Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PEMBUKAAN

1.1 LATAR BELAKANG


Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak bisa
bebas dari kecemasan dan perasaan bersalah. Dia tetap mengalami kecemasan dan
perasaan bersalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah
itu.Ia sanggup menghadapi masalah-masalah biasa dengan penuh keyakinan diri
dan dapat memecahkan masalah-masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang
hebat pada struktur dirinya. Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari
konflik dan emosinya tidak selalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga
dirinya. Keadaan yang demikian justru berkebalikan dengan apa yang terjadi pada
orang yang mengalami kesehatan mental yang buruk.
Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan
industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleknya masyarakat, maka
banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan/disorder mental di kota-
kota besar. Makin banyaklah warga masyarakat yang tidak mampu melakukan
penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan sosial. Mereka
itu mengalami banyak frustasi, konflik-konflik terbuka/eksternal dan
internal,ketegangan batin dan menderita gangguan mental.
Untuk memahami tidaknya suatu ganguan mental tidak semudah mengenal
pada gangguan fisik. Banyak faktor yang mempengaruhi kesepakatan pengertian
terhadap gangguan mental ini. Selain karena faktor kultural yang mengartikan
konsep sehat dan sakit secara berbeda antara budaya satu dengan lainnya, juga
faktor individual yaitu presepsi dan perasaan yang sangat subjektif sifatnya.
Namun demikian, kita menyadari bahwa gangguan mental itu diakui masyarakat
sama halnya seperti gangguan fisik. Berdasarkan analisis diatas, kami akan
membahas tenatang “GANGGUAN MENTAL ORGANIK DAN NON
ORGANIK”

1.2 RUMUSAN MASALAH


Terdapat berbagai macam masalah yang akan kita bahas, yaitu :

Page | 1
1. Bagaimana definisi gangguan mental organik dan non organik ?
2. Apa etiologi dari gangguan mental organik dan non organik ?
3. Apa saja manifestasi gangguan mental organik dan non organik ?
4.Bagaimana pohon masalah dari gangguan mental organik dan non organik ?
5. Bagaimana tindakan medis gangguan mental organik dan non organik?
6. Bagaimana Askep gangguan mental organik dan non organik ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Selain rumusan masalah, kita juga akan membahas tujuan penulisan.
1. Mengetahui definisi gangguan mental organik dan non organik.
2. Mengetahui etiologi dari gangguan mental organik dan non organik.
3. Mengetahui macam manifestasi gangguan mental organik dan non organik.
4. Memahami pohon masalah dari gangguan mental organik dan non organik.
5. Mengetahui tindakan medis gangguan mental organik dan non organik.
6. Mengetahui askep gangguan mental organik dan non organik.

1.4 MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan teman-teman mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami dengan baik.
2. Bagi penulis
Dengan makalah ini diharapkan penulis dapat menrapkan dan lebih
memahami ilmu yang diperoleh.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GANGGUAN MENTAL ORGANIK


2.1.1 Definisi Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organik merupakan sebuah gangguan mental yang
memiliki dasar organik yang patologis yang juga bisa diidentifikasi seperti halnya
penyakit serebralvaskular, tumor otak, intoksikasi obat-obatan, dll. Secara umum,
ganguan mental seperti ini bisa diklasifikasikan menjagi 3 kelompok berdasarkan
kepada gejala utamanya yang merupakan gangguan berbahasa, gangguan kognitif
seperti halnya penurunan daya ingat, dan juga gangguan perhatian. Ketiga
kelompok gangguan mental itu adalah delirium, dimensia, serta gangguan
amnestik. Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak
ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia.
Depresi) Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan
gangguan yang disebut organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan
gangguan yang disebut fungsional.

Didalam DSM IV diputuskan bahwa perbedaan lama antara gangguan


organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama.
Bagian yang disebut “Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang
disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif
lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.

Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan


jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak
Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang
langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan
penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ
atau sistem tubuh.

Page | 3
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan
Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom
(gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental
Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas
Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak
dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom Otak
Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lamanya
penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah
kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada
Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.

Dalam sumber lain, gangguan mental organik meliputi juga gangguan


mental organik selektif yang mencakup gangguan kepribadian organik antara lain
seperti sindroma lobus frontalis, sindroma amnesia organik, sindrom waham
organik, halusinosis organik, sindroma afektif organik.

2.1.2 Etiologi Gangguan Mental Organik


Etiologi primer berasal dari penyakit di otak dan suatu cedera atau
rudapaksa otak atau dapat dikatakan disfungsi otak. Sedangkan etiologi sekunder
berasal dari penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau system tubuh.
Istilah organic merupakan sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan
dengan gangguan/ penyakit sistemik/ otak secara bebas dapat didiagnosis.
Sedangkan istilah simtomatik untuk gangguan mental organic yang pengaruhnya
terhadap otak merupakan akibat sekunder dari gangguan/ penyakit ekstra serebral
sistemik seperti zat toksik berpengaruh pada otak bias bersifat sesaat/jangka
panjang.

2.1.3 Manifestasi Gangguan Mental Organik


Tanda dan gejala gangguan mental organic adalah:
1. Adanya gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya piker, daya
belajar)
2. Adanya gangguan sen sorium (gangguan kesadaran dan perhatian)

Page | 4
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam persepsi
(halusinasi), isi pikiran (waham/delusi), dan suasana perasaan
(depresi,gembira,cemas).
2.1.4 Klasifikasi Gangguan Mental Organik
1. Delirium
Delirium adalah kejadian akut atau subakut neuropsikiatri berupa
penurunan fungsi kognitif dengan gangguan irama sirkardian dan bersifat
reversibel. Penyakit ini disebabkan oleh disfungsi serebral dan
bermanifestasi secara klinis berupa kelainan neuropsikiatri. Definisi
delirium menurut Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM-IV-TR) adalah sindrom yang memiliki banyak penyebab dan
berhubungan dengan derajat kesadaran serta gangguan kognitif. Tanda
yang khas adalah penurunan kesadaran dan gangguan kognitif. Adanya
gangguan mood (suasana hati), persepsi dan perilaku merupakan gejala
dari defisit kejiwaan. Tremor, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia
urin merupakan gejala defisit neurologis.
Klasifikasi delirium berdasarkan DSM-IV-TR :
- Delirium karena kondisi medis umum
- Delirium karena intoksikasi zat
- Delirium karena sindrom putus zat
- Delirium karena etiologi yang multiple
- Delirium yang tak terklasifikasikan

2. Demensia
Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya
diakibatkan oleh proses degeneratif yang progresif yang mengenai fungsi
kognitif . Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif (biasanya tanpa gangguan kesadaran) yang
mempengaruhi kepribadian pasien.

2.1.5 Pathway Gangguan Mental Organik


2.1.5.1 DELIRIUM

Page | 5
2.1.5.2 DEMENSIA

Page | 6
2.1.6 Tindakan Medis Gangguan Mental Organik
1. Medikamentosa
a) Simptomatis tergantung gejala psikiatri yang manifest
b) Pengobatan terhadap penyakit/gangguan sistemik yang menyebab-
kan gangguan mental tersebut
2. Psikoterapi supportif
3. Rawat bersama dengan spesialis terkait lain, sesuai dengan jenis
penyakit/gangguan yang menyebabkan mental tersebut.

2.1.7 Asuhan Keperawatan Gangguan Mental Organik


2.1.7.1 Delirium
a. Pengkajian
1. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan
dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang
berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah
kesadaran menurun.
3. Faktor predisposisi
Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan
diagnosis serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan
struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan
perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala
psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi
perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala
tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme
pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari
keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri
kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau

Page | 7
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak.
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis,
gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau
yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah
jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).
4. Pemeriksaan fisik
Kesadran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang
menurun dan tidak mau makan.
5. Psikososial
a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot
memberi pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot .
b. Konsep diri
 Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran
diri karena proses patologik penyakit.
 Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
 Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian
antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu
diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran
berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber
yang cukup.
 Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
kemampuan yang ada.
 Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga
klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
c. Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep
diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang

Page | 8
yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak
sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan
hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang
lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan
hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan
kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial,
hubungan dangkal dan tergantung.
d. Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat
tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadatnmya
sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Status mental
a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat
dirinya sendiri.
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan
adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme,
otomatis, steriotipi.
d. Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asa.
e. Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak
dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaa
tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan
perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi dirinya,
karena afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari
dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal.
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai
karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan
afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.

Page | 9
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata
kurang.
g. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu
atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan,
sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang
paling sering ditemukan adalah halusinasi.
h. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,
tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap
realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian
subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang
tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang
kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir
yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya
asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik
(memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien
regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi
dan neologisme.
i. Tingkat kesadaran
Kesadran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan
orang.
j. Memori
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada
beberapa jam atau hari yang lampau) dan yang sudah lama berselang
terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
k. Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi

Page | 10
l. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan dalam penilaian atau keputusan.
7. Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau
duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan
sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang
malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau
makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga,
aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih
sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang
dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
8. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan
menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan mengem-
bangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak mampuan
mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer
terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang
digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi
kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-
ngomel) dan menutup diri.
9. Dampak masalah
a. Individu
 Perilaku, klien muningkin mengbaikan atau mendapat kesulitan
dalam melakukan kegiatas sehari-hari seperti kebersihan diri
misalnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti
pakaian.
 Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga
diri, harga diri rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan
putus asa sehingga klien perlu diisolasi.

Page | 11
 Kemadirian klien kehilangan kemandirian adan hidup keter-
gantungan pada keluarga atau oorang yang merawat cukup
tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.

b. Diagnosa
1. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan berespon pada sensori-perseptual
(halusinasi dengan dan lihat).
2. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, status emoosional yang
meningkat.
3. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan
sistem pendukung yang tidak adequat.
4. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang
menurun
5. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat
antipsikotik berhubungan dengan kurangnya informasi.

c. Intervensi
1. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan berespon pada gangguan sensori-
perseptual (halusinasi dengar dan lihat).
Batasan kriteria :
 Sasaran jangka pendek :
Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan
kegelisahan dan melaprkan pada perwat agasr dapat diberikan
intervensi sesuai kebutuhan.
 Sasaran jangka panjang :
Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan
selama di rumah sakit.
INTERVENSI RASIONAL

Page | 12
1.Pertahankan agar lingkungan klien 1.Tingkat ansietas atau gelisah akan
pada tingkat stimulaus yang rendah meningkat dalam lingkungan yang penuh
(penyinaran rendah, sedikit orang, stimulus
dekorasi yang sederhana dan
tingakat kebisingan yang rendah) 2. Lingkungan psikososial yang
terapeutik akan menstimulasi
2. Ciptakan lingkungan psikososial : kemampuan perasaan kenyataan.
sikap perawat yang bersahabat,
penuh perhatian, lembuh dan 3. Observasi ketat merupakan hal yang
hangat). Bina hubungan saling penting, karena dengan demikian
percaya (menyapa klien dengan intervensi yang tepat dapat diberikan
rama memanggil nama klien, jujur , segera dan untuk selalu memastikan
tepat janji, empati dan menghargai. bahwa kien berada dalam keadaan
Tunjukkan perwat yang aman
bertanggung jawab
4. Klien perlu dikembangkan
3. Observasi secara ketat perilaku klien kemampuannya untuk menilai realita
(setiap 15 menit) secara adequat agar klien dapat
beradaptasi dengan lingkungan.Klien
4. Kembangkan orientasi kenyataan : yang berada dalam keadaan gelisah,
Bantu kien untuk mengenal bingung, klien tidak menggunakan
persepsinya. Beri umpan balik benda-benda tersebut untuk
tentang perilaku klien tanpa membahayakan diri sendiri maupun
menyokong atau membantah orang lain.
kondisinya. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan persepsi an daya 5. Klien halusinasi pada faase berat tidak
orientasi. dapat mengontrol perilakunya.
Lingkungan yang aman dan
5. Lindungi klien dan keluarga dari pengawasan yang tepat dapat
bahaya halusinasi : Kaji halusinasi mencegah cedera.
klien. Lakukan tindakan pengawasan
ketat, upayakan tidak melakukan 6. Klien yang sudah dapat mengontrol
pengikatan. halusinasinya perlu sokongan
keluarga untuk mempertahnkannya.
6. Tingkatkan peran serta keluarga pada
tiap tahap perawatan dan jelaskan 7. Obat neroleptika ini dipakai untuk
prinsip-prinsip tindakan pada mengendalikan psikosis dan
halusinasi. mengurangi tanda-tanda agitasi.

7. Berikan obat-obatan antipsikotik


sesuai dengan program terapi
Haloporidol (2 x 2 mg) dan (pantau
keefektifan dan efek samping obat).
meningkat dalam lingkungan yang
penuh stimulus.

Page | 13
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, status emosional yang meningkat.
Batasan kriteria :
Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor
kulit jelek, ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
 Sasaran jangka pendek :
1. Klien dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
2. Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas
normal dalam 1 minggu
 Sasaran jangka panjang :
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor masukan, haluaran dan 1.Informasi ini penting untuk membuat
jumlah kalori sesuai kebutuhan. pengkajian nutrisi yang akurat dan
mempertahankan keamanan klien.
2. Timbang berat badan setiap pagi
sebelum bangun 2. Kehilangan berat badan merupakan
informasi penting untuk mengethui
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang perkembangan status nutrisi klien.
cukup bagi kesehatan dan proses
penyembuhan. 3. Klien mungkin tidak memiliki
pengetahuan yang cukup atau akurat
4. Kolaborasi: Dengan ahli gizi untuk berkenaan dengan kontribusi nutrisi
menyediakan makanan dalam porsi yang baik untuk kesehatan.
yang cukup sesuai dengan
kebutuhan. Pemberian cairan 4. Kolaborasi : Klien lebih suka
perparenteral (IV-line). Pantau menghabiskan makan yang disukai
hasil laboraotirum (serum oleh klien. Cairan infus diberikan
elektrolit) pada klien yang tidak, kurang dalam
mengintake makanan. Serum
5. Sertakan keluarga dalam memnuhi elektrolit yang normal menunjukkan
kebutuhan sehari-hari (makan dan adanya homestasis dalam tubuh.
kebutuhan fisiologis lainnya)
5. Perawat bersama keluarga harus
memperhatikan pemenuhan
kebutuhan secara adekuat

3. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem

Page | 14
pendukung yang tidak adequat.
Batasan kriteria :
Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain,
komnuikasi yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu
menurut pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal
 Sasaran jangka pendek :
Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang
dipercayai dalam 1 minggu.
 Sasaran jangka panjang :
Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan
perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap

INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan terapeutik : 1. Lingkungan fisik dan psikososial
- bina hubungan saling percaya yang
((menyapa klien dengan rama terapeutik akan menstimulasi
memanggil nama klien, jujur , tepat kemmapuan klien terhadap
janji, empati dan menghargai). kenyataan.
- tunjukkan perawat yang bertanggung 2. hal ini akan membuat klien merasa
jawab menjado orang yang berguna.
- tingkatkan kontak klien dengan 3. kesadran diri yang meningkat dalam
lingkungan sosial secara bertahap hubungannya dengan lingkungan
2. Perlihatkan penguatan positif pada waktu, tempat dan orang.
klien. Temani klien untuk 4. Obat ini dipakai untuk mengendalikan
memperlihatkan dukungan selama psikosis dan mengurangi tanda-tanda
aktivitas kelompok yang mungkin agitasi
mnerupakan hal yang sukar bagi
klien.
3. Orientasikan klien pada waktu,
tempat dan orang.
4. Berikan obat anti psikotik sesuai
dengan program terapi (Haloperidol
2x 2 mg

4. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun


Batasan kriteria :
Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan
kurang minat dalam berpakaian yang rapi.
 Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-
hari dalam 1 minggu
 Sasaran jangka panjang :
Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan
mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya

Page | 15
INTERVENSI RASIONAL
1. Dukung klien untuk melakukan 1. Keberhasilan menampilkan
kegiatan hidup sehari-hari sesuai kemandirian dalam melakukan suatu
dengan tingkat kemampuan kien. aktivitas akan meningkatkan harga
2. Dukung kemandirina klien, tetapi diri.
beri bantuan kien saat kurang 2. Kenyamanan dan keamanan klien
mampu melakukan beberapa merupakan priotoritas dalam
kegiatan. keperawatan.
3. Berikan pengakuan dan 3. Penguatan positif akan
penghargaan menignkatakan
positif untuk kemampuan mandiri. harga diri dan mendukung terjadinya
4. Perlihatkan secara konkrit, pengulangan perilaku yang
bagaimana melakukan kegiatan yang diharapkan.
menurut kien sulit untuk 4. Karena berlaku pikiran yang
dilakukaknya konkrit,
penjelasan harus diberikan sesuai
tingkat pengetian yang nyata

Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan
informasi dan mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
 Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan
implemetasi rencana pengjaran.
 Sasaran jangka panjang :
Klien dapat mengatan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam
memantau gejala dan tanda efek samping obat
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Hipotensi ortostatik mungikn
terjadi
2. Tetaplah bersama klien ketika
pada pemakain obat antipsikotik,
minum obat antipsikotik
Pemeriksaan tekanan darah dalam
3. Amati klien akan adanya EPS,
posisi berbaring, dudujk dan berdiri
4. Beritahu klien bahwa dapat terjadi
2.Beberapa klien mungkin
perubahan yang berkaitandengan
menyembusnyikan oabt-obat tersebut.
fungsi seksual dan menstruasi.
3. distonia akut (spame lidah, wajah,
leher dan punggung), akatisia
(gelisah, tidak dapat duduk dengan
tenang, mengetuk-negetukan
kaki,pseudoparkinsonisme (tremor
otot, rifgiditas, berjalan dengan
menyeret kaki) dan diskinesia tardif
(mengecapkan bibir, menjulurkan

Page | 16
lidah dan gerakan mengunyah yang
konstan).
4. Wanita dapat mempunyai periode
menstruasi yang tidak teratus atau
amenorhea dan pria mungkin
mengalmi impotens atau
ginekomastik.

2.1.7.2 Demensia
a. Pengkajian
a. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat
(menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
c. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun,
takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau
makan.
d. Psikososial
1) Genogram.
2) Konsep diri
a) Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena
proses patologik penyakit.
b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran
dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan
jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan
dan sumber yang cukup.
d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang
ada.

Page | 17
e) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga
dirinya rendah karena kegagalannya.

3) Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau
kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti
delusi dan halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya
dengan orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak
sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan hubungan sosial
yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar
mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung
memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang
tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi
sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
4) Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
e. Status mental
1) Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
2) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
3) Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya
peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
4) Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asa.
5) Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan
tertentu karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan
ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untukj
melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn memampukan kien
mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal.
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang

Page | 18
dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar,
tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
6) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.
7) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu
obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan
persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi
yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
8) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai
dengan penilaian yang umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang
dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik).
Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar
perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf,
hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik
(memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan
pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
9) Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang
10) Memori
Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
11) Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
12) Kemampuan penilaian
Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.

f. Kebutuhan klien sehari-hari

Page | 19
1) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah .
Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya
mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
2) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit,
karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi
penurunan berat badan.
3) Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari
biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi,
akibat terganggu pola makan.
4) Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir,
mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping
mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor
penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme
yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak
mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup
diri.

g. Daftar masalah Keperawatan


1) Perubahan proses pikir
2) Resiko jatuh
3) Resiko nutrisi/cairan kurang dari kebutuhan tubuh
4) kemunduran daya ingat
5) Penatalaksanaan regimen terapiotik tidak efektif

b. Diagnosa
Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia
progresif.
b. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan defisit sensori dan motorik
c. Syndrome defisit perawatan diri berhubungan dengan konfusi, kehilangan
kognitif dan perilaku disfungsi.
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perawatan anggota keluarga
yang mengalami disfungsi.

Page | 20
e. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan kerusakan kognitif &
perilaku
disfungsi.
f. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan gangguan pendengaran
g. Konfusi kronis berhubungan dengan degenerasi progresif korteks serebri
sekunder akibat demensia

c. intervensi
. Perubahan proses pikir b/d degenerasi neuronal dan demensia progresif.
23
Tujuan: Setelah diberi askep 3×24 jam diharapkan pasien mampu
memelihara fungsi kognitif yang optimal dengan kriteria :
 Mempertahankan fungsi ingatan yang optimal.
 Memperlihatkan penurunan dalam prilaku yang bingung.
 Menunjukkan respons yang sesuai untuk stimuli taktil, visual dan auditori.
 Mengungkapkan rasa keamanan dan perlindungan.
 Menunjukkan orientasi optimal terhadap waktu, tempat dan orang.
Intervensi Keperawatan :
1.a. Kurangi konfusi lingkungan.
 Dekati pasien dengan cara menyenangkan dan kalem.
 Cobalah agar mudah ditebak dalam sikap dan percakapa perawat.
 Jaga lingkungan tetap sederhana dan menyenagkan.
 Pertahankan jadwal sehari-hari yang teratur.
 Alat bantu mengingat sesuai yang diperlukan.
Rasional: Stimuli yang sederhana dan terbatas akan memfasilitasi
interpretasi dan mengurangi distorsi input; perilaku yang dapat ditebak kurang
mengancam disbanding perilaku yang tidak dapat ditebak; alat bantu ingatan akan
membantu pasien untuk mengingat.
1.b. Tingkatkan isyarat lingkungan
 Perkenalkan diri perawat ketika berinteraksi dengan pasien.
 Panggil pasien dengan menyebutkan namanya.
 Berikan isyarat lingkungan untuk orientasi waktu, tempat dan orang.
Rasional: Isyarat lingkungan akan meningkatkan orientasi terhadap waktu,
tempat dan orang dan individu akan mengisi kesenjangan ingatan dan berfungsi
sebagai pengingat.
2. Risiko terhadap cedera b/d defisit sensori dan motorik.
Tujuan: Setelah diberi askep 3×24 jam diharapkan pasien mampu
mempertahankan keselamatan fisik dengan kriteria :
 Mematuhi prosedur keselamatan.
 Dapat bergerak dengan bebas dan mandiri disekitar rumah.
24
 Mengungkapkan rasa keamanan dan terlindungi.
Intervensi Keperawatan:
a. Kendalikan lingkungan.
 Singkirkan bahaya yang tampak jelas.
 Kurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur..

Page | 21
 Pantau regimen medikasi.
 Ijinkan merokok hanya dalam pengawasan.
 Pantau suhu makanan.
 Awasi semua aktivitas diluar rumah.
Rational: Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi risiko cedera
dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
b. Ijinkan kemandirian dan kebebasan maksimum.
 Berikan kebebasan dalam lingkungan yang aman.
 Hindari penggunaan restrain.
 Kerika pasien melamun, alihkan perhatiannya.
 Simpan tag identifikasi pada pasien.
Rational: Hal ini akan memberikan pasien rasa otonomi.Restrain dapat
meningkatkan agitasi.Pengalihan perhatian difasilitasi oleh kehilangan ingatan
segera.Nama dan nomor telpon akan memfasilitasi kembalinya dengan aman
pasien yang sedang melamun.
c. Kaji adanya hipotensi ortostatik
Rational: Dapat menyebabkan cedera
d. Ajarkan klien bergerak dari posisi tidur ke berdiri secara bertahap
Rational: Mencegah terjadinya hipotensi ortostatik yang dapat menyebabkan
cedera
e. Ajarkan latihan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas
Rational: Dengan meningkatnya kekuatan otot akan mencegah terjadinya
cedera.
13. Intervensi yang Dapat Diberikan
1.a. Orientasikan keadaan klien
1.b. Hindari stimulasi berlebihan ketika berbicara dengan klien
25
1.c. Observasi komunikasi verbal dan non verbal klien
1.d. Kontrol nyeri
1.e. Tingkatkan pemberian nutrisi dan cairan
1.f. Kurangi stimulasi lingkungan
1.g. Tingkatkan memori klien
1.h. Berikan lingkungan yang nyaman

2.2 GANGGUAN MENTAL NON ORGANIK


2.2.1 Definisi Gangguan Mental Non Organik
Pada kasus gangguan mental non organik (GMNO) otak dalam keadaan
yang sehat secara fisik artinya otak tidak pernah mengalami trauma taupun
infeksi (tidak ada dasar patologi yang mencetuskan GMNO).
Gangguan mental non organik sering pada istilah lain sering dikenali
dengan gangguan mental fungsional. Jenis gangguan mental organik yang
paling lazim dan yang paling penting dalam kelompok ini adal skizorfenia.

Page | 22
Gangguan skizorfenik memilki banyak ciri khas dari dan mungkin berkaitan
secara genetik. Umumnya ditandai oleh distrosi pikiran dan persepsi yang
mendasar dan khas, serta oleh afek yang tidak wajar.
Beberapa diagnosis yang berkaitan dengan GMNO adalah sebagai berikut:
1. Gangguan skizorfenia
2. Gangguan skizotipal
3. Gangguan wahana menetap
4. Gangguan psikotik akut dan sementara
5. Gangguan wahana terinduksi
6. Gangguan skizoafektif
7. Gangguan psikotik non-organik lainnya
8. Gangguan psikosis non-organik
2.2.2 Manifestasi Gangguan Mental Non Organik
2.2.2.1 Gangguan Skizofrenia
Ada banyak gejala Pada Penderita Skizofrenia, salah satunya adalah
halusinasi. Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa
adanya rangsang nyata terhadap indera. Orang yang berhalusinasi biasanya
mendengar, melihat, merasakan dan mecium sesuatu yang tidak ada atau tidak
nyata. Pada penderita Skizofrenia halusinansi yang timbul biasanya adanya
komentar tentang tidakannya, mendegar suara yang terdengar kasar, dan sering
berbicara sendiri sebagai tanggapan dari suara yang seakan akan dia dengar.

Gejala berikutnya dari Skizofrenia adalah tergangguanya fikiran. Orang yang


menderita Skizofrenia cenderung berfikir tidak teratur. Misalnya antara alur
pemikiran yang pertama dengan alur berikutnya tidak berhubungan atau tidak
nyambung.

