A. HASIL
Pada bab ini penulis akan membahas tentang laporan kasus
Pengelolaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada An. N (Pasien I) dan
An. J (Pasien II) dengan bronchopneumonia di Ruang Mawar RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan yang meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Data
diperoleh dari hasil wawancara dengan orang tua pasien, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan data Rekam Medis pasien.
1. Pengkajian
Pasien I (An. N)
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu Tanggal 04 Desember
2019 pada pukul 14.00 WIB dan didapatkan data pasien bernama An. N
berusia 5 tahun 8 bulan, jenis kelamin perempuan, alamat Wiradesa,
Pekalongan. Pasien masuk ke IGD RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan pada hari Selasa, 03 Desember 2019 pukul 08.25 WIB
dengan keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu pasien mengatakan
lemas lesu tidak mampu untuk beraktivitas karena masih sesak nafas.
Pada riwayat pengkajian penyakit sekarang, menurut
keterangan ibu pasien, pasien mengalami sesak nafas dan demam naik
turun sejak tanggal 26 November 2019, batuk berdahak sejak tanggal
19 November 2019 dan pasien lemas lesu tidak mampu untuk
beraktivitas. Kemudian keluarga memeriksakan An. N ke bidan dan
diberi terapi obat, tetapi kondisi An. N tidak mengalami perubahan
setelah minum obat tersebut, akhirnya ibu pasien membawa An. N ke
IGD RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan pada hari Selasa, tanggal 03
Desember 2019 pukul 08.25 WIB dengan keluhan sesak nafas, lemas
lesu, batuk berdahak, demam, dan susah tidur. Kemudian dokter
31
32
sebelum dan sesudah melatih pasien mengubah posisi miring kanan dan
miring kiri. Respon subjektif yang di dapatkan yaitu pasien mengatakan
Pasien mengatakan mau untuk dilatih miring ke kanan dan ke kiri,
pasien mengatakan tidak kuat untuk duduk dan berdiri terlalu lama
karena masih lemas dan sesak nafas, respon objektif yang didapatkan
Pasien terlihat berusaha miring ke kanan dan miring ke kiri, nadi
sebelum miring kanan kiri 105x/menit, RR 37x/menit dan setelah
miring kanan kiri nadi menjadi 107x/menit, RR 39x/menit. Pukul 16.15
WIB menjelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Respon subjektif yang didapat Ibu pasien mengatakan mengerti tentang
pentingnya aktivitas dan istirahat dalam perencanaan pengobatan,
respon objektif Ibu pasien dan pasien mengangguk paham. Pukul 16.30
WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer) ventolin 1/2 ampul dan
Nacl 1 ml. Respon subjektif Ibu pasien mengatakan sesak nafas pasien
biasanya berkurang setelah dilakukan nebul, respon objektif Pasien
tampak rileks dan kooperatif saat dilakukan tindakan nebuizer, pasien
tampak menghirup asap nebulizer. Pukul 16.50 WIB mengobseravasi
tanda-tanda vital pasien. Respon yang di dapatkan Pasien tampak lemas
nadi 105 x/menit, RR 35 x/menit, suhu 37,1 oC, nafas cepat dan
dangkal, adanya tarikan dinding dada, terdapat pernafasan cuping
hidung, terdapat bunyi suara nafas tambahan ronchi. Pukul 17.00 WIB
memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV
clanexi 425 mg dan memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk
puyer 1 bungkus. Respon yang didapat Obat masuk secara IV dan tidak
terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 21.00 WIB
mengobservasi cairan infus, mengganti cairan infus yang habis. Respon
subjektif yang di dapat Ibu pasien mengatakan cairan infus An.N
hampir habis, respon ojektif Pasien tampak sedang tidur, cairan infus
pasien tampak masih sedikit dan hampir habis, perawat mengganti
dengan cairan infus yang baru, terpasang infus RL 15 tetes permenit.
Pukul 24.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim
36
600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg, respon yang didapat Pasien tampak
sedang tidur, obat masuk secara IV, tidak tampak adanya tanda-tanda
alergi terhadap obat.
Implementasi hari kedua dilakukan pada hari Kamis, 05
Desember 2019 pukul 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital.
Respon yang didapat RR 37x/menit, nadi 110x/menit, suhu 36.9oC,
nafas cepat dan dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, terdapat
bunyi suara nafas tambahan ronchi, adanya pernafasan cuping hidung.
Pukul 06.00 WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 1/2
ampul dan Nacl 1 cc. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien
mengatakan setelah dilakukan tindakan nebul sesak nafas pasien
biasanya berkurang, respon objektif pasien tampak rileks dan
kooperatif saat dilakukan tindakan nebulizer, pasien tampak menghirup
asap nebulizer. Pukul 09.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi
IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan memberikan terapi
peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon yang didapat
pasien tampak sedang tidur, obat masuk secara IV, tidak tampak adanya
tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 14.00 WIB mengkaji tingkat
toleransi pasien yaitu melatih pasien turun dari tempat tidur dan
berjalan ke toilet. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien
mengatakan An.N sudah bisa duduk di tempat tidur dan sesak nafas
sudah berkurang dan pasien mengatakan bersedia, pasien mengatakan
kondisinya sudah lebih baik, respon objektif pasien tampak sudah bisa
duduk di tempat tidur, pasien tampak turun dari tempat tidur dan
berlatih untuk berjalan ke toilet, frekuensi nadi sebelum berjalan
98x/menit RR 33x/menit, setelah berjalan nadi 100x/menit RR
33x/menit. Pukul 15.00 WIB membuat rencana jadwal aktivitas sehari-
hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga seperti
duduk, turun dari tempat tidur, makan minum secara mandiri, BAK dan
BAB ke toilet dan berjalan keluar dari ruangan. Respon subjektif yang
didapat Pasien dan keluarga pasien kooperatif dan mengatakan
37
1. Pengkajian
Pasien II (An. J)
Pengkajian dilakukan pada hari Sabtu,tanggal 07 Desember
2019 pukul 14.00 WIB dan didaptkan data identitas pasien bernaman
An. J yang berusaia 3 tahun 5 bulan, jenis kelamin perempuan, alamat
Surobayan Kabupaten Pekalongan. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan, keluhan utama yang dirasakan ibu pasien mengatakan
pasien lemah tidak kuat untuk turun dari tempat tidur, lemas dan sesak
nafas ketika beraktivitas, Pasien tampak lemah hanya berbaring di
tempat tidur dan terlihat sesak
Pada riwayat pengkajian penyakit sekarang, menurut
keterangan ibu pasien, pasien mengalami sesak nafas, pusing, batuk
berdahak, demam naik turun, pasien lemas dan lesu tidak mampu untuk
beraktivitas sejak tanggal 29 November 2019. Sebelum pasien dirawat
di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Ny. M sempat memeriksakan
pasien ke bidan terdekat dan diberi obat, akan tetapi kondisi An. J tidak
mengalami perubahan setelah minum obat. kemudian Ny. M dan Tn. S
membawa pasien ke RSIA Aisyiah Pekajangan dokter menyarankan
pasien untuk dirawat, tetapi kondisi pasien tidak mengalami perubahan
selama 4 hari proses perawatan di RSIA Aisyiah Pekajangan sehingga
Ny. M dan Tn. S memutuskan agar An. J dibawa ke IGD RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan pada hari Jumat, tanggal 06 Desember
2019 pukul 22.10 WIB dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak,
pusing dan lemas. Di IGD RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan,
pasien mendapat terapi oksigen 2 liter permenit, infus RL 18 tetes
permenit, injeksi IV Cefotaxim 75 mg, dan dokter memutuskan pasien
untuk menjalani rawat inap di ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu, ibu pasien
mengatakan pasien memiliki riwayat kejang dan pasien pernah dirawat
di RSIA Aisyiyah Pekajangan. Pada pengkajian kesehatan keluarga ibu
41
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, penulis
memperoleh data subjektif dan data objektif pada An. J (Pasien II).
Data subjektif yang diperoleh yaitu keluhan utama yang dirasakan
pasien mengatakan lemas dan sesak nafas jika beraktivitas.
Data objektif yang diperoleh pada saat pengkajian diantaranya
nadi 115x/menit, nilai normal 75-100x/menit, respiration rate
39x/menit nilai normal 20-30x/menit, suhu 38oC, nafas cepat dan
dangkal dengan adanya terikan dinding dada, terdapat pernafasan
cuping hidung, terdapat suara tambahan ronchi. Pasien tampak lemah
hanya berbaring di tempat tidiur, pasien tarlihat sesak dan terpasang
oksigen 2 liter permenit, hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan kesan
Bronchopneumonia.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh dari
pengkajian, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada An. J
yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Perencanaan
Perencanaan pada An. J (Pasien II) disusun pada hari Sabtu,
tanggal 07 Desember 2019 pukul 15.00 WIB sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang di prioritaskan yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam yaitu pasien menunjukkan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas, pasien dapat melakukan aktivitas sesuai
kondisi kesehatan pasien tanpa sesak nafas, berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
dalam rentang normal nadi : 75-100x/menit, RR : 20-30x/menit nafas
normal, tidak terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak terdapat suara nafas tambahan ronchi, serta
mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
43
yang didapat ibu pasien mengatakan setelah dinebul sesak nafas pasien
biasanya berkurang, pasien tampak menghirup asap nebulizer, pasien
tampak rileks dan pasien kooperatif saat di lakukan tindakan nebulizer.
Pukul 17.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200
mg, injeksi cefotaxim 275 mg, Injeksi IV paracetamol 80 mg
memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
Respon subjektif pasien kooperatif, respon objektif yang didapat Obat
masuk secara IV dan tidak terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap
obat. Pukul 17.15 WIB menjelaskan perlunya keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat. Respon subjektif yang didapat ibu pasien
mengatakan mengerti tentang pentingnya aktivitas dan istirahat dalam
rencana pengobatan, respon objektif ibu pasien tampak mengangguk
paham. Pukul 21.00 WIB mengobservasi cairan infus, mengganti cairan
infus yang habis. Respon subjektif Ibu pasien mengatakan cairan infus
An.J hampir habis, respon objektif pasien tampak sedang tidur, cairan
infus pasien tampak masih sedikit dan hampir habis, perawat mengganti
dengan cairan infus yang baru, terpasang infus RL 18 tetes permenit.
Pukul 24.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200
mg, injeksi cefotaxim 275 mg, Injeksi IV paracetamol 80 mg. respon
objektif yang didapat pasien tampak sedang tidur, obat masuk secara
IV, tidak tampak adanya tanda-tanda alergi terhadap obat.
Implementasi hari kedua, Minggu 08 Desember 2019 pukul
05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital. Respon objektif yang
didapat RR 37x/menit, nadi 112x/menit, suhu 37,8 oC, nafas cepat dan
dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, terdapat bunyi suara nafas
tambahan ronchi, adanya pernafasan cuping hidung. Pukul 06.00 WIB
1/
memberikan terapi inhalasi (nebulizer) : ventolin 2 ampul dan Nacl 1
cc. repon yang didapat ibu pasien mengatakan setelah dinebul sesak
nafas pasien biasanya berkurang, pasien tampak menghirup asap
nebulizer, pasien tampak rileks dan pasien kooperatif saat di lakukan
tindakan nebulizer. Pukul 09.00 WIB memberikan obat sesuai terapi
45
B. PEMBAHASAN
Pembahasan berisi tentang analisis dari 2 kasus yang sama namun
respon setiap pasien berbeda, analisis yang dibahas yaitu pengelolaaan
keperawatan intoleransi aktivitas dengan diagnosa medis
Bronchopneumonia. Pada bab ini penulis akan membahas tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, beserta kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan antara konsep teori dengan kondisi nyata
dilapangan selama melakukan pengelolaan terhadap pasien An. N dan An.
J. dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas di Ruang Mawar
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian keperawatan yang dilakukan pada An. N
pada hari Rabu, 04 Desember 2019 pukul 14.00 WIB didapatkan data
pasien mengatakan lemas lesu tidak mampu untuk beraktivitas karena
masih sesak nafas, Pasien tampak lemah dan sesak nafas. Pada saat
pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien sedang, tingkat
kesadaran pasien composmentis, Suhu 37,1oC, nadi 105 kali/menit,
respiration rate 37 kali/menit. Lingkar mata pasien tampak hitam. Hidung
pasien tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, terdapat pernafasan cuping
hidung. Mulut pasien bibir agak kering. Pemeriksaan thorax pada paru-
paru didaptkan data dada simtris antara kanan dan kiri, nafas cepat dan
dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, tidak terdapat nyeri tekan,
suara paru sonor, terdapat suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan fisik
pada jantung diperoleh data tidak ada pembesaran pada jantung, tidak
terdapat nyeri tekan pada jantung, perkusi jantung pekak, kemudian pada
saat di auskultasi bunyi jantung lup dup.
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 03
Desember 2019 jam 08.35 WIB didapatkan data jumlah lekosit 8.63 10^/ul
dengan rentan nilai normal 5.50 – 15.50, eritrosit 4.17Juta/mm3 rentan
50
nilai normal 3.90 – 5.30, hemoglobin 10.6 g/dl (L) rentan nilai normal 11.5
– 13.5, hematokrit 31.7 % (L) nilai normal 34.0 – 40.0, trombosit
299.000/mm3 rentan nilai normal 150.000 – 450.000. Pada pemeriksaan
radiologi yang di lakukan pada tanggal 04 Desember 2019 Pukul 10:31
WIB menunjukan kesan Bronchopneumonia.
Hasil pengkajian keperawatan pada An. J Sabtu, 07 Desember
2019 pukul 14.00 WIB didapatkan data ibu pasien mengatakan pasien
lemah tidak kuat untuk turun dari tempat tidur, lemas dan sesak nafas
ketika beraktivitas. Pasien tempak lemah hanya terbaring ditempat tidur.
Pada saat pemeriksaan fisik didapakan hasil keadaan umum pasien
sedang, tingkat kesadaran pasien composmentis, nadi 115x/menit,
respiration rate 39x/menit, suhu 38oC. Hidung pasien terdapat sedikit
lendir, tidak ada polip, terdapat pernafasan cuping hidung. Mulut pasien
bibir pucat, bibir agak kering. Pemeriksaan thorax pada paru-paru
didaptkan data dada simtris antara kanan dan kiri, nafas cepat dan dangkal
dengan adanya tarikan dinding dada, tidak terdapat nyeri tekan, suara paru
sonor, terdapat suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan fisik pada
jantung diperoleh data tidak ada pembesaran pada jantung, tidak terdapat
nyeri tekan pada jantung, perkusi jantung pekak, kemudian pada saat di
auskultasi bunyi jantung lup dup.
Pada saat pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal
06 Desember 2019 pukul 23.30 WIB didapatkan data lekosit 3.71 10^/ul
(L) nilai normal 6.00 – 17.50, eritrosit 3.92 Juta/mm3 nilai normal 3.70 –
5.30, hemoglobin 9.2 g/dl (L) nilai normal 10.5 – 13.5, hematokrit 28.7%
(L) nilai normal 70.00 – 86.00, trombosit 119.000 /mm3 (L) nilai normal
150.000 – 450.000. pada pemeriksaan rontgen tanggal 07 Desember 2019
pukul 09.28 WIB menunjukan kesan Bronchopneumonia.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada An. N dan An. J
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan hasil temuan di
lapangan, data yang didapat yaitu kedua pasien merasa lemas dan sesak
nafas jika beraktivitas. Kondisi yang ditemukan pada An. N dan An. J
51
mengatakan kondisi pasien sudah jauh lebih baik, sesak nafas berkurang,
pasien sudah bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke toilet, BAB dan BAK
sendiri di toilet, pasien mampu makan, minum, dan berpakain sendiri
tanpa perlu bantuan dan pasien sudah bisa berjalan keluar ruangan tanpa
mengalami sesak nafas. Respon objektif pasien tampak sudah tidak lemas
dan sesak, nadi 92x/menit, RR 30x/menit. Adapaun pada pasien kedua
(An. J), respon subjektif pada implementasi hari ketiga yaitu ibu pasien
kondisi An. J sudah lebih baik dari hari sebelumnya, sesak nafas sudah
berkurang, An. J sudah bisa duduk di tempat tidur, pasien sudah bisa
makan minum sendiri, pasien sudah bisa turun dari tempat tidur dan
berjalan ke toilet namun masih harus pelan-pelan dan masih perlu di bantu,
pasien masih butuh bantuan ibunya ketika BAB dan BAK, pasien belum
bisa mengganti pakaian sendiri, pasien masih lemas dan masih sedikit
sesak ketika berjalan terlalu cepat dan berdiri terlalu lama. Respon objektif
yang didapat pasien tampak tenang, nadi 100x/menit, RR 34x/menit.
Semua perencanaan yang penulis susun dapat dilaksanakan
selama tiga hari waktu pengelolaan didukung dengan pasien dan keluarga
pasien kooperatif ketika dilakukan tindakan keperawatan. Penulis tidak
mengalami hambatan dalam memberikan asuhan keperawatan masalah
intoleransi aktivitas pada kedua pasien karena keluarga pasien mendukung
tindakan yang dilakukan dalam rencana pengobatan, hanya saja data
subjektif yang didapat lebih banyak dari ibu pasien dikarenakan pasien
adalah anak-anak usia balita yang kemampuan komunikasinya masih
kurang.
5. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, maka
penulis melakukan evaluasi akhir terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan untuk diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan
didapatkan hasil sebagai berikut, pada An. N (Pasien I) didapatkan data
ibu pasien mengatakan kondisi An. N saat ini sudah jauh lebih baik, sesak
55
nafas berkurang, ibu pasien mengatakan An. N sudah bisa turun dari
tempat tidur, makan minum, dan berjalan ke toilet secara mandiri dan
masih dalam pengawasan, BAB dan BAK masih dibantu, ibu pasien
mengatakan pasien sudah bisa berjalan keluar ruangan tanpa mengalami
sesak nafas. Data objektif pasien tampak sudah tidak lemas dan sesak, nadi
92x/menit, RR 30x/menit. Analisisnya masalah teratasi penuh.
Planningnya adalah pertahankan intervensi. Sedangkan pada An, J
didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan kondisi An. J sudah lebih
baik dari hari sebelumnya, sesak nafas sudah berkurang, An. J sudah bisa
duduk di tempat tidur, pasien sudah bisa makan minum sendiri, pasien
sudah bisa turun dari tempat tidur dan berjalan ke toilet namun masih
harus pelan-pelan dan masih perlu di bantu, pasien masih butuh bantuan
ibunya ketika BAB dan BAK, pasien belum bisa mengganti pakaian
sendiri, pasien masih lemas dan masih sedikit sesak ketika berjalan terlalu
cepat dan berdiri terlalu lama. Data objektif yang didapat pasien tampak
tenang, nadi 100x/menit, RR 34x/menit. Analisisna masalah teratasi
sebagian. Planningnya adalah lanjutkan intervensi.
Hasil evaluasi yang penulis dapatkan dari kedua pasien pada
masalah intoleransi aktivitas adalah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang sudah penulis rencanakan. Dari data subjektif dan objektif yang telah
didapatkan pada An. N (Pasien I) dan An. J (Pasien II), penulis
menemukan adanya kesenjangan pada kedua pasien dimana pada pasien
pertama (An. N) masalah intoleransi aktivitas teratasi penuh, sedangkan
pada pasien kedua (An. J) masalah hanya teratasi sebagian. Belum
teratasinya masalah intoleransi aktivitas pada pasien kedua dikarenakan
faktor penyebab dari penyakit yang dialami pasien belum teratasi yaitu
pasien masih mengalami sesak nafas yang ditandai dengan RR masih
diatas normal yaitu 34x/menit (nilai normal : 20-30x/menit).
Untuk rencana tindak lanjutnya penulis mendelegasikan kepada
perawat ruang untuk melanjutkan rencana tindakan meliputi : monitor
frekuensi nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas, bantu
56