Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Pada bab ini penulis akan membahas tentang laporan kasus
Pengelolaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada An. N (Pasien I) dan
An. J (Pasien II) dengan bronchopneumonia di Ruang Mawar RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan yang meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Data
diperoleh dari hasil wawancara dengan orang tua pasien, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan data Rekam Medis pasien.

1. Pengkajian
Pasien I (An. N)
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu Tanggal 04 Desember 2019
pada pukul 14.00 WIB dan didapatkan data pasien bernama An. N
berusia 5 tahun 8 bulan, jenis kelamin perempuan, alamat Wiradesa,
Pekalongan. Pasien masuk ke IGD RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan pada hari Selasa, 03 Desember 2019 pukul 08.25 WIB
dengan keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu pasien mengatakan
lemas lesu tidak mampu untuk beraktivitas karena masih sesak nafas.
Pada riwayat pengkajian penyakit sekarang, menurut keterangan
ibu pasien, pasien mengalami sesak nafas dan demam naik turun sejak
tanggal 26 November 2019, batuk berdahak sejak tanggal 19 November
2019 dan pasien lemas lesu tidak mampu untuk beraktivitas. Kemudian
keluarga memeriksakan An. N ke bidan dan diberi terapi obat, tetapi
kondisi An. N tidak mengalami perubahan setelah minum obat tersebut,
akhirnya ibu pasien membawa An. N ke IGD RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan pada hari Selasa, tanggal 03 Desember 2019 pukul 08.25
WIB dengan keluhan sesak nafas, lemas lesu, batuk berdahak, demam,
dan susah tidur. Kemudian dokter memutuskan pasien untuk
menjalankan rawat inap di ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan.
Pada riwayat pengkajian penyakit dahulu ibu pasien mengatakan
pasien tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang ini, pasien
hanya menderita batuk, pilek, dan panas biasa. Pada riwayat pengkajian
kesehatan keluarga ibu pasien mengatakan didalam anggota
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi baik alergi makanan, minuman,
maupun obat-obatan.
Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data subjektif ibu
pasien mengatakan selama An. N dirawat dirumah sakit An. N hanya
berbaring di tempat tidur dan kadang minta di gendong oleh Ny. K
atau Tn. A apabila pasien merasa bosan di kamar perawatan. Ny. K
mengatakan pasien lemas ketika beraktivitas untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan mandi, makan, minum, toileting,
serta berpakaian semua aktivitas tersebut masih dibantu orang tua
pasien.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada An. N didapatkan
hasil keadaan umum pasien sedang, kesadaran composmentis, nadi
105x/menit, respiratory rate 37x/menit, suhu 37,1oC. Lingkar mata
pasien tampak hitam, konjungtiva tidak anemis. Hidung pasien tidak
terdapat adanya polip, terdapat lendir, terdapat pernafasan cuping
hidung, terpasang terapi O2 2 liter. Mulut pasien tidak terdapat adanya
stomatitis, bibir tampak agak kering. Pada pemeriksaan fisik paru
didapatkan data pernafasan pasien cepat dan dangkal disertai adanya
tarikan dinding dada, dada pasien simetris antara dada kanan dan dada
kiri, tidak terdapat nyeri tekan, terdapat bunyi suara tambahan ronchi,
suara paru sonor. Pada pemeriksaan fisik jantung diperoleh data tidak
ada pembesaran pada jantung, tidak terdapat nyeri tekan pada jantung,
perkusi jantung pekak, kemudian pada saat di auskultasi bunyi jantung
lup dup.
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 03
Desember 2019 jam 08.35 WIB didapatkan data jumlah lekosit 8.63
10^/ul dengan rentan nilai normal 5.50 – 15.50, eritrosit 4.17Juta/mm3
rentan nilai normal 3.90 – 5.30, hemoglobin 10.6 g/dl (L) rentan nilai
normal 11.5 – 13.5, hematokrit 31.7 % (L) nilai normal 34.0 – 40.0,
trombosit 299.000/mm3 rentan nilai normal 150.000 – 450.000. Pada
pemeriksaan radiologi yang di lakukan pada tanggal 04 Desember 2019
Pukul 10:31 WIB menunjukan kesan Bronchopneumonia
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, penulis memperoleh
data subjektif dan data objektif. Pada An. N (Pasien I) data subjektif
yang di peroleh yaitu pasien mengatakan lemas tidak mampu untuk
beraktivitas karena masih sesak nafas.
Data objektif yang diperoleh pada saat pengkajian diantaranya
pasien tampak lemah hanya terbaring ditempat tidur, pasien terlihat
sesak, nadi 105x/menit dengan nilai normal 75-100x/menit, respiratory
rate 37x/menit nilai normal 20-30x/menit, nafas cepat dan dangkal
disertai adanya tarikan dinding dada, terdapat pernafasan cuping
hidung, terdengar bunyi suara nafas tambahan ronchi, hasil
pemeriksaan rontgen menunjukan kesan bronchopneumonia.
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diperoleh dari
hasil pengkajian, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada
An. N yaitu Intoleransi aktivitas berhububungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan pada An. N (Pasien I) disusun pada
hari Rabu, tanggal 04 Desember 2019 pukul 15.30 sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang sudah diprioritaskan yaitu intoleransi
aktivitas berhububungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen. Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien menunjukan tingkat toleransi
terhadap aktivitas, Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi
kesehatan pasien tanpa menimbulkan sesak nafas, Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan nadi dan respiratory rate. nadi
dan RR dalam batas normal yaitu Nadi : 70 – 100 kali/menit, RR : 20 –
30 kali/menit, Pernafasan normal, tidak terdapat bunyi suara nafas
tambahan ronchi, Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri.
Rencana tindakan yang akan dilakukan : Kaji tingkat toleransi
anak terhadap aktivitas, catat adanya dyspnea, peningkatan kelemahan
dan perubahan tanda vital selama dan setelah beraktivitas, catat
frekuensi nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas, Bantu
tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi,
Jelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,
Rencanakan jadwal aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan pasien
dengan melibatkan keluarga, Ajarkan penggunaan teknik nafas
terkontrol selama aktivitas, Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan atau tidur (semi fowler), Pertahankan terapi oksigen
selama aktivitas.
4. Implementasi
Setelah menentukan perencanaan tindakan, maka dapat
dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan tindakan
untuk mengatasi masalah keperawatan pada An. N. pelaksanaan
tindakan keperawatan pada An. N (Pasien I) akan dilakuakan pada
tanggal 04 Desember 2019 sampai tanggal 06 Desember 2019. Dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang telah
ditemukan, melibatkan peran serta perawat ruangan, pasien dan
keluarga pasien.
Implementasi hari pertama dilakukan pada hari Rabu, tanggal 04
Desember 2019 pukul 15.50 WIB yaitu mengkaji tingkat toleransi anak
dengan melatih pasien miring kanan kiri dan melatih pasien untuk
duduk di tempat tidur serta memonitor frekuensi nadi dan nafas
sebelum dan sesudah melatih pasien mengubah posisi miring kanan dan
miring kiri. Respon subjektif yang di dapatkan yaitu pasien mengatakan
Pasien mengatakan mau untuk dilatih miring ke kanan dan ke kiri,
pasien mengatakan tidak kuat untuk duduk dan berdiri terlalu lama
karena masih lemas dan sesak nafas, respon objektif yang didapatkan
Pasien terlihat berusaha miring ke kanan dan miring ke kiri, nadi
sebelum miring kanan kiri 105x/menit, RR 37x/menit dan setelah
miring kanan kiri nadi menjadi 107x/menit, RR 39x/menit. Pukul 16.15
WIB menjelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Respon subjektif yang didapat Ibu pasien mengatakan mengerti tentang
pentingnya aktivitas dan istirahat dalam perencanaan pengobatan,
respon objektif Ibu pasien dan pasien mengangguk paham. Pukul 16.30
WIB Memberikan terapi inhalasi (nebulizer) ventolin 1/2 ampul dan
Nacl 1 ml, respon subjektif Ibu pasien mengatakan sesak nafas pasien
biasanya berkurang setelah dilakukan nebul, respon objektif Pasien
tampak rileks dan kooperatif saat dilakukan tindakan nebuizer, pasien
tampak menghirup asap nebulizer. Pukul 16.50 WIB mengobseravasi
tanda-tanda vital pasien. Respon yang di dapatkan Pasien tampak lemas
nadi 105 x/menit, RR 35 x/menit, suhu 37,1oC, nafas cepat dan
dangkal, adanya tarikan dinding dada, terdapat pernafasan cuping
hidung, terdapat bunyi suara nafas tambahan ronchi. Pukul 17.00 WIB
memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV
clanexi 425 mg dan memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk
puyer 1 bungkus. Respon yang didapat Obat masuk secara IV dan tidak
terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 21.00 WIB
Mengobservasi cairan infus, mengganti cairan infus yang habis. Respon
subjektif yang di dapat Ibu pasien mengatakan cairan infus An.N
hampir habis, respon ojektif Pasien tampak sedang tidur, cairan infus
pasien tampak masih sedikit dan hampir habis, perawat mengganti
dengan cairan infus yang baru, terpasang infus RL 15 tetes permenit.
Pukul 24.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim
600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg, respon yang didapat Pasien tampak
sedang tidur, obat masuk secara IV, tidak tampak adanya tanda-tanda
alergi terhadap obat.
Implementasi hari kedua dilakukan pada hari Kamis, 05
Desember 2019 pukul 05.30 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital.
Respon yang didapat RR 37x/menit, nadi 110x/menit, suhu 36.9oC,
nafas cepat dan dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, terdapat
bunyi suara nafas tambahan ronchi, adanya pernafasan cuping hidung.
1/
Pukul 06.00 WIB Memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 2

ampul dan Nacl 1 cc. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien
mengatakan setelah dilakukan tindakan nebul sesak nafas pasien
biasanya berkurang, respon objektif Pasien tampak rileks dan
kooperatif saat dilakukan tindakan nebulizer, pasien tampak menghirup
asap nebulizer. Pukul 09.00 WIB Memberikan obat sesuai terapi injeksi
IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan memberikan terapi
peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon yang didapat
Pasien tampak sedang tidur, obat masuk secara IV, tidak tampak adanya
tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 14.00 WIB Mengkaji tingkat
toleransi pasien yaitu melatih pasien turun dari tempat tidur dan
berjalan ke toilet. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien
mengatakan An.N sudah bisa duduk di tempat tidur dan sesak nafas
sudah berkurang dan Pasien mengatakan bersedia, pasien mengatakan
kondisinya sudah lebih baik, respon objektif Pasien tampak sudah bisa
duduk di tempat tidur, pasien tampak turun dari tempat tidur dan
berlatih untuk berjalan ke toilet, frekuensi nadi sebelum berjalan
98x/menit RR 33x/menit, setelah berjalan nadi 100x/menit RR
33x/menit. Pukul 15.00 WIB Membuat rencana jadwal aktivitas sehari-
hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga seperti
duduk, turun dari tempat tidur, makan minum secara mandiri, BAK dan
BAB ke toilet dan berjalan keluar dari ruangan. Respon subjektif yang
didapat Pasien dan keluarga pasien kooperatif dan mengatakan
bersedia, respon objektif Pasien terlihat duduk ditempat tidur. Pukul
17.00 WIB Memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim 600 mg,
injeksi IV clanexi 425 mg dan memberikan terapi peroral fludon dalam
bentuk puyer 1 bungkus, respon yang didapat Obat masuk secara IV
dan tidak terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 17.15
WIB Mengobservasi tanda-tanda vital. Respon yang didapat Suhu
36oC, RR 32x/menit . nadi 94x/menit, nafas sedang tarikan dinding
dada sedikit berkurang, cuping hidung berukarang, masih terdapat suara
tambahan ronchi. Pukul 19.00 WIB Mengajarkan teknik nafas
terkontrol selama aktivitas. Respon yang didapat Pasien kooperatif dan
mampu menunjukan teknik nafas terkontrol yang dianjurkan perawat.
Pukul 19.30 WIB Mempertahankan terapi oksigen. Respon yang
didapat pasien tampak tenang, oksigen masuk 2 liter/menit. Pukul 21.00
WIB Membantu memilih posisi nyaman untuk pasien beristirahat
dengan memberikan posisi semi fowler. Respon yang didapat pasien
mengatakan nyaman, Pasien terlihat tenang dengan posisi semi fowler.
Pukul 22.00 WIB mengobservasi cairan infus dan mengganti infus yang
hampir habis. Respon yang didapat pasien tampak sedang tidur, cairan
infus pasien tampak masih sedikit dan hampir habis, perawat mengganti
dengan cairan infus yang baru, terpasang infus RL 15 tetes permenit.
Pukul 24.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim
600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg. Respon yang didapat Obat masuk
secara IV dan tidak ada tanda-tanda alergi.
Implementasi hari ketiga dilakukan pada hari Jumat, tanggal 06
Desember 2019 pukul 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital.
Respon yang didapat Nadi 100x/menit, RR 30x/menit, suhu 36,8oC,
tidak terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, masih terdengar bunyi suara tambahan ronchi. Pukul 06.00
1/
WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 2 ampul dan
Nacl 1 cc, respon subjektif yang didapat Ibu pasien mengatakan sesak
nafas pasien berkurang, respon objektif Pasien terlihat menghirup asap
nebulizer, pasien tampak rileks dan kooperatif saat di lakukan tindakan.
Pukul 09.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim
600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan memberikan terapi peroral
fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon yang didapat Obat
masuk secara IV, tidak terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap obat.
Pukul 10.00 WIB Memonitor keadaan umum pasien dan mengkaji
kemampuan pasien sesuai yang telah direncanakan perawat dan
keluarga. Respon subjektif Ibu pasien mengatakan kondisi anaknya
sudah jauh lebih baik sesak nafas sudah berkurang, ibu pasien juga
mengatakan An. N sudah bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke toilet
untuk BAK dan BAB denagan di bantu ibunya, pasien sudah bisa
berjalan keluar ruangan tanpa mengalami sesak nafas, pasien juga sudah
bisa makan minum secara mandiri, respon objektif pasien tampak lebih
segar dan lebih baik. Pukul 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital.
Respon yang didapat nadi 95x/menit, suhu 36oC, RR 30x/menit, tidak
terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan cuping hidug,
masih terdengar bunyi suara tambahan ronchi. Pukul 13.00 WIB
menganjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap
untuk meningkatkan toleransi. Respon subjektif ibu pasien mengatakan
bersedia mengikuti anjuran perawat, respon objektif pasien tampak
tenang. Pukul 17.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV
cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan memberikan terapi
peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon yang didapat
Obat masuk secara IV, tidak terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap
obat. Pukul 17.30 WIB mengukur tanda-tanda vital. respon yang
didapat Nadi 92x/menit, RR 30x/menit, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak terdapat tarikan dinding dada masih terdengar
bunyi suara nafas tambahan ronchi, pasien tampak tenang dan lebih
baik. Pukul 20.30 WIB Membantu memilih posisi nyaman untuk pasien
beristirahat dengan memberikan posisi semi fowler. Respon yang
didapat pasien mengatakan nyaman dan terlihat lebih tenang.
5. Evaluasi
Berdasarkan catatan perkembangan SOAP yang terdiri dari S
(Subjektif), O (Objektif), A(Analisis), dan P (Planning). Hasil evaluasi
pada hari Jumat, 06 Desember 2019 pukul 21.30 didapatkan data
subjektif sebagai berikut, ibu pasien mengatakan kondisi An. N saat ini
sudah jauh lebih baik, sesak nafas berkurang, ibu pasien mengatakan
An. N sudah bisa turun dari tempat tidur, makan minum, dan berjalan
ke toilet secara mandiri, BAB dan BAK secara mandiri, ibu pasien
mengatakan pasien sudah bisa berjalan keluar ruangan tanpa mengalami
sesak nafas. Respon objektif didapatkan suhu 36oC, nadi 92x/menit,
respiratory rate 30x/menit, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak terdapat tarikan dinding dada, masih terdengar bunyi suara
tambahan ronchi saat diauskultasi. Pasien tampak tenang. Analisisnya
yaitu masalah teratasi. Planningnya yaitu pertahankan intervensi dan
pantau kemajuan kondisi kesehatan pasien.

1. Pengkajian
Pasien II (An. J)
Pengkajian dilakukan pada hari Sabtu,tanggal 07 Desember
2019 pukul 14.00 WIB dan didaptkan data identitas pasien bernaman
An. J yang berusaia 3 tahun 5 bulan, jenis kelamin perempuan, alamat
Surobayan Kabupaten Pekalongan. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan, keluhan utama yang dirasakan ibu pasien mengatakan
pasien lemah tidak kuat untuk turun dari tempat tidur, lemas dan sesak
nafas ketika beraktivitas, Pasien tampak lemah hanya berbaring di
tempat tidur dan terlihat sesak
Pada riwayat pengkajian penyakit sekarang, menurut
keterangan ibu pasien pasien mengalami sesak nafas, pusing, batuk
berdahak, demam naik turun, pasien lemas dan lesu tidak mampu untuk
beraktivitas sejak tanggal 29 November 2019. Sebelum Sebelum pasien
dirawat di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Ny. M sempat
memeriksakan pasien ke bidan terdekat dan diberi obat, akan tetapi
kondisi An. J tidak mengalami perubahan setelah minum obat.
kemudian Ny. M dan Tn. S membawa pasien ke RSIA Aisyiah
Pekajangan dokter menyarankan pasien untuk dirawat, tetapi kondisi
pasien tidak mengalami perubahan selama 4 hari proses perawatan di
RSIA Aisyiah Pekajangan sehingga Ny. M dan Tn. S memutuskan agar
An. J dibawa ke IGD RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan pada hari
Jumat, tanggal 06 Desember 2019 pukul 22.10 WIB dengan keluhan
sesak nafas, batuk berdahak, pusing dan lemas. Di IGD RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan, pasien mendapat terapi oksigen 2 liter
permenit, infus RL 18 tetes permenit, injeksi IV Cefotaxim 75 mg, dan
dokter memutuskan pasien untuk menjalani rawat inap di ruang Mawar
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu, ibu pasien
mengatakan pasien memiliki riwayat kejang dan pasien pernah dirawat
di RSIA Aisyiyah Pekajangan. Pada pengkajian kesehatan keluarga ibu
pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami sakit seperti yang dialami oleh An. J sekarang, anggota
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM
maupun penyakit menular seperti TBC. Pada pengkajian riwayat alergi,
ibu pasien mengatakan pasien tidak memilki riwayat alergi baik
makanan, minuman ataupun obat-obatan.
Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data subjektif ibu
pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit An. J hanya
berbaring di tempat tidur, Ny. M mengatakan An. J lemas ketika
beraktivitas seperti untuk kebutuhan makan, minum, mandi, berpakaian
serta toileting semuanya harus dibantu oleh orang tua pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien
sedang, kesadaran pasien composmentis, nadi 115x/menit, respiration
rate 39x/menit, suhu 38oC, hidung pasien terdapat sedikit lendir, tidak
ada polip, terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang terapi oksigen
2 liter permenit. mulut pasien bibir pucat, bibir agak kering.
Pemeriksaan thorax pada paru-paru didapatkan data nafas cepat
dan dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, dada simetris antara
kanan dan kiri, tidak terdapat nyeri tekan, suara paru sonor, saat
diauskultasi terdengar bunyi suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan
fisik pada jantung diperoleh data tidak ada pembesaran pada jantung,
tidak terdapat nyeri tekan pada jantung, perkusi jantung pekak,
kemudian pada saat di auskultasi bunyi jantung lup dup.
Pada saat pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada
tanggal 06 Desember 2019 pukul 23.30 WIB didapatkan data lekosit
3.71 10^/ul (L) nilai normal 6.00 – 17.50, eritrosit 3.92 Juta/mm3 nilai
normal 3.70 – 5.30, hemoglobin 9.2 g/dl (L) nilai normal 10.5 – 13.5,
hematokrit 28.7% (L) nilai normal 70.00 – 86.00, trombosit 119.000
/mm3 (L) nilai normal 150.000 – 450.000. pada pemeriksaan rontgen
tanggal 07 Desember 2019 pukul 09.28 WIB menunjukan kesan
Bronchopneumonia.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, penulis
memperoleh data subjektif dan data objektif pada An. J (Pasien II).
Data subjektif yang diperoleh yaitu keluhan utama yang dirasakan
pasien mengatakan lemas dan sesak nafas jika beraktivitas.
Data objektif yang diperoleh pada saat pengkajian diantaranya
nadi 115x/menit, nilai normal 75-100x/menit, respiration rate
39x/menit nilai normal 20-30x/menit, suhu 38oC, nafas cepat dan
dangkal dengan adanya terikan dinding dada, terdapat pernafasan
cuping hidung, terdapat suara tambahan ronchi. Pasien tampak lemah
hanya berbaring di tempat tidiur, pasien tarlihat sesak dan terpasang
oksigen 2 liter permenit, hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan kesan
Bronchopneumonia.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh dari
pengkajian, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada An. J
yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Perencanaan
Perencanaan pada An. J (Pasien II) disusun pada hari Sabtu,
tanggal 07 Desember 2019 pukul 15.00 WIB sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang di prioritaskan yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam yaitu pasien menunjukkan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas, pasien dapat melakukan aktivitas sesuai
kondisi kesehatan pasien tanpa sesak nafas, berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
dalam rentang normal nadi : 75-100x/menit, RR : 20-30x/menit nafas
normal, tidak terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak terdapat suara nafas tambahan ronchi, serta
mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Rencana tindakan keperawatan, kaji tingkat toleransi anak,
catat laporan dyspnea, peningkatan kelemahan dan perubahan tanda
vital sebelum dan susah beraktivitas. Bantu tingkatkan aktivitas secara
bertahap untuk meningkatkan toleransi. Jelaskan perlunya
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Ajarkan penggunaan teknik
nafas terkontrol sealama aktivitas. Rencanakan jadwal aktivitas sehari-
hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga,
pertahankan terapi oksigen selama aktivitas.
4. Implementasi
Setelah menentukan perencanaan tindakan, maka dapat
dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan tindakan
untuk mengatasi masalah keperawatan pada An. J. pelaksanaan
tindakan keperawatan pada An. J (Pasien II) dilakukan pada tanggal 07
Desember 2019 sampai tanggal 09 Desember 2019. Dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang ditemukan,
melibatkan peran serta perawat ruangan, pasien dan keluarga pasien.
Implementasi hari pertama, Sabtu 07 Desember 2019 pukul
15.20 WIB Memonitor keadaan umum, respon subjektif yang didapat
ibu pasien mengatakan An. J badannya lemas dan sesak nafas ketika
beraktivitas, respon objektif pasien tampak lemah. Pukul 15.25 WIB
Mengatur posisi pasien semi fowler, respon yang didapat posisi tidur
pasien setengah duduk dan pasien tampak sesak. Pukul 15.50 WIB
Mengkaji tingkat toleransi anak dengan melatih pasien miring kanan
dan miring kiri serta duduk serta memonitor frekuensi nadi dan nafas
sebelum dan sesudah melatih pasien megubah posisi miring kanan kiri,
respon subjektif yang didapat Ibu Pasien mengatakan pasien badannya
lemas tidak bisa untuk bergerak berlebihan, respon objektif Pasien
terlihat berusaha memiringkan badan ke kanan dan kiri nadi sebelum
miring kanan kiri 110x/menit, RR 39x/menit dan nadi setelah miring
kanan kiri 112x/menit, RR 40x/menit. Pukul 16.00 WIB Memberikan
terapi inhalasi (nebulizer) ventolin 1/2 ampul dan Nacl 1 ml. Respon
yang didapat ibu pasien mengatakan setelah dinebul sesak nafas pasien
biasanya berkurang, pasien tampak menghirup asap nebulizer, pasien
tampak rileks dan pasien kooperatif saat di lakukan tindakan nebulizer.
Pukul 17.00 WIB Memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200
mg, injeksi cefotaxim 275 mg, Injeksi IV paracetamol 80 mg
memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
Respon subjektif pasien kooperatif, respon objektif yang didapat Obat
masuk secara IV dan tidak terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap
obat. Pukul 17.15 WIB Menjelaskan perlunya keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat. Respon subjektif yang didapat ibu pasien
mengatakan mengerti tentang pentingnya aktivitas dan istirahat dalam
rencana pengobatan, respon objektif ibu pasien tampak mengangguk
paham. Pukul 21.00 WIB Mengobservasi cairan infus, mengganti cairan
infus yang habis. Respon subjektif Ibu pasien mengatakan cairan infus
An.J hampir habis, respon objektif pasien tampak sedang tidur, cairan
infus pasien tampak masih sedikit dan hampir habis, perawat mengganti
dengan cairan infus yang baru, terpasang infus RL 18 tetes permenit.
Pukul 24.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200
mg, injeksi cefotaxim 275 mg, Injeksi IV paracetamol 80 mg. respon
objektif yang didapat pasien tampak sedang tidur, obat masuk secara
IV, tidak tampak adanya tanda-tanda alergi terhadap obat.
Implementasi hari kedua, Minggu 08 Desember 2019 pukul
05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital. Respon objektif yang
didapat RR 37x/menit, nadi 112x/menit, suhu 37,8 oC, nafas cepat dan
dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, terdapat bunyi suara nafas
tambahan ronchi, adanya pernafasan cuping hidung. Pukul 06.00 WIB
1/
memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 2 ampul dan Nacl 1
cc. repon yang didapat ibu pasien mengatakan setelah dinebul sesak
nafas pasien biasanya berkurang, pasien tampak menghirup asap
nebulizer, pasien tampak rileks dan pasien kooperatif saat di lakukan
tindakan nebulizer. Pukul 09.00 WIB Memberikan obat sesuai terapi
injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg, Injeksi IV
paracetamol 50 mg. respon objektif yang didapat obat masuk secara IV
dan tidak tampak adanya tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 12.00
WIB mengukur tanda-tanda vital. Respon objektif yang didapat Nadi
113x/menit, suhu 37oC, dan RR 37x/menit. Pukul 14.00 WIB mengkaji
tingkat toleransi pasien yaitu melatih pasien turun dari tempat tidur dan
berjalan ke toilet. Respon subjektif yang didapat ibu pasien mengatakan
kondisi An.J lebih baik, sesak nafas sudah berkurang dan pasien
mengatakan bersedia (kooperatif) untuk dilatih turun dari tempat tidur
dan berjalan ke toilet, respon objektif pasien terlihat sudah bisa duduk
di tempat tidur frekuensi nadi sebelum turun dan berjalan ke toilet
110x/menit RR 36x/menit, setelah duduk dan berjalan 112x/menit RR
36x/menit. Pukul 15.00 WIB membuat rencana jadwal aktivitas sehari-
hari pasien dengan melibatkan keluarga seperti duduk, turun dari
tempat tidur, makan minum secara mandiri, BAB dan BAK serta
berjalan keluar ruangan. Respon subjektif yang didapat pasien dan
keluarga pasien mengatakan bersedia (koperatif), respon objektif
pasien tampak duduk di tempat tidur dan mampu turun dari tempat
tidur. Pukul 16.00 WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer):
1/
ventolin 2 ampul dan Nacl 1 cc. respon yang didapat ibu pasien
mengatakan setelah dinebul sesak nafas pasien biasanya berkurang,
pasien tampak menghirup asap nebulizer, pasien tampak rileks dan
pasien kooperatif saat di lakukan tindakan nebulizer. Pukul 16.30 WIB
memonitor keadaan umum dan mengukur tanda-tanda vital. Respon
subjektif yang didapat ibu pasien mengatakan sesak nafas pasien sudah
berkurang, respon objektif Suhu 36oC, Nadi 110x/menit, RR 36x/menit,
sesak nafas berkurang, tarikan dinding dada sedikit berkurang,
pernafasan cuping hidung berkurang, masih terdangar bunyi suara
tambahan ronchi. Pukul 17.00 WIB memberikan obat sesuai terapi
injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg, memberikan
terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon yang
didapat Pasien tampak sedang istirahat di tempat tidur, obat masuk
secara IV dan tidak tampak adanya tanda-tanda alergi terhadap obat.
Pukul 19.00 WIB mengajarkan teknik nafas terkontrol selama aktivitas.
Respon yang didapat pasien mengatakan bersedia dan pasien mempu
menunjukan teknik nafas terkontrol yang diajarkan perawat. Pukul
19.30 WIB mempertahankan terapi oksigen. Respon yang didapat
Oksigen masuk 2 liter/menit. Pukul 20.30 WIB membantu memilih
posisi nyaman untuk pasien beristirahat dengan memberikan posisi
semi fowler. Respon subjektif yang didapat pasien mengatakan
nyaman, respon objektif pasien tampak tenang. Pukul 22.30 WIB
mengobservasi cairan infus dan mengganti cairan infus yang hampir
habis. Respon subjektif yang didapat ibu pasien mengatakan infus An. J
hampir habis, respon objektif pasien tampak sedang tidur, ciran infus
pasien masih sedikit dan hampir habis, perawat mengganti dengan
cairan infus baru, terpasang infus RL 18 tetes permenit. Pukul 23.55
WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi
cefotaxim 275 mg. Respon yang didapat Pasien tampak sedang tidur,
obat masuk secara IV, dan tidak tampak adanya tanda-tanda alergi
terhadap obat.
Implementasi hari ketiga, Senin 09 Desember 2019 pukul 05.30
WIB mengobservasi tanda-tanda vital. Respon objektif yang didapat
Nadi 106x/menit, suhu 36,5oC, RR 36x/menit. Pukul 06.00 WIB
1/
Memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 2 ampul dan Nacl 1
cc. Respon yang didapat ibu pasien mengatakan setelah dinebul sesak
nafas pasien biasanya berkurang, pasien tampak menghirup asap
nebulizer, pasien tampak rileks dan pasien kooperatif saat di lakukan
tindakan nebulizer. Pukul 08.00 WIB Memberikan terapi peroral fludon
dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon yang didapat obat masuk secara
oral dan tidak dimuntahkan. Pukul 09.00 WIB memberikan obat sesuai
terapi injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg. Respon
yang didapat obat masuk secara IV, tidak tampak adanya tanda-tanda
alergi terhadap obat. Pukul 10.00 WIB memonitor keadaan umum
pasien dan mengkaji kemampuan aktivitas pasien sesuai yang telah
direncanakan perawat dan keluarga. Respon subjektif yang didapat Ibu
pasien mengatakan kondisi anaknya sudah lebih baik, sesak nafas sudah
berkurang, pasien mengatakan badannya masih sedikit lemas, sudah
bisa makan minum sendiri, ibu pasien mengatakan pasien sudah bisa
turun dari tempat tidur dan berjalanke toilet namun masih perlu di bantu
keluarga, ibu pasien mengatakan pasien masih sedikit sesak nafas
ketika berjalan terlalu cepat dan berdiri terlalu lama, pasien masih
membutuhkan bantuan ibunya ketika BAB dan BAK, respon objektif
Pasien tampak lebih segar. Pukul 11.50 WIB mengukur tanda-tanda
vital. Respon objektif yang didapat Nadi 100x/menit, suhu 36oC, RR
34x/menit, tidak terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, masih terdengar bunyi suara tambahan
ronchi. Pukul 13.00 WIB Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi. Respon
subjektif yang didapat Ibu pasien mengatakan bersedia melaksanakan
anjuran perawat, respon objektif Pasien tampak tenang. Pukul 16.00
1/
WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 2 ampul dan
Nacl 1 cc. respon yang didapat ibu pasien mengatakan setelah
dilakukan tindakan nebul sesak nafas pasien biasanya berkurang, pasien
tampak menghirup asap nebulizer, pasien tampak rileks dan kooperatif
saat dilakukan tindak nebulizer. Pukul 17.00 WIB Memberikan obat
sesuai terapi injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg,
memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
Respon yang didapat Pasien tampak istirahat ditempat tidur, obat masuk
secara IV, tidak tampak adanya tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul
18.00 WIB mengukur tanda-tanda vital. Respon objektif yang didapat
Nadi 100x/menit, RR 34x/menit, suhu 36,5oC, tidak terdapat terikan
dinding dada, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, masih terdengar
bunyi suara tambahan ronchi. Pukul 20.30 WIB membantu memilih
posisi nyaman untuk pasien beristirahat dengan memberikan posisi
semi fowler. Respon subjektif yang didapat pasien mengatakan
nyaman, respon objektif pasien terlihat tenang.
5. Evaluasi
Berdasarkan catatan perkembangan SOAP yang terdiri dari S
(Subjektif), O (Objektif), A(Analisis), dan P (Planning). Hasil evaluasi
pada hari senin, 09 Desember 2019 pukul 21.30 WIB didapatkan data
subjektif sebagai berikut, Ibu pasien mengatakan kondisi An. J sudah
lebih baik dari hari sebelumnya dan sesak nafas sudah berkurang , ibu
pasien mengatakan An. J sudah bisa duduk di tempat tidur, ibu pasien
mengatakan pasien sudah bisa makan minum sendiri, pasien sudah bisa
turun dari tempat tidur dan berjalan ke toilet namun masih harus pelan-
pelan dan masih perlu di bantu, pasien masih butuh bantuan ibunya
ketika BAB dan BAK, pasien belum bisa mengganti pakaian sendiri,
pasien mengatakan masih lemas dan masih sedikit sesak ketika berjalan
terlalu cepat dan berdiri terlalu lama. Respon objektif yang didapatkan
Nadi 100x/menit, RR 34x/menit, suhu 36,5oC, tidak terdapat terikan
dinding dada, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, masih terdengar
bunyi suara tambahan ronchi, pasien tampak tenang. Analisisnya yaitu
masalah teratasi sebagian. Planningnya adalah lanjutkan intervensi :
Monitor frekuensi nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas,
bantu tingkatkan aktivitas pasien secara bertahap untuk meningkatkan
toleransi, kaji tingkat toleransi anak dalam aktivitas, catat laporan
dyspnea, peningkatan kelemahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah beraktivitas, jelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas
dan istirahat, anjurkan penggunaan teknik nafas terkontrol dan tunda
aktivitas jika mengalami sesak nafas selama aktivitas, rencanakan
jadwal aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan pasien dengan
melibatkan keluarga, pertahankan terapi oksigen 2 liter/menit.

B. PEMBAHASAN
Pembahasan berisi tentang analisis dari 2 kasus yang sama namun
respon setiap pasien berbeda, analisis yang dibahas yaitu pengelolaaan
keperawatan intoleransi aktivitas dengan diagnosa medis
Bronchopneumonia. Pada bab ini penulis akan membahas tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, beserta kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan antara konsep teori dengan kondisi nyata
dilapangan selama melakukan pengelolaan terhadap pasien An. N dan An.
J. dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas di Ruang Mawar
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian keperawatan yang dilakukan pada An. N
pada hari Rabu, 04 Desember 2019 pukul 14.00 WIB didapatkan data
pasien mengatakan lemas lesu tidak mampu untuk beraktivitas karena
masih sesak nafas, Pasien tampak lemah dan sesak nafas. Pada saat
pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien sedang, tingkat
kesadaran pasien composmentis, Suhu 37,1oC, nadi 105 kali/menit,
respiration rate 37 kali/menit. Lingkar mata pasien tampak hitam. Hidung
pasien tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, terdapat pernafasan cuping
hidung. Mulut pasien bibir agak kering. Pemeriksaan thorax pada paru-
paru didaptkan data dada simtris antara kanan dan kiri, nafas cepat dan
dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, tidak terdapat nyeri tekan,
suara paru sonor, terdapat suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan fisik
pada jantung diperoleh data tidak ada pembesaran pada jantung, tidak
terdapat nyeri tekan pada jantung, perkusi jantung pekak, kemudian pada
saat di auskultasi bunyi jantung lup dup.
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 03
Desember 2019 jam 08.35 WIB didapatkan data jumlah lekosit 8.63 10^/ul
dengan rentan nilai normal 5.50 – 15.50, eritrosit 4.17Juta/mm3 rentan
nilai normal 3.90 – 5.30, hemoglobin 10.6 g/dl (L) rentan nilai normal 11.5
– 13.5, hematokrit 31.7 % (L) nilai normal 34.0 – 40.0, trombosit
299.000/mm3 rentan nilai normal 150.000 – 450.000. Pada pemeriksaan
radiologi yang di lakukan pada tanggal 04 Desember 2019 Pukul 10:31
WIB menunjukan kesan Bronchopneumonia.
Hasil pengkajian keperawatan pada An. J Sabtu, 07 Desember
2019 pukul 14.00 WIB didapatkan data ibu pasien mengatakan pasien
lemah tidak kuat untuk turun dari tempat tidur, lemas dan sesak nafas
ketika beraktivitas. Pasien tempak lemah hanya terbaring ditempat tidur.
Pada saat pemeriksaan fisik didapakan hasil keadaan umum pasien
sedang, tingkat kesadaran pasien composmentis, nadi 115x/menit,
respiration rate 39x/menit, suhu 38oC. Hidung pasien terdapat sedikit
lendir, tidak ada polip, terdapat pernafasan cuping hidung. Mulut pasien
bibir pucat, bibir agak kering. Pemeriksaan thorax pada paru-paru
didaptkan data dada simtris antara kanan dan kiri, nafas cepat dan dangkal
dengan adanya tarikan dinding dada, tidak terdapat nyeri tekan, suara paru
sonor, terdapat suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan fisik pada
jantung diperoleh data tidak ada pembesaran pada jantung, tidak terdapat
nyeri tekan pada jantung, perkusi jantung pekak, kemudian pada saat di
auskultasi bunyi jantung lup dup.
Pada saat pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal
06 Desember 2019 pukul 23.30 WIB didapatkan data lekosit 3.71 10^/ul
(L) nilai normal 6.00 – 17.50, eritrosit 3.92 Juta/mm3 nilai normal 3.70 –
5.30, hemoglobin 9.2 g/dl (L) nilai normal 10.5 – 13.5, hematokrit 28.7%
(L) nilai normal 70.00 – 86.00, trombosit 119.000 /mm3 (L) nilai normal
150.000 – 450.000. pada pemeriksaan rontgen tanggal 07 Desember 2019
pukul 09.28 WIB menunjukan kesan Bronchopneumonia.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada An. N dan An.
J tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan hasil temuan di
lapangan, data yang didapat yaitu kedua pasien merasa lemas dan sesak
nafas jika beraktivitas. Kondisi yang ditemukan pada An. N dan An. J
sudah sesuai teori yang menerangkan bahwa batasan karakteristik
intoleransi aktivitas meliputi : dyspnea setelah beraktivitas, keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktivitas, respon tekanan darah dan frekuensi
jantung abnormal terhadap aktivitas, menyatakan merasa letih dan lemah.
(Jane M. Brokel, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan harus
didukung oleh data subjektif dan data objektif. Dari data subjektif yang
didapatkan pada An. N (Pasien I) yaitu pasien mengatakan lemas lesu
tidak mampu untuk beraktivitas karena masih sesak nafas. Data objektif
yang didapat Pasien tampak lemah dan sesak nafas. Nadi 105x/menit,
respiratory rate 37x/menit, suhu 37,1oC. Pada An. J yaitu ibu pasien
mengatakan pasien lemah tidak kuat untuk turun dari tempat tidur, lemas
dan sesak nafas ketika beraktivitas. Pasien tampak lemah hanya berbaring
di tempat tidur dan terlihat sesak, nadi 115x/menit, respiration rate
39x/menit, suhu 38oC.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. N (Pasien I) dan
An. J (Pasien II) yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Diagnosa yang
muncul pada An. N dan An. J sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana
didalam teori tersebut menjelaskan batasan karakteristik pada pasien
dengan bronchopneumonia yaitu meyatakan merasa letih dan lemah,
Kedua pasien tersebut mengatakan badannya lemas. Dyspnea setelah
beraktivitas, kedua pasien mengatakan sesak nafas jika beraktivitas.
Frekuensi nadi dan RR abnormal terhadap aktivias, nadi dan RR kedua
pasien tinggi lebih dari batas normal dimana nilai normal nadi pada anak
75-100x/menit dan nilai normal RR 20-30x/menit. Pasien pertama (An. N)
nadi 105x/menit, RR 37x/menit. Pasien kedua (An. J) nadi 115x/menit, RR
39x/menit.
3. Perencanaan
Tahap perencanaan keperawatan, penulis menyusun tujuan
keperawatan yang diharapkan, kriteria hasil, dan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatn yang
yang sudah di prioritaskan. Sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
pengelolaan keperawatan selanjutnya.
Rencana tindakan yang ditulis pada An.N (Pasien I) hari Rabu
tanggal 04 Desember 2019 dan pada An. J (Pasien II) hari Sabtu tanggal
07 Desember 2019 degan diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam, pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas,
pasien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan tanpa mengalami napas
tersengal-sengal, sesak nafas dan kelelahan, berpasrtisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah. Nadi, dan RR, nadi dan RR
dalam rentang normal yaitu nadi 75-100x/menit, RR 20-30x/menit, serta
mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan sesuai
dengan kondisi pasien dan keluhan pasien yaitu kaji tingkat toleransi anak
dalam aktivitas, catat laporan disnpea, peningkatan kelemahan dan
perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas. Rasional : menetapkan
kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
Bantu tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu menurunkan
kebutuhan oksigen yang meningkat. Jelaskan perlunya keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat. Rasional : menurunkan kebutuhan metbolik
dan penghemat energy untuk penyembuhan. Rencanakan jadwal aktivitas
sehari-hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga.
Rasional : melatih pasien beraktivitas sesuai kondisi kesehatannya untuk
mencegah terjadinya kekakuan otot karena tirah baring lama. Ajarkan
penggunaan teknik nafas terkontrol selama aktivitas. Rasional : membantu
meringankan beban napas selama aktivitas. Pertahankan terapi oksigen
selama aktivitas. Rasional : aktivitas fisik meningkatkan kebutuhan
oksigen dan sistem tubuh akan berusaha menyesuaikannya.
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan selama 3 hari,
pada An. N (Pasien I) dimulai dari hari Rabu, 04 Desember 2019 – Jumat,
06 Desember 2019. Dan pada An. J (Pasien II) dimulai dari hari Sabtu, 07
Desember 2019 – Senin, 09 Desember 2019. Tindakan keperawatan yang
telah dilakukan untuk diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas adalah
mengkaji tingkat toleransi anak dalam aktivitas, catat laporan disnpea,
peningkatan kelemahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah
aktivitas, memonitor nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas,
membantu tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan
toleransi, menjelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, membuat rencana jadwal aktivitas sehari-hari yang dapat
dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga, mengajarkan penggunaan
teknik nafas terkontrol selama aktivitas, mempertahankan terapi oksigen
selama aktivitas.
Selama tiga hari pengelolaan keperawatan yang penulis lakukan
didapatkan respon dari kedua pasien berbeda baik respon subjektif maupun
respon objektif. Adapun respon subjektif yang didapat pada pasien
pertama ( An. N) pada implementasi hari ketiga diantaranya : ibu pasien
mengatakan kondisi pasien sudah jauh lebih baik, sesak nafas berkurang,
pasien sudah bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke toilet, BAB dan BAK
sendiri di toilet, pasien mampu makan, minum, dan berpakain sendiri
tanpa perlu bantuan dan pasien sudah bisa berjalan keluar ruangan tanpa
mengalami sesak nafas. Respon objektif pasien tampak sudah tidak lemas
dan sesak, nadi 92x/menit, RR 30x/menit. Adapaun pada pasien kedua
(An. J), respon subjektif pada implementasi hari ketiga yaitu ibu pasien
kondisi An. J sudah lebih baik dari hari sebelumnya, sesak nafas sudah
berkurang, An. J sudah bisa duduk di tempat tidur, pasien sudah bisa
makan minum sendiri, pasien sudah bisa turun dari tempat tidur dan
berjalan ke toilet namun masih harus pelan-pelan dan masih perlu di bantu,
pasien masih butuh bantuan ibunya ketika BAB dan BAK, pasien belum
bisa mengganti pakaian sendiri, pasien masih lemas dan masih sedikit
sesak ketika berjalan terlalu cepat dan berdiri terlalu lama. Respon objektif
yang didapat pasien tampak tenang, nadi 100x/menit, RR 34x/menit.
Semua perencanaan yang penulis susun dapat dilaksanakan
selama tiga hari waktu pengelolaan didukung dengan pasien dan keluarga
pasien kooperatif ketika dilakukan tindakan keperawatan. Penulis tidak
mengalami hambatan dalam memberikan asuhan keperawatan masalah
intoleransi aktivitas pada kedua pasien karena keluarga pasien mendukung
tindakan yang dilakukan dalam rencana pengobatan, hanya saja data
subjektif yang didapat lebih banyak dari ibu pasien dikarenakan pasien
adalah anak-anak usia balita yang kemampuan komunikasinya masih
kurang.
5. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, maka
penulis melakukan evaluasi akhir terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan untuk diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan
didapatkan hasil sebagai berikut, pada An. N (Pasien I) didapatkan data
ibu pasien mengatakan kondisi An. N saat ini sudah jauh lebih baik, sesak
nafas berkurang, ibu pasien mengatakan An. N sudah bisa turun dari
tempat tidur, makan minum, dan berjalan ke toilet secara mandiri, BAB
dan BAK secara mandiri, ibu pasien mengatakan pasien sudah bisa
berjalan keluar ruangan tanpa mengalami sesak nafas. Data objektif pasien
tampak sudah tidak lemas dan sesak, nadi 92x/menit, RR 30x/menit.
Analisisnya masalah teratasi penuh. Planningnya adalah pertahankan
intervensi. Sedangkan pada An, J didapatkan data subjektif ibu pasien
mengatakan kondisi An. J sudah lebih baik dari hari sebelumnya, sesak
nafas sudah berkurang, An. J sudah bisa duduk di tempat tidur, pasien
sudah bisa makan minum sendiri, pasien sudah bisa turun dari tempat tidur
dan berjalan ke toilet namun masih harus pelan-pelan dan masih perlu di
bantu, pasien masih butuh bantuan ibunya ketika BAB dan BAK, pasien
belum bisa mengganti pakaian sendiri, pasien masih lemas dan masih
sedikit sesak ketika berjalan terlalu cepat dan berdiri terlalu lama. Data
objektif yang didapat pasien tampak tenang, nadi 100x/menit, RR
34x/menit. Analisisna masalah teratasi sebagian. Planningnya adalah
lanjutkan intervensi.
Hasil evaluasi yang penulis dapatkan dari kedua pasien pada
masalah intoleransi aktivitas adalah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang sudah penulis rencanakan. Dari data subjektif dan objektif yang telah
didapatkan pada An. N (Pasien I) dan An. J (Pasien II), penulis
menemukan adanya kesenjangan pada kedua pasien dimana pada pasien
pertama (An. N) masalah intoleransi aktivitas teratasi penuh, sedangkan
pada pasien kedua (An. J) masalah hanya teratasi sebagian. Belum
teratasinya masalah intoleransi aktivitas pada pasien kedua dikarenakan
pasien masih mengalami sesak nafas ketika berjalan terlalu cepat dan
berdiri terlalu lama, ditandai dengan RR masih diatas normal yaitu
34x/menit (nilai normal : 20-30x/menit).
Untuk rencana tindak lanjutnya penulis mendelegasikan kepada
perawat ruang untuk melanjutkan rencana tindakan meliputi : monitor
frekuensi nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas, bantu
tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi., kaji
tingkat toleransi anak dalam beraktivitas, catat laporan dyspnea,
peningkatan kelemahan dan perubahan tanda vital selama aktivitas,
jelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, ajarkan
teknik nafas terkontrol selama aktivitas, dan pertahankan terapi oksigen
selama aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai