Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang berfungsi untuk
menjaga suhu bumi tetap stabil. Namun, pada keadaan berlebihan akan
berdampak buruk bagi lingkungan, karena dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu bumi, disebut juga pemanasan global, yang diikuti oleh
perubahan iklim dan menyebabkan terjadinya masalah global seperti kekeringan
(Febrianti, 2008). Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC
WG1 Report, 2007), suhu bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18 oC selama seratus
tahun, dari 1906 hingga 2005. Kehadiran gas CO2 semakin meningkat dengan laju
pertumbuhan tiap tahun 1,5 part per million volume, sehingga berkontribusi
banyak dalam masalah pemanasan global (Handayani, dkk., 2009).
Menurut Klemedtsson, dkk. (1997), aktivitas pertanian menyumbang 25%
dari total emisi CO2 asal sumber antropogenik. Indonesia termasuk ke dalam 5
besar negara yang mengemisikan gas CO2 cukup besar dari sumber antropogenik
di Asia (Streets, dkk., 2003). Di Kalimantan dan Sumatera, emisi gas CO2
mencapai 2 milyar ton, berasal dari pengeringan dan pembakaran lahan gambut
serta kebakaran hutan. Angka ini diperoleh dari hasil penelitian Wetlands
Internasional. Selain itu, emisi CO2 juga berasal dari respirasi tanah, pembakaran
biomassa, dan pembusukan sampah organik (Samiaji, 2011). Sementara menurut
Norberg (2017), emisi CO2 juga diakibatkan oleh aktivitas pertanian yang
mengembangkan usaha tani dengan pembuatan drainase, sehingga memacu proses
dekomposisi materi organik yang mengemisikan CO2 ke udara. Hal-hal tersebut
menunjukkan bahwa tanah memiliki peran yang cukup besar dalam menyumbang
emisi CO2 di atmosfer bumi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi emisi
CO2 dari tanah ke udara, yaitu suhu, kelembaban tanah, dan daya hantar listrik
atau EC/electrical conductivity (Setia, dkk., 2011; Aminudin, Hasanah, & Iryanti,
2018). Sementara faktor-faktor tersebut bergantung pada iklim, hidrologi, dan
jenis tanah (Hirano, dkk., 2012), sehingga berdampak pula pada banyaknya emisi
gas CO2 secara langsung.
1
Dwi Putri Desti Utami, 2019
RANCANG BANGUN ALAT UKUR EMISI KARBON DIOKSIDA PORTABEL PADA TANAH MENGGUNAKAN
SENSOR MG811
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2

Jenis tanah yang banyak mengemisikan CO2 adalah tanah gambut. Tanah
gambut dapat dikatakan sebagai sumber emisi CO 2, karena mengandung materi
organik yang mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme, sehingga
menghasilkan gas CO2 dan melepasnya ke udara (Handayani, dkk., 2009).
Apalagi tanah gambut memiliki masa dekomposisi yang lambat, sehingga gas
CO2 yang diemisikan lebih banyak (Saptiani, dkk., 2018). Indonesia memiliki
lahan gambut yang luasnya ± 20 juta ha, dengan 27% sebaran lahan gambut
terdapat di Pulau Kalimantan atau seluas ± 6 juta ha (Wahyunto, Ritung, &
Subagjo, 2004; Tim Publikasi Katadata, 2019). Oleh karena itu, perlu adanya
penanganan atau pengolahan lahan gambut dengan baik. Penghutanan dan
pemeliharaan hutan dapat menjadi upaya untuk menekan emisi gas CO2, karena
tanaman dapat berfungsi sebagai carbon sink yang mampu mengeliminasi gas
CO2 di udara (Goeritno, 2000). Tanaman dapat menyerap CO2 melalui
fotosintesis, mengubahnya menjadi C-organik dan menyimpannya dalam bentuk
biomassa (Subowo, 2010). Namun, karena tanah gambut bersifat asam, maka
tidak banyak jenis tanaman yang dapat bertahan, hanya beberapa di antaranya
yang dapat beradaptasi, tumbuh, dan berproduksi dengan baik, seperti sawit, karet,
akasia, kapur naga, jelutung rawa, resak, dan balangeran (Agung, 2016). Itupun
untuk setiap tanaman yang akan ditanam harus mempertimbangkan tingkat
kesuburan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Subowo G. (2010) menyatakan bahwa dalam menentukan evaluasi
kesesuaian lahan, peranan populasi organisme tanah perlu dipertimbangkan untuk
menjaga kelestarian kandungan bahan organik tanah. Dalam hal ini, bahan
organik yang dimaksud yakni dalam bentuk biomassa atau C-organik. Dengan
kondisi wilayah Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis basah
(cenderung memiliki suhu tinggi), maka C-organik tidak dapat bertahan lama
dalam tanah, sehingga banyak terjadi penguapan CO2 dari tanah di wilayah
Indonesia, terutama pada lahan terbuka. Konsentrasi CO2 pada tanah menjadi
salah satu kriteria kesuburan tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983). Apabila bahan
organik pada tanah sedikit, maka organisme tanah tidak mendapat asupan energi
yang cukup untuk menggemburkan tanah. Dengan mengetahui konsentrasi CO 2
tanah, maka dapat diidentifikasi bagaimana tingkat kesuburan tanah berdasarkan

Dwi Putri Desti Utami, 2019


RANCANG BANGUN ALAT UKUR EMISI KARBON DIOKSIDA PORTABEL PADA TANAH MENGGUNAKAN
SENSOR MG811
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3

konsentrasi CO2 pada tanah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat yang
dapat mengukur konsentrasi CO2 tanah.
Pengukuran konsentrasi CO2 tanah masih banyak dilakukan dalam skala
laboratorium, seperti yang dilakukan oleh Taufan Saleh, dkk. (2017) pada
penelitiannya untuk menetukan fluks CO2 dari tanah andosol pada penggunaan
lahan kebun sayur dan hutan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Penelitian
tersebut dilakukan dengan metode ruang tertutup menggunakan chamber dan
pengukuran menggunakan CO2 analyzer yaitu Infra-Red Gas Analyzer (IRGA)
tipe ZEP9 dari Fuji Electric Systems. Selain itu, pengukuran konsentrasi CO2
tanah menggunakan sensor MG811 telah dilakukan pada penelitian sebelumnya
oleh Peny Saptiani (2018) untuk mengkarakterisasi CO2 pada tanah gambut
terhadap temperatur dan M. Haidzar Aziz (2018) yang merancang alat uji
konsentrasi CO2 tanah berupa chamber tanah dan chamber gas tertutup. Adapun
mengenai sensor MG811 yang digunakan dalam penelitian, yakni merupakan
sensor gas yang pada umumnya digunakan di udara. Sedangkan pengukuran
konsentrasi CO2 tanah secara langsung dilakukan di lapangan masih jarang
ditemukan. Ketersediaan instrumen yang ada masih dalam skala laboratorium
yang mengharuskan pengambilan sampel tanah dari lapangan untuk diuji di
laboratorium. Oleh karena itu, diperlukan alat ukur konsentrasi CO 2 tanah yang
dapat digunakan secara langsung di lapangan untuk memudahkan pengukuran
konsentrasi CO2 tanah. Penelitian ini memberikan rancangan alat ukur emisi CO2
pada tanah menggunakan sensor MG811 dengan fungsi portabel agar mudah
dibawa sehingga dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi CO 2 secara
langsung di lapangan. Selain itu, hasil pembuatan alat ukur emisi CO2 tanah
portabel dikalibrasi dengan VAISALA GMP 343 yang sudah tersertifikasi standar
kalibrasi pada ISO/IEC 17025 agar diketahui bahwa alat sudah cukup baik untuk
digunakan.

Dwi Putri Desti Utami, 2019


RANCANG BANGUN ALAT UKUR EMISI KARBON DIOKSIDA PORTABEL PADA TANAH MENGGUNAKAN
SENSOR MG811
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang dapat disusun untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana merancang alat ukur emisi karbon dioksida portabel pada tanah
menggunakan sensor MG811?
2. Bagaimana cara mengemisikan karbon dioksida dari dalam tanah?
3. Bagaimana respon alat dalam mengukur konsentrasi karbon dioksida terhadap
distribusi karbon dioksida pada tanah?

1.3 Tujuan Penelitian


Berikut adalah tujuan dari penelitian ini.
1. Membuat rancangan alat ukur emisi karbon dioksida portabel pada tanah
menggunakan sensor MG811.
2. Mengetahui metode yang tepat untuk mengemisikan karbon dioksida dari
dalam tanah.
3. Mengetahui respon alat dalam mengukur konsentrasi karbon dioksida
terhadap distribusi karbon dioksida pada tanah.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang penulis tentukan sebagai berikut.
1. Hasil rancangan alat ukur emisi karbon dioksida portabel pada tanah
menggunakan sensor MG811.
2. Metode untuk mengemisikan karbon dioksida dari dalam tanah.
3. Hasil uji alat ukur emisi karbon dioksida portabel pada tanah, dilihat dari
respon alat ketika mengukur konsentrasi karbon dioksida terhadap distribusi
karbon dioksida pada tanah.

Dwi Putri Desti Utami, 2019


RANCANG BANGUN ALAT UKUR EMISI KARBON DIOKSIDA PORTABEL PADA TANAH MENGGUNAKAN
SENSOR MG811
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini memberikan hasil berupa rancangan alat ukur emisi CO2
portabel pada tanah menggunakan sensor MG811. Pada umumnya, sensor MG811
digunakan untuk mendeteksi gas CO2 di udara. Dengan rancangan ini, sensor
dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi CO2 tanah, serta dengan fungsi
portable, maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung di lapangan. Hasil
deteksi sensor berupa tegangan listrik, kemudian dibaca dan dikonversi nilainya
menjadi satuan konsentrasi gas part per million (ppm) oleh mikrokontroler. Selain
itu, penelitian ini juga memberikan metode untuk mengemisikan CO2 dari tanah.
Kegunaan alat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
instrumen yang berperan dalam upaya meminimalisir faktor masalah pemanasan
global, dengan melakukan pengukuran konsentrasi CO2 tanah oleh alat yang
hasilnya dapat digunakan baik untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah,
maupun potensi tanah sebagai sumber emisi gas CO2 di udara.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan bertujuan untuk menjelaskan penyusunan Skripsi pada
tiap babnya yang disusun sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
Skripsi.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, menjelaskan mengenai hal-hal yang menjadi
dasar penelitian, yaitu karbon dioksida, emisi karbon dioksida pada tanah,
sensor MG811, dan mikrokontroler.
3. BAB III METODE PENELITIAN, meliputi metode penelitian yang
digunakan, diagram alir penelitian, waktu dan lokasi penelitian, alat, bahan,
dan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian, dan prosedur penelitian.
4. BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN, berisi hasil-hasil penelitian dan
pembahasannya sesuai tahapan-tahapan penelitian yang telah dilakukan.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN yang memaparkan kesimpulan dari
penelitian dan saran untuk mengembangkan penelitian.

Dwi Putri Desti Utami, 2019


RANCANG BANGUN ALAT UKUR EMISI KARBON DIOKSIDA PORTABEL PADA TANAH MENGGUNAKAN
SENSOR MG811
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai