I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengethaui adanya siklamat pada
bahan makanan.
II. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yang memerlukan
sejumlah alat dan bahan. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain: tabung reaksi,
rak tabung reaksi, labu Erlenmeyer, gelas beaker, bulb, pipet ukur, hotplate,
sudip, stopwatch dan vortex. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu: siklamat,
sampel (minuman berperisa jambu, minuman berperisa markisa, minuman
energi 1, minuman energi 2), air (untuk waterbath), arang aktif, BaCl2 10%,
NaNO2 10%, HCl 10%, aluminium foil, kertas saring Whattman #1 dan #40.
2.2. Metode
Pada percobaan pertama dalam praktikum ini, dilakukan analisa siklamat
standar. Hal yang pertama dilakukan ialah mengambil 5 ml siklamat ke dalam
tabung reaksi yang kosong, kering dan bersih. Lalu ditambahkan 2.5 ml BaCl2
10% dan dibiarkan selama 20 menit. Kemudian larutan disaring dengan kertas
Whattman #40 serta ditambahkan 2.5 ml NaNO2 10% dan dikocok
menggunakan vortex. Kemudian ditambahkan 2.5 ml HCl 10% dan divorteks
lagi dengan ditutup mulut tabungnya dengan aluminium foil. Setelah itu
larutan dipanaskan di waterbath selama 10 menit hingga suhunya menjadi 80-
100oC. Selanjutnya diamati perubahan warna dan apabila terbentuknya
endapan putih.
Pada percobaan kedua dilakukan analisa kandungan siklamat sampel.
Pertama dimasukkan 5 ml sampel ke dalam tabung reaksi kosong, kering dan
bersih. Kemudian ditambahkan ½ sendok arang aktif dan diaduk hingga
homogen. Setelah itu larutan disaring menggunakan kertas Whattman #1.
Selanjutnya filtrat yang diperoleh dari larutan tersebut diperlakukan tahapan-
tahapan yang sama seperti percobaan sebelumnya mulai dari ditambahkan 2.5
ml BaCl2 10% sampai dipanaskannya larutan dalam waterbath. Pada tahap
1
akhir percobaan, dilakukan pengamatan untuk melihat bagaimana hasil
perubahan pada setiap sampel.
2
4 Minuman energi 1 -
5 Minuman energi 2 ++
Keterangan:
- = tidak ada endapan/tidak keruh
+ = tidak ada endapan, keruh
++ = ada endapan putih
+++ = ada banyak endapan, keruh
3.2. Pembahasan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan,
antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat
dan pengental (Thamrin, et al., 2014).
Meningkatnya kemajuan teknologi, maka perkembangan diberbagai
bidang juga mengalami kemajuan pesat seperti bidang industri pengolahan
bahan makanan, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan bahan tambahan
makanan ini sangat beragam. Penggunaan bahan tambahan makanan itu
sendiri bagi produsen mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, namun
bagi konsumen sendiri, penambahan bahan makanan tersebut tidak semua
3
diperlukan, bahkan ada bahan yang membahayakan konsumen (Buyung,
2013).
Zat pemanis sintetik adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau
dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut,
sedang kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula (Cahyadi,
2009).
Siklamat adalah salah satu zat pemanis sintetik yang sering digunakan di
industri pangan Indonesia. Siklamat merupakan natrium sikloheksisulfat atau
natrium siklamat dengan nama dagang antara lain: assugrin, suracyl, atau
sucrose. Siklamat bersifat mudah larut dalam air dan tahan terhadap panas.
Siklamat hanya berasa manis tanpa adanya rasa pahit. Siklamat memiliki
tingkat kemanisan 30 kali dari sukrosa (Putra, 2011).
Siklamat memunculkan banyak gangguan bagi kesehatan, diantaranya
tremor, migrain, dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia,
iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi, dan gangguan
seksual, kebotakan, dan kanker otak (Buyung, 2013).
