Anda di halaman 1dari 41

III.

BATANG TARIK

A. Elemen Batang Tarik


Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya
aksial tarik murni.

Gaya aksial tarik murni terjadi apabila gaya tarik yang bekerja tersebut
bersifat sentris (berimpit dengan sumbu berat penampang).

Batang tarik umumnya dijumpai pada struktur rangka baja seperti:


 Struktur jembatan rangka
 Rangka atap (struktur kuda-kuda)
 Menara transmisi
 Ikatan angin (jembatan rangka dan rangka atap).

Batang tarik dalam sistem struktur baja dapat berupa profil tunggal
ataupun profil tersusun (gabungan dari dua atau lebih profil tunggal).
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 4.1. Bentuk profil elemen batang tarik
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
B. Kekuatan Tarik Nominal Metode LRFD (SNI 03-1729-
2002)
Dalam menentukan kekuatan nominal penampang suatu batang
tarik, harus ditinjau terhadap tiga macam kondisi keruntuhan
yang menentukan, yaitu :
1) Kondisi leleh dari luas penampang kotor/bruto, didaerah yang
jauh dari sambungan.
2) Kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif pada
daerah sambungan.
3) Kondisi geser blok pada sambungan.

Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor Nu


harus memenuhi :
Nu   Nn

dengan,
Nn = kekuatan nominal penampang
 = faktor reduksi kekuatan (SNI 03-1729-2002, Tabel 6.4-2,
hal.18).
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Tabel 3.1. Faktor reduksi kekuatan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 3.1. Faktor reduksi kekuatan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
1. Pada kondisi leleh dari luas penampang bruto.

Untuk kondisi leleh maka kekuatan nominal Nn


dari batang tarik adalah sbb :
Nn = Ag . fy
dimana,
Ag = luas penampang bruto (mm2).
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja (MPa).

Pada kondisi ini faktor reduksi kekuatan  = 0,90


(SNI 03-1729-2002, Tabel 6.4-2, hal.18).

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
2. Pada kondisi fraktur/putus dari luas penampang
efektif pada sambungan.

Untuk kondisi fraktur/putus maka kekuatan


nominal Nn dari batang tarik adalah sebagai
berikut,
Nn = Ae . fu
dimana,
Ae = luas penampang efektif (mm2).
Fu = tegangan putus sesuai mutu baja (Mpa).

Pada kondisi ini faktor reduksi kekuatan  = 0,75


(SNI 03-1729-2002, Tabel 6.4-2, hal.18).
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
C. Luas Penampang Netto.

Batang tarik yang disambung dengan paku keling (rivet) atau


baut (bolt) harus dilubangi.
Adanya lubang mengakibatkan berkurangnya luas
penampang batang tarik tersebut, sehingga kekuatannya
menjadi berkurang.

SNI 03-1729-2002 Pasal 10.2.1. menyebutkan bahwa dalam


suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15%
luas penampang utuh.

Secara matematis luas penampang netto dinyatakan


sebagai berikut :

Anet = 85% Ag

dimana,
Ag = luas penampang
Struktur Baja I - bruto (mm2).
Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
1. Diameter baut dan diameter lubang
Menurut SNI 03-1729-2002, Pasal 17.3.6 bahwa diameter
nominal lobang (d) yang sudah jadi harus 2 mm lebih besar
dari diameter nominal baut (dn) untuk suatu baut yang
diameternya tidak melebihi 24 mm, dan maksimum 3 mm
lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar, kecuali
untuk lubang pada pelat landas.

Gambar 4.2. Diameter nominal baut dan lubang

Keterangan :
dn = diamater nominal
d = diameter lobang
d = dn + 2 mm untuk dn  24 mm
d = dn + 3 mm untuk dn > 24 mm
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
2. Luas penampang netto lubang sejajar

Gambar 4.3. Lubang baut sejajar

Pada lobang sejajar seperti gambar di atas, luas penampang netto (pot. a-a) diberikan oleh
persamaan berikut,
Anet = Ag – (n . d . t)

dimana,
n = jumlah lobang (3 lobang)
d = diameter lobang (mm)
d = dn + 2mm, atau
d = dn + 3mm.
Ag = luas penampang bruto (mm2)
Ag = h . t
t = tebal pelat terkecil antara t1 dan t2 (mm)
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
3. Luas penampang netto lubang berselang-seling

Gambar 4.4. Lubang baut berselang-seling

Pada lobang yang berselang-seling seperti gambar di atas


peninjauan luas penampang netto dilakukan terhadap potongan,
a. Potongan a – b
Anet = Ag – (n . d . t)
n = 2 lobang Struktur Baja I Purwokerto
- Iwan Rustendi - UNWIKU
b. Potongan a – c - b
Anet = Ag – (n . d . t) + (s12 . t)/4u1 + (s12 . t)/4u2

n = 3 lubang

c. Potongan a – c - d
Anet = Ag – (n . d . t) + (s12 . t)/4u1 + (s22 . t)/4u2
n = 3 lubang

Dari ketiga hasil peninjauan tersebut diambil Anet yang terkecil, dan
harus,
Anet  85% Ag

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
4. Luas penampang netto profil siku lobang berselang-seling

Gambar 4.4. Lubang baut berselang-seling pada profil siku

Jarak U2 = ga + gb – t
a. Potongan a – b
Anet = Ag – (n . d . t)
n = 2 lobang

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
b. Potongan a – c - b
Anet = Ag – (n . d . t) + (s12 . t)/4u1 + (s12 . t)/4u2
n = 3 lubang

c. Potongan a – c - d
Anet = Ag – (n . d . t) + (s12 . t)/4u1 + (s22 . t)/4u2
n = 3 lubang

Dari ketiga hasil peninjauan tersebut diambil Anet yang terkecil,


dan harus,
Anet  85% Ag

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
5. Luas penampang netto profil UNP dan IWF lobang berselang-seling

Gambar 4.5. Lubang baut berselang-seling pada profil UNP dan IWF

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Profil UNP :
u2 = ga + gb – t
Apabila tebal sayap (flens) t1 dan tebal badan (web) t2
tidak sama maka,
u2 = (ga + gb) – (1/2t1 +1/2t2)

Profil IWF :
u2 = ga/2 + gb – t
Apabila tebal sayap (flens) t1 dan tebal badan (web) t2
tidak sama maka,
u2 = (ga/2 + gb) – (1/2t1 +1/2t2)

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
6. Soal 3 (Soal tentang luas penampang netto) :
Sambungan seperti gambar berikut yaitu dua buah pelat tebal 4
mm disambung dengan tiga buah pelat dengan tebal 2 mm,
diameter alat penyambung dn = 12 mm, jumlah alat penyambung
8 (delapan) buah. Hitunglah luas penampang netto.

Gambar 4.5. Pelat dengan sambungan berselang-seling.


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Penyelesaian :

Tebal pelat terkecil, t = 2 + 2 + 2


= 6 mm.
Diameter lobang, d = 12 mm + 2 mm
= 14 mm.
a. Potongan 1 – 2 – 3
Terdapat 3 lubang baut
Anet = (h . t) – (n . t . d)
= (250 x 6) – (3 x 6 x 14)
= 1500 – 252
= 1248 mm2.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
b. Potongan 1 – 4 – 2 – 5 - 3
Terdapat 5 lubang baut
s = 50 mm
u = 50 mm
Anet = (h . t) – (5 . t . d) + (s2 . t)/4u + (s2 . t)/4u +
(s2 . t)/4u + (s2 . t)/4u
= (250x6) – (5x6x14) + ((502x6)/(4x50)) +
((502x6)/(4x50)) + ((502x6)/(4x50)) + ((502x6)/(4x50))
= 1500 – 420 + 75 + 75 + 75 + 75
= 1380 mm2

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
b. Potongan 1 – 4 – 5 - 3
Terdapat 4 lubang baut
s = 50 mm
u = 50 mm
Anet = (h . t) – (4 . t . d) + (s2 . t)/4u +
(s2 . t)/(4 . 2u) + (s2 . t)/4u
= (250x6) – (4x6x14) + ((502x6)/(4x50)) +
((02x6)/(4x (2x50)) + ((502x6)/(4x50))
= 1500 – 336 + 75 + 75
= 1314 mm2

Diambil Anet terkecil maka,


Anet = 1248 mm2.

Syarat Anet menurut SNI 03-1729-2002 Pasal 10.2.1. yaitu,


Anet  85% x Ag
= 85% x h x t
= 0,85 x 250 x 6
= 1275 mm2 ------> Tidak memenuhi

Solusi :
a. Diameter paku dikecilkan.
b. Susunan paku pada satu potongan vertikal dirobah dari 3 (tiga) buah menjadi
2 (dua) buah.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Soal 4 :
Sistem sambungan pada profil baja siku 150.100.10, diameter nominal
alat penyambung dn = 25 mm. Hitunglah luas penampang netto.

Gambar 4.6. Profil siku, dengan sambungan berselang-seling.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 5 :
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 seperti tampak pada
gambar di bawah. Baut yang digunakan berdiameter 16
mm.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
C. Luas Penampang Netto Effektif
Luas netto (Anet) yang harus dikalikan dengan faktor
efektifitas penampang U,

----> Akibat adanya eksentrisitas pada sambungan, yang


disebut shear leg.
----> Menghasilkan penampang netto efektif (Ae), yang
besarnya yaitu,

Ae = Anet x U

dengan,
Anet = luas penampang netto
U = koefisien reduksi.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Koefisien reduksi U untuk sistem sambungan yang
menggunakan baut atau paku keling yaitu,

U = 1 – (x/L) ≤ 0,9

dengan,
x = eksentrisitas sambungan
= jarak antara titik berat penampang
komponen yang disambung dengan
bidang sambungan, mm.
L = panjang sambungan pada arah gaya.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Eksentrisitas sambungan berbagai profil bisa dilihat pada
Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Letak eksentrisitas sambungan.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Sedangkan koefisien reduksi U untuk sistem sambungan yang
menggunakan sambungan las yaitu,
1. Bila gaya tarik hanya disalurkan oleh pengelasan memanjang ke
komponen struktur yang bukan pelat, atau oleh kombinasi
pengelasan memanjang dan melintang maka,
Ae = Ag

Gambar 4.8. Pengelasan memanjang dan melintang

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
2. Bila gaya tarik hanya disalurkan oleh las melintang saja
maka,
Ae = U . Ag -----> U = 1,0
= Ag

Gambar 4.9. Pengelasan melintang

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
3. Bila gaya tarik disalurkan ke komponen struktur pelat oleh las
memanjang sepanjang kedua sisi bagian ujung komponen maka,

Ae = U . Ag -----> U = 1,0
dengan,
U = 1,0 untuk l > 2w
U = 0,87 untuk 2w > l > 1,5w
U = 0,75 untuk 1,5w > l > w

Gambar 4.10. Pengelasan memanjang


Struktur Baja I - Iwan Rustendi -pada
UNWIKU kedua sisi profil
Purwokerto
Nilai eksentrisitas (x) dan koefisien reduksi (U) untuk berbagai jenis
penampang.

Gambar 4.11. Nilai x dan U berbagai jenis penampang


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 4.11. Nilai x dan U berbagai jenis penampang
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Soal 6 :
Hitung luas netto efektif (Ae) dari penampang IWF Gambar 4.11
di bawah ini.

Gambar 4.12. Sambungan pada profil IWF


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
D. Contoh Posisi Batang Tarik
1. Batang bawah dan batang diagonal

Gambar 4.13. Posisi batang tarik pada rangka kuda-kuda


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
2. Batang bawah dan batang vertikal

Gambar 4.14. Posisi batang tarik pada rangka kuda-kuda

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
E. Kelangsingan Batang Tarik.

Kelangsingan komponen struktur tarik, didefinisikan


sebagai,
λ = Lk/r
di mana,
λ = kelangsingan
= maksimal 240 untuk batang tarik utama
= maksimal 300 untuk batang tarik sekunder
Lk = panjang batang tarik
r = jarai-jari inersia

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
F. Geser Blok
Geser blok yaitu suatu keruntuhan dimana mekanisme
keruntuhannya merupakan kombinasi geser dan tarik dan
terjadi sepanjang lubang-lubang baut pada komponen
struktur tarik

Keruntuhan jenis ini sering terjadi terhadap pelat


badan yang tipis pada komponen struktur tarik pada
sistem sambungan baut.

Keruntuhan ini juga sering dijumpai pada sambungan


pendek, yaitu sambungan yang menggunakan dua
baut atau kurang pada sumbu searah gaya.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 4.15. Geser blok, kombinasi keruntuhan geser dan tarik.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Keruntuhan geser blok adalah perjumlahan antara tarik leleh (atau tarik
fraktur) dengan geser fraktur (atau geser leleh), dengan tahanan nominal
ditentukan oleh salah satu persamaan berikut,

a). Geser leleh dengan tarik fraktur,


Bila fu . Ant  0,6 fu . Anv maka,
Nn = 0,6 fy . Agv + fu . Ant
b). Geser fraktur dengan tarik leleh,
Bila fu . Ant < 0,6 fu . Anv maka,
Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt
di mana,
Agv = luas kotor/bruto akibat geser.
Anv = luas netto akibat geser.
Agt = luas kotor/bruto akibat tarik.
Ant = luas netto akibat tarik.
fy = tegangan leleh (sesuai mutu baja).
fu = tegangan fraktur/putus (sesuai mutu baja).
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 4.16. Keruntuhan geser blok, penampang tarik netto.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 7 :
Diketahui sistem sambungan baja siku L 60x60x6 dengan pelat
buhul seperti tampak pada Gambar 4.17. Evaluasi sistem
sambungan tersebut bila mutu baja St 37, diameter baut 12,7
mm, dan panjang batang 2,50 m!

Gambar 4.17. Sambungan baja siku dengan pelat buhul

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 8 :
Suatu elemen batang tarik pada suatu sistem struktur baja memikul
beban mati D = 100 kN, beban hidup L = 50 kN dan beban angin 20
kN. Elemen batang tarik tersebut berupa profil siku ganda dengan
panjang Lk = 2,00 meter dan mutu St 37. Sambungan dengan pelat
buhul digunakan diameter baut 12 mm dan jumlah baut 3 buah (dalam
1 baris) dengan jarak antar baut seperti tampak pada gambar (jarak
atas dan bawah ½ tinggi flens). Rencanakan dimensi batang tersebut!

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
THE END

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai