Buku TPA ISBN Ok Final
Buku TPA ISBN Ok Final
Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca Dan Monitoring Pelaporan dan Verifikasi
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Potret 5 (Lima) TPA
Memanfaatkan Gas Metan (CH4)
Suatu potret upaya pemanfaatan Landfill Gas (CH4)
sebagai sumber energi alternatif – kecil namun berarti
Tim Lapangan :
Hari Wibowo, Rully Dhora Carolyn, Fifi Novitri, Erny Wibawanti, Deli Herdian,
Anggraeta Puspa Mayriski, Damar Jati
Penanggungjawab:
Direktur IGRK dan MPV
Penyunting:
Hari Wibowo
Penyusun:
Penulis:
Rully Dhora Carolyn
Erny Wibawanti
Pakar:
Dr. Febrian Hadinata (Universitas Sriwijaya)
ISBN:
Diterbitkan oleh:
Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi–
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Jl. Jend. Gatot Subroto, Gd. Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 6 Wing A, Jakarta
10270, Indonesia, Telp/Fax : 021 57903073; E-mail: tu.igrkppi@gmail.com
Target ini dapat dipenuhi dari berbagai aksi mitigasi dalam pengelolaan limbah
padat dan cair. Salah satu potensi reduksi emisi pada limbah padat domestik
adalah upaya pemanfaatan gas metan (CH4) dari tempat pengolahan sampah
akhir (TPA) atau Land Fill Gas (LFG). Pemanfaatan LFG ini dapat menjadi salah
satu sumber energi alternatif dalam bentuk listrik maupun bahan bakar bagi
Pemerintah Daerah. Namun sangat disayangkan hingga saat ini data aktifitas
aksi mitigasi LFG belum terdokumentasi dengan baik.
Buku ini mencoba memotret beberapa TPA yang telah melaksanakan aksi
pemanfaatan LFG, guna memberikan gambaran umum untuk menstimulasi
proyek – proyek pemanfaatan gas metan di TPA seluruh Indonesia. Pemanfaatan
gas metan di TPA ini diharapakan akan berkontribusi terhadap pencapaian
target NDC Indonesia. Akhir kata, ucapan terima kasih disampaikan kepada
berbagai pihak yang berkontribusi dalam penyusunan buku ini.
Direktur,
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Potensi Reduksi Emisi dari 5 (lima) TPA 11
Tabel 2. Luas Zona Lahan Urug Saniter 14
Pemanfaatan LFG ini dapat menjadi salah satu bentuk kegiatan waste to energy
karena LFG dapat menjadi sumber energi alternatif dalam bentuk listrik maupun
bahan bakar. Namun sayangnya hingga saat ini pelaksanaan aksi pemanfaatan
dan data aktifitas aksi mitigasi LFG belum berjalan optimal di berbagai lokasi
TPA. Belum terdokumentasinya kegiatan ini dengan baik, menjadi salah satu
faktor penyebabnya.
Kondisi ketersediaan data di tiap tapak TPA memiliki keragaman, kondisi ini
sangat tergantung pada ketersediaan sarana prasarana yang dibutuhkan
Secara khusus pada proses pengelolaan sampah, GRK akan dihasilkan mulai
dari timbulan sampah sampai dengan proses di tempat pemrosesan akhir (TPA).
GRK yang dihasilkan dari proses pengelolaan sampah perkotaan didominasi
oleh gas karbon dioksida (CO2) dan gas metana (CH4). Sampah timbul dari
sisa proses produksi dan sisa pemakaian produk, baik dari aktifitas domestik/
rumah tangga, pasar, pertokoan, penyapuan jalan dan taman atau, industri
yang menghasilkan buangan padat sisa produksi (Damanhuri, 2004).
Kompor
Dari aksi – aksi mitigasi tersebut, pemanfaatan LFG adalah aksi yang memberikan
kontribusi besar terhadap reduksi emisi metana. Namun sayangnya belum
banyak TPA yang menghitung potensi reduksi ini karena keterbatasan data
aktifitas. Pada tahun 2020, KLHK melalui Direktorat Jenderal Pengendalian
Perubahan Iklim, telah mengeluarkan pedoman bagi penghitungan reduksi
emisi dari aksi pemanfaatan LFG. Metodologi ini dimuat dalam Buku Metodologi
Penghitungan Reduksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK Edisi Tahun
2020.
Catatan
1. Project emission diabaikan untuk meghindari double counting dengan inventori sektor energi
dan limbah.
2. Diperlukan sampling konsentrasi CH4 di mulut pipa gas.
3. Energy Conversion Efficiency (40% untuk listrik & 90% untuk panas).
4. Jam kerja untuk pemanfaatan thermal = 8.760 jam, dan untuk pembangkitan listrik = 8.322 jam.
Pada tahun 2019, Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV mencoba memotret 5
(lima) TPA yang telah melakukan aksi pemanfaatan LFG. Kelima TPA ini memiliki
kondisi dan karakter wilayah yang beragam. Potret kelima TPA ini dalam
melakukan aksi mitigasi diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi TPA lain
di seluruh Indonesia.
TPA BANTARGEBANG
Sebagai Daerah Khusus Ibukota, Jakarta memiliki persoalan yang kompleks
dalam pengelolaan sampah. Tempat pembuangan sampah akhir sampah
provinsi ini berada di Bantar Gebang, yang merupakan wilayah Kelurahan
Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan
Bantargebang Kota Bekasi.
Zona Luas(Ha)
Zona I 18,3
Zona II 17,7
Zona III 25,41
Zona IV 11,0
Zona V 9,5
Luas Zona yang ada 81,91
Total Luas TPST Bantargebang 110,3
TPA Bantar gebang mulai beroperasi sejak tahun 1989 oleh BKLH Provinsi
DKI Jakarta dan BKL Provinsi Jawa Barat yang kemudian direvisi dengan surat
persetujuan kelayakan lingkungan AMDAL, RKL dan RPL No. 660.1/206.BPLH.
AMDAL/III/2010 tanggal 11 Maret 2010. Volume Sampah yang masuk ke TPST
ini rata-rata 6.500 ton – 7.000 ton/hari.
Selain sumur penampungan sampah, TPA ini memiliki fasilitas antara lain
berupa jembatan timbang dan pipa – pipa saluran gas metana. Secara garis
besar prasarana dan sarana yang ada di TPAS Manggar antara lain :
1. Fasilitas Umum
2. Fasilitas Perlindungan Lingkungan
3. Fasilitas Operasional
4. Fasilitas Penunjang
5. Fasilitas Tambahan
Gambar (sesuai
arah jarum jam) :
(12) Pengelolaan
Lindi pada IPAL,
(13) lapisan dasar
landfill, (14) pipa
saluran gas, (15)
LFG digunakan
untuk memasak
TPA Jatibarang mulai beroperasi pada bulan Maret tahun 1992, yang
pengelolaannya dikelola oleh Dinas Sanitasi dan Pertamanan Kota Semarang,
namun sejak tahun 2016 pengelolaan telah dialihkan ke Badan Lingkungan
Hidup Kota Semarang. Pada awalnya, pengelolaan sampah di TPA Jatibarang
menggunakan metode pengelolaan sampah dengan dumping terbuka, namun
pada tahun 1993-1994 telah beralih menggunakan metode controlled landfill
dan pada tahun 1995 beralih ke metode sanitary landfill.
TPA BANYUROTO
TPA Banyuroto dibangun tahun 2008 berada di desa Dlinggo, kelurahan
Banyuroto , Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo dengan luas lahan
2, 5 Ha. TPA Banyroto berada di jarak kurang lebih 10Km darai kota wates
kearah utara.Lahan TPA banyuroto 0,5 Ha sebagai IPLT, 0,5 ha sebgai Zona 2,
(0,5 sbagai hangar, gudang, alat berat dan kantor), dan 1 ha sebagai zona 1.