Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga,
pada tahanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standart keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Kelompok Kerja keperawatan CHS,1994; Mc Closkey & Grace,2001).
Tujuan asuhan keperawatan keluarga (Kozier & Erb, 1995; Friendman
1998;Mc Closkey & Grace,2001) adalah sebagai berikut:
1. Memandirikan klien sebagai bagian dari anggota keluarga.
2. Menyejahterakan klien sebagai gambaran kesejahteraan keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap anggota keluarga.
4. Meningkatkan produktivitas klien dan keluarga.
5. Meningkatkan kualitas keluarga.
Karakteristik “Keluarga Indonesia Berkualitas” menurut BKKBN (2003)
adalah (1) sejahtera, (2) sehat, (3) maju, (4) jumlah anak ideal, (5) harmonis, (6)
berwawasan, (7) bertanggung jawab, (8) berjiwa mandiri, dan (9) bertakwa.
Misi memberikan asuhan keperawatan keluarga yang berkualitas adalah
sebagai berikut:
1. Memberdayakan keluarga untuk membangun setiap anggota keluarganya
agar dapat memelihara kesehatan yang optimal.
2. Membina kemitraan dengan keluarga sehingga dapat mandiri dan
meningkatkan ketahanan keluarga.
3. Meningkatkan peran keluarga dalam prevensi primer, sekunder, dan tersier
di bidang kesehatan.
4. Mewujudkan kesehatan sebagai hak setiap individu dalam anggota
keuarga.
5. Mempersiapkan SDM yang berkualitas dengan peran serta aktif keluarga
sehinggan memiliki karakter yang kuat dan cerdas.
1.2 TUJUAN
1.3 BATASAN
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 ASUHAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI


2.1.1 Pengkajian Asuhan Keluarga Hipertensi
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat
ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat
ini dan waktu sebelumnya (Potter dan Perry,2009 dalam Tofik Amin 2013).
Menurut Murwani (2011) dalam Tofik Amin, penyakit darah tinggi
atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140 mmHg,
diastole 90 mmHg). Berdasarkan tinggi rendahnya diastolic maka dapat
beberapa gradasi tekanan darah tinggi, meliputi : hipertensi berat apabila
diastole lebih besar dari 130 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan
diastole 105 sampai 129 mmHg, hipertensi ringan apabila tekanan diastole
90 sampai 104 mmHg, dan hipertensi borderline bila tekanan darah yang
normal dan tak terdapat kelainan organ-organ, dan hipertensi maligna
adalah tekanan diastole lebih dari 120 mmHg, hipertensi sistolik apabila
tekanan darah systole melebihi 10 mmHg. Nilai normal tekanan darah
menurut WHO 120/80 mmHg sampai 140/90 mmHg.
Tanda gejala hipertensi yaitu, yang pertama nyeri kepala saat terjaga
terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah.
Kedua yaitu, penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai
dampak dari hipertensi. Ketiga yaitu, ayunan langkah yang tidak mantap
karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat. Keempat yaitu, nokturia
(sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan tekanan darah
ginjal dan filtrasi glomerulus. Kelima yaitu, edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. (Ardiansyah, 2012
dalam Tofik Amin 2013)
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara
yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri akan membantu untuk
menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut yaitu, resepsi, persepsi dan
reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya samapai di dalam massa berwarna abu-
abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-
sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak
atau ditransmisi tanpa hambatan ke kortek serebral. Sekali stimulus nyeri
mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersiapkan nyeri (Potter dan Perry, 2006).
Penyebab hipertensi di antaranya yaitu, yang pertama genetik
individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi beresiko
lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini dibanding mereka yang tidak.
Kedua yaitu, jenis kelamin dan usia laki-laki berusia 35 sampai 50 tahun
dan wanita pasca menopouse beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
Ketiga yaitu, diet konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi. Keempat
yaitu, berat badan atau obesitas 25 persen lebih berat di atas berat badan
ideal juga sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi. Kelima yaitu,
gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan
(Ardiansyah, 2012).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, bila anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga (Suprajitno, 2004). Menurut teori setiadi (2008),keluarga
lanjut usia mempunyai tugas perkembangan yaitu penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup,menerima kematian
pasangan,kawan dan mempersiapkan kematian,mempertahankan keakrban
pasangan dan saling merawat,melakukan life review masa lalu.
Menurut Setiadi (2008),fungsi pemeliharaan kesehatan,keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan
setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang di alami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatin dan tanggung jawab keluarga,maka
apabila menyadari adanya adanya perubahan perlu segera dicatat kapan
terjadinya perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
berdasarkan lima fungsi keluarga yaitu,yang pertama ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah apabila keluarga tidak mengetahui
tentang persepsi terhadap keparahan penyakit, pengertian, tanda gejala,
faktor penyebab,persepsi keluarga terhadap masalah (Achjar 2010)

2.1.2 Diagnosa Asuhan Keluarga Hipertensi


Diagnosa keperawatan adalah fase proses keperawatan. Pada fase ini
perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menginter-
pretasikan data pengkajian dan mengindentifikasi kekuatan serta masalah
klien (Kozier, 2011).
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan
(problem/P) yang berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga. Diagnosa keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk problem
(P) dapat digunakan tipologi dari NANDA maupun Doengoes sebagai
masalah individu yang sakit dan etiologi (Muhlisin, 2012).
Langkah diagnosa keperawatan harus dilakukan secara efektif
dalam menghasilkan dan melengkapi rencana asuhan keperawatan. Yaitu
data fokus yang penulis dapatkan peningkatan tekanan darah adalah data
subyektif mengatakan nyeri P (provocate), Q (quality) nyeri seperti dipukul,
R (region) nyeri dibagikan kepala, S (scale) : skala 6, T (time) pada saat
beraktivitas. Menurut Ardiansyah (2012), pada kasus hipertensi gejala yang
dialami pasien antara lain sakit kepala (rasa berat di tengkuk, palpitasi,
kelelahan, nausea, muntah-muntah, kegugupan, keringat berlebih tremor
otot, nyeri, ekspansi, pandangan kabur atau ganda tinitus (telinga
mendenging) serta kesulitan tidur. Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih
dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Potter
dan Perry,2006).
Menurut Setiadi (2008), fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan
setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya
perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2.1.3 Rencana Asuhan Keluarga Hipertensi


Menurut kozier (2011), rencana keperawatan adalah fase proses
keperawatan dan sistematis dan mencakup pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah. Rencana asuhan keperawatan berisi tindakan yang
harus perawat lakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan klien dan
mewujudkan hasil yang diharapkan.
Menurut Murwani (2011), penyakit darah tinggi atau hipertensi
adalah suatu keadaan diman tekanan systole mengalami kenaikan yang
melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140 mmHg, diastole 90
mmHg). Sehingga dengan pasien yang mempunyai tekanan darah tinggi
memerlukan tindakan untuk selalu diperiksa tekanan darahnya.
Kaji karakteristik nyeri, dengan rasional untuk mengetahui
karakteristik nyeri klien. Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri merupakan
kejadian yang menekan atau stres dan dapat mengubah gaya hidup dan
kesejahteraan psikologi individu. Respon fisiologis terhadap nyeri dapat
menunjukkan keberadaan dan sifat nyeri. Indikator perilaku efek nyeri
meliputi ekspresi wajah meringis, menggeletukkan gigi, mengernyitkan
dahi, menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata atau mulut
dengan lebar serta menggigit bibir.
Ajarkan keluarga membuat obat tradisional untuk hipertensi, dengan
rasional agar klien bisa mengambil manfaat dari obat-obatan tradisional
yaitu seledri. Menurut Utami (2008), seledri berkhasiat sebagai obat
hipertensi, sakit mata, masuk angin, mual dan rematik karena mengandung
hidrat arang, fosfor, zat beso vitamin A, B1 dan C serta sponin, flavonoid,
polifenol dan zat apirin. Cara pembuatan yaitu 3 batang seledri masing-
masing sepanjang 20 cm cuci bersih seledri lalu tumbuk hingga bahan halus,
campurkan dengan 50 ml air kemudian peras.
Ajarkan teknik relaksasi, dengan rasional untuk mengurangi rasa
nyeri pada klien. Menutur Poter dan Perry (2006), latihan relaksasi progresif
meliputi kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dan rangkaian serta
relaksasi kelompok otot, klien mulai latihan bernafas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dapat mengembang penuh. Saat klien melakukan pola
pernafasan yang teratur. Kegiatan ini menciptakan sensasi melepaskan
ketidaknyamanan dan stres. Secara bertahap klien dapat merealisasikan otot
tanpa harus terlebih dahulu menegangkan otot-otot tersebut. Saat klien
mencapai relaksasi penuh maka persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas
terhadap pengalaman nyeri menjadi minimal.
Anjurkan minum obat captopril 5 miligram per 12 jam, dengan
rasional agar tekanan darah klien menurun. Menurut Ardiansyah (2008)
terapi obat pada penderita hipertensi yaitu captopril 12,5 -25 miligram
sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Menurut Rudianto (2013), cara kerja
obat terebut adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningktan tekanan darah).
Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian hipertensi, tanda
gejala hipertensi, dan penyebab hipertensi dengan rasional untuk
meningkatkan pengetahuan pada klien tentang hipertensi. Menurut Potter
dan Perry (2005), pendidikan kesehatan merupakan untuk mengetahui dan
mendapat informasi tentang diagnosis, prognosis, pengobatan dan risiko
yang dihadapinya. Materi pendidikan yang disiapkan harus mudah
dipahami.

2.1.4 Implementasi Asuhan Keluarga Hipertensi


Menurut Kozier (2011), implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatn berdasarkan terminologi.
Nursing Intervention Classification (NIC) adalah pengaturan energi yang
digunakan untuk merawat atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan
fungsi (Wilkinson, 2007). Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (program
keperawatan).

2.1.5 Evaluasi Asuhan Keluarga Hipertensi


Evaluasi adalah menilai atau mengahargai. Evaluasi adalah fase
kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Melalui evaluasi perawat
menunjukkan tanggung jawab tanggung gugat terhadap tindakan mereka,
menunjukkan perhatian pada hasil tindakan keperawatan dan menunjukkan
keinginan untuk tidak meneruskan tindakan yang tidak efektif tetapi
mengadopsi yang lebih efektif (Kozier,2011).

2.2 TOPIK TEMA YANG DITELITI


BAB 3
KEGIATAN (KASUS)

3.1 PENGKAJIAN KELUARGA HIPERTENSI


Pada bab ini dibahas tentang hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga Tn. H pada Ny.S dengan hipertensi. Pengkajian dialkukan pada
tanggal 26 april 2013 sampai tanggal 28 april 2013.
A. Data Umum Keluarga
Pengkajian dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa didapatkan
data umum nama kepala keluarga yaitu Tn. H, umur 76 tahun, pekerjaan petani,
pendidikan SD, alamat Karangrejo RT 15 / RW 02 kecamatan Kalijambe,
komposisi keluarga yaitu Ny.S sebagai istri dan bekerja sebagai petani, Sdr.A
anak laki-laki dari Tn. H dan bekerja diswasta dengan tipe keluarga usia lanjut.
Rata-rata penghasilan Ny. S antara Rp.500.000 – 800.000 Ny. S bekerja sebagai
petani bercocok tanam di sawah miliknya sendiri dan itu sudah mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Keluarga Ny. S tidak
mempunyai tabungan untuk keperluan mendadak. Genogram pada keluarga Tn.
H dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
B. Pengkajian
Hasil pengkajian dan tahap perkembangan keluarga Tn. H dan Ny.S adalah
tahap perkembangan usia lanjut. Tahap perkembangan pada usia lanjut antara
lain : yangt pertama, penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara
hidup yaitu Tn. H tidak termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) tetapi bekerja
sebagai petani dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya tidak ada perubahan. Tn.
H dan Ny. S masih mampu menafkahi keluarganya dengan bekerja sebagai
petani. Tahap perkembangan yang kedua adalah menerima kematian pasangan,
kawan dan mempersiapkan kematian yaitu Tn. H dan Ny. S belum siap
menerima kematian pada salah satu pasangannya, maupun teman dekatnya dan
belum mempersiapkan kematian karena masih ingin hidup didunia ini.
Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat yaitu dalam keluarga
yang sakit selalu saling merawat. Keempat, melakukan life review masa lalu
yaitu dalam kehidupan keluarga Tn. H sebelumnya mempunyai kesulitan dan
pemenuhan kebutuhan keluarga, tetapi dalam kehidupan sekarang keluarga Tn.
H sudah bercukupan karena anak nomor dua,tiga,dan yang paling terahkir sudah
bekerja dan membantu kebutuhan keluarga. Sebelum menderita penyakit
hipertensi Tn. H mengatakan Ny.S sering mengkonsumsi makanan yang tinggi
garam, tetapi setelah menderita hipertensi Ny.S sudah berusaha mengurangi
makanan yang tinggi garam.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu, penyesuian
terhadap masa pensiun dimana Tn.H sudah berumur 76 tahun seharusnya sudah
tidak bekerja, karena Tn.H bekerja sebagai petani dan sebagai kepala keluarga
sehingga Tn.H bekerja sebagai petani dan sebagai kepala keluarga sehingga
Tn.H belum bisa untuk berhenti pensiun dari pekerjaannya. Riwayat keluarga
inti Tn.H dan Ny.S menikah sudah 43 tahun yang lalu dan dikaruniai 4 anak
Tn.H tidak mengeluh sakit dan Sdr.A juga tidak mengeluh sakit apapun,
sedangkan Ny.S mengeluh nyeri kepala P (provocate) Ny.S tekanan darah
meningkat Q (quality) nyeri seperti dipukul, (region) nyeri dibagian kepala,
S(Scale) skala 6,T(time) pada saat beraktivitas.Ny.S mempunyai riwayat
penyakit hipertensi sudah 2 tahun yang lalu.Ny.S tampak meringis kesakitan saat
nyeri timbul.
Riwayat keluarga sebelumnya Ny.S mempunyai penyakit keturunan dari
orang tua yaitu hipertensi tetapi Ny.H tidak mempunyai penyakit
menular.Fungsi keluarga yang bermasalah pada keluarga Tn.H adalah dalam
mengenal masalah dimana keluarga Tn.H mengatakan belum mengetahui
pengertian,penyebab,dan tanda gejala dari penyakit hipertensi.
Hasil dari pengkajian pemeriksaan fisik pada Ny.S didapatkan data untuk
tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg,nadi 96 kali per
menit,pernafasan 16 kali per menit,berat badan 42 kilogram dan tinggi badan
160 sentimeter.Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan masalah.Keluhan yang
dirasakan Ny.S adalah kepala pusing,nyeri saat beraktivitas,nyeri seperti
dipukul,nyeri di bagian kepal,dan skala nyeri 6.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI


Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi,penulis menemukan
masalah yang dikeluhkan pasien dan menjadi prioritas diagnose keperawatan
yaitu nyeri akut pada Ny.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
Tn.H dalam mengenal masalah tentang penyakit hipertensi.Data subyektif Ny.S
mengatakan nyeri kepala P(provocate) tekanan darah 160/100 mmHg,Q(quality)
nyeri seperti dipukul,R(region) nyeri dibagian kepala,S(scale) skala 6,T (time)
pada saat beraktivitas,Ny.S tidak tahu tentang pengertian,penyebab,dan tanda
gejala hipertensi.Data obyektif Ny.S tampak meringis kesakitan saat nyeri
timbul.Diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan Tn.H dalam mengenal tentang hipertensi.Skoring prioritas
masalah asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.H dapat tabel dibawah
ini :
Tabel scoring prioritas Masalah Keperawatan keluarga pada keluarga Tn.H.
Criteria Skor Bobot
Sifat maslah : 3/3 x 1 1
1. actual
2. kemungkinaan ½x1 1
masalah dapat diubah
sebagai
3. kemungkinan 2/3 x 1 2/3
masalah dapat dicegah
menjadi cukup
4. menanyakan 2/2 x 1 1
masalah dirasakan dan
harus segera ditangani
Total 3 2/3

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI


Rencana asuhan keperawatan tanggal 26 april 2013 pukul 10.00 wib dengan
tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali kunjungan
rumah diharapkan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 2, dan tujuan
khusus setelah dilakukan tindakan selama 2 kali kunjungan rumah keluarga
mampu menyebutkan pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, dan tanda dan
gejala hipertensi.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu observasi
tanda-tanda vital, dengan rasional unyuk mengetahui status kesehatan pasien.
Kaji karakteristik nyeri dengan rasional untuk mengetahui karakteristik nyeri.
Ajarkan keluarga membuat obat tradisional untuk hipertensi dengan rasional
agar klien bisa mengambil manfaat dari obat-obatan tradisional. Ajarkan teknik
relaksasi, dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri pada klien. Ajurkan
minum obat captopril 5 milgram per 12 jam, dengan rasional agar tekanan darah
klien menurun. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian hipertensi,
tanda gejala hipertensi dan penyebab hipertensi dengan rasional untuk
meningkatkan pengetahuan pada klien tentang hipertensi.

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI


Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 april 2013 pukul
10.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital, respon subyektif Ny.S
mengatakan bersedia diperiksa dan respon objektif tekanan darah 160/100
mmhg, nadi 96 kali per menit. Pukul 10.20 WIB mengajarkan cara membuat
obat tradisional (seledri) didapatkan respon subyektif Ny.S mengikuti apa yang
di ajarkan, dan respon subyektif Ny.S tampak paham. Pukul 10.45 WIB
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, didapatkan respon subyektif Ny.S
mengatakan mulai bisa teknik relaksasi nafas dan respon objek;tif Ny.S dapat
melakukan nafas dalam dengan baik. Pukul 11.00 WIB menganjurkan minum
obat captropil 25 millgram per 12 jam, didapatkan respon subyektif Ny.S
mengatakan mau diberi obat, dan respon obyektif captopril 25 miligram masuk
lewat mulut. Pukul 11.30 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian, penyebab, dan tanda gejala hipertensi dan didapatkan respon
subyektif Ny.S mengatakan ingin memperhatikan dan mendengarkan, dan
respon obyektif Ny.S tampak paham.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 27 april 2013, yaitu
pukul 10.00 WIB mengobservasi tanda vital, didapatkan respon subyektif Ny.S
mengatakan bersedia diperiksa,dan respon obyektif tekanan darah 130/80
mmHg,nadi 80 kali per menit.Pukul 10.45 WIB mengkaji karakteristik
nyeri,didapatkan respon subyektif Ny.S mengatakan nyeri berkurang,dengan
P(provocate) peningkatan tekanan darah,Q(quality) nyeri seperti dipukul sudah
hilang,R(region) nyeri dibagian kepala,S(scale) skala 2,T(time) pada saat
beraktivitas.Dan respon obyektif wajah tampak rileks.

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI


Setelah dilakukan tindakan keperawatan,hasil evaluasi dilakukan pada
tanggal 28 april 2013 pukul 11.00 WIB dengan menggunakan metode SOAP
didapatkan data subyektif Ny.S mengatakan nyeri sudah berkurang.P
(provocate) peningkatan tekanan darah sudah berkurang,Q (quality) nyeri
seperti dipukul sudah hilang,R(region) nyeri dibagikan kepala sudah
hilang,S(scale) : skala 2,T(time) pada saat beraktivitas.Keluarga Tn.H
mengatakan sudah mengetahui tentang pengertian,penyebab,dan tanda gejala
penyakit hipertensi.Dan data obyektif pasien tampak rileks,tekanan darah 130/90
mmHg,nadi 80 kali per menit.Berdasarkan,data subyektif dan data obyektif di
atas dapat dianalisis masalah sudah teratasi dan planning intervensi kunjungan
ke rumah Tn.H dihentikan.
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisakan keluarga sebagai dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain
menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga,
pada standart keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket keperawatan,
dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (kelompok kerja
keperawatan CHS, 1994; Mc Closkey dan Grace, 2001)

4.2 SARAN
a. Bagi penulis
Penulis hanya melakukan asuhan keperawatan tentang nyeri
hipertansi, diharapkan penulis selanjutnya menulis tentang komplikasi
hipertensi.
b. Bagi institusi
1). Bagi puskesmas
Hasil studi kasus ini dihaapkan puskesmas dapat memberikan
pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik
antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan
hipertensi khususnya.
2). Bagi pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan pendidikan yang berkualitas dan profesional sehingga dapat
tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Sikap Perawat Dalam Praktek
    Sikap Perawat Dalam Praktek
    Dokumen15 halaman
    Sikap Perawat Dalam Praktek
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • RKM Perina
    RKM Perina
    Dokumen5 halaman
    RKM Perina
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • RKM Perina
    RKM Perina
    Dokumen5 halaman
    RKM Perina
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • MENGENAL GANGGUAN MENTAL ORGANIK DAN NON ORGANIK
    MENGENAL GANGGUAN MENTAL ORGANIK DAN NON ORGANIK
    Dokumen36 halaman
    MENGENAL GANGGUAN MENTAL ORGANIK DAN NON ORGANIK
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Dokumen12 halaman
    Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cover Mater
    Cover Mater
    Dokumen37 halaman
    Cover Mater
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen33 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Aisa Titip LP
    Aisa Titip LP
    Dokumen16 halaman
    Aisa Titip LP
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Seksual
    Gangguan Seksual
    Dokumen16 halaman
    Gangguan Seksual
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • ARITMIA
    ARITMIA
    Dokumen18 halaman
    ARITMIA
    nugrahita
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Seksual
    Gangguan Seksual
    Dokumen16 halaman
    Gangguan Seksual
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • CAMPAK
    CAMPAK
    Dokumen6 halaman
    CAMPAK
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • CAMPAK
    CAMPAK
    Dokumen6 halaman
    CAMPAK
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Anemia Edit
    Anemia Edit
    Dokumen13 halaman
    Anemia Edit
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala Ringan
    Cedera Kepala Ringan
    Dokumen26 halaman
    Cedera Kepala Ringan
    Ely Prayunika Dewi
    80% (5)
  • Campak
    Campak
    Dokumen12 halaman
    Campak
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Campak
    Campak
    Dokumen12 halaman
    Campak
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • KLMPK 1 Patfis
    KLMPK 1 Patfis
    Dokumen11 halaman
    KLMPK 1 Patfis
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cover Mater
    Cover Mater
    Dokumen37 halaman
    Cover Mater
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat