HIPERBILIRUBIN
Di Ruang Perinatologi
Oleh:
AISA TRI WIJAYANTI
NIM. 1930005
Laporan Pendahuluan hiperbilirubin di Ruang Perinatologi Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang Oleh :
Nama : Aisa Tri Wijayanti
NIM : 1930005
Prodi : Pendidikan Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen Anak,
yang dilaksanaka pada tanggal 13 Januari – 18 Januari 2020, yang telah disetujui dan disahkan
pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
Kepala Ruang
(.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBIN
A. Definisi
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin darah yang kadar nilainya lebih
dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
(Suriadi 2010)
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia mencapai suatu
nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernicterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik.
Hyperbilirubinemia (icterus pada bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa, dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning. (Ngastiyah, 2010).
B. Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah icterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas
pada bayi.
Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.
Iktrus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah icterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut :
D. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang
larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati.Frekuensi
dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta
jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan
menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin
tidak mencapai tingkat patologis.
E. Patofisiologi
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin.
Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah
dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme
sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk
menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam
air(bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma
terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh
dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan
larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam glukoronat(bilirubin terkonjugasi,
direk)(Sacher,2004).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke
sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus ,bilirubin diuraikan oleh
bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan
diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur
enterohepatik, dan darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini
umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian
dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut
air bersama urin(Sacher, 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul pada
dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus
bila kadarnya >7mg/dl(Cloherty et al, 2008).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi
kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati(karena
rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa
adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan
hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika
konsentrasinya mencapai nilai tertentu(sekitar 2-2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke
dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut ikterus
atau jaundice(Murray et al,2009).
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah :
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau ketiga, dan mencapai puncak pada hari
ketiga – keempat dan menurun pada hari kelima – ketujuh yang biasanya merupakan
jaundice fisiologis
4. Ikterus adalah pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning
terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit berwarna kuning
kehujauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urine gelap dan warna tinja pucat seperti dempul
6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau mengisap
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retradasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang,
stenosis yang disertai ketegangan otot.
I. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus : kerusakan neurologis, cerebral palsy, retrdasi mental, hiperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinasi dan tangisan yang melengking.
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium (pemeriksaan darah)
a. Pemeriksaan bilirubin serum. Pada bayi prematur kadar bilirubin > 14 mg/dl dan
bayi cukup bulan, kadar bilirubin 10 mg/dl merupakan keadaan fisiologis.
b. Hb, HCT, hitung Darah Lengkap
c. Protein serum total
2. USG untuk evaluasi anatomi cabang kantung empedu
3. Radiosotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dan atresia
biliary
K. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI)
2. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada neonatus dan janin
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengekresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transfere yang mana dapat meningkatkan
bilirubin konjugasi dan clerence hepatic pigmen dalam empedu.Fenobarbital tidak
begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi
untuk menurunkan bilirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada
bilirubin dari billiverdin,
Dengan criteria alat :
7. Transfusi tukar
Transfuse tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui
yang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga
lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari
Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas dapat diidentifikasikan masalah yang
memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun
perencanaan asuhan keperawatan.Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai
diagnosa keperawatan melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
12. Keamanan
a. Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau,
gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
b. Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
c. Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan
mobil atau sarana lainnya.
d. Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E. Marlyn & Moerorse Mary Frace.2010. Rencana Perawatan Maternal Bayi.EGC.
Jakarta
Prawirohadjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Suriadi, dan Rita Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Fajar Inter Pratama. Jakarta
Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.