Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI


PEMERINTAH (SAKIP) DALAM MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE PADA POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi
Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir Untuk Jurusan
DIV Akuntansi Politeknik Negeri Pontianak

Diajukan Oleh:
Nama : Lisca Patriana
NIM : 4201614089
Jurusan : Akuntansi
Program Studi : Akuntansi Sektor Publik

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


TAHUN 2019
HALAMAN JUDUL
PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH (SAKIP) DALAM MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE PADA POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Disusun Oleh
Nama : Lisca Patriana
Nim : 4201614089
Jurusan : Akuntansi
Program Studi : Akuntansi Sektor Publik

Mengetahui Pontianak, Desember 2019

Dosen Pembimbing Mahasiswa


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warakmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang
berjudul “PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH(SAKIP) DALAM MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE PADA POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK” tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril
maupun materiil sehingga Proposal Tugas Akhir ini dapat selesai.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala
kekurangan dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Proposal Tugas Akhir ini berguna
bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Wassalamualaikum Warakmatullahi Wabarakatuh

Pontianak, Desember 2019


Penulis

Lisca Patriana
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Akuntabilitas publik secara Umum dimaksudkan untuk memberikan informasi
atas aktifitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan laporan tersebut. Hal ini di maksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban
dari pemegang amanah atas segala pencapaiannya dari segala aktifitas dan kegiatan
kepada pemberi amanah. Menjadi tolak ukur akan hal itu, dibuatlah suatu sistem
akuntabilitas yang memadai agar bisa menyusun laporan akuntabilitasnya dengan
berlandaskan prinsip-prinsip akuntabilitas dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) ini di bangun
dan di kembangkan, dalam rangka perwujudan pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya pelaksanaan kebijakan dan
program yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintahan berdasarkan suatu
sistem akuntabilitas yang memadai dengan mengkomunikasikan pencapaian tujuan
dan sasaran strategis organisasi kepada pihak yang berkepentingan,yang dituangkan
melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP).
Dengan sistem seperti ini, dapat mengukur kinerja instansi pemerintahan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik atau belum,karena adanya indikator yang
bisa menilai kinerja, visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi
pemerintahan. Oleh karena itu dengan keluarnya Peraturan Presiden No. 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan dan Peraturan
Menteri Pendayahgunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia No 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Revisi Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, yang di
nyatakan dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang lebih
berdaya guna, berhasil, bersih dan bertanggungjawab, maka Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) perlu dibuat agar dapat diketahui kemampuan
instansi pemerintah di indonesia dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan yang telah di
tetapkan. Apalagi lembaga pemerintahan khususnya Politeknik Negeri Pontianak
sangat dituntut untuk melaksanakan kegiatannya sesuai dengan Renstra yang telah
dibuat. Di dalam Renstra tersebut akan tergambar dengan jelas, apa yang akan
dicapai atau diwujudkan 5 (lima) tahun mendatang.
Politeknik Negeri Pontianak merupakan suatu bentuk organisasi publik yang
memberikan jasa kepada masyarakat, sudah sepatutnya memberikan kinerja yang
baik. Kita ketahui bahwa orang yang menjalankan Politeknik Negeri Pontianak
berasal dari orang-orang yang berkualitas dan sangat profesional dibidangnya, oleh
sebab itu maka sudah selayaknyalah memberikan pelayanan yang berkualitas pula.
Dalam jangka panjang, mutu merupakan hal yang terpenting bagi lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan yang bermutu akan dicari oleh masyarakat, namun
lembaga pendidikan yang tidak bermutu hanya menjadi penggembira saja. Dalam PP
No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, pengertian mutu Perguruan Tinggi
adalah keterkaitan antara tujuan, masukan, proses dan keluaran yang merupakan
tanggung jawab institusional Perguruan Tinggi masing-masing (Pasal 128 ayat 2).
Mutu Perguruan Tinggi dijelaskan pada penjelasan Pasal 128 ayat 2 terdiri atas
efektifitas, efisiensi, produktifitas, akuntabilitas, suasana akademik dan ketahanan
sistem.
Mengingat mutu sangat penting pada lembaga pendidikan khususnya di
Perguruan Tinggi, maka untuk mewujudkan ini Perguruan Tinggi harus akuntabel
dalam mengelola institusinya. Oleh karena itu penulis tertarik melaksanakan
penelitian dengan judul “Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) dalam Mewujudkan Good Governance pada Politeknik Negeri Pontianak.”

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah tingkat akuntabilitas kinerja instansi pada Politeknik
Negeri Pontianak?
2. Apakah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang telah
dibuat dapat mencapai Good Governance atau dengan kata lain apakah
benar SAKIP mampu mewujudkan Good Governance pada Politeknik
Negeri Pontianak?
3. Permasalahan apa saja yang dihadapi oleh Politeknik Negeri Pontianak?
4. Apakah dengan diterapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Permerintah,
Politeknik Negeri Pontianak dapat melakukan kegiatan dan program
secara efektif dan efisien?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui tingkat akuntabilitas kinerja instansi pada Politeknik
Negeri Pontianak.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah yang telah dibuat pada instansi ini mampu
mewujudkan Good Governance pada Politeknik Negeri Pontianak.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh
Perguruan Tinggi dan bagaimana solusi untuk mengatasinya.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah dengan diterapkannya Sistem
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah kegiatan dan program di Politeknik
Negeri Pontianak berjalan dengan efektif dan efisien.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memperkaya referensi dalam bidang kajian Akuntansi Pemerintahan dan
Lembaga non Profit.
2. Sebagai informasi yang sangat penting bagi pengelola Politeknik Negeri
Padang untuk mengetahui seberapa besar pengaruh SAKIP dapat
mewujudkan Good Governance pada Politeknik Negeri Pontianak.
3. Bahan masukan bagi Politeknik Negeri Pontianak dalam upaya
menciptakan mutu dan pelayanan yang baik.
4. Penelitian ini sangat penting dilaksanakan mengingat semakin besarnya
tuntutan masyarakat yang menginginkan akuntabilitas yang baik kepada
masyarakat atas pengelolaan lembaga ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability yang berarti pertanggunganjawab atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawab.
Akuntabilitas (accountability) yaitu berfungsinya seluruh komponen
penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya
masing-masing. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban
dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola
sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat
menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas
terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal
pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara
transparan kepada masyarakat. Menurut Dubnick, akuntabilitas publik secara
tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan
mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk
dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas
eksternal. Menurut Romzek dan Ingraham akuntabilitas publik dalam arti
yang paling fundamental merujuk kepada kemampuan menjawab kepada
seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan
jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan
pengawasan dan mengharapkan kinerja.
Berikut beberapa pengertian dari akuntabilitas. Akuntabilitas adalah suatu
peningkatan dari rasa tanggung jawab, suatu yang lebih tinggi mutunya dari
suatu tanggung jawab sehingga memuaskan atasan. Selain itu akuntabilitas
adalah kondisi seseorang yang dinilai orang lain karena kualitas performannya
menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawab. Menurut Elliot
akuntabilitas adalah cocok atau sesuai dengan yang diharapkan oleh orang
lain dan menjelaskan dan mempertimbangkan kepada orang lain tentang
keputusan dan tindakan yang diambil . Akuntabilitas menurut Lessinger,
adalah kajian hubungan antara apa yang sudah dilakukan sekolah dengan dana
yang digunakan dengan hasil belajar yang diperoleh.
Pengertian akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada
hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong pada munculnya
tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk bertanggungjawab dan untuk
menjamin kinerja pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas adalah
merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban dimana dalam kegiatan yang
dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip
akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggungjawaban terhadap
efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau
program yang telah ditetapkan itu.
Pengertian akuntabilitas menurut Lawton dan Rose dapat dikatakan
sebagai sebuah proses dimana seorang atau sekelompok orang yang
diperlukan untuk membuat laporan aktivitas mereka dan dengan cara yang
mereka sudah atau belum ketahui untuk melaksanakan pekerjaan mereka.
Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip good corporate governance berkaitan
dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang dicapai,
sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung
jawab mengelola organisasi. Prinsip akuntabilitas digunakan untuk
menciptakan sistem kontrol yang efektif berdasarkan distribusi kekuasaan
pemegang saham, direksi dan komisaris. Prinsip-prinsip akuntabilitas adalah:
1. Mengontrak performan artinya performan para petugas pendidikan
dikontrak oleh orang-orang yang berkepentingan dalam pendidikan.
Kriteria performan yang sudah disepakati bersama harus dapat
dilaksanakan dengan baik.
2. Memiliki kunci pembentuk arah. Dengan biaya tertentu dan performan
dengan kriteria yang sudah dikontrakan itu diharapkan pendidikan dapat
mencapai tujuan secara tepat.
3. Ada unsur pemeriksaan. Pemerikasaan harus dilakukan oleh orang-orang
yang bebas yang tidak terlibat dalam kegiatan pendidikan.Para pengontrak
adalah merupakan unsur pengontrol dalam kegiatan pendidikan.
4. Ada jaminan pendidikan.Mutu pendidikan terjamin karena sudah memakai
kriteria/ukuran tertentu.
5. Pemberian insisiatif sebagai imbalan terhadap jerih payah guru dibuatlah
insentif.
Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah bahwa
publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil
oleh pihak yang mereka beri kepercayaan. Media pertanggungjawaban dalam
konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban saja,
tetapi mencakup juga praktek-praktek kemudahan si pemberi mandat
mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan
maupun tulisan. Dengan demikian, akuntabilitas akan tumbuh subur pada
lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan penting dan
dalam suasana yang transparan dan demokrasi serta kebebasan dalam
mengemukakan pendapat. Akuntabilitas, sebagai salah satu prasyarat dari
penyelenggaraan negara yang baru, didasarkan pada konsep organisasi dalam
manajemen, yang menyangkut :
1. Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of control) organisasi.
2. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) pada level
manajemen atau tingkat kekuasaan tertentu.
3. Pengendalian sebagai bagian penting dari masyarakat yang baik saling
menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain, dapat disebutkan
bahwa pengendalian tidak dapat berjalan dengan efesien dan efektif bila
tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik, demikian pula
sebaliknya.
Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan
perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban
secara periodik. Sumber daya ini merupakan masukan bagi individu maupun
unit organisasi yang seharusnya dapat diukur dan diidentifikasikan secara
jelas. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus
dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dari karyawan
organisasi sehingga tercapai kelancaran dan keterpautan dalam mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
B. SAKIP dan LAKIP
SAKIP adalah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan,
dimana sistem ini merupakan integrasi dari sistem perencanaan, sistem
penganggaran dan sistem pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan
sistem akuntabilitas keuangan. Dalam hal ini, setiap organisasi diwajibkan
mencatat dan melaporkan setiap penggunaan keuangan negara serta
kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan LAKIP adalah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan. LAKIP merupakan
produk akhir SAKIP yang menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu
instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai
APBN/APBD. Penyusunan LAKIP berdasarkan siklus anggraan yang berjalan
1 tahun. Dalam pembuatan LAKIP suatu instansi pemerintah harus dapat
menentukan besaran kinerja yang dihasilkan secara kuantitatif yaitu besaran
dalam satuan jumlah atau persentase. Manfaat dari LAKIP bisa dijadikan
bahan evaluasi terhadap instansi pemerintah yang bersangkutan selama 1
tahun anggaran.
Cikal bakal lahirnya SAKIP LAKIP adalah berasal dari Inpres No.7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Instansi Pemerintah dimana didalamnya
disebutkan Mewajibkan setiap Instansi Pemerintah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugas pokok, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
Pemerintah. Dengan adanya sistem SAKIP dan LAKIP bergeser dari
pemahaman "Berapa besar dana yang telah dan akan dihabiskan" menjadi
"Berapa besar kinerja yang dihasilkan dan kinerja tambahan yang diperlukan,
agar tujuan yang telah ditetapkan adalah akhir periode bisa tercapai".
Bagi seorang pimpinan atau kepala daerah, SAKIP akan berguna untuk
bisa mengukur setiap pembangunan atau kinerja yang dilakukan masing-
masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Selain itu, sistem ini bisa
juga dijadikan sebagai tolak ukur untuk mempertanggungjawabkan anggaran
yang telah digunakan untuk pembangunan daerah. Sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada
sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi
birokrasi, yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Dalam penilaian LAKIP, materi yang dievaluasi meliputi 5 komponen.
Komponen pertama adalah perencanaan kinerja, terdiri dari renstra, rencana
kinerja tahunan, dan penetapan kinerja dengan bobot 35. Komponen kedua,
yakni pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas
pengukuran, dan implementasi pengukuran dengan bobot 20. Pelaporan
kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan,
penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja, diberi bobot
15. Sedangkan evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas
evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi, diberi bobot 10. Untuk pencapaian
kinerja, bobotnya 20, terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan
outcome), dan kinerja lainnya. Nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA
(memuaskan), dengan skor 85 – 100, sedangkan A (sangat baik) skornya 75
-85, CC (cukup baik) dengan skor 50 – 65, C (agak kurang) dengan skor 30 –
50, dan nilai D (kurang) dengan skor 0 – 30.
Kewajiban penyusunan LAKIP dibebankan kepada setiap instansi
pemerintahan, yaitu: Kementerian / Lembaga Negara Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian / Lembaga
Negara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) LAKIP selambat lambatnya
disampaikan tanggal 15 Maret tahun anggaran berikutnya.
C. Good Governance
Konsep “governance” bukan merupakan konsep baru. Ia telah ada
sepanjang sejarah peradaban manusia. Dalam pembahasan sederhana,
governance berarti proses pembuatan kebijakan dan proses implementasinya.
Kata governance dapat digunakan dalam berbagai konteks: pemerintahan
korporasi, pemerintahan internasional, pemerintahan nasional dan
pemerintahan lokal. Adapun good governance, Bank Dunia mendefinisikan
sebagai, “The exercise of political power to manage a nation’s affairs. The
way state power is used in managing economic and social reshourches for
development of society”.
Fokus analisis atas pelaku good governance terdiri atas, pertama, negara,
yang dijabarkan dalam eksekutif, legislatif dan yudikatif serta militer. Kedua,
masyarakat sipil, terdiri atas LSM, ormas, media massa, asosiasi berdasarkan
profesionalitas, kelompok-kelompok agama dll. Dan ketiga, pasar ekonomi.
Ketiga pelaku good governance saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
satu sama lain sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Untuk dapat dikatakan sebagai good governance, maka tidak boleh ada
satu pihak yang memegang kontrol penuh atas semuanya, sehingga tercipta
keseimbangan antar ketiganya dengan memegang prinsip-prinsip dasar;
akuntabilitas, partisipasi dan transparansi. Prinsip-prinsip tersebut harus
diterjemahkan ke dalam relasi antara negara, masyarakat sipil dan pasar
ekonomi.
Good governance adalah sebuah gambaran ideal tentang bagaimana
mengelola negara dan aspek-aspek terkait lain yang ada di dalamnya. Akan
tetapi sangat sulit untuk mewujudkannya secara komprehensif tanpa didukung
oleh infrastruktur dan suprastruktur di dalamnya. (lih. bagan) Ekologi
Pemerintahan.
Dalam dokumen Kebijakan UNDP disebutkan bahwa suatu tata
pemerintahan dapat disebut sebagai good governance apabila memiliki ciri-
ciri:
1. Mengikutsertakan semua pihak
2. Transparan dan bertanggungjawab
3. Efektif dan adil
4. Menjamin adanya supremasi hukum
5. Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsensus masyarakat
6. Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumberdaya
pembangunan.
Berlaku atau tidaknya good governance dalam suatu negara dapat dilihat dari
sembilan tolok ukur yang menjadi unsur-unsurnya di bawah ini:
1. Partisipasi, dari semua warga negara baik langsung atau melalui lembaga
perwakilan yang dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif
2. Supremasi hukum, dimana kerangka hukum harus adil dan diberlakukan
tanpa pandang bulu terutama hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi, dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Dimana
informasi dari seluruh proses pemerintahan tersedia dan dapat diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dalam kapasitas yang memadai untuk
dapat dipantau.
4. Cepat tanggap dalam melayani semua pihak yang berkepentingan
5. Membangun konsesus yang menyeluruh bagi kelompok-kelompok
masyarakat, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dalam upaya
menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda
6. Kesetaraan antara pria dan wanita dalam hal kesempatan untuk
memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektif dan efisien untuk membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga
masyarakat dengan menggunakan seoptimal mungkin sumber-sumber
daya yang ada.
8. Bertanggungjawab baik kepada masyarakat atau lembaga-lembaga yang
berkepentingan.
BAB III
METEDOLOGI
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengambil objek tentang SAKIP dan Good Governance,
sedangkan yang menjadi unit observasinya adalah Politeknik Negeri Pontianak.
Penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan jenis kualitatif.
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerinah (SAKIP) dapat mewujudkan Good Governance pada
Politeknik Negeri Pontianak.
Sumber data berasal dari data sekunder berupa Pedoman Penyusunan LAKIP
dan laporan berupa LAKIP tahun 2017 dan 2018 dari masing-masing objek yang akan
diteliti. Selain data sekunder terlebih dahulu peneliti memberikan kuisioner dalam
bentuk kertas kerja dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 untuk diisi oleh responden Kemudian
dilanjutkan dengan wawancara secara detail dan mendalam dari masing-masing
PTN. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang berkompeten dan
berkepentingan dalam penyusunan LAKIP dari masing-masing PTN. Data yang diisi
secara kuisioner akan di cros check dengan melakukan wawancara mendalam.
Setelah mendapatkan informasi dan data yang lengkap maka akan dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai