Anda di halaman 1dari 6

CAMPAK

1. PENDAHULUAN
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditandai
dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti
dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya menyerang anak-
anakdengan derajad ringan sampai sedang. Penyakitinidapat meninggalkan gejala sisa
kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).

2. JENIS VIRUS
Virus campak termasuk famili paramyxovirus merupakan virus RNA serat
negatif yang berselubung (beremvelop),mempunyai hubungan dengan dua famili
virus RNA serat negatif lain yaitu Orthomyxoviridae (mempunyai persamaan sifat-
sifat biologis glikoprotein yang terdapat dalam selubung) dan Rhabdoviridae
(mempunyai persamaan organisasi genom yang tidak bersegmen serta ekspresinya).
RNA genom virus adalah RNA serat negatif mempunyai dua fungsi: pertama, sebagai
templatel cetakan untuk mensintesis mRNA, dan kedua, sebagai templatel cetakan
untuk mensintesis serat anti genom (+). Virus RNA serat negatif mengkode dan
mengemas transkriptase sendiri, tetapi mRNA hanya disintesis pasa saat virus tidak
berselubung berada di dalam sel yang diinfeksi. Replikasi virus terjadi sesudah
sintesis mRNA dan sintesis protein virus dalam jumlah banyak. Serat antigenom (+)
yang baru disintesis selanjutnya digunakan sebagai templatel cetakan untuk membuat
serat RNA genom (-).

3. GEJALA KLINIS
3.1 Penyakit campak klasik dan komplikasinya
Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka
waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinik penyakit.
Jika ada, hanya sedikit gejala yang muncul pada periode ini. Gejala prodomal
pertama penyakit adalah demam, lemas, anoreksia, disertai batuk, pilek dan
konjungtivitas. Gejala prodomal berakhir 2 sampai 3 hari. Selama periode ini,
pada mukosa pipi muncul lesi punctat kecil berwarna putih, yang merupakan
tanda diagnotik dini penyakit campak yang disebut Koplik’s spots. Koplik
menemukan spot kecil dengan ukuran 1-3 mm berwarna merah mengkilat, dan
pada titik pusatnya berwarna putih kebiruan. Koplik’s spot pertama muncul pada
mukosa pipi yang berhadapan dengan molar, selanjutnya menyebar dengan arah
sentrifugal dan menutupi seluruh permukaan mukosa pipi dan labialis.
Gejala prodomal berakhir pada saat munculnya ruam pada kulit. Ruam pada
kulit sangat khas berupa makulopapular, yang muncul pertama pada muka dan
dibelakang telinga, selanjutnya menyebar secara sentrifugal ke tubuh dan
ekstrimitas. Ruam dikulit mulai menghilang 3-4 hari dari sejak baru muncul.
Keterlibatan jaringan limfe secara menyeluruh mengakibatkan terjadinya
limfadenopati, splenomegali ringan, dan apendiksitis. Pada penyakit yang tampa
komplikasi, penyembuhan secara klinis segera mulai setelah munculnya ruam
pada kulit.

3.2 Gejala kelainan saluran nafas


Gejala saluran nafas yang paling menonjol berupa gejala inflamasi mukosa yang
sangat luas untuk menghambat penyebaran infeksi virus pada sel epitel. Pada
penyakit yang tidak mengalami komplikasi sering ditemukan pneumonitis
interstesiil disebabkan oleh replikasi virus dan sebagai akibatb terjadi inflamasi
pada saluran nafas bagian bawah, dan sering dapat dideteksi dengan foto rongen
paru, tetapi secara klinis gejala ini tidak terlalu bermakna, kecuali penderita dalam
keadaan hamil.
Pneumonia sel raksasa simtomatik terutama terjadi pada anak atau orang dewasa
yang menderita penyakit imunocompromised. Sebagian besar pneumonia berat
sebagai komplikasi penyakit campak sering berlanjut menjadi penyakit paru-paru
kronis yang disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri atau virus yang lain.
Komplikasi lain yang biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder adalah, otitis
media dan laryngotrakkheobronkhitis. Laryngotrakkheobronkhitis lebih sering
terjadi pada anak dibawah umur 2 tahun, dan sering memerlukan tindakan intubasi
dan perawatan yang lama. Penyakit infeksi virus atau bakteri yang diderita
sebelumnya dapat aktif kembali sebagai akibat terkena infeksi virus campak.

3.3 Gejala kelainan saluran cerna


Replikasi virus campak terutama terjadi pada epitalium saluran empedu. Kelainan
ini ditemukan pada semua umur, tetapi bukti adanya penyakit hepatitis secara
klinis sering terlihat pada orang dewasa. Diare sering merupakan komplikasi
penyakit campak, terutama penderita yang masih muda dan biasanya memerlukan
perawatan rumah sakit. Epitel permukaan banyak ditemukan terinfeksi oleh virus
campak, sehingga menimbulkan gejala kelainan saluran cerna. Tetapi diare sering
disertai dengan infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa.
Terutama di negara yang sedang berkembang, komplikasi ini sering
mengakibatkan anak kurang gizi.

3.4 Gejala kelainan jantung dan pembuluh darah


Dari hasil pemeriksaan elektrokardiografi anak yang tidak mengalami komplikasi,
sekitar 20% sampai 30% ditemukan kelainan berupa interval P-R dan segmen ST
yang memanjang, dan perubahan gelombang T. Tetapi penyakit jantung
simtomatik sangat jarang terjadi, dan yang paling sering adalah kelainan hantaran
yang bersifat sementara. Penyakit akan lebih berat pada penderita dengan kelainan
immunocompromised, dan dapat terjadi arteritis yang sangat fatal. Pada otopsi
ditemukan lesi miokard dan perikard yang diakibatkan oleh infeksi bakteri
sistemik, sehingga peranan infeksi virus campak secara langsung pada kelainan
jantung masih belum jelas.

3.5 Gejala kelaianan saraf


Pada individu dengan sistem imun yang normal, terdapat sedikit bukti bahwa
parenkhim otak merupakan jaringan sasaran yang penting untuk replikasi virus
campak pasa saat menderita penyakit akut. Tetapi penyakit campak yang tidak
mengalami komplikasi, pada cairan serebrospinal sering ditemukan pleositos dan
terjadi perubahan elektroensefalografi, sehingga memberi kesan kemungkinan
adanya infeksi SSP. Kadang – kadang tampak adanya penyakit neurologis
progresif lambat(measles inclusion body encephalitis - MIBE) pada seseorang
dengan immunocompromised, dan juga peristiwa yang sangat jarang terjadi yaitu,
munculnya penyakit neurologis yang pernah diderita sebelumnya setelah
menderita penyakit campak (subacute sclerosing panencephalitis-SSPE) pada
seseorang yang tidak mempunyai kelainan sistem imun yang terinfeksi virrus
campak pada umur yang masih muda. Hal ini membuktikan, virus campak
mempunyai kemampuan untuk masuk ke otak dan bereplikasi pada sel neuron dan
glia. Komplikasi ensefalomyelitis postinfeksi terjadi satu dari 1000 kasus penyakit
campak, dan sebagian besar anak yang terkena berumur lebih dari 2 tahun, dan
biasanya terjadi dalam dua minggu sesudah munculnya ruam pada kulit. Secara
klinis penyakit ini ditandai serangan panas dan obtundasi yang mendadak, yang
sering disertai dengan kejang dan tanda-tanda neurologis multifokal. Sebagian
besar penderita yang masih hidup mempunyai gejala sisa neurologis. Pasa
pemeriksaan petologi ditemukan kelainan demyelisisasi perivenuler, tetapi tidak
penyakit ensefalitis badan inklusi seperti MIBE dan SSPE. Dari gambaran
demyelinisasi memberi kesan bahwa proses ini diperantarai oleh sistem
imunologi. Terdapat sedikit bukti tentang adanya virus di dalam otak yang
diperiksa secara langsung dengan isolasi virus atau dengan teknik mendeteksi
antigen virus, atau RNA, atau secara tidak langsung dengan mendeteksi antibodi
spesifik terhadap virus campak, atau IFN yang diinduksi virus campak yang
terdapat dalam cairan serebrospinal. Tetapi terdapat rangsangan respons autoimun
terhadap protein dasar myelin.

4. PENULARAN
Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi
terutama pada anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak
rentan akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak
1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam. Masa
inkubasinya antara 10-12 hari.
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada
janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai
bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya
sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari setelah
infeksi campak sampai puncak titer sekitar 21 hari, lgM akan terbentuk dan akan
cepat menghilang untuk kemudian digantikan oleh lgM. Adanya karier campak
sampai sekarang tidak terbukti.
Cakupan imunisasi campak yang lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan
kelompok (herd immunity) yang akan menyebabkan penurunan kasus campak di
masyarakat.
5. GEJALA DAN TANDA
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak
dikategorikan dalam tiga stadium.
1. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari.
2. Stadium masa prodomal, yaitu munculnya demam ringan sampai sedang, batuk
yang makin berat, koriza peradangan mata, dan munculnya enantema atau bercak
koplik yang khas pada campak yaitu bercak putih pada mukosa pipi.
3. Stadium akhir, ditandai demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam kulit kemerahan
yang dimulai dari belakang telinga dan kemudian menyebar keleher, muka, tubuh,
dan anggota gerak.
Dua hari kemudian biasanya suhu akan menurun dan gejala penyakit mereda.
Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap)
dan mungkin mengelupas. Penderita akan tampak sehat bila tidak disertai
komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi adalah konjungtivitis,
bronkopneumonia, radang telinga tengah, dan peradangan otak.

6. PENGOBATAN
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori
yang cukup. Obat sistomatik yang perlu diberikan antara lain :
1. Antidemam
2. Antibatuk
3. Vitamin A
4. Antibiotik diberikan bila da indikasi, misalnya jika campak disertai dengan
komplikasi.
Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau Unit Pelayanan
Kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi memerlukan rawat
inap di Rumah Sakit.

7. PENCEGAHAN
Imunisasi Campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan merupakan pencegahan
yang paling efektif. Vaksin camp[ak berasal dari virus hidup yang dilemahkan.
Pemberian vaksin dengan cara intrakutan atau intramuskular dengan dosis 0,5 cc.
Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14 tahun,
sedangkan untuk pengendalian penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit
80% per wilayah secara merata selama bertahun-tahun.
Keberhasilan progam imunisasi dapat di ukur dari menurunnya jumlah kasus campak
dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh :
1. Terdapatnya kekebalan yang di bawa sejak lahir yang berasal dari antibodi ibu.
Antibodi itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan.
2. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengankutan, atrau penggunaan di
luar pedoman.

8. PROGRAM PEMBERANTASAN
The World Summit for Children telah menyepakati program reduksi campak pada
tahun 2000. Reduksi campak adalah hilangnya wilayah kantung campak. Secara
epidemiologis, daerah rawan campak dikelompokkan menjadi :
1. Daerah reservoir, yaitu desa yang selama tiga tahun berturut-turut terdapat kasus
campak.
2. Daerah kantung, yaitu desa dengan cakupan imunisasi campak <80% selama tiga
tahun terakhir.
Kegiatan yang dilakukan adalah akselerasi reduksi campak yang berupa imunisasi
campak pada balita berusia 9-59 bulan. Sesuai laporan profil Departemen
Kesehatan 2000, sampai saai ini masih terdapat banyak daerah rawan campak di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Sikap Perawat Dalam Praktek
    Sikap Perawat Dalam Praktek
    Dokumen15 halaman
    Sikap Perawat Dalam Praktek
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • RKM Perina
    RKM Perina
    Dokumen5 halaman
    RKM Perina
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Aisa Titip LP
    Aisa Titip LP
    Dokumen16 halaman
    Aisa Titip LP
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • RKM Perina
    RKM Perina
    Dokumen5 halaman
    RKM Perina
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • MENGENAL GANGGUAN MENTAL ORGANIK DAN NON ORGANIK
    MENGENAL GANGGUAN MENTAL ORGANIK DAN NON ORGANIK
    Dokumen36 halaman
    MENGENAL GANGGUAN MENTAL ORGANIK DAN NON ORGANIK
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Dokumen12 halaman
    Seminar Jurnal Keperawatan Gerontik
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • ARITMIA
    ARITMIA
    Dokumen18 halaman
    ARITMIA
    nugrahita
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen33 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Seksual
    Gangguan Seksual
    Dokumen16 halaman
    Gangguan Seksual
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • CAMPAK
    CAMPAK
    Dokumen6 halaman
    CAMPAK
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Seksual
    Gangguan Seksual
    Dokumen16 halaman
    Gangguan Seksual
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Anemia Edit
    Anemia Edit
    Dokumen13 halaman
    Anemia Edit
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cover Mater
    Cover Mater
    Dokumen37 halaman
    Cover Mater
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cover Mater
    Cover Mater
    Dokumen37 halaman
    Cover Mater
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Campak
    Campak
    Dokumen12 halaman
    Campak
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Campak
    Campak
    Dokumen12 halaman
    Campak
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • KLMPK 1 Patfis
    KLMPK 1 Patfis
    Dokumen11 halaman
    KLMPK 1 Patfis
    Yanis Sofi
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala Ringan
    Cedera Kepala Ringan
    Dokumen26 halaman
    Cedera Kepala Ringan
    Ely Prayunika Dewi
    80% (5)