Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan Pendidikan Islam di Kazakhstan

Islam di Asia tengah hadir sejak abad ke-7 melalui para pedagang Arab, yang sejak saat
itulah Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tengah,
mayoritas masyarakat muslim Asia Tengah adalah berakidah sunni dan bemazhab hanafi.
Kazakhstan adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tengah,merupakan negara ke-9
terbesar wilayahnya di dunia. Negara ini sarat dengan multi budaya, yaitu perpaduan antara
kekuatan Turki dan Mongol. Rentang waktu yang panjang kedua suku bangsa tersebut
menguasai Kazakhstan sejak abad ke-6 hingga abad ke-18, mempunyai pengaruh besar
terhadap suku bangsa yang mendiami Kazakhstan saat ini. Secara genetik, mereka adalah
percampuran antara suku bangsa Turki dan Mongol. Pada abad ke-17, para pedagang dan
tentara Rusia mulai memasuki Kazakhstan, dan pada akhirnya mereka menguasai negara ini
hingga abad ke-20.
Dengan luas wilayah 2.717.300 km2, setara dengan empat kali luas wilayah negara bagian
Texas Amerika Serikat, Kazakhstan mempunyai iklim kering, dingin di musim dingin dan
panas di musim panas. Negara ini berbatasan dengan Rusia, Cina, Kyrgyzstan, Turkmenistan
dan Uzberkistan. Berpenduduk sekitar 15.185.844 orang, terdiri dari berbagai suku, antara
lain Kazakh, Rusia, Ukraina, Uzbek, Jerman, Tatar, Uygur, mayoritas beragama Islam (47%),
Rusia Ortodox (44%) dan lainnya 9%. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata 0,3% per-
tahun, angka kelahiran 15,78 per-1000, dan angka kematian 9,46 per-1000. Bahasa nasional
mereka adalah Kazakh, di samping bahasa Rusia yang dipergunakan untuk bisnis dan bahasa
antar etnik.
Islam masuk pertama kali ke Kazakhstan pada abad ke-8, ketika bangsa Arab menguasai
Transoxania (Mavarannahr), suatu area di bagian selatan Kazakhstan, terletak antara sungai
Syr-dar’ya dan Amu-dar’ya. Sedangkan Islamisasinya terjadi pada abad ke-9 mendekati abad
ke-10. Pada abad ini, Zoroaster, Kristen, Budha dan Pagan masih banyak dianut oleh
penduduk Kazakhstan. Islamisasi ini berakhir ketika Mongol menguasai Kazakhstan pada
tahun 1220-an. Gelombang kedua Islamisasi terjadi pada abad ke-18 dan 19, ketika Islam
mendominasi di bidang politik. Namun Islamisasi pada gelombang kedua ini pun tidak
berlangsung lama, karena faktor politik pulalah, yang membuat Islamisasi di Kazakhstan
mengalami kemandegan. Faktor politik yang memberangus Islamisasi adalah kuatnya
dominasi pemerintah komunis Rusia pada saat itu. Gelombang ketiga Islamisasi terjadi pada
tahun 1990, di mana Islam tumbuh dengan cepat antara tahun 1990-1995. Pembangunan
masjid baru maupun menghidupkan masjid yang terbengkelai ketika komunis Soviet
berkuasa dilakukan hampir seluruh kota di seluruh Kazakhstan.
Menyusul ditetapkannya konstitusi bahwa Kazakhstan adalah negara sekuler, pertumbuhan
komunitas Islam mengalami penurunan. Padahal logikanya, Islamisasi gelombang ketiga
adalah teradopsinya norma-norma, cita-cita dan ritus Islam dalam skala luas, termasuk di
dalamnya Islamisasi politik. Namun, pada umumnya masyarakat Islam Kazakhstan
mempunyai gairah rendah, dan pengetahuan mereka terhadap prinsip-prinsip Islam, sangat
sedikit, termasuk terhadap politik Islam. Akibatnya, Islam dianggap sebagai agama
formalitas. Ketika negara ini lepas dari Uni Soviet, hal ini memberikan ruang kepada Islam
untuk kembali berkembang di Kazakhstan. . Pembangunan masjid baru maupun
menghidupkan masjid yang terbengkelai ketika komunis Soviet berkuasa dilakukan hampir
seluruh kota di seluruh Kazakhstan. Hingga tahun 1991 saja, sudah 170 masjid yang dibuka
di negara ini, dan lebih setengahnya adalah masjid masjid baru, dan diperkirakan komunitas
Islam saat itu sudah mencapai 230 organisasi yang aktif berdakwah. Edisi al-Qur’an
terjemahan pertama dalam bahasa Kazakhastan yang didasarkan pada alfabet Cyrillic
diterbitkan di Almaty pada tahun 1992. Di tahun 1990, Nulsultan Nazarbayev yang berstatus
sebagai Sekjen Partai Komunis Kazakhstan di era Soviet, mendirikan lembaga Islam negara
yang lepas dari Otoritas Lembaga Islam Asia Tengah bentukan Uni Soviet yang berfungsi
sebagai lembaga induk seluruh organisasi Islam di kawasan Asia Tengah. Nazarbayev
kemudian membentuk lembaga Islam sendiri (Mufti) bagi muslim Kazakhstan. Pemisahan
diri dari lembaga Mufti Asia Tengah tersebut justru menandai dengan tegas pemisahan agama
(Islam) dari Negara.
Kazakhstan menjadi sebuah negara berpenduduk mayoritas muslim namun memproklamirkan
diri sebagai negara sekuler. Akan tetapi di sisi lain tetap mempertahankan identitas ke-
Islaman-nya. Nursultan Nazarbayev berusaha memainkan peran sebagai penghubung dunia
Islam di timur dengan dunia Kristen di barat, menjalin hubungan erat dengan negara negara
Islam dan dunia barat namun tetap berupaya mendapatkan dukungan dari Rusia, sebagai
contoh nyata adalah ketika di tahun 1994 beliau berkunjung ke ke kota suci Mekah, namun di
tahun yang sama beliau juga melakukan kunjungan kenegaraan ke Paus Paulus II di Vatikan.
Kazakhstan juga menghasilkan seorang tokoh yang dikenal oleh dunia Islam salah satunya
Al-Farabi, Kazakhstan merupakan tanah kelahiran Al-Farabi (870-950), Ahli filsafat Islam
dimasa kekuasaan dinasti Abasiyah, beliau berasal dari Farab dan bernama asli Abū Nasir
Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi' dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi,
Farabi, dan Abunasir. ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan
baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan,
bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku
penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah
menciptakan bebagai alat musik.
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya
dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Dia
adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh
mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya
membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Pemerintah Kazakhstan
memberikan penghormatan kepada Al-Farabi dengan mengabadikan lukisan dirinya di
lembaran uang kertas Kazakhstan.

Anda mungkin juga menyukai