Anda di halaman 1dari 47

Diklat Penyelenggaraan Pengelolaan

Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)


Tempat: Balai Uji Coba Sistem Diklat Bidang PerKim
Semarang
Waktu: Rabu, 12 Juli 2017 (3JP)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JALAN, PERUMAHAN,
PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
JP 1
GAS RUMAH KACA DAN PERUBAHAN IKLIM

Gas rumah kaca (GRK) adalah gas


yang terkandung dalam atmosfer,
baik alami maupun antropogenik,
yang menyerap dan memancarkan
kembali radiasi inframerah

PERUBAHAN IKLIM adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh
aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan variabilitas
iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
Emisi Gas Rumah kaca
yang Terbesar:

CO2 Potensial
dihasilkan dari
CH4 Sektor
Pengelolaan
N2O Limbah

Sumber: UNEP
Terdiri dari:
 Limbah Padat (Domestik dan Industri)
 Air limbah (Domestik dan Industri)

11%
Sektor
Limbah

Sumber: Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI)


Potensi Sumber Emisi GRK – Sektor Sampah

Penanganan Sampah
di Sumber
Sumber Sampah:
Permukiman, Penanganan Sampah di Sumber:
Komersial, Industri dll Daur ulang, Pembuangan ke sungai, Open dumping,
Pengolahan biologi, Open Burning, dll
Pengumpulan Sampah:
Berbasis Motor dan Non-
Kendaraan Bermotor
GRK

Transportasi

Penampungan Sampah Sementara:


TPS, TPS 3R, SPA, dll
Penimbunan/ Pengolahan:
Pengolahan biologi, Open burning, Insinerasi, Open dumping,Controlled, Sanitary Landfill , dll
Potensi Sumber Emisi GRK – Sektor Air Limbah
Dengan pola yang sama, GRK juga sebenarnya
Wetland
Dengan Pengolahan diemisikan oleh air limbah industri
(Danau, Rawa)
Pengolahan dan
Pengolahan Pengangkutan Lumpur Tinja
Aerobik
Reaktor
Pengolahan
Anaerobik GRK
Lagoon
(Terkumpul)

Sungai, Danau
Off-Site

dll
Tidak Diolah
Pembuangan
ke Tanah

On-Site
(Tidak Terkumpul)
Sumber AL: Latrine (Cubluk)
RT, Komersial, dll Pengolahan
Setempat
Septic Tank
Sumber: Kerentanan dan Adaptasi Perubahan Iklim, Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim, KLHK, 2016
 Mitigasi adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim
melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/ meningkatkan penyerapan gas rumah
kaca dari berbagai sumber emisi
 Adaptasi adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian
iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang, peluang
yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang
timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi.
Klasifikasi Aksi Mitigasi Nasional yang Layak
(NAMAs, Nationally Appropriate Mitigation Actions)

NAMAs dibagi menjadi 2, yaitu:


1. Unilateral NAMAs (didukung di dalam negeri), dan
2. Supported NAMAs (didukung secara internasional)
Aksi Mitigasi Pengurangan Emisi di Sektor Limbah dapat
dicapai antara lain melalui:
1. Pengembangan sumber enerji alternatif dan
terbarukan.
2. Pengurangan limbah padat dan cair
(Disampaikan pada Sekretariat UNFCCC pada tanggal 30 Januari 2010)
Target Pengurangan Emisi GRK
26% pada tahun 2020 (+ 0,8 Giga
ton CO2 eq.) – Unilateral NAMAs

41% pada tahun 2020


(Sekitar 1,3 Giga ton CO2 eq.)
– Supported NAMAs
 United Nation Earth Summit (1992) atau KTT Rio menghasilkan
United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC)
 Diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 6 Tahun 1994
 UNFCCC pernah dilakukan di Bali (2007) menghasilkan Bali Road
Map dalam Mitigasi Dampak Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
 Sebagai kelanjutan KTT Rio, 171 Negara berkeinginan mengurangi emisi
GRK membuat kesepakatan di Kyoto (Kyoto Protocol) tahun 1997
 Setiap Negara memiliki kewajiban reduksi GRK
 Sebagai Negara pengemisi terbesar, sampai sekarang Amerika
Serikat belum meratifikasinya
 Diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 17 Tahun 2004
 The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
 Sejak tahun 1988 untuk analisis perubahan iklim dari sisi keilmuan
 Terbuka untuk anggota UN
 Tidak memiliki kepentingan politik
 Telah melibatkan lebih dari 1.000 ilmuwan secara sukarela
PERATURAN TERKAIT PERUBAHAN IKLIM
KESEPAKATAN RATIFIKASI DAN UU TERKAIT:
INTERNASIONAL:  UU 6/1994 – Ratifikasi UNFCCC
 UNFCCC  UU 17/2004 – Ratifikasi Kyoto
 Kyoto Protocol Protocol
 IPCC  UU 32/2009 – PPLH
 dll

PEDOMAN TEKNIS: PERATURAN PENDUKUNG:


• Pedoman Penyusunan RAD  PerPres 71/2004 – Penyelenggaraan
Penurunan GRK, Kementerian PPN / Inventarisasi GRK Nasional
Bappenas, 2011  PerPres 61/2011 – RAN Penurunan
• Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Emisi GRK
Penurunan Emisi GRK, Kementerian
PPN / Bappenas, 2011
• Pedoman Penyelenggaraan PERATURAN SEKTORAL:
Inventarisasi GRK Nasional, KLHK,  PerMenPU 11/2012 – RAN MAPI
2012 tahun 2012-2020 Kementerian PU
• dll
RAN – Rencana Aksi Nasional, RAD – Rencana Aksi Daerah,
MAPI – Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim
• Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional bertujuan untuk
menyediakan:
1. Informasi secara berkala mengenai tingkat, status dan kecenderungan
perubahan emisi dan serapan GRK termasuk simpanan karbon di
tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
2. Informasi pencapaian penurunan emisi GRK dari kegiatan mitigasi
perubahan iklim nasional

• Tugas Kementerian terkait:


1. Menyelenggarakan inventarisasi GRK.
2. Menyusun kecenderungan perubahan emisi dan serapan GRK termasuk
simpanan karbon sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya.
3. Mengembangkan metodologi inventarisasi dan faktor emisi atau
serapan GRK berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan
4. Memberikan pembinaan dalam rangka penyelenggaraan inventarisasi
GRK kepada pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pemangku
kepentingan.
 Kegiatan RAN-GRK meliputi bidang: Pertanian, Kehutanan dan
lahan gambut, Energi dan transportasi, Industri, Pengelolaan
limbah, dan Kegiatan pendukung lain.
 RAN-GRK merupakan pedoman bagi Pemerintah daerah dalam
penyusunan Rencana Aksi Daerah GRK (RAD-GRK)  Pedoman
RAD-GRK ditetapkan oleh Menteri PPN / Kepala BAPPENAS.
 Sasaran dari RAN-GRK adalah:
1. Sebagai acuan pelaksanaan penurunan emisi GRK oleh
bidang-bidang prioritas di tingkat nasional dan daerah;
2. Sebagai acuan investasi terkait penurunan emisi GRK yang
terkoordinasi pada tingkat nasional dan daerah;
3. Sebagai acuan pengembangan strategi dan rencana aksi
penurunan emisi GRK oleh daerah-daerah di Indonesia
Kedudukan RAN-GRK dalam
Sistem Perencanaan Pembangunan
Kerangka Waktu Pelaksanaan RAN-GRK
Rencana Aksi Daerah
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)
RAD-GRK adalah dokumen yang
menyediakan arahan bagi pemerintah
daerah untuk melaksanakan berbagai
kegiatan penurunan emisi, baik berupa
kegiatan yang secara langsung dan tidak
langsung menurunkan emisi GRK dalam
kurun waktu tertentu.

Tim Koordinasi Daerah:


• Penanggung Jawab :
Kepala Daerah
• Ketua : Sekretaris
Daerah
• Sekretaris : Kepala
Bappeda
• Anggota : Kepala
SKPD Terkait
Dan beberapa Pokja
Bagan Struktur
Organisasi Penyusunan
RAD-GRK

Pembagian Kelompok Kerja untuk Penyusunan RAD-GRK

Sumber: Pedoman Penyusunan RAD Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Kementerian PPN / Bappenas, 2011
RAN Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
Kementerian PU
 PerMenPU No.: 11/PRT/M/2012

• Sebagai acuan bagi penyusunan program


pembangunan bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang untuk mengantisipasi perubahan iklim baik
dalam rangka mengurangi dan/atau menangkap
jumlah emisi yang dihasilkan maupun dalam rangka
mengurangi dampak perubahan iklim
• Meliputi 4 (empat) subbidang, yaitu: sumber daya air,
jalan dan jembatan, keciptakaryaan, dan
penataan ruang

JP 2
RAN Mitigasi Bidang Keciptakaryaan (1/2)

Sumber: PerMenPU No.: 11/PRT/M/2012


RAN Mitigasi Bidang Keciptakaryaan (2/2)

MRV = Measurement, Reporting, and Verification (PEP, Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi)

Sumber: PerMenPU No.: 11/PRT/M/2012


RAN Adaptasi Bidang Keciptakaryaan (1/2)

Sumber: PerMenPU No.: 11/PRT/M/2012


RAN Adaptasi Bidang Keciptakaryaan (2/2)

Sumber: PerMenPU No. 11/PRT/M/2012


Pembagian Tugas Pemerintah dalam RAN GRK

• Melaksanakan RAN
BAPPENAS:
• Koordinasi evaluasi dan
Menko
GRK pada bidang
masing-masing
kaji ulang RAN GRK
• Menyusun Pedoman
Pereko-
Kemen- • Melakukan monitoring
terian / dan inventarisasi pada
RAD GRK
• Melaporkan hasil
nomian:
bidang masing-masing kepada Menko • Koordinasi
Lemba- • Melaporkan Perekonomian, pemantauan
ga pelaksanaan RAN GRK tembusan Menko Kesra
kepada Mendko dan
Perekonomian, KLH: pelaksanaan
Bappenas, dan KLH • Mengkoordinasikan RAN GRK
inventarisasi GRK
• Memfasilitasi • Melaporkan
penyusunan RAD GRK kepada
• Melaporkan hasil Presiden
• Menyusun RAD GRK kepada SIGN (Sistem
berdasarkan RAD Inventarisasi GRK
Kab./Kota Nasional) Center
Daerah • Menyampaikan Menko
(Gu- Laporan RAD GRK
kepada Menteri
Kemendagri: Kesra:
bernur) • Koordinator untuk
Dalam Negeri dan memfasilitasi • Koordinasi
Menteri PPN / Kepala penyusunan RAD GRK inventory
Bappenas GRK
Tahapan Penyusunan dan Pelaksanaan RAN GRK
1. Pengumpulan data:
- Total sampah yg dihasilkan dan komposisinya serta data populasi
Pembuatan penduduk dan laju timbulan sampah saat ini dan yang akan datang
BAU - Kondisi saat ini dan perencanaan: pengangkutan, pemrosesan
Baseline akhir, praktek pengolahan (pembakaran dan pengolahan biologi)
- Prosentase sampah diangkut ke TPA
Membuat dan menyepakati asumsi-asumsi dan Tier (Tingkat
kerincian data) yang diinginkan:
- Asumsi komposisi sampah
- Asumsi timbulan sampah per kapita
- Dll (Berhubungan dengan data diatas)
Menyusun BAU baseline:
Menghitung emisi GRK saat ini dan yang akan datang menggunakan
metode IPCC 2006

2. • Identifikasi potensi aksi mitigasi


Pembuatan • Menyusun beberapa skenario mitigasi yang terdiri dari beberapa
usulan aksi mitigasi
Skenario • Memperkirakan jumlah penuruan emisi GRK dari setiap aksi
Mitigasi mitigasi menggunakan metode IPCC 2006
• Memperkirakan biaya mitigasi dari setiap aksi mitigasi
Tahapan Penyusunan dan Pelaksanaan RAN GRK
• Menyesuaikan usulan aksi mitigasi dengan kewenangan,
3. kapasitas dan karakteristik daerah
Pengusulan • Menyesuaikan usulan aksi mitigasi dengan perencanaan strategis
Nasional dan Daerah
Aksi • Memilih usulan-usulan aksi mitigasi
Mitigasi
• Mencatat dan melaporkan setiap aksi mitigasi yang dilakukan
• Mengukur dan melaporkan penurunan emisi GRK dari setiap aksi
mitigasi yang dilakukan
4. • Mencatat dan melaporkan aliran dan jumlah dana untuk setiap
Pemantauan pelaksanaan aksi mitigasi
• Mencatat dan melaporkan co-benefits (dampak negatif) dari
dan setiap aksi mitigasi yang dilakukan
Pelaporan • Mencatat dan melaporkan program peningkatan kapasitas dan
kelembagaan

• Melakukan verifikasi setiap pelaksanaan aksi mitigasi


5.
berdasarkan kriteria/indikator yang telah ditetapkan dilakukan
Verifikasi oleh Lembaga verifikasi independen nasional

Sumber: Kem.PPN/Bappenas, 2011. Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Contoh Usulan Aksi Mitigasi Bidang Limbah (1/3)
1. Pemanfaatan limbah hasil pembukaan lahan untuk bahan pembuatan
kompos
2. Mengembangkan penerapan kebijakan lingkungan hidup untuk prinsip
3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan persampahan.
3. Pengurangan sampah (reduce) dari sumbernya sebanyak mungkin,
digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle) (3R) sebelum
diangkut ke TPA.
4. Pengelolaan persampahan di TPAS dari open dumping menjadi
controlled landfill di kota kecil dan menengah; sanitary landfill di kota
besar dan metropolitan.
5. Peningkatan metoda pengelolaan gas sampah (landfill gas – LFG)
melalui pengumpulan dan pembakaran atau melalui penerapan energy
recovery system.
6. Mengembangkan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan
(dengan menjaga keseimbangan 3 pilar pembangunan, yaitu ekonomi,
sosial, dan lingkungan) dengan mengurangi emisi GRK (GRK) dan
meningkatkan penyerapan karbon.
Contoh Usulan Aksi Mitigasi Bidang Limbah (2/3)
7. Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur bidang persampahan
yang lebih memperhatikan aspek peningkatan kapasitas (capacity
building) SDM dan institusi termasuk kompetensi dan kemandirian
pemda dalam pembangunan infrastruktur yang berwawasan
lingkungan serta mendorong peran bidang swasta dan masyarakat.
8. Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan dan antisipatif terhadap perubahan iklim.
9. Mengembangkan teknologi peningkatan kualitas landfill: (1) Controlled
Landfill (CLF) untuk kota kecil dan menengah, (2) Sanitary Landfill (SLF)
untuk kota besar dan kota metropolitan (3) Penghentian Open
Dumping.
10. Mengembangkan penerapan EPR (Extended Producer Responsibility)
untuk produsen dan importir limbah B3
11. Menyiapkan instansi yang bertanggung jawab untuk mengelola limbah
padat dan layanan air limbah dan penerbitan izin.
12. Meningkatkan kapasitas dan memfasilitasi kemitraan swasta, publik,
termasuk masyarakat dalam pengelolaan limbah padat.
Contoh Usulan Aksi Mitigasi Bidang Limbah (3/3)

13. Pembiayaan dan pengembangan kebijakan dan strategi


pengelolaan infrastruktur sampah dan limbah padat di tingkat
kota.
14. Menerbitkan pengelolaan sampah di kabupaten/kota
15. Bekerja sama dengan bidang swasta untuk mendukung
pelayanan infrastruktur air limbah di kabupaten/kota
16. Memberikan bantuan teknis pengelolaan sampah untuk
kecamatan, desa, dan kelompok masyarakat.
17. Inisiasi pemisahan sampah di beberapa kota.
18. Sosialisasi dan pelatihan pembuatan kompos dam program 3R
untuk umum.
19. Transisi dari open dumping ke pengontrolan TPA di kota.

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca,
Kementerian PPN / Bappenas, 2011
Contoh Usaha Mitigasi di Sektor Persampahan  LFG
Contoh Usaha Mitigasi di Sektor Air Limbah
Perhitungan Emisi GRK menggunakan Metode
IPCC 2006
Semakin tinggi Tier nya maka semakin teliti dan semakin akurat hasil
perhitungan Emisi GRK, dan akan lebih diapresiasi oleh dunia
internasional:

1. Tier 1: Estimasi berdasarkan data aktivitas dan faktor emisi


default IPCC.
2. Tier 2: Estimasi berdasarkan data aktivitas yang lebih akurat dan
faktor emisi default IPCC atau faktor emisi spesifik suatu negara
(country specific/plant specific)  Dari statistik data aktivitas spesifik
negara, hasil survey, atau sumber lain yang sejenis.
3. Tier 3: Estimasi berdasarkan metoda spesifik suatu negara dengan
data aktivitas yang lebih akurat (pengukuran langsung) dan faktor
emisi spesifik suatu negara (country specific/plant specific).

Dimana posisi Indonesia ?? Kendala yang dihadapi ??


Sumber Emisi GRK – Sektor Sampah (IPCC 2006)

Penanganan Sampah
di Sumber
Sumber Sampah:
Permukiman, Penanganan Sampah di Sumber:
Komersial, Industri dll Daur ulang, Pembuangan ke sungai, Open dumping,
Pengolahan biologi, Open Burning, dll
Pengumpulan Sampah: GRK
Berbasis Motor dan Non-
Kendaraan Bermotor
IPCC 2006

Transportasi

Penampungan Sampah Sementara:


TPS, TPS 3R, SPA, dll
Penimbunan/ Pengolahan:
Pengolahan biologi, Open burning, Insinerasi, Open dumping,Controlled, Sanitary Landfill ,
Sumber Emisi GRK – Sektor Air Limbah Domestik
(IPCC 2006)
Dengan Pengolahan Wetland (Danau, Rawa)
Pengolahan dan
Pengolahan Pengangkutan Lumpur Tinja
Aerobik
Reaktor
Pengolahan
Anaerobik GRK
Lagoon
(Terkumpul)

Sungai, Danau
Off-Site

dll
Tidak Diolah
Pembuangan
ke Tanah

On-Site
(Tidak Terkumpul)
Sumber AL: Latrine (Cubluk)
RT, Komersial, dll Pengolahan
Setempat
Septic Tank
JP 3

Simulasi Perhitungan Emisi GRK


menggunakan Metode IPCC 2006:
Sektor Limbah  Limbah Padat Domestik
 Tempat Pemrosesan Akhir
Kategori Sumber Utama Emisi GRK dari
Kegiatan Pengelolaan Limbah (IPCC, 2006)
Contoh simulasi perhitungan
menggunakan metode IPCC 2006

Catatan: Penomoran ”4” pada gambar sesuai dengan penomoran pada IPCC 2006
Simulasi Perhitungan 1:
Kota X memiliki populasi penduduk 500.000 jiwa.
Tingkat pelayanan pengangkutan sampah ke TPA
90% dan semuanya ditimbun dengan sistem TPA
Open Dumping.
Hitung Emisi CO2 eq. dari TPA tersebut bila:

A: Semua data terkait tidak tersedia


B: Hanya tersedia data timbulan sampah (= 0,3
kg/orang/hari)
Tahapan Perhitungan
1. Hitung jumlah sampah yang diangkut ke TPA (Gg):
Kasus A, data default timbulan sampah untuk Indonesia = 0,28 ton/orang/tahun
2. Hitung jumlah setiap jenis sampah yang ditimbun basis berat basah (Gg):
Kasus A dan B, data default komposisi untuk Indonesia (Negara South-East) :
- Sisa makanan = 43,5% - Logam = 3,3%
- Kertas/karton = 12,9% - Kain = 2,7%  Harus dicek
- Kayu/ranting/daun = 9,9% - Karet/kulit = 0,9% total = 100%
- Plastik = 7,2% - Nappies = 5,6%
- Gelas = 4,0% - dan lain-lain = 10%
3. Hitung jumlah setiap jenis sampah yang ditimbun basis berat kering, W (Gg):
Kasus A dan B, data default kadar kering setiap jenis sampah untuk Indonesia :
- Sisa makanan = 40% - Logam = 100%
- Kertas/karton = 90% - Kain = 80%
- Kayu/ranting/daun = 40% - Karet/kulit = 84%
- Plastik = 100% - Nappies = 40%
- Gelas = 100% - dan lain-lain, inert = 90%
4. Hitung kadar Degradable Organic Carbon total, DOC (fraksi):
Kasus A dan B, data default kadar DOC basis kering setiap jenis sampah :
- Sisa makanan = 38% - Logam = -
- Kertas/karton = 44% - Kain = 30%
- Kayu/ranting/daun = 49% - Karet/kulit = -
- Plastik = - - Nappies = 60%
- Gelas = - - dan lain-lain, inert = -
Tahapan Perhitungan
5. Hitung kadar DOC yang dapat terdekomposisi di TPA, DDOCm (Gg):

Kasus A dan B, data default:


DOCf = 0,5;
MCF untuk open dumping / unmanaged dengan ketinggian timbunan > 5 m = 0,8
MCF = faktor koreksi CH4 untuk dekomposisi aerob sebelum terjadi kondisi anaerob di
TPA
6. Hitung CH4 yang dihasilkan, Lo (Gg CH4):

Kasus A dan B, data default:


F = 0,5; 16/12 = rasio berat molekul CH4/C
F = Fraksi CH4 yang dihasilkan dari landfill gas (fraksi volume)
7. Hitung emisi CH4 pada tahun T, CH4 emitted T (Gg CH4):

x = jenis sampah
RT = CH4 yang direcovery pada tahun T, Gg  Open dumping = 0
OXT = Faktor oksidasi dimana CH4 dioksidasi tanah penutup di tahun T, fraksi
 Open dumping = 0
Tahapan Perhitungan
8. Konversi CH4 ke CO2 equivalent, Gg CO2 eq.
Emisi CO2 equivalent = Emisi CH4 * GWP CH4
Simulasi Perhitungan 2:

Data yang sama dengan Simulasi Perhitungan 1,


Hitung Emisi CO2 eq. dari TPA tersebut tetapi
dengan metode penimbunan yang berbeda:
A: Metode penimbunan dengan Controlled Landfill
B: Metode penimbunan dengan Sanitary Landfill
C: Metode penimbunan dengan Sanitary Landfill
dilengkapi dengan sistem pemanfaatan gas
Tahapan Perhitungan
 Tahapan dan hasil perhitungan akan tetap sama sampai dengan
Tahapan No. 4
 Tahapan No. 5, Nilai DOCf tetap (0,5), MCF untuk:
 Kasus A = Controlled landfill / Managed Semi-Aerobic = 0,5
 Kasus B dan C = Sanitary landfill / Managed Anaerobic = 1
 Tahapan No. 6  Sama
 Tahapan No. 7
 Nilai Faktor oksidasi dimana CH4 dioksidasi tanah penutup
di tahun T, OXT:
 Controlled landfill = 0 sampai 0,1 (justifikasi, bisa
diambil nilai 0,05)
 Sanitary landfill = 0,1
 Nilai CH4 yang direcovery pada tahun T, RT :
 Bila terpasang alat ukur = 10%
 Bila tidak terpasang alat ukur = 50%
 Tahapan No. 8  Sama
SEKIAN, TERIMAKASIH

Chaerul – 08139-543-6335
chaerul_2000@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai