Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN

PEMANGKU ADAT
AMBALAN DIPONEGORO-KARTINI
301/302

PANGKALAN
SMA NEGERI 1 BAWANG
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-nya menyelesaikan Laporan
Pertanggung Jawaban ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Laporan Pertanggung Jawaban Pemangku Adat ini disusun sebagai bentuk pertanggung
jawaban pemangku adat selama masa jabatanya dalam satu tahun di Ambalan Diponegoro Karitini.
Laporan Pertanggung Jawaban ini disusus berdasarkan AD/ART Diponegoro-Kartini dan
peraturan serta, semua kegiatan adat yang telah kami lakukan selama masa jabatan kami. Laporan
ini di susun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri sendiri maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah SWT serta dengan adanya
dukungan dari Pembina Ambalan Diponegoro-Kartini Laporan ini dapat terselesaikan dengan
lancar. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah
membantu.
Semoga Laporan ini dapat menajadikan salah satu bentuk pertanggung jawaban dari kami.
Semoga Ambalan Diponegoro-Kartini tetap OKE!

Banjarnegara, 28 Agustus 2018

Pemangku Adat
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adat Diponegoro Kartini merupakan suatu identitas dari ambalan DIKA, dimana adat tersebut
merupakan suatu dasar dimana semua perilaku anggota pramuka Diponegoro-Kartini harus sesuai dengan
adat tersebut.
Satu tahun sudah kepengurusan Dewan Ambalan Diponegoro-Kartini periode 2017/2018 telah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah terbentuk saat Musyawarah Ambalan tahun
2017. Suatu kehormatan yang sangat besar bagi kami yang telah diizinkan mengelola oragnisasi pramuka
ini selama satu tahun. Dalam satu tahun kepengurusan yang telah kami jalankan, tentunya kami memiliki
lika-liku dalam menjalankan program kerja kami, terutama dalam bidang Adat Ambalan.
Oleh karena itu kami ingin meminta kepada seluruh warga Ambalan Diponegoro-Kartini untuk
mengevaluasi kegiatan adat yang telah berjalan dalam satu tahun ini. Semoga dengan diadakan evaluasi
kegiatan adat melalui Laporan Pertanggung Jawaban ini akan menjadikan kita sebagai insan amabalan dika
yang mau berpikir kritis dalam menyikapi persoalan yang terjadi.

B. Dasar Laporan

1. Anggaran Dasar Gerakan Pramuka


2. Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
3. Adat dan AD/ART ambalan Diponegoro-Kartini
4. Program Kerja Tahun 2017/2018 Dewan ambalan Diponegoro-KArtini

C. Pusaka Adat Ambalan Diponegoro-Kartini

1. Keris (Diponegoro)
Keris merupakan salah satu senjata yang digunakan oleh oleh Pangeran Diponegoro dalam
berperang saat itu. Keris ini sendiri sebagai lambang bahwa Pramuka Diponegoro Kartini yang sederhana,
namun tetap mampu berkualitas dalam bekerja dan mampu menjadi manusia yang unggul, kreatif, inovatif
dan berkarakter. Unggul, tidak hanya unggul dalam ketrampilannya saja namun juga unggul dalam tata
kramanya. Kreatif, bukan hanya kreatif bagi diri sendiri namun juga kreatif bagi lingkungan yang mampu
mengubah lingkunganya menjadi lebih baik dan maju. Inovatif dalam arti mampu menjadi manusia yang
siap dalam menghadapi perkembangan zaman, mampu menciptakan generasi yang tanggap dalam
permasalahan zaman, dan berkarakter yang baik sebagi cikal bakal pemimpin Indonesia yang mampu
membawa perubahan bagi bangsa Indonesia menajdi bangsa yang lebih maju.

2. Tusuk Konde (Kartini)


Tusuk konde adalah salah satu ciri khas dari Ibu Kartini. Symbol ini menandakan agar anggota dari
ambalan dika menjadi sosok yang mampu berpikir secara lebih dewasa, bisa menghargai, rela berkorban
dan menjadi sosok yang ikhlas serta tabah seperti sosok Ibu Kartini. Berpikir dewasa dalam arti mampu
meyelasaikan masalah dengan meninjau dari berbagai sudut pandang. Sedangkan rela berkorban adalah
merelakan demi kebenaran, ikhlas dan tabah yang mampu menjadikan kita sebagai manusia yang selalu
bertawakal dan beriman kepada Allah SWT.
BAB II
ADAT DIPONEGORO KARTINI

PASAL 1 (PENGERTIAN DAN FUNGSI ADAT)

1. Adat Ambalan adalah suatu peraturan dan kebiasaan yang menjadi ciri khas dan sarana
penertib suatu pangkalan yang telah disepakati oleh Warga Ambalan
2. Fungsi Adat :

a. Sebagai identitas suatu pangkalan


b. Sarana penertib suatu pangkalan
c. Sebagai dasar dan pedoman

PASAL 2 (PEMEGANG ADAT)

1. Pemegang Adat Ambalan adalah Pemangku Adat


2. Pemangku Adat adalah seseorang yang memiliki hak, kewajiban dan wewenang dalam
memegang adat
3. Pemangku Adat memiliki Pusaka Adat yang wajib dijaga

PASAL 3 (HAK, KEWAJIBAN, DAN WEWENANG PEMANGKU ADAT)

1. Hak Pemangku Adat

a. Dihargai semua apa yang menjadi kebijaksanaannya


b. Memberikan saran yang bersifat membangun
c. Diperbolehkan mengambil keputusan secara sepihak apabila kondisi tidak
memungkinkan
d. Merevisi adat yang sudah tidak sesuai dengan kondisi
2. Kewajiban Pemangku Adat
a. Menjaga, mengamalkan, dan menjalankan adat ambalan
b. Menjaga Pusaka Adat
c. Menjaga ketertiban di pangkalan
d. Mampu mendampingi Pradana
e. Mampu dengan sigap mengambil keputusan
f. Mampu dengan cermat menyelektif suatu keadaan

3. Wewenang Pemangku Adat


a. Memberi sanksi kepada pelanggar Adat
b. Mendampingi Pradana dalam mengambil Keputusan
c. Mengambil keputusan sepihak apabila kondisi mendesak
d. Memperkenalkan Adat Ambalan

PASAL 4 (TEMPAT DAN WAKTU)

1. Adat Ambalan Diponegoro-Kartini berlaku di pangkalan Ambalan Diponegoro-


Kartini
2. Adat Ambalan Diponegoro-Kartini berlaku hanya 1 tahun jabatan dan selanjutnya
dapat direvisi

PASAL 5 (SASARAN)

Sasaran Adat ambalan Diponegoro-Kartini adalah membentuk warga ambalan yang :

1. Memiliki kepribadian yang disiplin, tegas, dan cerdas


2. Menghargai seluruh adat dan ketentuan yang berlaku dalam ambalan
3. Menghargai apa yang menjadi cita-cita dalam ambalan Diponegoro-Kartini
4. Membentuk warga ambalan yang berkarakter profesional dalam menjalankan tugas

PASAL 6 (REVISI ADAT)

1. Adat Ambalan ditetapkan atas persetujuan seluruh Warga Ambalan


2. Revisi Adat hanya boleh dilakukan oleh Pemangku Adat
3. Perubahan Adat dapat dilakukan dengan ketentuan :
a. Disetujui oleh seluruh Warga Ambalan
b. Menyesuaikan situasi dan kondisi

PASAL 7 (PAKAIAN DAN PENAMPILAN)

1. Pemakaian atribut Pramuka sesuai dengan peraturan Kwartir Ranting Nasional.


2. Penggunaan seragam pramuka lengkap dapat disesuaikan dengan keadaan.
3. Di dalam pertemuan, saat pemimpin mengenakan seragam Pramuka lengkap, maka
anggota wajib mengenakan seragam Pramuka lengkap.
4. Bagi Pramuka Penegak Ambalan Kartini yang berambut panjang wajib diikat.
5. Bagi Pramuka Penegak Ambalan Diponegoro wajib berambut pendek, panjang
maksimal 1,5 cm.
6. Dalam keadaan tertentu hasduk harus diselamatkan dengan ketentuan dimasukan
kebawah kancing pertama baju.
7. Saat baret tidak dipakai, tidak boleh dimasukan kedalam saku celana atau tempat dek,
wajib dipegang atau ditaruh di tempat yang semestinya.
8. Pakaian tidak boleh ketat.
9. Warna kaos kaki dan sepatu yang dikenakan adalah hitam polos.
10. Pemakaian Ring dan Hasduk harus kencang dan rapi.
11. Pakaian harus selalu rapi.
12. Bagi Penegak putra ikat pinggang harus terlihat.
13. Hasduk disamakan panjangnya.
14. Pada saat pelaksanaan Apel maupun Upacara wajib mengenakan pakaian pramuka
lengkap beserta topi dan baret.
15. Penggunaan atribut ambalan hanya digunakan oleh anggota dewan ambalan, adapun
pengecualian, apabila atribut tersebut akan digunakan untuk mengikuti kegiatan yang
membawa nama baik sekolah serta daerah.

PASAL 8 (MASUK – KELUAR RUANGAN)


Sebelum masuk dan/atau keluar ruangan yang di dalamnya terdapat bendera merah putih
dan/atau panji ambalan wajib melakukan penghormatan. “Apabila kondisi tidak memungkinkan
untuk melakukan penghormatan boleh langsung masuk.”

PASAL 9 (BERJALAN)

1. Berjalan minimal 2 orang ( menyesuaikan )


2. Ketika berjalan lebih dari satu orang harus dalam bentuk barisan maksimal 2 banjar
3. Barang ringan yang dibawa wajib dijinjing di sebelah kiri

PASAL 10 (MAKAN)

1. Sebelum makan pasukan harus dalam bentuk barisan yang rapi


2. Salah satu anggota ( pemimpin ) memimpin pasukan dalam laporan sebelum makan (
disesuaikan )
3. Makanan dipegang di tangan kanan, dan minuman dipegang tangan kiri
4. Hasduk diselamatkan sesuai dengan pasal 6 ayat 6 tentang Adat pakaian dan
penampilan
5. Pasukan disiapkan
6. Berdoa sebelum makan dipimpin oleh pemimpin
7. Pasukan diistirahatkan
8. Dalam kondisi makan tidak boleh bersenda gurau
9. Selesai makan, pasukan disiapkan dilanjutkan berdoa
10. Laporan selesai makan ( disesuaikan )
11. Pasukan diistirahatkan

PASAL 11 (BERBICARA)

1. Dilarang membuat forum di dalam sebuah forum


2. Di dalam sebuah forum apabila ingin menanggapi atau memberi saran wajib
mengacungkan tangan terlebih dahulu setelah itu memohon ijin untuk berbicara, dan
boleh berbicara jika sudah disilakan oleh pemimpin forum
3. Dapat menjaga sopan santun
4. Dalam forum, laki – laki dan perempuan membentuk satuan terpisah

PASAL 12 (TIDUR)

1. Tidur tidak boleh mengenakan pakaian Pramuka


2. Dalam kegiatan, jam malam maksimal pukul 23.00 WIB

PASAL 13 (SANKSI)

1. Sanksi diberlakukan jika terdapat suatu pelanggaran terhadap Adat Ambalan


Diponegoro Kartini dan/ atau terhadap ketentuan yang diberlakukan oleh pihak
sekolah yang berhubungan dengan kegiatan Kepramukaan
2. Sanksi- sanksi yang terdapat di ambalan Diponegoro-Kartini diberlakukan kepada
seluruh warga ambalan Diponegoro-Kartini
3. Sanksi- sanksi tersebut tidak berlaku bagi Ka Mabigus,Ka Gudep, Pembina, dan
Tamu Ambalan
4. Jenis sanksi yang diberikan sesuai dengan kebijakan Pemangku Adat dan/ atau dari
hasil musyawarah Dewan Ambalan beserta Pembina
5. Jenis- jenis sanksi yang diberikan dapat berupa:

a. Peringatan secara lisan melalui teguran dari Pemangku Adat dan/ atau Dewan
Ambalan.
b. Peringatan lisan melalui teguran dari Pembina Pramuka.
c. Diselesaikan oleh pihak sekolah yang berwenang dalam menangani pelanggaran
peserta didik.

PASAL 14 (UPACARA DAN APEL)

1. Upacara adalah serangkaian kegiatan yang ditata dalam suatu ketentuan peraturan
yang wajib dilaksanakan dengan hikmat sehingga merupakan kegiatan yang teratur
dan tertib untuk membentuk suatu tradisi dan budi pekerti yang baik.
2. Apel adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengkoordinasikan suatu
kegiatan yang dilaksanakan secara teratur dan tertib.

PASAL 15 (TEMPAT DAN WAKTU)

1. Apel dan/atau Upacara dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar ruangan.


2. Apel dan/atau Upacara dapat dilaksanakan di awal dan/atau di akhir kegiatan.

PASAL 16 (JENIS UPACARA DAN APEL)

1. Upacara Umum adalah upacara yang dilakukan untuk kegiatan tertentu dengan
menggunakan peraturan yang berlaku secara umum.
2. Upacara Pelantikan adalah upacara yang dilakukan dalam rangka peresmian seorang
calon menjadi anggota gerakan pramuka sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
dapat juga dilakukan untuk pengangkatan pemegang jabatan tertentu dalam satuan.
3. Apel Pembukaan dan Apel Penutupan latihan adalah apel yang dilakukan dalam
rangka usaha melaksanakan dan mengakhiri suatu pertemuan di lingkungan Gerakan
Pramuka.

PASAL 17 (FORMASI)

1. Formasi peserta upacara dan/atau apel dalam bentuk bersaf.


2. Peserta upacara dan/atau apel berdiri berhadapan dengan Pembina.
3. Petugas upacara dan/atau apel ditempatkan di sayap kiri Pembina.
4. Pradana mendampingi Pembina dengan menempatkan diri di belakang Pembina.
5. Pemangku adat putra sebagai pemimpin upacara yang dilaksanakan dalam kegiatan
yang tertulis didalam program kerja, atau dapat digantikan sesuai kemampuan.
6. Pemangku adat putri menempatkan diri sebagai pembaca sandi ambalan.
7. Pradana menempatkan diri sebagai pembuka dan penutup Adat Diponegoro dan
Kartini, apabila pradana tidak dapat mengikuti pembuka dan penutup adat dapat
digantikan oleh pemangku adat.
8. Ajudan upacara dan/atau apel menempatkan diri di sebelah kiri Pradana atau Pembina.
9. Peserta upacara dan/atau apel ditempatkan dengan satuan terpisah.
10. Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang Pradana atau Pembina.

PASAL 18 (PETUGAS)

1. Petugas Upacara dan/atau adalah sekumpulan orang yang mengatur jalannya upacara
dan/atau apel supaya berjalan lancar dan tertib.
2. Petugas Upacara dan/atau apel terdiri dari Pembina dan/atau apel, pemimpin upacara
dan/atau apel, pengatur upacara dan/atau apel, pembawa acara, pembaca doa, pembaca
sandi ambalan, pembawa bendera, (dalam upacara)

PASAL 19 (Penutup)

1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam buku adat ini akan ditetapkan lebih lanjut.
2. Apabila terdapat ketidaksesuaian dengan kondisi ambalan, maka selanjutnya dilakukan
revisi terhadap adat tersebut.
3. Buku adat ini ditetapkan berdasarkan persetujuan seluruh warga ambalan.
BAB III
LAPORAN ADAT
DALAM KEGIATAN AMBALAN

A. Realisasi Program Kerja

Berikut adalah program kerja dari ambalan diponegoro-kartini beserta adat yang diterapkan
dalam kegitan tersebut.

Tanggal Nama Tempat Adat yang dijalankan Pelanggaran Adat Sanksi


Kegiatan Kegiatan Kegiatan
PBA SMAN 1 1. Adat Upacara 1. Dalam Adat Berupa
BAWANG 2. Adat Makan Berbicara hukuman
3. Adat Berjalan 2. Dalam Adat Fisik dan
4. Adat Berbicara Berpakaian Tanya jawab
5. Adat Tidur 3. Kurangnya tentang
6. Adat Berpakaian Ketepatan pengetahuan
waktu seputar
kepramukaan
PTKU Gunung 1. Adat Upacara 1. Adat dalam Berupa
Giana 2. Adat Makan Berpakaian hukuman
3. Adat Berjalan 2. Adat Dalam Fisik dan
4. Adat Berbicara Berbicara Tanya jawab
5. Adat Tidur 3. Kurangnya tentang
6. Adat Berpakaian Ketepatan pengetahuan
Waktu seputar
kepramukaan
PTA SMAN 1 1. Adat Upacara 1. Dalam Adat Berupa
BAWANG 2. Adat Makan Berbicara hukuman
3. Adat Berjalan 2. Dalam Adat Fisik dan
4. Adat Berbicara Berpakaian Tanya jawab
5. Adat Tidur 3. Kurangnya tentang
6. Adat Berpakaian Ketepatan pengetahuan
waktu seputar
kepramukaan
Setiap Latihan Sanggar 1. Adat Upacara 1. Adat Berbicara Berupa
Hari dan Pramuka 2. Adat Makan 2. Kurangnya hukuman
Selasa, Kumpul DIKA & 3. Adat Berjalan Ketepatan Fisik
Kamis, Rutin SMAN 1 4. Adat Berbicara Waktu
dan Jumat Bawang 5. Adat Tidur
6. Adat Berpakaian
Dalam setiap kumpul rutin anggota wajib melapor apabila tidak dapat menghadiri rapat atau datang
terlambat dikarenakan alasan tertentu. Jika 15 menit sesudah rapat dimuali anggota ada yang
terlambat tanpa ada alasan maka akan dikenai sanksi.

B. Sanksi dan Pelanggaran Adat

Dalam pelanggaraan adat dari beberapa kegiatan yang tertulis di dalam program kerja
maupun kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari selasa, kamis , dan jumat, adapun sebagai
berikut :

1. Pemberian hukuman fisik bagi anggota Dewan ambalan yang terlambat untuk
berkumpul seperti membersihkan sanggar pramuka setelah rapat selesai.
2. Teguran atas tindakan yang dilakukan sehingga ambalan merasa dirugikan.

C. Hambatan dalam merealisasikan Adat

Kurangnya kesadaran dari setiap anggota Ambalan tentang pentingnya adat, dan juga
tentang ketegasan adat adalah salah satu hambatan terbesar dalam merealisasikan adat tersebut.
Kurangnya pemahaman dari awal sejarah adat yang ada juga merupakan salah satu hamabtan
untuk merealisasikan adat tersebut.

D. Evaluasi dan Pembangunan

Untuk memperbaiki pelanggaran adat yang telah terjadi maka dibutuhkan pemahaman
tenatang pentingnya adat kepada seluruh anggota dewan ambalan dan mempertegas adat
sehingga meminimalisir terjadinya pelanggaran adat berat.

Untuk memabangun kesadaran tersebut maka bisa dilakukan bedah adat, atau penjelasan
tentang setiap adat oleh Pembina dan pemangku adat dan dalam evaluasi tersebut setiap anggota
wajib memberikan pendapat dan adat harus disetujui oleh seluruh anggota tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
BAB V
PENUTUP

Dalam melaksanakan Tugas Dewan Ambalan Diponegoro-Kartini masa bakti 2017/2018


ada beberapa karya nyata yang dilakukan dengan segala keberhasilan dan kekuranganya, yang
semuanya itu tidak terlepas dari peran dan kreatifitas anggota Gerakan Pramuka Diponegoro-
Kartini 301-302 Pangkalan SMA Negeri 1 Bawang.

Atas dasar pengalaman masa lalu khususnya masa bakti 2017/2018, terutama dalam hal
yang menyangkut dengan adat, guna meningkatkan daya gerak yang dinamis dan berwawasan
masa depan disarankan kepada peserta musyawarah agar dapat:

1. Menyegarkan Kepengurusan Dewan Ambalan dimasa yang akan datang sesuai dengan adat
yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan bersama.
2. Musyawarah Penegak Ambalan ini diharapkan mampu menetapkan dan merealisasikan adat-
adat yang telah ditentukan dalam program kerja yang telah disepakati.
3. Pembekalan niali dalam adat kepada anggota dengan nilai-nilai kehidupan, akhlak, watak dan
disiplin yang merupakan cerminan dari adat ambalan diponegoro-kartini.
4. Menjadikan adat diponegoro kartini menajdi adat yang mampu mengubah mental dan
karakterdalam berperilaku

Demikian Laporan pertanggungjawaban ini kami sampaikan. Selanjutny akami serahkan


kepada forum untuk mengevaluasi laporan ini. Mungkin hnay ini yang dapat kami berikan selama
masa bakti kami. Mudah-mudahan kakak-kakak dapat menerima laporan ini sebagai hasil kerja
kami selama masa bakti 2017/2018.

Selaku Pemangku adat , kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada kakak-kakak pengurus dewan amablan yang sudah melaksankan tugas dengan
baik selama masa jabatanya. Dan kepada kakak-kakak amablan yang akan datang semoga mampu
membawa nama Ambalan Diponegoro-Kartini menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai