Anda di halaman 1dari 17

Potensi Gas Rumah Kaca Pada Lahan Padi Sawah di Kabupaten

Sleman Bagian Barat Daerah Istimewa Yogyakarta

Novelia Dewi Safitri


Prodi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang KM 14,5 Yogyakarta
Email : noveliadewisafitri@gmail.com

ABSTRAK
Budidaya padi sawah menyumbang emisi gas rumah kaca melalui pengelolahan sawah dan
pemberian bahan organik maupun anorganik pada tanaman padi. Penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui angka potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas pertanian untuk
lahan padi sawah di Kabupaten Sleman Barat Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kecamatan
Godean,Kecamatan Minggir, Kecamatan Moyudan, dan Kecamatan Seyegan. Untuk menghitung
inventarisasi GRK diperlukan data primer dan data sekunder serta observasi dan wawancara
langsung kepada petani padi sebagai populasi dengan metode secara acak sederhana (Simple
Random Sampling).Data tersebut di analisis untuk menentukan nilai potensi emisi GRK yang
dihasilkan dengan metode perhitungan IPCC 2006.Hasil analisis dari aktivitas pertanian di
Kabupaten Sleman Baratmenunjukkan bahwa nilai total potensi emisi CH4 dari hasil dekomposisi
bahan organik pada lahan sawah padi menghasilkan 18,35 Gg CO2eq /tahun. Nilai total potensi
emisi gas karbon dioksida (CO2) dari hasil penggunaan pupuk urea pada lahan sawah padi
menghasilkan 0,76Gg CO2eq /tahun. Sedangkan nilai total potensigas dinitrogen oksida (N2O)
langsung dan tidak langsung dari aktivitas pengelolaan tanah pada lahan sawah padi menghasilkan
7,54 dan 4,1 Gg CO2eq /tahun

Kata kunci :emisi, inventarisasi, gas rumah kaca, pertanian

ABSTRACT
Rice field cultivation contributes to the greenhouse gas emissions through ricefield
management and organic and inorganic feeding of rice crops. This research has the objective to
determine the potential of GHG emission resulting from agricultural activity in the rice field located
in western of Sleman District that consist of Godean, Minggir, Moyudan and Seyegan Subdistrict. To
calculate the GHG inventory, primary and secondary data were needed by direct observation and
interviews to rice farmers as a population using simple random sampling methods. The data were
analyzed to determine the potential value of GHG emissions produced by the IPCC 2006 calculation
method. Analysis results from agricultural activities in four subdistricts of Sleman showed that the
total potential value of (CH4) emissions from rice yields resulted in 18,35 Gg CO2eq / year. The total
potential value of carbon dioxide (CO2) emissions from the yield of urea fertilizer on paddy field
yields 0.76 Gg CO2eq / year. While the total value of nitrous oxide (N2O) potential directly and
indirectly from soil management activity in paddy field yields 7,54 and 4,1 Gg CO2eq / year.

Key words : agriculture, emission,greenhouse gases,inventory.

1
Berdasarkan Badan Pusat Statistik,
pada tahun 2015 D.I. Yogyakarta memiliki
1. Pendahuluan
jumlah lahan persawahan sebesar 55,4 ribu
hektar yaitu : 10.366 Ha di Kabupaten
1.1 Latar Belakang Kulon Progo, 7.865 Ha di Kabupaten
Sektor pertanian di Indonesia Gunung Kidul, 15.225 Ha di Kabupaten
merupakan salah satu faktor penyumbang Bantul, 21907 Ha di Kabupaten Sleman,
emisi terbesar di atmosfer. Sektor dan 62 Ha di Kota Yogyakarta. Kabupaten
pertanian memberikan kontribusi 5% dari Sleman dipilih sebagai lokasi penelitian
total emisi GRK nasional dan 46,2% karena memiliki luasan sawah yang lebih
berasal dari lahan sawah (Environmental besar dibanding dengan kabupaten atau
Ministry 2010). Penggunaan pupuk dan kota lainnya di Yogyakarta.
pengolahan sisa hasil pertanian yang
dilakukan dengan cara bakar merupakan Lokasi sawah yang akan dijadikan
aktivitas yang menyebabkan emisi dari lokasi penelitian tepatnya berada di
sektor pertanian. Gas metana (CH4) adalah Kecamatan Godean dengan luas areal
salah satu gas rumah kaca yang cukup sawah sebesar 1260 Ha, Kecamatan
berperan setelah CO2. Metana diproduksi Minggir dengan luas areal sawah sebesar
sebagai akibat perubahan kondisi tanah 1384 Ha, Kecamatan Sayegan dengan luas
dari aerob menjadi anaerob secara areal sawah sebesar 1304 Ha, dan
bergantian dalam waktu yang relatif lama. Kecamatan Moyudan dengan luas areal
Kondisi tanah oksidatif tidak sawah sebesar 1399 Ha. Perhitungan emisi
menguntungkan pembentukan gas metana, dari sektor pertanian yang dilakukan pada
sebaliknya kondisi tabah reduktif sangat penelitian ini mengacu pada metode yang
menguntungkan bakteri metanogen dalam dikembangkan oleh IPCC tier 1 karena
menghasilkan gas metana (CH4). mudah dalam pengaplikasiannya. Data
aktivitas dikalikan dengan faktor emisi
Emisi sektor pertanian diperkirakan merupakan rumusan umum untuk
akan terus meningkat seiring dengan mendapatkan nilai emisi. Data aktivitas
peningkatan kebutuhan pangan. Oleh didapat berdasarkan hasil survei di daerah
karena itu, peningkatan metana di atmosfer kajian, data statistik dari sektor pertanian.
tersebut perlu diantisipasi mengingat Faktor emisi yang digunakan merupakan
pemanasan global yang ditimbulkannya default atau nilai yang ditetapkan dalam
per satu molekul gas metana di troposfer IPCC 2006. Pemilihan nilai faktor emisi
21 kali lebih tinggi daripada pemanasan disesuaikan dengan iklim di wilayah
satu molekul CO2. Laporan kementrian kajian.
lingkungan hidup tahun 2015 tentang nilai
emisi di Indonesia menujukkan bahwa 1.2 Tujuan Penelitian
sektor pertanian yang berasal dari kegiatan Tujuan dari penelitian ini yaitu:
budidaya padi sawah menyumbang 30,7%,
1. Menentukan jumlah potensi emisi
serta emisi NO2 langsung dari tanah yang
gas metana (CH4) dari hasil
dikelola menyumbang sebesar 29% (KLH
dekomposisi bahan organik pada
2015).
sawah.

2
2. Menenetukan jumlah potensi emisi menggunakan metode yang
gas karbon dioksida (CO2) dari dicantumkan pada IPCC
hasil penggunaan pupuk urea pada (intergovernmental Panel Climate
lahan sawah. Change).
3. Menentukan jumlah potensi emisi 3. Tempat yang menjadi lokasi
gas dinitrogen oksida (N2O) dari penelitian adalah kawasan
aktivitas pengelolaan tanah. persawahan sistem irigasi
4. Mengetahui strategi dan upaya Kecamatan Godean, Kecamatan
mitigasi dan adaptasi atas Minggir, Kecamatan Seyegan dan
perubahan iklim di sektor pertanian Kecamatan Moyudan Kabupaten
yang berkaitan dengan penurunan Sleman Daerah Istimewa
angka emisi gas rumah kaca. Yogyakarta
4. Penelitian ini menggunakan data
1.3 Manfaat Penelitian kuisioner dan wawancara dari
beberapa responden dan Dinas
Manfaat penelitian ini adalah sebagai
Pertanian Kabupaten Sleman
berikut:

1. Memberikan informasi terkait 2. Metode Penelitian


potensi gas rumah kaca dari 2.1 Metode Jumlah Sampel
budidaya padi sawah di
Dalam menentukan jumlah
Kabupaten Sleman Barat.
sampel kuisoner yang ada di
2. Bagi mahasiswa dapat
Kecamatan Godean, Moyudan,
memberikan informasi terkait
tindakan mitigasi dan adaptasi Minggir dan Seyegan di Kabupaten
pada sektor pertanian dalam Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
mengurangi emisi gas rumah ditentukan dengan menggunakan
kaca. rumus penentuan jumlah sampel dari
3. Memberi referensi untuk populasi yang dikembangkan dari
penelitian selanjutnya. Metode Slovin. Berikut merupakan
rumus dari metode Slovin tersebut
1.4 Ruang Lingkup adalah
Ruang lingkup dapat diuraikan
sebagai berikut : 𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1
1. Parameter yang digunakan adalah
Keterangan:
emisi gas metana (CH4), gas
n = Ukuran sampel
karbon dioksida (CO2) gas karbon
N = Ukuran Populasi (dari Kelompok
monoksida (CO) dan gas dinitrogen
Tani )
oksida (N2O)
d = Galat pendugaan 10 % = 0,1
2. Perhitungan potensi emisi gas
metana (CH4), karbon dioksida 2.2Metode Pengumpulan Data
(CO2) dan gas dinitrogen oksida
(N2O) di kawasan persawahan Analisis data yang diperlukan
Kabupaten Sleman bagian barat adalah survei dengan menggunakan
data primer dan data sekunder. Data

3
primer diperoleh dari aktivitas
petani padi melalui observasi langsung
di lapangan dan wawancara langsung Tabel 2.2 Aktivitas Sumber Emisi
dengan menggunakan daftar Data Sekunder
pertanyaan angket/kuisioner yang Aktivitas
No Sumber Jenis Data Sumber Data
telah disiapkan. Data primer berupa
Emisi
observasi di lapangan dapat dilihat Faktor koreksi
Studi literatur
pada Tabel 2.1 sebagai berikut: varietas
Faktor konversi untuk
Tabel 2. 1 Aktivitas Sumber Emisi Data penggunaan berbagai
Primer jenis bahan organik
Faktor skala IPCC (2006)
Data Primer berdasarkan rejim air
Aktivitas Faktor koreksi jenis
Sumber Lahan
No Sumber Jenis Data Data 1 tanah
Emisi Sawah
Dinas
Jenis varietas Pertanian
Jenis sawah Luas sawah padi
Kabupaten
irigasi Sleman
Kedalaman air Dinas
Lahan
1 Masa Pertanian
Sawah Kuisioner Luas panen
penggenangan Kabupaten
sebelum Sleman
penanaman Pemupukan
Jenis tanah 2 Faktor emisi urea IPCC (2006)
urea
Pemupuka Dosis urea Kuisioner Faktor emisi sawah
2
n urea Jenis Pupuk Kuisioner irigasi
Dosis pupuk N Emisi Fraksi pupuk N
Emisi
sintetik langsung sintetik
langsung
(urea,ZA,phonska dan tidak (urea,ZA,phonska)
dan tidak 3 IPCC (2006)
3 ) Kuisioner langsung Fraksi pupuk N
langsung
Dosis pupuk N N2O dari organik (Kandang )
N2O dari
organik tanah Faktor emisi N2O dari
tanah
(Kandang) deposit N pada tanah
dan permukaan air
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari
referensi yang berhubungan dengan
penelitian seperti literatur, jurnal dan
buku-buku yang dapat berhubungan 2.3 Metode Perhitungan IPCC 2006
dengan penelitian ini serta lembaga
Penelitian ini menggunakan
atau instansi yang terkait dengan
metode IPCC Guidelines 2006 dengan
penelitian ini yaitu Dinas Pertanian
pendekatan tier 1. Tier 1 adalah
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
penghitungan emisi GRK dengan
Yogyakarta. Data sekunder berupa
menggunakan persamaan dasar (basic
data pendukung dari data primer
equation) dan default EF (emission
dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai
factor) yang disediakan dalam IPCC
berikut:
Guidelines. Perhitungan emisi GRK
meliputi emisi CH4 dari budidaya padi

4
sawah, emisi CO2 dari pemupukan urea MUrea = Jumlah pupuk Urea
dan emisi N2O dari pengelolaan tanah. yang diaplikasikan, ton
per tahun
2.3.1 Emisi Metan dari Pengelolaan EFUrea = Faktor emisi, ton C
Padi Sawah per (Urea). Default
IPCC (Tier 1) untuk
faktoremisi urea adalah
CH4Rice = A x t x EFi x 10-6 x 21
0.20 atau setara dengan
Keterangan: kandungan karbonpada
pupuk urea berdasarkan
CH4 Rice = Emisi metan dari budidaya berat atom (20% dari
padi sawah, Gg CH4 per CO(NH2)2).
tahun 10 -3 = Konversi ke dalam
Ai,j,k = Luas panen padi sawah CO2-equivalen (CO2e)
untuk kondisi I, j, dan k; ha dengan menggunakan
per tahun nilai Global Warming
Potential (GWP).
ti,j,k = Lama budidaya padi sawah
untuk kondisi I, j, dan k; hari 2.3.3 Emisi Dinitrogen Oksida
(N2O) Langsung dari
EFi,j,k = Faktor emisi untuk kondisi Pengelolan Tanah
I, j, dan k; kg CH4 per hari
N2ODirect-N = N2O-NN input
i, j, dan k= Mewakili ekosistem
= {[(FSN + FON + FCR) x EF1FR]}x 10-
berbeda: i: rezim air, j: jenis 6
x 310
dan
Keterangan:
jumlahpengembalianbahan
organik tanah, dan k: kondisi N2O- Direct = Emisi tahunan N2O
lain di manaemisi CH4 dari langsung dari tanah
padi sawah dapat bervariasi yang dikelola, kg N2O-
N per tahun.
21 = Konversi ke dalam CO2-
equivalen (CO2e) dengan N2O-NNinput= Emisi tahunan N2O
menggunakan nilai Global langsung dari input N
Warming Potential (GWP) ke tanah yang
dikelola,kg N2O-N per
2.3.2 Emisi Karbondioksida (CO2)
tahun.
dari Penggunaan Pupuk Urea
FSN=Jumlah tahunan pupuk sintetik N
CO2-Emission = (MUrea x EFUrea) x 10-3
yang diaplikasikan ke
Keterangan : tanah ,kg N per tahun.
CO2-Emission= Emisi C tahunan dari
FON = Jumlah tahunan dari pupuk
aplikasi Urea, ton CO2
kandang, kompos, urin,
per tahun
kotoran ternak, dan N

5
organik lainnya yang urin, kotoran ternak, dan
diaplikasikan ke tanah, N organik lainnya yang
kg N per tahun. diaplikasikan ke tanah,
kg N per tahun.
FCR = Jumlah tahunan dari sisa
tanaman(di atas tanah FCR = Jumlah tahunan dari
dan di bawah sisa tanaman(di atas
tanah),termasuk tanah dan di bawah
tanaman yang tanah),termasuk tanaman
memfiksasi N dan dari yang memfiksasi N dan
pembaharuan hijauan dari pembaharuan
atau padang rumput, kg hijauan atau padang
N per tahun. rumput, kg N per tahun.

EF1FR = Faktor emisi untuk emisi FracGASF = Fraksi pupuk N sintetis


N2O input N untuk sawah yang bervolatisasi sebagai
irigasi,kg N2O-N per (kg NH3 dan NOx, kg N
N input). tervolatisasi per kg N yang
digunakan.
310 = Konversi ke dalam CO2-
equivalen (CO2e) dengan FracGASM = fraksi pupuk organik N
menggunakan nilai Global (FON) dan urin dan
Warming Potential (GWP) korotan ternak yang
dideposit ternak (FPRP)
2.3.4 Emisi Dinitrogen Oksida yang tervolatisasi
(N2O) Tidak Langsung sebagai NH3 and NOx,
dari Pengelolan Tanah kg N tervolatisasi per kg
of N yang diaplikasikan
atau dideposit.
N2O-Indirect = (N2O(ATD)-N )
=[(FSN x FracGASF)+((FON + FCR)x EF4 = faktor emisi N2O dari
FracGASM)]x EF4 x 10-6 x 310 deposit N pada tanah dan
permukaan air, [kg N–
Keterangan: N2O per (kg NH3–N +
N2O-Indirect = Emisi tahunan N2O NOx–N volatilised)].
langsung dari tanah
yang dikelola, kg N2O- 310 = Konversi ke dalam CO2-
N per tahun equivalen (CO2e) dengan
menggunakan nilai Global
FSN = Jumlah tahunan pupuk Warming Potential
sintetik N yang (GWP).
diaplikasikan ke tanah
,kg N per tahun

FON = Jumlah tahunan dari


pupuk kandang, kompos,

6
3. Hasil dan Pembahasan Aktivitas
No Perilaku Petani Padi
Pertanian
3.1 Emisi CH4 dari Pengelolaan Padi
Waktu pemanenan
Sawah ditandai apabila 90%
menguning
3.1.1Aktivitas Budidaya Padi Sawah - pemotongan padi
Proses aktivitas pertanian yang dengan menggunakan
dilakukan petani padi di lahan persawahan 4 Pemanenan sabit
4 Kecamatan Kabupaten Sleman bagian - perontokan gabah
barat (Kecamatan Godean, Kecamatan dengan mesin treser
Moyudan, Kecamatan Minggir dan - penggilingan padi
dengan menggunakan
Kecamatan Seyegan) dapat dilihat pada
rubber roll
tabel 3.1 Sisa tanaman seperti
gulma, rumput, dan
Tabel 3. 1 Pola Aktivitas Budidaya Petani
jerami dikumpulkan
Padi
untuk pakan ternak.
Aktivitas Sisa yang tertinggal
No Perilaku Petani Padi diarea persawahan
Pertanian
Pembajakan Pemupukan dibenamkan < 30 hari
menggunakan sapi 5 sisa hasil untuk digunakan
atau traktor tangan. pertanian kembali saat olah
Pengelolaan Waktu untuk tanah berikutnya
1
Tanah pengolahan tanah dengan tujuan jamur
dalam satu desa di atau penyakit yang
empat kecamatan ini menyerang tanah bisa
antara15-20 hari. hilang dan tanah
Dengan tanam pindah kembali subur.
hasil persemaian bibit Sumber : Hasil Analisis Wawancara
selama 3 hari
menggunakan sistem 3.1.2 Hasil Potensi Emisi Gas metana
jajar legowo 2:1 satu (CH4) dari Pengelolaan Padi Sawah
baris kosong diselingi
Hasil emisi gas CH4 di 4
oleh dua baris
tanaman padi dan Kecamatan Kabupaten Sleman bagian
sebagian lagi barat (Kecamatan Godean, Kecamatan
2 Cara Tanam Moyudan, Kecamatan Minggir dan
menerapkan sistem
legowo 4:1 apabila Kecamatan Seyegan. Kecamatan Godean
diselingi empat baris sebesar 4,76Gg CO2eq/tahun, Kecamatan
tanaman dengan jarak Minggir sebesar 5,61Gg CO2eq/tahun,
antar tanaman 20 cm
Kecamatan Moyudan sebesar 4,27 Gg
– 25 cm. Penanaman
2-3 bibit tiap CO2eq/tahun, dan Kecamatan Seyegan
lubangnya dengan sebesar 3,71Gg CO2eq/tahun. Total
kedalaman 2cm-5cm. keseluruhan emisi gas CH4 yang
Pemupukan, dihasilkan sebesar 18,35 Gg CO2eq/tahun
3 Pemeliharaan pengairan dan Untuk perbandingan emisi gas CH4 tiap
pengendalian hama Kecamatan di Kabupaten Sleman bagian
barat dapat dilihat pada gambar 3.1

