Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI

oleh
Intan Rahmawati
NIM 172310101001

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI

Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan


Dosen Pembimbing Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh
Intan Rahmawati
NIM 172310101001

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan Judul

“KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI”

yang disusun oleh :

Kelompok : 9

Kelas/Angkatan : A-2017

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada :

Hari/Tanggal :

Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.

Penulis

Intan Rahmawati
NIM 172310101001

Mengetahui
PJMK dan Dosen Pembimbing

Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB


NIP. 198401022015041002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
dengan judul “Konsep Dasar Penyakit Hipertensi”. Laporan Pendahuluan ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal pada Fakultas
Keperawatan Universitas Jember.

Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan


berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini diantarnya:

1 Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku penanggung jawab dan


dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
2 Ucapan terimakasih penulis kepada teman-teman yang telah mendukung,

Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan pembacanya

Jember, 26 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB 1. KONSEP PENYAKIT ..................................................................... 1
1.1 Anatomi Fisiologi ....................................................................... 1
1.2 Definisi........................................................................................ 5
1.3 Epidemiologi .............................................................................. 5
1.4 Klasifikasi .................................................................................. 6
1.5 Etiologi........................................................................................ 7
1.6 Patofisiologi ............................................................................... 9
1.7 Manifestasi Klinik ...................................................................... 10
1.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 10
1.9 Penatalaksanaan .......................................................................... 12
1.10 Pathway ....................................................................................... 19
BAB 2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ......................... 11
2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................ 21
2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 24
2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................. 25
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 32
BAB 4. PENUTUP.......................................................................................... 60
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 60
4.2 Saran ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61

ii
BAB I

KONSEP PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi

Sistem kardiovaskular merupakan sistem transpor terutup yang terdiri


dari beberapa komponen agar seluruh tubuh menerima oksigen dan nutrisi
adekuat. Komponen sistem kardiovaskular meliputi jantung (sebagai organ
pemompa darah), komponen darah (sebagai pembawa oksigen dan nutrisi),
dan pembuluh darah (sebagai media atau jalan dari komponen darah)
(Muttaqin, 2012).
Jantung adalah organ berotot terletak di rongga dada sebelah kiri yang
terbagi menjadi empat ruang, yaitu atrium kanan dan kiri serta ventrikel
kanan dan kiri. Antara atrium dan ventrikel terpisah oleh katup satu arah.
Sisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh sebuah dinding jaringan yang
disebut septum. Komposisi darah normal diperkirakan sekitar 8% dari berat
badan. Pada wanita sekitar 4-5 liter, laki-laki sekitar 5-6 liter dengan volume
darah 80-85 ml/kg, suhu rata-rata 38⸰C, ph 7,35-7,45. Meski kadar oksigen
dan karbokdioksida di plasma sangat sedikit, perannya digantikan
hemoglobin untuk mengikat zat tersebut yang ada di eritrosit. Nutrisi berada
3
dalam plasma, sedangkan hormone berada pada protein plasma untuk
diangkut dari kelenjar endokrin menuju organ target. Viskositas atau
kekentalan darah bergantung pada nilai hematokrit (Ht), yaitu presentase
volume darah yang ditempati oleh eritrosit. Semakin banyak sel-sel di dalam
darah maka nilai Ht semakin tinggi dan banyak gesekan yang timbul antara
lapisan darah. Gesekan inilah yang disebut dengan viskositas darah
(Muttaqin, 2012).
Pembuluh darah terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena
dengan masing-masing berbeda struktur, ukuran dan dinding pembuluh
darah. Pada arteri terdapat membrane elastis yang berkemampuan lebih
dalam merespon perubahan intravascular. Aorta dan arteri besar mengatur
keluaran darah yang berasal dari jantung dipengaruhi tekanan dan faktor
elastitas dinding pembuluh darah. Arteriol mengandung sedikit jaringan
elastisdan banyak otot polos yang mana dipersarafi oleh serabut saraf
kolinergik sebagai vasodilator. Arteriol sebagai penentu utama dalam
tahanan dalam aliran darah. Perubahan kecil dapat menyebabkan perubahan
yang besar terhadap resistensi perifer. Kapiler berfungsi sebagai tempat
pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan ruang interstitial. Kapiler
dilengkapi dinding sangat tipis dan permeable terhadap substansi
bermolekul halus. Dinding venula hanya sedikit tebal dibanding kapiler
yang berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara bertahap akan
bergabung ke dalam vena yang lebih besar. Vena sebagai jalur transportasi
darah balik dari jaringan untuk kembali ke jantung. Dinding vena yang tipis
namun berotot ini memungkinkan vena berkontraksi sehingga kemampuan
untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan (Muttaqin,
2012).
Siklus jantung memiliki dua fase yaitu, fase sistolik dan diastolik.
Selama fase diastolik, ventrikel kanan terisi darah dari atrium kanan,
sedangkan ventrikel kiri terisi darah dari vena pulmonalis. Pada fase
sistolik, darah dari ventrikel kanan dipompakan ke dalam artei pulmonalis
menuju kapiler paru untuk proses oksigenasi. Sementara itu, darah dari
4
ventrikel kiri dipompakan dan didistribusikan ke seluruh tubuh untuk
membantu metabolisme jaringan (Muttaqin. 2012).

1.2 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu peningkatan
abnormal darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periode (Udjianti, 2011). Hal ini terjadi akibat krontriksi arteriola
yang membuat darah sulit mengalir dan tekanan meningkat saat melawan
dinding arteri. Hipertensi juga didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah
mencapai 160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun (Saputra, 2013).
Hipertensi dapat menambah beban kerja jantung dan arteri serta bila
berlanjut mampu menimbulkan gejala lanjutan ke organ tertentu seperti
stroke (otak), penyakit jantung koroner (pembuluh darah jantung), dan
hipertropi ventrikel kanan (otot jantung) (Bustan, 2015).

1.3 Epidemiologi
WHO memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring pertumbuhan penduduk hingga tahun 2025 sekitar 29%
dari penduduk dunia. WHO menyebutkan penderita hipertensi pada negara
ekonomi berkembang sebesar 40% sedangkan negara maju sekitar 35%. Di
kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang per tahun
(Widiyani, 2013). Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI (2013),
hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis dengan proporsi kematiannya mencapai 6,7% dari populasi
kematian segala usia penduduk Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Balitbangkes (2013) menyebutkan prevalensi hipertensi secara nasional
mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia sekitar 15 juta tetapi
hanya 4% yang termasuk hipertensi terkerndali (controlled hypertention)
(Tarigan, 2018). Hipertensi terkendali yang dimaksud ialah mereka yang
menderita hipertensi dan menyadari pengobatan sebagai pengendalian
5
kemungkinan serangan kenaikan tekanan darah yang berlebih (Bustan,
2015).
Hipertensi terutama menyerang usia dewasa tengah-lansia. Lebih dari
50% orang berusia 60-74 tahun dan sekitar 75% berusia 74 tahun keatas.
Prevalensi hipertensi sebesar 6-15% pada orang dewasa terjadi sebagai
akibat proses degeneratif. Kecenderungan peningkatan tekanan darah
sistolik terkait usia adalah faktor utama penyebab tingginya insidensi
hipertensi pada usia dewasa tengah-lansia. Sebanyak 50% penderita tidak
menyadari bahwa dirinya sebagai penderita hipertensi sehingga cenderung
mengalami gejala yang lebih berat akibat tidak adanya upaya pencegahan
faktor risiko dan pengubahan pola hidup. Sekitar 70% penderita
dikelompokan sebagai hipertensi ringan, karena itu hipertensi banyak
diabaikan sampai menjadi ganas (hipertensi maligna) (Bustan, 2015).

1.4 Klasifikasi
Klasifikasi derajat hipertensi berdasarkan JNC-8
Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-159 90-99
Derajat I
Hipertensi ≥ 160 ≥ 100
Derajat II
Sumber : Padilla, 2013
Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik). 90% dari seluruh kasus hipertensi tergolongkan
sebagai tipe ini (Udjianti, 2011).

6
2. Hipertensi sekunder
Peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi yang telah
muncul sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.
Faktor pencetus timbulnya hipertensi sekunder yaitu, penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatri), kehamilan, peningkatan volume
intravaskular, luka bakar, dan stres (Udjianti, 2011).

1.5 Etiologi
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. Defek awal
diperkirakan terkait dengan gangguan mekanisme pengaturan cairan tubuh
dan tekanan oleh ginjal. Dalam hal ini faktor hereditas berperan bila terjadi
ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Intake
berlebih natrium dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung.
Kemudian pembuluh darah memberi reaksi atas peningkatan aliran darah
melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi
adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian
dipertahankan pada tingkat lebih tinggi sebagai timbal balik peningkatan
tahanan perifer (Udjianti, 2011). Beberapa faktor yang berkaitan seperti :
a. Riwayat Genetik
Individu dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki risiko
tinggi juga mengidap penyakit ini.
b. Ras
Hipertensi primer lebih sering dijumpai pada orang kulit hitam
dibanding etnik lain. Lebih banyak orang Afro Amerika penderita
hipertensi mempunyai kadar renin rendah dan perubahan ekskresi
natrium ginjal pada kadar tekanan darah normal.
c. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause
berisiko tinggi mengalami hipertensi. Penuan mempengaruhi
baroreseptor yang terlibat dalam pengturan tekanan darahserta
7
kelenturan arteri. Ketika arteri menjadi kurang lentur, tekanan
dalam pembuluh meningkat sehingga tampak jelas peningkatan
bertahap tekanan sistolik seriring penuaan.
d. Diet
Diet tinggi garam maupun lemak berhubungan secara langsung
pada kejadian resistensi cairan. Asupan kalium, kalsium dan
magnesium rendah yang rendah juga berperan pada hipertensi
yang tidak diketahui mekanismenya. Perbandingan asupan
natrium dan kalium tampak berperan penting, kemungkinan lewat
efek peningkatan asupan kalium terhadap ekskresi natrium.
Kalium berperan untuk meningkatkan vasodilatasi dengan
menurunkan respon terhadap katekolamin dan angiostensin II.
Magnesium terbukti mampu menurunkan tekanan darah.
e. Berat badan
Obesitas (>25% di atas BB ideal) berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi.
f. Gaya hidup
Perilaku merokok, konsumsi alkohol, sedikit aktivitas fisik dapat
meningkatkan tekanan darah apabila gaya hidup tersebut
menetap.
Sedangkan penyebab dari hipertensi sekunder umumnya diketahui.
Beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder
yaitu (Udjianti, 2011) :
1. Penyakit parenkim dan vascular ginjal
Penyebab utama hipertensi sekunder yang terkait dengan adanya
infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur serta fungsi ginjal.
Terjadi kontriksi arteri besar yang membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal klien hipertensi disebabkan oleh
arterosklerosis atau fibrous displasia.
2. Penggunaan kontrasepsi oral (estrogen)

8
Kontrasepsi oral berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion.
Jika dihentikan, beberapan bulan setelahnya tekanan darah normal
kembali.
3. Gangguan endokrin
Adrenal mediated hypertension disebabkan kadar aldosteron
primer, kortisol, dan katekolamin berlebih. Aldosteron primer
biasanya timbul dari benigna korteks adrenal.
4. Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang menghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan hipertensi.
5. Neurogenik : tumor otak, ensefalitis, dan gangguan psikiatrik.
6. Kehamilan.
7. Luka bakar.

1.6 Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil dari curah jantung (cardiac output)
dan kontriksi arteriol (resistensi vaskuler sistemik). Tekanan darah arteri
dikontrol oleh baroreseptor dalam waktu singkat yang mendeteksi
perubahan tekanan pada arteri utama kemudian terjadi mekanisme umpan
balik hormonal menghasilkan respon bervariasi seperti frekuensi denyut
jantung, kontraksi otot jantung, kontraksi otot polos pembuluh darah untuk
mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Penderita hipertensi
pasti mengalami peningkatan dari dua komponen, yaitu curah jantung atau
resistensi vaskuler sistemik (Yasmara dkk., 2016).
Hemodinamik pada hipertensi menetap tergantung pada tingginya
tenanan arteri, kontriuksi pembuluh darah ataupun kardiomegali. Hipertensi
sedang tanpa kardiomegali memiliki curah jantung normal. Namun
demikian terjadi peningkatan resistensi vaskular perifer dan penurunan
kecepatan ejeksi ventrikel kiri (Yasmara dkk., 2016).

9
Ketika hipertensi memberat dna terjadi kardiomegali, curah jantung
mengalami penurunan secara progresif meski belum muncul tanda gagal
jantung. Hal ini disebabkan resistensi perifer sistemik semakin tinggi dan
kecepatan ejeksi ventrikel kiri semakin turun. Penurunan curah jantung ini
akan mengganggu perfusi jaringan ke organ tubuh, terutama ginjal. Kondisi
berdampak pada penurunan ekstrasel dan perfusi ginjal yang berujung
dengan iskemik ginjal. Penurunan perfusi ginjal yang seperti ini akan
mengaktivasi sistem renin angiotensin (Yasmara dkk., 2016).
Renin dikeluarkan oleh ginjal akan merangsang angiotensin yntuk
mengeluarkan angiotensin I (AI) yang bersifat vasokontriktor lemah.
Adanya AI di peredaran darah akan memicu angiotensin converting enzyme
(ACE) pada endothelium paru. ACE akan mengubah AI menjadi AII yang
bersifat vasokontriktor kuat sehingga mempengaruhi keseluruhan sirkulasi.
Selain itu AII berdampak pada hipertropi jantung dan pembuluh darah,
stimulasi rasa haus, memicu produksi aldosteron dan anti-diuretic hormone
(ADH). (Yasmara dkk., 2016)

1.7 Manifestasi Klinik


Tahap awal hipertensi biasanya tanpa gejala (asimtomatik), hanya saja
ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Awalnya kenaikan ini bersifat
sementara tetapi akhirnya permanen. Pada hipertensi berat, gejala yang
mungkin dialami seperti, sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi,
kelelahan, mual, muntah, ansietas, nokturia, keringat berlebih, tremor otot,
nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
berdenging), dan kesulitan tidur (Udjianti, 2011).

1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Hitung darah lengkap (complete bloods cells count) meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan
indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, dan anemia.
2. Kimia darah
10
a. BUN, kreatinin : peningkatan kadar menunjukan penurunan
perfusi atau faal renal.
b. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes melitus adalah
presipitator hipertensi) akibat dari meningkatnya kadar
katekolamin.
c. Kadar kolesterol / trigliserida : peningkatan kadar trigliserida
mengindikasikan predisposisi pembentukan plak atheromatus.
d. Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteron primer.
e. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
f. Asam urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor risiko
hipertensi.

3. Elektrolit
a. Serum kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
b. Serum kalsium : bila terjadi peningkatan akan berdampak pada
hipertensi.
Tes Nilai Normal
Hemoglobin Wanita : 12-15 g/dL
Pria : 14-16,5 g/dL
Hematokrit Wanita : 37% -45%
Pria : 42%-50%
Kreatinin Wanita : 5-35 IU/L
kinase Pria : 5050 IU/L
Kolesterol Wanita : 170-230 mg/dL
Pria : 140-215 mg/dL

Trigliserida Wanita : 90-130 mg/dL


Pria : 100-150 mg/dL
4. Urin
11
a. Analisis urin : adanya darah, protein, glukosa dalam urin yang
mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.
b. Urin VMA (catecholamine metabolite) : peningkatan kadar
mengindikasi adanya pheochromacytoma.
c. Steroid urin : peningkatan kadar mengindikasi
hiperadrenalisme, pheochromacytoma atau disfungsi pituitary,
sindrom Cushing, kadar renin juga meningkat.
5. Radiologi
a. Intra Venous Pyelografi (IVP) : identifikasi penyebab
hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis,
benign prostate hyperplasia (BPH).
b. Rontgen thoraks : menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
6. Elektrokardiografi (EKG) : merupakan grafik hasil pencatatan aksi
potensial atau perubahan kelistrikan oleh kontraksi otot jantung
(atrium dan ventrikel). Menilai adanya hipertrofi miokard, pola
strain, gangguan konduksi atau distrimia (Udijanti, 2011).

1.9 Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologis
Obat-obatan antihipertensi digunakana secara tunggal atau
kombinasi dengan obat lain. Klasfikasi obat antihipertensi dibagi
menjadi lima kategori berikut (Muttaqin, 2012), yaitu :
a. Diuretik
Terdiri dari hidroklorotizaid dan penghambat beta
- Hidroklorotizaid
Paling sering diresepkan untuk hipertensi ringan atau
penderita yang baru. Banyak obat antihipertensi dapat
menyebabkan retensi cairan sehingga diuretik bersama
antihipertensi.

12
- Penghambat beta
Penghambat beta (beta blocker) atau penghambat adrenergik
digunaakan sebagai obat antihipertensi tahap 1 atau
dikombinasi dengan diuretik dalam antihipertensi tahap II.
Beta blocker juga digunakan sebagai antiangina dan
antidisritmia. Penghambat dibagi menjadi dua, yaitu
penghambat beta tidak selektif dan penghambat beta selektif.
Penghambat beta tidak selektif mampu menghambat resepto
beta (jantung dan beta 2 bronkial) yang menyebabkan
bronkokontriksi akibat penurunan denyut jantung, contoh
obatnya propranolol. Sedangkan penghambat beta selektif
lebih disukai karena hanya bekerja pada reseptor beta 2
sehingga tidak timbul bronkokontriksi dan cenderung lebih
efektif untuk klien yang mengalami peningkatan kadar renin
serum.
Obat penghambat beta (-olol) Dosis
Propanolol D : 40 mg b.i.d, 120-240
mg/hari. Dalam dosis
terbagi 2-3
Asebutolol D : 400 mg/ hari atau 200
mg, b.i.d
Penbutolol D : 20 mg, q.i.d
Metoprolol D : 100-400 mg/hari dalam
dosis terbagi
Efek samping yang dapat timbul akibat diuretik meliputi
penurunan denyut jantung, bronkospasme (untuk penghambat
beta tidak selektif). Penghambat beta tidak boleh dihentikan
secara mendadak karena dapat menimbulkan angina, disritmia,
dan infark miokardium (Muttaqin, 2012).
b. Simpatolitik (menekan simpatetik)
- Simpatolitik bekerja di pusat
13
Bekerja di pusat menurunkan respon simpatetik dari batang
otak ke pembuluh darah perifer. Golongan obat ini memiliki
efek minimal terhadap curah jantung dan aliran darah ke
ginjal.
Obat simpatolitik Pemakaian dan
Dosis
bekerja sentral Pertimbangan
Metildopa D : 250-500 mg b.i.d. Masa kerja
maksimal 3 g/hari panjang, dapat
diberikan
intravena,
bersamaan dengan
diuretik, sebagian
orang
menngganggap ini
pilihan obat selama
kehamilan.
Guanabenz D : 4 mg, b.i.d dosis Masa kerja
dapat dinaikan bertahap panjang,
bersamaan
diuretik, untuk
hipertensi dan
takikardi.
Guanapasin D : 1-3 mg/hari Masa kerja panjang
Metildopa sering digunakan untuk hipertensi kronis dan
selama kehamilan. Metildopa tidak digunakan pada klien
dengan gangguan fungsi hati sehingga perlu pemantauan
teratur enzim hati serum. Golongan obat ini mampu
menimbulkan retensi natrium dan air sehingga baik digunakan
bersama diuretik. Penghentian obat golongan ini tidak boleh
secara mendadak karena dapat terjadi krisis hipertensi (seperti
tremor, takikardi akibat peningkatan tekanan darah kembali).
14
- Simpatolitik bekerja di perifer
Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi
kuat yang hambat pelepasan norepinefrin. Hal ini
menyebabkan curah jantung dan tahanan perifer menurun.
Efek samping sering terjadi ialah hipotensi ortostatik. Klien
perlu dinasehati untuk bangkit perlahan dari posisi berbaring
atau duduk. Dapat digunakan bersama diuretik.
Obat simpatolitik bekerja Dosis Pemakaian dan
perifer pertimbangan
Reserpin D : 0,1-0,25 mg/hari Kini tidak sering
digunakan.
Guanetidin D : 10 mg/hari, maks. Masa kerja panjang,
25-50 mg.hari hipertensi berat,
bersama diuretik.
Guanadrel D : 5 mg/hari, maks. Masa kerja sedang,
25-75 mg/hari hipertensi sedanf
dan berat
c. Vasidilator arteriol langsung
Vasodilator yang bekerja dengan merelaksasikan otot polos
pembuluh darah terutama arteri. Vasodilatasi ini mampu
menurunkan tekanan darah dan natrium serta air tertahan
sehingga terjadi edema. Diuretik dapat diberikan bersama
dengan vasodilator untuk mengurangi edema. Obat ini
digunakan untuk hipertensi sedang dan berat. Nitroprusid dan
diazoksid diresepkan untuk hipertensi akut darurat karena
cepat menurunkan tekanan darah. Nitroprusid bekerja pada
pembuluh darah arteri dan vena. Diazoksid bekerja hanya pada
pembuluh darah arteri.
Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan
Hidralazin D : 10 mg q.id, Masa kerja singkat, bersama diuretik

15
maks. 20-25 mg untuk kurangi edema dan penghambat
beta untuk cegah takikardi.
Diazoksid D : 1-3 mg/kg Hipertensi darurat, dosis diulang
dalam bolus (30 dalam 5-15 menit, dilanjutkan obat
detik), maks. 150 antihipertensi
mg, dosis tunggal
Nitroprusid D : 1-3 Untuk krisis hipertensi, mudah terurai
µg/kg/menit cahaya, harus terbungkus alumunium
dalam larutan, foil, buang jika berubah warna
maks. 10 merah/biru
mg/kg/menit
d. Antagonis angiotensin (Penghambat enzim pengubah
angiotensin)
Golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
yang akan menghambat pemebentukan angiotensin II
(vasokonstriktor) dan pelepasan aldosteron. Aldosteron
meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Jika
aldosteron dihambat, natrium diekskresikan bersama dengan
air. Kaptropil, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga antagonis
angiotensin. Efek samping golongan ini yaitu mual, muntah,
diare, sakit kepala, pusing, insomnia, hyperkalemia, dan
takikardi. Oleh karena itu golongan obat ini tidak boleh
digunakan bersama dengan diuretik hemat kalium.
Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Kaptropil D : 12,5 – 25 mg Hipertensi ringan-berat dan PJK,
b.i.d, t.i.d bisa bersama diuretik
Enalapril D : 5 mg/hari serupa dengan kaptropil
Lisinopril D : 10 mg/hari
e. Penghambat saluran kalsium
Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan

16
Nifedipin D : 30-60 Hipertensi bentuk sustained release
mg/hari
Diltiazem D : 60 -120 mg Hipertensi bentuk sustained release
b.i.d, maks.
240-360 mg
Verapamil D : 240 Hipertensi bentuk sustained release.
mg/hari Diminum bersama makanan.

2. Modifikasi gaya hidup


a. Pengaturan diet
Diet yang dianjurkan berupa rendah garam. Dengan
pengurangan natrium dapat mengurangi stimuli renin-
angiotensin. Yang dianujurkan diet rendah garam 50-100
mmol atau setara 3-6 gram per hari. Diet kalium juga mamupu
menurunkan tekanan darah namun mekasnismenya belum
jelas. Pemberian kalium dipercaya akan menyebebakan
vasodilatasi yang dipercaya media oleh okdida nitrit pada
dinding vaskuler/ Diet lainnya seperti buah-sayur, rendah
kolesterol
b. Penurunan berat badan. mengatasi obesitas mampu
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup dengan
targetn1 kg per minggu.
c. Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)
Olahraga teratur seoerti berjalan, lari yang mampu
menurunkan tekanan darah. Olahraga teratur selama 30 menit
sebanyak 3-4 kali per minggu. Olahraga menimgkatkan HDL
yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat
hipertensi.
d. Relaksasi
Relaksasi napas dalam digunakan untuk mengurangi
kecemasan. Relaksasi
17
e. Berheni konsumsi alkohol, dan rokok. Rokok mampu
mengurangi efek jangka panjang karena dapat menurunkan
aliran darah ke berbagai organ dan mampu meningkatkan kerja
jantung (Aspiani, 2014).

18
1.10 Pathway

Faktor predisposisi : usia, JK, stres, kurang olahraga, genetik, konsumsi alkohol & natrium, obesitas

Tekanan sistemik darah ↑ HIPERTENSI Perubahan status kesehatan

Beban kerja jantung ↑ Kerusakan vaskular PD


Informasi minim Krisis situasi Obat jangka
Aliran darah makin cepat ke seluruh tubuh Perubahan struktur PD panjang, modif
Misinterpretasi Harapan tidak life style, ESO,
informasi terpenuhi biaya +
Nutrisi dalam sel melebihi kebutuhan Penyumbatan PD

Tidak patuh pada


Berat badan berlebih Vasokontriksi Defisien Metode koping
pengobatan
pengetahuan inefektif
Tahanan perifer ↑
Ketidakefektifan Ketidakefektifan
koping manajemen
Gangguan sirkuler
kesehatan

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

19
Ginjal Pembuluh darah Retina
TIK ↑ Suplai O2 &
nutrisi Vasokontriksi Spasme
Resistensi PD otak ↑ otak↓ PD ginjal arteriol
Sistemik Koroner

Nyeri kepala akut Sinkop Diplopia


Blood flow ↓ Aterosklerosis
(oksipitalis)
Risiko Defisit
Respon RAA ↓ Relaksasi
Kesulitan memulai tidur ketidakefektifan lapang
otot PD
perfusi jaringan otak pandang
Jam tidur tidak Rangsang
terpenuhi aldosteron ↑ Vasokontriksi PD Risiko
trauma fisik

Gangguan pola tidur Retensi Na Afterload ↑

Edema
Penurunan Fatique
Kelebihan volume curah jantung
cairan Intoleransi
aktivitas

20
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan proses yang terstruktur dan sistematis, mulai
dari pengumpulan data, verifikasi data, dan komunikasi data tentang
klien. Pada fase pengkajian ini terdapat 2 langkah yaitu pengumpulan
data dari klien (sumber primer) dan keluarga, tenaga kesehatan (sumber
sekunder) serta analisa data untuk diagnosa keperawatan.
a. Identitas
Penderita hipertensi banyak dialami oleh laki-laki usia 35-50
tahun dan wanita pasca menopause. Faktor pendidikan dan gaya
hidup yang salah dapat memicu terjadinya hipertensi. Banyak
mengkonsumsi makanan tinggi natrium, kolesterol dan kurang
aktivitas fisik.

b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang :
Klien hipertensi masuk rumah sakit biasanya memiliki keluhan
fatique, sakit kepala (rasa berat di tengkuk), nyeri dada, sulit
napas dan kesulitan tidur, palpitasi, kelelahan, mual, muntah,
ansietas, nokturia, keringat berlebih, tremor otot, pandangan
kabur atau ganda, dan tinnitus (Udjianti, 2011).
2. Riwayat kesehatan lalu :
Klien hipertensi biasanya memiliki riwayat penyakit hipertensi
keturunan, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit
parenkim dan vaskular ginjal, penggunaan kontrasepsi oral,
gangguan endokrin
3. Riwayat kesehatan keluarga :
Riwayat anggota keluarga klien biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita hipertensi.

21
c. Pengkajian pola gordon

NO Pola Gordon Komponen Pengkajian


1 Pola persepsi Klien hipertensi biasanya menyadari penyakitnya
dan ketika merasakan rasa sakit kepala di bagian
pemeliharaan tengkuk belakang secara berkepanjangan. Klien
kesehatan akan memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
untuk pengecekan tekanan darah. Pola makan dan
gaya hidup yang tidak sehat menjadi faktor
penyebab terbanyak hipertensi. Perawat harus
melakukan anamnesis kepada pasien tentang
persepsi sehat-sakit, pengetahuan status kesehatan
pasien saat ini, perilaku untuk mengatasi kesehatan
dan pola pemeliharaan kesehatan.
2 Pola nutrisi Diet klien tinggi garam maupun lemak
dan berhubungan secara langsung pada kejadian
metabolisme hipertensi. Asupan kalium, kalsium dan magnesium
rendah juga berperan pada hipertensi. Kalium
berperan untuk meningkatkan vasodilatasi sehingga
mampu menurunkan tekanan darah.
3 Pola Penderita hipertensi akan tidak memiliki
eliminasi permasalahan pada eliminasi kecuali mengalami
diuresis osmotik ketika mengkonsumsi obat
antihipertensi golongan diuretic untuk mencegah
retensi cairan.
4 Pola aktivitas Mudah mengeluh kelelahan, pusing, takikardi,
dan latihan palpitasi dan terasa sakit kepala di bagian tengkuk
saat melakukan aktivitas dengan beban berat.
5 Pola tidur Istirahat terganggu karena rasa sakit kepala terus
dan istirahat menerus sehingga klien sulit untuk tidur

22
6 Pola Kognitif Klien hipertensi mengalami penurunan dalam
dan penglihatan (penglihatan ganda), penderngaran
konseptual (tinnitus) juga terganggu.
7 Pola persepsi Tidak terdapat perubahan struktur secara fisik
diri namun ada perubahan atau penurunan fungsi tubuh.
Lamanya perawatan, biaya pengobatan dapat
menyebabkan klien mengalami ansietas.
8 Pola peran Pasien hipertensi akan membatasi kegiatan dengan
dan beban yang berat. Hal tersebut dapat menyebabkan
hubungan kurangnya hubungan sosial antara pasien dengan
lingkungan sosialnya dan peran yang dimiliki klien
tidak terpenuhi dengan baik.
9 Pola Tidak terjadi perubahan pada pola seksualitas dan
seksualitas reproduksi untuk pasien hipertensi.
dan
reproduksi
10 Pola toleransi Lamanya waktu perawatan membuat klien
coping- ketergantungan dan ketidakberdayaan yang bisa
stress mengakibatkan reaksi psikologis negatif yaitu,
ansietas, marah, mudah tersinggung (mungkin
mengindikasikan gangguan serebral). Hal ini
menyebabkan mekanisme koping klien tidak efektif.
11 Pola tata Perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
nilai dan tubuh penderita hipertensi tidak menghambat klien
kepercayaan untuk beribadah akan tetapi mempengaruhi pola
ibadah klien.

d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien hipertensi :

23
1.Kesadaran : klien hipertensi biasanya datang ke RS dalam
kondisi composmentis dan mengalami peningkatan frekuensi
denyut jantung, takikardia, disritmia, dan takinpea.
2.Tanda-tanda vital : terkait dengan pemeriksaan tekanan darah,
nadi, suhu, turgor kulit, dan frekuensi pernafasan.
3.Sistem Tubuh
i) Kepala dan Leher : mengkaji bentuk kepala, apakah ada
pembesaran pada leher, telinga berdengung,lidah terasa tebal, air
ludah kental,gigi mudah goyah,gusi bengkak dan berdarah,
bagaimana penglihatan mata, apakah kabur, diplopia.
ii) Sistem Integumen : melihat warna kulit, kuku, suhu kulit,
tekstur kulit, tekstur rambut, dan apakah CRT > 2 detik.
iii) Sistem Pernafasan : melihat adanya sesak napas saat
beraktivitas, takipnea, othopnea, batuk, sputum,nyeri dada.
iv) Sistem Kardiovaskuler : tekanan darah tinggi (diukur secara
serial), takikardi, disritmia, denyut apikal jantung
bergeser/menguat, bunyi jantung S2 san S3 mengeras, nadi
meningkat pada arteri jugularis, arteri karotis,
v) Sistem gastrointestinal : adanya mual, muntah, perubahan
berat badan, riwayat penggunaan diuretik, peningkatan lingkar
abdomen.
vi) Sistem perkemihan : apakah terjadi glokusuria, nokturia saat
klien berekmih.
vii) Sistem muskoloskeletal : cepat lelah dan nyeri, penyebaran
massa otot, perubahan tinggi badan
viii) Sistem neurologis : terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
letargi, mengantuk, kacau mental, dan disorientasi.

1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon
pasien, keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses

24
kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar atas pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
mana perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut
adalah diagnosa keperawatan klien hipertensi menurut NANDA (2018)
1. Nyeri kepala akut b.d. peningkatan tekanan vaskular otak
2. Penurunan curah jantung b.d. peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemi miokard, hipertrofi/rigiditas ventrikel
3. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d. hipertensi
5. Gangguan pola tidur b.d. kesulitan memulai tertidur terkait
dengan sakit kepala, tidak merasa cukup istirahat
6. Berat badan berlebih b.d. asupan berlebihan terkait dengan
kebutuhan metabolik atau aktivitas fisik
7. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan asupan natrium
8. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (pengobatan) b.d. nilai
hidup klien, harga obat, efek samping obat
9. Risiko trauma fisik b.d. pandangan kabur, ruptur pembuluh
darah otak, epistaksis.
10. Ketidakefektifan koping b.d. ketidakadekuatan sumber yang
tersedia, tingkat kepercayaan, krisis situasi
11. Defisien pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang
pengelolaan penyakit hipertensi.

1.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan
keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan
tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian kesempatan pada perawat,
pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu
rencana tindakan keperawatan agar masalah yang dialami pasien dapat

25
teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis yang memberikan gambaran
tepat tentang rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien
berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
No Keperawatan Hasil
Domain 12. Tujuan: 1400-Manajemen Nyeri
1.
Kenyamanan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
Kelas 1. tindakan keperawatan nyeri komprehensif 1.Mengetahui lokasi,
Kenyamanan selama 2 x 24 jam PQRST karakteristik, durasi,
Fisik diharapkan nyeri klien 2. Observasi petunjuk frekuensi, kualitas,
(00214) dapat berkurang non-verbal mengenai intensitas, dan beratnya
Nyeri Akut b.d dengan ketidaknyamanan nyeri
peningkatan Kriteria Hasil: 3. Ajarkan prinsip-
vaskular serebral 2102-Tingkat nyeri prinsip manajemen 2.Mengetahui tingkat

1. Nyeri yang nyeri nyeri melalui ekspresi

dilaporkan 4. Dorong klien untuk non verbal klien

dipertahankan pada memonitor nyeri dan


3.Supaya klien
skala 2 (cukup berat) cara menangani nyeri
mengerti cara
ditingkatkan ke 3 dengan tepat
meminimalisir nyeri
(sedang) 5. Pilih dan
implementasikan 4.Memberi kesempatan
3016-kepuasan klien : tindakan yang beragam klien mandiri dalam
manajemen nyeri (farmakologi, non- mengatasi nyerinya
1. Nyeri terkontrol farmakologi,
5.Untuk meminimalisir
dipertahankan pada interpersonal) untuk
nyeri dengan intervensi
skala 2 (agak puas) memfasilitasi
yang tepat
ditingkatkan ke 4 penurunan nyeri sesuai
(sangat puas) kebutuhan 6.Faktor keselematan
2. Tingkat nyeri 6. Pastikan perawatan klien
dipantau secara analgesik bagi pasien
7.Indikator apakah

26
reguler yang dilakukan dengan intervensi sudah tepat
dipertahankan pada pemantauan ketat atau belum
skala 2 (agak puas) 7. Evaluasi Keefektifan
8.Cek kondisi umum
ditingkatkan ke 4 tindakan pengontrolan
klien
(sangat puas) nyeri yang dilakukan
8. Pantau TTV klien
Domain 4. Tujuan: 4062-Peawatan
2. 1. Agar mengetahui
Aktivitas/Istirahat Setelah dilakukan Sirkulasi : Insufisiensi
perubahan tekanan
Kelas 4. Respon tindakan keperawatan Arteri
darah
kardiovaskuler / selama 3 x 24 jam 1. Kaji tekanan darah
2. Untuk mengetahui
pulmonal diharapkan saat tidur, duduk
adanya peningkatan
(00092) ketidakefektifan 2. Pantau elektrolit,
yang menunjukan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer BUN, kreatinin
penurunan perfusi
perfusi jaringan b.d klien berkurang dengan 3. Ukur intake dan
3. Agar tidak terjadi
penurunan sirkulasi Kriteria Hasil output cairan
syok jaringan
darah ke perifer, 0407-Perfusi jaringan 4. Pertahankan tirah
4. Memastikan klien
proses penyakit perifer baring
tidak banyak
hipertensi 1. Nyeri ujung jari 5. Instruksikan klien dan
mengeluarkan
terlokalisasi keluarga untuk
energy terlebih
dipertahankan pada menjaga posisi yang
dahulu
skala 2 (cukup berat) benar
5. Untuk menjaga
ditingkatkan ke 3
posisi tubuh yang
(sedang)
baik
2. Kulit pucat
dipertahankan pada
skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke 4
(ringan)
3. Pengisian kapiler
jari dipertahankan pada

27
skala 2 (cukup berat)
ditingkatkan ke 4
(ringan)

Domain 4 Tujuan: 0180-Manajemen


3. 1. Status kesehatan
Aktivitas/Istirahat Setelah dilakukan Energi
klien dapat
Kelas 4 Respons tindakan keperawatan 1. Kaji status fisiologis
diketahui
kardiovaskuler/ selama 3 x 24 jam klien yang
2. Hal yang menjadi
Pulmonal (00092) diharapkan devisien menyebabkan
sumber kelelahan
Intoleransi aktivitas volume cairan dapat kelelahan
klien dapat
b.d fisik tidak terpenuhi dengan 2. Anjurkan klien
diketahui dan untuk
bugar, mudah lelah Kriteria Hasil: mengungkapkan
acuan memberi
0007-Tingkat perasaan mengenai
intervensi yang
kelelahan keterbatasan yang
cocok
1. Kelelahan dialami
3. Intervensi yang
dipertahankan pada 3. Pilih intervensi untuk
diberikan pada klien
2 (cukup berat) mengurangi kelelahan
sesuai dengan
ditingkatkan ke 4 baik farmakologis
kondisi klien
(ringan) atau non-farmakologis
4. Menentukan waktu
2. Kelesuan 1850-Peningkatan tidur
dan lama tidur klien
dipertahankan pada 4. Tentukan pola tidur
5. Agar klien mengerti
2 (cukup berat) klien
pentingnya istirahat
ditingkatkan ke 4 5. Jelaskan pentingnya
6. Mengetahui status
(ringan) tidur untuk penderita
kesehatan klien
3. Kegiatan sehari- hipertensi
7. Supaya klien lebih
hari dipertahankan 6. Monitor pola tidur
cepat tidur dengan
pada 2 (banyak dan catat kondisi klien
rangsang
terganggu) 7. Atur rangsang
lingkungan yang
ditingkatkan ke 4 lingkungan untuk
kondusif
(sedikit terganggu) siklus tidur yang
4. Kualitas istirahat normal

28
dipertahankan pada
2 (banyak
terganggu)
ditingkatkan ke 4
(sedikit terganggu)
Domain 4 Tujuan: 1850-Peningkatan
4. 1.Menentukan waktu
Aktivitas/Istirahat Setelah dilakukan Tidur
dan lama tidur klien
Kelas 1 tindakan keperawatan 1. Tentukan pola tidur
Tidur/Istirahat selama 1 x 24 jam klien 2. Agar klien mengerti
(00198) diharapkan tidur klien 2. Jelaskan pentingnya pentingnya istirahat
Gangguan pola adekuat dengan tidur untuk penderita
tidur b.d nyeri Kriteria Hasil hipertensi 3.Mengetahui status

kepala akibat 0004-Tidur 3. Monitor pola tidur kesehatan klien

hipertensi d.d 1. Kesulitan memulai dan catat kondisi


4.Supaya klien lebih
kesulitan memulai tidur dipertahankan klien
cepat tidur dengan
tidur, jam tidur pada 3 (cukup 4. Atur rangsang
rangsang lingkungan
tidak terpenuhi terganggu) lingkungan untuk
yang kondusif
ditingkatkan ke 4 siklus tidur yang
(sedikit terganggu) normal 5. Mengembalikan jam
2. Pola tidur 5. Bantu meningkatkan tidur klien mendekati
dipertahankan pada 3 jumlah jam tidur seperti sebelum MRS
(cukup terganggu) 6. Ajarkan klien
6. Teknik relaksasi
ditingkatkan ke 4 melakukan relaksasi
(non farmakologi lain)
(sedikit terganggu) otot autogenik atau
dapat membantu
3. Kualitas tidur ketika non-farmakologi
percepat tidur
beraktivitas lainnya untuk
dipertahankan pada 2 memancing tidur 7. Supaya klien dan
(banyak terganggu) 7. Diskusikan dengan keluarga dapat
ditingkatkan ke 4 klien dan keluarga mempraktekannya
(sedikit terganggu) mengenai teknik sendiri

29
untuk meningkatkan
tidur
Domain 5. Tujuan: 5510-Pendidikan 1. Persiapan sebelum
5.
Persepsi/kognisi Setelah dilakukan Kesehatan pendidikan
Kelas 4. Kognisi tindakan keperawatan 1. Rumuskan tujuan kesehatan
(00126) selama 1 x 24 jam dalam program 2. Mencari sumber
Defisiensi diharapkan pendidikan kesehatan daya yang mampu
pengetahuan b.d ketidakstabilan tekanan 2. Identifikasi sumber mendukung
kurangnya darah menjadi normal daya untuk kelancaran
informasi dengan melakukan pendidikan
mengenai proses Kriteria Hasil pendiidkan kesehatan kesehatan
penyakit, 1837-Pengetahuan : 3. Melakukan 3. Supaya klien
perawatan, dan Manajemen Hipertensi pemerikasaan pada mengetahui cara
pengobatan 1. Target tekanan tekanan darah mengukur tekanan
darah 4. Rencanakan dan darahnya dan
dipertahankan implementasikan mengetahui kondisi
pada skala 3 tindak lanjut jangka klien
(pengetahuan panjang untuk 4. Supaya perawatan
sedang) memperkuat perilaku efektif, benar dan
ditingkatkan ke kesehatan atau efisien
skala 5 adaptasi terhadap
(pengetahuan gaya hidup
sangat banyak)
2. Komplikasi
potensial
hipertensi
dipertahankan
pada skala 2
(pengetahuan
terbatas)

30
ditingkatkan ke
skala 4
(pengetahuan
banyak)

31
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS HIPERTENSI

I. Identitas Klien

Nama : Tn. M No. RM : 008501

Umur : 60 tahun Pekerjaan : Pensiun dengan


membuka usaha
ikan hias

Jenis : Laki-laki Status : Kawin


Kelamin Perkawinan

Agama : Islam Tanggal MRS : 16 April 2012

Pendidikan : SMA Tanggal : 17 April 2012


Pengkajian

Alamat : Jl. Sederhana Gg. Sumber : Klien, keluarga,


Sempurna Kec. Informasi rekam medik
Binjai Selatan

II. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik
Hipertensi
2. Keluhan Utama
Klien datang ke rumah sakit mengatakan kepala pusing, nyeri pada
dada, sakit kepala disertai leher yang terasa tegang dan kaku.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien dirawat di Rumah Sakit Umum Dr. RM Djoelham di ruangan
mengkudu. Saat pengkajian, klien dalam keadaan terbaring dan
membuka mata. Klien mampu menjawab semua pertanyaan,

32
orientasi klien baik. Klien mengungkapkan bahwa sebelum klien
MRS, klien mendatangi acara pernikahan keluarganya dan memakan
lima belas tusuk sate kambing dan gulai kemudian didapatkan klien
merasakan kepala pusing skala nyeri 7, nyeri dada, leher dan
tengkuk terasa tegang, klien mengatakan sulit beraktivitas. Klien
tampak meringis menahan sakitnya.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien pernah dirawat di
rumah sakit selama 4 hari pada tahun 2008 dengan kasus yang
sama. Selain itu klien mengatakan bahwa klien juga mengalami
penyakit hipertensi sejak lebih dari 5 tahun yang lalu dan diberi
obat untuk proses penyembuhan. Namun klien tidak
mengkonsumsi obat yang telah diresepkan.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Keluarga dan klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki
alergi pada obat ataupun makanan tertentu.
c. Imunisasi:
Keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi apa saja
yang pernah diberikan pada klien
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Klien dan keluarga mengatakan bahwa dulu ketika masih aktif
bekerja klien merupakan seorang perokok aktif. Klien
mengatakan, dalam sehari dapat menghabiskan 2 pack atau lebih
rokok dalam sehari. Namun saat ini, sejak 6 tahun yang lalu,
klien sudah tidak merokok kembali.
e. Obat-obat yang digunakan
Keluarga mengatakan bahwa klien pernah diberikan obat
hipertensi akan tetapi tidak diminum.

33
5. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga klien mengatakan bahwa di dalam keluarga memiliki
riwayat penyakit menurun yakni, ibu klien memiliki riwayat
penyakit hipertensi juga.

Genogram:

III. Pengkajian Keperawatan

34
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Baik
Interpretasi :

Keluarga mengatakan bahwa bila sakit ringan diatasi dengan


istirahat, bila sakit mulai parah segera dibelikan obat di apotek atau
pun periksa ke puskesmas. Klien mengetahui penyakit hipertensi
yang dialami merupakan penyakit keturunan sehingga harus menjaga
aktivitas, tidak boleh stres dan istirahat cukup.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
- Antropometeri
Sebelum masuk RS
BB = 70 kg
TB = 178 cm
IMT = 22,1
Saat masuk RS
BB = 66 kg
TB = 178 cm
IMT = 20, 8
Interpretasi :
Hasil perhitungan IMT sebelum dan saat masuk RS masih
tergolong normal meskipun terjadi penurunan berat badan
sebesar 4 kg. Berat badan proporsional dengan tinggi badan.
- Biomedical sign :
Hb 10 gr/dL
Kolesterol 210 mg/dL
Interpretasi :
Hb normal antara 13,5-17,5 gr/dL, sehingga Hb klien
dikatakan tidak normal karena berada di bawah batas normal.
Kadar kolesterol melebihi normal.
- Clinical Sign :

35
-Mukosa bibir lembab
-CRT > 2 detik
Interpretasi :
Klien terlihat cukup lemas dan kurang berenergi
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum MRS pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan
kesukaan yang berlemak, tidak ada alergi makanan. Sesudah
MRS pola makan 3x1 hari, porsi yang disajikan habis 1/3
porsi dengan diet tanpa mengandung banyak minyak dan
lemak.
Interpretasi :
Frekuensi pola makan klien tetap akan tetapi menurun pada
porsi makan.

3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : 4-5 kali sehari
- Jumlah : 250 cc
- Warna : kuning jernih
- Bau : bau khas urin.
- Alat Bantu : Klien tidak terpasang kateter, bila ingin
BAK klien dibantu kursi roda menuju kamar mandi
BAB
Klien BAB 1x1 hari dengan konsistensi lembek

Interpretasi :

Pola eliminasi klien tidak terganggu namun dibantu kursi roda untuk
menuju kamar mandi.

4. Pola aktivitas & latihan

36
Klien menunjukan kelemahan umum. Aktivitas klien di tempat tidur
dibantu keluarga. Ketika ingin melakukan toileting dibantu oleh
kursi roda.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu


petugas, 3: dibantu alat, 4: mandiri

Status Oksigenasi : Klien mengatakan adanya ketidaknyamanan


setelah aktivitas disertai dispneu.
Fungsi kardiovaskuler : Klien mengalami takikardi dan jantung
berdebar setelah beraktivitas
Terapi oksigen : Klien tidak terpasang selang oksigen
Interpretasi : Klien dapat bernafas spontan tanpa bantuan
oksigen

5. Pola tidur & istirahat


Durasi : Menurut klien durasi tidur malam klien sebelum MRS ±8
jam dan tidur siang ±1-2 jam. Namun saat MRS klien tidur
malam hanya ±2 jam dan tidak bisa tidur pada siang hari.

37
Gangguan tidur : Bila siang hari klien tidak dapat tidur karena nyeri
kepala, susasana ruangan bising, dan kurang
nyaman.
Interpretasi :
Klien mengatakan setelah sekitar 2 jam tidur, klien mudah terbangun
sehingga klien tampak kusam dan pucat.

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :
Sebelum dan saat MRS fungsi kognitif klien tetap baik, dapat diajak
bicara dan memberikan feed back yang tepat, dan ingatan klien baik.

Fungsi dan keadaan indera :


Sebelum dan saat MRS, klien merasakan kognitif dan memori tidak
terganggu.

7. Pola persepsi diri


Gambaran diri :
Klien mengatakan tidak ada masalah terhadap bentuk tubuh klien
Identitas diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih
menunjukan orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri
Harga diri :
Klien mengatakan tidak merasa putus asa dengan penyakitnya, klien
percaya diri bahwa akan segera sembuh.
Ideal Diri :
Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk sehat
kembali
Peran Diri :

38
Klien merupakan kepala rumah tangga dengan satu istri dan dua
anak yang tinggal serumah, beliau serorang pensiunan yang
membuka usaha ikan hias untuk mendapat penghasilan.

8. Pola seksualitas & reproduksi


- Keluarga klien mengatakan memiliki 1 istri dan 2 orang anak
yang tinggal serumah.
- Klien mengatakan bahwa klien sangat menyayangi keluarga,
oleh karena itu klien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarganya di rumah.

9. Pola peran & hubungan


- Hubungan antara klien dengan anggota keluarga yang lain baik,
sehingga keluarga besar klien menjenguk di RS dan ingin klien
segera pulang. Terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien
saat di Rumah Sakit
- Klien mengatakan ingin memenuhi perannya sebagai ayah yang
baik untuk anak-anaknya dan suami yang baik bagi istrinya.

10. Pola manajemen koping-stress


Keluarga mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap sakit
merupakan ujian yang harus dijalani bersama sehingga hubungan
antar anggota keluarga akan semakin erat.

11. System nilai & keyakinan


Keluarga dan klien mengatakan bahwa sakit itu sebagai ujian yang
harus dijalani bersama sehingga bagaimanapun keadannya harus
disyukuri karena berasal dari Tuhan. Selama MRS klien tetap
melakukan sholat 5 waktu dengan berbaring di tempat tidur.

39
IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

GCS=4-5-6

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 170/100 mm/Hg


- Nadi : 50 X/mnt
- RR : 22 X/mnt
- Suhu : 35ºC

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Bentuk kepala bulat, simetris, distribusi rambut normal, sebagian
rambut berwarna putih, rambut berminyak, tidak ada lesi, tidak ada
massa.

2. Mata
Sklera jernih, konjungtiva anemis, pupil isokor, distribusi bulu mata
merata, kantung mata menonjol disertai warna gelap, tidak ada
masalah kesehatan mata.

3. Telinga
Pendengaran baik, serumen ada dalam batas normal, tidak disertai
peradangan dan perdarahan, tidak terjadi gangguan pada
pendengaran.

4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang
hidung normal, tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa, warna
kulit hidung sama dengan warna di sekitarnya.

40
5. Mulut
Mukosa bibir lembab, warna coklat, bibir simetris, tidak ada massa,
tidak ada luka,

6. Leher
Leher klien terasa tegang dan kaku, terlihat simetris, tidak ada jejas
maupun lesi, tidak ada benjolan ataupun pembesaran kelenjar tiroid,
warna kulit dileher sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada
massa, tidak ada nyeri tekan

7. Dada
I : Dada klien simetris, ada nyeri dada, tidak ada jejas maupun lesi,
tidak ada pembesaran
P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian
kanan, di area jantung pekak
P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa
A : Suara nafas vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar jelas, dan
tidak ada bunyi jantung tambahan

8. Abdomen
I : Simetris kanan kiri, tidak terdapat penonjolan di bagian perut
A : Terdengar bising usus 3x per menit
P : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut, kecuali perut
bagian hepar bunyi pekak
P : Tidak teraba massa, perut terasa keras

9. Urogenital
- Klien tidak terpasang selang kateter
- Klien BAK 4-5 kali sekitar ± 250 cc/ hari, warna kuning
- Klien BAB 1x1 hari konsistensi lembek

41
10. Ekstremitas
- Ekstremitas atas: tangan kiri terpasang infus. Warna kulit pucat.
- Ekstremitas bawah : kedua kaki dapat bergerak normal. Klien
melaporkan nyeri pada kedua ujung jari kakinya. Tanpa adanya
lesi maupun jejas. Warna kulit pucat.
- kemampuan otot
4 4

3 3

11. Kulit dan kuku


Kulit pasien dingin dan pucat, turgor kulit cukup. Kuku pendek,
bersih dan warna kuku sedikit pucat, CRT > 2 detik.

12. Keadaan lokal


Klien terbaring di tempat tidur dengan sudut flexi 15-30, terpasang
infus di tangan sebelah kiri.

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)

Infuse RL : 20 tpm

Furosemide : 1 ampul / 12 jam

Amlodepine : 2 x 10 mg/hari

B. Laxadine : 3 x 1

Ludios :2x1

Sohobion :2x1

42
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

No Jenis Nilai normal Hasil


pemeriksaan (rujukan)

Nilai Satuan

1. Hematologi

Hemoglobin 13,5-
Gr/dL 10
17,5

Lekosit 4,5-11,0 109 /L 9

Hematokrit 41-53 % 30,3

Trombosit 150-450 109 /L 359

2. Faal Hati

SGOT U/L
10-35 30,5
(30ºC)

SGPT U/L
9-43 11
(30ºC)

3. Profil Lipid

Kolesterol total <200 mg/dL 210

HDL > 55 mg/dL 38

LDL <150 mg/dL 72

4. Elektrolit

43
Kalium 3,5-5,0 mmol/L 3

Kalsium 1,57-
mmol/L 2,6
2,15

5. Faal Ginjal

Kreatinin
0,6-11 mg/dL 1,08
serum

Ureum 10-15 mg/dL 27,2

Asam Urat 3,4-7 Mg/dL 7,8

VI. ANALISA DATA

Hari/Tanggal Data Etiologi Masalah Paraf


No
/Jam dan
Nama


Senin/17 Ds : Hipertensi Nyeri Akut
1.
April 2012 - Klien
/08.00 WIB mengatakan Peningkatan Ns.Intan
kepalanya pusing vaskular serebral
setelah makan 15 (agen fisik)
tusuk sate dan
gulai Gangguan suplai
- Klien darah
mengatakan
skala nyeri 7 Hipoksia
DO jaringan
- Klien nampak
meringis Nyeri akut
menahan

44
sakitnya
- Leher dan
tengkuk terasa
tegang
- Klien lemas dan
hanya berbaring


Senin/17 DS Hipertensi Ketidakefektifan
2.
April - Klien Perfusi Jaringan
2012/08.00 melaporkan nyeri Viskositas darah Ns.Intan
WIB pada kedua meningkat
ujung jari
kakinya Aliran darah
melambat
DO
- Warna kuku Iskemik jaringan
sedikit pucat
- CRT > 2 detik Ketidakefektifan
- Kulit pasien perfusi jaringan
terlihat lembab
- Tekanan Darah
170/100 mmHg
- Nadi 50 x/menit


3. Senin/17 DS Hipertensi Intoleransi aktivitas
April 2012 - Klien mengatakan
/08.00 WIB ketidaknyamanan Ketidakseimban Ns.Intan
setelah aktivitas gan suplai dan
disertai dispneu. kebutuhan
DO oksigen
- Klien mengalami
takikardi dan Kelemahan
jantung berdebar umum

45
setelah beraktivitas
- Klien menunjukan
kelemahan umum. Intoleransi
- Aktivitas klien aktivitas
dibantu keluarga, alat
dan petugas
- HB = 10 gr/dL


4. Senin/17 DS Nyeri kepala Gangguan pola
April 2012 - Klien mengatakan akut akibat tidur
/08.00 WIB durasi tidur ketika hipertensi Ns.Intan
MRS berbeda, tidur
malam yang biasanya
±8 jam menjadi ±2 Kesulitan
jam sedangkan tidur memulai tidur
siang biasanya ±1-2
jam menjadi tidak
tidur siang Jam tidur tidak
- Klien mengatakan terpenuhi
setelah sekitar 2 jam
tidur, klien mudah
terbangun Gangguan Pola
DO Tidur
- Klien tidak dapat
tidur karena nyeri
kepala, suasana
ruangan bising, dan
kurang nyaman.
- Klien tampak
kusam dan pucat.


5. Senin/17 DS : Hipertensi Hipotermi
April 2012 Klien mengatakan

46
/08.00 WIB keterbatasannya Ns.Intan
tidak mampu banyak
beraktivitas Tidak banyak
aktivitas
DO :
1. Suhu = 35ºC Mempengaruhi
2. Takikardia sel-sel
hipotalamus
3. Pengisisan CRT >
2 detik
Panas tubuh
4. Kulit dingin menghilang

Suhu tubuh
menurun

Hipotermi

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri Akut b.d peningkatan vaskular serebral d.d kepala pusing,


tengkuk dan leher tegang serta kaku, skala nyeri 5
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi darah ke
perifer, proses penyakit hipertensi d.d CRT melambat, nyeri pada
ujung ekstremitas, warna kulit pucat
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d klien mengalami kelemahan umum,
ketidaknyamanan setelah beraktivitas disertai dispneu.
d. Gangguan pola tidur b.d nyeri kepala akibat hipertensi d.d kesulitan
memulai tidur, jam tidur tidak terpenuhi
e. Hipotermi b.d tidak beraktivitas d.d. hipertensi, takikardia, pengisian
CRT melambat, kulit dingin

47
VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Nyeri Akut b.d Tujuan: 1400-Manajemen
1.Mengetahui
peningkatan Setelah dilakukan Nyeri
lokasi,
vaskular serebral tindakan keperawatan
1. Lakukan karakteristik,
d.d kepala pusing, selama 2 x 24 jam
pengkajian nyeri durasi, frekuensi,
tengkuk dan leher diharapkan nyeri klien
komprehensif kualitas, intensitas,
tegang serta kaku, dapat berkurang dengan
PQRST dan beratnya nyeri
skala nyeri 7 Kriteria Hasil:
2. Observasi
2102-Tingkat nyeri 2.Mengetahui
petunjuk non-
tingkat nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan verbal mengenai
melalui ekspresi
dipertahankan pada skala ketidaknyamanan
non verbal klien
2 (cukup berat) 3. Ajarkan prinsip-
ditingkatkan ke 3 prinsip 3.Supaya klien
(sedang) manajemen nyeri mengerti cara
4. Dorong klien meminimalisir
3016-kepuasan klien :
untuk memonitor nyeri
manajemen nyeri
nyeri dan cara
3. Nyeri terkontrol menangani nyeri 4.Memberi
dipertahankan pada dengan tepat kesempatan klien
skala 2 (agak puas) 5. Pilih dan mandiri dalam
ditingkatkan ke 4 implementasikan mengatasi nyerinya
(sangat puas) tindakan yang
5.Untuk
4. Tingkat nyeri dipantau beragam
meminimalisir
secara reguler (farmakologi,
nyeri dengan
dipertahankan pada non-farmakologi,
intervensi yang
skala 2 (agak puas) interpersonal)
tepat
ditingkatkan ke 4 untuk
(sangat puas)

48
memfasilitasi 6.Faktor
penurunan nyeri keselematan klien
sesuai kebutuhan
7.Indikator apakah
6. Pastikan
intervensi sudah
perawatan
tepat atau belum
analgesik bagi
pasien yang 8.Cek kondisi
dilakukan dengan umum klien
pemantauan ketat
7. Evaluasi
Keefektifan
tindakan
pengontrolan
nyeri yang
dilakukan
8. Pantau TTV klien

2. Ketidakefektifan Tujuan: 4062-Peawatan


1. Agar
perfusi jaringan b.d Setelah dilakukan Sirkulasi :
mengetahui
penurunan sirkulasi tindakan keperawatan Insufisiensi Arteri
perubahan
darah ke perifer, selama 3 x 24 jam
1. Kaji tekanan darah tekanan darah
proses penyakit diharapkan
saat tidur, duduk 2. Untuk
hipertensi d.d CRT ketidakefektifan perfusi
2. Pantau elektrolit, mengetahui
melambat, nyeri jaringan perifer klien
BUN, kreatinin adanya
pada ekstremitas, berkurang dengan
3. Ukur intake dan peningkatan
warna kulit pucat
Kriteria Hasil output cairan yang
0407-Perfusi jaringan 4. Pertahankan tirah menunjukan
perifer baring penurunan
5. Instruksikan klien perfusi
1. Nyeri ujung jari
dan keluarga untuk 3. Agar tidak
terlokalisasi

49
dipertahankan pada skala menjaga posisi terjadi syok
2 (cukup berat) yang benar jaringan
ditingkatkan ke 3 4. Memastikan
(sedang) klien tidak
banyak
2. Kulit pucat
mengeluarkan
dipertahankan pada skala
energy terlebih
3 (sedang) ditingkatkan
dahulu
ke 4 (ringan)
5. Untuk menjaga
3. Pengisian kapiler jari posisi tubuh
dipertahankan pada skala yang baik
2 (cukup berat)
ditingkatkan ke 4 (ringan)

3. Intoleransi aktivitas Tujuan: 0180-Manajemen


1.Mengetahui
b.d Setelah dilakukan energi
ketidakmampuan
ketidakseimbangan tindakan keperawatan
1. Tentukaqn klien dalam
antara suplai dan selama 3 x 24 jam
keterbatasan klien beraktivitas
kebutuhan oksigen diharapkan aktivitas
terhadap aktivitasekst
d.d klien klien tidak terganggu 2. Banyak faktor
mengalami dengan 2.Tentukan penyebab yang menjadi
kelemahan umum, lain kelelahan penyebab kelelahan
ketidaknyamanan 3. Untuk menjaga
Kriteria Hasil: 3.Motivasi klien untuk
setelah beraktivitas emosional klien dan
0005-Toleransi terhadap mengungkapkan
disertai dispneu. terhindar dari stress
aktivitas perasaan tentang
1. Kemudahan bernapas keterbatasannya
4. Klien dapat
ketika beraktivitas melaksanakan diet
4.Observasi asupan
dipertahankan pada yang sehat dan
nutrisi sebagai sumber
skala 3 (cukup direkomandisikan
energi yang adekuat
terganggu)
ditingkatkan ke skala 4 5.Observasi respon 5. Memantau

50
(sedikit terganggu) jantung paru terhadap apabila terjadi
2. Warna kulit aktivitas (missal peningkatan akibat
dipertahankan pada takikardi, dispneu, aktivitas
skala 3 (cukup pucat)
6. Menjaga klien
terganggu)
6.Batasi stimulus untuk menyimpan
ditingkatkan ke skala 4
lingkungan (missal energinya
(sedikit terganggu)
pencahayaan dan 7. Pembagian
3. Kemudahan dalam
kegaduhan) waktu antara
melakukan aktivitas
istirahat dan
hidup harian 7. Dorong untuk
aktivitas untuk
dipertahankan pada melakukan periode
menjaga energi
skala 3 (cukup istirahat dan aktivitas
8. Jadwal rutin
terganggu)
8. Rencanakan periode untuk pemulihan
ditingkatkan ke skala 4
aktivitas saat klien
(sedikit terganggu)
memiliki banyak
tenaga

4. Gangguan pola Tujuan: 1850-Peningkatan


1.Menentukan
tidur b.d nyeri Setelah dilakukan Tidur
waktu dan lama
kepala akibat tindakan keperawatan
8. Tentukan pola tidur klien
hipertensi d.d selama 1 x 24 jam
tidur klien
kesulitan memulai diharapkan tidur klien 2. Agar klien
9. Jelaskan
tidur, jam tidur adekuat dengan mengerti
pentingnya tidur
tidak terpenuhi pentingnya istirahat
Kriteria Hasil untuk penderita
0004-Tidur hipertensi 3.Mengetahui status
10. Monitor pola tidur kesehatan klien
1. Kesulitan memulai
dan catat kondisi
tidur dipertahankan pada
klien 4.Supaya klien
3 (cukup terganggu)
11. Atur rangsang lebih cepat tidur
ditingkatkan ke 4 (sedikit
lingkungan untuk dengan rangsang

51
terganggu) siklus tidur yang lingkungan yang
normal kondusif
2. Pola tidur
12. Bantu
dipertahankan pada 3 5. Mengembalikan
meningkatkan
(cukup terganggu) jam tidur klien
jumlah jam tidur
ditingkatkan ke 4 (sedikit mendekati seperti
13. Ajarkan klien
terganggu) sebelum MRS
melakukan
3. Kualitas tidur ketika relaksasi otot 6. Teknik relaksasi
beraktivitas dipertahankan autogenik atau (non farmakologi
pada 2 (banyak non-farmakologi lain) dapat
terganggu) ditingkatkan lainnya untuk membantu percepat
ke 4 (sedikit terganggu) memancing tidur tidur
14. Diskusikan dengan
klien dan keluarga 7. Supaya klien dan

mengenai teknik keluarga dapat

untuk mempraktekannya

meningkatkan tidur sendiri

5 Hipotermi b.d tidak Tujuan 3786-Perawatan 1. Mengetahui suhu


beraktivitas d.d. Setelah dilakukan asuhan Hipotermi pasien secara
hipertensi, keperawatan selama 2 x berkala untuk
1. Monitor suhu
takikardia, 24 jam diharapkan menghindari
pasien,
pengisian CRT pasien tidak hipotermi komplikasi
menggunakan alat
melambat, kulit dengan aklibat
pengukur
dingin Kriteria Hasil hipotermi
0800 Termoregulasi 2. Bebaskan pasien 2. Menjaga pasien
1. Perubahan warna kulit dari lingkungan untuk
dipertahankan pada yang dingin menghangatkan
skala 3 (cukup tubuhnya
3. Berikan pemanas
terganggu) 3. Menghindari
pasif seperti selimut
ditingkatkan pada pengeluaran

52
skala 5 (tidak dan pakaian hangat panas dari tubuh
terganggu) pasien
4. Monitor warna dan
2. Peningkatan suhu kulit 4. Melakukan
suhu kulit
dipertahankan pada monitoring
skala 3 (cukup terkait tanda
terganggu) hiopotermia
ditingkatkan pada membaik/buruk
skala 5 (tidak
terganggu)

53
IX. CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/Tanggal Dx Implementasi keperawatan Paraf dan


Evaluasi Sumatif
/Jam Nama
1. Rabu/19 Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
April komprehensif PQRST -Klien mengatakan nyeri dibagian kepala
2012/14.30 2. Mengobservasi petunjuk non-verbal sedikit berkurang, leher yang tidak tegang
mengenai ketidaknyamanan dan tidak kaku
3. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen - Klien mengatakan skala nyeri 4
nyeri
4. Mendorong klien untuk memonitor nyeri O: 
dan cara menangani nyeri dengan tepat -Wajah pasien klien masih nampak sedikit
5. Memilih dan implementasikan tindakan meringis menahan sakit Ns.Intan
yang beragam (farmakologi, non- -Klien mendapat terapi antrain untuk
farmakologi, interpersonal) untuk mengurangi nyeri
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai - TD 130/80 mmHg, RR 20 x/menit, N= 60
kebutuhan x/menit, S = 360C.
6. Memastikan perawatan analgesik bagi

54
pasien yang dilakukan dengan A : Masalah teratasi sebagian
pemantauan ketat
7. Mengevaluasi Keefektifan tindakan P:
pengontrolan nyeri yang dilakukan 1. Pantau TTV Klien
8. Memantau TTV klien 2. Pantau tingkat nyeri Klien
3. Ajarkan teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
2. Rabu/19 Hipotermi 1. Memonitor suhu pasien, menggunakan S:
April alat pengukur Klien mengatakan badannya tidak lagi
2012/16.00 kedinginan dan sedikit mengeluarkan keringat
2. Membebaskan pasien dari lingkungan
yang dingin
O: 
3. Memberikan pemanas pasif seperti 1. Suhu = 36ºC
Ns.Intan
selimut dan pakaian hangat
2. Pengisisan CRT 2 detik
4. Memonitor warna dan suhu kulit
3. Kulit teraba hangat

55
A:
Masalah teratasi sebagian

P:
1. Tetap monitor suhu kulit terhadap
perubahan
2. Gunakan pakaian tebal untuk mencegah
pengeluaran panas tubuh
3. Rabu/19 Gangguan Pola 1. Menentukan pola tidur klien S:
April Tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur untuk -Klien mengatakan lebih mudah memulai
2012/20.00 penderita hipertensi tidur, jam tidur menjadi ±5 jam
3. Memonitor pola tidur dan catat kondisi
klien
- Klien merasakan tidur yang cukup

4. Mengatur rangsang lingkungan untuk O:
Ns.Intan
siklus tidur yang normal -Klien terlihat lebih segar karena tercukupi
5. Membantu meningkatkan jumlah jam tidur kebutuhan tidur
6. Mengajarkan klien melakukan relaksasi -TD 125/80 mmHg, RR 20 x/menit, N= 60

56
otot autogenik atau non-farmakologi x/menit, S = 36,40C.
lainnya untuk memancing tidur
7. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga A : Masalah teratasi sebagian
mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur P:
1. Tingkatkan jam tidur klien
2. Lanjutkan relaksasi untuk meningkatkan
kualitas tidur
4. Kamis/20 Ketidakefektifan 1. Mengkaji tekanan darah saat tidur, duduk S
April Perfusi Jaringan 2. Memantau elektrolit, BUN, kreatinin - Klien mengatakan nyeri pada ujung jari
2012/14.00 3. Mengukur intake dan output cairan kakinya berkurang
4. Mempertahankan tirah baring -Klien mengatakan badannya sudah tidak
5. Menginstruksikan klien dan keluarga untuk terlalu lemas lagi

menjaga posisi yang benar
Ns.Intan
O
-CRT klien <2 detik
-Akral hangat

57
-Warna sudah tidak pucat

A
Masalah teratasi sebagian

P
-Lanjutkan monitor elektrolit, BUN, kreatinin
-Lanjutkan klien untuk tetap tirah baring

5. Kamis/20 Intoleransi aktivitas 1. Menentukan keterbatasan klien terhadap S


April aktivitas -Klien mengatakan badannya tidak terasa
2012/19.00 lemas lagi, tidak dispneu setelah melakukan
2.Menentukan penyebab lain kelelahan
aktivitas. 
3.Memotivasi klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keterbatasannya O Ns. Viana
-Klien nampak dapat beraktivitas
4.Mengobservasi asupan nutrisi sebagai

58
sumber energi yang adekuat A
Masalah teratasi sebagian
5.Mengobservasi respon jantung paru
terhadap aktivitas (missal takikardi, dispneu,
P
pucat)
-Lanjutkan intervensi untuk mengurangi
6.Membatasi stimulus lingkungan (missal kelelahan umum
pencahayaan dan kegaduhan) -Pantau pola tidur dan catat kondisi klien
-Atur jadwal rutin untuk aktivitas klien
7. Mendorong untuk melakukan periode
istirahat dan aktivitas

8. Merencanakan periode aktivitas saat klien


memiliki banyak tenaga

59
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu peningkatan
abnormal darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi akibat krontriksi arteriola yang membuat darah
sulit mengalir dan tekanan meningkat saat melawan dinding arteri.
Hipertensi juga didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai
160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Hipertensi dikenal sebagai salah
satu faktor risiko utama penyebab serangan jantung dan stroke yang banyak
menyerang penduduk dunia. Tanda gejala yang sering muncul seperti terasa
nyeri pada bagian kepala, leher tegang, kadang diikuti masalah pendengaran
(tinitus), pandangan mata kabur. Penatalaksanaan dapat farmakologi
maupun non farmakologi yang mana pengendalian penyakit hipertensi
membutuhkan waktu yang panjang dan kepatuhan ketika meminum obat
anti hipertensi.
4.2 Saran
a. Untuk penderita hipertensi
Diharapkan penderita hipertensi selalu mengontrol tekanan
darah, membatasi makanan yang dapat memicu peningkatan
tekanan darah. Mengikuti diet yang disarankan, dan melakukan
aktivitas fisik secara teratur.
b. Untuk keluarga
Diharapkan keluarga mampu mengawasi dan memperhatikan
klien yang mengalami hipertensi, karena dukungan dari keluarga
juga hal yang penting untuk klien.
c. Untuk tenaga kesehatan
Diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik,
dan bertugas sesuai dengan tupoksi masing-masing.

60
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Kardiovaskuler: Aplikasi NIC dan NOC. Jakarta: EGC

Bulechek, M gloria, Howark K Butcher, Joanne M Dochterman, Cheryl M


Wagner. (2016) . Nursing Interventions Classification (NIC) edisi
keenam. Singapura : Elsevier Inc.

Bustan, M. N. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.


Jakarta: Rhineka Cipta.

Moorhead, S., Johnson, M., Dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification


(NOC) Edisi Kelima. Singapura: Elsevier Inc.

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020


Edisi 11 Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta:
EGC.

Udjianti, W. J. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika.

Padilla/ 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha


Medika

Saputra, B. R. 2013. Profil penderita hipertensi di RSUD Jombang Januari-


Desember 2011. E-journal UMM. 9(2): 116-120.

Tarigan, A. R., Z. Lubis, Syarifah. 2018. Pengaruh pengetahuan, sikap dan


dukungan keluarga terhadap diet hipertensi di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal Kesehatan. 11(1): 9-17.

61
Widiyani, R. 2013. Penderita Hipertensi Terus Meningkat.
https://sains.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hiperte
nsi.Terus. [Terakhir diakses pada 1 November 2019].

Yasmara, Nursiswati, dan R. Arafat. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah : Diagnosis NANDA 2015-2017 intervensi NIC Hasil
NOC. Jakarta: EGC.

62
Pertanyaan-Jawaban
1. Siti Nur Wahidah
Suhu tubuh klien 35ºC, apakah tidak dapat diambil diagnose hipotermi?
Ya, bisa. Batasan karakteristik yang ada di NANDA juga sesuai dengan
kasus. Suhu tubuh klien 35ºC, takikardia, kulit dingin, pengisian ulang
kapiler lambat yang mana terjadi pada pasien hipertensi dengan
kekurangan aktivitas (tirah baring) selama perawatan
2. Yudha Ferdian F.
Pada penatalaksanaan non farmakologi terdapat terapi aroma pijat kaki.
Bisa dijelaskan fungsinya?
Teknik aroma pijat kaki ini digunakan pada klien hipertensi secara
signifikan efektif menurunkan tekanan darah sistolik-diastolik,
frekuensi napas, kecemasan, dan kualitas hidup. Pijat kaki dapat
membantu meningkatkan sirkulasi sehingga terjadi homeostatis dalam
tubuh. Kemudian aromaterapi dari minyak esensial lavender,
chamomile bekerja melalui sistem penghidu untuk menciptakan
relaksasi sehingga tekanan darah dan kecemasan menurun.
3. Wella Pasya Dhea
Kenapa tidak mengambil resiko penurunan perfusi jaringan jantung?
Tidak diambil karena saya mengambil diagnosa aktual sebagai prioritas
dan batasan karakteristik yang berhubungan dengan kasus juga lebih
cocok dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
4. Rifka Sabrianti F.
Kenapa tidak mengambil diagnose hambatan mobilitas fisik?
Tidak diambil karena klien tidak mampu beraktivitas karena
ketidakcukupan energi akibat penyakitnya sehingga lebih cocok
memilih diagnosa intoleransi aktivitas. Klien tidak mampu beraktivitas
secara lama karena menyebabkan kelelahan dan dispneu. Jika hambatan
mobilitas fisik lebih cocok diambil pada kasus yang memiliki masalah
atau keterbatasan dalam gerakan fisik ekstemitas.

63
5. Ayu Prisilia Fatimah
Nyeri klien 7, apakah perlu menggunakan analgesik langsung?
Kemudian apakah tatalaksana non farmakologi juga digunakan?
Ya, untuk nyeri skala 7 perlu dikontrol dengan analgesik karena
termasuk nyeri berat (tidak mampu melaksanakan aktivitas secara
mandiri). Selain itu, penatalaksanaan non farmakologi juga perlu
dilakukan untuk mengektifkan hasil dari manajemen nyeri. Seperti
contohnya pemberian kompres hangat pada tengkuk dapat mengurangi
nyeri kepala, tarik napas dalam juga mampu menurunkan kecemasan.

64

Anda mungkin juga menyukai