Bahan pemanis buatan siklamat atau yang lebih dikenal dengan nama “sari
manis” umumnya ditambahkan di dalam makanan atau minuman dengan
tujuan untuk menambah kelezatan rasa. Menurut Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Nomor 4 Tahun
2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Pemanis, batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI) adalah 0- 11
mg/kg berat badan (Rianti, 2016).
Di Indonesia pemakaian siklamat sering disalahgunakan dan
penggunaanya melebihi batas yang diijinkan. Dalam standar pemanis buatan
(SK Kepala Badan POM No: HK.00.05.5.1.4547/2004) dan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988, batas
maksimum penambahan siklamat pada produk minuman adalah 250-3000
ppm. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari bahaya yang disebabkan
dengan pengkonsumsian siklamat dalam kadar yang berlebih yang mampu
memunculkan banyak gangguan bagi kesehatan (Fadilah, 2017).
Prinsip identifikasi adanya siklamat dalam sampel yaitu terbentuknya
endapan putih dari reaksi antara BaCl2 dengan Na2SO4 (berasal dari reaksi
antara siklamat dengan NaNO2 dalam suasana asam kuat) menunjukkan
adanya siklamat. Analisis adanya siklamat, ada sebagian sampel minuman
menghasilkan reaksi positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan
berwarna putih (Hadju, 2012).
Reaksi pendahuluan berupa pengenceran sampel dengan air bertujuan
untuk menghidrolisis Na-Siklamat menjadi ion Na+ dan ion siklamat sehingga
akan lebih mudah sampel bereaksi dengan reagen yang akan direaksikan.
4
Penambahan arang dalam sampel berfungsi untuk menghilangkan warna
sampel sehingga ketika identifikasi berlangsung bisa lebih mudah mengamati
reaksi-reaksi yang terjadi. Penambahan HCl 10% dalam sampel berfungsi
untuk mengasamkan larutan agar reaksi yang akan terjadi dapat lebih mudah
beraksi. Penambahan BaCl2 berfungsi untuk mengendapkan pengotor-
pengotor yang ada dalam larutan, seperti adanya ion karbonat. Penambahan
NaNO2 berfungsi untuk memutuskan ikatan sulfat dalam siklamat. Ketika
ikatan sulfat telah diputus maka ion Ba2+ akan bereaksi dengan ion sulfat dan
menghasilkan endapan barium sulfat (BaSO4) (Rahmansyah, 2015).
IV. KESIMPULAN
Siklamat merupakan suatu bahan bahan pangan yang digunakan sebagai
pemanis sintetik pada makanan yang lebih manis dan rendah kalori daripada
gula, Siklamat berbahaya terhadap kesehatan. Siklamat diidentifikasi melalui
uji kualitatif dengan dihasilkan endapan putih BaSO4 yang berarti hasil reaksi
positif.
5
V. DAFTAR PUSTAKA
Buyung. 2013. Penggunaan Bahan Pengawet Makanan. Harian Cakrawala.
Pikiran Rakyat.
Cahyadi, Wisnu. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan
Cetakan 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hadju A. 2012. Analis Zat Pemanis Buatan Minuman Jajanan yang Dijual di
Pasar Tradisional Kota Manado. Universitas Sam Ratulagi.
Putra, Azan. 2011. Penetapan Kadar Siklamat pada Beberapa Minuman Ringan
Kemasan Gelas dengan Metoda Gravimetri. Universitas Andalas Padang.
Rianti, Lia. 2016. Identifikasi Pemanis Buatan Siklamat Pada Minuman Es Teh
Yang Dijual Di Kecamatan Sepang Kabupaaten Gunung Mas. Palangka
Raya: KTI Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
Thamrin, Zulfikar, et al. 2014. Analisis Zat Pemanis Buatan (Sakarin Dan
Siklamat) Pada Pangan Jajanan Di Sd Kompleks Lariangbangi Kota
Makassar. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin