Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara yang sekarang dikenal sebagai rusia sebelumnya mempunyai nama sebutan yaitu kekaisaran
rusia, republic sosialis uni soviet, juga federasi rusia. Meskipun dikuasai Kristen, rusia telah berhubungan
erat dengan dunia islam. Itu sebabnya studi islam mempunyai peran penting dalam wacana kesarjanaan
rusia dan soviet, dan dalam makna yang lebih luas dalam budaya secara umum.

Perkembangan unisoviet yang kini berubah menjadi rusia sudah berkembang lebih maju dari
sebelumnya. Rusia adalah sebuah negeri besar, apalagi setelah menjadi Uni Soviet, dengan memiliki
pengaruh yang luas di sebagian wilayah dunia. Sejarah negerinya yang lama, telah memberikan arti
penting dalam perkembangan ilmu sejarah sosial, politik, ekonomi, dan budaya baik untuk Rusia sendiri,
Uni Soviet, Asia, dan Eropa.

Rusia sebagai pewaris kekuatan Uni Soviet tidak mau ketinggalan dalam menancapkan pengaruhnya
terutama di negara-negara yang dianggap sebagai potensi kekuatan baru di dunia. Dalam hal ini Rusia
memilih mendekati kekutan Islam yang selama ini dijadikan kambing hitam oleh Amerika Serikat. Rusia
ingin menciptakan kekutan/aliansi baru yang bisa mengimbangi kekuatan Amerika Serikat
dalamnmenentukan arah kebijakan politik dunia. Demi mencapai tujuannya Rusia menjalin hubungan
dengan Negara-negara atau aliansi- aliansi Muslim.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah masuknya islam di Rusia?

2. Bagaimana perkembangan islam di Rusia?

3. Bagaimana nasib muslim masa kini di Rusia?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam di Rusia

Islam masuk ke Rusia pada pada tahun 992 Masehi, ketika sekelompok etnis Rusia yang hidup di Siberia,
yang disebut Bulgar, memeluknya dan kemudian menyebarkannya ke seluruh Rusia. Islam masuk ke
Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan
dari selatan seperti yang diduga beberapa sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke
Moskow dari selatan, sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-suku
Cossack Rusia yang telatih untuk berperang, telah berdiri menentang penyebaran Dakwah Islam dan
pengaruh Islam yang merayap menuju jantung Rusia.

Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para da’i untuk melintasi Asia Tengah menuju
Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama
yang haq sejak abad kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang
sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar telah memeluk Islam pada abad
kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik
Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian
menyebar ke berbagai bagian lain wilayah Rusia. Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di
sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.

Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim ada di kota Kazan.
Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi ibukota kaum muslimin sampai
tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil menduduki dan menghancurkan Kazan,
membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih
ada sampai hari ini. Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun 1598,
dan pada akhir abad keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya. Sejak saat
itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin
melakukan praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia.
Semua itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin, jika tidak dikatakan: mengkristenkan
mereka. Mereka memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai siksaan,
merampas kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman untuk memaksa penduduk
setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak berhasil dalam proyek ini.

Mayoritas Muslim tetap mengikuti agama mereka, kekejaman Rusia tidak mampu menghentikan
penyebaran Islam. Sebaliknya Islam mencapai kemajuan baru di paruh kedua abad 18, pada masa
pemerintahan Ratu Rusia, Catherine II, dengan berubahnya kebijakan Rusia terhadap umat Islam yang
hidup dalam perbatasannya. Saat itu, kaum muslimin mencicipi kebebasan. Pada tahun 1764,
propaganda toleransi beragama menguat, dan pada tahun 1767 pengusiran penduduk Tatar dari kota
mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah. Pemerintahan menuju tahap baru pada tahun 1773 dengan
memberikan Tatar Volga kebebasan beragama, hak untuk membangun masjid dan sekolah Al-Quran.
Pedagang Volga kemudian menjadi mediator yang sangat baik antara Tsar Rusia dan Asia Tengah.
Mereka juga bertindak sebagai da’i dan muballigh, membangun masjid, sekolah dan membawa Islam
kepada orang-orang yang masih semi-politheis di Bashkiria dan Siberia Barat.

Kebijakan Tsar Rusia ini bukan didasari karena kecintaan terhadap umat Islam, tetapi kebijakan yang
didorong kepentingan Rusia untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas daerah tetangga, karena ia
menyadari kemungkinan untuk memanfaatkan masyarakat Muslim yang berada di Rusia, sehingga
kehadiran Rusia di Asia Tengah dapat diterima bahkan diinginkan di wilayah itu. Hal itulah yang
mendorong para penguasa Rusia untuk memperhatikan kekuatan politik umat Islam yang tinggal di Tsar
Rusia pada saat itu.[1]

Shireen T. Hunter dan pengamat Islam Rusia lainnya menyatakan bahwa abad 21 adalah era
kebangkitan agama Islam yang setelah sekian lama mengalami penindasan dalam berbagai bidang
kehidupan.[2]

B. Perkembangan Islam Di Rusia

Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21- 28 juta penduduk
atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia,
pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui
eksistensi Muslim Rusia.

Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 21-28 juta jumlah penduduk Muslim di
Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama
minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas
yang tinggal diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian,
Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan.[3]

Abdullahi Ahmed An-Na’im dalam bukunya Islam dan Negara Sekuler mengatakan bahwa ketika federasi
Rusia terbentuk setelah jatuhnya Uni Soviet, hubungan antara negara dan agama ditata ulang, baik
melalui undang-undang dasar maupun undang-undang. Pasal 14 Undang-Undang Dasar Federasi
menyatakan bahwa Rusia sebagai negara sekuler sehingga tidak akan ada negara yang dibangun
berdasarkan satu agama tertentu. Undang –Undang Dasar juga menyebutkan bahwa semua asosiasi
keagamaan memiliki posisi setara di depan hukum. Abdullahi Ahmed An-Na’im juga menuliskan bahwa
setelah kebijakan “Perestroika”-nya Gorbachev, hubungan antara negara dan sekte-sekte keagamaan
dinormalisasikan kembali oleh undang-undang (law) tahun 1990 tentang “kebebasan beragama”. Pada
dekade inilah, jumlah organisasi agama yang terdaftar naik hingga 20.000 organisasi. Hanya setengah di
antara organisasi-organisasi tersebut yang merupakan organisasi Kristen Ortodoks Rusia, yang berarti
bahwa jumlah agama minoritas telah berkembang selama masa itu.[4]
Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet adalah kelahiran.
Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk Islam dalam merencanakan keluarga tidak
memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi komunitas muslim, melahirkan generasi baru yang
islami merupakan misi yang jauh lebih berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di
Rusia.Semenjak Muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-
masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga
akhirnya sekarang, Muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini
menjadi agama kedua di negeri itu. [5]

Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama di
Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili
dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani. Amalan sufi memberikan orang Kaukasus
semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia
yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih lagi pengikut
Islam Syiah, disaat republik mereka terpisah dari Uni Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia
untuk mencari pekerjaan. Qur'an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801.

Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah
majalah dalam bahasa Rusia, "Ислам" (transliteration: Islam), "Эхо Кавказа" (Ekho Kavkaza) dan
"Исламский вестник" (Islamsky Vestnik), dan beberapa suratkhabar berbahasa Rusia seperti "Ассалам"
(Assalam), dan "Нуруль Ислам" (Nurul Islam), yang diterbit di Makhachkala, Dagestan.

1. Demografi

Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 25 - 31 juta jumlah penduduk Muslim di
Rusia, sekurang-kurangnya 29-41 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama
mayoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas
yang tinggal di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Avar, Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya,
Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan. Di Volga Basin
tengah ada penduduk besar Tatar dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal
di Perm Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad Oblast
(kebanyakannya kaum Tatar). Misalnya, saat ini terdapat lebih dari dua juta penduduk beragama Islam
di Moskow.

Secara demografis, sebagian besar penduduk Muslim Rusia berada di kawasan Volga, Kaukasus Utara,
dan kawasan sekitar Siberia yang dihuni oleh suku Tatar, Kazakh, dan Bashkir. Dari seluruh Muslim yang
ada di Rusia, 16,3% berada di Republik Dagestan, 14, 6% di Bashkortostan, 13,5% di Tatarstan, 7,4% di
Cechnya, 4,7% di Kabardino-Balkaria, 3% di Ingushetia, 1,9% di Karachaevo-Cherkessia, dan 0,8% di
Adygea. Secara keseluruhan, 62,3% Muslim berada di republik-republik tersebut. Adapun umat Islam di
Moscow terdapat kurang lebih 3,7% dan di daerah oil-rich Tyumen 3,0% yang meliputi daerah
Kazakhstan ke selatan.[6]

2. Masjid
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 6790 masjid, namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar
dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 2000 – 3000 masjid. Dalam sepuluh tahun
terakhir jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 2500. Di ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam
yang melebihi 6 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data Rusia,
sedikitnya terdapat 9000 masjid di Rusia. Jumlah masjid yang dibangun di Rusia kini mengalami
perkembangan jumlah yang signifikan.

Pada tahun 1991 jumlah masjid yang tercatat berjumlah 300 masjid, tahun 2001 mencapai 4.000 Masjid,
dan saat ini sudah lebih dari 8.000 masjid yang berada di Rusia. Sebagian besar masjid dan lembaga
pendidikan Islam yang berdiri adalah hasil dari usaha swadaya masyarakat sendiri dengan adanya
berbagai bantuan dan sumbangan dari warga Muslim yang kaya. Selain sebagai tempat sholat, masjid di
berbagai kawasan di Rusia digunakan sebagai tempat belajar ilmu agama Islam. Namun demikian, ada
juga masjid yang didirikan dengan bantuan dari asing seperti Saudi Arabia, Aljazair, dan Sudan. Masjid-
masjid tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran Wahabi dan Islam radikal di Rusia.
[7]

3. Organisasi

Menurut data register negara, kini telah tercatat 4831 organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah
terbesar organisasi-organisasi keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus
Utara (980) dan Ural (316). Sedangkan jumlah organisasi keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih
kecil.[1]

Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus
Utara dan Mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya.

Tiga organisasi Muslim menurut status dewan federal (pusat) adalah:

a. Dewan Mufti Rusia (berbasis di Moskwa). Pemimpinnya Mufti Ravil Gainutdin. Dewan ini
memimpin 1,686 komunitas.

b. Administrasi Keagamaan Pusat dari Muslim Rusia (berbasis di Ufa). Dipimpin oleh Mufti Talgat
Tadzhuddin dan mempersatukan 522 komunitas.

Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-
Cherkassia dan wilayah Stavropol, dan terdiri dari 830 komunitas.

4. Pusat Keislaman dan Lembaga Keagamaan di Rusia pada Periode ini

Sebelum runtuhnya Uni Soviet, ada empat lembaga keagamaan yang didirikan pasca Perang Dunia II
untuk menggantikan peran Mufti, yang telah ada pada masa Kekaisaran Rusia. Dua departemen ini
berlokasi di Rusia, sedangkan dua lainnya di Uzbekistan dan Azerbaijan.

Dalam hal ini, yang terpenting adalah dua lembaga keagamaan yang ada di Rusia, dimana keduanya
dianggap sebagai pemandu urusan umat Islam sesuai dengan kebijakan Soviet, keduanya tidak memiliki
tugas, selain memantau situasi umat Islam dan pergerakan mereka, dan mengatur urusan mereka sesuai
dengan strategi pemerintah pusat Uni Soviet. Adapun publikasi pemikiran dan budaya Islam serta
memperkuat ikatan iman di antara umat Islam adalah sesuatu yang tidak diceritakan. Lembaga ini
menggambarkan beberapa hal berikut:

1) Manajemen aspek spiritual kaum Muslim Rusia Eropa dan Siberia:

Lembaga ini berpusat di Ufa (ibukota Republik Bashkiria, Rusia), dengan Tatar sebagai bahasa kerja dan
daerah kerjanya meliputi republik administrasi Tatarstan dan Bashkiria serta seluruh komunitas Muslim
di seluruh koloni Siberia, Rusia Timur yang ikut di bawah pemerintahan Uni Soviet.

Perlu disebutkan bahwa lembaga ini menjadi lembaga penerbitan Fatwa di era Kekaisaran Rusia, dengan
Ufa sebagai pusatnya. Meskipun aktivitas lembaga ini telah berhenti setelah revolusi komunis, akan
tetapi mulai aktif lagi pada era Stalin, dan Abdul Rahman Rasulaev bekerja keras membujuk Stalin untuk
meredakan tekanan pada kaum muslim pada saat itu.

2) Manajemen spiritual umat Islam di Kaukasus Utara dan Dagestan:

Pusat administrasinya di ibukota Makachkala Republik Dagestan, dan bahasa Arab adalah bahasa
perkantoran. Bahasa Arab adalah bahasa sastra wilayah ini sejak ditaklukkan bangsa Arab pada abad
kedelapan Hijriyah. Otoritas lembaga ini membentang meliputi semua daerah di Kaukasus Utara,
Republik Dagestan, Balkaria, Chechnya dan Ingushetia, dan kaum Muslimin di Republik Ossetia Utara,
daerah otonom Adag, Carachai dan Circassians.

5. Lembaga-lembaga Keagamaan

Kaum Muslimin Rusia meyakini bahwa penyebaran ajaran Islam adalah misi global masyarakat Muslim
yang membutuhkan dukungan finansial dan moral dari semua Muslim di dunia dan pengaturan skala
prioritas sesuai tuntutan situasi, hal inilah yang mendorong kaum muslimin Rusia untuk mendirikan
Islamic center, dengan nama “Pusat Koordinasi Urusan Agama. Sebenarnya, pusat ini menggantikan
peran lembaga keagamaan masa sebelumnya yang runtuh satu demi satu, karena tidak bisa
berkompromi dengan sejarah dan gagal memimpin kebangkitan Islam yang muncul setelah pergerakan
Islam kontemporer, karena mentalitas kepatuhan mereka, di mana mereka memainkan peran perogatif,
mengangkat dan memecat para imam dan para pengurus lembaga pengelola urusan umat Islam sesuai
keinginan mereka. Selain itu, secara langsung lembaga berada di bawah naungan negara dan
mengimplementasikan kebijakan Negara terlepas dari kepentingan umat Islam.

Langkah pertama yang dilakukan pasca gerakan kebangkitan Islam adalah menyatukan umat Islam dan
mengatur urusan mereka setelah runtuhnya Uni Soviet, kondisi perpecahan ini membuat umat tidak
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Di antaranya adalah pertemuan yang dihadiri hampir 120
perwakilan masjid-masjid di Republik Bashkirstan, pusat lembaga keagamaan terdahulu, mereka sepakat
untuk mendirikan insitusi agama baru untuk mengatur urusan kaum Muslim Republik ini dan tidak
mengaktifkan kembali lembaga pusat keagamaan warisan Uni Soviet. Dewan yang hadir sepakat untuk
mendirikan institusi independen yang tidak terkait pihak manapun, dan instutusi ini kemudian tercatat
di pemerintahan, sehingga memberikan legitimasi hukum. Setelah itu, diadakan pula pertemuan serupa
di masing-masing Republik Tatarstan Rusia dan sungai Volga, Pertemuan-pertemuan ini diikuti dengan
berdirinya berbagai institusi baru.

Untuk menghindari efek buruk yang mungkin terjadi dan agar hasil kerja keras kaum muslimin di Rusia
lebih efektif, para pemimpin institusi baru ini kemudian bersepakat untuk menyatukan semua institusi
ini di bawah naungan Dewan Syura yang akan mengawasi kinerjanya dan mengkoordinir antara institusi
sehingga masing-masing bisa mengambil manfaat dari pihak lain dalam berbagai bidang, saling
melengkapi satu sama lain, sehingga hasil yang bisa diambil menjadi lebih luas dan komprehensif. Dan
puncak upaya ini adalah dengan terbentuknya “Pusat Tertinggi Koordinasi Agung Muslim Rusia” sebagai
juru bicara resmi atas nama institusi terhadap negara dan luar negeri. Pusat Koordinasi ini telah
menerima lisensi dari Departemen Kehakiman di Federasi Rusia pada tahun 1994, dan telah mulai
bekerja diawali dengan pemilihan kepala eksekutif oleh Dewan Syura yang terdiri dari para kepala
institusi cabang.[8]

Terjemahan lain dibuat oleh seseorang juru bahasa profesional adari Departement Angkatan Laut Ingris
A.V Kolmakov (1792). Terjemhan tersebut berdasrkan terjemahan Al-Quran versi inggris kotemporer
yang jauh dari gaya bahasa.

Pada masa pemerintahan cucu laki-laki Catherine, Alexander I ditandai dengan berdirinya berbagai
lembaga riset dan pengajaran yang berperan oenting dalam kaian islam di Rusia diantaranya:

a. Universitas St. Ptersburg

b. Kazaan

c. Kharkov

d. Institute Lazarev mempelajari tentang bahasa –bahasa oriental termasuk bahasa-bahasa oriental
termasuk bahasa-bahasa Timur Dekat dan kajian islam.[9]

6. Pendidikan

Perkembangan yang menarik lainnya juga terjadi dalam bidang pendidikan. Mulai dari Madrasah
Ibtidaiyah sampai perguruan tinggi sudah ada di Rusia. Berdasarkan data dari AsiaNews, pada tahun
2011 terdapat 96 lembaga pendidikan Islam dan 7 universitas. Sebagai contohnya adalah Russian Islamic
University di Kazan, Dagestan Islamic Univrsity, Islam Institute Moscow, dan Instite of Theologi and
International Relations di Dagestan. Media penyiaran Islam lainnya di Rusia dilakukan melalui berbagai
media komunikasi modern seperti TV, radio, dan majalah-majalah Islam seperti majalah Assalam, Nurul
Islam, dan Islam. Selain itu juga terdapat media jejaring sosial Facebook Islam Rusia yang hanya bisa
diakses oleh kalangan Muslim saja.

C. Nasib Muslim Saat Kini

Masalah yang dihadapi Muslim Rusia saat ini :


1. Terorisme

Para pengamat Islam di Rusia seperti Alexei Malashenko dan Ariel Cohen menyatakan bahwa gerakan
Islam Radikal di Kaukasus Utara memiliki hubungan dengan gerakan Terorisme internasional seperti al-
Qaeda. Gerakan Islam radikal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti bentuk protes
terhadap pemerintahan yang kafir, keinginan untuk memisahkan diri dari pemerintahan Rusia, rasa
dendam terhadap masa lalu umat Islam yang mendapatkan tekanan dari Uni Soviet, dan keinginan untuk
mendirikan negara yang berdasarkan Syari’ah Islam.

Mata rantai yang menghubungkan Kaukasus dengan terorisme global adalah Yusuf Muhammad al-
Emirati yang datang ke Cechnya tahun 1999 dan Abdullah Kurd sebagai pemimpin berbagai peristiwa
terorisme di republik Cechnya. Keduanya mati di tangan polisi Rusia pada April 2011 yang lalu.[10]
Antara News mengabarkan bahwa pada tanggal 4 Mei 2012 di pinggiran ibukota Dagestan terjadi bom
bunuh diri yang menewaskan 12 orang dan mencederai 110 orang. Pada bulan januari 2011 juga terjadi
bom bunuh diri di bandara Domodedovo Moskow yang menewaskan 37 orang dan dua ledakan bom di
stasiun kereta api bawah tanah Moskow pada tahun 2010 yang menewaskan 40 orang.

Berbagai peristiwa terorisme tersebut juga menjadi sebab utama pandangan negatif dari warga Rusia
lainnya tentang Islam. Untuk mengatasi aksi terorisme di Rusia, pemerintah melarang masuknya paham
Wahabi ke Rusia dan membangun masjid-masjid di kawasan Eropa sebagai pesan damai dari Islam Rusia
dan juga bertujuan untuk menghilangkan citra buruk Islam di mata dunia.

2. Korupsi dan Narkotika

Salah satu masalah penting yang dihadapi republik-repulik Islam di Rusia khususnya di Kaukasus Utara
adalah masalah korupsi. Dana yang dikucurkan dari pemerintah pusat banyak yang dikopupsi oleh para
pejabat negara. Hal ini menjadi sebab utama stagnasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya masalah
pengangguran dan masuknya generasi muda dalam organisasi Islam radikal untuk menentang
pemerintahan.

Untuk mengatasi hal tersebut, mantan Presiden Rusia Dmitry Medmedev pada tahun 2010 lalu
membentuk North Caucasus Federal Distrik (NCFD), sebuah unit administrasi yang menggabungkan
tujuh republik yang ada di Kaukasus Utara. Kemudian pada bulan Januari 2011 Vladimir Putin yang
waktu itu sebagai perdana menteri mendirikan Comission for Socio-Economic Development of the North
Caucasus Federal District yang mengawasi program pemerintahan di daerah tersebut. Pemerintah pusat
juga memiliki rencana untuk menciptakan 400.000 lapangan pekerjaan beberapa tahun ke depan di
kawasan tersebut.

Adapun mengenai maraknya pengguna narkotika di kalangan pemuda di Rusia, penulis belum
mendapatkan data-data yang memadai tentang hal itu. Namun, berdasarkan hasil wawancara,
kesimpulan yang didapatkan adalah masalah narkotika di kalangan pemuda Rusia menjadi suatu
problem tersendiri yang menyebabkan timbulnya keresahan bagi warga Rusia khususnya warga Muslim
Rusia. Diperkirakan jumlah Muslim di Rusia sekarang lebih dari 30 juta orang, meskipun statistik sejak
setengah abad lalu mengatakan jumlah kaum muslimin tidak melebihi 20 juta orang. Bahkan, ada
beberapa republik dalam Federasi Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti
Tatarstan, Chechnya, Bashkortostan, Dagestan, Ingushetia, Kabardino-Balkaria, Karachay-Cherkessia,
dan lain-lain. Jumlah Muslim di ibu kota Moskow sekarang lebih dari satu juta orang, dan mereka
menderita masalah yang secara umum dialami oleh masyarakat Rusia, terutama masalah ekonomi.[11]

Dalam bidang ekonomi, roda ekonomi Muslim di Rusia saat ini mulai bangkit. Mereka bisa masuk dalam
berbagai bidang pekerjaan yang ada mulai dari pedagang, guru, dosen, dan pejabat pemerintahan.
Republik Tatarstan saat ini dikenal sebagai pusat produksi pesawat tempur, helikopter, dan truk-truk
besar dengan merek Kamaz. Selain itu, daerah Kaukasus Utara merupakan daerah yang kaya dengan
barang tambang, khususnya minyak bumi.[12]

Data terakhir mencatat populasi muslim negara itu mencapai 25 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Rusia
menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di benua Eropa. Komunitas muslim yang selama era
Soviet tertindas dan terisolasi, kini bisa melaksanakan kegiatan keagamaan dengan begitu semarak.[13]

Tantangan Masa Kini dan Masa Depan

Muslim di Rusia menghadapi berbagai serangan melalui media dan tidak adil, melalui media massa resmi
yang beroperasi di negaranya yang dijalankan tangan-tangan yang mencurigakan. Islam terus menerus
diberitakan dan digambarkan surat kabar dan artikel majalah secara buruk, Islam digambarkan sebagai
teroris, cenderung untuk melakukan peperangan dan tindakan kriminal. Bahkan, ada beberapa program
dan film yang disiarkan melalui radio dan televisi yang secara terang-terangan menghabisi Islam dengan
berbagai kecurigaan dan tuduhan palsu yang tidak adil terhadap kaum muslimin. mereka lupa bahwa
Islam adalah agama perdamaian, kebudayaan dan pengetahuan, dan bahwa berkat ulama Islam-lah
Barat dan Timur menuai ilmu dan pengetahuan dalam berbagai bidang dan seni hingga sampai pada
taraf yang sekarang dinikmati. Selain itu, berbagai propaganda yang merugikan umat Islam banyak
dilakukan untuk menjauhkan mereka dari agamanya. Semua dilakukan dari dalam, secara terorganisir
dan sangat berbahaya baik dengan bahasa nasional maupun lokal, seperti bahasa Dagestan, Tatar dan
Bashkir.

Islam di Rusia mulai melangkah maju untuk mengambil posisinya sebagaimana di negara-negara lain,
dan Islam mulai mewarnai berbagai posisi vital Rusia. Masjid yang di era sebelumnya sepi, mulai hidup
kembali, suara adzan menyeru manusia untuk mendirikan shalat menggema dari berbagai menara yang
menjulang tinggi sebagai pertanda lahirnya fajar baru Islam di Rusia.

Masalah lain yang dihadapi oleh umat Islam di Rusia, adalah kurangnya kader dalam jumlah yang
memadai, kader yang terlatih sebagai da’i dan imam. Ini adalah sebuah persoalan yang sangat besar.
beberapa masjid yang telah dikembalikan negara tidak memiliki imam dan guru untuk mengajarkan
pokok ajaran agama kepada kaum muslimin dan generasi muda dan memperkenalkan mereka dengan
realitas risalah Islam. Masalah ini adalah masalah yang sangat mendasar dan sangat memilukan, dan
salah satu efek negatifnya, sebagian besar masjid tidak bisa mendirikan shalat Jumat.

Dalam lima tahun terakhir, berbagai upaya yang signifikan telah dilakukan untuk membangun kembali
dan merekonstruksi masjid, sehingga terjadi peningkatan jumlah masjid menjadi empat ribu yang
tersebar di berbagai wilayah Rusia. Jumlah itu boleh dikatakan sedikit jika dibandingkan jumlah kaum
muslimin Rusia, dan juga sedikit jika dibandingkan dengan jumlah masjid pada era sebelumnya. Masalah
lain yang juga sangat penting bagi umat Islam di Rusia, adalah ada empat sekolah bersejarah Islam,
dimana administrasi dan pengelolaannya belum kembali kepada kaum muslimin.

Selain itu, masjid di kota Tomsk yang disebut “al-Abyadh”, sebuah masjid yang sangat kuno dan sangat
jarang ada masjid seperti itu di Siberia, telah berubah menjadi pabrik minuman keras pada rezim
komunis, dan pabrik itu masih ada di dalam masjid sampai hari ini.

Meskipun dalam hukum Rusia semua agama adalah sama, akan tetapi ada banyak bukti yang
menunjukkan bahwa gereja menikmati kebebasan lebih banyak dari umat Islam, masih banyak sekolah
dan masjid yang belum dikembalikan pemerintah ke tangan kaum muslimin.[14]

Di Rusia Islam merupakan agama terbesar kedua di Rusia setelah Kristen Ortodok yang jumlahnya
kurang lebih 23 juta Muslim dari 143 juta penduduk Rusia. Berdasarkan informasi dari KBRI di Moskow,
presentase Muslim Rusia mencapai 18%, selebihnya Kristen Ortodok 71,8 %, katolik 1,8 %, Protestan 0,7
%, Yahudi 0,3%, Budha 0,6%, 0,9% beragam sekte dan sisanya adalah penduduk Rusia yang tidak
beragama. [15]
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Abad 21 merupakan abad kebangkitan agama di Rusia khususnya agama Islam. Setelah sekian lama
umat Islam mengalami tekanan dari pemerintah Komunis Uni Soviet, kini di masa transisi Rusia menuju
negara demokrasi, umat Islam kembali bergeliat mencari jati diri dan membangun kembali peradaban
mereka.

Sebagian besar Muslim Rusia adalah Sunni yang mengikuti madzhab Hanafi dan Syafii. Adapun Syiah
yang jumlahnya kecil berasal dari Imigran yang datang dari Azeri ke Rusia untuk mencari pekerjaaan.
Saat ini Islam di Rusia mengalami perkembangan yang signifikan, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Perkembangan Islam tersebut bisa dilihat dari banyaknya populasi Muslim di Rusia, munculnya
organisasi-organisasi Islam, jumlah lembaga pendidikan Islam yang terus meningkat, dan munculnya
elite-elite politik Muslim di lembaga pemerintahan. Perkembangan tersebut juga tidak lepas dari peran
pemerintahan Rusia yang ingin menjadikan negaranya menjadi negara demokrasi yang kaya dengan
berbagai suku, ras, dan agama.
DAFTAR PUSTAKA

Kettani, M. Ali. 2005. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, terj. Zarkowi Soejoeti.Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Ahmad An-Na’im, Abdullahi. 2007. Islam dan Negara Sekuler. Bandung: Mizan.

Esposito (ed.), John L. 2004. The Islamic World: Past and Present.New York: Oxford University Pers.

Nanji, Azim. 2003. Peta Studi Islam Orientalisme Dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, Bantul: Fajar
Pustaka Baru.

Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, (dalam


http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-
communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0) diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30
WIB.

Ariel Cohen, A Threat to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern Caucasus and
Russia’s Inadequete Response, (dalam http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf,)
diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 21.00 WIB.

Azis, Islam di Rusia Kontemporer, (dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-


kontemporer.html,) diakses pada hari Kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.46 WIB.

Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam


http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ ) diakses pada hari
kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.

Dmitry Gorenburg, Russia’s Muslims: A Growing Challenge for Moscow PONARS Policy No. 421, (dalam
http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf,) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016,
pukul 15.27 WIB.

[1] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam


http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ ) diakses pada hari
kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.

[2] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, terj. Zarkowi Soejoeti (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 79.
[3]Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, (dalam
http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-
communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0) diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30
WIB.

[4] Abdullahi Ahmad An-Na’im, Islam dan Negara Sekuler, (Bandung: Mizan,2007) hlm. 30.

[5] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, (dalam


http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-
communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0) diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30
WIB.

[6] Azis, Islam di Rusia Kontemporer, (dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-


kontemporer.html,) diakses pada hari Kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.46 WIB.

[7] Dmitry Gorenburg, Russia’s Muslims: A Growing Challenge for Moscow PONARS Policy No. 421,
(dalam http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf,) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April
2016, pukul 15.27 WIB.

[8] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam


http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ ) diakses pada hari
kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.

[9] Azim Nanji, Peta Studi Islam Orientalisme Dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, (Bantul: Fajar Pustaka
Baru, 2003), hlm. 139.

[10] Ariel Cohen, A Threat to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern Caucasus and
Russia’s Inadequete Response, (dalam http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf,)
diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 21.00 WIB.

[11] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam


http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ ) diakses pada hari
kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.

[12] John L. Esposito (ed.), The Islamic World: Past and Present (New York: Oxford University Pers,
2004), hlm. 86.

[13] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, (dalam


http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-
communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0) diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30
WIB.

[14] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam


http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ ) diakses pada hari
kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.
[15] Azis, Islam di Rusia Kontemporer, (dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-
kontemporer.html,) diakses pada hari Kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.46 WIB.

Anda mungkin juga menyukai