7
Emisi Gas Metan (CH4)
1200 Kecamatan Sleman Utara

Gg CO2eq/tahun
1000
Tertinggi Terendah
dalam
800
Kecamatan
600 Pakem Turi
400
200 Terus
4.76 4.27 3.71 5.61 Pengairan Terus menerus
0
Godea Moyud Mingg Seyega
menerus
n an ir n
Luas Panen (ha/tahun) 853 957 991 808
Jenis Tanah Andisols Andisols
Emisi Gas Metan CH4
(Gg CO2 eq/th)
4.76 4.27 3.71 5.61 Varietas Ciherang Ciherang
Lama budidaya padi
250 250 240 240 Emisi CH4 dari
(hari/tahun) 2.69 Gg 0,70 Gg
aktivitas padi
CO2eq/tahun CO2eq/tahun
sawah
Gambar 3. 1 Emisi CH4 dari pengelolaan Total emisi 7,19 Gg CO2eq/tahun
padi sawah (Gg CO2 eq/tahun tiap
2,1 x 10-3 ton CO2eq/ton
kecamatan di Kabupaten Sleman bagian Total emisi
produksi
barat) Total emisi per 4,4607 x 10-3 Gg
ha CO2eq/tahun/ha
Berdasarkan grafik di atas
Total luas
Kecamatan Minggir menyumbang angka 1771 ha
panen
emisi terbesar senilai 5,61 Gg Total Produksi 36.855 ton/tahun
CO2eq/tahun. Sedangkan yang
menyumbang nilai emisi paling kecil
Perbandingan penelitian ini
adalah Kecamatan Seyegan yaitu sebesar
digunakan sebagai titik acuan untuk
3,71 Gg CO2eq/tahun. Perbedaan jumlah
menunjukkan bahwa faktor luas panen
emisi yang dihasilkan adalah karena
dapat mempengaruhi jumlah potensi
jumlah bahan organik seperti pupuk
emisi gas CH4 yang dihasilkan dari
kandang, kompos yang digunakan petani
aktivitas budidaya padi sawah.
selama masa budidaya padi berbeda.
Didukung oleh pernyataan Kludze et
Tabel 3.1.2 Perbandingan Emisi al. (1993) yang menyebutkan bahwa
CH4 fluks gas CH4 global di lahan sawah
20% berasal dari peningkatan luas
Kabupaten Sleman Barat panen. Emisi gas CH4 juga dipengaruhi
Tertinggi Terendah oleh budidaya tanaman seperti
Kecamatan pengelolaan air (Sass et al., 1992;
Minggir Seyegan
Pengairan Berselang Berselang Suharsih et al., 1999), penggunaan
Jenis Tanah Inceptisols Inceptisols varietas padi dan karakteristik tanah
Varietas Mekongga Mekongga (Yagi dan Minami, 1990). Besarnya
Emisi CH4 dari emisi gas CH4 dari lahan sawah,
5,37 Gg 3,71 Gg
aktivitas padi bergantung dari cara budidaya seperti
sawah CO2eq/tahun CO2eq/tahun
bahan organik yang digunakan
Total emisi 18,35 Gg CO2eq/tahun (Wiharjaka et al., 1999a), penggunaan
4,5 x 10-3 ton CO2eq/ton varietas padi (Wiharjaka et al., 1999b),
Total emisi
produksi jenis dan frekuensi pemberian pupuk N
Total emisi per 5,0831 x 10-3 Gg
ha
(Setyanto et al., 1999).
CO2eq/tahun/ha
Total luas Penerapan sistem pengairan
3.610 ha berselang seperti yang dikemukakan
panen
Total Produksi 39.978 ton/tahun oleh Naharia (2004) dapat menekan

8
emisi gas metana bila dibandingkan berpengaruh pada hasil produksi. Tanah
dengan perlakuan pengairan tergenang. yang telah diolah berkali-kali tentunya
Adanya pengeringan pada sistem tidak bisa memenuhi unsur hara yang
pengairan berselang mampu dibutuhkan oleh tanaman padi. Maka dari
menghambat turunnya potensial redoks itu petani berupaya untuk meningkatkan
tanah, sehingga tidak terjadi kondisi kesuburan tanah dengan memberikan
optimal bagi perkembangan bakteri pupuk kimia dan juga pupuk organik.
pembentuk metan dan suplai oksigen Unsur N, P, K, dan S di dapatkan dari
optimal (Wang et al., 1992). Selain pupuk pabrik atau pupuk kimia, sedangkan
sistem pengairan pembenaman jerami unsur hara mikro didapatkan dari pupuk
padi pada lahan persawahan setelah organik atau pupuk kandang. Dari survei
panen juga diduga merupakan substrat lapangan dan hasil kuisioner menunjukkan
utama pembentukan CH4 (Weber et al. bahwa 4 jenis pupuk yang digunakan oleh
2001) dimana petani biasa petani di Kabupaten Sleman Barat yakni
membenamkan jerami setelah panen Urea, NPK ponska, SP – 36, dan ZA.
sebagai pupuk tambahan.
Beberapa sifat tanah yang tidak Berdasarkan survei di lapangan dan
menguntungkan bagi terbentuknya gas wawancara dalam satu kali masa tanam
metana antara lain : (1) konduktivitas petani melakukan dua kali pemupukan :
tanah < 4 mS/cm saat tergenang, (2) pH pemupukan pertama dilakukan saat padi
< 6,5, (3) mempunyai mineral feritik, berusia 2 minggu atau kira-kira 15 hari
gibsitik, feroginus atau oksidik, (4) setelah tanam lalu pemupukan kedua
mengandung liat kaolimit atau haloisit dilakukan pada 30-35 hari setelah tanam.
< 40%, (5) kandungan liat > 18% pada Penggunaan pupuk akan lebih banyak saat
regim kelembaban epiaquik. Kondisi pemupukan awal karena berkaitan dengan
demikian biasanya ditemukan pada ketersediaan hara untuk pertumbuhan
jenis tanah Oksisol, Ultisol, dan tanaman. Dari hasil wawancara dengan
beberapa jenis tanah aridisol, Entisol, petani diketahui penggunaaan urea per
dan Inceptisols. Jenis tanah yang 1000 m untuk masing-masing kecamatan
diduga sesuai bagi pembentukan adalah antara 15-20 Kg pada pemupukan
metana adalah ordo Entisol, Histosol, pertama dan 10kg-15kg pada pemupukan
Inceptisol, Alfisol, Vertisol, dan kedua. Untuk jenis pupuk NPK diberikan
Mollisol (Neue et al, 1990). sekitar 15kg-30kg selama masa budidaya.
Apabila daun sudah berwarna hijau atau
berada pada skala 3 pada bagan warna
3.2 Emisi Karbondioksida (CO2) dari
daun (BWD 4 skala) maka tanaman tidak
Penggunaan Pupuk Urea Pada Lahan
perlu diberi pupuk N (urea) karena
Sawah Padi
tanaman dapat memperoleh hara N dari
3.2.1 Aktivitas Pemupukan Pada Lahan tanah. Pemakaian pupuk kimia membuat
Sawah tanah menjadi tandus oleh karena itu
Tanaman padi mebutuhkan unsur petani memberikan pupuk organik seperti
hara yang cukup untuk mendukung petrorganikantara 200kg per 1000 m atau
pertumbuhan yang nantinya akan pupuk kandang antara 1000 ton – 5000 ton
per 1000 m sebagai pupuk dasar pada

9
pemupukan awal. Para petani di wilayah emisi yang disumbangkan yaitu 0,24
Kabupaten Sleman Barat pada umumnya Gg CO2eq/tahun, 0,20 Gg CO2eq/tahun,
lebih memilih membawa kotoran sapi 0,19 Gg CO2eq/tahun dan 0,13 Gg
langsung tanpa terlebih dahulu diolah CO2eq/tahun. Kecamatan Moyudan
menjadi kompos. memiliki luas sawah terbesar kedua dan
juga dalam budidaya pertanian dalam
3.2.2 Hasil Potensi Emisi Gas Karbon penggunaan urea cukup tinggi sehingga
Dioksida (CO2) dari Penggunaan Pupuk emisi yang dihasilkan lebih besar.
Urea Pada Lahan Sawah Padi Untuk kecamatan lainnya tidak begitu
Emisi CO2 dari penggunaan pupuk jauh berbeda karena memang aktifitas
urea tiap Kecamatan di Kabupaten Sleman data seperti luas sawah dari masing-
bagian barat menunjukkan nilai yang masing kecematan tidak memiliki
relatif berbeda, yaitu Kecamatan Godean perbedaan signifikan begitu juga
Godean sebesar 0,13Gg CO2eq/tahun, dengan penggunaan urea untuk masing-
Kecamatan Minggir sebesar 0,20Gg masing kecamatan juga menggunakan
CO2/tahun,Kecamatan Moyudan sebesar urea dengan rekomendasi yang tidak
0,24Gg CO2eq/tahun, dan Kecamatan begitu jauh berbeda.
Seyegan sebesar 0,19Gg CO2eq/tahun.
Sehingga total keseluruhan emisi CO2dari Tabel 3.2.2 Tabel Perbandingan
penggunaan pupuk urea yang dihasilkan CO2
sebesar 0,76Gg CO2eq/tahun. Untuk
Kabupaten Sleman Barat
perbandingan emisi gas CO2 dari
penggunaan pupuk urea tiap Kecamatan di Tertinggi Terendah
Kecamatan
Kabupaten Sleman bagian barat dapat Moyudan Godean
dilihat pada gambar 3.3. Penggunaan
1007 ton 647 ton
urea
Emisi Gas Karbon Dioksida

1500 Emisi C O2dari 0,13 Gg


0,24 Gg
Gg CO2eq/tahun

penggunaan CO2eq/tahu
(CO2) dalam

1000 CO2eq/tahun
pupuk urea n
500 Total
0.13 0.24 0.20 0.19 penggunaan 3613 ton
0 Godea Moyu Ming Seyeg
pupuk urea
n dan gir an Total Emisi C
Dosis Urea (Ton/Tahun) 647 1007 1048 911
Emisi Gas Karbon
O2dari 0,76 Gg CO2eq/tahun
0.13 0.24 0.20 0.19
Dioksida (CO2) penggunaan
Luas Sawah (ha) 1260 1400 1384 1304
pupuk urea
1,9 x 10-5 ton CO2eq/ton
Total emisi
Gambar 3. 2 Emisi CO2 penggunaan produksi
pupuk urea (Gg CO2 eq/tahun) tiap Total produksi 39.978 ton/tahun
kecamatan di Kabupaten Sleman bagian
Kabupaten Sleman Utara
barat
Tertinggi Terendah
Kecamatan
Kecamatan yang menyumbang Tempel Turi
emisi CO2 terbesar adalah Kecamatan Pengunaan urea 1144 ton 185 ton
Moyudan disusul oleh Kecamatan
Emisi CO2 dari 0,22 Gg 0,036 Gg
Minggir, Kecamatan Seyegan dan penggunaan CO2eq/tahun CO2eq/tahu
Kecamatan Godean. Masing-masing

10
pupuk urea n 3.3 Emisi Dinitrogen Oksida (N2O) dari
Total Pengelolan Tanah
penggunaan 2603 ton
pupuk urea 3.3.1 Hasil Potensi Emisi Gas Dinitrogen
Total Emisi C Oksida (N2O) Langsung Dari Aktivitas
O2dari Pengelolaan Tanah
0,52 Gg CO2eq/tahun
penggunaan Hasil perhitungan emisi gas N2O
pupuk urea
1,4x 10-4 ton CO2eq/ton langsung dari pengelolaan tanah untuk
Total emisi masing-masing Kecamatan di Kabupaten
produksi
Total produksi 36.855 ton/tahun Sleman Barat yaitu untuk Kecamatan
Perbandingan penelitian ini Godean sebesar 1,70 Gg CO2eq/tahun,
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Kecamatan Minggir sebesar 2,07 Gg
urea pada sawah dapat mempengaruhi CO2eq/tahun, Kecamatan Moyudan
jumlah potensi emisi gas CO2 yang sebesar 1,96 Gg CO2eq/tahun, dan
dihasilkan. Semakin besar jumlah dari Kecamatan Seyegan sebesar 1,82 Gg
total penggunaan pupuk urea semakin CO2eq/tahun. Sehingga total emisi yang
besar juga nilai emisi yang dihasilkan. disumbangkan oleh Kabupaten Sleman
Peningkatan CO2 dapat menurunkan Sebesar 7,55 Gg CO2eq/tahun. Untuk
pembentukan metana akibat kurang nya perbandingan emisi gas N2O langsung dari
asam-asam organik yang dihasilkan pengelolaan tanah tiap Kecamatan di
selama proses mineralisasi bahan Kabupaten Sleman dapat dilihat pada
organik (Neue & Scharpenseel, 1984). gambar 3.4.
Dalam produksi CO2 terjadi
Emisi Gas Dinitrogen Oksida

1600000
peningkatan pH ke alkalis dan 1400000
(Gg CO2 eq/tahun)
langsung dalam

1200000
1000000
penurunan redoks potensial tanah yang 800000
600000
400000
diduga dapat meningkatkan emisi 200000 1.70 1.95 2.07 1.82
0
Gode Moyu Ming Seyeg
metana. (Schultz et al. 1989). Senyawa an dan gir an
Total Pupuk Organik (Kg
organik tambahan dalam tanah juga N/th)
1293151 1393827 1500385 1337022

berkontribusi dalam meningkatkan Total Jumlah Jerami (Kg


N/th)
477845.00 49828.00 51956.00 50260.00

emisi CO2 dari lahan sawah. Nisbah Emisi N2O Langsung (Gg
CO2 eq/th)
1.70 1.95 2.07 1.82

pembentukan CO2 dipengaruhi oleh Total Pupuk Sintesis (Kg


N/th)
490,820 662,720 669,413 570,702

nisbah kapasitas oksidasi yang


mencakup jumlah O2 tereduksi, NO3-, Gambar 3. 3 Emisi N2O langsung dari
Mn4+, Fe3+ menjadi kapasitas reduksi pengelolaan tanah (Gg CO2 eq/tahun) tiap
(Takai cit Neue & Roger, 1994). Kecamatan di Kabupaten Sleman bagian
Akumulasi CO2 dalam jumlah besar barat)
mempengaruhi kesetimbangan kimiawi
hampir semua kation bivalen (Ca2+, Kecamatan yang menyumbang
Mg2+, Fe2+, Mn2+, Zn2+) (Parashar et emisi N2O langsung terbesar adalah
al., 1991). kecamatan Minggir 2,07 Gg CO2eq/tahun.
Sedangkan emisi yang terkecil
disumbangkan oleh kecamatan Godean
sebesar 1,70Gg CO2eq/tahun. Petani
Kecamatan Minggir melakukan budidaya

11
padi sebanyak dua kali dalam satu tahun Total emisi
1,32 Gg CO2eq/tahun
(padi-palawija-padi).Masa tanam pertama N2O
di kecamatan Minggir jatuh pada musim Total emisi 3,5 x 10-4 ton CO2eq/ton
N2O produksi
kemarau berkepanjangan selama 4 bulan
Perbandingan penelitian ini
dari agustus sehingga tanah membutuhkan
menunjukkan bahwa pemberian pupuk
jumlah pupuk lebih banyak untuk
nitrogen diketahui dapat mempengaruhi
meningkatkan hasil produktivitas.
emisi N2O dari persawahan padi.
Pemberian unsur N yang meningkat karena
Semakin besar jumlah dari total
pemakaian pupuk tentunya meningkatkan
penggunaan pupuk N semakin besar
angka emisi.
juga nilai emisi yang dihasilkan.
Penggunaan pupuk nitrogen
Tabel Perbandingan N2O Langsung
berhubungan dengan luas sawah,
Kabupaten Sleman Barat
semakin luas sawah dalam kondisi
Tertinggi Terendah
Kecamatan tanah yang kurang subur maka
Minggir Godean
Emisi penggunaan pupuk nitrogen pun
2,07 Gg 1,70 Gg
N2Olangsung meningkat. Setyaningsih et al. (2010)
dari tanah CO 2eq/tahun CO 2eq/tahun
menyatakan bahwa bentuk dan jumlah
Pupuk N 669,595 (Ton 490,820 (Ton
pupuk nitrogen yang berlebihan beserta
Sintetis N/tahun) N/tahun)
Pupuk N 1.500.385 1.293.151(Ton cara pemberiannya dapat
organik (Ton N/tahun) N/tahun) mempengaruhi emisi N2O di
51.956 (Ton 47.845 (Ton persawahan padi. Jumlah anakan
Jerami
N/tahun) N/tahun)
dipengaruhi oleh kadar nitrogen dalam
Total pupuk
2.394.277 (Ton N/tahun) tanaman dan dosis pupuk nitrogen yang
N sintesis
Total pupuk diberikan (Abdurachman 2005). Pada
5.524.385 (Ton N/tahun)
N organik perlakuan pupuk, bakteri, ketersediaan
Total jerami 199.889 (Ton N/tahun) nutrisi dipengaruhi oleh tanah dan
Total emisi
7,55 Gg CO2eq/tahun mikroorganisme lokal di dalamnya.
N2O
Total emisi 1,8 x 10-3 ton CO2eq/ton Mikroorganisme tanah ini terutama
N2O produksi berperan dalam dekomposisi bahan
Kabupaten Sleman Utara organik, mineralisasi, dan proses daur
Tertinggi Terendah materi (Buée et al. 2009).
Kecamatan
Pakem Turi
Ponnamperurna (1965) mengemukakan
Emisi
0,85 Gg 0,041 Gg bahwa ketersediaan nitrogen pada tanah
N2Olangsung
dari tanah CO2eq/tahun CO2eq/tahun tergenang dengan meningkatnya
Pupuk N 635.350 (Ton 32.343 (Ton kandungan N-total tanah, pH dan suhu.
sintesis N/tahun) N/tahun)
Pupuk N 748.500 (Ton 36.655 (Ton
organik N/tahun) N/tahun)
3.3.2 Hasil Potensi Emisi Gas Dinitrogen
86.328 (Ton 18.814 (Ton
Jerami Oksida (N2O) Tidak Langsung Dari
N/tahun) N/tahun)
Total pupuk Aktivitas Pengelolaan Tanah
521.950 (Ton N/tahun)
N sintesis Hasil perhitungan emisi gas N2O
Total pupuk tidaklangsung dari pengelolaan tanah di
1.585.155 (Ton N/tahun)
N organik
tiap kecamatan menunjukkan bahwa
Total jerami 203.491 (Ton N/tahun)
Kecamatan Minggirdengan nilai emisi

12
sebesar 1,11Gg CO2eq/tahun,Kecamatan Tabel 3.3.2 Perbandingan Emisi
Moyudan sebesar 1,04 Gg N2O Tidak Langsung
CO2eq/tahun,Kecamatan Seyegan sebesar
0,99 Gg CO2eq/tahun, dan Kecamatan Kabupaten Sleman Barat
Godean sebesar 0,92 Gg CO2 eq/tahun. Tertinggi Terendah
Kecamatan
Total keseluruhan emisi gas N2O tidak Minggir Godean
Emisi N2O
langsung dari pengelolaan tanah yang
tidak 1,11 Gg 0,92 Gg
dihasilkan sebesar 4,1Gg CO2eq/tahun. langsung CO2eq/tahun CO2eq/tahun
Untuk perbandingan emisi gas N2O tidak dari tanah
langsung dari pengelolaan tanah tiap Pupuk N 669,595 (Ton 490,820 (Ton
Sintetis N/tahun) N/tahun)
Kecamatan di Kabupaten Sleman dapat
Pupuk N 1.500.385 1.293.151(To
dilihat pada gambar 3.5 organik (Ton N/tahun) n N/tahun)
51.956 (Ton 47.845 (Ton
Jerami
Emisi Gas N2O tidak

(Gg CO2 eq/tahun)

1600000 N/tahun) N/tahun)


langsung dalam

1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000 0.92 1.04 1.11 0.99 Total pupuk
200000
0 2.394.277 (Ton N/tahun)
Gode Moy Ming Seye N sintesis
an udan gir gan
Total Pupuk Organik Total pupuk
(Kg N /th)
1293151 1393827 1500385 1337022 5.524.385 (Ton N/tahun)
N organik
Total Jumlah Jerami (Kg
477845.00 49828.00 51956.00 50260.00
N/th) Total jerami 199.889 (Ton N/tahun)
Emisi N2O Tidak
Total
Langsung (Gg CO2 0.92 1.04 1.11 0.99 39.978 Ton/tahun
eq/th) produksi
Total Pupuk Sintesis
(Kg N/th)
490,820 662,720 669,413 570,702 Total emisi
4,1 Gg CO2eq/tahun
N2O
Total emisi 1,0 x10-3 ton CO2eq/ton
Gambar 3. 4 Emisi N2O tidak langsung
N2O produksi
dari pengelolaan tanah (Gg CO2 eq/tahun)
Kabupaten Sleman Utara
tiap Kecamatan di Kabupaten Sleman
Tertinggi Terendah
bagian barat Kecamatan
Pakem Turi
Kecamatan yang menyumbang Emisi N2O
tidak 0,42 Gg 0,06 Gg
emisi N2O tidak langsung terbesar adalah langsung CO2eq/tahun CO2eq/tahun
Kecamatan Minggir yaitu sebesar 1,11 Gg dari tanah
CO2e/tahun. Hal ini dikarenakan Pupuk N 635.350 (Ton 32.343 (Ton
penggunaan unsur hara N dari pupuk sintesis N/tahun) N/tahun)
Pupuk N 748.500 (Ton 36.655 (Ton
organik dan pupuk sintesis di kabupaten organik N/tahun) N/tahun)
ini paling besar sehingga angka emisi yang 86.328 (Ton 18.814 (Ton
Jerami
dihasilkannya pun juga besar. Ditambah N/tahun) N/tahun)
dengan kondisi lahan basah serta Total pupuk
521.950 (Ton N/tahun)
N sintesis
pengelolaan sawah yang
Total pupuk
sempurnamenyebabkan keadaan tanah 1.585.155 (Ton N/tahun)
N organik
bersifat anaerobik sehingga Total jerami 203.491 (Ton N/tahun)
mikroorganisme denitrifikasi autotropik Total
36.855 Ton/tahun
mendapatkan energi lalu mengubahnya produksi
dalam nitrat untuk proses oksidasi Total emisi
0,8627 Gg CO2eq/tahun
N2O
senyawa anorganik (N2O) secara tidak
Total emisi 2,3x 10-4 ton CO2eq/ton
langsung ke atmosfer. N2O produksi

13
Perbandingan penelitian inidengan perlakuan pengairan tergenang.
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk N Pengeringan pada pengairan berselang
sintesis, organik pada sawah dan luas arealmenghambat turunnya potensial redoks
tanam dapat mempengaruhi jumlah potensi tanah sehingga tidak terjadi kondisi
emisi gas N2O yang dihasilkan. Semakin optimal bagi aktivitas bakteri. Hal ini
besar jumlah dari total penggunaan pupuk sejalan dengan penelitian Orbanus Naharia
organik, urea, dan jerami semakin besar (2005) menyatakan bahwa pengairan
juga nilai emisi yang dihasilkan. berselang dan pengairan macak-macak
pada budidaya padi sawah dapat menekan
4.1 4. Mitigasi dan Adaptasi Emisi Gas emisi gas CH4. Pengairan berselang
Rumah Kaca mampu memitigasi emisi gas CH4 sebesar
Mitigasi merupakan suatu upaya 56,3%, sedangkan pengairan macak-macak
yang dapat dilakukan untuk menurunkan dapat memitigasi gas CH4 sebesar 54,6%.
emisi gas rumah kaca tanpa mengurangi Varietas padi rendah emisi memiliki ciri
produksi. Dari lima sektor utama yang ciri umum yakni berumur genjah, efektif
menjadi perhatian salah satu nya adalah memanfaatkan hasil fotosintesis, jumlah
sektor pertanian. Sektor pertanian akan anakan sedikit dan memiliki kapasitas
dihadapkan pada masalah menurunnya oksidasi perakaran yang kuat (Setyanto,
produksi pertanian (beras). Penurunan 2008). Beberapa varietas yang telah diteliti
produksi mengakibatkan harga pangan menghasilkan emisi GRK yang rendah
naik. Untuk sektor pertanian sendiri adalah IR 64, Dodokan, Tukad Balian,
ditargetkan pada tahun 2020 bisa Batanghari, Ciherang dan Inpari 1. Secara
menyumbang penurunan sebanyak 0,011 keseluruhan kajian di Balingtan
Gton CO2e. Upaya mitigasi pada sektor menunjukkan bahwa penggantian varietas
pertanian yang dapat dilakukan sesuai padi mampu menekan laju emisi CH4
dengan Kyoto protocol adalah dengan sebesar 10-66%. Selain itu, Pemakaian
penerapan teknologi budidaya seperti bahan organik yang sudah mengalami
penanaman varietas, pengolahan lahan dan dekomposisi lanjut atau matang juga
air dengan tingkat emisi GRK yang lebih berperan menurunkan emisi sebesar 10-
rendah. (Las, 2007) 25%. Persiapan lahan tanpa olah tanah
4.1.1 Upaya Mitigasi Emisi Metana pada Padi memiliki pori mikro sebesar 50-1 OOum
Sawah yang dapat berfungsi sebagai penghubung
Langkah-langkah mitigasi yang antar profil tanah dan memilki ukuran
dapat dilakukan untuk menekan emisi gas agregat yang lebih besar (§ 0,40 - 1,08
metana adalah dengan melakukan mm) memungkinkan aliran udara sehingga
pengairan berselang (Intermitten). seleksi tercipta suasana aerob (Beare et al., 1994).
varietas yang masa tanamnya pendek4.1.2 Upaya Mitigasi Emisi Karbon Dioksida
sehingga tidak memerlukan banyak air (CO2) dari Pemakaian Pupuk Urea
selama budidaya, penggunaan bahan Pada Lahan Padi Sawah
organik matang (kompos) dan pupuk Untuk menekan emisi gas CO2
kandang dengan rasio C/N rendah dan dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk
dengan persiapan lahan tanpa olah tanah. anorganik dalam jumlah yang tepat dan
Sistem pengairan berselang dapat menekan pemberiannya dalam waktu yang tepat
emisi gas metana bila dibandingkan sehingga lebih efisien . Pemberian pupuk

14
yang tepat yaitu pada pukul 10 pagi atau dalam keadaan cukup hara N. Pupuk
jam 3 sore (litbang pertanian) . (Wassman diberikan berdasarkan kandungan N dalam
et al. 1993) menyebutkan bahwa daun tanaman yang ditunjukkan oleh
pembenaman jerami ke dalam tanah akan penampakan warna daun. Penentuan
meningkatkan laju emisi gas CO2 kondisi tanaman kurang atau
dibandingkan pemberian pupuk kandang tidaknyaterhadap N dilakukan dengan
atau kompos. Untuk itu upaya mitigasi lain menggunakan chlorophyll meter (SPAD)
yang dapat dilakukan ialah dengan yang dapat mendeteksi kandungan hara
mengurangi jumlah penggunaan jerami tanaman. Metode terakhir ini kemudian
padi sisa panen yang dibenamkan tanpa dimodifikasi dengan suatu alat berupa
proses pengomposan. bagan warna daun (BWD) atau leaf color
4.7.3 Upaya Mitigasi Emisi Dinitrogen Oksida chart (LCC). Pengamatan unsur hara yang
(N2O) Langsung dan Tidak Langsung dibutuhkan dengan bagan warna daun
dari Pengelolan Tanah (BWD) lebih efisien daripada pemberian N
Pemberian pupuk N yang secara konvensional (terjadwal) atau cara
berlebihan ini menyebabkan efisiensi petani. Pemberian pupuk N yang
pupuk menurun serta membahayakan didasarkan pada skala BWD dapat
tanaman dan lingkungan (FFTC dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
Anonim 2000a). Efisiensi pemupukan N 10−53% dibanding takaran
yang dilakukan dilahan sawah akan rekomendasi. (Jurnal Litbang, 2003).
menekan kehilangan N pada lahan sawah Selain dengan BWD dapat juga dilakukan
baik dari proses pelindian, volatilisasi dan pengamatan dengan LCC yang dapat
denitrifikasi. Upaya untuk meningkatkan menekan uunsur N yang hilang. LCC
efisiensi penggunaan pupuk N dapat berfungsi untuk menentukan takaran
dilakukan dengan menanam varietas pupuk N dan waktu pemupukan dengan
unggul yang tanggap terhadap pemberian cara membandingkan warna daun padi
N serta memperbaiki cara budi daya dengan skala warna pada alat yang sudah
tanaman, yang mencakup pengaturan diketahui korelasinya dengan kandungan
kepadatan tanaman, pengairan yang tepat, hara tanaman. Dilaporkan bahwa
serta pemberian pupuk N secara tepat baik penggunaan alat ini mampu menghemat N
takaran, cara dan waktu pemberian sekitar 15-20 persen. (Yoshida, 1981).
maupun sumber N yang sesuai dengan
kondisi lapangan. Menurut Partohardjono
5. Kesimpulan dan Saran
dan Fitts (1974), penggunaan pupuk urea
berlapis belerang dapat melepas N secara 5.1 Kesimpulan
lambat dapat meningkatkan efisiensi Berdasarkan pada penelitian ini, dapat
penggunaan N pada padi sawah. Lebih ditarik beberapa kesimpulan antara lain
lanjut Partohardjono et al. (1981) yaitu :
menyatakan bahwa efisiensi penggunaan N
meningkat bila pupuk N diberikan secara 1. Total emisi keseluruhan untuk gas
bertahap atau memberikan unsur N dalam metana (CH4) dari hasil
bentuk tablet. Selain itu, mitigasi untuk dekomposisi bahan organik pada
menekan emisi N2O dapat dilakukan lahan sawah padi di Sleman Barat
dengan mempertahankan kondisi tanaman menghasilkan 18,35 Gg CH4/tahun.

15
Masing-masing kecamatan sawah padi menghasilkan 4,1 Gg
menyumbang emisi gas metana N2O/tahun. Masing-masing
(CH4) sebagai berikut : Kecamatan kecamatan menyumbang emisi gas
Godean sebesar 4,76 Gg dinitrogen oksida (N2O) langsung
CH4/tahun, Kecamatan Moyudan sebagai berikut : Kecamatan
sebesar 4,27 Gg CH4/tahun , Minggir dengan nilai emisi sebesar
1,11 Gg N2O/tahun, Kecamatan
Kecamatan Minggir sebesar 5,61
Moyudan sebesar 1,04 Gg
Gg CH4/tahun dan Kecamatan
N2O/tahun, Kecamatan Seyegan
Seyegan sebesar 3,71 Gg
sebesar 0,99 Gg N2O/tahun, dan
CH4/tahun.
Kecamatan Godean sebesar 0,92
2. Total emisi gas karbon dioksida Gg N2O
(CO2) dari hasil penggunaan4. Untuk menekan angka emisi gas rumah
pupuk urea pada lahan sawah padi kaca dapat dilakukan dengan strategi
menghasilkan 0,76 Gg CO2/tahun. mitigasi dan adaptasi dengan cara
Masing-masing kecamatan pengelolaan tanah yang benar serta dengan
menyumbang emisi gas metana menerapkan sistem PTT yang dianggap
(CO2) sebagai berikut : Kecamatan mampu membentuk petani yang mandiri
Godean sebesar 0,13 Gg yang mampu meneliti dan menjadi ahli
CO2/tahun, Kecamatan Moyudan dilahanya sendiri sehingga ketergantungan
sebesar 0,24 Gg CO2/tahun, pada pupuk kimia dan pepstisida kimia
Kecamatan Minggir sebesar 0,20 buatan pabrik dapat dihindari dalam
Gg CO2/tahun dan Kecamatan menekan angka emisi yang dihasilkan .
Seyegan sebesar 0,19 Gg 5.2 Saran
CO2/tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang
3. Total emisi gas dinitrogen oksida telah dilaksanakan, berikut saran yang
(N2O) langsung dari aktivitas dapat diberikan:
pengelolaan tanah pada lahan 1. Perlu adanya data yang lebih kompleks
sawah padi menghasilkan 6,54 Gg terkait untuk parameter-parameter lokal
N2O/tahun. Masing-masing untuk provinsi Daerah Istimewa
kecamatan menyumbang emisi gas Yogyakarta yang digunakan pada
dinitrogen oksida (N2O) langsung perhitungan IPCC 2006 sehingga tidak
sebagai berikut : Kecamatan menggunakan nilai deafult IPCC dalam
Godean sebesar 1,70 Gg menghitung inventarisasi emisi gas
N2O/tahun, Kecamatan Minggir Metana (CH4), Nitrous Dioxide (N2O) dan
sebesar 2,07 Gg N2O/tahun, CO2 sehingga hasil perhitungan emisi
Kecamatan Moyudan sebesar 1,95 lebih mendekati kondisi yang sebenarnya.
Gg N2O/tahun, dan Kecamatan 2. Perlunya regulasi dari pemerintah terkait
Seyegan sebesar 1,82 Gg dengan rekomendasi pupuk yang sesuai
N2O/tahun. Sedangkan untuk Total dengan kondisi lapangan yang teruji
emisi gas dinitrogen oksida (N2O) berdasarkan penelitian-penelitian
gas dinitrogen oksida (N2O) tidak sebelumnya.
langsung dari dari aktivitas 3. Perlunya pendampingan khusus dari
pengelolaan tanah pada lahan penyuluh lapangan kepada para petani

16
untuk mengedukasi bagaimana sebaiknyaBadan Pusat Statistik Yogyakarta. 2016.
budidaya padi sawah yang baik dan benar Kecamatan Moyudan Dalam Angka,
dalam segi sosial, ekonomi, budaya dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
kelestarian lingkungan. Yogyakarta.
4. Adanya penelitian lebih lanjut mengenai
sistem-sistem yang dianggap mampu Badan Pusat Statistik Yogyakarta. 2016.
menekan angka gas rumah kaca sehingga Kecamatan Minggir Dalam Angka,
kedepannya diharapkan petani dapat Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
menerapkan sistem tersebut guna Yogyakarta.
menghasilkan produktivitas produksi dan
terjaganya kelestarian alam. Badan Pusat Statistik Yogyakarta. 2016.
DAFTAR PUSTAKA Kecamatan Seyegan Dalam Angka,
Ahmad, Mubariq (2010). “Turning Climate Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Change into Opportunity: Indonesia’s Yogyakarta.
Strategy Toward Low Carbon Economy.”
Draft Working Paper, World Bank Jakarta,Hadisudarmo, P., dan K. Hairiah. 2005.
Environment Unit: Jakarta Penghambatan nitrifikasi secara hayati
dengan pengaturan kualitas seresah pohon
Buchari, D. 2009. Kesiapan Kita Menghadapi penaung pada agroforestri berbasis kopi.
Pemanasan Global, Perubahan Iklim dan Jurusan Ilmu Tanah. Universitas Sebelas
Keanekaragaman Hayati. Seminar Maret Surakarta.
Perubahan Iklim Global, Keanekaragaman
Hayati dan Pengaruhnya Terhadap IPCC (2006). 2006. IPCC Guidelines for National
Perkembangan Hama dan Penyakit Greenhouse Gas Inventories: Volume 2-
Tahunan PEI Cabang Malang – PFI Energy, Prepared by the National
Komda Jatim, Malang 5 Nopember 2009; Greenhouse Gas Inventories Programme,
Hal. 28-36. Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K.,
Ngara T. and Tanabe K. (eds). Published:
Las, A. Buono, W. Estiningtyas dan A. IGES, Japan.
Rakhman. 2007. Analisis dan Delineasi
Risiko Iklim terhadap Usahatani Berbasis Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
dan Evaluasi Model Indeks Anomali Iklim Rumah Kaca Nasional, KemenLH 2012.
Dalam Mendukung Pengembangan Metodologi Perhitungan Tingkat Emisi
Asuransi Indeks Iklim (Climate Index dan Penyerapan Gas Rumah Kaca.
Insurance). Laporan Hasil Penelitian
KKP3T. Institut Pertanian BogorRao ,Subba, N.S (1994), Mikroorganisme Tanah
Bekerjasama dengan Sekretariat Badan dan Pertumbuhan, UI Press, Jakarta.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Setyanto, P. 2008. Perlu Inovasi Teknologi
. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dari
Badan Pusat Statistik Yogyakarta. 2016. Lahan Pertanian . Sinar Tani, Edisi 23-29
Kecamatan Godean Dalam Angka, April 2008, No. 3249.
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai