Anda di halaman 1dari 6

Pemanfaatan Alga Spirulina sp.

Sebagai
Sumber Protein Pengganti Daging

anggota:

Maria Seruni 19.I1.0040

Olivia Veralta 19.I1.0058

Josephine Monica 19.I1.0061


Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata
Semarang

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Protein adalah senyawa organik dengan berat molekul yang besar, komponen
penyusunnya adalah atom C, H, O, N, S, dan P. Protein sederhana adalah protein
yang tersusun atas asam amino saja sedangkan protein kompleks adalah protein
yang memiliki turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat. Secara biokimiawi,
seperlima susunan tubuh orang dewasa adalah protein. Kualitas protein dilihat
dari jumlah dan jenis asam aminonya (Devi, 2010). Jika dilihat dari sumbernya,
ada dua jenis protein yaitu, protein nabati (tumbuhan) dan hewani (hewan).
Protein hewani memiliki asam amino yang lebih lengkap, termasuk asam amino
esensial yang dibutuhkan untuk perkembangan tubuh (Noor, 2011). standar angka
kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia adalah sekitar 56-59 gram per hari
untuk perempuan dan 62-66 gram per hari untuk laki-laki.
Spirulina adalah mikroalga berukuran kecil, berwarna hijau, berbentuk spiral yang
dapat hidup di perairan tawar dan laut. Mikroalga ini termasuk kelompok alga
hijau biru (Cyanobacteria). Spirulina sp. termasuk organisme multiseluler.
Tubuhnya berupa filamen berwarna hijau-biru berbentuk silinder dan tidak
bercabang (Richmond 1988). Spirulina sp. memiliki zat warna hijau daun (pigmen
klorofil), sehingga mampu melakukan fotosintesis dengan bantuan air (H2O),
CO2 dan sinar matahari yang dapat mengubah energi kinetik menjadi energi
kimiawi dalam bentuk biomassa atau yang lebih dikenal dengan karbohidrat.
Ukuran Spirulina berkisar antara 3,5-10 mikron, sehingga diperlukan mikroskop
untuk dapat melihatnya (Sugiyono dan Amini 2008). Spirulina sp. merupakan
salah satu sumber protein yang terbaik di antara protein hewani dan nabati.
Kandungan protein pada Spirulina lebih dari 60% (Tietze 2004), mikroalga ini
juga mengandung 1,6% γ-asam linoleat (GLA)(Tanticharoen et al. 1994), asam
amino esensial (Colla et al. 2004), vitamin B12(Lorentz 1999), mineral dan
tokoferol (Riyono 2008) dan klorofil sebesar 1% (Henrikson 2009). Spirulina juga
terbukti mempunyai aktivitas antioksidan (Candra 2011) dan anti inflamasi
(Rasool et al. 2006) yang sangat bermanfaat. Cara yang paling efektif untuk
memanfaatkan komponen yang terkandung di dalam Cyanobacteria ini adalah
dengan mengkonsumsi langsung Spirulina sebagai tambahan makanan atau dalam
bentuk kapsul (Saputra 2009). Spirulina sp. telah lama dimanfaatkan sebagai
makanan, pakan, suplemen, dan pangan fungsional (Gershwin dan Belay 2007).

Daging merupakan sumber protein hewani bermutu tinggi yang mampu


memenuhi kebutuhan asam amino esensial, juga sebagai sumber vitamin B
kompleks dan kandungan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin
A, D, E dan K. Dalam 100 gram daging kambing memiliki kalori sebesar 154 kkal,
sedangkan sapi sebanyak 207 kkal. Sementara itu, kandungan lemak dalam
kambing sebesar 9 gram dan sapi 14 gram. Dari sisi kolesterol kandungan dalam
daging kambing sebanyak 63 mg lebih rendah dibanding sapi yaitu 73 mg.
Adapun kandungan protein ayam 27 gram, kambing 27 gram, dan sapi 26 gram.

Masalah

 Mengapa daging perlu digantikan oleh Alga Spirulina sp.?

 Mengapa Spirulina sp digunakan untuk mengantikan daging? Kandungannya


protrein pada alga ?

 Bagaimana pengolahan Spirulina sp. agar dapat dikonsumsi sebagai sumber


protein?

Alternatif Penyelesaian

Menggantikan sesuatu yang ada dengan hal yang baru

Tujuan
Untuk mengetahui bahwa Alga Spiriluna sp. dapat menggantikan daging sebagai
sumber protein

Metodologi

Hasil Kajian dan Pembahasan

Manusia membutuhkan protein sekitar 56-59 gram per hari untuk perempuan
dan 62-66 gram per hari untuk laki-laki. Salah satu sumber protein yang sering
dikonsumsi oleh manusia adalah daging. Daging dapat berasal dari hewan ayam,
sapi, kambing, dan lain-lain. Oleh sebab itu terdapat banyak peternakan di
Indonesia karena kebutuhan masyarakat Indonesia akan protein yang terbilang
cukup tinggi. Sedangkan dari peternakan tersebut dapat menghasilkan gas metana
yang berasal dari kotoran hewan yang menyebabkan gas rumas kaca. Gas rumah
kaca tersebut mengakibatkan global warming. Oleh karena itu, perlu adanya
pengganti yang dapat mengurangi pengonsumsian daging dan gas metana yang
ada di Bumi juga semakin berkurang.

Supaya kebutuhan protein pada manusia tetap tercukupi, protein dari daging
dapat digantikan dengan protein yang bersumber dari alga khususnya Spirulina sp.
Hal ini disebabkan karena Spiriluna menjadi tumbuhan yang sangat berpotensi
dan memiliki kandungan protein sebesar 57 gram dimana protein tersebut lebih
tinggi dari daging ayam, kambing, maupun sapi dan juga terdapat asam amino
dalam keseimbangan sempurna, sehingga Spirulina sp. sangat baik untuk
menggantikan posisi daging sebagai sumber protein. Spirulina yang tumbuh pada
media air tawar memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan kandungan
sodium yang rendah. Selain kandungan nutrisi yang lengkap, Spirulina sp.
Memiliki kelebihan lain yaitu biaya lingkungan yang murah dan dari segi lahan
yang dibutuhkan Spirulina 0,6 m2 pada lahan yang tidak subur untuk
memproduksi 1 kg protein. Luas lahan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan
dengan lahan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg daging yaitu dengan luas
lahan 190 m2 dan dibutuhkan lahan yang subur sebagai sumber pangan bagi
peternakan tersebut. Spirulina sp.menjadi komoditas paling efesien dibandingkan
dengan daging.

Budidaya Spirulina memiliki dua cara yaitu sistem kolam terbuka dan sistem
kolam tertutup (Biofance). Penanaman spirulina (salah satu jenis alga) pada suatu
kolam terbuka dapat menghilangkan kemungkinan kontaminasi spesies lain secara
luas karena spirulina bersifat agresif dan tumbuh pada lingkungan dengan pH
yang sangat tinggi. Sistem terbuka juga memiliki sistem kontrol yang lemah,
misalnya dalam mengatur temperatur air, konsentrasi karbon dioksida & kondisi
pencahayaan. Sedangkan keuntungan penggunaan sistem terbuka adalah metode
ini merupakan cara yang murah untuk memproduksi alga karena hanya perlu

dibuatkan sirkuit parit atau kolam. Kolam tempat pembudidayaan alga

biasanya disebut “kolam sirkuit”. Dalam kolam ini, alga, air dan nutrisi
disebarkan dalam kolam yang berbentuk seperti sirkuit. Aliran air dalam kolam
sirkuit dibuat dengan pompa air. Kolam biasanya dibuat dangkal supaya alga tetap
dapat memperoleh sinar matahari karena sinar matahari hanya dapat masuk pada

kedalaman air yang terbatas. Alternatif lain cara pembudidayaan alga adalah

dengan menanamnya pada struktur tertutup yang disebut photobioreactor, dimana


kondisi lingkungan akan lebih terkontrol dibandingkan kolam terbuka.
Photobioreactor juga memungkinkan dilakukannya peningkatan konsentrasi
karbon dioksida di dalam sistem sehingga akan mempercepat pertumbuhan alga.
Meskipun biaya investasi awal dan biaya operasional dari sebuah photobioreactor
akan lebih tinggi dibandingkan kolam terbuka, akan tetapi efisiensi dan
kemampuan menghasilkan minyak dari photobioreactor akan lebih tinggi
dibandingkan dengan kolam terbuka. Perlu adanya pengolahan yang tepat agar
tubuh dapat menyerap kandungan yang dimiliki pada alga ini khususnya protein.
Pengolahan Spirulina cukup mudah yaitu setelah alga dipanen dari hasil budidaya
kolam terbuka maka sisa air yang terpadat pada alga habis, harus dilakukan
pengeringan dengan cara pemanasan di bawah sinar matahari atau dimasukkan
dalam oven, ketika Spirulina sudah kering dilanjutkan dengan penggilingan agar
Spirulina dapat berubah bentuk menjadi bubuk. Bubuk Spirulina tersebut dapat
dijadikan sebagai pelengkap makanan dengan cara ditaburkan atau dicampurkan
ke dalam makanan yang akan dikonsumsi atau bisa dijadikan sumplemen dalam
bentuk tablet maupun kapsul.

Anda mungkin juga menyukai