable” > Save
9. Setelah disable DHCP, maka akan ditujukan untuk reboot TP-Link

10. Konfigurasi radiowifi telah selesai. Check apakah laptop masih bisa
membuka web TP-Link atau tidak. Apabila sudah tidak bisa, maka
konfigurasi berhasil.
4.2 Konfigurasi pada Mikrotik
1. Pastikan kabel LAN straight menyambung antara laptop dan mikrotik
2. Buka aplikasi winbox dan tunggu mendapatkan ip 0.0.0.0 lalu klik ip
tersebut dan klik “Connect”
3. Setelah masuk, klik toolbar IP > Addresses > klik tanda +
Saya menambahkan IP 192.168.30.1/24 dengan network 192.168.30.0
dan interface ether2
Saya juga menambahkan IP 192.168.10.1/24 dengan network
192.168.10.0 dan interface ether3 untuk client

4. Setelah itu, klik toolbar IP > DHCP Server > DHCP Setup dengan
konfigurasi pada ether2 dan ether3 (yang sudah kita buat IP nya) dengan
konfigurasi sebagai berikut :
5. Selanjutnya, klik toolbar IP > DHCP Client > klik tanda +
Pada kolom interface, pilih ether 4 lalu klik OK (untuk internet dari
radiowifi TP-Link)
Klik tanda + lagi, dan pada kolom interface, pilih ether 5 (untuk internet
dari switch)
Lalu klik Apply > OK

6. Selanjunya, kita akan konfigurasi untuk load balancing agar kita bisa
mendapatkan koneksi internet dari 2 sumber
 IP > Firewall > NAT
Pada tab general :
Kolom chain : srcnat
Kolom Out Interface : ether4 (sumber internet radiowifi)
Pada tab action :
Kolom Action : masquerade
 IP > Firewall > NAT
Pada tab general :
Kolom chain : srcnat
Kolom Out Interface : ether5 (sumber internet switch)
Pada tab action :
Kolom Action : masquerade
7. Selanjutnya kita akan konfigurasi mangle pcc untuk memberikan mark
pada setiap proses routing yang terdapat pada masing – masing ISP
dengan pengelompokan Src address dan Port
 IP > Firewall > Mangle
Pada tab general :
Kolom chain : prerouting
Kolom In. Interface : ether2 (yang menyambung antara mikrotik dan
laptop)
Pada tab advanced :
Kolom Per Connection Classifier : src address and port | 2 | / | 0
Pada tab Action :
Kolom action : mark routing
Kolom new routing mark : PCC-ISP1
 IP > Firewall > Mangle
Pada tab general :
Kolom chain : prerouting
Kolom In. Interface : ether2 (yang menyambung antara mikrotik dan
laptop)
Pada tab advanced :
Kolom Per Connection Classifier : src address and port | 2 | / | 1
Pada tab Action :
Kolom action : mark routing
Kolom new routing mark : PCC-ISP2
8. Selanjunya, kita akan konfigurasi static route dan routing mark untuk
membuat default router dari sisi router ke internet dengan gateway ISP-
1 dan ISP-2 dan tambahkan routing mark dengan mangle PCC yang
telah dibuat sebelumnya
 IP > Routes
Pada tab general :
Kolom Dst. Address : 0.0.0.0/0
Kolom gateway : 192.168.43.1 (gateway Ethernet 5 = radiowifi)
Kolom routing mark : PCC-ISP1
 IP > Routes
Pada tab general :
Kolom Dst. Address : 0.0.0.0/0
Kolom gateway : 192.168.25.254 (gateway Ethernet 5 = switch)
Kolom routing mark : PCC-ISP2
9. Selanjutnya, klik Queues > Simple Queue > tanda +
Dengan konfigurasi sebagai berikut :

Keterangan :

 Pada kolom “name” isikan sesuai keinginan. Pada gambar diatas,


saya menggunakan nama switch dan hostpot untuk management
bandwidth simple queue dari ether2 (IP 192.168.30.1). sedangkan
untuk nama switch2 dan hotspot2 untuk management bandwidth
simple queue client dari ether3 (IP 192.168.10.1)
 Pada kolom “target”, pilih sumber internet yang ada yaitu ether4
(radiowifi) atau ether5 (switch). Untuk konfigurasi saya seperti
gambar diatas, untuk name hotspot/hotspot2 : target ether4,
sedangkan name switch/switch2 : target ether5
 Pada kolom “dst.”, pilih target yang akan di manage bandwidthnya
yaitu ether2 (ip 192.168.30.1) atau ether3 (ip 192.168.10.1)
Jadi, pada masing – masing ether mempunyai 2 perintah untuk
manage bandwidth yaitu 1 perintah simple queue dari sumber
internet ether4 (radiowifi) dan 1 perintah simple queue dari sumber
internet ether5 (switch)
 Pada kolom “Max Limit” adalah ketentuan untuk manage besar
bandwidth yang ingin kita berikan. Pada konfigurasi saya diatas
sesuai dengan gambar diatas, saya memberikan bandwidth maximal
1Mb untuk download pada ether2 maupun ether3.
10. Berikut hasil konfigurasi dari management bandwidth simple queue.
Ethernet 4 disable :

Ethernet 5 disable :

11. Selanjutnya, kita akan konfigurasi management bandwidth dengan


menggunakan queue tree.
Klik IP > Firewall > Mangle > klik tanda +
Konfigurasi mangle Mark Connection :

Konfigurasi mangle Mark Packet :

12. Selanjutnya klik Queues > Queue Tree


Tambahkan konfigurasi sebagai berikut :
Keterangan
 Pada kolom “name” isikan sesuai keinginan. Pada gambar diatas,
saya menggunakan nama switch dan hostpot untuk management
bandwidth queue tree dari ether2 (IP 192.168.30.1). sedangkan
untuk nama switch2 dan hotspot2 untuk management bandwidth
queue tree client dari ether3 (IP 192.168.10.1)
 Pada kolom “parent”, pilih ip yang akan di manage bandwidth nya
yaitu ether2 (ip 192.168.30.1) atau ether3 (192.168.10.1)
 Pada colom “packet marks” pilihlah sesuai dengan mangle yang
telah dibuat tadi
 Pada kolom “queue type”, ubah menjadi default
 Dan pada kolom Max Limit tentukan berapa besar bandwidth pada
masing – masing Ethernet baik ether2 atau ether3. Pada konfigurasi
saya, saya membatasi maximal 512kb.
13. Sebelum check konfigurasi queue tree, kita harus disable konfigurasi
pada toolbar Simple Queues dengan cara klik tanda x
14. Berikut adalah hasil dari konfigurasi queue tree
Ethernet 4 disable :

Ethernet 5 disable :
BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah praktikum dilaksanakan, saya jadi mengetahui bagaimana Load
Balancing 2 sumber internet yang berbeda. Satu dari switch internet Telkom,
sedangkan satu lagi dari radiowifi yang bersumber dari hotspot internet
smartphone.
Setelah berhasil menyatukan 2 sumber internet dengan load balancing,
praktikum selanjutnya yaitu management bandwidth client untuk mengakses
internet download dan upload menggunakan 2 cara yaitu Simple Queue dan
Queue Tree untuk mengetahui perbedaan implementasi nya.

5.2 Saran
Apabila setelah konfigurasi dan hasil nya tidak berhasil, silahkan di check
dengan benar konfigurasi mulai awal. Karena kemungkinan terbesar gagalnya
hasil praktikum dikarenakan salahnya atau kurang teliti dalam konfigurasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://idcloudhost.com/memahami-pentingnya-load-balancing/

http://yogikeling.blogspot.com/2016/04/pengertian-simple-quee-dan-quee-
tree.html

http://www.dimasrio.com/2015/11/perbedaan-simple-queue-dan-queue-tree.html

Anda mungkin juga menyukai