Delusi juga termasuk gejala dari adanya skizofrenia pada seseorang, diman
seorang dengan skizofrenia kan memiliki keyakinan yang dipegang secara kuat
namun tidak akurat.
2.2.2.2 Gangguan Skizotipal

Tanda-tanda Gangguan Kepribadian Skizotipal, antara lain :

Page | 23
 Afek yang tak wajar atau yang mengalami konstriksi (individu tampak
dingin dan tak bersahabat).
 Perilaku yang aneh, ekstrinsik, atau ganjil.
 Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri.
 Kepercayaan yang aneh atau pikiran magis, yang mempengaruhi perilaku
dan tidak serasi dengan norma-norma budaya.
 Kecurigaan atau ide paranoid.
 Pikiran obsesif yang direnungkan dan tak terkendali, sering dengan isi
yang bersifat dismorfofobik (dysmorphophobic), seksual atau agresif.
 Persepsi-persepsi panca indera yang luar biasa termasuk mengenai tubuh
(somatosensory) atau ilusi-ilusi lain, depersonaliti atau derealisasi.
 Pemikiran yang bersifat samar-samar (vague), sirkumstansial
(circumstantial), penuh kiasan (metaforsis), sangat terinci dan ruwet, atau
stereotipik, yang dimanefestasikan dalam pembicaraan yang aneh atau cara
lain, tanpa inkoherensi yang jelas atau nyata.
 Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat
sementara dengan ilusi kuat, halusinasi auditorik atau lainnya, dan gagasan
yang mirip waham, biasanya terjadi tanpa provokasi dari luar.

2.2.3 Pathway Gangguan Mental Non Organik

2.2.3.1 Gangguan Skizofrenia

2.2.3.2 Gangguan Skizotipal

Page | 24
2.2.4 Tindakan Medis Gangguan Mental Non Organik

2.2.4.1 Gangguan Skizofrenia

Beberapa diantaranya untuk menangani keluarga yang menderita gangguan jiwa :

1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan
memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi
neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan.
Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan
bertahun.

2. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi
suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan
motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.

Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang


yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu,
psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh
seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk
memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku
yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri,
psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan
keluarganya (Maramis, 1990)

Page | 25
3. TerapiPsikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri
tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga.
Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap
mengkonsumsi obat psikofarmaka( Hawari, 2007).

4. TerapiPsikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah
keagamaan, kajian kitab suci. Menurut Ramachandran dalam Yosep(
2007), telah mengatakan serangkaian penenelitian terhadap pasien pasca
epilepsi sebagian besar mengungkapkan pengalaman spiritualnya sehingga
semua yang dirasa menjadi sirna dan menemukan kebenaran tertinggi
yang tidak dialami pikiran biasa merasa berdekatan dengan cahaya illahi.

5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi
kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat
membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu
terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima
oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama,
kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita
mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan
dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat (Hawari, 2007). Selain itu
peran keluarga juga penting, keluarga adalah orang-orang yang sangat
dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta

Page | 26
dianggap paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga
keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan
pasien. (Yosep, 2007).

2.2.4.2 Gangguan Skizotipal

 Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir


dan bertindak pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada
teori bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari cara berpikirnya.
Artinya, jika pikiran orang tersebut negatif, maka perilakunya akan
negatif, dan begitu pula sebaliknya.
 Terapi psikodinamik. Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan
membenahi segala bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak masa
kanak-kanak. Kondisi semacam ini terbentuk akibat pengalaman-
pengalaman yang negatif.
 Terapi interpersonal. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa
kesehatan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka
dengan orang lain. Artinya jika interaksi tersebut bermasalah, maka gejala-
gejala yang merupakan bagian dari gangguan kepribadian, seperti rasa
cemas, ragu, dan tidak percaya diri, bisa terbentuk. Karena itulah tujuan
utama terapi ini adalah membenahi segala macam masalah yang terjadi di
dalam interaksi sosial pasien.

2.2.5 Asuhan Keperawatan Gangguan Mental Non Organik

2.2.5.1 Gangguan Skizofrenia

a. Pengkajian

Page | 27
a. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa
pubertas.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit
biasanya akibat adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni
keturunan, endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan ego.
d. Psikososial
1) Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan
0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15 %.
2) Konsep Diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien
akan mempengaruhi konsep diri pasien.
3) Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,
berdiam diri.
4) Spiritual
Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
e. Status Mental
5) Penampilan Diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju
tidak tepat, resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai
manifestasi kemunduran kemauan pasien.
6) Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
7) Aktifitas Motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan
mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).

Page | 28
8) Emosi
Emosi dangkal
9) Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
10) Interaksi Selama Wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap
lawan bicara, diam.
11) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
12) Proses Berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
13) Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan
pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada
taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
14) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang baik.
15) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau
tidak tepat.
16) Tilik diri
Tak ada yang khas.
f. Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan,
BAB/BAK, mandi, berpakaian, intirahat tidur.

b. Diagnosa

Page | 29
1. Resiko Tinggi Terhadap Kekerasan: Diarahkan Pada Diri Sendiri Atau Orang
Lain
2. Koping individu tak efektif
3. Perubahan persepri-sensori

4. Perubahan proses fikir


c. intervensi
1.Resiko Tinggi Terhadap Kekerasan: Diarahkan Pada Diri Sendiri Atau Orang
Lain
Tujuan: klien tidak membahayakan dirinya maupun orang lain
Intervensi
a)Pertahankan lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah
Rasional: Kecemasan meningkt dalam lingkungan penuh stimulus
b)Observasi secara ketat perilaku klien
Rasional: Memastikan klien dalam keadaan aman
c)Singkirkan semua benda berbahaya
Rasional: Dalam keadaan gelisah, bingung dapat menggunakan benda tajam untuk
melukai
d)Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
Rasional: Menghilangkan ketegangan yang terpendam
e)Lakukan fiksasi bila diperlukan
Rasional: Keamanan klien merupakan prioritas perawatan
f)Berikan obat tranquilizer
Rasional: Menurunkan kecemasan/ketegangan
2. Koping individu tak efektif
3. Tujuan: Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan
koping adaptif
Intervensi
a) Usahakan petugas kesehatan tetap
Rasional: Meningkatkan hubungan saling percaya
b)Hindari kontak fisik
Rasional: Mungkin dianggap bentuk penganiayaan fisik
Mengurangi rasa curiga
c)Hindari tertawa, berbisik didekat pasien
Rasional: Mengurangi rasa curiga
d)Jujur dan selalu menepati janji
Rasional: Meningkatkan hubungan saling percaya
e)Periksa mulut klien setelah minum obat
Rasional: Klien sering manipulatif dalam minum obat
f)Jangan berikan kegiatan kompetitif
Rasional: Merupakan ancaman pada pasien curiga
g)Motifasi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya
Rasional: Mengungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang
tidakmengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai pada keadaan
tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah sekian lama terpendam

Page | 30
h)Sikap asertif
Rasional: Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan
sikap yang bersahabat atau ceria sekali
3.Perubahan persepri-sensori
Tujuan: Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping
adaptif
Intervensi
a)Observasi tanda halusinasi
Rasional: Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang diperntahkan
halusinasi
b)Hindari menyentuh pasien secara tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh
Rasional: Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman
c)Sikap menerima dan mendorong pasien menceritakan halusinasi
Rasional: Mencegah kemungkinan cidera pasien atau orang lain karena ada
perintah dari halusinasi
d)Jangan mendukunghalusinasi
Rasional: Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari
suara itu tidak ada
e)Alihkan perhatian pasien dari halusinasi
Rasional: Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari
suaraitu tidak ada
4.Perubahan proses fikir
Tujuan: Klien menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
Intervensi
a)Tunjukkan sikap menerima keyakinan pasien tanpa sikap mendukung
Rasional: Penting untuk dikomunikasikan pada pasien bahwa perawat tidak
menerima delusi sebagai realita
b)Tidak membantah/menyangkal keyakinan pasien
Rasional: Membantah pasien tidak menimbulkan manfaat, dapat merusak
hubungan
c)Bantu pasien untuk menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan
kecemasan
Rasional: Jika pasien dapat belajar menghentikan kecemasan, pikiran waham
mungkin dapat dicegah
d)Fokus dan kuatkan realitas
Rasional: Mengurangi pikiran-pikiran waham
e)Bantu dan dukung pasiend alam mengungkapkan secara verbal perasaan
ansietas, takut,tak aman
Rasional: Ungkapan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan
menolong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin terpendam

d. implementasi

2.2.5.2 Gangguan Skizotipal


a. Pengkajian

Page | 31
1. Faktor Predisposisi

 Tumbuh kembang : gangguan dalam perkembangan persepsi, berpikir dan


hubungan dengan orang lain.
 Hubungan dalam keluarga : Pola asuh dan interaksi dalam keluarga yang
tidak mendukung proses tumbang.

2. Faktor Presipitasi

 Perpisahan/ kehilangan : orang berarti dalam waktu sementara/ lama


(perceraian, kematian atau dirawat di RS
 Penyakit kronis dan kecacatan : cenderung isolasi diri sehingga gangguan
pola hubungan
 Sosial budaya : perubahan status sosek ( perusahaan bangkrut tau tinggal
di tempat baru )

b. Diagnosa
1. Kerusakan interaksi sosial : isolasi sosial
2. Gangguan alam perasaan : depresi
3. Gangguan hubungan dengan orang lain : dependent
4. Gangguan hubungan dengan orang lain : manipulatif
5. Isolasi sosial
6. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
7. Resti amuk
8. Resti merusak diri
c. intervensi
Tujuan umum :

1. Mencegah terjadinya gangguan jiwa berat


2. Membantu mengembangkan kemampuan hubungan sosial
3. Mendorong partisipasi keluarga dalam merawat klien

d. implementasi
1. Kepribadian Histerik

 Bekerja sama dengan klien dan keluarga


 Terapi perilaku untuk membantu pencapaian tumbang
 Bantu orang tua untuk mendisiplinkan anak
 Bantu anak beradapatasi dalam kelompok

Page | 32
 Respon perawat untuk dipengaruhi gender

2. Kepribadian narsistik

 Bantu klien mengemembangkan harga diri yang kuat


 Fasilitasi ledakan rasa marah dan bermusuhan
 Tanggapi setiap perilaku klien
 Beri penjelasan singkat, jelas dan terbatas
 Bantu klien menyadari perasaan, kemampuan dan keterbatasannya
 Tetapkan harapan yang jelas, konsisten & amp; mantap
 Bantu klien melepaskan diri dari pengalaman yang menyakitkan
 Beri umpan balik perilaku klien
 Libatkan dalam terapi kelompok
 Lakukan terapi keluarga

3. Kepribadian Borderline

 Ciptakan lingkungan yang terapeutik.


 Kerja sama dengan klien dan keluarga.
 Lakukan kontrak dengan klien dalam pencapaian tujuan.
 Hindari tawar menawar.
 Gunakan contoh peran, teknis re-inforcement.
 Konfrontasi perilaku klien yang tidak sesuai.
 Identifikasi perilaku destruktif & amp; pantau perilaku regresi penanganan
segera.
 Identifikasi kebutuhan klien yang membutuhkan.
 Libatkan dalam terapi kelompok.
 Berikan terapi dengan tepat.

4. Kepribadian Tergantung

 Rancang batasan usia yang sesuai dan konsisten.


 Libatkan keluarga dan orang terdekat.
 Hindari perilaku balas dendam dan tekankan tanggung jawab terhadap
perilaku, pikiran dan perasaan.
 Beri kesempatan untuk mengontrol kehidupan perilakunya.
 Tunjukkan penerimaan/ pengakuan terhadap keputusan klien.
 Tetap beri informasi tentang kegiatan terapi.
 Arahkan klien pada pemikiran rencana masa depan.

5. Kepribadian Kompulsif

 Ekspresif psikoterapi.
 Diskusikan efek stress dan beri saran.

Page | 33
 Cegah ketidakjelasan.
 Beri penekanan pada kebutuhan dengan contoh konkrit.
 Strategi perilaku dan kognitif sangat berguna.
 Terapi kelompok untuk orang tua dan keluarga.

6. Kepribadian Menghindar

 Bina hubungan saling percaya.


 Bantu klien menerima kritik orang lain.
 Bantu klien mengkritik diri sendiri.
 Bantu klien agar keluar dari lingkaran kritik dengan mengkonfrontasi
kesepiannya.
 Bantu klien untuk sosialisasi dan mendapat teman.
 Beri re-inforcement akan kemampuan yang telah dimiliki klien.

7. Kepribadian Pasif – Agresif

 Beri batasan perilaku dan lingkungan.


 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan secara konstruktif.
 Beri kesempatan berpengalaman dalam kelompok.
 Tingkatkan hubungan social.
 Lakukan terapi perilaku.

8. Kepribadian Skizoid

 Lakukan kontrak P – K.
 Tingkatkan sosialisasi.
 Hindari isolasi dan perawatan institusional.
 Libatkan dalam terapi okupasi dan terapi kelompok.

e. evaluasi
 Klien mampu berhubungan dengan orang lain secara efektif.
 Perilaku klien merefleksikan kemampuan dalam hubungan : percaya, terbuka
dan kerja sama.
 Sumber koping.

Page | 34
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gangguan mental secara sederhana diartikan sebagai tiadanya atau
kurangan dalam hal kesehatan mental. Gangguan mental itu ditandai oleh:
1. Adanya penurunan fungsi mental
2. Terjadinya perilaku yang tidak tepat atau wajar.
Untuk menentukan kreteria adanya gangguan mental terdapat enam macam,
yaitu:
1. Orang yang memperoleh pengobatan psikiatris
2. Orang yang salah penyesuaian sosialnya
3. Hasil diaknosis psiatris
4. Ketidakbahagiaan secara subjektif
5. Adanya simptom-simptom psikologis secara objektif,
6. Kegagalan adaptasi secara positif.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah Ini maka diharapkan untuk dapat mengaplikasikan pada
kehidupan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup

Page | 35
DAFTAR PUSTAKA

https://xa.yimg.com/kq/groups/74542946/1264194205/name/GANGGUAN

http://jdihukum.jatengprov.go.id/?wpfb_dl=362

Page | 36

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Sikap Perawat Dalam Praktek
    Sikap Perawat Dalam Praktek
    Dokumen15 halaman
    Sikap Perawat Dalam Praktek
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen33 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Dokumen12 halaman
    Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • RKM Perina
    RKM Perina
    Dokumen5 halaman
    RKM Perina
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • RKM Perina
    RKM Perina
    Dokumen5 halaman
    RKM Perina
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cover Mater
    Cover Mater
    Dokumen37 halaman
    Cover Mater
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Aisa Titip LP
    Aisa Titip LP
    Dokumen16 halaman
    Aisa Titip LP
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Seksual
    Gangguan Seksual
    Dokumen16 halaman
    Gangguan Seksual
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • ARITMIA
    ARITMIA
    Dokumen18 halaman
    ARITMIA
    nugrahita
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Seksual
    Gangguan Seksual
    Dokumen16 halaman
    Gangguan Seksual
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • CAMPAK
    CAMPAK
    Dokumen6 halaman
    CAMPAK
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • CAMPAK
    CAMPAK
    Dokumen6 halaman
    CAMPAK
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Anemia Edit
    Anemia Edit
    Dokumen13 halaman
    Anemia Edit
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala Ringan
    Cedera Kepala Ringan
    Dokumen26 halaman
    Cedera Kepala Ringan
    Ely Prayunika Dewi
    80% (5)
  • Campak
    Campak
    Dokumen12 halaman
    Campak
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Campak
    Campak
    Dokumen12 halaman
    Campak
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • KLMPK 1 Patfis
    KLMPK 1 Patfis
    Dokumen11 halaman
    KLMPK 1 Patfis
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cover Mater
    Cover Mater
    Dokumen37 halaman
    Cover Mater
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat