DISUSUN OLEH :
A. Kesimpulan ...………………………….......................……..........13
B. Saran …………………………………......................……………13
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan telah menyumbangkan pikiran dan
tenaganya.
Terlepas dari semua ini kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan
maupun kalimat dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat terbuka untuk menerima kritik
dan saran dari semua pihak untuk memperbaiki makalah, sehingga dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat diterima oleh semua pihak,
sehingga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi semua orang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu
pelayanaan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien), perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanaan kesehatan melalui suatu
tatanan system rujukan.
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelaksanaan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam
pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis
tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan
diatasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam
akan segera tertangani dengan cepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang system
rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses
rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan
sarana, tidak ada dukungan peraturan
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
B. Ketentuan Umum
9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu
tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap.
10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi dilakukan apabila: a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau subspesialistik; b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau
ketenagaan.
12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
8. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier hanya
untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan
berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
b) Bencana; kriteria bencana ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah
c) Kekhususa permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah ditegakan rencana
terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan selanjutnya
a) Dalam keadaan tertentu, bidan dan perawat dapat memberikan pelayanan keshatan
tingkat pertama sesuai ketentuan perundang-undangan
b) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan
kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi diluar kompetensi dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
11. Rujukan parsial
a) Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesmen ke pemberi pelayanan yang
lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu
rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
c) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk
D. Prosedur/Alur pelayanan
Menjadi seorang Perekam medis adalah suatu pekerjaan yang mengharuskan untuk bekerja
secara kelompok/team maka Perekam Medis memilik susunan Hirarki dalam
pergorganisasian seperti dibawah ini ;
1. Pendidikan dan
pengalaman
memenuhi syarat
2. Belum memiliki STR
Staf Pengolahan data dan
12 RURIANA. W dan SIK
Pelaporan
3. Belum mengikuti
pelatihan :
Terminologi Medis &
Coding, Biostatistik
1. Pendidikan dan
pengalaman
Staf Pengelolaan Klaim
13 V.PRIHADI DWI. A memenuhi syarat
BPJS
2. Belum memiliki STR
dan SIK
1. Pendidikan dan
pengalaman
ANDRY Staf Pengelolaan Klaim
14 memenuhi syarat
SILAWIDARTA BPJS
2. Belum memiliki STR
dan SIK
Tabel 3.1 Daftar Staff Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rini
2. Struktur Organisasi Rekam Medis RSUD Kab. Sleman
KOORDINATOR KOORDINATOR
PELAYANAN RM MANAJEMEN RM
PENUTUP
A. KESIMPULAN
System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balikatas
masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang
lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Yang
bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI
dan AKB.
B. SARAN
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf
https://www.academia.edu/24001593/BAB_III_ANAISIS_SITUASI