Anda di halaman 1dari 93

TOT KADER DAKWAH HALAL

PROSEDUR SERTIFIKASI HALAL


Jambi, 18 Desember 2019
LOGO BIODATA TRAINER
Nama : Lia Amalia, ST., SS., MT.
Aktivitas : • Kepala Bidang Sosialisasi dan Edukasi
LPPOM MUI
• Auditor/Trainer/Assesor LPPOMMUI
• Dosen Fakultas Ilmu Pangan Halal,
Universitas Djuanda Bogor

Pendidikan : • S1 – Sastra Arab , UNPAD Bandung


• S1 – Teknologi Pangan, UNPAS
Bandung
• S2 – Teknik Lingkungan ITB

Email/No Hp : sosprolppom@halalmui.org

08129646141
Undang-undang Jaminan Produk Halal No.33
tahun 2014
Pasal 4
Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia
wajib bersertifikat halal.

Pasal 58
Sertifikat Halal yang telah ditetapkan oleh MUI sebelum Undang-Undang
ini berlaku dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu Sertifikat Halal
tersebut berakhir.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 982 Tahun 2019 Tentang Layanan Sertifikasi Halal

DIKTUM I. Menetapkan Iayanan sertihkasi halal meliputi kegiatan:


a. pengajuan permohonan sertifikat halal;
b. pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk;
c. pengkajian ilmiah terhadap hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan
produk;
d. pelaksanaan sidang fatwa halal; dan
e. penerbitan sertifikat halal.
Kegiatan layanan sertifikasi halal dilaksanakan oleh:
a. BPJPH untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU huruf a
dan huruf e;
b. MUI untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU huruf c
dan huruf d; dan
c. LPPOM-MUI untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU
huruf b.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 982 Tahun 2019 Tentang Layanan Sertifikasi Halal

- Layanan sertifikasi halal sebagaimana dimaksud dalam Diktum


KESATU dikenakan tarif layanan yang dibebankan kepada pelaku usaha
yang mengajukan permohonan sertilikat halal.
Besaran tarif layanan sertifikasi halal sebagaimana dimaksud dalam

- Diktum KETIGA ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan. Dalam hal peraturan perundang-undangan
mengenai besaran tarif layanan sertifikat halal sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEEMPAT belum ditetapkan, besaran tarif layanan
sertifikasi halal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada MUI dan LPPOM MUI yang memberikan layanan sertifikasi halal
sebelum ketentuan mengenai peraturan perundang-undangan terkait
jaminan produk halal berlaku.
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR SERTIFIKASI HALAL

Kebijakan
Prinsip-prinsip dasar yang dirumuskan dan
ditegakkan oleh LPPOM MUI, untuk
mengarahkan perusahaan dalam mengelola
produk halal untuk memperoleh Sertifikat Halal.

Prosedur
Rangkaian tahapan yang harus diikuti oleh perusahaan untuk
mendapatkan Sertifikat Halal.
KEBIJAKAN SERTIFIKASI

§ Sertifikasi halal diajukan ke Majelis Ulama Indonesia


(MUI)
§ Prosedur dan Keputusan sertifikasi ditangani oleh
LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUI.
§ LPPOM MUI: Lembaga di bawah MUI yang menangani
pemeriksaan kecukupan dokumen, penjadwalan audit,
pelaksanaan audit, pembahasan hasil audit, penerbitan
audit memorandum, penyiapan berita acara hasil audit,
penyampaian berita acara hasil audit dalam rapat komisi
fatwa dan pencetakan sertifikat.
KEBIJAKAN SERTIFIKASI
(Lanjutan)

§ Komisi Fatwa MUI: Komisi di bawah MUI yang


mempunyai otoritas untuk memutuskan status kehalalan
produk yang didaftarkan untuk disertifikasi.

§ Proses sertifikasi halal harus mengikuti kebijakan dan


prosedur sertifikasi.
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

I. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR


PROSES SERTIFIKASI
II. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR LAIN-
LAIN
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PROSES
SERTIFIKASI
Kebijakan dan Prosedur Proses
Sertifikasi Halal
Sign Up -
Penerapan SJH Registrasi
Login

Pembayaran Registrasi
1
Persetujuan Pembayaran
Registrasi

Upload data sertifikasi

Perjanjian Pembayaran 2 Pemeriksaan Pre Audit Pre-Audit Monitoring


Sertifikasi
Pembayaran Biaya 4 Penjadwalan Audit
3 Sertifikasi
5 Audit
Persetujuan Pembayaran
Biaya Sertifikasi Rapat Auditor dan
6
analisis Laboratorium
7 (jika ada)

Company
8 Penilaian Sistem Audit and HAS
LPPOM MUI Jaminan Halal Monitoring

Fatwa Commision
9 Rapat Komisi Fatwa
Monitoring

10 Upload sertifikat Halal

Download sertifikat Halal


01 PENDAFTARAN
KEBIJAKAN PENDAFTARAN
1. PENDAFTAR SERTIFIKASI
Industri Pengolahan

Pemilik restoran,
katering atau dapur

ü Produsen
ü Distributor à jika satu grup dengan produsen
yang menghasilkan produk
ü Pemilik fasilitas produksi (Toll Manufacturer/
Tempat Maklon) à jika produk retail, harus
ada komitmen tertulis dari pemilik produk
untuk mendaftarkan semua produk dengan Perusahaan Jasa dapat
merk sama yang dipasarkan di Indonesia mengajukan sertifikasi SJH à
memperoleh Status/Sertifikat SJH
KEBIJAKAN PENDAFTARAN (Lanjutan)
2. Cara Pendaftaran
www.e-lppommui.org
Kecuali China, Korea dan Taiwan è
Melalui kantor representatif LPPOM
MUI di Negara tersebut
Perusahaan harus sudah menerapkan SJH dan menyiapkan dokumen
halal

3. Basis Pendaftaran
1 Kelompok 1 Registrasi

1 Kelompok 1 Registrasi

• Daftar kelompok produk dapat dilihat di website CEROL (SK11.II.2014 tentang Ketentuan
Kelompok Produk)
KEBIJAKAN PENDAFTARAN (Lanjutan)
4. JENIS PENDAFTARAN

• Perusahaan baru
• Penambahan kelompok Penambahan produk/pabrik baru
poduk baru dalam kelompok produk yang
• Tidak melakukan sama
perpanjangan > 6 bulan à Terbit lampiran sertifikat dari
sejak masa berlaku sertifikat yang sudah dimiliki
sertifikat berakhir
à Terbit sertifikat halal
dengan nomor baru
(cover + lampiran)
Memperpanjang masa berlaku
sertifikat halal à terbit sertifikat halal
dengan nomor yang lama (cover +
lampiran)
PROSEDUR PENDAFTARAN

Implementasi dan evaluasi SJH

Sign Up di Cerol (Untuk Pendaftar


baru)

Membuat Registrasi di Cerol

Upload dokumen Halal, daftar


produk, daftar bahan dan dokumen
pendukung bahan, matrix bahan

Dijelaskan detail dalam user manual Cerol V.3.0


02 PEMERIKSAAN PRE AUDIT
PEMERIKSAAN PRE AUDIT

A. Tinjauan Permohonan
B. Pemeriksaan Kecukupan Dokumen
PEMERIKSAAN PRE AUDIT

A. Tinjauan Permohonan
• Pemeriksaan dilakukan terhadap :
a. Pendaftar sertifikasi à memenuhi kebijakan terkait
pendaftar
b. Produk yang didaftarkan à bukan produk haram
c. Negara asal pendaftar à mempunyai hubungan
diplomatik dengan Indonesia
d. Ijin usaha à SIUP untuk industri besar atau surat
keterangan dari kelurahan untuk UKM
• Jika persyaratan permohonan tidak sesuai à registrasi tidak
dapat diproses.
• Jika sesuai, maka akan dilakukan pemeriksaan kecukupan
dokumen
PROSEDUR PEMERIKSAAN PRE AUDIT (Lanjutan)

B. Pemeriksaan Kecukupan Dokumen


Kebijakan
1. Data (bahan, matriks, halal docs) harus lengkap
2. Bahan harus dilengkapi dengan dokumen pendukung bahan yang cukup,
kecuali bahan dalam positive list
3. Produk yang didaftarkan harus memenuhi kriteria dan kelompok produk
sesuai dengan SK Direktur LPPOM terkait pengelompokan produk

Ya
Prosedur Registrasi
dilanjutkan ke
tahap selanjutnya
Pemeriksaan
Mencukupi
Dokumen oleh Diterbitkan pre
?
LPPOM MUI audit
memorandum
Tidak (comment Cerol)
PEMBAYARAN BIAYA
03
SERTIFIKASI
PEMBAYARAN BIAYA SERTIFIKASI

Akad sertifikasi meliputi :


1. Biaya Audit (jumlah hari audit)
2. Sertifikat halal
3. Status/Sertifikat SJH
4. Analisis laboratorium (untuk produk tertentu)
5. Publikasi di Majalah Jurnal Halal
* Transportasi dan akomodasi pada saat audit tidak termasuk
dalam biaya akad sertifikasi

Informasi perkiraan biaya sertifikasi, email ke:


bendaharalppom@halalmui.org dengan
menginformasikan daftar produk yang akan disertifikasi
dan alamat fasilitas produksi yang digunakan
PEMBAYARAN BIAYA SERTIFIKASI
(Lanjutan)

CARA PEMBAYARAN
1. Cara Umum
Pembayaran dilakukan setiap registrasi

2. Cara Kontrak
- Untuk perusahaan yang sering melakukan pengembangan
produk
- Pembayaran dilakukan per termin sesuai kesepakatan.
- Cara ini dapat dipilih oleh perusahaan yang sering melakukan
pengembangan produk.
Perusahaan mengunduh akad pembayaran di Cerol à
pembayaran dilakukan melalui transfer manual atau
pembayaran online ke rekening LPPOM MUI à upload bukti
pembayaran di Cerol
04 PENJADWALAN AUDIT
Kebijakan Penjadwalan Audit

1. Penjadwalan audit harus memenuhi


persyaratan berikut :
(a) Dokumen telah dinilai cukup oleh LPPOM
MUI
(b) Akad sertifikasi telah dibayar.

2. Jadwal audit yang digunakan adalah jadwal


yang disepakati.
Prosedur Penjadwalan Audit
Perusahaan menerima email notifikasi
siap diaudit

Perusahaan mengirimkan 3 alternatif


jadwal. Khusus untuk produk retail/MD,
perusahaan juga harus mengirimkan
alternatif jadwal tersebut ke BPOM

Menyepakati jadwal

Penunjukan auditor
05 PELAKSANAAN AUDIT
KEBIJAKAN PELAKSANAAN AUDIT

§ Audit dilakukan untuk setiap pendaftaran


§ Jenis Audit: a) Audit on site; b) Audit on desk
§ Audit on site:
ü Dilakukan oleh 2 Auditor di lokasi perusahaan, kecuali pada
audit vaksin, sarang burung walet, kopi luwak atau yang harus
ada pemeriksaan ke Rumah Potong Hewan (RPH), audit dapat
melibatkan anggota Komisi Fatwa MUI
ü Produksi sedang berlangsung (skala komersial/trial) atau
menunjukkan produksi produk lain dengan proses dan fasilitas
produksi yang serupa dengan produk yang didaftarkan
§ Audit ondesk: verifikasi dokumen atau bukti implementasi
SJH à dilakukan di kantor LPPOM MUI tanpa perlu kehadiran
auditi
Kapan dilakukan audit on site
dan on desk?

Audit on site Audit on desk


a) Perusahaan yang baru pertama a) Pendaftaran pengembangan
kali sertifikasi yang berupa penambahan
produk untuk disertifikasi yang
diajukan oleh perusahaan
dengan status implementasi
SJH A,
b) Pendaftaran penambahan pabrik, b) Pendaftaran perpanjangan
c) Pendaftaran penambahan yang diajukan oleh perusahan
produk => status implementasi yang mempunyai sertifikat SJH.
SJH B,
d) Pendaftaran perpanjangan =>
belum mempunyai sertifikat SJH,
e) Audit tidak terjadwal.
Apa itu audit tidak terjadwal ?

ü Audit onsite yang dilakukan oleh LPPOM MUI


kepada perusahaan yang telah memiliki sertifikat
Halal/status/sertifikat sistem jaminan Halal
ü Jadwal yang ditetapkan oleh LPPOM MUI
ü Diadakan dengan tujuan untuk memonitoring
konsistensi pelaksanaan Sistem Jaminan Halal
di perusahaan
ü Dapat dilakukan dengan/tanpa pemberitahuan.
PROSEDUR PELAKSANAAN AUDIT
Rapat Pembukaan

Audit:
1. Memeriksa dan menganalisis kecukupan bukti implementasi SJH
2. Observasi fasilitas produksi, penyimpanan bahan dan produk
3. Verifikasi apakah terdapat comments preaudit pada menu Check Halal
Document, Check Material, Check Product, Check Matrix, Check
Slaughterman.
4. Verifikasi pemenuhannya terhadap Food Safety (Untuk produk ekspor
UAE)
5. Mengambil sampel produk (jika diperlukan)
6. Mengisi form hasil audit.
7. Merumuskan kelemahan (weaknesses) implementasi sistem ( jika ada).

Rapat Penutup
PEMBAHASAN HASIL AUDIT
06
(RAPAT AUDITOR)
KEBIJAKAN & PROSEDUR
RAPAT AUDITOR

ü Rapat Auditor: Rapat internal yang dihadiri oleh


auditor LPPOM MUI, dilaksanakan setidaknya
seminggu sekali
ü Auditor menyampaikan hasil audit, kemudian
peserta rapat memberikan masukan terhadap hasil
audit
ü Pimpinan rapat menyimpulkan hasil audit
ü Hasil rapat auditor menjadi dasar penentuan Status
Implementasi SJH dan rekomendasi apakah hasil
audit dapat dilanjutkan atau tidak ke Rapat Komisi
07 ANALISIS LABORATORIUM
DAFTAR PRODUK DAN JENIS SAMPEL UNTUK ANALISIS
LABORATORIUM:

Sampel yang diambil


No. Produk Target uji
1. Daging Olahan atau produk yang menggunakan bahan daging. Protein Babi Bahan baku
Tidak termasuk lemak dan asam lemak

2. Produk kuas atau produksi yang menggunakan kuas DNA Babi Bahan baku atau produk
akhir
3. Menu restoran/katering/dapur yang menggunakan daging Protein Babi Bahan baku (daging
segar atau daging olahan segar)

4. Menu restoran/katering/dapur yang menggunakan daging DNA Babi Bahan baku


olahan
5. Produk turunan hewan atau yang mengandung turunan hewan DNA Babi Produk akhir
(ekstrak hewan, gelatin, tulang, dll)

6. Produk yang menggunakan gelatin, contoh kapsul, coklat, DNA babi Bahan baku (gelatin)
permen, cake, vitamin, obat, resin, kosmetik dll.

7. Produk enzim DNA babi Produk akhir


8. Produk yang menggunakan enzim DNA babi Bahan baku
9. Minuman yang dicurigai mengandung etanol yang secara Residu etanol Produk akhir
perhitungan diduga kadar etanol akhir ≥ 0,5%.

10. Produk kosmetik yang tergolong waterproof / water resistant Daya tembus Produk akhir
dan produk tinta pemilu air
RAPAT KOMISI FATWA
09 (KEPUTUSAN SERTIFIKAT HALAL
Rapat Komisi Fatwa
• Diikuti oleh anggota Komisi Fatwa MUI
• Forum pengambilan keputusan sertifikat Halal.
LPPOM MUI Menyampaikan laporan hasil audit ke komusi Fatwa

Komisi fatwa mendiskusikan laporan yang disampaikan

Perusahaan
Produk menyampaikan bukti
Tidak perbaikan
diputuskan
Halal oleh
komisi fatwa
LPPOM menuliskan audit
Ya memorandum melalui Cerol

Sertifikat Halal
diterbitkan
Penerbitan Sertifikat Halal
10 Dan Status/Sertifikat SJH
Kebijakan Penerbitan Sertifikat Halal dan
Status/Sertifikat SJH
1. Jenis dokumen yang diterbitkan:
Nama Representasi Masa Berlaku Basis Penulisan
Dokumen (tahun)

Sertifikat Halal Produk halal 2 Kelompok


produk

Status Kualitas 2 Pabrik (fasilitas


Implementasi implementasi produksi)
SJH (A, B) sistem

Sertifikat SJH* Kualitas 4 Pabrik (fasilitas


implementasi produksi)
sistem

* Sertifikat SJH diberikan kepada perusahaan yang memperoleh tiga kali status A
secara berturut-turut
Sertifikat Halal
Status / Nilai SJH

Ruang lingkup status atau sertifikat SJH berlaku untuk semua lini produksi dan
seluruh produk yang dihasilkan di pabrik tersebut (termasuk jika ada penambahan lini
produksi baru atau kelompok produk baru).
Status / Nilai SJH
Sertifikat SJH
Prosedur Penerbitan Sertifikat Halal dan
Status/Sertifikat SJH
ü Diterbitkan è Setelah produk dinyatakan halal dalam rapat
komisi fatwa.
ü Penerbitan selesai è LPPOM MUI akan menyampaikan
informasinya melalui email PIC yang terdaftar di Cerol.
ü Sertifikat halal/status/sertifikat SJH dapat diambil atau
dikirim.
ü Softcopy sertifikat halal/status/sertifikat SJH dapat diunduh
melalui Cerol.
Ketentuan Penggunaan Logo
Halal
• Perusahaan hanya dapat menggunakan Logo Halal untuk produk
tersebut sesuai ruang lingkup yang tercantum dalam Sertifikat dan
hanya berlaku untuk lokasi pabrik Produsen yang tercantum dalam
Sertifikat.
• Logo Halal dapat dimintakan melalui email services@halalmui.org
v Logo Halal yang dicantumkan adalah seperti gambar berikut :

No. Sertifikat : ............................


v Perusahaan dapat merubah warna hijau pada logo tetapi tidak
diperbolehkan untuk merubah bentuk logo halal.
v Persetujuan penggunaan Logo Halal disepakati oleh Direktur LPPOM MUI
dan perwakilan Manajemen perusahaan bersamaan dengan persetujuan
Certification Agreement di tahap pendaftaran sertifikasi Halal.
TOT KADER DAKWAH HALAL

SISTEM JAMINAN HALAL


Jambi, 18 Desember 2019
Tujuan :

v Peserta mengetahui definisi terkait SJH


v Peserta memahami Kriteria Sistem Jaminan
Halal (HAS 23000 : 1) : Kriteria 1 s.d 11
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM
• Sistem Jaminan Halal (SJH): sistem manajemen terintegrasi
yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur
bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan
prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses
produksi halal sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI.

• Kriteria SJH: kalimat yang menjelaskan persyaratan yang harus


dipenuhi perusahaan dalam rangka menerapkan SJH sehingga
dihasilkan produk halal secara konsisten.
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM
• Aktivitas Kritis: aktivitas pada rantai proses produksi yang
dapat mempengaruhi status kehalalan suatu produk.
Contoh: seleksi bahan baru, pembelian bahan, formulasi
produk, pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian
fasilitas produksi dan peralatan pembantu, penyimpanan dan
penanganan, transportasi, pemajangan, penyembelihan hewan,
dan lain-lain
Cakupan aktivitas kritis tidak selalu
sama antar perusahaan, tergantung
pada proses bisnisnya masing-
masing
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM
• Prosedur Tertulis: tata cara pelaksanaan suatu aktivitas yang
dibakukan à dapat berupa prosedur/SOP (Standard Operating
Procedure), instruksi kerja, spesifikasi, standar, jadwal, internal
memo atau bentuk panduan kerja yang lain.
Prosedur SJH dapat digabungkan dengan prosedur untuk sistem
lain, umumnya terdapat identitas dokumen, dibuat dan
disahkan oleh orang yang berwenang, didistribusikan kepada
orang/bagian yang terlibat, dan jika ada perubahan maka
prosedur yang tersedia adalah prosedur yang termutakhir
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM
• Bukti: catatan/rekaman atau hasil yang dicapai dari pelaksanaan
prosedur à dapat berupa formulir, checklist, daftar, logbook,
planning, report à yang sudah terisi
Bukti penerapan SJH dapat digabungkan dengan bukti untuk
sistem lain, terdapat identitas rekaman, disimpan dengan aman,
dapat dicari dengan mudah, masa simpan sesuai kebutuhan
atau sesuai dengan masa berlaku Sertifikat halal (agar tersedia
saat dilakukan audit eksternal), dimusnahkan sesuai masa
simpan dengan pengawasan
Kriteria
Sistem Jaminan Halal
1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
3. Pelatihan
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
7. Prosedur tertulis untuk aktivitas kritis
8. Kemampuan Telusur
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
10. Audit Internal
11. Kaji Ulang Manajemen
KEBIJAKAN HALAL

Kebijakan halal: Komitmen tertulis untuk


menghasilkan produk halal secara konsisten, sesuai
dengan proses bisnis perusahaan
a. Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan
halal
ü Manajemen puncak: tingkatan manajemen tertinggi yang
memiliki tanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan di
pabrik/perusahaan

ü Kebijakan halal dapat ditulis terintegrasi dengan kebijakan


sistem yang lain, seperti kebijakan mutu atau keamanan pangan
Kebijakan Halal

b. Kebijakan halal harus didiseminasikan/disebarkan


kepada manajemen, tim manajemen halal, karyawan
dan pemasok.
Cara diseminasi kebijakan dapat ditentukan sendiri oleh
perusahaan, misalnya melalui pelatihan, briefing,
pemasangan poster, banner, pencetakan buku saku atau
melalui email.

c. Bukti diseminasi kebijakan halal harus dipelihara à


harus tersedia saat audit
Contoh: daftar hadir pelatihan, notulen briefing karyawan,
pemasangan poster, banner, buku saku, daftar email.
TIM MANAJEMEN HALAL
Sekelompok orang yang bertanggung
jawab terhadap perencanaan,
implementasi, evaluasi dan perbaikan
SJH di perusahaan
a. Manajemen puncak harus menetapkan tim
manajemen halal dengan disertai bukti tertulis
ü Bukti dapat berupa surat keputusan, surat pengangkatan atau
bentuk penetapan lain yang berlaku di perusahaan
ü Dapat berada di level kantor pusat dan/atau di level pabrik, outlet,
dapur à tergantung proses bisnisnya
ü Dapat digabungkan dengan tim implementasi sistem lain
ü Mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis
Tim Manajemen Halal (Lanjutan)

b. Tim manajemen halal harus merupakan karyawan tetap


perusahaan dan diutamakan seorang muslim
c. Tanggung jawab tim manajemen halal harus diuraikan
dengan jelas
ü Contoh tanggung jawab tim: melakukan pelatihan internal,
memastikan semua bahan yang digunakan untuk produksi halal
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang cukup dan telah
disetujui penggunaannya oleh LPPOM MUI, memastikan fasilitas
produksi memenuhi kriteria fasilitas, memastikan produk yang
disertifikasi memenuhi kriteria, melakukan audit internal,
melakukan seleksi bahan baru terkait halal, melakukan
pemeriksaan bahan datang
TIM MANAJEMEN HALAL
(Lanjutan)

d. Tim manajemen halal harus kompeten dalam


menerapkan persyaratan sertifikasi halal HAS 23000
sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya
masing-masing
ü Bukti tim manajemen halal sudah kompeten dapat berupa sertifikat
kompetensi, sertifikat kelulusan pelatihan HAS 23000
(eksternal/internal) dan hasil evaluasi kerja
e. Manajemen puncak harus menyediakan sumber daya
yang diperlukan oleh tim manajemen halal
ü Contoh sumberdaya: penyiapan sumberdaya manusia, penyiapan
budget pelatihan SJH, penyiapan fasilitas produksi bebas babi
PELATIHAN

Kegiatan peningkatan pengetahuan, ketrampilan


dan sikap untuk mencapai tingkat kompetensi yang
diinginkan
KATEGORI PELATIHAN:
Pelatihan eksternal: pelatihan HAS 23000 yang
diselenggarakan oleh atau atas nama LPPOM
MUI

Pelatihan internal: pelatihan HAS 23000 yang


diselenggarakan oleh internal perusahaan
Pelatihan (Lanjutan)

a. Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan


pelatihan untuk semua personel yang terlibat dalam aktifitas
kritis, termasuk karyawan baru
ü Prosedur dapat berisi tujuan/target, jadwal, peserta, metode, pemberi
materi, materi, dokumentasi, dan evaluasi kelulusan
ü Materi pelatihan meliputi HAS 23000 (Kriteria, Kebijakan dan Prosedur)
atau teknis penerapan prosedur aktivitas kritis atau materi lainnya
disesuaikan dengan sasaran pelatihan
ü Dapat digabungkan dengan prosedur pelatihan sistem lain
Pelatihan (Lanjutan)

b. Pelatihan eksternal harus diikuti oleh salah satu tim


manajemen halal setidaknya sekali dalam dua tahun
ü Penyelenggara pelatihan: Indonesia Halal Training and Education Center
(IHATEC) yang sudah ditunjuk secara resmi oleh LPPOM MUI
ü Jenis pelatihan: SJH reguler (di tempat yang ditentukan IHATEC) dan SJH
inhouse (di perusahaan atau di tempat yang ditentukan perusahaan)
ü Informasi mengenai pelatihan LPPOM MUI dapat dilihat di website
www.halalmui.org atau dapat ditanyakan melalui email ke
pelatihanhalal@halalmui.org
Pelatihan (Lanjutan)

c. Pelatihan internal harus dilaksanakan setidaknya setahun sekali


Jadwal pelatihan internal dapat dibuat tersendiri atau digabungkan
dengan jadwal pelatihan yang lain
d. Trainer internal harus telah lulus pelatihan HAS 23000 (eksternal/
internal)
e. Hasil pelatihan internal harus dievaluasi untuk memastikan
kompetensi peserta pelatihan
Bentuk evaluasi hasil pelatihan internal dapat berupa tes tertulis, tes lisan
atau bentuk lain yang berlaku di perusahaan
f. Bukti pelaksanaan pelatihan (eksternal/internal) harus dipelihara
Contoh bukti pelatihan: daftar hadir, materi pelatihan, lembar post test,
laporan kelulusan peserta, sertifikat pelatihan
BAHAN
Sudah Dijelaskan oleh Prof. Dr.
Purwantiningsih
Produk
Produk pada industri pengolahan:
produk yang didaftarkan untuk
sertifikasi halal, baik berupa produk
retail, non retail, produk akhir, produk
antara (intermediet)

Produk pada restoran/katering: semua


menu yang disajikan, baik dibuat
sendiri oleh perusahaan maupun
menu yang dibeli dari pihak lain (menu
titipan, rekanan), termasuk menu
musiman dan menu ekstra
Kriteria Produk

(a) Nama produk


(b) Karakteristik/profil sensori produk
(c) Bentuk produk
(d) Merk/brand pada produk retail
(e) Kadar etanol
(f) Produk kosmetik
(g) Produk yang dikemas ulang (repacked) atau diberi label
ulang (relabeled)
Nama Produk

ü Tidak menggunakan nama minuman beralkohol


Contoh: rootbeer, es krim rasa rhum raisin, bir 0% alkohol
ü Tidak menggunakan nama babi dan anjing serta turunannya
Contoh: babi panggang, beef bacon dan hot dog
ü Tidak menggunakan nama setan
Contoh: rawon setan, es pocong, mi ayam kuntilanak
ü Tidak mengarah pada hal yang menimbulkan
kekufuran/kebatilan
Contoh: coklat valentine, biskuit natal, mie Gong Xi Fa Cai
ü Tidak menggunakan kata yang berkonotasi erotis, vulgar atau
porno

à Nama produk yang telah dikenal luas dan tidak


mengandung bahan haram dapat digunakan, contoh bir
Karakteristik/profil sensori produk

ü Tidak boleh memiliki kecenderungan bau atau rasa yang


mengarah kepada produk haram
Contoh: minuman yang memiliki bau atau rasa bir tidak dapat
disertifikasi meskipun dibuat dari bahan halal

Bentuk produk
ü Tidak menggunakan bentuk babi atau anjing
ü Tidak menggunakan bentuk produk, bentuk kemasan atau label
yang menggambarkan sifat erotis, vulgar atau porno
Merk/brand pada produk retail

ü Khusus untuk produk retail à jika suatu produk dengan


merk/brand tertentu didaftarkan, maka semua varian atau
produk lain dengan merk/brand yang sama harus
didaftarkan
Produk dengan merk/brand yang sama dengan produk yang sudah
disertifikasi harus sudah disertifikat halal sebelum diedarkan
Pada kasus produk non retail atau intermediet, aplikasi sertifikasi dapat
dilakukan untuk sebagian atau seluruh produk
Kadar etanol
ü Produk akhir minuman: Maksimal 0,5 %
ü Produk selain minuman : tidak dibatasi selama secara medis
tidak membahayakan. Contoh : Kosmetik, Jamu, Obat.
Fasilitas Produksi
Semua lini produksi dan peralatan
pembantu yang digunakan untuk
menghasilkan produk, baik milik
sendiri atau menyewa dari pihak lain
à mencakup bangunan, ruangan,
mesin, peralatan utama, peralatan
pembantu sejak penyiapan bahan,
proses utama, hingga penyimpanan
produk

Produksi halal hanya dibolehkan di


fasilitas produksi yang BEBAS NAJIS
KATEGORI FASILITAS PRODUKSI
HALAL ü Fasilitas yang hanya digunakan untuk produksi halal
DEDICATED ü WAJIB untuk Rumah Potong Hewan, produk olahan
FACILITY daging, dan dapur (restoran, hotel, katering)
ü Harus bebas babi (pork free)
ü Harus ada pencucian sebelum
Fasilitas kontak
digunakan untuk produksi produk
bahan/produk
halal
ü Contoh: wadah penimbangan, tangki
SHARING mixing, peralatan pengambilan sampel
FACILITY
Fasilitas tidak ü Boleh digunakan bersama
kontak dengan dengan bahan/produk babi
bahan/produk ü Contoh: gudang bahan/produk, ruang
sampling, transportasi produk
terkemas

Fasilitas yang digunakan secara bersama untuk bahan/produk halal dan tidak halal
→ Selama dapat menjamin bahan/produk halal tidak terkontaminasi najis
PROSEDUR SELEKSI BAHAN
BARU
Lingkup bahan baru:
Perubahan
•Industri pengolahan à
Jenis Bahan
Perubaha bahan baru untuk produk
n Bahan yang sudah disertifikasi
Perubahan •Restoran/katering à bahan
Produsen baru untuk semua menu
yang sudah dijual

Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis yang


menjamin bahwa setiap penggunaan bahan baru harus
melalui persetujuan LPPOM MUI.
à Persetujuan bahan oleh LPPOM MUI dapat melalui surat
persetujuan atau disetujui langsung, akan dijelaskan pada
halaman berikutnya
à Prosedur beserta form nya dapat diintegrasikan dengan sistem
persetujuan bahan baru yang sudah berlaku di perusahaan
Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis

v Seleksi Bahan Baru


v Pembelian Bahan
v Pengembangan Produk Baru
v Pemeriksaan Bahan Datang
v Produksi
v Pencucian Fasilitas Produksi
v Penyimpanan dan Penanganan Bahan &
Produk
v Transportasi
v Pemajangan (Display) dan Penyajian
v Pengembangan Dapur/Outlet Baru Khusus restoran & katering
v Aturan Pengunjung
v Aturan Karyawan
PROSEDUR SELEKSI BAHAN
BARU
Bahan Positive List
Langsung
disetujui
Persetujuan Bahan Ber-SH MUI &
Bahan oleh ada di database
LPPOM MUI LPPOM MUI*
Surat
persetujuan *) Database di website
www.halalmui.org, Jurnal Halal
(melalui Cerol)
atau aplikasi smartphone

Bahan baru dapat digunakan jika telah mendapat surat persetujuan


tertulis dari LPPOM MUI atau persetujuan internal perusahaan (jika
positive list atau bahan berSH MUI yang ada di database LPPOM MUI)
DAFTAR BAHAN HALAL

REGISTERED Dapat diunduh perusahaan setelah


MATERIALS registrasi selesai di Cerol
DAFTAR di CEROL
BAHAN
HALAL
Dibuat oleh perusahaan setelah
DAFTAR bahan baru disetujui oleh LPPOM
BAHAN BARU MUI atau internal perusahaan

Daftar Bahan Halal adalah daftar bahan yang telah disetujui


LPPOM MUI à dapat diperbaharui setiap ada perubahan
data/dokumen bahan dan setiap ada penambahan bahan baru
à menjadi acuan di proses pembelian, pemeriksaan bahan
datang dan proses produksi
PROSEDUR SELEKSI BAHAN
BARU
Persetujuan bahan untuk produk baru yang akan
disertifikasi:
v Persetujuan penggunaan bahan baru pada saat proses
sertifikasi
v Melalui registrasi pengembangan di CEROL.

Seleksi bahan baru untuk produk yang tidak disertifikasi


namun menggunakan sharing facility :
harus ada prosedur yang menjamin bahan tidak terbuat
dari babi/turunannya à misalnya check list yang diisi oleh
produsen
Bukti persetujuan penggunaan bahan baru harus
dipelihara
PROSEDUR PEMBELIAN
§ Perusahaan harus mempunyai prosedur pembelian atau
pengadaan bahan
§ Prosedur harus menjamin semua bahan yang dibeli untuk
produk yang disertifikasi telah disetujui LPPOM MUI
§ Pembelian bahan mengacu pada Daftar bahan halal
à Bentuk Daftar bahan halal dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
§ Untuk bahan yang dikemas ulang/dilabel ulang oleh
supplier à dapat dilakukan kontrak agar bahan yang
dikirim sesuai
Bukti pembelian bahan harus
dipelihara
PROSEDUR PEMERIKSAAN BAHAN
DATANG
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pemeriksaan
bahan datang à menjamin kesesuaian nama bahan, nama
produsen dan negara asal produsen yang tercantum di
kemasan bahan dengan yang tercantum di dokumen
bahan
ü Beberapa lembaga sertifikasi luar negeri (seperti IFANCA dan
HFFIA) mempersyaratkan pencantuman logo halal pada
label produk yang disertifikasi, dapat dilihat pada sertifikat yang
dikeluarkan
à Jika bahan dilengkapi dengan sertifikat ini, maka harus
diperiksa logo halal di kemasan
ü Bahan tidak kritis boleh tidak diperiksa ketika penerimaan bahan
ü Logo halal di kemasan tidak perlu diperiksa bila bahan
PROSEDUR PEMERIKSAAN BAHAN
DATANG

§ Untuk bahan dengan sertifikat halal per pengapalan, misalnya


daging impor, pemeriksaan harus menjamin kesesuaian data di
label dengan data yang tertulis di sertifikat halal
à pemeriksaan mencakup tanggal penyembelihan (slaughtering
date), tanggal pengemasan (packing date), dan nomor Rumah
Potong Hewan (abattoir number/establishment of origin)
§ Bagi perusahaan yang mempunyai gudang pusat dan gudang
cabang, bila pemeriksaan bahan datang sudah dilakukan
secara lengkap di gudang pusat, maka gudang cabang cukup
memeriksa kesesuaian nama bahan atau kode bahan (tidak
perlu pemeriksaan lengkap).
PROSEDUR PEMERIKSAAN BAHAN
DATANG
Untuk bahan dengan kasus berikut :
1. Daging yang mengalami perlakuan tertentu di pemasok seperti
dipotong atau digiling padahal nama bahan di sertifikat halal adalah
daging
2. Bahan yang dikemas ulang atau diberi label baru oleh pemasok,
bahan yang tidak tercantum nama produsen di kemasan, atau adanya
logo halal tidak sesuai dengan yang tercantum di dokumen
pendukung bahan
à Pemeriksaan nama bahan dan produsen bahan dapat melalui
dokumen bahan yang dikeluarkan produsen seperti CoA
à Pemasok harus mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin
fasilitasnya bebas babi, serta daging dan bahan yang dikemas
ulang atau diberi label baru tidak terkena najis
à Perusahaan
Buktimelakukan audit bahan
pemeriksaan pemasok setidaknya
datang sekali dalam
harus
dua tahun
dipelihara
PROSEDUR PRODUKSI
§ Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk
semua tahapan produksi à menjamin produksi halal hanya
menggunakan bahan yang disetujui LPPOM MUI (Daftar
Bahan Halal) dan dilakukan di fasilitas produksi yang
memenuhi kriteria fasilitas
§ Jika produk mempunyai formula, maka formula/resep baku
(formula yang menjadi rujukan dalam proses produksi) harus
tersedia.
§ Jika terdapat penggunaan fasilitas bersama (sharing facility)
à prosedur harus menjamin bahan yang digunakan dalam
proses produksi produk yang tidak disertifikasi tidak berasal
dari babi/ turunannya

Bukti penerapan prosedur produksi harus


dipelihara
PROSEDUR PENCUCIAN FASILITAS
PRODUKSI
§ Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pencucian
fasilitas produksi à menjamin pencucian fasilitas produksi
yang kontak langsung dengan bahan atau produk dapat
menghilangkan najis.
Yang dimaksud dengan najis di atas adalah najis mutawassithah
(najis sedang), yaitu najis yang ditimbulkan karena bersentuhan
dengan barang najis selain najis mukhaffafah (najis ringan, yaitu air
seni bayi laki-laki sebelum usia dua tahun yang hanya
mengonsumsi ASI) dan najis mughallazhah (najis berat, yaitu babi,
anjing atau turunan keduanya).
Contoh najis sedang yaitu daging hewan halal yang
penyembelihannya tidak sesuai syariat Islam, khamr, kotoran
hewan.
§ Bahan pembantu yang digunakan dalam pencucian fasilitas
(cleaning agent, sanitizer) tidak boleh berasal dari bahan
haram atau najis.
PROSEDUR PENCUCIAN FASILITAS
PRODUKSI
v Pencucian à air atau non air (dekstrin, susu skim, minyak, lap
basah, disikat, atau disemprot dengan udara bertekanan)
v Pencucian dengan bahan non air diperbolehkan jika:
1. Pencucian dengan air dapat menyebabkan kerusakan fasilitas,
produk atau kesulitan teknis lain.
2. Fasilitas terbuat dari bahan yang tidak menyerap najis atau bersifat
inert
v Proses pencucian harus diverifikasi untuk membuktikan
hilangnya warna, bau dan rasa dari pengotor à cara verifikasi
dapat ditentukan sendiri oleh perusahaan.

Bukti penerapan prosedur pencucian harus


dipelihara
PROSEDUR PENYIMPANAN DAN
PENANGANAN BAHAN/PRODUK
§ Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis penyimpanan
dan penanganan bahan/produk à menjamin bahan dan produk
tidak terkontaminasi oleh bahan haram/najis selama disimpan
dan ditangani
Penyimpanan : penyimpanan bahan dan produk di fasilitas produksi,
termasuk penyimpanan di gudang antara.
Penyimpanan bahan/produk dapat dilakukan di lokasi yang sama
dengan bahan/produk yang haram/najis selama tidak terjadi kotaminasi
silang
Penanganan : penanganan bahan/produk selama proses produksi,
termasuk aliran bahan/produk, penggunaan peralatan dan personel
produksi
§ Bukti penyimpanan harus dipelihara
PROSEDUR TRANSPORTASI
BAHAN/PRODUK

§ Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis


transportasi bahan dan produk à menjamin bahan dan
produk tidak terkontaminasi najis selama dalam
transportasi
Lingkup transportasi : bahan dari supplier ke gudang, antar fasilitas
produksi dalam perusahaan, serta produk dari perusahaan ke
distributor
Alat transportasi yang digunakan dapat bersifat sharing facility
sepanjang bahan/produk halal tidak terkontaminasi najis selama
transportasi à misalnya dengan mengemas bahan/produk,
memberikan penandaan yang jelas serta dilakukan kontrak dengan
Bukti penerapan prosedur transportasi harus
jasa transporter
dipelihara
Kemampuan Telusur

§ Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis yang


menjamin ketertelusuran produk yang disertifikasi.
§ Maksud ketertelusuran
Selalu dapat dibuktikan bahwa produk yang disertifikasi
berasal dari bahan yang disetujui (termasuk jika ada
pengkodean bahan/produk) dan diproduksi di fasilitas
yang memenuhi kriteria.
Bukti ketertelusuran produk harus dibuat dan dipelihara.
Penanganan Produk yang
Tidak Memenuhi Kriteria
§ Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menangani
produk yang tidak memenuhi kriteria.
Prosedur harus memuat definisi yang tepat tentang produk ini dan
cara menanganinya.

Definisi:
produk yang sudah disertifikasi tetapi terlanjur diproduksi dari bahan
yang tidak disetujui dan/atau diproduksi di fasilitas yang tidak
memenuhi kriteria
Produk yang tidak memenuhi kriteria dapat diidentifikasi dari audit
internal, audit pemasok, pemeriksaan mutu produk rutin atau analisis
laboratorium
Prosedur ini bersifat antisipatif à karena kemungkinan kesalahan
selalu ada
Penanganan Produk yang
Tidak Memenuhi Kriteria (Lanjutan)

Cara menangani produk yang tidak memenuhi


kriteria:
ü Tidak dijual ke konsumen yang membutuhkan produk
halal
à Dapat berupa pemusnahan produk, penjualan untuk tujuan
non pangan, penjualan ke negara non muslim, dan lainnya
à Khusus restoran/katering: harus dimusnahkan
ü Jika terlanjur dijual, maka produk harus ditarik
Produk yang tidak memenuhi kriteria tidak boleh
diproses ulang (rework), down grade atau
direformulasi
Bukti penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria
harus dipelihara
10. Audit Internal
“Verifikasi pemenuhan 11 kriteria yang dilakukan oleh
auditor dari internal perusahaan”
§ Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit
internal.
§ Audit internal harus dilakukan setidaknya dua kali
dalam setahun.
§ Ruang lingkup audit internal disesuaikan dengan
kebutuhan. Jika perusahaan menggunakan fasilitas
produksi pihak lain (melakukan maklon atau toll
manufacturing), maka ruang lingkup audit internal juga
mencakup implementasi SJH di tempat maklon.
Audit Internal (Lanjutan)

§ Pelaksanaan audit internal dapat diintegrasikan dengan


audit sistem lain (jadwal, personel, check list)
§ Audit internal harus dilakukan oleh pihak kompeten dan
independen terhadap area yang diaudit
Pihak independen:
ü Dari divisi/bagian/departemen lain (audit silang).
ü Dari pihak yang ditunjuk manajemen untuk tugas ini
à Jadi, tidak harus audit silang
Audit Internal (Lanjutan)

§ Hasil audit internal harus disampaikan ke semua pihak yang


berkepentingan dalam audit internal.
§ Jika ditemukan kelemahan (tidak terpenuhinya kriteria) dalam
audit internal, maka perusahaan harus mengidentifikasi akar
penyebabnya dan melakukan perbaikan. Perbaikan harus
dilakukan dengan target waktu yang jelas serta harus mampu
menyelesaikan kelemahan & mencegah terulangnya di masa
yang akan datang.
§ Hasil audit internal harus disampaikan ke LPPOM MUI dalam
bentuk laporan berkala melalui menu regular report di sistem on
line CEROL.
Bukti penerapan prosedur audit internal harus
dipelihara
Kaji Ulang Manajemen
(Management Review)

Kaji ulang manajemen: evaluasi


efektifitas pelaksanaan sistem jaminan
halal yang dilakukan oleh manajemen

Perusahaan harus mempunyai prosedur


tertulis kaji ulang manajemen à kaji
ulang manajemen harus dilakukan
setidaknya sekali dalam setahun
Kaji Ulang Manajemen (Lanjutan)

Pelaksanaan kaji ulang dapat diintegrasikan dengan


kaji ulang sistem lain
Bahan kaji ulang manajemen: hasil audit internal,
audit eksternal, hasil kaji ulang sebelumnya, dan
adanya perubahan dalam perusahaan yang
mempengaruhi efektifitas pelaksanaan SJH
Hasil kaji ulang harus disampaikan kepada pihak
yang bertanggungjawab terhadap implementasi SJH.
Bukti kaji ulang harus dibuat dan dipelihara.
Contact LPPOM MUI at :
1. MUI Building
Jl. Proklamasi No. 51 Lt. III Menteng, Jakara Selatan, INDONESIA
Phone: +62213918890 Fax: +62213924667
2. Global Halal Centre Building
Jl. Pemuda No.5, Bogor , Jawa Barat, INDONESIA
Phone: +622518358748 Fax: +62251358747
Website : www.halalmui.org

Anda mungkin juga menyukai