Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

TENTANG MASUKNYA ISLAM KE RUSIA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. ABDUL AZIS ALFARIZ


2. DINI AYU ANTIKA
3. INDAH WAHYUNI
4. SITI JAYANTI SARAGIH
5. NAZILATUL ATIQAH SIREGAR

MAN KOTA TEBING TINGGI


2020/2021
Sejarah Peradaban Islam di Rusia
Islam masuk ke Rusia pada pada tahun 992 Masehi, ketika sekelompok etnis Rusia yang
hidup di Siberia, yang disebut Bulgar memeluk agama islam dan kemudian menyebarkannya
ke seluruh Rusia. Ada beberapa republik dalam Federasi Rusia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, seperti Tatarstan, Chechnya, Bashkortostan, Dagestan, Ingushetia,
Kabardino-Balkaria, Karachay-Cherkessia, dan lain-lain. Muslim pertama di wilayah Rusia
terkini adalah masyarakat Dagestani di (kawasan Derbent) selepas penaklukan Arab (abad
ke-8). Negeri Muslim yang pertama adalah Volga Bulgaria pada tahun 922. Kaum Tatar
mewarisi agama Islam dari negeri itu. Kemudian kebanyakan orang Turki Eropa dan
Kaukasia juga memeluk agama Islam.

Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan,
terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat
Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani.
Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing,
dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada
zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih lagi pengikut Islam Syiah, disaat
republik mereka terpisah dari Uni Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk
mencari pekerjaan.

Kaum Muslimin Rusia terbagi dalam 14 wilayah administratif, terletak di dua wilayah
geografis politis Rusia yang sangat rawan konflik. Enam republik dan satu wilayah
administratif berada di Rusia tengah, berbatasan dengan Kazakhstan; dan tujuh republik lain
di Kaukasus Utara berbatasan dengan Georgia, Azerbaijan, Armenia, Turki dan Iran.

Sekurang-kurangnya 15-20 persen dari jumlah penduduk negara Rusia memeluk islam dan
membentukkan agama minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di
antara warga negara minoritas yang tinggal di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Avar,
Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan
banyak bilangan warga negara Dagestan. Di Volga Basin tengah ada penduduk besar Tatar
dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal di Perm Krai dan
Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad Oblast
(kebanyakannya kaum Tatar).

Qur'an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801. Satu lagi fenomena yang
terjadi adalah gerakan Wäisi.

Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa
buah majalah dalam bahasa Rusia, "Ислам" (transliteration: Islam), "Эхо Кавказа" (Ekho
Kavkaza) dan "Исламский вестник" (Islamsky Vestnik), dan beberapa surat khabar
berbahasa Rusia seperti "Ассалам" (Assalam), dan "Нуруль Ислам" (Nurul Islam), yang
diterbit di Makhachkala, Dagestan.

Muslim Rusia

Warga muslim Rusia adalah bagian dari Muslim Soviet Rusia, terdiri dari kelompok yang
heterogen, mereka sama sekali berbeda dalam etnis, bahasa dan budaya bahkan mereka
berbeda dalam interaksinya dengan Islam. Dan etnis yang beragam ini kemudian disertai
dengan keanekaragaman bahasa, dan masing-masing bahasa memiliki dialek yang banyak.
Bahasa Arab diajarkan di sekolah Dasar dan madrasah-madrasah, tujuan utamanya adalah
untuk membaca Al-Qur’an dan memahami artinya. Mereka tidak bisa menulis dan berbicara
bahasa Arab, kecuali orang-orang yang telah mendapatkan pendidikan tinggi.

Kemudian secara luas, umat Islam di Uni Soviet terkonsentrasi walaupun tidak menyeluruh
di Asia Tengah, yaitu di daerah yang dibatasi oleh Laut Kaspia di barat, Cina di timur, Turki,
Iran dan Afganistan di selatan. Masing-masing bersebelahan dengan Pakistan dan India, akan
tetapi ini bukan fakta, karena lebih dari separuh Muslim di Uni Soviet sudah tinggal di daerah
Asia Tengah. Sisanya menyebar di seluruh wilayah Uni Soviet, terutama di Rusia. Di Rusia,
ada lima republik otonom Muslim yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yaitu
Republik Tatarstan, Republik Dagestan, Republik Bashkiria (Bashkortostan), Republik
Kabardino-Balkaria dan Republik Chechnya, ditambah umat Islam yang ada di republik lain
dengan penduduk mayoritas Kristen, seperti Republik Ossetia Utara, Republik Mari El,
Republik Udmurtia, juga di republik lain dimana umat Islam menjadi warga negaranya atau
membentuk komunitas Islam.

Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Rusia

Seperti penyebaran Islam lainnya penyebarannya melalui jalur perdagangan, Begitu pula di
Rusia Islam masuk dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah Kaukasus dan tiba di
Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga beberapa sejarawan, mereka
berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari selatan, sebagai jalan paling mudah untuk
gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-suku Cossack Rusia yang telatih untuk berperang,
telah berdiri menentang penyebaran Dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap
menuju jantung Rusia.

Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para da’i untuk melintasi stepa Asia
Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang telah masuk Islam dan mendapat
petunjuk kepada agama yang haq sejak abad kesembilan Masehi di Kerajaan mereka,
Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini
sebagian besar telah memeluk Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam
menyebar di wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan).
Berkat para pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke
berbagai bagian lain wilayah Rusia.Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di
sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.

Kehadiran islam di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim
ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi
ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil
menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah
ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari ini. Kemudian ia
menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun 1598, dan pada akhir abad
keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya. Sejak saat itu, Rusia
memulai peperangan mereka melawan kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin
melakukan praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi
Rusia. Semua itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin, jika tidak dikatakan:
mengkristenkan mereka. Mereka memperlakukan kaum muslimin dengan kejam,
menimpakan berbagai siksaan, merampas kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-
undang hukuman untuk memaksa penduduk setempat agar menolak agama Islam. Akan
tetapi, mereka tidak berhasil dalam proyek ini.

Mayoritas Muslim tetap mengikuti agama mereka, kekejaman Rusia tidak mampu
menghentikan penyebaran Islam. Dan sungguh sebuah paradoks yang aneh, sebaliknya Islam
mencapai kemajuan baru di paruh kedua abad 18, pada masa pemerintahan Ratu Rusia,
Catherine II, dengan berubahnya kebijakan Rusia terhadap umat Islam yang hidup dalam
perbatasannya. Saat itu, kaum muslimin mencicipi kebebasan. Pada tahun 1764, propaganda
toleransi beragama menguat, dan pada tahun 1767 pengusiran penduduk Tatar dari kota
mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah. Pemerintahan menuju tahap baru pada tahun 1773
dengan memberikan Tatar Volga kebebasan beragama, hak untuk membangun masjid dan
sekolah Al-Quran. Pedagang Volga kemudian menjadi mediator yang sangat baik antara Tsar
Rusia dan Asia Tengah. Mereka juga bertindak sebagai da’i dan muballigh, membangun
masjid, sekolah dan membawa Islam kepada orang-orang yang masih semi-politheis di
Bashkiria dan Siberia Barat.
Kebijakan Tsar Rusia ini bukan didasari karena kecintaan terhadap umat Islam, tetapi
kebijakan yang didorong kepentingan Rusia untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas
daerah tetangga, karena ia menyadari kemungkinan untuk memanfaatkan masyarakat Muslim
yang berada di Rusia, sehingga kehadiran Rusia di Asia Tengah dapat diterima bahkan
diinginkan di wilayah itu. Hal itulah yang mendorong para penguasa Rusia untuk
memperhatikan kekuatan politik umat Islam yang tinggal di Tsar Rusia pada saat itu,
pemerintah mulai mencoba untuk mendapatkan dukungan mereka, didirikanlah lembaga
sebagai pusat Fatwa di Renburg (kemudian pindah ke Ufa) pada 1788. Setelah itu, dibentuk
tiga lembaga lain untuk Penerbitan Fatwa dalam abad berikutnya, satu lembaga pada 1831,
dan dua lainnya pada tahun 1872. Lembaga-lembaga ini sejenis hai’ah ulama (institusi
ulama), yang ada di pemerintahan Utsmani. Lembaga ini memiliki wewenang dalam
beberapa aspek hukum perdata, bertanggung jawab atas kaderisasi ulama, pemeliharaan
Wakaf dan publikasi buku-buku keagamaan yang tidak dibolehkan terbit sebelum tahun
1800.

Perkembangan Islam di Bawah Kekuasaan Komunis

Ketika Perang Dunia Pertama pecah, kaum Muslimin berhasil menduduki posisi yang
terhormat di kekaisaran Rusia, atas apa yang telah mereka persembahkan dalam perang untuk
kepentingan negara mereka. Akan tetapi, kondisi ini segera berubah setelah komunis
mengkudeta pemerintahan. Kondisi umat Islam sangat berbeda dengan kondisi pada akhir era
Kekaisaran Rusia. Para penguasa Komunis Soviet berbeda sikap, karena tujuan utama
komunis adalah untuk memberantas agama dalam segala bentuknya, yang dianggap sebagai
“candu masyarakat”, menurut istilah salah seorang pemimpin mereka.

Dimulailah serangkaian panjang penindasan agama, penerapan langkah-langkah memusuhi


Islam, dan dapat dikatakan bahwa selama era Soviet, Islam telah menelan berbagai bentuk
permusuhan Komunis terhadap agama secara umum; masjid berubah menjadi toko-toko,
kafe, kursus tari dan bioskop, padahal pada tahun 1912, di Rusia saja, kaum muslimin
memiliki lebih dari 26.000 masjid, dan pada tahun 1941 tidak ada masjid yang tersisa kecuali
sekitar 1.000 saja, pengadilan syariah sepenuhnya ditutup pada tahun 1927 dan sistem wakaf
dihapus pada tahun 1930. Sementara tulisan Arab dihapus pada tahun yang sama, sekolah
agama ditutup, institusi ulama dibubarkan dan banyak dari mereka yang kemudian
dieksekusi. Kaum muslimin tidak diperbolehkan untuk melakukan haji, sistem pemeliharaan
babi secara kolektif mulai diberlakukan di tanah-tanah kaum muslimin, publikasi literatur
agama dicekal, ibadah puasa menjadi hal yang hampir mustahil, upacara keagamaan dan
peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam dilarang dalam bentuk apapun.

Partai Komunis di Rusia melihat Islam sebagai kekuatan yang bersebrangan, agama dan iman
adalah hambatan menuju komunisme, dan dia harus cepat-cepat bekerja untuk
menghancurkan dengan propaganda dan informasi yang bersebrangan, bahkan, jika
diperlukan, bisa juga menggunakan jalur administrasi dan kepolisian. Dengan cara itulah para
pemimpin Bolshevik melihat Islam sejak awal masa kekuasaannya, sebuah posisi yang
disokong oleh Lenin, seorang musuh abadi bagi agama. Serangan Komunis terhadap agama
Islam membentang sejak tahun 1928 sampai deklarasi Perang Dunia II. Serangan fisik ini
diiringi dengan berbagai propaganda yang sangat anti Islam, bahkan kemudian
terkoordinasikan sehingga mencapai dampak maksimal, digawangi oleh aktivis serikat
pekerja anti Tuhan “Sans-Dieu”, yang didirikan pada tahun 1925, serta berbagai media dan
organisasi negara serta lembaga pemerintah komunis.

Perlu juga untuk disebutkan di sini beberapa kutipan dari Ensiklopedia Mini Soviet dalam
Volume IV halaman 879-880, pada subjek “Islam”, yang menjelaskan posisi resmi
pemerintah Rusia terhadap agama Islam, seperti: “Islam pada masa kekaisaran Rusia Tsar
memiliki kedudukan yang tinggi dan dipergunakan sebagai alat oleh kaum kapitalis.

Anda mungkin juga menyukai